PENDAHULUAN
1
tahun 2013 sebanyak 63 kasus (41,7%) dan angka kejadian tertinggi pada tahun 2014
sebanyak 88 kasus (58,3%).3
Gejala awal kanker payudara sulit dideteksi, kecuali munculnya benjolan kecil atau
keluarnya cairan dari puting susu yang mungkin dianggap biasa. Kanker bukanlah penyakit
yang tidak dapat disembuhkan, asalkan dapat dideteksi sejak dini dan diobati dengan baik.4
Adapun upaya deteksi dini atau pencegahan kanker yaitu dengan melakukan
SADARI (periksa payudara sendiri). SADARI adalah tindakan deteksi dini terhadap
adanya gejala-gejala kanker payudara dengan menggunakan metode yang
sederhana. Untuk diagnostik definitif dengan pemeriksaan histopatologi. Untuk
mendukung pemeriksaan klinis, mamografi dan ultrasonografi dapat membantu
deteksi kanker payudara.4
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI PAYUDARA
3
Mammae terletak diantara fascia superficialis dinding thorax anterior dan
fascia profunda (pectoralis), antara mammae dan dinding thorax terdapat bursa
retro mammaria yang merupakan ruang antara fascia superficialis dengan fascia
profunda (pectoralis), dengan adanya bursa ini menjamin mobilitas mammae
terhadap dinding thorax. Pada wanita, mammae berkembang menjadi susunan yang
kompleks. Pada wanita dewasa, mammae terletak di anterior dinding thorax setinggi
costa 2 atau 3 sampai dengan costa ke 6 atau ke 7, dan terbentang antara linea
parasternalis sampai dengan linea axillaris anterior atau media. 6
Lobus-lobus parenkim beserta duktusnya tersusun secara radial berkenaan
dengan posisi dari papilla mammae, sehingga duktus berjalan sentral menuju papilla
seperti jari-jari roda berakhir secara terpisah di puncak dari papilla. Segmen dari
duktus dalam papilla merupakan bagian duktus yang tersempit. Oleh karena itu,
sekresi atau pergantian sel-sel cenderung untuk terkumpul dalam bagian duktus
yang berada dalam papilla, mengakibatkan ekspansi yang jelas dari duktus dimana
ketika berdilatasi akibat isinya dinamakan lactiferous sinuse. Pada area bebas lemak
dibawah areola, bagian yang dilatasi dari duktus laktiferus (lactiferous sinuses)
merupakan satu-satunya tempat untuk menyimpan susu.6
Ligamentum suspensori Cooper membentuk jalinan yang kuat, pita jaringan ikat
berbentuk ireguler menghubungkan dermis dengan lapisan dalam dari fascia
superfisial, melewati lobus-lobus parenkim dan menempel ke elemen parenkim dan
duktus.6
B. FISIOLOGI PAYUDARA
Kelenjar payudara merupakan satu bagian integral dari sistem reproduksi maka
perbuahan fisiologis kelenjar tersebut rapat hubungannya dengan reproduksi, dalam
keseluruhannya dikendalikan oleh sistem neuro-endrokrinologi yang sama.
5
sedikit mengeluarkan kolostrum yang menghilang sesudah kira-kira satu minggu
kemudian, kelenjar payudara kembali dalam keadaan infantil, tidak aktif.
Dalam permulaan pubertas antara 10-15 tahun, areola membesar dan lebih
mengandung pigmen. Payudara pun menyerupai satu cakram. Pertumbuhan
kelenjar akan berjalan terus sampai umur dewasa hingga berbentuk seperti
kuncup. Hal ini terjadi pengaruh estrogen yang kadarnya meningkat. Biasanya
payudara sudah sempurna terbentuk setelah haid mulai.
b. Perubahan kelenjar payudara yang berhubungan dengan haid
Pada saat haid payudara agak membesar dan tegang dan pada beberapa
wanita timbul rasa nyeri. Perubahan ini kiranya ada hubungan dengan
perubahan vaskuler dan limfogen.
c. Perubahan payudara pada saat hamil dan laktasi
Beberapa minggu setelah konsepsi timbul perubahan pada kelenjar
payudara. Payudara menjadi lebih penuh, tegang, areola lebih banyak
mengandung pigmen dan puting susu sedikit membesar. Pada awal trimester
kedua mulai timbul sistem alveolar, baik duktus maupun asinus menjadi
hipertrofi dibawah pengaruh estrogen dan progesteron yang kadarnya
meningkat, alveolus-alveolus mulai terisi cairan, yakni kolostrum di bawah
pengaruh prolaktin. Karena inhibisi estrogen dan progesteron, kolostrum tidak
dikeluarkan, hanya pada bulan-bulan terakhir dapat dikeluarkan beberapa
tetes.
merusak jaringan sekitar dan dapat juga menjalar ketempat jauh dari asalnya. Payudara
merupakan elavasi dari jaringan glandular dan adipose yang tertutup kulit pada
dinding anterior. Kelenjar payudara menjadi fungsional saat pubertas dan akan
6
puncak perkembangan saat kehamilan dan berfungsi memproduksi air susu setelah
Penyebab pasti kanker payudara belum diketahui. Berbagai faktor diduga menjadi
penyebab kanker payudara. Faktor tersebut adalah riwayat keluarga,genetik, riwayat
haid (menars pada usia < 12 tahun dan menopause pada usia > 55 tahun), usia,
riwayat reproduksi, menyusui, kontrasepsi oral, terapi sulih hormon, pajanan terhadap
radiasi, diet/konsumsi lemak berlebih, berat badan dan variasi geografi (Andrews,
2009; Kumalasari & Andhyantoro, 2012).6 Yayasan Kanker Payudara Indonesia
menyatakan ada kecenderungan penurunan usia penderita kanker payudara di
Indonesia terutama pada remaja. Kasus yang pernah ditangani dilaporkan berusia 15
tahun (YKPI, 2013). Kecenderungan ini diperkirakan karena gaya hidup terutama
makanan yang tidak sehat (junk food), kurang konsumsi sayur dan buah, merokok dan
alkohol (YKPI, 2013). Indonesia sampai kini masih dihadapkan pada empat masalah
gizi utama yang meliputi kekurangan energi protein, kekurangan vitamin A, anemia
gizi besi dan kekurangan yodium.6 Namun di beberapa kota besar ditemukan masalah
gizi yang berlebih sehingga Indonesia dihadapkan pada beban ganda masalah gizi.
Masalah gizi bukan saja dapat terjadi pada seluruh kelompok usia di sepanjang daur
kehidupan, lebih dari itu masalah gizi yang terjadi pada suatu kelompok umur tertentu
akan berpengaruh pada periode kelompok usia berikutnya (intergenerational impact)
(Hartriyanti dan Triyanti,2007).6
E. FAKTOR RESIKO
7
Selain faktor usia, faktor adanya riwayat kanker payudara dalam keluarga
juga turut andil. Sekitar 5-10% kanker payudara terjadi akibat adanya
predisposisi genetik terhadap kelainan ini.2
Seseorang dicurigai memiliki faktor predisposisi genetik herediter sebagai
penyebab kanker payudara yang dimilikinya jika (1) menderita kanker payudara
sewaktu berusia kurang dari 40 tahun, dengan atau tanpa riwayat keluarga; (2)
menderita kanker payudara sebelum berusia 50 tahun, dan satu atau lebih
kerabat tingkat pertamanya menderita kanker payudara atau ovarium; (3)
menderita kanker payudara bilateral, (4) menderita kanker payudara pada usia
berapapun, dan dua atau lebih kerabat kerabat tingkat pertamanya menderita
kanker payudara ; (5) serta laki-laki yang menderita kanker payudara.2
3. Reproduksi dan hormonal
Faktor reproduksi dan hormonal juga berperanan besar menimbulkan
kelainan ini. usia menarche yang lebih dini, yakni dibawah 12 tahun,
meningkatkan risiko kanker payudara sebanyak 3 kali, sedangkan usia
menopause yang lebih lambat , yakni diatas 55 tahun meningkatkan risiko
kanker payudara sebanyak 2 kali.2
Perempuan yang melahirkan bayi aterm lahir hidup pertama kalinya pada
usia diatas 35 tahun mempunyai risiko tertinggi mengidap terkenan kanker
payudara. Selain itu, penggunaan kontrasepsi hormonal juga turut
meningkatkan risiko kanker payudaranya. Sebaliknya, menyusui bayi
menurunkan risiko terkena kanker payudara terutama jika masa menyusui
selama 27-52 minggu. Penurunan risiko ini diperkirakan karena masa menyusui
mengurangi masa menstruasi seseorang.2
4. Gaya hidup
Obesitas pada masa pascamenopause meningkatkan risiko kanker payudara
sebaliknya, obesitas premenopause justru menurunkan risikonya. Hal ini
disebabkan oleh efek tiap obesitas yang berbeda terhadap hormon endogen.
Walaupun menurunkan kadar hormon seks terikat – globulin dan menurunkan
8
pajanan terhadap estrogen, obesitas premenopause meningkatkan kejadian
anovulasi sehingga menurunkan pajanan payudara terhadap progesteron.2
Merokok juga terbukti meningkatkan risiko kanker payudara. Begitu pulah
dengan konsumsi alkohol berlebihan meningkatkan risiko kanker payudara.
Alkohol meningkatkan kadar estrogen endogen sehingga memengaruhi
responsivitas tumor terhadap hormon.2
5. Lingkungan
Wanita yang semasa kecil atau dewasa mudanya pernah menjalani terapi
penyinaran pada daerah dada, mereka berisiko menderita keganasan payudara
secara signifikan. Pajanan eksogen dari lingkungan hidup dan tempat kerja
berisiko menginduksi timbulnya kanker payudara. Salah satu zat kimia tersebut
yaitu pestisida atau DDT yang sering kali mencemari bahan makanan
sehari-hari.2
F. PATOFISIOLOGI
9
sitologis sesuai dengan keganasan , tetapi proliferasi sel tersebut belum menginvasi
stroma dan menembus membran basal.
Karsinoma in situ lobular biasanya menyebar ke seluruh jaringan payudara
(bahkan bilateral) dan biasanya tidak teraba dan tidak terlihat pada
pencitraan.Sebaliknya karsinoma in situ duktal merupakan lesi duktus segmental
yang dapat mengalami klasifikasi sehingga memberi penampilan beragam.
Setelah sel-sel tumor menembus membran basal dan menginvasi stroma, tumor
menjadi invasif, dapat menyebar secara hematogen dan limfogen sehingga
menimbulkan metastasis.2
Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter saat
mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh manakah
tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar maupun
penyebaran ketempat jauh. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau kanker
dan tidak pada tumor jinak. Banyak cara untuk menentukan stadium, namun yang
paling banyak dianut saat ini adalah stadium kanker berdasarkan klasifikasi sistim
TNM yang direkomendasikan oleh UICC (International Union Against Cancer) atau
AJCC (American Joint Committee On Cancer). Pada sistem TNM ini dinilai tiga faktor
utama, yaitu :
1. Tumor itu sendiri. Seberapa besar ukuran tumornya dan dimana lokasinya (T,
Tumor)
2. Kelenjar getah bening di sekitar tumor. Apakah tumor telah menyebar ke
kelenjar getah bening disekitarnya (N, Node)
3. Kemungkinan tumor telah menjalar ke organ lain (M, Metastasis)
Ketiga faktor T, N, M dinilai baik secara klinis sebelum dilakukan operasi, juga
sesudah operasi dan dilakukan pemeriksaan histopatologi (PA). Pada kanker
payudara, penilaian TNM sebagai berikut :2
a. T (Tumor size), ukuran tumor
Tx : tidak dapat diketahui
T 0: tidak ditemukan tumor primer tidak teraba.
TiS : Carcinoma in situ.
T 1 : ukuran tumor diameter kurang dari 20 mm.
T1mi : tumor kurang dari 1 mm.
T1a : ukurran tumor lebih dari 1 mm tetapi lebih kurang dari 5 mm.
13
T1b : ukuran tumor lebih dari 5 mm tetapi lebih kurang dari 10 mm.
T1c : tumor lebih dari 10 mm tetapi kurang dari 20 mm.
T 2: ukuran tumor diameter lebih dari 20 mm tetapi kurang dari 50 mm.
T 3: ukuran tumor diameter lebih dari 50 mm.
T 4: ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran ke kulit atau
dinding dada atau pada keduanya, dapat berupa borok, edema atau
bengkak, kulit payudara kemerahan atau ada benjolan kecil dikulit di luar
tumor utama.
T4a : terdapat perlengketan antara dinding dada tetapi tidak termasuk
otot pectoralis.
T4b : terdapat ulkus dan nodul satelit ipsilateral dan dapat juga disertai
edema (termasuk peau d’orange) dari kulit.
T4c : terdapat manifestasi dari T4a dan T4b.
T4D : karsinoma inflamasi.
14
Setelah masing-masing faktor T,N,M didapatkan, ketiga faktor tersebut
kemudian digabung dan didapatkan stadium kanker sebagai berikut :
1. Stadium 0 (T0 N0 M0) Disebut Ductal Carsinoma In Situ atau Non-invasive
Cancer. Yaitu kanker tidak menyebar keluar dari pembuluh / saluran
payudara dan kelenjar-kelenjar (lobules) susu pada payudara.
2. Stadium I (T1 N0 M0) Tumor masih sangat kecil dan tidak menyebar serta
tidak ada titik padapembuluh getah bening. Tumor dengan garis tengah
kurang dari 2 cm danbelum menyebar keluar payudara.
15
Tidak ada benjolan yang ditemukan di payudara. Kanker ditemukan di
limfonodi axillaris yang saling berdekatan satu sama lain atau pada
jaringan lainnya, atau bisa juga ditemukan pada limfonodi sekitar tulang
dada atau
Benjolan berukuran 2 cm atau lebih kecil. Kanker ditemukan di limfonodi
axillaris yang saling berdekatan satu sama lin atau pada jaringan
lainnya,atau bisa juga ditemukan pada limfonodi sekitar tulang dada
Benjolan berukuran 2-5 cm. Kanker sudah menyebar ke
limfonodiaxillaris yang saling berdekatan satu sama lain atau pada
jaringan lainnya,atau kanker mungkin sudah menyebar ke limfonodi
sekitar tulang dada
Benjolan lebih besar dari 5 cm. Kanker sudah menyebar ke
limfonodiaxillaris yang saling berdekatan satu sama lain atau pada
jaringan lainnya, atau kanker mungkin sudah menyebar ke limfonodi
sekitar tulang dada.
16
menyebar ke kulit payudara disebut kanker payudara inflamatorik
(Inflammatory Breast Cancer)
7. Stadium IIIC (Tiap T N3 M0)
Pada stadium ini, terdapat kanker payudara atau pun benjolan dalam
berbagai ukuran dan mungkin sudah menyebar ke dinding dada dan/atau
kulit payudara. Selain itu, kanker juga :
Sudah menyebar ke linfonodi diatas atau dibawah tulang leher dan
Mungkin sudah menyebar ke limfonodi axillaris atau ke limfonodi
disekitar tulang dada.
Kanker payudara stadium IIIC dibagi menjadi stadium IIIC yang dapat
dioperasi dan tidak dapat dioperasi.
Pada stadium IIIC yang dapat dioperasi, kanker :
Ditemukan dalam sepuluh atau lebih limfonodi axillaris; atau
Ditemukan dalam limfonodi dibawah tulang leher; atau
17
Ditemukan dalam limfonodi axillaris dan limfonodi di sekitar tulang
dada
Pada stadium IIIC yang tidak dapat dioperasi, kanker sudah menyebar
ke limfonodi diatas tulang leher.
8. Stadium IV (Tiap T-Tiap N -M1) Kanker sudah menyebar ke organ lain tubuh,
yang paling sering adalahke tulang, hati, atau otak.
18
Gambar 10. Pemeriksaan fisik payudara
b. Palpasi
Pemeriksaan dilakukan dengan tangan pasien di samping dan sesudah
itu tangan di atas dengan posisi pasien duduk. Palpasi harus meliputi
seluruh payudara, dari parasternal kearah garis aksila ke belakang, dari
subklavikular ke arah paling distal. Palpasi harus meliputi seluruh payudara,
mulai dari parasternal ke arah garis aksila ke belakang dan dari subklavikular
ke arah paling distal. Palpasi dilakukan dengan memakai 3-4 jari yang
dirapatkan, palpasi payudara di antara dua jari harus dihindarkan karena
dengan cara ini kelenjar payudara normalpun teraba seperti massa tumor.
Palpasi dimulai dari bagian perifer sampai areola mammae dan papilla
mammae, apabila terdapat massa maka perlu dievaluasi tentang :
Besar atau diameter serta letak dan batas tumor dengan
jaringan sekitarnya
Hubungan kulit dengan tumor apakah masih bebas atau ada
perlengketan
Hubungan tumor dengan jaringan di bawahnya apakah bebas
atau ada perlengketan,
Kelenjar limfe di aksila, infraklavikular, dan supraklavikular.
Adanya tumor satelit 2,11
2. Mammografi
Mammografi adalah foto roentgen payudara yang menggunakan peralatan
khusus yang tidak menyebabkan rasa sakit dan tidak memerlukan bahan kontras
serta dapat menemukan benjolan yang kecil sekalipun2. Mammografi sampai saat ini
19
masih menjadi pemeriksaan dasar dalam program deteksi dini kanker payudara.
Mammografi harus dibuat dengan proyeksi cranio-caudal dan mediolateral atau
oblique medio-lateral, dengan pesawat khusus mammografi dengan target dari
Molybdenum.
Tanda-tanda malignitas yang dapat dideteksi dengan mamografi adalah:
a. Adanya massa berstruktur stellate (massa dengan tepi tidak rata, radial,
seperti isi kedondong).
b. Mikrokalsifikasi, yang terdapat pada massa stellate atau hanya
mikrokalsifikasi saja. Tipe kalsifikasi dapat tersebar (cluster type)
c. Adanya retraksi papilla yang terlihat pada mammografi
d. Adanya infiltrasi pada subkutan, atau infiltrasi tumor pada kulit
e. Pembesaran limfonodi di daerah aksilla 4
3. Biopsi
Setiap ada kecurigaan pada pemeriksaan fisik dan mamogram, biopsi harus
selalu dilakukan. Jenis biopsi dapat dilakukan yaitu biopsi jarum halus (fine needle
aspiration biopsy, FNAB) , Core biopsy (jarum besar), dan biopsi bedah. FNAB hanya
memungkinkan evaluasi sitologi, sedangkan biopsi core biopsi dan biopsi bedah
memungkinkan analisis arsitektur jaringan payudara sehingga ahli patologi dapat
menentukan apakah tumor bersifat invasif atau tidak.
4. USG (Ultrasonografi)
J. PENATALAKSANAAN
1. Terapi Operatif
20
Pasien yang pada awal terapi termasuk stadium 0, I, II dan sebagian stadium
III disebut kanker mammae operable. Pola operasi yang sering dipakai adalah
sebagai berikut :
a. Mastektomi radikal
Lingkup reseksinya mencakup kulit berjarak minimal 3 cm dari tumor,
seluruh kelenjar mammae, m.pectoralis mayor, m.pectoralis minor, dan
jaringan limfatik dan lemak subskapular, aksilar secara kontinyu enblok
reseksi.
b. Mastektomi radikal modifikasi
Lingkup reseksi sama dengan teknik radikal, tapi mempertahankan m.
pektoralis mayor dan minor (model Auchincloss) atau mempertahankan m.
pektoralis mayor, mereseksi m.pektoralis minor (model Patey). Pola operasi
ini memiliki kelebihan antara lain memacu pemulihan fungsi pasca operasi,
tapi sulit membersihkan kelenjar limfe aksilar superior.
c. Mastektomi total
Hanya membuang seluruh kelenjar mammae tanpa membersihkan
kelenjar limfe. Model operasi ini terutama untuk karsinoma in situ atau
pasien lanjut usia.
d. Mastektomi segmental plus diseksi kelenjar limfe aksilar
Secara umum ini disebut dengan operasi konservasi mammae. Biasanya
dibuat dua insisi terpisah di mammae dan aksila. Mastektomi segmental
bertujuan mereseksi sebagian jaringan kelenjar mammae normal di tepi
tumor, di bawah mikroskop tak ada invasi tumor tempat irisan. Lingkup
diseksi kelenjar limfe aksilar biasanya juga mencakup jaringan aksila dan
kelenjar limfe aksilar kelompok tengah.
e. Mastektomi segmental plus biopsy kelenjar limfe sentinel
21
Metode reseksi segmental sama dengan di atas. kelenjar limfe sentinel
adalah terminal pertama metastasis limfogen dari karsinoma mammae,
saat operasi dilakukan insisi kecil di aksila dan secara tepat mengangkat
kelenjar limfe sentinel, dibiopsi, bila patologik negative maka operasi
dihentikan, bila positif maka dilakukan diseksi kelenjar limfe aksilar. Untuk
terapi kanker mammae terdapat banyak pilihan pola operasi, yang mana
yang terbaik masih kontroversial. Secara umum dikatakan harus
berdasarkan stadium penyakit dengan syarat dapat mereseksi tuntas tumor,
kemudian baru memikirkan sedapat mungkin konservasi fungsi dan
kontur mammae.12
2. Terapi Radiasi
Penyinaran/radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena
kanker dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan
membunuh sel kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi. Pada saat
ini, radiasi post mastektomi (postmastectomy radiation) dilakukan pada wanita
dengan tumor primer T3 atau T4, serta telah mengenai 4 atau lebih limfonodi .
Efek pengobatan ini tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di
sekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan leukosit cenderung menurun
sebagai akibat dari radiasi. 11,12
3. Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam
bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel
kanker. Tidak hanya sel kanker pada payudara, tapi juga di seluruh tubuh. Efek
dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok
karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi.12
Kemoterapi menurunkan angka kekambuhan dan meningkatkan harapan
hidup pada semua kelompok (penurunan angka rekurensi = 23.5% ± 2% dan
penurunan mortalitas = 15.3% ± 2%). Hal tersebut sangat menonjol pada wanita
premenopausal dan pada reseptor esterogen negatif. Kemajuan terapi akan
tampak pada 5 tahun pertama dan 5 tahun kedua. Penurunan rekurensi dan
22
mortalitas tampak sama pada wanita pre maupun post menopause dan pada
metastase limfonodi positif maupun yang negatif. Kemoterapi yang diberikan
setelah dilakukan terapi operatif dikenal sebagi kemoterapi ajuvan (adjuvant
chemotherapy).
Kemoterapi ajuvan berfungsi membunuh atau menghambat
mikrometastasis carcinoma mamma setelah operasi primer. Pemberian
kemoterapi ajuvan dengan atau tanpa pemberian terapi hormonal telah diketahui
meningkatkan angka harapan hidup pada penderita. 9
Pilihan Kemoterapi Lini Pertama berupa Anthracycline-based, Taxanes dan
Cyclophosphamide, methotrexate and 5-fluorouracil (CMF).
4. Terapi Hormonal
Terapi hormonal diberikan jika penyakit telah sistemik berupa metastasis
jauh, biasanya diberikan secara paliatif sebelum kemoterapi karena efek
terapinya lebih lama. Terapi hormonal paliatif dilakukan pada penderita
pramenopause. Hal ini disebabkan adanya reseptor esterogen pada sel karsinoma
mammae pada sebagian besar wanita dengan ca mammae. Reseptor tersebut
dapat dimasuki oleh hormon esterogen yang diproduksi ovarium. Akibat
pengaruh esterogen tersebut, dapat memacu proliferasi sel tumor mammae,
sehingga wanita pre menopause dengan ca mamma mempunyai prognosis yang
buruk. Esterogen dapat menstimulasi pertumbuhan sel kanker payudara, namun
dapat berefek sebaliknya jika diberikan dengan dosis tinggi.8 Manipulasi hormonal
dapat dilakukan dengan cara Ovarektomy bilateral, disebut juga sebagai
prophylactic oophorectomy dan memberikan obat first line hormonal therapy
berupa Tamoksifen 2 x 10 mg selama 2 tahun.
Tamoxifen merupakan obat anti kanker non steroid yang memiliki efek
anti-esterogen pada payudara. Obat ini bekerja menghambat esterogen berikatan
dengan reseptor esterogen pada sel kanker yang sensitif esterogen. Menurut
Early Breast Cancer Trialists Collaborative Group (EBCTCG) pada terapi tamoxifen
selama 5 tahun pada wanita penderita kanker payudara dengan esterogen
receptor positive (ER+) berhasil menurunkan rasio kematian akibat kanker
23
payudara per tahun sebesar 31%, tidak tergantung usia, cara pemberian
kemoterapi, status reseptor progesteron, maupun karakteristik tumor 11,14-16
K. PROGNOSIS
Karakteristik dari beberapa tumor sangat penting untuk dikenali karena dapat
menentukan prognosis secara signifikan dan dapat dipertimbangkan sebagai acuan
dalam penentuan strategi terapi pada tiap individu penderita.
24
BAB III
PENUTUP
25
perlengketan, hubungan tumor dengan jaringan di bawahnya apakah bebas atau ada
perlengketan, kelenjar limfe di aksila, infraklavikular, dan supraklavikular, adanya
tumor satelit. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu Mammografi,
biopsi, dan USG (Ultrasonografi).
26
DAFTAR PUSTAKA
27
12. Ashar I. Carcinoma mammae. 2010. Available from : http/:www.fkumy.ac.id/.
Accesses July 16th, 2015.
13. Colantuoni G, Rossi A, Ferrara C, Nicolella D et al. (Review article)
Chemotherapy in elderly patients with advanced breast cancer.Cancer
Therapy 2003; 1: 71-79.
14. Lea R. Use of hormonal replacement therapy after treatment of breast
cancer. J Obstet Gynaecol Can 2004;26(1):49-54.
15. Katzung BG, Trevor AJ, Masters SB. Cancer chemotherapy. In : Katzung and
trevor’s pharmacology. Sixth edition. USA : McGraw-Hill, 2002. p.483-86.
16. Ryan PD, Goss PE. Adjuvant hormonal therapy in peri- and postmenopausal
breast cancer. The oncologist 2006; 11:718-731.
17. American Cancer Society. 2011. Breast cancer survival rates bystage.
Available
from:http://www.cancer.org/Cancer/BreastCancer/DetailedGuide/breast-can
cer-survival-by-stage. Accessed : July 16th, 2015.
18. Cunnick GH, Jiang WG, Jones TD, Watkins G et al. Lymphangiogenesis and
lymph node metastasis in breast cancer. Molekular cancer 2008, 7:23.p 1-10.
19. Abe H, Naitoh H, Umeda T, Shiomi H et al. Occult breast cancer presenting
axillary nodal metastasis: a case report. Jpn J Clin Oncol 2005; 30(4).p 185-87.
20. Setiawan I (editor). 2008. Mikrosirkulasi dan sistem limfatik. Dalam : Guyton
AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-9. EGC, Jakarta. Hal.
243-247.
28