Anda di halaman 1dari 19

PENGARUH ADIK TERHADAP PENDIDIKAN

KAKAK

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS AKHIR SEMESTER MATAKULIAH
Pengantar Pendidikan
Yang dibina oleh Bapak Setiadi

OLEH :
AZIZ PRAPTA DIRA
NIM. 130534608493

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
NOVEMBER 2013
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan 2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Hadirnya Saudara 3

B.Pengertian Pendidikan Keluarga 5

C.Tujuan, Fungsi dan Ruang Lingkup Pendidikan Keluarga 5

D. Pentingnya Pendidikan Dalam Keluarga 7

E. Strategi Pendidikan Keluarga 8

F. Pola Asuh Menentukan Keberhasilan Pendidikan Karakter Anak Dalam


Keluarga 9

BAB III

PENUTUP

A. ANALISIS 15

B. KESIMPULAN 16

DAFTAR PUSTAKA 17
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan perlu kita ketahui bahwa, pendidikan seorang


anak itu didorong oleh faktor keluarga, yang dimana nantinya memberi
kenyamanan bagi sang anak untuk melakukan aktifitas dalam belajar.
Merasa disayangi dan di motifasi oleh kedua orang tua, membuat si anak
semakin bersemangat untuk belajar dan nantinya dengan mudah dia untuk
mendapatkan sebuah prestasi.
Namun terkadang hadirnya seseorang dalam hidupnya membuat
sang anak merasa tidak nyaman dan merasa terganggu dalam melakukan
sebuah aktifitas, meskipun yang hadir adalah adiknya, anak ke dua dari
kedua orang tua yang melahirkanya.
Disini sang anak merasa belum siap dengan hadirnya seseorang
dalam kehidupanya yang membuat rasa cemburu yang sangat besar. dia
merasa dirinya di acuhkan dan tidak diperhatikan lagi, kedua orang tuanya
pun lebih memperhatikan adiknya dari pada dia (sang kakak). Dan
disinalah sang anak merasa tidak nyaman berada dalam keluarga dan
selalu merasa tertekan dengan kehadiran adik yang membuat dia di
acuhkan tidak disayangi dan di perhatikan lagi.
Dengan adanya rasa tertekan dan rasa tidak nyaman belajarpun
menjadi tidak fokus, fikiran yang selalu kemana-mana dan semakin lama
prestasi yang tadinya lumyan bagus perlahan menurun dan semua aktifitas
yang dia kerjakan kini serasa terbebani.

Pengaruh Adik Terhadap Pendidikan Kakak Page 1


B. Rumusan Masalah

Makalah ini dibuat sebagai bentuk perhatian mahasiswa terhadap


pendidikan seorang anak yang dipengaruhi oleh kehadiran adiknya. Dari
latar belakang yang ada didapat permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana orang tua menyikapi anak yang merasa cemburu setelah
keadiran adiknya?
2. Bagaimana orang tua membagi kasih sayang kepada anaknya tanpa
memberatkan satu sisi?
3. Bagaimana upaya – upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi
permasalahan pendidikan yang timbul akibat keberadaan saudara
disekitar?

C. Tujuan

Tujuan umum disusunnya makalah ini adalah untuk menjawab


permasalahan – permasalahan yang terjadi dalam proses perkembangan
pendidikan anak didalam keluarga yang dipengaruhi oleh kehadiran
saudara kandung (Adik). Dari rumusan masalah yang ada, maka diketahui
tujuan khusus yaitu :
1. Mengetahui seberapa besar pengaruh adik terhadap perkembangan
pendidikan anak/kakak baik pengaruh secara langsung maupun tidak
langsung.
2. Mengembangkan / memperoleh suatu cara baru yang dapat digunakan
orang tua untuk memaksimalkan perkembangan pendidikan anak
kaitannya dengan kehadiran saudara (Adik).
3. Memperoleh cara – cara yang tepat yang dapat digunakan untuk
mengatasi permasalahan – permasalahan yang timbul akibat perbedaan
umur atau kebutuhan dari anak.

Pengaruh Adik Terhadap Pendidikan Kakak Page 2


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hadirnya Saudara

Sesuai dengan latar belaang makalah ini, perlu kita ketahui bahwa
kehadiran saudara baru bagi seorang anak sangat berpengaruh untuk
kelangsungan pembelajaran sang anak. Karena muncul rasa cemburu
dengan kehadiran saudara. Sebab sang anak merasa dirinya sudah tidak
diperlukan lagi.
Kelahiran adik baru dalam kehidupan anak dapat menimbulkan
rasa cemburu yang merupakan emosi yang biasa ditemukan dan dialami
oleh anak. Sebelum adik lahir, anak merasa orang tua menjadi miliknya
sepenuhnya dan tidak perlu bersaing dengan orang lain untuk
mendapatkan kasih sayang dan perhatian orang tua (Thompson, 2003).
Persaingan antar saudara kandung adalah suatu hal yang normal terjadi
dalam suatu keluarga dengan berbagai macam bentuk persaingan di antara
kakak dan adik. Selama persaingan tersebut tidak ada kebencian dalam
hati dan tidak ada motif-motif negatif lainnya (Priatna dan Yulia, 2006).
Bahkan, saudara kandung yang dapat bergaul dengan baik juga memiliki
perasaan-perasaan persaingan. Antara saudara kandung yang memiliki
hubungan baik, kadang juga membandingkan dirinya dengan saudaranya
tersebut secara pribadi, dan masing-masing berharap dirinya atraktif,
cerdas, atletis, dan baik sebagaimana saudaranya (Fleming & Ritts, 2007).
Selain itu semakin bertambahnya usia adik, juga berpengaruh
terhadap pendidikan kakak. Sebab interaksi langsung sering terjadi,

Pengaruh Adik Terhadap Pendidikan Kakak Page 3


misalnya saja sewaktu sang kakak belajar, karena rasa ingin tahu adik
sangat besar dia menghampiri kaknya dan selalu bertanya. Disini kakak
mulai terganggu kosentrasi dalam belajar dan emosi terkadang yang sering
keluar.
Menurut Haritz (2008) bahwa persaingan antar saudara kandung
biasa terjadi pada anak usia balita dan usia sekolah, lalu berangsur-angsur
berkurang seiring dengan meningkatkan kedewasaan. Namun, tidak
menutup kemungkinan berlanjut hingga dewasa jika orang tua tidak segera
mengatasinya. Apalagi jika pemahaman keagamaan anak lemah,
perselisihan saudara kandung bisa berkelanjutan sepanjang hidup anak.
Puncaknya adalah ketika orang tua anak-anak meninggal maka anak-anak
ini memperebutkan warisan dengan tidak jarang melukai saudaranya
sendiri. Maka sikap mengabaikan persaingan antar saudara kandung sama
sekali tidak dapat dibenarkan. Mengabaikan ketidakakuran antara kakak
dengan adiknya sama saja dengan mendorong anak-anak berperilaku
demikian. Persaingan antar saudara pada usia remaja hingga dewasa terjadi
akibat tidak tuntasnya orang tua dalam menyelesaikan atau mengatasi
persaingan antar saudara kandung pada masa kanak-kanaknya. Sehingga
rasa persaingan dan permusuhan terus berlanjut.
Menurut Baskett dan Johnson (Santrock, 2011) bahwa ada
beberapa bukti yang menyatakan bahwa interaksi antara saudara kandung
berbeda dari interaksi orang tua-anak. Observasi menunjukkan bahwa
anak-anak berinteraksi lebih positif dan lebih bervariasi dengan orang
tuanya daripada dengan saudara kandungnya. Anak-anak juga lebih
mematuhi perintah orang tuanya daripada perintah saudara kandungnya,
dan saudara kandung mereka berperilaku lebih negatif dan menghukum
terhadap saudara kandung daripada terhadap orang tuanya.

Pengaruh Adik Terhadap Pendidikan Kakak Page 4


B. Pengertian Pendidikan Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak yang


memberikan sumbangan bagi perkembangan dan pertumbuhan mental
maupun fisik anak dalam kehidupann.
Adapun pengertian keluarga secara etimologi adalah suatu
kesatuan (unit) dimana anggota-anggotanya mengabdikan diri kepada
kepentingan dan tujuan tersebut (Uyoh Sadulloh, 2006 : 182). Sedangkan
keluarga menurut istilah adalah dua orang atau lebih yang tinggal bersama
dan terikat karena darah perkawinan dan adopsi. B. Boston yang dikutip
oleh Ishak Sholeh ( 1983 : 11) mengatakan keluarga adalah suatu
kelompok pertalian nasab keluarga yang dapat dijadikan tempat untuk
membina / membimbing anak-anak dan untuk pemenuhan hidup lainnya.
Sehingga sangat jelaslah bahwa pendidikan keluarga adalah bantuan /
pertolongan yang diberikan orang tua kepada anaknya, agar anak itu dapat
menjadi dewasa dan senantiasa terarah dalam kehidupannya.
Pendidikan keluarga merupakan bagian jalur pendidikan luar
sekolah yang diselelnggarakan dalam keluarga dan memberikan keyakinan
agama, nilai budaya, nilai moral dan ketrampilan ( UU Sistem Pendidikan
Nasiaonal No. 2 Tahun 1989).

C. Tujuan, Fungsi dan Ruang Lingkup Pendidikan Keluarga

1. Tujuan Pendidikan Keluarga

Tujuan pendidikan keluarga adalah memelihara,melindungi


anak sehingga dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Keluarga merupakan kesatuan hidup bersama yang utama dikenal
oleh anak sehingga disebut lingkungan pendidikan utama. Proses
pendidikan awal di mulai sejak dalam kandungan. Latar belakang
sosial ekonomi dan budaya keluarga, keharmonisan hubungan

Pengaruh Adik Terhadap Pendidikan Kakak Page 5


antar anggota keluarga, intensitas hubungan anak dengan orang tua
akan sangat mempengaruhi sikap dan perilaku anak. Keberhasilan
anak di sekolah secara empirik sangat dipengaruhi oleh besarnya
dukungan orang tua dan keluarga dalam membimbing anak.

2. Fungsi Pendidikan Keluarga

Adapun fungsi keluarga menurut MI Soelaeman


(1978) adalah :
a. Fungsi edukatif adalah yang mengarahkan keluarga sebagai
wahana pendidikan pertama dan utama bagi anak-anaknya agar
dapat menjadi manusia yang sehat, tangguh, maju dan mandiri
sesuai dengan tuntutan kebutuhan pembangunan yang semakin
tinggi.
b. Fungsi sosialisasi anak adalah keluarga memiliki tugas untuk
mengantarkan dan membimbing anak agar dapat beradaptasi
dengan kehidupan sosial (masyarakat), sehingga kehadirannya
akan diterima oleh masyarakat luas.
c. Fungsi proteksi (perlindungan) adalah keluarga berfungsi sebagai
wahana atau tempat memperoleh rasa nyaman, damai dan tentram
seluruh anggota keluarganya.
d. Fungsi afeksi (perasaan) keluarga sebagai wahana untuk
menumbuhkan dan membina rasa cinta dan kasih sayang antara
sesama anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya.
e. Fungsi religius keluarga sebagai wahana pembangunan insan-insan
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bermoral,
berahlak dan berbudi pekerti luhur sesuai dengan ajaran agamanya.
f. Fungsi ekonomi adalah keluarga sebagai wahana pemenuhan
kebutuhan ekonomi fisik dan materil yang sekaligus mendidik
keluarga untuk hidup efisien, ekonomis dan rasional.
g. Fungsi rekreasi, keluarga harus menjadi lingkungan yang nyaman,
menyenangkan, cerah, ceria, hangat dan penuh semangat.

Pengaruh Adik Terhadap Pendidikan Kakak Page 6


h. Fungsi biologis, keluarga sebagai wahana menyalurkan kebutuhan
reproduksi sehat bagi semua anggota keluarganya.

3. Ruang Lingkup Pendidikan Keluarga

Untuk mengetahui ruang lingkup pendidikan keluarga dapat


diketahui dari jawaban pertanyaan “ sampai berapa jumlah
tanggung jawab keluarga dalam mendidik anak?” tampaknya ruang
lingkup tidak terbatas. Sejak anak dalam kandungan, orang tua
sudah bertanggung jawab penuh atas keselamatan dan
perkembangan anak. Tanggung jawab orang tua terhadap
perkembangan dan pendidikan anaknya tampaknya lebih
berpangkal pada tanggung jawab instingtif dan moral. Dan akan
bertambah ringan, apabila anak sudah mampu berdiri sendiri
karena pada akhirnya orang tua harus “melepaskan“ anaknya,
supaya mampu berdiri dan tidak lagi tergantung kepada orang
tuanya.

D. . Pentingnya Pendidikan Dalam Keluarga

Urgensi dan strateginya penguatan institusi keluarga sebagai


wahana pengembangan sumber daya manusia. Brean
Frenbrenner dalam Syakrani (2001)mengemukakan bahwa sejak dulu
keluarga menjadi wahana pembentukan karakter dan keterampilan dasar
manusia. Bahkan Brenner dan Couts menjabarkan lebih luas bahwa
keluarga yang tangguh bersama lembaga keagamaan dan politik akan
menjadi pilar penyangga terbentuknya civil society.
Betapa pentingnya pendidikan keluarga bagi anak-anak yang
sedang berkembang. Pentingnya pembentukan sumber daya manusia
berbasis keluarga juga bisa dilihat dari konsep investment in
children memahami perlunya penguatan keluarga sebagai wahana

Pengaruh Adik Terhadap Pendidikan Kakak Page 7


pengembangan sumber daya manusia dari sudut pandang orientasi nilai
dan perkembangan daya nalar anak.

E. Strategi Pendidikan Keluarga

Pendekatan pendidikan keluarga adalah secara terpadu, seimbang


antara pendekatan endogenous ( menimbulkan dari dalam )
dan conditioning ( pembisaan, mempengaruhi dari luar )
serta enforcement ( pemaksaan ).
Anak-anak dalam keluarga sangat kuat proses identifikasinya
kepada orang tua dalam berbagai tingkah laku, cara berfikir dan cara
menyikapi tentang suatu keadaan. Di samping faktor keteladanan, faktor
pembiasaan yang didasarkan atas cinta kasih merupakan sarana / alat
pendidikan yang besar pengaruhnya bagi pembentukan budi pekerti dan
moral.
Di dalam keluarga yang religius terjadi interaksi interpersonal yang
bernilai sosial edukatif dan religius. Dan pendidikan agama itu perlu
disesuaikan dengan taraf kematangan anak, tingkat penalaran, emosi,
bakat, pengetahuan dan pengalamannya. Orang tua yang efektif dalam
proses pendidikan ditentukan oleh kemampuannya dalam membimbing
dan mengarahkan serta memecahkan persoalan-persoalan secara
demokratis.
Strategi lain dalam mengembangkan pendidikan dalam keluarga
adalah dengan konsep tumbuh kembang anak yang pertumbuhan fisik dan
otak serta perkembangan motorik, mental, sosio-emosional dan
perkembangan moral spiritual. Ada 3 konsep penting yang mencakup
aktivitas yakni pola suh, pola asah dan pola asih.
Strategi yang dapat digunakan oleg orang untuk mengembangkan
moral dan keterampilannya, yaitu :
1. Bantulah anak untuk menemukan sendiri tujuan hidupnya.
2. Bantulah anak mengembangkan perilaku yang dibutuhkan
untuk mencapai tujuan hidupnya.

Pengaruh Adik Terhadap Pendidikan Kakak Page 8


1. Jadilah figur ideal bagi anak dalam berperilaku.
2. Beri semangat dan gugah hati anak untuk berperilaku terpuji.
Menurut Popov dkk (1997) orang tua dapat berperan sebagai :
1. Educator yaitu bisa menciptakan dan menyadari adanya teach
able momentdalam keluarga.
2. Autority yaitu bisa mengembangkan batas-batas normatif.
3. Guide yaitu bisa share your skills kepada anak-anak.
4. Conselor yaitu mampu memberi dukungan pada anak ketika
mengalami dilema moral.

F. . Pola Asuh Menentukan Keberhasilan Pendidikan Karakter Anak


dalam Keluarga

Keberhasilan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai kebajikan


(karakter) pada anak sangat tergantung pada jenis pola asuh yang
diterapkan orang tua pada anaknya. Pola asuh dapat didefinisikan sebagai
pola interaksi antara anak dengan orangtua yang meliputi pemenuhan
kebutuhan fisik (seperti makan, minum dan lain-lain) dan kebutuhan
psikologis (seperti rasa aman, kasih sayang dan lain-lain), serta sosialisasi
norma-norma yang berlaku di masyarakat agar anak dapat hidup selaras
dengan lingkungannya. Dengan kata lain, pola asuh juga meliputi pola
interaksi orang tua dengan anak dalam rangka pendidikan karakter anak.
Secara umum, Baumrind mengkategorikan pola asuh menjadi tiga
jenis, yaitu : (1) Pola asuh Authoritarian, (2) Pola asuh Authoritative, (3)
Pola asuh permissive. Tiga jenis pola asuh Baumrind ini hampir sama
dengan jenis pola asuh menurut Hurlock juga Hardy & Heyes yaitu: (1)
Pola asuh otoriter, (2) Pola asuh demokratis, dan (3) Pola asuh permisif.
Pola asuh otoriter mempunyai ciri orangtua membuat semua
keputusan, anak harus tunduk, patuh, dan tidak boleh bertanya. Pola asuh
demokratis mempunyai ciri orangtua mendorong anak untuk
membicarakan apa yang ia inginkan. Pola asuh permisif mempunyai ciri
orangtua memberikan kebebasan penuh pada anak untuk berbuat. Kita

Pengaruh Adik Terhadap Pendidikan Kakak Page 9


dapat mengetahui pola asuh apa yang diterapkan oleh orang tua dari ciri-
ciri masing-masing pola asuh tersebut, yaitu sebagai berikut :

Pola asuh otoriter mempunyai ciri :


1. Kekuasaan orangtua dominan
2. Anak tidak diakui sebagai pribadi.
3. Kontrol terhadap tingkah laku anak sangat ketat.
4. Orangtua menghukum anakjika anak tidak patuh.
Pola asuh demokratis mempunyai ciri :
1. Ada kerjasama antara orangtua anak.
2. Anak diakui sebagai pribadi.
3. Adabimbingan dan pengarahan dari orangtua.
4. Ada kontrol dari orangtua yangtidak kaku.
Pola asuh permisif mempunyai ciri :
1. Dominasi pada anak.
2. Sikap longgar atau kebebasan dari orangtua.
3. Tidak ada bimbingan dan pengarahan dari orangtua.
4. Kontrol dan perhatian orangtua sangat kurang.
Melalui pola asuh yang dilakukan oleh orang tua, anak belajar
tentang banyak hal, termasuk karakter. Tentu saja pola asuh otoriter (yang
cenderung menuntut anak untuk patuh terhadap segala keputusan orang
tua) dan pola asuh permisif (yang cenderung memberikan kebebasan
penuh pada anak untuk berbuat) sangat berbeda dampaknya dengan pola
asuh demokratis (yang cenderung mendorong anak untuk terbuka, namun
bertanggung jawab dan mandiri) terhadap hasil pendidikan karakter anak.
Artinya, jenis pola asuh yang diterapkan oleh orang tua terhadap anaknya
menentukan keberhasilan pendidikan karakter anak oleh keluarga.
Pola asuh otoriter cenderung membatasi perilaku kasih sayang,
sentuhan, dan kelekatan emosi orangtua - anak sehingga antara orang tua
dan anak seakan memiliki dinding pembatas yang memisahkan “si
otoriter” (orang tua) dengan “si patuh” (anak). Studi yang dilakukan oleh
Fagan (dalam Badingah, 1993) menunjukan bahwa ada keterkaitan antara

Pengaruh Adik Terhadap Pendidikan Kakak Page 10


faktor keluarga dan tingkat kenakalan keluarga, di mana keluarga yang
broken home, kurangnya kebersamaan dan interaksi antar keluarga, dan
orang tua yang otoriter cenderung menghasilkan remaja yang bermasalah.
Pada akhirnya, hal ini akan berpengaruh terhadap kualitas karakter anak.
Pola asuh permisif yang cenderung memberi kebebesan terhadap
anak untuk berbuat apa saja sangat tidak kondusif bagi pembentukan
karakter anak. Bagaimana pun anak tetap memerlukan arahan dari orang
tua untuk mengenal mana yang baik mana yang salah. Dengan memberi
kebebasan yang berlebihan, apalagi terkesan membiarkan, akan membuat
anak bingung dan berpotensi salah arah.
Pola asuh demokratis tampaknya lebih kondusif dalam pendidikan
karakter anak. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan
oleh Baumrind yang menunjukkan bahwa orangtua yang demokratis lebih
mendukung perkembangan anak terutama dalam kemandirian dan
tanggungjawab. Sementara, orangtua yang otoriter merugikan, karena
anak tidak mandiri, kurang tanggungjawab serta agresif, sedangkan
orangtua yang permisif mengakibatkan anak kurang mampu dalam
menyesuaikan diri di luar rumah. Menurut Arkoff (dalam Badingah,
1993), anak yang dididik dengan cara demokratis umumnya cenderung
mengungkapkan agresivitasnya dalam tindakan-tindakan yang konstruktif
atau dalam bentuk kebencian yang sifatnya sementara saja. Di sisi lain,
anak yang dididik secara otoriter atau ditolak memiliki kecenderungan
untuk mengungkapkan agresivitasnya dalam bentuk tindakan-tindakan
merugikan. Sementara itu, anak yang dididik secara permisif cenderung
mengembangkan tingkah laku agresif secara terbuka atau terang-terangan.
Menurut Middlebrook (dalam Badingah, 1993), hukuman fisik
yang umum diterapkan dalam pola asuh otoriter kurang efektif untuk
membentuk tingkah laku anak karena : (a) menyebabkan marah dan
frustasi (dan ini tidak cocok untuk belajar); (b) adanya perasaan-perasaan
menyakitkan yang mendorong tingkah laku agresif; (c) akibat-akibat
hukuman itu dapat meluas sasarannya, misalnya anak menahan diri untuk
memukul atau merusak pada waktu ada orangtua tetapi segera melakukan

Pengaruh Adik Terhadap Pendidikan Kakak Page 11


setelah orangtua tidak ada; (d) tingkah laku agresif orangtua menjadi
model bagi anak.
Hasil penelitian Rohner (dalam Megawangi, 2003) menunjukkan
bahwa pengalaman masa kecil seseorang sangat mempengaruhi
perkembangan kepribadiannya (karakter atau kecerdasan emosinya).
Penelitian tersebut - yang menggunakan teori PAR (Parental Acceptance-
Rejection Theory)- menunjukkan bahwa pola asuh orang tua, baik yang
menerima (acceptance) atau yang menolak (rejection) anaknya, akan
mempengaruhi perkembangan emosi, perilaku, sosial-kognitif, dan
kesehatan fungsi psikologisnya ketika dewasa kelak.
Dalam hal ini, yang dimaksud dengan anak yang diterima adalah
anak yang diberikan kasih sayang, baik secara verbal (diberikan kata-kata
cinta dan kasih sayang, kata-kata yang membesarkan hati, dorongan, dan
pujian), maupun secara fisik (diberi ciuman, elusan di kepala, pelukan,
dan kontak mata yang mesra). Sementara, anak yang ditolak adalah anak
yang mendapat perilaku agresif orang tua, baik secara verbal (kata-kata
kasar, sindiran negatif, bentakan, dan kata-kata lainnya yang dapat
mengecilkan hati), ataupun secara fisik (memukul, mencubit, atau
menampar). Sifat penolakan orang tua dapat juga bersifat indifeerence
atau neglect, yaitu sifat yang tidak mepedulikan kebutuhan anak baik fisik
maupun batin, atau bersifat undifferentiated rejection, yaitu sifat
penolakan yang tidak terlalu tegas terlihat, tetapi anak merasa tidak
dicintai dan diterima oleh orang tua, walaupun orang tua tidak merasa
demikian.
Hasil penelitian Rohner menunjukkan bahwa pola asuh orang tua
yang menerima membuat anak merasa disayang, dilindungi, dianggap
berharga, dan diberi dukungan oleh orang tuanya. Pola asuh ini sangat
kondusif mendukung pembentukan kepribadian yang pro-sosial, percaya
diri, dan mandiri namun sangat peduli dengan lingkungannya. Sementara
itu, pola asuh yang menolak dapat membuat anak merasa tidak diterima,
tidak disayang, dikecilkan, bahkan dibenci oleh orang tuanya. Anak-anak
yang mengalami penolakan dari orang tuanya akan menjadi pribadi yang

Pengaruh Adik Terhadap Pendidikan Kakak Page 12


tidak mandiri, atau kelihatan mandiri tetapi tidak mempedulikan orang
lain. Selain itu anak ini akan cepat tersinggung, dan berpandangan negatif
terhadap orang lain dan terhadap kehidupannya, bersikap sangat agresif
kepada orang lain, atau merasa minder dan tidak merasa dirinya berharga.
Dari paparan di atas jelas bahwa jenis pola asuh yang diterapkan
orang tua kepada anaknya sangat menentukan keberhasilan pendidikan
karakter anak. Kesalahan dalam pengasuhan anak akan berakibat pada
kegagalan dalam pembentukan karakter yang baik.
Menurut Megawangi (2003) ada beberapa kesalahan orang tua
dalam mendidik anak yang dapat mempengaruhi perkembangan
kecerdasan emosi anak sehingga berakibat pada pembentukan
karakternya, yaitu :
1. Kurang menunjukkan ekspresi kasih sayang baik secara verbal maupun
fisik.
2. Kurang meluangkan waktu yang cukup untuk anaknya.
3. Bersikap kasar secara verbal, misainya menyindir, mengecilkan anak,
dan berkata-kata kasar.
4. Bersikap kasar secara fisik, misalnya memukul, mencubit, dan
memberikan hukuman badan lainnya.
5. Terlalu memaksa anak untuk menguasai kemampuan kognitif secara
dini.
6. Tidak menanamkan "good character' kepada anak.
Dampak yang ditimbulkan dari salah asuh seperti di atas, menurut
Megawangi akan menghasilkan anak-anak yang mempunyai kepribadian
bermasalah atau mempunyai kecerdasan emosi rendah.
a. Anak menjadi acuh tak acuh, tidak butuh orang lain, dan tidak
dapat menerima persahabatan. Karena sejak kecil mengalami
kemarahan, rasa tidak percaya, dan gangguan emosi negatif
lainnya. Ketika dewasa ia akan menolak dukungan, simpati,
cinta dan respons positif lainnya dari orang di sekitarnya. la
kelihatan sangat mandiri, tetapi tidak hangat dan tidak disenangi
oleh orang lain.

Pengaruh Adik Terhadap Pendidikan Kakak Page 13


b. Secara emosiol tidak responsif, dimana anak yang ditolak akan
tidak mampu memberikan cinta kepada orang lain.
c. Berperilaku agresif, yaitu selalu ingin menyakiti orang baik
secara verbal maupun fisik.
d. Menjadi minder, merasa diri tidak berharga dan berguna.
e. Selalu berpandangan negatif pada lingkungan sekitarnya,
seperti rasa tidak aman, khawatir, minder, curiga dengan orang
lain, dan merasa orang lain sedang mengkritiknya.
f. Ketidakstabilan emosional, yaitu tidak toleran atau tidak tahan
terhadap stress, mudah tersinggung, mudah marah, dan sifat
yang tidak dapat dipreaiksi oleh orang lain.
g. Keseimbangan antara perkembangan emosional dan intelektual.
Dampak negatif lainnya dapat berupa mogok belajar, dan
bahkan dapat memicu kenakalan remaja, tawuran, dan lainnya.
h. Orang tua yang tidak memberikan rasa aman dan terlalu
menekan anak, akan membuat anak merasa tidak dekat, dan
tidak menjadikan orang tuannya sebagai ”role model” Anak
akan lebih percaya kepada "peer group"nya sehingga mudah
terpengaruh dengan pergaulan negatif.

Pengaruh Adik Terhadap Pendidikan Kakak Page 14


BAB III
PENUTUP

A. ANALISIS

Dalam pendidikan, keluarga adalah tolak ukur seorang


anak untuk menempuh pendidikan atau pembelajaran bagi dirinya
untuk masa depan. Keluarga yang harmonis dan pengertian serta
mengerti tentang kebutuhan sang anak akan mebnumbuhkan rasa
nyaman bagi sang anak dalam keluarga. Pembelajaran akan
terasanyaman dan sang anak akan sangat mudah dalam
melakukan aktivitaas belajar.
Namun kehadiran saudara atau keluarga baru bagi seorang
anak sangat mempengaruhi keberlangsungan anak dalam
menempuh pendidikan. Interaksi secara langsung maupun tidak
langsung sangat menggangu bagi sang anak. Apalagi jika sang
anak merasa dirinya sudah tidak diperhatikan lagi oleh kedua
orang tuanya. Semakin bertambah besarnya usia adik/ saudara,
juga memberi dampak besar bagi anak untuk menjalankan
rutinitas karena dia merasa mendapatkan saingan dalam keluarga.
Disini peran seorang Ayah/Ibu sebagai orang tua sangat
diperlukan agar seorang anak tidak merasa dirinya di acuhkan,
namun selalu mendapatkan perhatian penuh dari kedua orang
tuannya. Orang tua harus mengerti dan memahami semua sifat-
sifat atau karakter sang anak agar dapat dengan mudah
menuntunnya ke jalan yang benar.

Pengaruh Adik Terhadap Pendidikan Kakak Page 15


B. KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas dapat dimpulkan bahwa


pendidikan lingkungan keluarga merupakan lembaga pendidikan
pertama dan utama tempat anak didik (siswa) menerima
pendidikan dan bimbingan dari orang tuanya atau anggota
keluarganya yang lain. Di dalam keluarga inilah tempat
meletakkan dasar-dasar kepribadian anak didik, keyakinan
agama, nilai budaya, nilai moral dan keterampilan-keterampilan,
sehingga sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan siswa
dalam belajar.
Selain itu dengan hadirnya saudara kandung dalam
kehidapan anak dapat menumbuhkan rasa cemburu yang besar
yang dapat berpengaruh pada kelangsungan pembelajaran sang
anak. Terlebih semakin dewasanya sang adik yang membuat
interaksi dalam hubungan kakak-adik semakin sering dan dengan
mudah terjadi gesekan-gesekan yang menimbulkan pertengkaran.
Orang tua harus selalu memberikan rasa kasih sayangnya
terhadap anaknya, entah anak yang baru dilahirkan atau anak
yang sudah dahulu dilahirkan dengan memberikan rasa kasih
sayang yang seimbang. Mengtahui karakter anak sangat
diperlukan agar orang tua dapat menentukan pola-pola yang akan
dipakai dalam mendidik sang anak.

Pengaruh Adik Terhadap Pendidikan Kakak Page 16


Daftar Pustaka

Nurteti, Lilis. 2010. Pedagogik, Pengantar Teori dan Analisis. IAID


Ciamis Jawa Barat
Nurteti, Lilis. 2010. Pedagogik, Pengantar Teori dan Analisis. IAID
Ciamis Jawa Barat. Untuk kalangan sendiri.
Arifin, M. Dam Aminudin. 1992. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta
Coon, Dennis. (1983). Introduction to Psychology : Exploration and
Aplication. West Publishing Co
Hurlock, E.B. 1981. Child Development. Sixth Edition. McGraw Hill
Kogakusha International Student.
http://imeymaemunah.blogspot.com/2010/12/makalah-pendidikan-
keluarga.html
http://no3vie.wordpress.com/pendidikan-dalam-keluarga/

Pengaruh Adik Terhadap Pendidikan Kakak Page 17

Anda mungkin juga menyukai