Anda di halaman 1dari 9

Nama Kelompok :

1. Dewi Puspitasari 1513022049


2. Intan Hanniva Berliana F. 1513022027
3. Leli Hartina 1513022021
4. Maftuhatus Sa’adah 1513022036
5. Nindi Sella Yuniarti P. 1513022011
6. Ria Rahma Nida 1513022022
7. Siti Nurmahudina 1513022014
8. Yeni Oktavia 1513022047

PEMBENTUKAN LAPISAN GAS RUMAH KACA


OLEH NITROGEN OKSIDA (NOx)

A. Proses Terjadinya Gas Rumah Kaca


Efek rumah kaca, yang pertama kali diusulkan oleh Joseph Fourier pada
tahun 1824, merupakan proses pemanasan permukaan suatu benda langit
(terutama planet atau satelit) yang disebabkan oleh komposisi dan keadaan
atmosfernya. Efek rumah kaca (green house effect) adalah suatu keadaan
yang timbul ketika semakin banyak gas buang yang memiliki sifat penyerap
panas yang ada ke lapisan atmosfer. Menurut Soedomo (1999) bahwa
panjang gelombang yang dapat diserap dan terperangkap oleh gas rumah
kaca adalah panjang gelombang yang lebih besar dari 1200Ao (sinar infra
merah). Efek rumah kaca adalah efek dimana radiasi inframerah yang
dipantulkan oleh permukaan bumi, tidak diteruskan oleh atmosfer ke luar
angkasa tetapi dipantulkan kembali ke bumi. Gas Rumah Kaca bersifat
memantulkan radiasi infra merah. Efek rumah kaca telah meningkatkan
suhu bumi rata-rata 1-5°C. Bila kecenderungan peningkatan gas rumah kaca
tetap seperti sekarang akan menyebabkan peningkatan pemanasan global.

Proses terjadinya gas-gas rumah kaca adalah matahari memancarkan


sinarnya dalam bentuk radiasi ultraviolet ke bumi yang akan diterima oleh
bumi dan dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi inframerah. Sinar
matahari masuk ke bumi sebagai panas dan sebagian dipantulkan kembali
ke angkasa (oleh permukaan bumi yang berwarna muda, yaitu tutupan salju,
awan, dan lain-lain), sebagian lagi diserap baik oleh permukaan bumi yang
berwarna agak gelap maupun oleh “gas-gas rumah kaca” yang terkandung
dalam atmosfer. Gas-gas rumah kaca ini bertindak seperti layaknya “benda
hitam”, di mana cahaya yang datang akan dipantulkan kembali sebagai
panas (cahaya dengan panjang gelombang pendek yang disebut inframerah.
Semakin pendek panjang gelombangnya, semakin panas). Semakin banyak
kandungan atau konsentrasi gas-gas rumah kaca ini, semakin banyak panas
yang dilepaskan, maka semakin panaslah atmosfer bumi. Ini yang disebut
sebagai efek rumah kaca (greenhouse effect).

Gambar 1. Proses Terjadinya Gas Rumah Kaca

Lapisan atmosfir bumi terdiri atas troposfir, stratosfir, mesosfir dan


termosfer. Lapisan terbawah (troposfir) adalah bagian yang terpenting
dalam kasus efek rumah kaca. Sekitar 35% dari radiasi matahari tidak
sampai ke permukaan bumi. Hampir seluruh radiasi yang bergelombang
pendek (sinar alpha, beta dan ultraviolet) diserap oleh tiga lapisan teratas.
Yang lainnya dihamburkan dan dipantulkan kembali ke ruang angkasa oleh
molekul gas, awan dan partikel. Sisanya yang 65% masuk ke dalam
troposfir. Di dalam troposfir ini, 14 % diserap oleh uap air, debu, dan gas-
gas tertentu sehingga hanya sekitar 51% yang sampai ke permukaan bumi.
Dari 51% ini, 37% merupakan radiasi langsung dan 14% radiasi difus yang
telah mengalami penghamburan dalam lapisan troposfir oleh molekul gas
dan partikel debu. Radiasi yang diterima bumi, sebagian diserap sebagian
dipantulkan. Radiasi yang diserap dipancarkan kembali dalam bentuk sinar
inframerah.

Gambar 2. Skema Proses Pemanasan Global

Secara sederhana, proses terjadinya efek rumah kaca dimulai saat panas
matahari merambat dan masuk ke permukaan bumi. Kemudian panas
matahari tersebut akan dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke
angkasa melalui atmosfer. Sebagian panas matahari yang dipantulkan
tersebut akan diserap oleh gas rumah kaca yang berada di atmosfer. Panas
matahari tersebut kemudian terperangkap di permukaan bumi, tidak bisa
melalui atmosfer sehingga suhu bumi menjadi lebih panas.

B. Gas-gas penyebab Gas Rumah Kaca


Sebenarnya, sebagian besar gas rumah kaca adalah gas yang memang secara
alamiah ada di atmosfer kita. Namun, karena perubahan perilaku manusia
terhadap alam akhir-akhir ini, kadar gas tersebut meningkat sehingga
membuat panas yang terperangkap di atmosfer juga lebih banyak lagi. Oleh
karena itu kita perlu mengatur pola konsumsi kita dalam beberapa hal
karena secara tidak langsung dapat meningkatkan kadar gas rumah kaca di
udara. Berikut adalah gas-gas rumah kaca pada atmosfir.

1) Uap air (H₂O) adalah gas rumah kaca yang timbul secara alami dan
bertanggungjawab terhadap sebagian besar dari efek rumah kaca.
Konsentrasi uap air berfluktuasi secara regional, dan aktivitas manusia
secara langsung memengaruhi konsentrasi uap air kecuali pada skala
lokal.
2) Karbon dioksida (CO2), manusia telah meningkatkan jumlah
karbondioksida yang dilepas ke atmosfer ketika mereka membakar
bahan bakar fosil, limbah padat, dan kayu untuk menghangatkan
bangunan, menggerakkan kendaraan dan menghasilkan listrik. Pada saat
yang sama, jumlah pepohonan yang mampu menyerap karbondioksida
semakin berkurang akibat perambahan hutan untuk diambil kayunya
maupun untuk perluasan lahan pertanian.
3) Metana (CH4) yang merupakan komponen utama gas alam juga
termasuk gas rumah kaca. Ia merupakan insulator yang efektif, mampu
menangkap panas 20 kali lebih banyak bila dibandingkan
karbondioksida. Metana dilepaskan selama produksi dan transportasi
batu bara, gas alam, dan minyak bumi. Metana juga dihasilkan dari
pembusukan limbah organik di tempat pembuangan sampah (landfill),
bahkan dapat keluarkan oleh hewan-hewan tertentu, terutama sapi,
sebagai produk samping dari pencernaan. Sejak permulaan revolusi
industri pada pertengahan 1700-an, jumlah metana di atmosfer telah
meningkat satu setengah kali lipat.
4) Nitrogen oksida (NOx) adalah gas insulator panas yang sangat kuat. Ia
dihasilkan terutama dari pembakaran bahan bakar fosil dan oleh lahan
pertanian. Nitrogen oksida dapat menangkap panas 300 kali lebih besar
dari karbondioksida. Konsentrasi gas ini telah meningkat 16 persen bila
dibandingkan masa pre-industri. Nitrous oksida berasal dari kegiatan
pertanian/ peternakan, transportasi.
5) Gas lainnya, Gas rumah kaca lainnya dihasilkan dari berbagai proses
manufaktur. Campuran berflourinasi dihasilkan dari peleburan
alumunium. Hidrofluorokarbon (HCFC-22) terbentuk selama
manufaktur berbagai produk, termasuk busa untuk insulasi, perabotan
(furniture), dan tempat duduk di kendaraan. Lemari pendingin di
beberapa negara berkembang masih menggunakan klorofluorokarbon
(CFC) sebagai media pendingin yang selain mampu menahan panas
atmosfer juga mengurangi lapisan ozon (lapisan yang melindungi Bumi
dari radiasi ultraviolet). Selama masa abad ke-20, gas-gas ini telah
terakumulasi di atmosfer, tetapi sejak 1995, untuk mengikuti peraturan
yang ditetapkan dalam Protokol Montreal tentang Substansi-substansi
yang Menipiskan Lapisan Ozon, konsentrasi gas-gas ini mulai makin
sedikit dilepas ke udara.

C. Nitrogen Oksida sebagai penyebab Gas Rumah Kaca


Menurut Pohan (2002), pencemaran gas NOx di udara terutama berasal dari
gas buangan hasil pembakaran yang keluar dari generator pembangkit listri
stasioner atau mesin-mesin yang menggunakan bahan bakar gas alami.
Menurut Anonim (2004), dari seluruh jumlah oksigen nitrogen (NOx) yang
dibebaskan ke udara, jumlah yang terbanyak adalah dalam bentuk NO yang
diproduksi oleh aktivitas bakteri. Namun pencemaran NO dari sumber alami
ini tidak merupakan masalah karena tersebar secara merata sehingga
jumlahnya menjadi kecil. Masalahnya adalah pencemaran NO yang
diproduksi oleh kegiatan manusia karena jumlahnya akan meningkat pada
tempat-tempat tertentu. Kadar NOx di udara perkotaan biasanya 10–100
kali lebih tinggi dari pada di udara pedesaan. Kadar NOx di udara daerah
perkotaan dapat mencapai 0,5 ppm (500 ppb). Seperti halnya CO, emisi
NOx dipengaruhi oleh kepadatan penduduk karena sumber utama NOx yang
diproduksi manusia adalah dari pembakaran dan kebanyakan pembakaran
disebabkan oleh kendaraan bermotor, produksi energi dan pembuangan
sampah. Sebagian besar emisi NOx buatan manusia berasal dari
pembakaran arang, minyak, gas, dan bensin.

D. Dampak NOx dan Gas Rumah kaca


Berikut adalah dampak yang ditimbulkan akibat NOx sebagai gas rumah
kaca dan dampak dari rumah kaca itu sendiri.
1. Dampak Terhadap Kesehatan Manusia. Udara yang mengandung gas
NO dalam batas normal relatif aman dan tidak berbahaya, kecuali jika
gas NO berada dalam konsentrasi tinggi. Konsentrasi gas NO yang
tinggi dapat menyebabkan gangguan pada system saraf yang
mengakibatkan kejang-kejang. Bila keracunan ini terus berlanjut akan
dapat menyebabkan kelumpuhan. Gas NO akan menjadi lebih
berbahaya apabila gas itu teroksidasi oleh oksigen sehinggga menjadi
gas NO2 (Pohan, 2002). Percobaan pada manusia menyatakan bahwa
kadar NO2 sebsar 250 μg/m3 dan 500 μg/m3 dapat mengganggu fungsi
saluran pernafasan pada penderita asma dan orang sehat.
2. Dampak Terhadap Lingkungan Sekitar. Pencemaran oksida nitrogen
bagi tumbuhan menyebabkan bintik-bintik pada permukaan daun, bila
konsentrasinya tinggi mengakibatkan nekrosis (kerusakan jaringan
daun), sehingga fotosintesis terganggu. Dalam keadaan seperti ini daun
tidak dapat berfungsi sempurna sebagai temapat terbentuknya
karbohidrat melalui proses fotosintesis. Akibatnya tanaman tidak dapat
berproduksi seperti yang diharapkan. Konsentrasi NO sebanyak 10 ppm
sudah dapat menurunkan kemampuan fotosintesis daun sampai sekitar
60% hingga 70%. Di udara oksida nitrogen dapat menimbulkan PAN
(Peroxy Acetyl Nitrates) yang dapat menyebabkan iritasi mata (pedih
dan berair). PAN bersama senyawa yang lain akan menimbulkan kabut
foto kimia (Photo Chemistry Smog) yang dapat mengganggu lingkungan
dan dapat merusak tanaman. Daun menjadi pucat karena selnya mati.
Jika hidrokarbon bercampur bahan lain toksitasnya akan meningkat.
Berdasarkan studi menggunakan binatang percobaan, pengaruh yang
membahayakan seperti misalnya meningkatnya kepekaan terhadap
radang saluran pernafasan, dapat terjadi setelah mendapat pajanan
sebesar 100 μg/m3.
3. Perubahan Iklim. Perubahan iklim mempengaruhi komposisi atmosfer
global yang disebabkan secara langsung maupun tidak oleh kegiatan
manusia. Daerah hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak
air yang menguap dari lautan. Kelembababn yang tinggi akan
meningkatkan curah hujan secara rata-rata, sekitar 1% untuk setiap
derajat fahrenheit pemanasan. Selain itu, air akan cepat menguap dari
tanah. Akibatnya beberapa daerah akan mengalami kekeringan.
berlaanan dengan emanasan yang terjadi, beberapa kondisi yang sangat
dingin akan terjadi. Pola cuaca menjadi sulit terprediksi dan akan lebih
ekstrim.
4. Peningkatan Tinggi Muka Air Laut. Perubahan tinggi muka laut akan
sangat mempengaruhi kehidupan pantai. Erosi dari tebing, pantai, dan
bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara
sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan. Disisi lain,
tutupan salju akan semakin sdikit di beberapa daerah, teurtama pada
musim semi.
5. Pemanasan Global dan Lapisan Ozon. Pemanasan global dan efek
rumah kaca mengacu ke pemanasan bagian bawah atmosfer (troposfer)
karena peningkatan konsentrasi dari gas-gas yang memerangkap panas
(gas rumah kaca). Sedangkan lubang ozon mengacu kepada hilangnya
lapisan ozon di lapisan atas atmosfer (stratosfer) yang merupakan
ancaman yang cukup serius karena ozon menghalangi radiasi ultraviolet
dari matahari yang berbahaya bagi tanaman, binatang dan
manusia. Lapisan ozon memerangkap panas, sehingga apabila hilang
maka stratosfer akan menjadi dingin, sehingga menyeimbangkan efek
pemanasan dari gas lain yang memerangkap panas. Tetapi ini bukan
berarti alasan untuk merasa lega karena pendinginan stratosfer dapat
menyebabkan perubahan iklim yang berakibat pada perubahan pola
cuaca di daerah yang terletak pada garis lintang bumi yang lebih tinggi.
Pemerangkapan panas troposfer berakibat semakin sedikit panas yang
terlepas ke angkasa luar, sehingga stratosfer akan mendingin. Semakin
dingin stratosfer, semakin besar kerusakan yang terjadi pada lapisan
ozon.
6. Gangguan Ekologis. Hewan dan tumbuhan sulit menghindar dari efek
pemanasan global, karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia.
Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah
kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah
pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi
terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi
perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan
yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan
mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah
menuju kutub mungkin juga akan musnah.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Proses Terjadinya Gas Rumah Kaca dan Dampak-Dampaknya.


http://airpollution2014.weebly.com/gas-rumah-kaca/february-24th-2014. Diunduh
pada 13 Oktober 2016. Pukul 02.14 WIB.

Killen, Maskell., 1996, Climate Change 1995: The Science of Climate Change:
Intergovernmental Panel on Climate Change. Cambridge University Press,
Cambridge.

Soedomo. 1999. Pencemaran Udara. Bandung: Penerbit ITB

Anda mungkin juga menyukai