Anda di halaman 1dari 27

SIROSIS HEPATIS

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

LA ODE AGUSTINO SAPUTRA RULYANIS

MUSTIKA MUIN NURFITRIANI

ISLAMIAH MUHRINA

NURUL DWI WARDHANI DINA FATRIKA

SALMIAH HIKMAWATI

NUR ANNISA RADIYAH

MARDIAH

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat serta

karunia-Nya serta sholawat kepada Rosulullah Saw, sehingga kami berhasil

menyelesaikan makalah ini dengan judul “SIROSIS HEPATIS”.

Makalah yang kami susun ini berisi mengenai konsep medis dan

keperawatan penyakit sirosis hepatis yang berasal dari berbagai literatur yang

telah kami kumpulkan. Kami menyadarai bahwa kami membutuhkan saran dari

pembaca mengenai isi makalah kami ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca.

Samata, 25 Maret 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………

DAFTAR Isi……………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………………...

B. Rumusan Masalah……………………………………………………..

C. Tujuan …………………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi………………………………………………………………..

B. Etiologi………………………………………………………………..

C. Patofisiologi………………………………………………………….

D. Manifestasi klinis……………………………………………………..

E. Pemeriksaan Penunjang………………………………………………

F. Penatalaksanaan………………………………………………………

G. Komplikas……………………………………………………………

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian……………………………………………………………

B. Diagnosis……………………………………………………………..

C. Intervensi……………………………………………………………..
D. Evaluasi………………………………………………………………

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………..
B. Saran..................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. Di dalam hati

terjadi proses-proses penting bagi kehidupan kita, yaitu proses

penyimpanan energi, pengaturan metabolisme kolesterol, dan penetralan

racun/obat yang masuk dalam tubuh kita, sehingga dapat kita bayangkan

akibat yang akan timbul apabila terjadi kerusakan pada hati.

Sirosis hepatis adalah suatu penyakit di mana sirkulasi mikro, anatomi

pembuluh darah besar dan seluruh system arsitekture hati mengalami

perubahan menjadi tidak teratur dan terjadi penambahan jaringan ikat

(firosis) di sekitar paremkin hati yang mengalami regenerasi. sirosis

didefinisikan sebagai proses difus yang di karakteristikan oleh fibrosis dan

perubahan strukture hepar normal menjadi penuh nodule yang tidak

normal.

Di negar maju, sirosis hati merupakan penyebab kematian terbesar ke

tiga pada pasien yang berusai 45-46 tahun ( setelah penyakit

kardiovaskuler dan kanker). Diseluruh dunia sirosis menempati urutan ke

tujuh penyebab kematian. Sekitar 25.000 orang meninggal setiap tahun

akibat penyakit ini. Sirosis hati merupakan panyakit hati yang sering

ditemukan dalam ruang perawatan penyakit dalam. Di Indonesia sirosis

hati lebih sering di jumpai pada laki – laki dari pada perempuan. dengan

perbandingan 2 – 4 : 1.
B. Rumusan Masalah

1. Jelaskan defenisi sirosis hepatis!

2. Jelaskan manifestasi sirosis hepatis!

3. Jelaskan penatalaksanaan sirosis hepatis!

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui defenisi sirosis hepatis.

2. Untuk mengetahui manifestasi klinik sirosis hepatis .


3. Untukmengetahui penatalaksanaan sirosis hepatis.
BAB II
KONSEP MEDIS

A. Defenisi

Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan

adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan

adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas. Pembentukan

jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan

menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur

akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut

Sirosis hepatis adalah penyakit hati kronis yang tidak diketahui

penyebabnya dengan pasti. Telah diketahui bahwa penyakit ini merupakan

stadium akhir dari penyakit hati kronis dan terjadinya pergeseran dari hati.

Sirosis hati adalah penyakit hati yang kronis yang ditandai oleh adanya

peradangan difus pada hati, diikuti dengan poliferasi jaringan ikat,

degenerasi dan regenerasi sel hati disertai nodul dan merupakan stadium

akhir dari penyakit hati kronis dan terjadinya pengerasan dari hati.

B. Etiologi

Penyebab sirosis hati antara lain:

1. Malnutrisi

2. Alkoholisme

3. Virus hepatitis

4. Kegagalan jantung yang menyebabkan bendungan vena hepatika

5. Penyakit Wilson (penumpukan tembaga yang berlebihan bawaan)

6. Hemokromatosis (kelebihan zat besi)


7. Zat toksik
Ada 3 tipe atau pembentukan parut dalam hati:

1. Sirosis Laennec (alkoholik, nutrisional) dimana jaringan parut secara

khas mengelilingi daerah portal. Sering disebabkan oleh alkoholis

kronis.

2. Sirosis pascanekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar

sebagai akibat lanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya.

3. Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati

disekitar saluran empedu. Terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis

dan infeksi (kolangitis).

C. Patofisiologi

Meskipun ada beberapa faktor yang terlibat dalam etiologi sirosis,

konsumsi minuman beralkohol dianggap sebagai faktor penyebab yang

utama. Sirosis terjadi dengan frekuensi paling tinggi pada peminum

minuman keras. Meskipun defisiensi gizi dengan penurunan asupan protein

turut menimbulkan kerusakan hati pada sirosis, namun asupan alkohol yang

berlebihan merupakan faktor penyebab yang utama pada perlemakan hati

dan konsekuensi yang ditimbulkannya, namun demikian, sirosis juga

pernah terjadi pada individu yang tidak memiliki kebiasaan minuma

minuman keras dan pada individu yang dietnya normal tetapi dengan

konsumsi alkohol yang tinggi.

Sebagian individu tampaknya lebih rentan terhadap penyakit ini

diabnding individu lain tanpa ditentukan apakah individu tersebut memiliki

kebiasaan meminum minuman keras ataukah menderita malnutrisi. Faktor

lainnya dapat memainkan peranan, termasuk pajanan dengan zat kimia

tertentu (karbon tetraklorida, naftalen terklorinasi, asen atau fosfor) atau


infeksi skistosomiasis yang mebular. Jumlah laki-laki penderita sirosis

adalah dua kali lebih banyak daripada wanita, dan mayoritas pasien sirosis

berursia 40-60 tahun.

Sirosis alkoholik atau secara historis disebut sirosis Laennec ditandai

oleh pembentukan jaringan parut yang difus, kehilangan sel-sel hati yang

uniform, dan sedikit nodul regeneratif. Sehingga kadang-kadang disebut

sirosis mikronodular. Sirosis mikronodular dapat pula diakibatkan oleh

cedera hati lainnya. Tiga lesi utama akibat induksi alkohol adalah
perlemakan hati alkoholik, hepatis alkoholik, dan sirosis alkoholik.

Pandangan Islam terhadap Alkohol

Dari mansur bin ja’far, dari Asma bin yazid RA. Rasulullah bersabda:

‫ص ََلتَهُ أَ ْربَ ِعيْنَ يَ ْو ًما‬ ْ َ‫ِي أَذْ َهب‬


َ ‫ت َع ْقلَهُ لَ ْم ت ُ ْقبَ ْل‬ َ ‫س ْبعًا فَإ ِ ْن ه‬ ْ َ‫ب ْالخ َْم َر فَ َجعَلَ َهافِى ب‬
َ ‫طنِ ِه لَ ْم ت ُ ْقبَ ْل‬
َ ُ‫ص ََلتَه‬ َ ‫َم ْن ش َِر‬
.‫َّللاَ أَ ْن يُ ْس ِقيَهُ ِم ْن ِط ْينَ ِة ْال َخبَ ِل‬
‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َوإِ ْن َعادَ َكانَ َحقًّا َعلَى ه‬
‫َاب ه‬ َ ‫َوإِ ْن َماتَ َماتَ كَافِ ًرا َوإِ ْن ت‬
َ ‫َاب ت‬

Artinya : ”Barang siapa meminum minuman keras hingga masuk ke dalam

perutnya maka tidak diterima shalatnya selama 7 hari, apabila meminum

minuman keras sampai hilang akalnya (mabuk) maka tidak diterima

shalatnya selama 40 hari, apabila ia mati, matinya dalam keadaan kafir,

apabila ia bertaubat maka Allah akan menerimanya, apabila ia

mengulanginya lagi maka hak Allah nanti akan memberikan minuman dari

darah campur nanah.”

D. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinis dari sirosis hepatis antara lain:

1. Pembesaran Hati
Pada awal perjalanan sirosis hati, hati cenderung membesar dan

sel-selnya dipenuhi oleh lemak. Hati tersebut menjadi keras dan

memiliki tepi tajam yang dapat diketahui melalui palpasi. Nyeri

abdomen dapat terjadi sebagai akibat dari pembesaran hati yang cepat

dan baru saja terjadi sehingga mengakibatkan regangan pada selubung

fibrosa hati (kapsula Glissoni). Pada perjalanan penyakit yang lebih

lanjut, ukuran hati akan berkuranng setelah jaringan parut

menyebabkan pengerutan jaringan hati. Apabila dapat dipalpasi,

permukaan hati akan teraba benjol-benjol (noduler).

2. Obstruksi Portal dan Asites

Menifestasi lanjut sebagian disebabkan oleh kegagalan fungsi hati

yang kronis dan sebagian lagi oleh obstruksi sirkulasi portal. Semua

darah dari organ-organ digestif praktis akan berkumpul dalam vena

porta dan dibawa ke hati. Karena hati yang sirotik tidak

memungkinkan perlintasan darah yang bebas, maka aliran darah

tersebut akan kembali ke dalam limpa dan traktus gastrointestinal

dengan konsekuensi bahwa organ-organ ini menjadi tempat kongesti

pasif yang kronis; dengan kata lain, kedua organ tersebut akan

dipenuhi oleh darah dan dengan demikian tidak dapat bekerja dengan

baik. Pasien dengan keadaan semacam ini cenderung menderita

dispepsia kronis dan konstipasi atau diare. Berat badan pasien secara

berangsur-angsur mengalami penurunan.

3. Varises Gastrointestinal

Obstruksi aliran darah lewat hati yang terjadi akibat perubahan

fibrotik juga mengakibatkan pembentukan pembuluh darah kolateral

dalam sistem gastrointestinal dan pemintasan (shunting) darah dari


pembuluh portal ke dalam pembuluh darah dengan tekanan yang lebih

rendah. Sebagai akibatnya, penderita sirosis sering memperlihatkan

distensi pembuluh darah abdomen yang mencolok serta terlihat pada

inspeksi abdomen (kaput meduse), dan distensi pembuluh darah

diseluruh traktus gastrointestinal. Esofagus, lambung dan rektum

bagian bawah merupakan daerah yang sering mengalami pembentukan

pembuluh darah kolateral. Distensi pembuluh darah ini akan

membentuk varises atau hemoroid tergantung pada lokasinya.

4. Edema

Gejala lanjut lainnya pada sirosis hepatis ditimbulkan oleh gagal

hati yang kronis. Konsentrasi albumin plasma menurun sehingga

menjadi predisposisi untuk terjadinya edema. Produksi aldosteron yang

berlebihan akan menyebabkan retensi natrium serta air dan ekskresi

kalium.

5. Defisiensi Vitamin dan Anemia

Karena pembentukan, penggunaan dan penyimpanan vitamin

tertentu yang tidak memadai (terutama vitamin A, C dan K) maka

tanda-tanda defisiensi vitamin tersebut sering dijumpai, khususnya

sebagai fenomena hemoragik yang berkaitan dengan defisiensi vitamin

K. Gastritis kronis dan gangguan fungsi gastrointestinal bersama-sama

asupan diet yang tidak adekuat dan gangguan fungsi hati turut

menimbulkan anemia yang sering menyertai sirosis hepatis. Gejala

anemia dan status nutrisi serta kesehatan pasien yang buruk akan

mengakibatkan kelelahan hebat yang mengganggu kemampuan untuk

melakukan aktivitas rutin sehari-hari.

6. Kemunduran Mental
Manifestasi klinis lainnya adalah kemunduran fungsi mental

dengan ensefalopati dan koma hepatik yang membakat. Karena itu,

pemeriksaan neurologi perlu dilakukan pada sirosis hepatis dan

mencakup perilaku umum pasien, kemampuan kognitif, orientasi

terhadap waktu serta tempat, dan pola bicara.

E. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Darah lengkap: Hb, hematokrit dan eritrosit mungkin menurun

karena perdarahan. Kerusakan eritrosit dan anemia terlihat dengan

hipersplenisme dan defisiensi besi. Leukopenia mungkin ada sebagai

akibat hipersplenisme.

b. Kenaikan kadar SGOT, SGPT

c. Albumin serum menurun

d. Pemeriksaan kadar elektrolit: hypokalemia

e. Pemajangan masa protrombin

f. Glukosa serum: hipoglikemi

g. Fibrinogen menurun

h. BUN meningkat

2. Pemeriksaan Diagnostik

a. Radiologi: dapat dilihat adanya varises esofagus untuk konfirmasi

hipertensi portal

b. Esofagoskopi: dapat menunjukkan adanya varises esophagus

c. USG

d. Angiografi: untuk mengukur tekanan vena porta


e. Skan/biopsi hati: mendeteksi infiltrat lemak, fibrosis, kerusakan

jaringan hati

f. Partografi transhepatik perkutaneus: memperlihatkan sirkulasi sistem

vena portal

F. Penatalaksanaan

1. Pasien dalam keadaan kompensasi hati yang baik cukup dilakukan

kontrol yang teratur, istirahat yang cukup, susunan diet tinggi kalori

tinggi protein, lemak secukupnya.

2. Pasien sirosis dengan penyebab yang diketahui seperti:

a. Alkohol dan obat-obatan dianjurkan menghentikan penggunaannya.

Alkohol akan mengurangi pemasukan protein ke dalam tubuh.

Dengan diet tinggi kalori (300 kalori), kandungan protein makanan

sekitar 70-90 gr sehari untuk menghambat perkembangan kolagenik

dapat dicoba dengan pemberian D penicilamine dan cochicine

b. Hemokromatis: dihentikan pemakaian preparat yang mengandung

besi/terapi kelasi (desferioxamine). Dilakukan vena seksi 2x

seminggu sebanyak 500cc selama setahun.

c. Pada hepatitis kronik autoimun diberikan kortikosteroid

3. Terapi terhadap komplikasi yang timbul

a. Asites: tirah baring dan diawali diet rendah garam, konsumsi garam

sebanyak 5,2 gram/hari. Diet rendah garam dikombinasi dengan

obat-obatan diuretik. Awalnya dengan pemberian spironolakton

dengan dosis 100-200 mg sekali sehari. Respons diuretik bisa

dimonitor dengan penurunan berat badan 0,5 kg/hari tanpa adanya

edema kaki atau 1 kg/hari dengan adanya edema kaki. Bilamana


pemberian spironolakton tidak adekuat bisa dikombinasi dengan

furosemid dengan dosis 20-40 mg/hari. Pemberian furosemid bisa

ditambah dosisnya bila tidak ada respons, maksimal dosisnya 1600

mg/hari. Paresentesis dilakukan bila asites sangat besar.

Pengeluaran asites bisa hingga 4-6 liter dan dilindungi dengan

pemberian albumin.

b. Perdarahan varises esofagus (hematemesis, hematemesis dengan

melena atau melena saja)

1) Lakukan aspirasi cairan lambung yang berisi darah untuk

mengetahui apakah perdarahan sudah berhenti atau masih

berlangsung

2) Bila perdarahan banyak, tekanan sistolik dibawah 100 mmHg,

nadi diatas 100x/menit atau Hb dibawah 99% dilakukan

pemberian IVFD dengan pemberian dextrose/salin dan transfusi

darah secukupnya.

3) Diberikan vasopresin 2 amp 0,1 gr dalam 500 cc D5% atau

normal salin pemberian selama 4 jam dapat diulang 3 kali.

c. Ensefalopati

1) Dilakukan koreksi faktor pencetus seperti pemberian KCL pada

hypokalemia

2) Mengurangi pemasukan protein makanan dengan memberi diet

sesuai

3) Aspirasi cairan lambung bagi pasien yang mengalami

perdarahan pada varises

4) Pemberian antibiotik campisilin/sefalosporin pada keadaan

infeksi sistemik
5) Tranpalntasi hati

d. Peritonitis bakterial spontan: diberikan antibiotik pilihan seperti

cefotaksim, amoxicilin, aminoglikorida

e. Sindrom hepatorenal/nefrotik hepatik: mengatur keseimbangan

cairan dan garam.

G. Komplikasi

1. Hipertensi portal

2. Coma/ensefalopaty hepatikum

3. Hepatoma

4. Asites

5. Peritonitis bakterial spontan

6. Kegagalan hati (hepatoselular)

7. Sindrom hepatorenal
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

I. Identitas pasien

Nama : Ny A

Umur : 54 tahun

Agama : tidak terkaji

Alamat : tidak terkaji

Jenis kelamin : Perempuan

Pendidikan : tidak terkaji

Suku bangsa : tidak terkaji

Tanggal masuk : tidak terkaji

Tanggal pengkajian : tidak terkaji

Waktu : tidak terkaji

Diagnose medis : Chirrosis Hepatis

Penanggung jawab pasien

Nama : tidak terkaji

Alamat : tidak terkaji

Pekerjaan : tidak terkaji

Hubungan dengan pasien : tidak terkaji

II. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan utama

Mual dan muntah darah

2) Riwayat kesehatan sekarang


Sehari sebelum masuk RS pasien mengeluh sesak nafas, nafsu

makan menurun, mual (+), muntah merah kehitaman kurang lebih 2

gelas, BAB hitam, urine kuning pekat, mata dan wajahnya tampak

kuning. Pasien segera dibawa ke RS.

3) Riwayat penyakit dahulu

Pasien adalah penderita Hepatitis B dan HBs Ag (+) sejak 7 tahun

yang lalu.

4) Riwayat penyakit keluarga

Tidak terkaji

III. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum : Compos mentis; GCS: tidak terkaji

TTV : TD: 130/80 mmHg

N: 92x/mnt

R: 28 x/mnt

S: 36°C

2) Pengukuran antropometri

BB : tidak terkaji

TB: tidak terkaji

3) Aktivitas/istirahat

a. Gejala : kelemahan, kelelahan

b. Tanda : latergi, penurunan massa otot/tonu

4) Makanan/Cairan

a. Gejala : anoreksia, tidak toleran terhadap makanan/tak dapat

mencerna, mual/muntah
b. Tanda : penurunan berat badan/ peningkatan (cairan), kulit

kering, turgor buruk, ikterik: angioma spider, napas berbau/

fetor hepatika, pedarahan gusi

5) Neurosensori

a. Gejala : orang terdekat dapat melaporkan perubahan

kepribadian, penurunan mental

b. Tanda : perubahan mental, bingung halusinasi, koma, bicara

lambat/tak jelas

6) Nyeri

a. Gejala : nyeri tekan abdomen/ nyeri kuadran kanan atas

b. Tanda : perilaku berhati-hati/ distraksi, fokus pada diri sendiri

7) System pengelihatan

Konjungtiva anemis, sclera ikterik

8) System pernapasan

Klien sesak napas, ronchi (+/+), hasil rontgen terbaca adanya effusi

pleura bilateral. RR 28 x/mnt, terpasang oksigen 4 lt/mnt binasal

kanul.

9) System kardiovaskuler

JVP tidak meningkat, TD: 110/70 mmHg, N: 100 x/mnt.

10) System pencernaan

Nafsu makan klien menurun, mual (+), muntah merah kehitaman

kurang lebih 2 gelas, BAB hitam, abdomen tampak cembung,

ascites, terdapat hepatomegali.


11) System perkemihan

Urine berwarna kuning pekat.

12) System musculoskeletal


engan atas kurus, ekstremitas atas tidak ada edema, ekstremitas
bawah edema,pittig edema +2.

13) System integument


Klien mengeluh gatal-gatal pada kulit , Terdapat spiderNevi (+)

IV. Pola Aktivitas


B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri

2. Pola nafas tidak efektif

3. Intoleransi aktifitas

4. Gangguan integritas kulit

5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

C. Perencanaan / Intervensi.

No Diagnosa Kriteria hasil Intervensi

1 Nyeri - pain level - lakukan pengkajian

Berhubungan dengan : - pain control nyeri secara

Kimia,biologi,fisik,psikologi - comfort level komprehensif

dan kerusakn jaringan setelah di lakukan tindakan - observasi reaksi

keperawatan nyeri klien berkurang nonverbal ketidak

dengan criteria nyamanan

- mampu mengontrol nyeri - control lingkungan

menggunakan tehnik yang dapaat

nonfarmakologi memperparah rasa

- melaporkan bahwa nyeri nyeri

berkurang dengan - ajarkan tehnik

menajemen nyeri nonvarmakologi ,

- mampu mengalihkan nyeri relaksasi nafas dalam,

- menyatakan rasa nyaman distraksi,kompres


setelah nyeri berkurang hangat/dingin

19
- tidak mengalami gangguan

tidur

2 Pola nafas tidak efektif - respiratory status : ventilasi - posisikan klien untuk

Berhubungan dengan - vital sign status memaksimalkan

- hiperventilasi setelah dilakukan tindakan ventilasi

- penurunan energi keperawatan - pasang mayo bila

- perusakan - mengajarkan klien batuk perlu

musculoskeletal efektif - lakukan fisioterapi

- kelelahan otot - tanda-tanda vital dalam bila perlu

pernfasan rentang normal - auskultasi suara nafas

- hiperventilasi - berikan pelembab

sindrom kasa basa NaCl

- nyeri - observasi adanya

- kecemasan hiperventilasi

- terapkan tehnik

relaksasi untuk

maksimalkan ventilasi

3 Intoleransi aktivitas - self cara : ADLs - observasi adanya

Berhubungan dengan - aktivitas : konservasi pembatan klien dalam

- tirah baring energy melakukan aktivitas

- kelemahan setelah dilakukan tindakan - kaji adanya faktor

keseluruhan keperawatan klien bertoleransi yang menyebabkan

terhadap aktivitas kembali dengan kelemahan

criteria - monitor nutrisi dan

20
- berpartisipasi dalam sumber energy yang

kegiatan fisik tanpa di sertai adekuat

peningkatan tekanan darah - monitor respon

- mampu melakukan aktivitas akrdiovaskular dalam

sehari-hari aktivitas

- keseimbangan aktivitas dan - monitor pola tidur dan

istirahat lamanya

- bantu memilih

aktivitas konsisten

sesuai kemempuan

fisik

4 Gangguan integrits kulit - Tissue integrity : skin and Pressure Management

Berhungan dengan : mucous membranes - Jaga kebersihan

- gatal yang di - Wound healing : primer kulit agar tetap

rasakan klien dan sekunder bersih dan kering

Setelah dilakukan tindakan - Hindari kerutan

keperawatan integritas kulit ditempat tidur

normal kembali dengan - Anjurkan memakai

Kriteria Hasil: pakaian yang

- Integritas kulit yang baik longgar

bisa dipertahankan - Mobilisasi pasien

(sensasi, elastisitas, (ubah posisi pasien)

temperatur, hidrasi, setiap dua jam

pigmentasi) - Monitor kulit akan

21
- Tidak ada luka/lesi pada adanya kemerahan

kulit kemerahan dapat

- Perfusi jaringan baik menandakan adanya

- Mampu melindungi kulit infeksi

dan mempertahankan - Monitor status

kelembaban kulit dan nutrisi pasien

perawatan alami

- Menunjukkan terjadinya

proses penyembuhan luka

5 Nutrisi kurang dari - energy conservation - kolaborasi dengan

kebutuhan tubuh berhungan - activity tolerance tenaga medis

dengan : - self care ADLs tentang pemberian

Adanya kontraksi abdomen Setelah dilakukan perawatan terapi

(mual/muntah) nutrisi klien dapat terpenuhi. - bantu kien

Kriteria hasil: mengidentivikasi

Mengatasi mual: aktivitas yang

- kaji kapan muncul rasa mempu di lakukan

mual - bantu klien untuk

- kaji yang mendapatkan alat

mengakubatkan rasa bantu aktivitas

mual seperti kursi roda

Status nutrisi: - bantu klien untuk

- pemasukan gizi dengan membuat jadwal

22
diet cair TKTP latihan di waktu

- diet rendah garam luang

- pemasukan makanan - monitorrespon fisik,

sesuai dengan yang emosi, social, dan

dibutuhkan klien spiritual

- berat badan bertambah

- pemberian makan lewat

selang atau NGT

D. Implementasi

Disesuaikan dengan intervensi yang ada.

E. Evaluasi

Hasil yang diharapkan adalah :

1. Nyeri teratasi/berkurang

2. Pola nafas kembali efektif

3. Toleransi terhadap aktivitas

4. Integritas kulit kembali baik


5. Keseimbangan nutrisi / Nutrisi terpenuhi

PENYIMPANGAN KDM

23
pengaruh alcohol,virus hepatitis,toksin dll

peradangan pada
inflamasi pada kontraksi otot
kapsula hati
hepear polos bronkus

hepatomegali gangguan suplay darah peningkatan


normal pada sel-sel produksi mucus
hepaarpada sel-sel
perasaan tidaknyaman di
kerusakan sel
kuadran kanan atas sesak nafas
parenkim

pelepasan
obstruksi ketidak efektifan
mediator kimia
pola nafas

merangsang kerusakan sel


nececeptor ekskresi akumulasi secret di
jalan nafas

regusgitasi pada pada


thalamus
duktuli empedu intra hepatic
gangguan
pertukaran gas
korteks selebri
bilirubin direk
meningkat
peningkatan
nyeri di gangguan energy
penigkatan garam empedu untuk bernafas
presepsikan
dalam darah

penurunan energy
nyeri asites cadangan

merangsang medulla pruritis kelemahan


oblongata

mual-muntah gangguan
intoleransi
integritas kulit
24 aktivitas

anoreksia
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan

adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Sirosis hati adalah

penyakit hati yang kronis yang ditandai oleh adanya peradangan difus
pada hati, diikuti dengan poliferasi jaringan ikat, degenerasi dan

regenerasi sel hati disertai nodul dan merupakan stadium akhir dari

penyakit hati kronis dan terjadinya pengerasan dari hati.

2. Manifestasi klinis sirosis hepatis antara lain :

a) Pembesaran Hati

b) Obstruksi Portal dan Asites

c) Varises Gastrointestinal

d) Edema

e) Defisiensi Vitamin dan Anemia

f) Kemunduran Mental
3. Penatalaksanaan dari penyakit sirosis hepatis antara lain :

a. Pasien dalam keadaan kompensasi hati yang baik cukup dilakukan

kontrol yang teratur, istirahat yang cukup, susunan diet tinggi kalori

tinggi protein, lemak secukupnya.

b. Pasien sirosis dengan penyebab yang diketahui seperti:

25
-Alkohol dan obat-obatan dianjurkan menghentikan penggunaannya.

-Hemokromatis: dihentikan pemakaian preparat yang mengandung

besi/terapi kelasi (desferioxamine).

-Pada hepatitis kronik autoimun diberikan kortikosteroid

c. Terapi terhadap komplikasi yang timbul

4. Saran
Diharapkan bagi mahasiswa/mahasiswi agar mengetahui dan memahami

hipertiroid.

26
DAFTAR PUSTAKA

Marylin E doengoes. Rencana Asuhan keperawatan Pedoman untuk Perencanaan


/pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC.Jakarta.2002

Marya, Buku Ajar Patofisiologi Mekanisme Terjadinya Penyakit. Binarupa Aksara


Publisher: Tengerang 2013.

Nurarif A, H, dkk. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan


Nanda NIC-Noc, Edisi Revisi Jilid 1-3. Mediaction Jogja: Jogjakarta. 2015

Smeltzer, S. C & Bare, B. G. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth. EGC: Jakarta. 2002

Sujono, Hadi. Gastroenterologi Edisi 7. Alumin: Bandung. 2002

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. Standar diagnosis Keperawatan Indonesia. Dewan
Pengurus Pusat: Jakarta. 2017

27

Anda mungkin juga menyukai