Anda di halaman 1dari 17

INTERVENSI MILITER ARAB SAUDI DALAM KONFLIK SIPIL

DI YAMAN

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Individu Dalam

Mata Kuliah Metodologi Penelitian Hubungan Internasional

oleh

Muhammad Darmawan Ardiansyah

NIM: 1112113000007

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015/2016

1 | Page
Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah.

Arab Spring merupakan awal dari banyaknya kejatuhan rezim diktator


di wilayah Timur Tengah.1 Hal ini berawal dari ketidakpuasan masyarakat
terhadap kebijakan pemerintah yang cenderung otoriter. Peristiwa ini
berawal dari demonstrasi massa yang terjadi di Tunisia. Keberhasilan
revolusi Tunisia memberikan motivasi besar bagi rakyat Arab untuk
menggulingkan pemerintah yang otoriter dan tidak demokratis.

Arab Spring memberikan dampak yang sangat besar bagi kawasan


Timur Tengah. Akan tetapi, ada beberapa negara yang selamat dari arus
revolusi ini, salah satunya adalah Arab Saudi. Keberhasilan Arab Saudi
mempertahankan sistem pemerintahan monarki di tengah arus revolusi
Timur Tengah menunjukkan keefektifan kebijakan serta strategi yang
dibuat oleh pemerintahannya.

Keefektifan strategi serta kebijakan dalam negeri pemerintah Arab


Saudi diuji lagi ketika terjadi perang sipil di Yaman. 2 Perang sipil yang
terjadi antara kelompok oposisi yang dipimpin oleh Houthi dan pemerintah
Yaman telah mengguncang stabilitas politik dan keamanan di negara
tersebut. Puncak dari perang sipil ini adalah mengungsinya presiden
Yaman, Rabbuh Mansur Hadi ke Arab Saudi untuk mendapatkan
perlindungan.

Kedatangan Hadi ke Arab Saudi juga ditujukan untuk meminta bala


bantuan pemerintah Arab Saudi agar membantu pemerintah Yaman
meredam konflik di negaranya. Permintaan bantuan ini disetujui oleh Arab
Saudi dengan melancarkan operasi militer melalui serangan udara ke

1 Primoz Manfreda, ”Definition of the Arab Spring,” http://middleeast.about.com/.


Diakses pada tanggal 28 April 2015, pukul 18:44.

2 Kareem Shaheen, ”Yemen edges towards all out civil war as rebels advance on
city of Aden,” http://www.theguardian.com/. Diakses pada tanggal 28 April 2015,
pukul 19:10.

2 | Page
wilayah Yaman.3 Operasi militer yang dilakukan oleh Arab Saudi bertujuan
untuk mengembalikan pemerintahan Yaman yang sah.

Sebagai negara yang berbatasan langsung dengan wilayah Yaman,


tentunya Arab Saudi memiliki kepentingan untuk mengamankan
wilayahnya agar pemberontakan di Yaman tidak mempengaruhi stabilitas
politik dan keamanan di negara tersebut. Maka dari itu, pemerintah Arab
Saudi langsung merespon cepat permintaan bantuan pemerintah Yaman
untuk segera memadamkan pemberontakan itu.

Pengangguran, infasi yang tinggi, serta pemerintahan yang korup


dijadikan alasan oleh kelompok Houthi dan sekutunya untuk melancarkan
pemberontakan terhadap pemerintah.4 Pernyataan ini mungkin juga bisa
dikonfirmasi melalui media Barat, The Heritage yang menyebutkan bahwa
terjadi penurunan dalam pertumbuhan ekonomi secara signifikan di tahun
2015. Pengangguran, inflasi, korupsi, serta ketidakstabilan politik
merupakan faktor utama yang menyebabkan hal tersebut.5 World Bank
juga menyatakan bahwa Yaman merupakan salah satu negara termiskin di
kawasan Timur Tengah.6 Pernyataan ini semakin menguatkan alasan
kelompok Houthi untuk melakukan revolusi terhadap pemerintah Yaman
yang sah.

Intervensi militer yang dilakukan oleh Arab Saudi ke wilayah Yaman


menimbulkan pro dan kontra dalam sistem internasional. Salah satunya
adalah tanggapan pemerintah Iran terhadap intervensi Arab Saudi ke

3 Ali al-Mujahed, ”Saudi Arabia launches air attacks in Yemen,”


http://www.washingtonpost.com/. Diakses pada tanggal 28 April 2015, pukul
19:26.

4 Khalid Alkarimi, ”CBY economic researcher to the Yemen Times,”


http://www.yementimes.com/. Diakses pada tanggal 28 April 2015, pukul 19:43.

5 Heritage Reporter, “Yemen”, http://www.heritage.org/. Diakses pada tanggal 28


April 2015, pukul 19:50.

6 Eal Harazi, “Yemen Overview”, http://www.worldbank.org/. Diakses pada


tanggal 28 April 2015, pukul 20:15.

3 | Page
Yaman. Kebijakan luar negeri Arab Saudi untuk menyerang Yaman
menyebabkan eskalasi konflik di wilayah tersebut. Secara garis besar
konflik ini meluas menjadi pertarungan antara negara-negara muslim
Sunni yang dipimpin oleh Arab Saudi dan negara-negara muslim Syiah
yang dipimpin oleh Iran.7

Perang Yaman ini juga diindikasikan sebagai ajang unjuk kekuatan


antara Arab Saudi dan Iran yang memiliki ambisi untuk menjadi hegemon
di kawasan Timur Tengah.8 Rivalitas dua kekuatan ini telah berlangsung
sejak lama. Kapabilitas militer dan politik yang kuat di antara negara-
negara kawasan lainnya mendorong kedua negara ini untuk menjadikan
negara mereka sebagai pemimpin bagi bangsa-bangsa di kawasan Timur
Tengah.

Eskalasi ini ditunjukkan dengan pengiriman kapal yang bermuatan


senjata oleh Iran ke Yaman untuk mendukung pemberontak Houthi dalam
melawan pihak pemerintah yang dibantu oleh Arab Saudi dan sekutunya. 9
Secara tidak langsung eskalasi konflik ini menunjukkan kepada dunia
internasional bahwa konflik yang sedang terjadi saat ini di Yaman adalah
pertarungan ideologi antara Sunni dan Syiah.

Pemberitaan yang dilakukan oleh media lokal maupun internasional


mengenai konflik Yaman secara tidak langsung telah memunculkan
kembali sentimen antara Sunni dan Syiah yang telah berlangsung sejak
dulu. Hal ini tentunya akan memiliki implikasi yang sangat besar bagi
sistem internasional jika pemberitaan ini terus menerus dilakukan. Bukan

7 Jeff Colgan, “How sectarianism shapes Yemen’s war”,


http://www.washingtonpost.com/. Diakses pada tanggal 28 April 2015, pukul
20:52.

8 Nussaibah Younis, “The Saudi-Iran powerplay behind the Yemen conflict”,


http://www.theguardian.com/. Diakses pada tanggal 28 April 2015, pukul 21:01.

9 Kristina Wong, “Iranian ship convoy moves toward Yemen, alarming US


officials”, http://thehill.com/. Diakses pada tanggal 28 April 2015, pukul 21:12.

4 | Page
tidak mungkin akan terjadi eskalasi konflik antara Sunni dan Syiah di
negara-negara muslim lainnya.

Di Arab Saudi sendiri terdapat kelompok Syiah yang berjumlah


kurang lebih lima belas persen dari total penduduk Arab Saudi. 10 Tentunya
hal ini menimbulkan pertanyaan sendiri. Ketika pemberitaan di media-
media menyebutkan bahwa Arab Saudi sedang melakukan perang
ideologi antara Sunni dan Syiah dengan Iran di Yaman. Akan tetapi, di
Arab Saudi sendiri terdapat penganut Syiah yang dibiarkan saja oleh
pemerintah Arab Saudi.

Seharusnya pemerintah Arab Saudi berfokus terlebih dahulu terhadap


pemberantasan Syiah di dalam negeri. Karena berpotensi memberikan
ancaman langsung terhadap pemerintahan tersebut daripada Syiah yang
ada di luar wilayah negaranya. Tentunya sikap pemerintah Arab Saudi
terkait kebijakan mereka menyisakan pertanyaan yang sangat besar bagi
dunia internasional apakah perang Yaman ini ditujukan sebagai perang
sektarian atau perebutan tahta hegemoni kawasan Timur Tengah.

Intervensi militer yang dilakukan oleh Arab Saudi juga mendapat


dukungan dari sekutu utamanya yaitu, Amerika Serikat.11 Obama
menyatakan bahwa AS siap memberikan bantuan kepada Arab Saudi
berupa dukungan logistik dan operasi intelejen terhadap kelompok Houthi.
Selain itu AS juga akan membantu memetakan target serangan serta
memfasilitasi pengisian bahan bakar bagi pesawat tempur Arab Saudi.

Motif Arab Saudi melakukan intervensi militer ke Yaman perlu dikaji


lebih mendalam lagi. Karena jika kita hanya melihat identitas ideologis
serta pengembalian kekuasaan pemerintahan Yaman yang sah, jelas-jelas
kebijakan ini hanya merugikan pihak Arab Saudi. Karena cost yang
dikeluarkan lebih besar daripada benefit yang didapatkan. Bantuan AS

10 Frederich Wehrey, “Saudi Arabia has a Shiite problem”,


http://foreignpolicy.com/. Diakses pada tanggal 28 April 2015, pukul 21:44.

11 Micah Zenko, “The United States is at war in Yemen”,


http://foreignpolicy.com/. Diakses pada tanggal 28 April 2015, pukul 22:26.

5 | Page
yang diberikan kepada Arab Saudi selama operasi militer di Yaman juga
meninggalkan pertanyaan. Kenapa AS mendukung, padahal jelas-jelas
telah terjadi pelanggaran perang yang sangat bertentangan dengan nilai-
nilai HAM yang dikumandangkan oleh AS sendiri.

II. Pertanyaan Penelitian.

Dalam penelitian ini, penulis bertujuan untuk mengetahui apa yang


melatar belakangi Arab Saudi melakukan intervensi ke Yaman. Tujuan
serta motif menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan dari kebijakan luar
negeri Arab Saudi. Maka dari itu, penulis menganggap bahwa ada motif
utama dari Arab Saudi untuk melakukan intervensi tersebut. Maka dari itu,
penulis mengajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1) Apa motif utama Arab Saudi melakukan intervensi militer ke


Yaman?
III. Kerangka Teori.
Dalam makalah ini, penulis akan menjelaskan fenomena dalam
kerangka teori Realis. Realis mengasumsikan bahwa hubungan
internasional merupakan hubungan yang didasarkan pada sifat anarki. Hal
ini menuntut negara untuk mempertahankan eksistensinya dalam sistem
internasional serta mengedepankan aspek keamanan sebagai aspek yang
harus diprioritaskan di atas aspek lainnya. Realis juga menekankan bahwa
negara harus mampu untuk tetap survive dalam sistem internasional yang
anarkis. Negara harus mencurahkan seluruh sumber dayanya untuk
mendapatkan power yang berguna untuk mengantisipasi ancaman yang
datang.12
Sebagai tambahan penulis akan menggunakan salah satu konsep
yang terdapat dalam teori Neo-Realis yang dicetuskan oleh Kenneth Waltz,
yaitu kepentingan nasional. Kepentingan nasional itu sendiri merupakan
landasan utama bagi pembuatan kebijakan luar negeri suatu negara.
Waltz mengasumsikan bahwa kepentingan nasional dalam level minimal
adalah keberlangsungan hidup (state survival). Sedangkan dalam level
maksimal diartikan sebagai power. Survival sendiri dapat dipahami
12 J. Steans & L. Pettiford, “Hubungan Internasional Perspektif & Tema”,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009, hlm. 52.

6 | Page
sebagai tujuan awal yang harus dikejar oleh sebuah negara sebelum
mengejar tujuan lainnya.13
Sifat negara yang dipengaruhi oleh sistem internasional menjadi
pendorong bagi pembentukan kepentingan nasional itu sendiri. Di lain sisi,
kepentingan nasional dijadikan sebagai instrumen untuk mencapai tujuan
dalam sistem internasional yang bersifat anarki. Maka dari itu, survival
dan power yang menjadi perilaku negara menjadikannya unit analisis
yang tepat dalam teori politik internasional.14
Di samping itu, untuk menguatkan asumsi penelitian, penulis juga
menggunakan teori keamanan. Menurut Bary Buzan keamanan
merupakan aspek yang paling utama daripada kekuatan maupun
perdamaian. Buzan juga menekankan bahwa aspek keamanan harus
menjadi perhatian utama dari sebuah negara. Hal ini ditujukan agar
negara mampu untuk menanggulangi bahaya yang datang dari dalam
maupun luar negeri.15 Dari kerangka teori di atas penulis akan
menjelaskan tentang kepentingan apa saja yang dimiliki oleh Arab Saudi
terhadap konflik Yaman.
IV. Metode Penelitian.

Metode penelitian berfungsi sebagai data dalam penyusunan


penelitian ini. untuk penelitian ini, penulis menggunakan Metode
Deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang menggambarkan
fenomena-fenomena yang sedang berlangsung, yang kemudian hasil
penelitian dianalisis berdasarkan teori-teori yang ada dan selanjutnya
dapat disimpulkan secara jelas oleh penulis dalam tulisan ini. Dengan
metode penelitian ini, penulis akan memberikan penjelasan mengenai
motif Arab Saudi dibalik intervensi militer yang dilakukan oleh Arab Saudi
dalam konflik Yaman.
13 Kenneth Waltz, ”Theory of International Politics”, United States: Addison-
Wesley, 1979, hlm. 131.

14 Cynthia Weber, “International Relations Theory”, New York: Routledge, 2005,


hlm. 20.

15 Bary Buzan, “People State & Fear; An Agenda for International Security in the
Post Cold War Era”, London: Harvester Wheaf Sheaf, 1991, hlm. 2-3.

7 | Page
V. Asumsi Penelitian.

Konflik Yaman yang terjadi saat ini sebenarnya bukan di latar


belakangi oleh pertarungan ideologis antara Sunni dan Syiah. Konflik ini
muncul diakibatkan oleh ketidakpuasan masyarakat terhadap kebijakan
ekonomi yang carut-marut, tingkat pengangguran yang tinggi, serta
korupsi yang dilakukan oleh pejabat negara. Intervensi Arab Saudi dalam
konflik Yaman bertujuan untuk melindungi negara tersebut agar tidak
terjadi gelombang revolusi seperti yang terjadi di Yaman.

Selain itu, ideologi Sunni dan Syiah bukanlah unit analisis yang harus
diutamakan, karena identitas hanya dijadikan sebagai alat mobilisasi
massa untuk mengumpulkan dukungan sebanyak-banyaknya. Amerika
Serikat sebagai sekutu Arab Saudi di kawasan Timur Tengah pastinya
memiliki kepentingan yang sangat besar terhadap konflik tersebut. Hal ini
dapat dilihat dari bantuan yang diberikan AS terhadap Arab Saudi selama
konflik Yaman berlangsung sampai saat ini.

PEMBAHASAN

A. Stabilitas Keamanan: Faktor utama pendorong Arab Saudi


melakukan intervensi.

Keamanan merupakan faktor utama yang paling penting bagi sebuah


negara. Tidak dapat dipungkiri bahwa faktor keamanan menjadi penentu
bagi kelancaran kebijakan pemerintahan dalam berbagai aspek.
Kelancaran politik dalam dan luar negeri, perkembangan ekonomi, dan
aspek-aspek sosial lainnya sangat bergantung pada stabilitas keamanan,
baik stabilitas keamanan dalam maupun luar negeri. Jika stabilitas
keamanan dapat dijaga dengan baik, akan memberikan jaminan bagi
perkembangan aspek-aspek politik, ekonomi, sosial, dan budaya.

Konflik yang terjadi dalam sebuah negara, pastinya, secara tidak


langsung akan memberikan dampak yang sangat besar bagi negara-

8 | Page
negara yang berbatasan langsung dengan negara tersebut. Dampak
tersebut dapat berupa ledakan pengungsi maupun pemahaman revolusi
politik dari negara yang sedang berkonflik. Pemahaman revolusi politik
merupakan hal yang sangat ditakuti oleh sebuah negara. Karena
pemahaman ini dapat dengan mudah memobilisasi massa untuk
melakukan revolusi terhadap pemerintah yang sah.

Merupakan hal yang wajar bagi Arab Saudi untuk takut terhadap
pemahaman revolusi politik ini. Sebagai negara yang menganut sistem
pemerintahan monarki absolut di tengah arus demokratisasi yang sangat
deras, Arab Saudi harus mengambil langkah yang tepat untuk
mengantisipasi kemungkinan tersebut sedini mungkin. Karena jika tidak
ditangani dengan segera, akan memberikan dampak yang sangat besar
bagi kejatuhan rezim monarki absolut mereka. Banyaknya rezim otoriter
yang jatuh pada saat terjadinya Arab Spring patut dijadikan contoh oleh
Arab Saudi untuk menguatkan stabilitas keamanan mereka agar hal
tersebut tidak terjadi di kemudian hari.

Didasarkan pada kondisi negara tetangga yang berkonflik serta


kondisi regional pasca Arab Spring, mau tidak mau Arab Saudi harus
mengambil langkah tegas untuk menjaga stabilitas keamanan di
wilayahnya. Upaya ini dapat dilihat dari kebijakan luar negeri Arab Saudi
untuk melakukan intervensi militer ke Yaman. Permintaan presiden Hadi
kepada pemerintah Arab Saudi untuk memadamkan pemberontakan di
wilayahnya secara tidak langsung memberikan legitimasi kepada Arab
Saudi untuk melakukan intervensi militer.

Merupakan hal yang wajar bagi Arab Saudi untuk segera melakukan
intervensi militer ke negara tetangganya tersebut. Seperti yang telah kita
ketahui, wilayah selatan Arab Saudi berbatasan langsung dengan wilayah
Yaman bagian utara. Dapat diibaratkan bahwa Yaman adalah halaman
belakang dari Arab Saudi. Tentunya jika kita memiliki halaman belakang
rumah, kita akan memberikan pagar atau penanda untuk menjaga
halaman belakang kita agar tidak dimanfaatkan oleh orang lain. Konflik
Yaman ibarat halaman yang telah dikuasai oleh orang lain, mau tidak mau

9 | Page
kita harus menjaga semaksimal mungkin rumah kita agar tidak dikuasai
juga. Mungkin kurang lebih seperti inilah logika Arab Saudi melakukan
intervensi militer ke Yaman.

B. Posisi Strategis Yaman: Intervensi dilakukan demi keamanan


ekonomi Arab Saudi.

Jika kita perhatikan letak geografis Yaman di Timur Tengah, Yaman


memiliki posisi yang sangat strategis karena wilayah perairannya
merupakan pintu masuk kapal-kapal yang dari dan menuju Terusan Suez.
Selain itu pelabuhan Aden merupakan pelabuhan tersibuk ketiga di dunia,
karena banyaknya kapal-kapal yang datang dari dan ke Eropa berlayar
melewati perairan tersebut.16

Arab Saudi sebagai negara terbesar penghasil serta pengekspor


minyak di dunia tentunya memiliki kepentingan yang sangat besar
terhadap wilayah perairan Yaman di teluk Aden. 17 Stabilitas keamanan
Yaman akan berpengaruh besar terhadap seluruh wilayah Yaman,
termasuk perairannya. Jika stabilitas keamanan terguncang, maka hal ini
akan berimplikasi pada hilangnya kontrol pemerintah terhadap
wilayahnya. Hilangnya kontrol pemerintah terhadap sebuah wilayah akan
mengganggu seluruh aktivitas di wilayah tersebut, baik itu aktivitas
politik, perekonomian, dan lain-lain.

Dilihat dari fakta-fakta di atas, tentunya Arab Saudi memiliki


kepentingan yang sangat besar untuk menjaga keamanan ekonominya
dari ancaman-ancaman yang tidak diinginkan. Langkah Arab Saudi untuk
melakukan intervensi ke Yaman selain ditujukan untuk menjaga stabilitas
keamanan politik dalam negeri, juga ditujukan untuk menjaga stablitias
keamanan ekonomi Arab Saudi agar tidak terganggu akibat terjadinya
konflik tersebut.

16 ASC Staff, “Top 10 Middle East Ports”, http://www.arabiansupplychain.com/.


Diakses pada tanggal 29 April 2015, pukul 21:45.

17 Saudi Embassy Staff, “About Saudi Arabia”, http://www.saudiembassy.net/.


Diakses pada tanggal 29 April 2015, pukul 21:50.

10 | P a g e
Sebagai negara terbesar penghasil dan pengekspor minyak, Arab
Saudi harus menjamin agar jalur supply ekspor minyak mereka aman dari
ancaman. Ekspor minyak Arab Saudi mayoritas dilakukan melalui jalur
laut. Stabilitas wilayah perairan harus dipastikan aman agar ekspor
minyak yang mereka lakukan tidak terganggu. Jika supply ekspor minyak
terganggu, hal ini akan berimplikasi pada menurunnya pendapatan Arab
Saudi yang sebagian besar berasal dari ekspor minyak. Jika hal ini terjadi,
dapat diartikan bahwa stabilitas keamanan ekonomi Arab Saudi sedang
terganggu.

C. Persaingan Iran-Arab Saudi: Faktor penentu stabilitas


keamanan.

Persaingan antara Iran-Arab Saudi untuk menjadi hegemoni kawasan


telah menjadi rahasia umum. Konflik Yaman dapat dikatakan sebagai
ajang unjuk kekuatan Iran dan Arab Saudi untuk menunjukkan siapa yang
lebih pantas menjadi hegemon di kawasan Timur Tengah. Bantuan Arab
Saudi terhadap pemerintah Yaman serta bantuan Iran terhadap kelompok
pemberontak menunjukkan betapa besarnya kepentingan dua negara itu
dalam konflik tersebut.

Fakta-fakta di atas menunjukkan bahwa intervensi militer Arab Saudi


ke Yaman ditujukan demi menjaga stabilitas keamanan politik dan
ekonominya. Akan tetapi, Iran sebagai rival Arab Saudi di kawasan
mungkin salah mengartikan niat intervensi tersebut. Persamaan ideologi
yang dianut oleh Iran dan kelompok pemberontak dijadikan alasan oleh
Iran untuk memberikan bantuan kepada kelompok pemberontak untuk
melawan serangan Arab Saudi yang membabi buta.

Eskalasi konflik akibat adanya salah pengertian dari pihak Iran akan
memberikan efek yang sangat besar jika Iran dapat mencapai
kepentingannya dan Arab Saudi tidak. Jika pihak pemberontak menang
melawan pemerintah akan berimplikasi pada goyahnya stabilitas
keamanan politik dan ekonomi Arab Saudi. Tentu dapat ditebak jika
peristiwa ini benar-benar terjadi kemungkinan terjadinya revolusi

11 | P a g e
pemerintahan Arab Saudi sangat tinggi. Jika Iran berhasil mencapai
kepentingannya, maka dapat dikatakan bahwa terdapat peningkatan
kapabilitas politik Iran terhadap kawasan. Jika hal ini terjadi, mungkin Iran
akan bertindak lebih agresif lagi untuk meningkatkan influnce dan power-
nya di kawasan.

D. Konflik Sunni-Syiah: Kamuflase pihak yang memiliki


kepentingan.

Pemberitaan di media banyak yang mengatakan bahwa konflik ini


dikatakan sebagai konflik Sunni yang dipimpin oleh Arab Saudi melawan
Syiah yang dipimpin oleh Iran.18 Berdasarkan asumsi Realis terjadinya
konflik Yaman yang bereskalasi menjadi konflik antara Sunni-Shia tidak
masuk akal. Elemen ideologi bukanlah merupakan hal yang harus
diutamakan dalam analisis konflik ini. Hal ini didasarkan pada rasionalisasi
Realis bahwa kepentingan nasional sebuah negaralah yang berperan
besar bagi terciptanya konflik tersebut.

Isu perang Sunni-Syiah dalam konflik Yaman ini hanya merupakan


kamuflase dari media untuk memobilisasi massa agar Sunni dan Syiah
berperang satu sama lain. Selain itu, isu ini juga memberikan keuntungan
bagi Arab Saudi dan Iran untuk menggalang dukungan dan bantuan untuk
menaklukan satu sama lain. Padahal motif utama dari Arab Saudi dan Iran
dalam konflik ini bukanlah ideologi, akan tetapi kepentingan nasional.
Kepentingan nasional Arab Saudi untuk menjaga stabilitas keamanan
politik dan ekonomi mereka sekaligus ambisi hegemoninya terhadap
kawasan. Dan kepentingan Iran untuk bersaing menjadi hegemoni di
kawasan melawan Arab Saudi.

Pemberitaan media massa yang masif dan mengatakan bahwa konflik


ini merupakan konflik antara Sunni dan Syiah harus dikonfirmasi ulang
kebenarannya. Harus kita pahami bahwa setiap peristiwa tidak terlepas
dari kepentingan, dan setiap kepentingan akan dibungkus sedemikian

18 Julia Ro, “The Sunni-Shia Divide”, http://www.cfr.org/. Diakses pada tanggal 29


April 2015, pukul 22:44.

12 | P a g e
rupa untuk menyamarkan motif utama dari kepentingan tersebut. Jika kita
perhatikan lebih lanjut, pemberitaan media ini juga pasti memiliki
kepentingan terhadap konflik ini. Mungkin media (terutama media Barat,
terutama AS) memiliki kepentingan untuk menjaga agar konflik ini tetap
lestari di wilayah Timur Tengah.

Hal ini ditujukan untuk memecah belah umat Islam agar tidak
bersatu seperti dulu. Jika umat Islam bersatu seperti dulu kala, bukan
tidak mungkin seluruh kepentingan Barat di kawasan Timur Tengah akan
terancam. Selain itu kepentingan negara-negara Barat di kawasan ini
sangat banyak sekali, terutama minyak. Jika supply minyak terganggu hal
ini bisa menyebabkan kerugian bagi industri-industri di Barat karena tidak
bisa melakukan aktivitas produksi sebagaimana mestinya.

Identitas ideologi Sunni-Syiah disini harus diposisikan sebagai


instrumen untuk mencapai kepentingan. Pihak-pihak yang berkepentingan
dalam konflik ini dapat dikatakan menjadikan ideologi sebagai instrumen
demi ambisi mereka untuk mencapai kepentingan masing-masing. Sangat
ironis sekali melihat bagaimana sebuah ideologi yang memiliki nilai-nilai
suci dipermainkan demi ambisi untuk mencapai kepentingan pihak-pihak
tertentu.

KESIMPULAN

Pembentukan sebuah kebijakan luar negeri tidak terlepas dari adanya


kepentingan nasional yang termuat di dalamnya. Konflik Yaman yang
berpotensi menimbulkan ancaman bagi stabilitas keamanan politik serta
perekonomian Arab Saudi patut mendapatkan perhatian yang serius.
Maka dari itu, Arab Saudi langsung melakukan intervensi militer ke Yaman
untuk mencegah sedini mungkin ancaman-ancaman tersebut masuk ke
negaranya.

13 | P a g e
Iran sebagai rival Arab Saudi tentunya akan langsung merespon
tindakan Arab Saudi. Hal ini diakibatkan oleh ambisi masing-masing
negara untuk menjadi hegemon di kawasan Timur Tengah. Seharusnya
sebagai sesama negara yang memiliki power dan influence yang kuat di
kawasan, memberikan solusi terbaik bagi konflik tersebut. Akan tetapi,
yang dilakukan malah sebaliknya, meningkatkan eskalasi konflik di Yaman.

Keberadaan Liga Arab dan OKI seharusnya dijadikan sebagai alat


untuk memfasilitasi penyelesaian konflik di kawasan Timur Tengah, salah
satunya konflik Yaman. Akan tetapi, Arab Saudi atas nama Liga Arab dan
beberapa negara malah melancarkan aksi militer untuk memadamkan
konflik tersebut. Tentunya tindakan ini tidak akan menyelesaikan konflik
tersebut, dan hanya mengakibatkan eskalasi konflik yang susah untuk
dihentikan.

Banyaknya isu yang menyatakan bahwa konflik ini adalah konflik


antara Sunni dan Syiah. Seharusnya umat Islam cerdas dalam menyikapi
sebuah permasalahan. Harus dilihat dulu, apakah benar ideologi yang
melatarbelakangi konflik tersebut. Akan tetapi, realitas di lapangan
menunjukkan bahwa umat Islam banyak yang mempercayai konflik
tersebut adalah konflik Sunni-Syiah. Padahal jika dipahami lebih lanjut
kenyataannya jauh berbeda dengan realita yang ada.

Kita harus lebih bijak dalam menyikapi sebuah permasalahan. Apalagi


permasalahan internal di antara umat Islam, yang membuat umat ini
terpecah belah. Media (Barat) menggunakan isu Sunni-Syiah bertujuan
untuk memecah belah umat Islam. Isu ini digunakan karena isu ideologi
merupakan isu yang sangat sensitif dan mudah digunakan untuk
memobilisasi massa. Maka dari itu, umat Islam seharusnya bersikap lebih
bijak lagi agar tidak terjebak dalam permainan para pihak yang memiliki
kepentingan.

14 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Buzan Bary, “People State & Fear; An Agenda for International Security in

the Post Cold War Era”, London: Harvester Wheaf Sheaf, 1991, hlm.

2-3.

L. Pettiford & J. Steans, “Hubungan Internasional Perspektif & Tema”,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009, hlm. 52.

Waltz Kenneth, ”Theory of International Politics”, United States: Addison-

Wesley, 1979, hlm. 131.

Weber Cynthia, “International Relations Theory”, New York: Routledge,

2005, hlm. 20.

Internet:

Al-Mujahed Ali, ”Saudi Arabia launches air attacks in Yemen,”

http://www.washingtonpost.com/. Diakses pada tanggal 28 April

2015, pukul 19:26.

Alkarimi Khalid, ”CBY economic researcher to the Yemen Times,”

http://www.yementimes.com/. Diakses pada tanggal 28 April 2015,

pukul 19:43.

ASC Staff, “Top 10 Middle East Ports”,

http://www.arabiansupplychain.com/. Diakses pada tanggal 29 April

2015, pukul 21:45.

Colgan Jeff, “How sectarianism shapes Yemen’s war”,

http://www.washingtonpost.com/. Diakses pada tanggal 28 April

2015, pukul 20:52.

15 | P a g e
Harazi Eal, “Yemen Overview”, http://www.worldbank.org/. Diakses pada

tanggal 28 April 2015, pukul 20:15.

Heritage Reporter, “Yemen”, http://www.heritage.org/. Diakses pada

tanggal 28 April 2015, pukul 19:50.

Manfreda Primoz, ”Definition of the Arab Spring,”

http://middleeast.about.com/. Diakses pada tanggal 28 April 2015,

pukul 18:44.

Ro Julia, “The Sunni-Shia Divide”, http://www.cfr.org/. Diakses pada

tanggal 29 April 2015, pukul 22:44.

Saudi Embassy Staff, “About Saudi Arabia”, http://www.saudiembassy.net/.

Diakses pada tanggal 29 April 2015, pukul 21:50.

Shaheen Kareem, ”Yemen edges towards all out civil war as rebels

advance on city of Aden,” http://www.theguardian.com/. Diakses pada

tanggal 28 April 2015, pukul 19:10.

Wehrey Frederich, “Saudi Arabia has a Shiite problem”,

http://foreignpolicy.com/. Diakses pada tanggal 28 April 2015, pukul

21:44.

Wong Kristina, “Iranian ship convoy moves toward Yemen, alarming US

officials”, http://thehill.com/. Diakses pada tanggal 28 April 2015,

pukul 21:12.

Younis Nussaibah, “The Saudi-Iran powerplay behind the Yemen conflict”,

http://www.theguardian.com/. Diakses pada tanggal 28 April 2015,

pukul 21:01.

16 | P a g e
Zenko Micah, “The United States is at war in Yemen”,

http://foreignpolicy.com/. Diakses pada tanggal 28 April 2015, pukul

22:26.

17 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai