Tanya Jawab Tentang Rekayasa Genetik
Tanya Jawab Tentang Rekayasa Genetik
Gambar 1.
Terdapat empat unit berbeda dalam DNA, ditandai dengan huruf A, T, G, and
C, yang merupakan tanda basa dari unit adenine, thymine, guanine and cytosine.
Tiap unit terkait dengan molekul gula (deoksiribose) yang pada gilirannya
terikat pada suatu kelompok fosfat (Pi). Unit ini dikenal sebagai nukleotida.
Basa dari dua pita DNA berpasangan, A dengan T pada pita lainnya, dan G
dengan C. Basa melekat pada sudut sembilan puluh derajat dari punggung pita,
yang terdiri dari fosfat dan gula secara bergantian. Kedua pita DNA bersifat
anti-paralel, masing-masing menghadap ke arah berlawanan. Akibatnya, double
helix terlihat seperti tangga spiral, dengan pasangan basa membentuk anak
tangga.
Karena basa berapasangan dengan cara amat spesifik, urutan basa pada satu pita
bersifat komplementer terhadap pita lainnya. Dengan kata lain, tiap pita adalah
“template” atau salinan untuk membuat pita yang lain; dan inilah yang menjadi
dasar bagi replikasi, yang merupakan salah satu fungsi dari materi genetik.
DNA adalah materi genetik pada semua organisme. Banyak virus, – parasit
genetis yang tergantung pada sel untuk berkembang biak– memanfaatkan RNA
sebagai materi genetik. RNA adalah ribose nucleic acid atau asam ribonukleat.
RNA mirip dengan DNA kecuali bahwa gulanya adalah ribosa (bukan
deoksiribosa), dan basa thymine (T) diganti uracil (U). RNA tidak berbentuk
pita ganda. RNA terlibat dalam transkripsi urutan basa DNA pada tahap
pertama sintesis protein.
Selain mereplikasi dirinya, potongan tertentu dari DNA, yang disebut gen,
menentukan protein yang dibentuk, melalui ‘kode genetik’. Tiga basa berturut-
turut, yaitu ‘triplet’, membentuk kode untuk salah satu dari 20 jenis asam amino
yang dijalin untuk membentuk protein. Terdapat 64 (4 x 4 x 4 ) kemungkinan
triplet dari 4 basa; jadi satu asam amino bisa saja dikode oleh lebih dari satu
satu triplet, dan ada triplet untuk ‘mulai (start) dan ‘stop’.
Protein melakukan semua fungsi vital dalam tubuh. Urutan asam amino dari tiap
protein serta struktur lipatan tiga dimensinya sangat sesuai untuk melakukan
fungsi khusus. Potongan-potongan lain dalam DNA adalah unsur pengatur
(regulatory elements), yang memungkinkan protein berinteraksi satu dengan
yang lain dan dengan lingkungan, untuk mengatur kapan, dimana, kadar dan
untuk berapa lama tiap gen diekspresikan, yaitu ketika protein yang ditentukan
oleh gen dibuat dalam sel.
Salah satu unsur pengatur yang penting adalah sinyal untuk mulai, atau
promoter dan sinyal berhenti yaitu teminator. Trio promoter-gen-terminator ini
membentuk sebuah ‘kaset ekspresi’, yaitu suatu satuan konstruksi (Gambar 2).
Seringkali, lebih dari satu kaset ekspresi dihubungkan bersama (atau ditumpuk)
dan konstruksi keseluruhan disambungkan ke dalam sebuah plasmid, yaitu
potongan DNA parasitik dalam bakteri yang memperbanyak diri secara mandiri,
tidak diatur oleh kromosom. Dengan demikian jutaan salinan konstruksi bisa
dihasilkan. Salinan ini yang kemudian dimasukkan ke dalam sel atau embrio
suatu organisme, seperti jagung atau tikus, sehingga konstruksi dapat
dimasukkan ke dalam genom sel. Ahli genetika menggunakan cara mekanik
untuk memasukkan konstruksi asing ke dalam sel, atau mereka
menyambungkan gen ke dalam sebuah vektor yang kemudian
”menyelundupkannya” ke dalam sel (lihat Gambar.3).
Cara mekanik mencakup injeksi dengan pipet gelas halus dalam kasus embrio
tikus, atau particle bombardment (penembakan partikel), dimana partikel emas
atau tungsten yang halus dilapisi dengan konstruksi DNA dan ditembakkan ke
dalam sel dengan sebuah ‘senapan gen’. Atau medan listrik yang kuat
digunakan untuk membuat pori-pori pada membran sel sehingga dapat
melewatkan DNA asing masuk ke dalamnya. Ini biasanya menimbulkan
kerusakan pada sel.
Vektor atau pembawa gen dibuat dari virus atau bakteri yang mampu masuk ke
sel. Konstruksi disambung ke vektor dan dibawa masuk ke dalam sel bersama
vektor itu sendiri. Vektor pembawa konstruksi, atau kontstruksinya itu sendiri,
kemudian menyisipkan diri ke dalam gen di sel.
Ada beberapa ciri utama dari proses transgenesis yang membuatnya tidak dapat
diprediksi dan diandalkan, terlepas dari cara yang digunakan, yaitu baik secara
mekanik maupun melalui vektor. Penyisipan konstruksi transgenik tidak dapat
dikendalikan dan bersifat benar-benar acak. Ahli genetik tidak dapat meletakkan
gen sisipan ke lokasi spesifik dalam genom secara tepat, atau mempertahankan
struktur dari sisipan seperti yang diinginkan. Hal ini menimbulkan banyak efek
yang tidak diduga dan tidak diinginkan. Tergantung pada bentuk dan lokasi
materi genetik asing di dalam genom, organisme transgenik yang dhasilkan
akan mempunyai sifat yang berbeda-beda.
Bahan yang disisipkan bisa saja melompat ke dalam salah satu gen inang dan
mengganggu fungsinya; atau promoter yang kuat dalam konstruksi, yang sering
berasal dari virus patogen, bisa mengarah pada ekspresi berlebihan dari gen
inang yang tidak diinginkan.
Apabila sebuah embrio memiliki konstruksi asing yang disisipkan pada genom
beberapa selnya, embrio itu akan tumbuh menjadi organisme yang membawa
gen asing pada beberapa selnya. Dalam perkembangbiakan selanjutnya,
diperoleh GMO (organisme transgenik) yang, secara teoritis, membawa gen
asing yang sama pada setiap selnya. Pada kasus sel tumbuhan yagn telah
mengambil sisipan gen asing, tiap sel dapat distimulasi untuk tumbuh meenjadi
tumbuhan transgenik, yang kemudian digunakan untuk menghasilkan lini
transgenik.
Akibat ketidakpastian dari proses transgenik, setiap lini transgenik berbeda dari
yang lain. Karenanya penting untuk mempunyai data molekuler yang dapat
mengidentifikasi setiap lini secara khusus.
Sayangnya, konstruksi buatan mengandung banyak ikatan yang lemah dan telah
dibuktikan tidak stabil. Perubahan-perubahan lebih lanjut bisa saja terjadi pada
masa pertumbuhan atau regenerasi untuk mendapatkan tanaman transgenik dan
selama reproduksi generasi berikutnya. Guna memastikan bahwa garis
transgenik yang dihasilkan bersifat stabil, data molekuler ’event specific’ harus
dikumpulkan untuk memperlihatkan bahwa baik struktur sisipan transgenik
maupun lokasinya di dalam genom inang tidak berubah pada generasi-generasi
berikutnya. Hingga saat ini, tidak ada data yang mendukung kestablilan genetis
dari lini tanaman transgenik manapun yang sudah disetujui untuk dilepaskan
secara komersial.
Sebaliknya, sebuah lini transgenik dihasilkan dari even penyisipan gen dalam
satu sel, yang kemudian digunakan untuk menghasilkan seluruh lini. Organisme
ini miskin dari segi keanekaragaman genetis.
Lebih jauh lagi, proses rekayasa genetik untuk membuat organisme transgenik
tidak dapat dikendalikan dan rentan terhadap kesalahan (lihat di atas); proses ini
menyebabkan gangguan acak pada sistem, membuat hasilnya sangat tidak dapat
diprediksi sekaligus tidak stabil. Ketidakstabilan genetis dari GMO sekarang
merupakan masalah yang sudah diketahui secara luas. Tanaman transgenik
banyak yang gagal dan binatang transgenik belum terlalu berhasil.
Ada banyak gen dan produk gen baru yang diperkenalkan, kebanyakan berasal
dari bakteri, virus dan spesies non-makanan, yang tidak pernah kita makan
sebelumnya, setidaknya tidak dalam jumlah sebanyak itu. Bahan-bahan itu
mungkin beracun atau mungkin menyebabkan reaksi alergi.
Gen dan produk gen baru mungkin juga berbahaya bagi organisme lain yang
berinteraksi dengan tanaman transgenik.
Transgen dan gen marka yang tahan antibiotik bisa menyebar di luar kendali,
tidak hanya melalui persilangan dengan spesies yang tidak berkerabat, namun
juga melalui DNA transgenik yang diambil oleh spesies yang tidak ada
kaitannya, termasuk hewan domestik dan manusia yang mengkonsumsi
makanan transgenik. Hal ini disebut sebagai disebut transfer gen horizontal
(lihat di bagian berikut ini).
Rekayasa genetik, dalam kadar tertentu, terdiri dari transfer gen horizontal
buatan. Kombinasi-kombinasi baru materi genetik dari spesies yang berbeda
dibuat (direkombinasi) di laboratorium. Konstruksi buatan dirancang untuk
melintasi semua penghalang spesies dan langsung masuk ke genom. Dari segi
struktur, konstruksi ini tidak stabil, mengandung banyak sambungan lemah dan
cenderung putus serta lalu bergabung lagi secara tidak pas, atau bergabung
dengan materi genetik dari genom lain. Dengan kata lain, proses rekayasa
genetik meningkatkan potensi terjadinya transfer gen horizontal uang tidak
terkendali.
Transfer horizontal dari DNA transgenik dapat menciptakan virus dan bakter
penyebab penyakit baru, menyebarkan gen tahan antibiotik ke patogen sehingga
membuat penyakit tidak dapat diobati. Penyisipan DNA asing ke dalam sel
binatang juga dapat memicu kanker.
Website: www.beritabumi.or.id