Anda di halaman 1dari 19

Definisi Pelabuhan

Pelabuhan merupakan salah satu simpul dalam jaringan transportasi, di situlah


transportasi laut bertemu dengan transportasi darat. Pelabuhan sebagai tempat
berlabuhnya kapal-kapal, diharapkan merupakan suatu tempat yang terlindung dari
gangguan laut, sehingga bongkar muat dapat dilaksanakan untuk menjamin
keamanan barang (Kramadibrata 2002). Menurut Undang-Undang Republik
Indonesia No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran pada Pasal 1 Ayat 16 menjelaskan
bahwa yang dimaksud dengan pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan
dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan
pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal
bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal
dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan
keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagi tempat
perpindahan intra-dan antarmoda transportasi.
Pelabuhan menurut kegiatannya, sebagaimana yang dijelaskan dalam Keputusan
Menteri Perhubungan tentang Tatanan Kepelabuhan Nasional No. KM 53 Tahun
2002 Pasal 6 adalah melayani kegiatan: (a) angkutan laut yang selanjutnya disebut
pelabuhan laut; (b) angkutan sungai dan danau yang selanjutnya disebut pelabuhan
sungai dan danau; (c) angkutan penyeberangan yang selanjutnya disebut pelabuhan
penyeberangan. Selanjutnya pada Pasal 7 dijelaskan peran pelabuhan antara lain
merupakan: (a) simpul dalam jaringan transportasi sesuai dengan hirarkinya; (b)
pintu gerbang kegiatan perekonomian daerah, nasional, dan internasional; (c)
tempat kegiatan alih moda transportasi; (d) penunjang kegiatan industri dan
perdagangan; (e) tempat distribusi, konsolidasi, dan produksi.

Klasifikasi Pelabuhan
Menurut Kramadibrata (2002), pelabuhan dikelompokkan berdasarkan empat hal,
yakni segi teknis, jenis perdagangan, jenis kegiatan khusus dan jenis pungutan jasa.
Lebih lanjut, Kramadibrata (2002) menjelaskan bahwa dari segi teknis, pelabuhan
dikategorikan menjadi tiga. Pertama, pelabuhan alam, adalah suatu daerah yang
menjorok ke dalam terlindungi oleh suatu pulau atau terletak di suatu teluk sehingga
kapal dapat bernavigasi dan berlabuh. Terkadang suatu lokasi pantai dapat
memenuhi keadaan ini dan kedalaman air/besaran kolam pelabuhannya memenuhi
persyaratan bagi suatu kapal tertentu, sehingga hanya dibutuhkan dibangun suatu
tambatan (wharf) guna merapatnya kapal agar bongkar muat dapat dilaksanakan.
Kedua, pelabuhan buatan, adalah suatu daerah perairan hasil bentukan manusia
agar terlindung terhadap ombak, badai dan arus sehingga memungkinkan kapal
untuk merapat. Misalnya dalam pengembangan suatu daerah dibutuhkan dibangun
suatu pelabuhan, kolam pelabuhannya dibangun dengan cara mengeruk tanah dan
dibangun pula bangunan pelindung, yaitu pemecah gelombang agar kapal-kapal
dapat berlabuh dengan aman. Ketiga, pelabuhan semi alam, adalah pelabuhan yang
sifatnya juga pelabuhan alam atau juga pelabuhan buatan, atau tidak memenuhi
kedua persyaratan ekstrim seperti di atas.
Berdasarkan jenis perdagangannya, pelabuhan dapat dikategorikan menjadi empat.
Pertama, pelabuhan laut, adalah pelabuhan yang terbuka untuk jenis perdagangan
dalam dan luar negeri. Kedua, pelabuhan pantai, adalah pelabuhan yang terbuka
bagi jenis perdagangan dalam negeri. Ketiga, pelabuhan sungai, adalah pelabuhan
yang cenderung untuk perdagangan antar daerah yang dihubungkan oleh sungai.
Sedangkan yang keempat, pelabuhan khusus, yaitu pelabuhan yang diselenggarakan
untuk kepentingan sendiri guna menunjang kegiatan-kegiatan tertentu. Pelabuhan
khusus dibangun oleh suatu perusahaan (pemerintah/swasta) yang berfungsi
sebagai prasarana untuk pengiriman hasil produksi perusahaan tersebut, misalnya
pelabuhan minyak, pertambangan, perikanan, dan sebagainya.
Pengklasifikasian pelabuhan dapat dikelompokkan dengan bervariasi bergantung
kepada sudut peninjauannya. Berdasarkan jenis kegiatannya, pelabuhan dapat
dibagi menjadi lima. Pertama, pelabuhan umum, yaitu pelabuhan yang
diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat umum. Kedua, pelabuhan militer,
yaitu pelabuhan yang diselenggarakan untuk kepentingan militer. Ketiga, pelabuhan
penumpang, adalah pelabuhan yang berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan
penumpang yang menempuh perjalanan melalui lautan. Keempat, pelabuhan sport,
adalah pelabuhan yang berfungsi untuk tempat berlabuh atau bertambatnya kapal
yang umumnya berkaitan dengan wisata atau olahraga air.
Jenis kelima yaitu pelabuhan perikanan, yang berfungsi untuk berlabuh dan
bertambatnya kapal yang hendak bongkar muat hasil tangkapan ikan atau mengisi
bahan perbekalan untuk melakukan penangkapan ikan di laut.
Klasifikasi pelabuhan yang terakhir adalah berdasarkan jenis pungutan jasa, yang
terbagi menjadi empat, yaitu pelabuhan yang diusahakan, pelabuhan yang tidak
diusahakan, pelabuhan otonom dan pelabuhan bebas (Kramadibrata 2002).

Pelabuhan Perikanan
Pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di
sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan
kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal perikanan
bersandar, berlabuh dan atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan (Permen Nomor
Per.08/MEN/2012). Klasifikasi pelabuhan perikanan dibedakan dalam 4 (empat)
kelas, yaitu:
1. Pelabuhan Perikanan kelas A, yang selanjutnya disebut Pelabuhan Perikanan
Samudera (PPS);
2. Pelabuhan Perikanan kelas B, yang selanjutnya disebut Pelabuhan Perikanan
Nusantara (PPN);
3. Pelabuhan Perikanan kelas C, yang selanjutnya disebut Pelabuhan Perikanan
Pantai (PPP); dan
4. Pelabuhan Perikanan kelas D, yang selanjutnya disebut Pangkalan Pendaratan
Ikan (PPI);
Pada fasilitas pelabuhan perikanan pada pasal 4 Permen 08/MEN/2012, dalam
rangka menunjang fungsi pelabuhan perikanan, setiap pelabuhan perikanan
memiliki fasilitas yang terdiri dari:
1. Fasilitas pokok;
2. Fasilitas fungsional; dan
3. Fasilitas penunjang
Adapun fasilitas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dapat terdiri
atas:
1. Penahan gelombang (breakwater), turap (revetment), dan groin;
2. Dermaga;
3. Jetty;
4. Kolam pelabuhan;
5. Alur pelayaran;
6. Jalan komplek dan drainase; dan
7. Lahan
Adapun fasilitas fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dapat
terdiri atas:
1. Tempat Pemasaran Ikan (TPI);
2. Navigasi pelayaran dan komunikasi seperti telepon, internet, radio, komunikasi,
rambu-rambu, lampu suar dan menara pengawas;
3. Air bersih, instalasi Bahan Bakar Minyak (BBM), es dan instalasi listrik
4. Tempat pemeliharaan kapal dan alat penangkapan ikan seperti dock/slipway,
bengkel dan tempat perbaikan jaring.
5. Tempat penanganan dan pengelolaan hasil perikanan seperti transit sheed dan
laboratorium pembinaan mutu;
6. Perkantoran seperti kantor administrasi pelabuhan, pos pelayanan terpadu dan
perbankan;
7. Transportasi seperti alat-alat angkut ikan
8. Kebersihan dan pengelolaan limbah seperti instalasi pengelolaan air limbah (IPAL),
Tempat Pembuangan Sementara (TPS); dan
9. Pengamanan pengawasan seperti pagar kawasan Fasilitas penunjang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c, dapat terdiri atas:
1. Balai pertemuan nelayan;
2. Mess operator;
3. Wisma nelayan;
4. Fasilitas sosial dan umum seperti tempat peribadatan dan Mandi Cuci Kakus
(MCK);
5. Pertokoan; dan
6. Pos jaga

Fasilitas yang harus ada di pelabuhan perikanan meliputi:


1. Fasilitas pokok terdiri dari lahan, dermaga, kolam pelabuhan, jalan komplek dan
drainase;
2. Fasilitas fungsional terdiri dari kantor administrasi pelabuhan, TPI, suplai air bersih
dan instalasi listrik;
3. Fasilitas penunjang terdiri dari pos jaga dan MCK

Konsep Masyarakat Pesisir


Definisi Masyarakat Pesisir
Masyarakat pesisir adalah sekumpulan masyarakat yang hidup bersama-sama
mendiami wilayah pesisir membentuk dan memiliki kebudayaan yang khas yang
terkait dengan ketergantungannya pada pemanfaatan sumberdaya pesisir.
Masyarakat pesisir tentunya tidak hanya nelayan, melainkan juga pembudidaya
ikan, pengolah ikan bahkan pedagang ikan. Adapun aspek penting mengenai
masyarakat pesisir antara lain: (a) ciri khas wilayah pesisir, ditinjau dari aspek biofisik
wilayah, ruang pesisir dan laut serta sumberdaya yang terkandung di dalamnya
bersifat khas sehingga adanya intervensi manusia pada wilayah tersebut dapat
mengakibatkan perubahan yang signifikan; (b) karakteristik sosial ekonomi
masyarakat pesisir, masyarakat pesisir pada umumnya sebagian besar penduduknya
bermatapencaharian di sektor pemanfaatan sumberdaya kelautan (marine resource
based), seperti nelayan, pembudidaya ikan, penambangan pasir dan transportasi
laut; (c) kondisi lingkungan pemukiman masyarakat pesisir, khususnya nelayan masih
belum tertata dengan baik dan terkesan kumuh. Melihat kondisi sosial ekonomi
masyarakat yang relatif berada dalam tingkat kesejahteraan rendah, maka dalam
jangka panjang tekanan terhadap sumberdaya pesisir akan semakin besar guna
pemenuhan kebutuhan masyarakat (Satria 2009).
Karakteristik Masyarakat Pesisir
Menurut Satria (2015), karakteristik masyarakat pesisir berbeda dengan karakterisik
masyarakat agraris atau petani karena perbedaan karakteristik sumberdaya yang
dihadapi. Petani mempunyai sumberdaya yang terkontrol sehingga hasil pangan atau
ternak yang mereka miliki dapat di prediksi untuk mencapai pendapatan yang
mereka inginkan. Hal ini menyebabkan mobilitas usaha yang relatif rendah dan
elemen resiko pun tidak besar. Berbeda halnya dengan masyarakat pesisir yang mata
pencahariannya di dominasi oleh nelayan.
Nelayan bergelut dengan laut untuk mendapatkan penghasilan, maka pendapatan
yang mereka inginkan tidak bisa dikontrol. Nelayan menghadapi sumberdaya yang
hingga saat ini masih bersifat akses terbuka (open access). Karakteristik sumberdaya
yang seperti ini mengakibatkan nelayan harus berpindah-pindah untuk memperoleh
hasil maksimal. Kondisi ini membentuk nelayan dengan karakter keras, tegas, dan
terbuka.
Masyarakat pesisir di Indonesia kebanyakan merupakan representasi tipe komunitas
desa petani dan desa terisolasi (Satria 2015). Lebih lanjut, bila meminjam kerangka
Kluckhon (1951), masyarakat pesisir yang bertipe desa petani dan desa terisolasi
dicirikan oleh sikapnya terhadap alam dan manusia. Terhadap alam, umumnya
mereka ada yang tunduk dan ada pula yang berusaha menjaga keselarasan dengan
alam. Sikap tunduk tersebut dilatarbelakangi pandangan bahwa alam memiliki
kekuatan magis. Tentu ciri masyarakat pesisir di dua tipe komunitas tersebut
berbeda dengan tipe kota kecil dan kota besar, yang masyarakatnya cenderung
menguasai alam lewat praktik-praktik pembangunan yang merusak alam serta
bercirikan individualisme.
Memahami karakteristik masyarakat pesisir juga dapat dilihat dari beberapa aspek
lain diantaranya, sistem pengetahuan, sistem kepercayaan (teologis), peran
perempuan, struktur sosial dan posisi sosial nelayan. Dilihat dari sistem
pengetahuan, masyarakat pesisir mendapat pengetahuan dari warisan nenek
moyangnya, misalnya untuk melihat kalender dan penunjuk arah maka mereka
menggunakan rasi-rasi bintang. Pengetahuan lokal (indigenous knowledge) tersebut
merupakan kekayaan intelektual yang masih dipertahankan hingga saat ini.
Sementara dari sistem kepercayaan, masyarakat pesisir masih menganggap bahwa
laut memiliki kekuatan magis sehingga mereka masih sering melakukan upacara adat
seperti pesta laut atau sedekah laut. Sistem kepercayaan tersebut hingga kini masih
mencirikan kebudayaan nelayan. Namun, karena meningkatnya tingkat pendidikan
dan pemikiran rasional, kini upacara adat tersebut bagi sebagian besar nelayan
hanya menjadi sebuah ritual tanpa makna. Peran para istri nelayan juga penting
dalam urusan domestik rumah tangga, sambil tetap menjalankan fungsi-fungsi
ekonomi seperti pengolahan ikan, maupun perdagangan. Lebih menariknya lagi
bahwa ternyata istri nelayan juga dominan dalam mengatur pengeluaran rumah
tangga sehari-hari. Posisi sosial nelayan dalam masyarakat juga menarik dicermati.
Nelayan umumnya memiliki status yang relatif rendah. Rendahnya posisi sosial
nelayan antara lain diakibatkan keterasingan nelayan, serta sedikitnya waktu dan
kesempatan berinteraksi dengan masyarakat lainnya.
Secara sosiologis, masyarakat pesisir memiliki ciri yang khas dalam hal struktur sosial
yaitu kuatnya hubungan antara patron dan client dalam hubungan pasar pada usaha
perikanan. Awal mula nelayan menjadi terikat dengan patron umumnya disebabkan
kekurangan modal untuk melakukan usaha sendiri. Patron bersedia membantu
memberikan modal dalam bentuk uang atau sarana produksi (perahu, alat tangkap
dan mesin). Modal pinjaman dari patron yang diberikan tersebut merupakan ikatan
bagi nelayan sebagai langkah awal melakukan hubungan patron-client (Tajerin
2004).
Pembangunan pada Masyarakat Pesisir
Melihat beberapa tahun ke belakang, sejak orde lama hingga orde baru, kebijakan
pembangunan nasional lebih banyak diarahkan pada pemanfaatan dan
pengembangan sumberdaya yang ada di daratan. Kebijakan yang lebih berorientasi
ke daratan ini mengakibatkan kurangnya perhatian pada wilayah pesisir dan lautan.
Barulah akhir-akhir ini, kesadaran untuk membangun Indonesia dari pinggiran,
dalam arti mengembangkan wilayah pesisir dan lautan, menjadi perhatian serius
pemerintah. Hal ini berkenaan pula dengan cita-cita Indonesia untuk menjadi poros
maritim dunia.
Pembangunan infrastruktur, sarana dan prasarana di wilayah pesisir merupakan
bentuk-bentuk kebijakan pembangunan yang tengah gencar dicanangkan oleh
pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar wilayah
pesisir. Salah satunya adalah pembangunan sarana dan prasarana pelabuhan yang
dapat menjadi pusat pengembangan perekonomian masyarakat sekitar. Selain itu,
pelabuhan juga berperan dalam penyerapan tenaga kerja baik secara langsung
maupun tidak langsung dengan adanya kegiatan usaha perikanan.
Sebagai contoh penelitian Yusuf et al. (2005) di Bandar Lampung, terkait dampak
pembangunan pelabuhan perikanan terhadap penyerapan tenaga kerja dan
pendapatan masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembangunan
pelabuhan yang meliputi peningkatan pelayanan jasa (docking, pengolahan ikan,
sandar kapal, dan pengadaan sarana penangkapan ikan) mempengaruhi peningkatan
pendapatan masyarakat yang berada di sekitar pelabuhan. Penelitian serupa
dilakukan baru-baru ini oleh Anton et al. (2014) yang mengevaluasi dampak
kebijakan pembangunan pelabuhan terhadap perubahan sosial ekonomi masyarakat
pesisir di Kabupaten Pacitan. Perubahan pada persepsi dan interaksi sosial
merupakan indikator dari perubahan sosial yang dibahas dalam jurnal ini. Sedangkan
perubahan ekonomi yang terjadi di sekitar lokasi ditinjau melalui penyerapan tenaga
kerja, perkembangan sektor informal, serta peningkatan pendapatan masyarakat.

Perubahan Pola Kerja Masyarakat Pesisir


Perubahan Lama Melaut, Perubahan Penyerapan Tenaga Kerja, Perubahan
Spesialisasi Tugas, Perubahan Sistem Distribusi Hasil
Hasil pengukuran terhadap perubahan lama melaut menunjukkan bahwa setelah
adanya pembangunan pelabuhan, mayoritas responden mengalami perubahan
berupa peningkatan lama melaut, yaitu sekitar 7 jam hingga 39 jam. Pengukuran
terhadap perubahan penyerapan tenaga kerja menunjukkan bahwa mayoritas
responden memiliki tenaga kerja atau disebut Anak Buah Kapal (ABK) kurang dari
dua orang. Hal ini tidak mengalami perubahan baik sebelum maupun setelah adanya
pembangunan pelabuhan. Begitu juga dengan pengukuran perubahan spesialisasi
tugas yang tidak mengalami perubahan karena telah disepakati sejak lama dan tidak
mengalami perubahan baik sebelum maupun setelah adanya pembangunan
pelabuhan. Mayoritas responden menyatakan bahwa terdapat spesialisasi tugas
atau pembagian kerja pada setiap kapal yang terbagi atas dua unit kerja, yaitu
sebagai nahkoda dan sebagai penarik jaring. Sementara hasil pengukuran terhadap
perubahan sistem distribusi hasil menunjukkan kecenderungan perubahan dimana
mayoritas responden kini memiliki sistem bagi hasil baru dengan pembagian satu
bagi untuk pemilik dan satu bagi untuk penyewa atau ABK, dengan kata lain hasil
tangkapan dibagi rata masing-masing 50 persen.

Pembahasan yakni mencakup pemaparan lebih lanjut dari hasil analisis data yang
ditujukan untuk memaparkan lebih jauh lagi terkait masing-masing indikator
komponen pembangunan dan lingkungan sosial dalam penelitian ini. Dalam
menganalisis data hasil penelitian, peneliti menggunakan teori Indikator
Keberhasilan Pembangunan Deddy T. Tikson (2005:98) dapat diukur oleh setidaknya
6 indikator yang diantaranyaPendapatan Perkapita, Struktur ekonomi, Urbanisasi,
Angka Tabungan, Indeks Kualitas Hidup, Indeks Pembangunan Manusia dan
Indikator kualitas Lingkungan Sosial Jonny Purba (2005:20) dapat diukur oleh
setidaknya 3 indikator yang diantaranya segenap pihak diikutsertakan dan masing –
masing berperan dan bertanggungjawab, hasilnya dapat dinikmati oleh masyarakat
luas guna meningkatkan kesejahteraan hidupnya, penghormatan terhadap hak – hak
masyarakat serta modal social yang dikembangkan masyarakat dalam
memanfaatkan sumberdaya alam dan pengelolaan lingkungan hidup.Berikut adalah
pembahasan dari masing-masing indikator keberhasilan pembangunan dan
indikator kualitas lingkungan sosial dalam penelitian mengenai ―Dampak
Pembangunan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Labuan Terhadap Lingkungan
Sosial Masyarakat Nelayan di Desa Teluk Kecamatan Labuan Kabupaten Pandeglang
– Banten.

Pendapatan Perkapita
Pendapatan perkapita erat hubungan dengan terjadinya penambahan atau
pengurangan pendapatan nelayan di desa Teluk jika dilihat dari tabel 4.8
berdasarkan data produksi dari pemerintah pada tahun 2011 jumlah ramannya
adalah Rp. 2.068.320.000 dan pada tahun 2012 raman meningkat sebesar Rp.
821.957.880 kemudian pada tahun 2013 peningkatan raman sebesar Rp.
3.444.887.724 dan pada tahun 2014 raman meningkat lagi sebanyak Rp.
7.352.202.100 berdasarkan data tersebut dapat dilihat peningkatan raman setiap
tahunnya sangat meningkat atau dengan kata lain dilihat dari presentase dari tahun
2011 ke tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 28,43% kemudian dari tahun
2012 ke tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 47,57% dan dari tahun 2013 ke
tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 41,4%, hasil tangkapan nelayan juga
semakin meningkat karena semakin canggihnya alat tangkap dan semakin besar
kapal yang digunakan sangat mempengaruhi banyaknya hasil tangkapan nelayan
yang juga akan berdampak pada ramannya dengan kata lain BPPP melaksanakan
fungsinya yang ke 5 yaitu pengumpulan data tangkap dan hasil perikanan. Hasil
tangkapan nelayan bergantung musim yang terjadi bukan dengan adanya pelabuhan
maka hasil tangkapan juga meningkat seperti pada saat musim barat biasanya ikan
sangat sulit dicari karena arus air yang begitu deras maka nelayan rata – rata hampir
semua tidak melaut dan para nelayan hanya berharap pada pendapatan mereka
pada saat musim ikan tetapi tetap saja ada juga beberapa nelayan yang pergi jauh
untuk melaut seperti di lautan Krakatau untuk mencari ikan. Berdasarkan wawancara
dengan masyarakat nelayan sebelum adanya pelabuhan dan sesudah dibangunnya
pelabuhan tidak berpengaruh terhadap hasil tangkapan nelayan dan peningkatan
pendapatan yang ada juga masih tetap bergantung pada musimdan alat tangkapnya
namun dengan adanya pelabuhan membuat masyarakat menjadi merasa lebih jauh
mencari ikan semenjak adanya pelabuhan masyarakat tidak bisa mencari ikan
disekitar pesisir, adanya tpi yang memang berpengaruh besar namun bukan
mempengaruhi hasil tangkapan tapi sebagai media penampung hasil
tangkapan.Pendapatan masyarakat teluk yang mayoritasnya adalah nelayan
bergantung pada hasil tangkapan ikan maka masyarakat hanya berfokus pada
pencarian ikan, masyarakat tidak merasa keberatan dengan adanya pelabuhan
selama tidak mengganggu aktivitas melaut para nelayan. Dengan kata lain bahwa
dampak dari pembangunan PPP belum memiliki dampak positif terhadap hasil
tangkapan nelayan desa Teluk. Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti saat
berada ditempat penelitian dan berdasarkan hasil wawancara dengan para informan
tentang hasil tangkapan nelayan bahwa hasil tangkapan nelayan pada kenyataannya
memang sangat bergantung terhadap musim yang ada, pemerintah menyediakan
fasilitas yaitu TPI hanya sebagai media untuk menampung pelelangan ikan dan
memungut retribusidari hasil tangkapan nelayan yang kemudian langsung dilelang
ke pengusaha – pengusaha ikan, setiap nelayan membawa hasil tangkapannya ke TPI
para pengusaha pemberi modal langsung melelang ikan dan pendapatan juga dibagi
dari modal yang diberikan kepada nelayan sebelum melaut bukan membantu
nelayan agar hasil tangkapan nelayan menjadi semakin banyak nelayan biasanya
diberikan modal sebelum melaut oleh pengusaha ikan untuk kebutuhan nelayan
dikapal selama seminggu atau bahkan lebih kemudian hasil tangkapan nelayan
dilelang oleh pengusaha ikan yang kemudian hasilnya dikurangi dengan modalnya
terlebih dahulu setelah modal kembali kemudian hasilnya dibagi 50 % untuk
pengusaha 50 % untuk nelayan beserta abk nya. Berikut rincian biaya perbekalan
nelayan.
Berdasarkan tabel data pemerintah diatas dapat diketahui bahwa nelayan diberikan
modal awal oleh pengusaha ikan sebesar Rp.1.790.000 dari hasil rincian perbekalan
yang akan dibawa oleh nelayan kelaut untuk melaut dalam jangka waktu 2 hari yang
daerah tangkapannya antara lain Liwungan, Sumur dan Pesauran. Sebelum adanya
pelabuhan ketika status masih Pangkalan Pendaratan ikan TPI sudah ada dan
fungsinya tetap sama setelah adanya pelabuhan sehingga sebelum adanya
pelabuhan hasil tangkapan nelayan tetap bergantung kepada musim yang ada begitu
juga setelah adanya pelabuhan BPPP tidak mengubah pola hubungan antara
pengusaha ikan dengan nelayan sehingga hasil tangkapan tidak terdampak langsung
kepadan nelayan dan nelayan belum memiliki potensi besar untuk sejahtera, BPPP
belum melaksanakan fungsi no 4 yaitu pemasaran dan distribusi ikan karena
pengusaha masih berperan penting dalam pemasaran dan distribusi ikan seharusnya
dengan adanya Pelabuhan BPPP membantu nelayan untuk meningkatkan
pendapatannya melalui hasil tangkapanya dengan menangani langsung pemasaran
dan distribusi ikan sehingga bukan pengusaha ikan lagi yang berperan penting karena
hasil tangkapan merupakan pendapatan nelayan sehingga kesejahteraan nelayan
tercermin dari pendapatannya karena tujuan dari Pembangunan Pelabuhan ini
adalah mengubah masyarakat menjadi lebih sejahtera.

Struktur Ekonomi
Struktur ekonomi erat hubungannya dengan kesejahteraan hidup masyarakat dan
juga pendapatan masyarakat. Salah satu pembangunan fasilitas untuk nelayan
adalah adanya pembangunan mesin pendingin es yang biasa disebut dengan cold
storage yang berfungsi untuk membekukan ikan, diharapkan dengan adanya mesin
pendingin es ini membantu meningkatkan struktur ekonomi masyarakat karena
mesin pendingin ini mampu untuk membuat ikan lebih tahan lama sehingga ikan
masih segar untuk dijual di hari berikutnya, namun nelayan sendiri tidak
memanfaatkan cold storage itu karena nelayan menganggap cold storage itu tidak
berfungsi maksimal sehingga cold storage sangat jarang digunakan. Berdasarkan
wawancara dengan masyarakat, masyarakat nelayan mengetahui dan mengerti
fungsi dari cold storagemasyarakat tidak menggunakan fasilitas yang diberikan oleh
pemerintah tersebut karena memang ikan yang mereka tangkap masih segar dan
setelah dilakukan pelelangan ikan – ikan tersebut langsung dibawa dan dijual oleh
pengusaha – pengusaha ikan. Cold storage sendiri tidak berpengaruh terhadap hasil
tangkapan ikan bukan karena adanya mesin pendingin hasil tangkapan menjadi lebih
banyak namun hasil tangkapan tetap bergantung kepada musim yang terjadi. Daerah
Labuan dianggap strategis untuk menangkap ikan dan dengan adanya cold storage
mempermudah masyarakat karena tidak lagi menggunakan cara yang alami dengan
menimbun ikan menggunakan es didalam peti dan dengan adanya cold storage
membuat daya tahan ikan menjadi lebih mudah, sehingga apabila penjualan agak
terlambat nelayan masih dapat menyimpan ikan di cold storage sehingga ikan masih
bisa bertahan dalam keaadan yang lama. Berdasarkan pengamatan peneliti
menyatakan bahwapada kenyataannya hasil tangkapan nelayan di desa Teluk pada
saat dilelang kemudian langsung dibawa dan di pasarkan.Ikan - ikan hasil tangkapan
dari nelayan cukup untuk daerah Labuan jadi tidak di ekspor keluar daerah Labuan
sehingga ikan tidak perlu di simpan di cold storage untuk dibekukan agar dapat dijual
kembali dihari berikutnya.Dalam hasil pengamatan yang dilakukan peneliti saat
berada ditempat penelitian cold storagejika dilihat dari fungsinya sangat membantu
masyarakat nelayan karena memang fungsi cold storage sendiri adalah untuk
membekukan ikan sehingga apabila nelayan masih ingin menjual ikan dikemudian
hari dapat disimpan terlebih dahulu di cold storage namun masyarakat tidak
menggunakannya dan masyarakat menganggap pemerintah kurang tepat
membangun cold storage karena ikan – ikan yang sudah ditangkap masih dijual
dalam keadaan segar dan langsung dilelang sehingga masyarakat tidak perlu untuk
menyimpan ikan di cold storage untuk dijual kembali esok harinya.

Berdasarkan gambar di atas dapat dikatakan bahwa setiap nelayan pulang melaut
membawa hasil tangkapan ikan pada setiap jam tetap dilakukan pelelangan karena
hasil tangkapan nelayan selalu dijual habis pada saat lelang sehngga ikan – ikan yang
ada tidak harus dibekukan lagi dengan kata lain pembangunan cold storage tidak
mempengaruhi semakin banyaknya hasil tangkapan nelayan karena sebelum adanya
pelabuhan juga tidak ada cold storage nelayan selalu menjual habis ikannya dalam
sehari begitu juga setelah adanya pelabuhan nelayan tetap menjual habis ikannya
dalam seharicold storage meski dalam jangka panjang belum berfungsi maksimal
untuk masyarakat. BPPP belum melaksanakan fungsinya yang ke 8 yaitu pelaksanaan
pengawasan dan pengendalian sumber daya ikan, apabila dilihat dari fungsinya BPPP
berperan penting untuk mengawasi hasil tangkapan dan mengendalikan stok ikan
nelayan karena ikan selalu dijual habis dalam sehari cold storage tidak perlu untuk
dibangun karena tidak membantu semakin banyaknya hasil nelayan pembangunan
cold storage hanya membuang – buang uang saja apabila dilakukan pengawasan
dengan baik maka pihak BPPP pasti mengetahui ikan hasil tangkapan nelayan selalu
terjual habis setiap hari atau setiap nelayan membawa hasil tangkapannya ke darat
namun sangat lebih baik apabila BPPP membangun banyak pabrik es yang sangat
dibutuhkan nelayan, pabrik es memang ada namun hanya satu dan dalam kondisi
rusak sehingga tidak dapat digunakan. Masyarakat sendiri menilai pemerintah
sangat kurang tepat membangun cold storage lebih baik membangun pabrik es yang
sangat berfungsi untuk kebutuhan nelayan dan yang menjual es adalah masyarakat
sekitar atau nelayan – nelayan yang membuka usaha untuk menjual es yang akan
digunakan nelayan pada saat akan melaut sehingga tidak akan sia – sia pembangunan
yang dilakukan sampai saat ini pemerintah belum ada solusi untuk mengatasi tidak
berfungsinya cold storage dan pembangunan kembali pabrik es masih dalam rencana
BPPP dari tahun 2014 namun belum terrealisasikan sampai saat ini.

Urbanisasi
Urbanisasi merupakan perpindahan penduduk dari desa ke kota namun perindahan
yang terjadi di Desa Teluk adalah Perpindahan dari kota ke desa atau biasa disebut
sebagai Tranmigrasi dan Transmigrasi yang terjadi yaitu Transmigrasi lokal yang
mencakup migrasi dalam daerah tertentu, yakni dari daerah yang satu ke daerah
yang lain. Pola perpindahan penduduk yang perlu diketahui adalah perpindahan
keluar dan masuk kedalam suatu daerah secara umum, serta pola musiman dan
tetap. Desa Teluk merupakan wilayah strategis untuk menjadi tempat tinggal bagi
orang – orang yang berprofesi sebagai nelayan karena posisi pelabuhan perikanan
terletak dekat dengan Desa Teluk dan karena mayoritas penduduk yang tinggal di
Desa Teluk adalah nelayan maka banyak nelayan – nelayan yang dari kota lain pindah
dan bertempat tinggal menetap ke Desa Teluk yaitu dari Sumatera dan Jawa Timur.
Padatnya penduduk yang terjadi setiap tahun di Desa Teluk diakibatkan dari
pendatang yang juga membawa saudaranya untuk tinggal di Desa Teluk dan
kemudian menetap dan membuat KTP sehingga menjadi warga Desa Teluk.
Berdasarkan wawancara dengan sekertaris desa pola perpindahan penduduk yang
terjadi ada juga yang bersifat musiman yang kemudian menetap menjadi warga desa
Teluk. Jika dikalkulasikan ada sekitar 20% yang kembali ke daerahnya masing –
masing dan yang menetap menjadi warga Desa Teluk adalah yang belum berkeluarga
yang kemudian menetap di desa mencari ikan di Desa dan juga membuat ktp di Desa
Teluk.
Nelayan yang bersifat musiman itu adalah nelayan yang datang dari Jawa dan
Lampung nelayan musiman yang datang ke Desa Teluk disebut sebagai andon,
andon ini kemudian menangkap ikan di wilayah Labuan disekitar Pelabuhan atau di
daerah tempat nelayan Desa Teluk biasa mencari ikan. Para andon ini mengontrak di
rumah masyarakat Desa Teluk lebih dari sebulan dengan menyediakan kontrakan
untuk para andon yang datang dari Jawa dan Lampung dapat menjadi tambahan
pendapatan untuk masyarakat desa Teluk yang memiliki kontrakan namun untuk
melaut lamanya di laut hanya 3 hari saja. Setelah 3 hari di laut kemudian para andon
kembali ke kontrakan untuk beristirahat dan beberapa hari kemudian melaut lagi 3
hari seperti itu aktifitas para Andon sampai lebih dari 1 bulan berada di Desa Teluk.
Dalam hasil pengamatan yang dilakukan peneliti saat berada ditempat penelitian,
melihat bahwa dalam indikator pola perpindahan penduduk Desa Teluk sebagian
besar masyarakat yang berpindah kedalam Desa Teluk adalah tetap. Nelayan
musiman tinggal di desa hanya dalam waktu 1 bulan kemudian kembali lagi ke kota
asalnya selama nelayan musiman mengontrak dirumah warga Desa Teluk
masyarakat sekitar mendapatkan tambahan pendapatan dari hasil kontrakan
tersebut namun adanya Andon tidak mempengaruhi penjualan ikan nelayan
meskipun para andon ikut lelang dan menjual ikan di TPI tidak berpengaruh dengan
naik atau turunnya harga ikan, ada 11 rumah yang digusur karena lahannya
digunakan untuk pembangunan pemindahan TPI dan kantor TPI yang lama dibangun
kembali untuk dijadikan kantor Balai Pelabuhan Perikanan Pantai (BPPP) Labuan
sekarang karena sudah dibangun kantor dan memiliki halaman yang cukup luas
untuk upacara pegawai dan acara – acara lainnya maka tempat penjemuran ikan asin
atau talut sudah tidak boleh di halaman kantor BPPP Labuan, berikut ini adalah data
warga yang sudah direlokasi oleh pemerintah :
Berdasarkan tabel 4.6 diatas ada 11 keluarga yang direlokasi untuk pembangunan
TPI masyarakat tersebut tidak memiliki surat tanah dan surat Izin untuk tinggal
ditanah tersebut dan masyarakat itu hanya berpindah RT (Rukun Tetangga) saja
dengan menempati rumah yang sudah disediakan pemerintah sebagai ganti rugi
penggusuran 11 rumah tersebut dan ganti ruginya dalam bentuk bangunan bukan
uang dan masyarakat yang digusur tetap menetap sebagai warga desa Teluk. Sesuai
data daftar isian buku profil Desa Teluk pada tahun 2013 bahwa jumlah penduduk
Desa Teluk sebanyak 6.527 jiwa dengan jumlah laki – laki sebanyak 2.019 dan
perempuan sebanyak 4.508 jiwa dan mengalami peningkatan jumlah penduduk pada
tahun 2014 yaitu dengan jumlah 7.003 jiwa, jumlah laki – laki sebanyak 2.250 dan
jumlah perempuan sebanyak 4.753 jiwa.

Dengan kata lain dalam pengamatan peneliti peningkatan jumlah penduduk karena
nelayan musiman dalam setahun ada 124 orang yang menetap dan bertempat
tinggal di Desa Teluk selain itu banyak masyarakat yang datang dari Jawa menetap
dan kemudian menjadi warga Desa Teluk. Selain itu penggusuran 11 rumah
masyarakat merasa ganti rugi tidak sesuai dengan rumah mereka yang lama namun
masyarakat tidak dapat menuntut banyakkarena tanah yang mereka tempati adalah
tanah pemerintah dan tanah yang baru itu juga milik pemerintah juga dan
masyarakat itu sendiri tidak memiliki tanah disekitar pelabuhan.
Angka Tabungan
Angka Tabungan erat hubungannya dengan pendapatan dan modal usaha yang
sangat dibutuhkan untuk pergi melaut dan berdagang sehingga sangat perlu untuk
menabung dari setiap penghasilan yang diperoleh oleh masyarakat nelayan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat, nelayan memiliki tabungan
sendiri namun tidak ditabung di bank tetapi tabungannya di simpan sendiri dirumah
dan tabungan itu di gunakan untuk persiapan pada saat terjadi musim Barat nanti
untuk menabung di bank masyarakat banyak yang masih belum mengerti sehingga
lebih baik menabung sendiri. Pada saat musim Barat banyak nelayan tidak pergi
melaut karena cuaca buruk sehingga nelayan akan banyak mengalami resiko jika
tetap melaut dan biasanya musim Barat terjadi selama 4 bulan dan nelayan
menggunakan tabungan mereka untuk biaya hidup selama musim Barat terjadi.
Dalam pengamatan peneliti pada saat berada ditempat penelitian bahwa
masyarakat selalu mempersiapkan tabungan sendiri untuk kebutuhan hidupnya
ketika musim barat tiba karena pada saat musim barat angin sangat kencang dan
nelayan tidak dapat pergi melaut selama 4 bulan, sehingga untuk kebutuhan hidup
sekeluarga selama musim barat masyarakat menggunakan tabungan tersebut.
Dengan kata lain setelah ada pelabuhan masyarakat juga dapat menabung di TPI
dengan cara nelayan setiap mendapat hasil tangkapan dipungut retribusi 4% dari
hasil tangkapannya kemudian 1% adalah tabungan yang dapat diambil nelayan pada
saat musim barat tiba dengan cara ini memudahkan nelayan karena tabungannya
utuh apabila ditabung sendiri biasanya diambil sedikit sesuai kebutuhan namun cara
itu tergantung dari masyarakatnya masing – masing sedangkan sebelum adanya
pelabuhan masyarakat hanya menabung sendiri dan terkadang tidak mampu
memperhitungkan sesuai dengan kebutuhannya. BPPP dapat dikatakan telah
melaksanakan fungsinya yang ke 6 yaitu pelaksanaan penyuluhan dan
pengembangan masyarakat nelayan dengan memperbolehkan masyarakat untuk
menabung di TPI dari hasil tangkapannya dipungut berapa persen tergantung
keinginan dari masyarakat dengan kata lain pelabuhan membantu masyarakat untuk
lebih maju dan mengembangkan diri masyarakat agar hidup para nelayan menjadi
lebih baik.

Indeks Kualitas Hidup


Variabel ini menggambarkan kesejahteraan masyarakat, karena tingginya status
ekonomi keluarga akan mempengaruhi status pendidikan para anggotanya. Tingkat
pendidikan nelayan di desa Teluk pada umumnya hanya sd saja paling tinggi sampai
tingkat smp dikarenakan kurangnya biaya dan kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang pentingnya pendidikan karena bagi nelayan hanya mencari ikan lah tujuan
utama dalam hidup mereka dengan adanya Pelabuhan diharapkan pemerintah
mampu untuk memperhatikan kesejahteraan keluarga diharapkan dengan
memberikan bantuan berupa beasiswa kepada masyarakat untuk memotivasi agar
semakin banyak masyarakat yang bersekolah dan memperoleh pendidikan dan juga
mempermudah masyarakat mengakses pendidikan, berdasarkan wawancara dengan
nelayan untuk menyekolahkan anak tergantung kepada rejeki yang didapatkan oleh
nelayan bantuan beasiswa disediakan untuk anak – anak yang bersekolah yang
didapatkan dari BPPP dan kemudian beasiswa itu diambil di pos yang berada di
seberang kiri kantor BPPP dengan beasiswa ini secara langsung memotivasi anak
untuk bersekolah karena tidak banyak membebankan orangtua lagi untuk biaya
perlengkapan sekolah begitu juga bagi para nelayan, dengan adanya beasiswa ini
mempermudah nelayan untuk biaya sekolah anak sehingga uang yang seharusnya
untuk sekolah anak bisa ditabung dan digunakan untuk keperluan kedepannya.
Masyarakat nelayan lain mengatakan bahwa beasiswa yang diberikan kepada
masyarakat tidak merata dan tidak dilihat dari latarbelakang ekonomi karena ada
yang sudah mampu namun anaknya mendapat beasiswa. Tetapi anak – anak nelayan
sekarang sudah bersekolah sehingga tingkat pendidikan di masyarakat menjadi
meningkat dengan adanya kesadaran masyarakat untuk bersekolah dan juga
motivasi dengan diberiannya bantuan seperti beasiswa kepada masyarakat.
Berdasarkan data pemerintah desa pada tabel 4.7 tingkat pendidikan yang ada di
desa Teluk mengalami peningkatan dari tahun 2011 ke tahun 2014.Dalam hasil
pengamatan yang dilakukan peneliti saat berada ditempat penelitian, dengan
adanya Pelabuhan ada bantuan penambahan pembangunan sekolah di desa Teluk
sebelum adanya pelabuhan sd hanya ada satu saja namun setelah adanya pelabuhan
sudah ada 3 sekolah yang dibangun untuk sd, 1 madrasah, smp dan sma juga sudah
ada dan sekarang tk sedang dalan pembangunan ada juga rumah pintar yang
diberikan untuk anak – anak nelayan belajar tentang Pelabuhan dan Laut.
Berdasarkan gambar di atas hasil pengamatan peniliti menyatakan bahwadengan
adanya fasilitas seperti ini anak – anak nelayan juga akan memilikikesadaran akan
pentingnya pendidikan untuk masa depan mereka nantinya bahkan sudah ada anak
nelayan yang tingkat pendidikannya sampai ke jenjang perkuliahan dilihat dari tabel
diatas yang sarjana sudah ada 346 orang, dari sini terlihat bahwa cara berpikir anak
– anak nelayan juga sudah semakin maju sehingga mereka berkeinginan sekolah
setinggi – tingginya bukan lagi berpikir untuk menjadi nelayan pergi melaut dan
membantu orangtua mencari ikan. BPPP sudah melaksanakan fungsinya yaitu
sebagai pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan masyarakat nelayan dengan
adanya bantuan pembangnan sekolah dan kemauan yang tinggi dari anak – anak
nelayan untuk bersekolah menunjukkan bahwa BPPP sudah mampu
mengembangkan cara berpikir kepada masyarakat dan bantuan sekolah termasuk
kedalam penyuluhan pendidikan melalui sosialisasi yang dilakukan pemerintah.

Indeks Pembangunan Manusia


Pembangunan Pelabuhan Perikanan Pantai Labuan masyarakat harus mengetahui
apa tujuan dari dibangunnya Pelabuhan ini beserta fungsi – fungsinya sehingga
masyarakat mampu untuk menggunakan fasilitas yang diberikan dengan baik dan
masyarakat juga mampu bekerjasama untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya
dengan adanya Pelabuhan ini. Tujuan Pemerintah membangun Pelabuhan adalah
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan sehingga dapat
mempermudah masyarakat dalam melakukan aktivitas nelayan dan pekerjaannya
sehari – hari karena dengan disediakannya fasilitas – fasilitas untuk para nelayan
sehingga pasti setiap nelayan dapat menikmati fasilitas yang adaberdasarkan
wawancara dengan BPPP mengatakan bahwa pengetahuan masyarakat tentang
Pelabuhan masih kurang karena sumber daya masyarakat nelayan terutama di
bidang pendidikan masih kurang sehingga sosialisasi ke masyarakat sangat penting
agar setiap masyarakat menjadi lebih mengeti apabila dijelaskan secara rinci. Pihak
BPPP juga harus memberikan kebebasan untuk masyarakat untuk belajar tentang
Pelabuhan sehingga masyarakat semakin mengerti apatujuan dan fungsi
dibangunnya Pelabuhan. Dalam hasil pengamatan yang dilakukan peneliti dengan
wawancara dan saat berada ditempat penelitian, pihak BPPP selalu mendukung
setiap kegiatan nelayan selama kegiatan itu positif akan dan diberikan pelayanan
serta fungsinya pihak BPPP akan memberikan penjelasan yang baik karena memang
pekerjaan mereka bersifat pelayanan untuk masyarakat dan memajukan
kesejahteraan masyarakat adalah tugas dari BPPP.
Sosialisasi sudah sering dilakukan agar masyarakat semakin banyak mengetahui
tentang pelabuhan dan fasilitas – fasilitas yang ada, namun sering juga terjadi
perbedaan pendapat antara masyarakat dengan pihak dinas karena terkadang
setelah sosialisasi pihak dinas tidak memberikan apa yang diinginkan oleh
masyarakat nelayan. BPPP telah melaksanakan fungsinya dalam penyuluhan dan
pengembangan masyarakat nelayan dengan melakukan sosialisasi kepada
masyarakat tentang fungsi pelabuhan dan fasilitas – fasilitas yang akan dibangun
yang semuanya bertujuan untuk memajukan kesejahteraan masyarakat. BPPP juga
pernah melakukan seminar dikantor Syahbandar dan dapat dihadiri masyarakat,
seminar itu berkaitan dengan kelautan dan perikanan serta Menteri kelautan dan
perikanan pernah datang memberikan bantuan dan juga memberikan seminar
terkait kelautan dan perikanan kepada masyarakat dengan kata lain BPPP sudah
menjalankan fungsinya sebagai publikasi hasil riset kelautan dan perikanan.

Lingkungan Sosial
Standar kriteria atau mutu keserasian lingkungan sosial seringkali ditentukan oleh
kondisi sosial, budaya dan lingkungan masyarakat itu sendiri. Menurut Jonny Purba
(2005:20) dalam kaitannya dengan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan
hidup, dalam kaitannya dengan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan
hidup, indikator lingkungan sosial ditentukan berdasarkan pemanfaatan sumber
daya alam dan pengelolaan lingkungan hidup yang bertanggung jawab secara dan
dilakukan secara integral, holistik dan adil.

4.3.7.1 Prinspi Partisipatif


Peran dan partisipasi sangat erat hubungannya dengan jalinan kerjasama dalam hal
ini peran dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan Pelabuhan sangat penting
karena akan terjalin kerjasama yang baik antara masyarakat dan pemerintah untuk
memberikan perbaikan taraf hidup masyarakat dan menciptakan kesejahteraan bagi
masyarakat nelayan. Pembangunan Pelabuhan bagi masyarakat sangat berperan
penting yaitu pada saat akan dibangun Pelabuhan pihak pemerintah meminta izin
dari masyarakat melalui tokoh masyarakat didesa dan kepala desa setelah ada izin
dari masyarakat kemudian dilakukan pembangunan Pelabuhan. Berdasarkan
wawancara dengan masyarakat, masyarakat ikut terlibat dalam pembuatan
beronjong batu untuk menahan ombak sehingga kapal – kapal nelayan tidak
terdampar.Setiap mendapatkan tender pihak pemerintah mewajibkan untuk
memberikan kontribusi untuk mushola dan mesjid yang ada di desa sehingga semua
masyarakat ikut terlibat.Wawancara dengan pihak pemerintah juga menyebutkan
bahwa masyarakat juga berperan dalam prosespembangunan Pelabuhan yaitu ada
masyarakat yang bekerja sebagai kuli bangunan agar tidak terjadi masalah pada saat
pembangunan karena apabila membawa orang dari luar akan menimbulkan pro dan
kontra bagi masyarakat sekitar karena merasa tidak adil akan banyak masyarakat
yang mengeluhkan kenapa masyarakat sekitar tidak dilibatkan dalam pembangunan
tujuan pembangunan itu untuk masyarakat seharusnya masyarakat harus terlibat.
Bentuk partisipasi dari masyarakat adalah dengan adanya anak – anak nelayan yang
bekerja dikantor BPPP tetapi dilihat dari kemampuan dan latar belakang
pendidikannya masing – masing sehingga akan maksimal dalam melakukan
pekerjaannya. Dalam hasil pengamatan yang dilakukan peneliti berdasarkan
wawancara dan saat berada ditempat penelitian masyarakat yang ikut berperan
dalam proses pembangunan adalah masyarakat lain yang menanggur atau nelayan
yang sudah tidak melaut lagi turut membantu dalam pembangunan dan mereka
mendapatkan gaji dari apa yang mereka kerjakan untuk menambah pendapatan
mereka masing – masing biasanya mereka menjadi buruh angkut, kuli bangunan dan
kuli bantu. Sementara nelayan yang masih melaut sudah memiliki pekerjaannya
sendiri yaitu pergi melaut dan menangkap ikan. Partisipasi dari masyarakat yaitu
dalam bentuk anak – anak nelayan ada yang bekerja dengan menjadi pegawai di
dinas tetapi dilihat dari latar belakang pendidikannya dan kemampuannya masing -
masing.
4.3.7.2 Lingkungan Ekonomi
Lingkungan merupakan komponen penting dari sistem ekonomi. Artinya bahwa
tanpa adanya lingkungan maka sistem ekonomi tidak akan berfungsi. Ini berarti pula
bahwa jika ekonomi ingin diperbaiki maka kualitas sumberdaya alam dan lingkungan
perlu dipertahankan.Untuk mempertahankan sumberdaya alam yang ada di
Pelabuhan perlu juga untuk menjaga sumberdaya lautnya seperti ikan yang
membutuhkan terumbu karang untuk tempat tinggalnya. Habitat terumbu karang
apabila rusak akan berdampak pada tidak ada ikan disekitar kolam Pelabuhan dan
dengan seperti ini maka sumberdaya alam dan lingkungannya tidak dipertahankan
dengan baik seperti dengan adanya kegiatan penyimpanan jangkar kapal
menyebabkan terumbu karang menjadi rusak dan pengerukan yang terlalu dalam
mengakibatkan habitat terumbu karang menjadi rusak dan tidak ada karena terumbu
karangnya juga ikut terangkut pada saat dilakukannya pengerukan. Dalam hasil
wawancara dengan nelayan rusaknya terumbu karang ini berakibat kepada ikan –
ikan karena terumbu karang merupakan tempat tinggal ikan maka ikan – ikan juga
menjadi tidak ada lagi disekitar kolam Pelabuhan, dan juga berdampak kepada
nelayan karena nelayan sekarang sudah tidak bisa lagi menangkap ikan disekitar
kolam Pelabuhan dan nelayan harus melaut ke daerah yang lebih jauh sehingga
membutuhkan dana yang lebih besar juga untuk kebutuhan melautnya sebelum
adanya pelabuhan masyarakat masih bisa memancing disekitar kolam pelabuhan
dan cukup banyak juga ikan yang ada di kolam pelabuhan apabila masyarakat yang
masih belum memiliki kapal sendiri masih bisa mencari ikan disekitar kolam
pelabuhan namun sekarang setelah adanya pelabuhan dengan dilakukan
pengerukan berdampak kepada hilangnya terumbu karang dan mengakibatkan ikan
sudah tidak ada lagi dikolam pelabuhan.
Berdasarkan wawancara dengan pemerintah menyatakan bahwa pengendapan
lumpur yang juga terjadi di muara menjadi keluhan dari masyarakat karena
terjadinya penyempitan muara yang berdampak kepada sulitnya nelayan untuk
melaut yang pada awalnya sebelum adanya pelabuhan muara masih dua jalur
setelah pembangunan pelabuhan menjadi satu jalur dan untuk melaut nelayan harus
mengantri karena muara merupakan jalur lintas nelayan untuk pergi melaut dan
muara merupakan pertemuan antara ujung sungai dengan laut.
Berdasarkan gambar diatas setelah adanya pelabuhan menjadi satu jalur sehingga
kapal besar tidak bisa masuk dan juga mengakibatkan macet apabila satu kapal tidak
jalan kapal yang lainnya juga ikut tidak jalan apabila kapal ingin keluar harus
menunggu kapal yang didepan keluar terlebih dahulu biasanya nelayan melaut jam
3 pagi sampai jam 6 pagi setelah adanya pelabuhan melaut bisa menjadi jam 9 pagi
sampai jam 10 pagi dan ini berdampak kepada banyaknya pendapatan nelayan.
Nelayan tidak ingin kapalnya bersandar di dermaga karena dangkalnya kolam
pelabuhan mengakibatkan kapal kandas terkena batu dan apabila kapal akan keluar
untuk pergi melaut kipas bisa rusak dan putus karena benturan dengan batu.
Sebelum adanya pelabuhan muara masih luas dan kolam pelabuhan juga masih
pesisir pantai sehingga nelayan masih bisa menyandarkan kapalnya. BPPP dapat
dikatakan belum malksanakan fungsinya yang pertamayaitu pelayanan sandar dan
labuh kapal perikanan dan kapal pengawas perikanan karena masih banyak nelayan
yang tidak mau bersandar di kolam Pelabuhan karena takut kapalnya akan kandas
dan rusak akibat dangkalnya kolam Pelabuhan, pihak BPPP juga tidak memberikan
solusi atas permasalahan pengendapan lumpur yang menyebabkan jalur lintas kapal
menjadi satu jalur.

Indikator Kesejahteraan Rakyat Berkenaan dengan peningkatan kesejahteraan hidup


masyarakat, sudah selayaknya pembangunan Pelabuhan yang ada bisa dimanfaatkan
dan dinikmati dan juga dipergunakan untuk menciptakan kesejahteraan hidup
masyarakat nelayan disekitar.Dalam hal ini adanya Pelabuhan seharusnya mampu
meningkatan standar hidup masyarakat nelayan. Berdasarkan wawancara dengan
manager TPI, nelayan dapat dikatakan sejahtera karena sudah memilikikapal sendiri
dan untuk makannya sehari – hari sudah cukup enak yaitu makan ikan hasil
tangkapan dari nelayan, berdasarkan wawancara dengan masyarakat mengatakan
bahwa ikan banyak mengandung protein sehingga sangat baik untuk dikonsumsi
masyarakat sehingga gizi masyarakat semakin baik juga karena makanan masyarakat
yang cukup bergizi kesehatan masyarakat juga semakin membaik didukung dengan
adanya klinik di dekat kantor BPPP sehingga memudahkan masyarakat untuk
berobat, mengecek kesehatan secara rutin dan membeli obat sesuai kebutuhan
masing – masing masyarakat. Dalam hasil pengamatan yang dilakukan peneliti pada
saat wawancara dan berada ditempat penelitian makanan nelayan memang cukup
bergizi karena mengandung protein ikan yang cukup tinggi tetapi akan lebih baik
apabila ikan yang akan dikonsumsi oleh nelayan dikarantina terlebih dahulu fungsi
karantina ini adalah untuk melihat ikan mana yang proteinnya tinggi dan layak untuk
dikonsumsi oleh masyarakat sehingga masyarakat tidak asal makan hasil
tangkapannya, berdasarkan wawancara dengan pihak BPPP dapat dikatakan bahwa
BPPP masih belum melaksanakan fungsinya yang ke 10 yaitu pelaksanaan fungsi
karantina ikan dikarenakan alat dan biaya yang masih belum memadai untuk
melakukan karantina ikan itu sendiri tetapi dari pihak BPPP sudah mengusulkan ke
pemerintahan Provinsi tentang karantina ikan namun belum mendapat tanggapan.
Selain itu juga adanya pembangunan Pelabuhan Perikanan Pantai Labuan membuka
kesempatan bagi masyarakat untuk mendapatkan pekerjaan dan juga memiliki
peluang untuk membuka jenis usaha baru dan memenuhi kebutuhan
hidupnyaapabila Pelabuhan berekembang dengan pesat tenaga yang diserap paling
utama adalah dari masyarakat sekitar Pelabuhan terlebih dahulu karena Pelabuhan
Perikanan Pantai di Labuan adalah milik daerah sehingga yang di utamakan adalah
masyarakat sekitar Pelabuhan terlebih dahulu baru dari masyarakat lain karena
adanya Pelabuhan ini bertujuan untuk memajukan ekonomi masyarakat dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di desa Teluk.Terdapat peluang usaha yang
muncul semenjak adanya Pelabuhan seperti perbengkelan kapal yang dibuka oleh
nelayan dan masyarakat sekitar untuk memperbaiki kapal kapal nelayan lain yang
rusak perbengkelan kapal ini berada disamping SPBN sehingga memudahkan nelayan
untuk dapat memperbaiki kapalnya yang mengalami kerusakan, nelayan lain juga
ada yang membuka usaha menjual air bersih untuk nelayan musiman karena nelayan
musiman mengontrak dirumah warga sehingga untuk melaut membutuhkan air
bersih dan air bersih itu didapat dari masyarakat sekitar, selanjutnya ada masyarakat
yang menjadi pedagang yaitu berdagang sembako yang dibutuhkan nelayan untuk
kebutuhan melautnya selama beberapa minggu kemudian ada warung nasi dan
warung – warung kecil lainnya dibandingkan dengan dahulu sebelum adanya
Pelabuhan yang ada hanya masyarakat yang berdagang ikan saja dipasar ikan dan
yang berdagang adalah para istri nelayan sehingga cukup mengerti apa – apa saja
yang dibutuhkan para nelayan untuk persiapan di laut nantinya.
Namun dibalik munculnya peluang usaha baru untuk masyarakat setelah adanya
pelabuhan juga menghilangkan mata pencaharian masyarakat berdasarkan
wawancara dengan masyarakat yang pada awalnya menjual ikan asin sekarang sudah
tidak lagi karena sudah tidak ada lahan untuk menjemur ikan asin lagi. Lahan untuk
penjemuran ikan asin sangat kurang karena semua lahan digunakan untuk
pembangunan, lahan penjemuran ikan asin yang sekarang akan digunakan untuk
pembangunan pabrik es lagi sehingga dengan sedikit lahan untuk menjemur ikan asin
masyarakat menjadi malas dan lebih memilih untuk bekerja yang lain sajakarena
sudah sangat jarang masyarakat yang menjual ikan asin karena masyarakat lebih baik
untuk mengkonsumsi ikan asin sendiri. karena sudah tidak ada lahan untuk
menjemur sehingga jumlah ikan yang dijemur juga sudah semakin sedikit masyarakat
menggunakan lahan yang didekat TPI untuk menjemur ikan asin.
Gambar di atas merupakan kantor BPPP sekarang sebelum terjadinya pembangunan
pelabuhan kantor diatas adalah TPI dan masyarakat menggunakan lahan kosong
didepan TPI untuk menjemur ikan asin dan sekarang masyarakat menjemur ikan
asinnya ditengah – tengah penduduk mengganggu aktifitas masyarakat dan aktifitas
lainnya juga sehingga masyarakat lebih memilih untuk mengkonsumsi ikan asin
secara pribadi saja.Berdasarkan gambar di atas hasil pengamatan peneliti
mengatakan bahwa setelah adanya masyarakat tidak bisa lagi untuk menjemur ikan
asin karena tidak ada lahan untuk penjemuran ikan asin, pihak BPPP Labuan dapat
dikatakan bahwa belum melaksanakan fungsinya yang ke 3 yaitu pelaksanaan
pembinaan mutu dan pengelolaan hasil perikanan dilihat dari masalah hilangnya
talut atau tempat penjemuran ikan asin yang tidak ada solusinya sampai saat ini,
seharusnyapihak BPPP memberikan fasilitas dan dukungan kepada masyarakat
masyarakat untuk mengelola ikan asin yang dapat dijual dan akan menambah
pendapatan untuk nelayan itu sendiri kemudian memberikan pembinaan mutu dan
pengelolaan ikan itu sendiri mana yang baik untuk dijadikan ikan asin. Selain
kesempatan bekerja dan berusaha, dalam segi keamanan juga mengalami
peningkatan dengan adanya Pelabuhan keamanan juga terjamin karena sudah ada
pos – pos disekitar Pelabuhan sehingga kondisi disekitar desa Teluk juga menjadi
aman.
berdasarkan wawancara dengan masyarakat menyatakan bahwa untuk kantor BPPP
juga sangat aman karena ada 3 orang dari masyarakat sekitar yang menjaga kantor
sehingga kantor juga tetap aman dari kemalingan dengan kata lain BPPP Labuan
telah melaksanakan fungsinya yang ke 13 yaitu pengendalian lingkungan dengan
memberikan keamanan di darat dan ketertiban kepada masyarakat nelayan. Tetapi
untuk keamanan yang ada dilaut sangat kurang karena akanada tindakan apabila ada
kapal nelayan yang tenggelam kemudian dicari tetapi jika tidak ada yang tenggelam
tidak akanada tindakan untuk menjaga keamanan kapal ketika melaut atau
menyandarkan kapal tetapi untuk keamanan didarat tetap dalam keadaan aman
karena terdapat pos di sekitar Pelabuhan dengan kata lain BPPP Labuan belum
melaksanakan fungsinya yang ke 12 yaitu pemantauan wilayah pesisir dan wisata
bahari karena masih belum ada lampu penerangan disekitar dermaga yang dapat
dilihat nelayan dari kejauhan sehingga nelayan mengetahui dimana dermaga untuk
menyandarkan kapalnya dan juga tidak ada pemantauan wilayah pesisir untuk
melihat kapal – kapal yang tersesat dan tenggelam.Selain itu adanya Pelabuhan
Perikanan Pantai dapat dijadikan tempat untuk berekrasi dengan adanya kebebasan
bagi masyarakat untuk berekreasi dan menikmati fasilitas yang ada di Pelabuhan
sehingga Pelabuhan bukan hanya menjadi tempat untuk aktivitas nelayan saja
namun juga dapat dijadikan untuk berekreasi keluarga, ada kebebasan masyarakat
untuk berekreasi namun dikenai retribusi semua sama rata dikenai retribusinya
seperti mobil – mobil yang masuk ke Pelabuhan dan biasanya mobil ini di gunakan
pedagang ikan untuk mengangkut ikan hasil lelang di TPI dan untuk nelayan sendiri
juga dikenai retribusi setiap kapal bersandar, tambat dan labuh serta bongkar
muatan juga dikenai retribusi sesuai undang – undangg yang sudah ditetapkan, untuk
nelayan retribusinya dihitung perhari seperti parkir penetapan pemungutan retribusi
untuk tambat labuh sudah berjalan dan sudah tercantum di undang – undang
tentang berapa kali seharusnya dilakukan pemungutan retribusi. Tambat labuh
retribusinya diberikan kepada dinas Provinsi sementara retribusi dari TPI iberikan
kepada dinas Kabupaten namun pemungutannya masih belum merata karena masih
ada masyarakat yang tidak dikenai pemungutan retribusi untuk tambat labuh dan
para nelayan mengeluhkan terlalu banyak retribusi karena sudah di pungut di TPI
masih dipungut lagi untuk tambat labuh dengan kata lain BPPP Labuan telah
melaksanakan fungsinya yang ke 2 dan ke 9 yaitu pelayanan bongkar muat dan
pelaksanaan kesyahbandaran.

Berdasarkan rumusan masalah penelitian yaitu bagaimana dampak pembangunan


Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Labuan terhadap lingkungan sosial masyarakat
nelayan di Desa Teluk Kecamatan Labuan Kabupaten Pandeglang – Banten, maka
berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti menyimpulkan bahwa:
1. Masyarakat desa Teluk setelah adanya pelabuhan dalam hal pendidikan sudah
dapat dikatakan sangat meningkat, Desa Teluk memiliki pola perpindahan penduduk
yang tetap ada 11 rumah yang direlokasi untuk pembangunan dan pemindahan TPI.
Dampak yang diakibatkan dari pengerukan yang terlalu dalam disekitar kolam
pelabuhan mengakibatkan terumbu karang menjadi hilang dan biota laut menjadi
rusak sehingga nelayan harus mencari ikan ke daerah yang cukup jauh dan
membutuhkan biaya yang cukup banyak. Bantuan yang tidak merata yang dirasakan
nelayan menimbulkan kecemburuan sosial antar masyarakat yang mengakibatkan
kondisi koesifitas masyarakat yang dulu saling bantu sekarang menjadi lebih
Individualis dan ikatan sosial dari masyarakat menjadi longgar tidak lagi saling bantu
dikarenakan ingin memajukan diri sendiri tidak memikirkan orang lain.
2. Adanya pelabuhan BPPP tidak mengubah pola hubungan antara pengusaha ikan
dengan nelayan sehingga hasil tangkapan tidak terdampak langsung
3. kepadan nelayan dan nelayan belum memiliki potensi besar untuk sejahtera,
pelabuhan menyediakan fasilitas hanya sebagai media untuk melelang bukan untuk
memajukan pendapatan masyarakat, fungsi dan tujuan TPI tetap masih sama.
Masyarakat sendiri menilai Pemerintah kurang tepat untung membangun cold
storage karena tidak digunakan oleh nelayan meskipun tujuan dari pembangunannya
posifitif namun apabila tidak digunakan hanya membuang dana saja. Namun disisi
lain terdapat keuntungan bagi untuk masyarakat PPP sudah memberikan lapangan
pekerjaan bagi masyarakat lokal yaitu dengan berdagang sembako dan membuka
usaha warung kecil – kecilan, adanya SPBN disekitar pelabuhan, pelayanan izin kapal
lebih mudah dan tersedianya pabrik es untuk kebutuhan masyarakat dan pengusaha
– pengusaha ikan.

Anda mungkin juga menyukai