Anda di halaman 1dari 10

KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN

IBU HAMIL DAN BERSALIN DI DAERAH TERPENCIL


(Studi Kasus di Nagari Batu Bajanjang, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat)

The Quality of Health Services


for Pregnant Women and Maternity in Remote Area
(Case Studies in Nagari Batu Bajanjang, Solok District of West Sumatera Province)
Yulfira Media
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Sumatera Barat
Khatib Sulaiman No. 1 Padang, Telp. (0751) 7054555-7055627
Email: fira.media@yahoo.com
Dikirim: 15 Januari 2014; direvisi: 23Januari 2014; disetujui: 12 Februari 2014

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil dan
bersalin di daerah terpencil di Kabupaten Solok (Sumatera Barat). Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan observasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil dan bersalin di lokasi penelitian masih relatif
kurang, dan ini terlihat dari masih rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu hamil dan bersalin,
yang salah satunya disebabkan oleh keterbatasan kondisi pelayanan kesehatan yaitu keterbatasan sumber
daya dan pelayanan kesehatan, keterbatasan sarana dan prasarana kesehatan, dan adanya hambatan dalam
pelaksanaan program jaminan persalinan (Jampersal). Temuan yang dapat diusulkan sebagai saran
perbaikan meliputi: peningkatan monitoring dan evaluasi serta pembinaan secara berkala terhadap institusi
pelayanan kesehatan, peningkatan kuantitas dan kualitas tenaga kesehatan, peningkatan ketersediaan
pelayanan serta kondisi sarana dan prasarana kesehatan. Saran untuk mengatasi hambatan Jampersal
adalah perlu adanya alokasi dana untuk sosialisasi kesehatan dan Jampersal, penyediaan kendaraan
operasional (motor) untuk bidan serta perbaikan infrastruktur jalan.
Kata Kunci: pelayanan kesehatan, pemanfaatan, ibu hamil dan bersalin, daerah terpencil

Abstract
This study aims to describe how the quality of maternal health services and maternity in a remote area in
Solok (West Sumatra). This study used a qualitative approach to data collection techniques through in-
depth interviews and observation. The results showed that the quality of maternal health services and
maternity at the study site was relatively less, and is visible from the low utilization of maternal health
services and maternity, which one of them caused by the limitations of the health conditions of limited
resources and health services, limited health infrastructure, and the presence of obstacles in the
implementation of the labor insurance program (Jampersal). The findings can be proposed as suggestions
for improvement include: increase in monitoring and periodic evaluation and guidance to health care
institutions, increasing the quantity and quality of health personnel, increasing the availability of services
and infrastructure health condition. Suggestions for overcoming barriers Jampersal is the need for the
allocation of funds for health and socialization Jampersal, providing operational vehicles (motorcycles)
for midwives and improving road infrastructure.
Keywords: health care, utilization, pregnant women and maternity, remote areas

PENDAHULUAN kematian adalah karena perdarahan, keracunan


kehamilan dan infeksi pada masa nifas. Perdarahan
Angka kematian ibu (AKI) melahirkan di disebabkan karena ibu hamil mengidap anemia.
Indonesia masih dianggap tinggi jika dibandingkan Sedangkan kematian ibu akibat infeksi menunjukkan
dengan AKI di negara lain. Berdasarkan hasil Survey adanya indikasi kurang baiknya upaya pencegahan
Kesehatan Demografi Indonesia (SDKI) tahun 2012 manajemen infeksi, dan hal ini terkait dengan tenaga
bahwa AKI di Indonesia mengalami peningkatan yang membantu persalinan (Afifah, dkk, 2010).
menjadi 359 kematian/100 ribu kelahiran hidup dari Berbagai upaya untuk menurunkan AKI telah
yang sebelumnya menurut SDKI tahun 200 adalah banyak dilakukan, dan salah satu upaya terobosan
228/100 ribu kelahiran. Padahal target Millenium yang paling mutakhir dari Kementerian Kesehatan
Development Goals (MDGs) tahun 2015 adalah sejak tahun 2011 adalah program Jampersal (Jaminan
menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga Persalinan) sebagai upaya menurunkan angka
perempatnya (102/100.000 kelahiran hidup) pada kematian ibu dan bayi menuju pencapaian target
tahun 2015 (BPS, 2013). Sebagian besar penyebab Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015.

Kualitas Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil dan Bersalin di Daerah Terpencil


(Studi Kasus di Nagari Batu Bajanjang, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat) – Yulfira Media | 43
Adapun tujuan dari Jampersal tersebut adalah upaya Ketersediaan fasilitas dipengaruhi oleh keterjangkauan
untuk meningkatkan cakupan pemeriksaan kehamilan, lokasi, dan juga dipengaruhi oleh tenaga kesehatan
pertolongan persalinan, dan pelayanan nifas ibu oleh pemberi pelayanan, informasi dan motivasi
tenaga kesehatan (Masadmin, 2011). masyarakat untuk mendatangi fasilitas dalam
Walaupun beberapa upaya sudah dilakukan memperoleh pelayanan serta program pelayanan
oleh pemerintah, namun pada kenyataannya AKI ibu kesehatan itu sendiri apakah sesuai dengan kebutuhan
di Provinsi Sumatera Barat masih tergolong tinggi, masyarakat yang memerlukan. Berkaitan dengan hal
yaitu sebesar 212/per 100 ribu kelahiran hidup pada ini, maka kualitas pelayanan dan kondisi rendahnya
tahun 2012 (Bappeda, 2013). Kabupaten Solok pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam pemeriksaan
merupakan kabupaten dengan angka kematian ibu kehamilan pertolongan persalinan juga dipengaruhi
tertinggi di Provinsi Sumatera Barat, yaitu sebesar oleh faktor pelayanan kesehatan.
449.2/100.000 kelahiran hidup (Dinkes, 2008). Angka Hal yang tidak jauh berbeda juga diungkapkan
ini masih jauh dari bawah target MDGs 2015 yaitu oleh Green (Notoamodjo, 2010) bahwa ketersediaan
102/100.000 kelahiran hidup (Bappeda, 2011). sarana prasarana, sumber daya kesehatan dan
Permasalahan tingginya AKI di Indonesia juga pelayanan kesehatan adalah faktor pemungkin
disebabkan karena pelayanan pemeriksaan kehamilan (enabling factors), yang memfasilitasi perilaku
dan pertolongan persalinan oleh tenaga profesional individu/masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan
belum sepenuhnya dimanfaatkan oleh masyarakat, kesehatan.
sehingga menyebabkan masih banyaknya ibu yang Selanjutnya menurut teori strukturasi Giddens
tidak melakukan pemeriksaan kehamilannya, dan bahwa struktur tidak hanya menghambat dan
tidak mendapatkan pemeriksaan kehamilan yang menentukan bentuk-bentuk tertentu perilaku, namun
sesuai dengan standar program kesehatan ibu dan anak juga memberikan kemampuan bagi perilaku, artinya
(Dewi, 2005). Selanjutnya juga merupakan kenyataan struktur memberikan peluang dan pembatasan
bahwa masih rendahnya akses terhadap pemanfaatan sekaligus (Jones, 2010). Struktur menurut Giddens
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, dan ini adalah aturan (rules) dan sumber daya (resources)
lebih terlihat pada masyarakat miskin di pedesaan yang terbentuk (dan membentuk) dari perulangan
(Ristirini, 2007). praktik sosial. Struktur tidak hanya dilihat sebagai
Penyelenggaraaan urusan kesehatan di sesuatu yang menghambat (constraining), tapi juga
Indonesia berdasarkan UU Nomor 32 tahun 2004 memberdayakan atau memberikan peluang terjadinya
(pasal 10) dan PP Nomor 38 tahun 2007 merupakan praktik sosial (enabling). Sedangkan agen dilihat
sinergi antara peran pemerintah Giddens sebagai “pelaku dalam praktik sosial”. Agen
daerah dan pusat. Sistem Kesehatan Nasional bukan mengacu pada apa yang dimiliki, melainkan
menetapkan Puskesmas merupakan salah satu bentuk mengacu pada kemampuannya dalam melakukan
fasilitas pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan sesuatu (Priyono, 2002).
yang diberikan oleh Puskesmas merupakan bagian Hasil penelitian Afifah, dkk, (2010)
dari pelayanan publik sebagaimana ditetapkan dalam mengungkapkan bahwa kendala ibu hamil dalam
Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang melakukan akses pemeriksaan kehamilan di
Pelayanan Publik (Kemenkes, 2011). Kabupaten Sukabumi yaitu pelayanan kesehatan di
Kecamatan Tigo Lurah adalah salah satu Puskesmas/Polindes yang belum bisa menjangkau
kecamatan di Kabupaten Solok yang merupakan semua ibu yang bertempat tinggal di wilayah tersebut.
daerah terpencil dan paling rendah dalam pemanfaatan Kondisi ini relatif banyak dirasakan oleh masyarakat
pemeriksaan kehamilan dan pertolongan kesehatan yang bertempat tinggal di daerah yang wilayahnya
dengan tenaga kesehatan. Berdasarkan data dari Dinas cukup luas dan medannya relatif sulit untuk dijangkau.
Kesehatan Kabupaten Solok diketahui bahwa Hasil penelitian dari Haryono (2013) di Madura
pencapaian cakupan pemeriksaan kehamilan yang juga terungkap bahwa di samping faktor sosial,
lengkap di Puskesmas Batu Bajanjang yang budaya, dan ekonomi masyarakat serta keadaan
merupakan Puskesmas Kecamatan Tigo Lurah adalah geografis, faktor kesiapan pelayanan kesehatan baik
hanya sebesar 40,4%, sedangkan untuk cakupan secara kualitas maupun kuantitas menjadi
pertolongan persalinan dengan tenaga kesehatan baru pertimbangan masyarakat untuk memanfaatkan
mencapai 40,6% (Dinkes, 2012). pelayanan kesehatan dalam pertolongan persalinan.
Menurut Hendrik L. Blum (Notoatmodjo, Sehubungan dengan hal di atas, tujuan penelitian
2010) ada 4 faktor yang mempengaruhi status derajat adalah untuk menggambarkan bagaimana kualitas
kesehatan masyarakat atau perorangan, dan salah pelayanan kesehatan ibu hamil dan bersalin di daerah
salah satunya adalah faktor pelayanan Kesehatan. terpencil di Nagari Batu Bajanjang, Kecamatan Tigo
Faktor pelayanaan kesehatan berpengaruh terhadap Lurah, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat.
derajat kesehatan masyarakat karena keberadaan
fasilitas kesehatan sangat menentukan dalam METODE PENELITIAN
pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap
penyakit, dan pengobatan kepada kelompok dan Lokasi penelitian adalah di Nagari Batu
masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Bajanjang, Kecamatan Tigo Lurah, Kabupaten Solok,

44 | Jurnal Bina Praja | Volume 6 Nomor 1 Edisi Maret 2014: 43 - 52


Provinsi Sumatera Barat. Pemilihan lokasi didasarkan tahap ketiga adalah tahap lanjutan dimana pada tahap
pertimbangan bahwa Kecamatan Tigo Lurah ini peneliti mencari hubungan antara kategori-kategori
merupakan kecamatan yang terendah dalam yang telah dibuat sebelumnya.
pencapaian cakupan pemeriksaan kehamilan yang
lengkap (40,4%) dan persalinan dengan tenaga HASIL DAN PEMBAHASAN
kesehatan (40,6%). Kemudian secara purposive dipilih
Nagari Batu Bajanjang karena dianggap bahwa Pelaporan dan Pemanfaatan Sarana Kesehatan
cakupan pemeriksaan kehamilan dan pertolongan Nagari Batu Bajanjang adalah salah satu dari
persalinan dengan tenaga kesehatan di Nagari Batu lima nagari yang terdapat di Kecamatan Tigo Lurah,
Bajanjang termasuk rendah. Penelitian dilakukan pada Kabupaten Solok, dan merupakan salah satu daerah
tahun 2013. terisolir yang ada di wilayah Kabupaten Solok. Nari
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan Batu Bajanjang memiliki jarak sekitar 96 km dari
yang berbentuk deskriptif-interpretatif dengan pusat pemerintahan Kabupaten Solok di Arosuka, dan
menggunakan pendekatan kualitatif. Data yang berjarak sekitar 138 km dari Kota Padang sebagai
dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Ibukota Provinsi Sumatera Barat. Waktu tempuh yang
Data primer dikumpulkan melalui wawancara diperlukan dari Arosuka ke Nagari Batu Bajanjang
mendalam kepada sejumlah informan. Informan jika menggunakan kendaraan roda empat adalah
dalam penelitian ini adalah kepala Puskesmas Batu sekitar empat sampai dengan enam jam. Sedangkan
Bajanjang, bidan koordinator Puskesmas Batu waktu tempuh yang diperlukan dari Padang jika
Bajanjang, tenaga kesehatan, ibu hamil atau ibu yang menggunakan kendaraan roda empat adalah sekitar
mempunyai anak balita, tokoh masyarakat, dan kader. tujuh sampai dengan sembilan jam.
Data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan Nagari Batu Bajanjang termasuk dalam
dan dokumen dari Dinas Kesehatan dan instansi wilayah kerja Puskesmas Batu Bajanjang, dan
terkait, maupun sumber-sumber lain yang sesuai merupakan satu-satunya Puskesmas dengan kategori
dengan standar keilmiahan. sangat terpencil di Kabupaten Solok. Kondisi
Pengolahan dan analisis data dilakukan secara geografis daerah ini berbukit-bukit dan sebagian jalan
manual oleh peneliti dengan pendekatan kualitatif. menuju lokasi adalah jalan tanah dan batu-batu yang
Proses pengolahan dan analisis data dimulai dengan relatif sulit untuk ditempuh dengan kendaraan roda
cara menelah seluruh data yang tersedia dari berbagai empat. Sebagian besar masyarakat di Nagari Batu
sumber, yaitu dari wawancara mendalam, Bajanjang mempunyai latar belakang pendidikan yang
observasi/pengamatan yang sudah dituliskan dalam relatif rendah, tidak tamat Sekolah Dasar dan tamat
catatan lapangan, dan dokumen resmi dari instansi Sekolah Dasar (84,33%). Sedangkan mereka yang
terkait. mempunyai tingkat pendidikan tinggi (sarjana) relatif
Selanjutnya analisis data dilakukan ke dalam sangat kecil, yaitu sebesar 0,52%.
tiga tahap, seperti yang dikemukakan oleh Miles dan Ditinjau dari mata pencaharian penduduk,
Huberman (dalam Afrizal, 2008), yaitu tahap pertama sebagian besar masyarakat di Nagari Batu Bajanjang
adalah tahap kodifikasi data yang merupakan tahap di mempunyai mata pencaharian sebagai petani, yaitu
mana dilakukan koding terhadap data. Tahap kedua sebanyak 97,41%. Dalam bidang pertanian ini dapat
merupakan tahap lanjutan analisis, dimana peneliti dikatakan bahwa pada umumnya masyarakat bekerja
melakukan kategorisasi data atau pengelompokkan sebagai petani sawah dengan penghasilan yang relatif
data ke dalam klasifikasi-klasifikasi. Selanjutnya kurang memadai dan cenderung cukup untuk

Kunjungan K4
11,1 %

Kunjungan K1
Kunjungan K1 Kunjungan K4
55,5 %

Sumber:Puskesmas Batu Bajanjang, 2012

Gambar 1. Persentase Cakupan Pemeriksaan Kehamilan

Kualitas Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil dan Bersalin di Daerah Terpencil


(Studi Kasus di Nagari Batu Bajanjang, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat) – Yulfira Media | 45
Tenaga
Kesehatan
23,33 %

Dukun Tenaga Kesehatan


Beranak Dukun Beranak
77,77 %

Sumber: Puskesmas Batu Bajanjang, 2012

Gambar 2. Persentase Cakupan Persalinan

memenuhi kehidupan sehari-hari. Ketersediaan sumber daya kesehatan yang


Gambaran mengenai kualitas pelayanan terdapat di wilayah kerja Puskesmas Batu Bajanjang
kesehatan ibu hamil dan bersalin di Nagari Batu menurut informan relatif sangat kurang, baik dari segi
Bajanjang, Kecamatan Tigo Lurah, Kabupaten Solok kuantititas maupun kualitasnya. Jumlah tenaga
dapat dikemukakan dari rendahnya pemanfaatan kesehatan yang bertugas di wilayah kerja Puskesmas
pelayanan kesehatan ibu hamil dan bersalin. Batu Bajanjang terdapat adalah sekitar 24 orang.
Selanjutnya dalam hal ini juga dikemukakan Tenaga kesehatan tersebut bertugas di Puskesmas dan
mengenai faktor kondisi pelayanan kesehatan yang Puskesmas Pembantu (Pustu) serta Pos Kesehatan
merupakan salah satu penyebab rendahnya nagari (Poskesri) yang tersebar di beberapa nagari di
pemanfaatan pelayanan kesehatan. Berkaitan dengan Kecamatan Tigo Lurah, dan termasuk Nagari Batu
partispasi masyarakat dalam memanfaatkan pelayanan Bajanjang.
kesehatan tersebut, dari hasil penelitian diketahui Jumlah tenaga kesehatan (bidan) di Nagari
bahwa masyarakat di lokasi penelitian mempunyai Batu Bajanjang yang dianggap mempunyai
kecenderungan kurang memanfaatkan pelayanan kompetensi dalam membantu persalinan relatif sedikit,
kesehatan, baik dalam pemeriksaan kehamilan yaitu satu orang dokter PTT, dua orang bidan (bidan
maupun pertolongan persalinan. Hal ini bisa terlihat PTT dan PNS) di Puskesmas dan satu bidan PNS di
dari Gambar 1 bahwa data kunjungan pemeriksaan Poskesri. Dari tenaga kesehatan yang tersedia ini, ada
pertama kali (K1) di Nagari Batu Bajanjang adalah yang tidak bisa melaksanakan tugasnya karena sedang
sebesar 55,5 %, sedangkan untuk kunjungan K4 hanya menjalankan cuti melahirkan. Dengan kata lain ada
sebesar 11,1%. Hal ini menurut informan disebabkan Poskesri (Poskesri Muaro) yang pada waktu dilakukan
karena ibu hamil belum memanfaatkan pelayanan penelitian tidak memiliki tenaga bidan atau tidak buka
secara optimal, dan pemeriksaan kehamilan cenderung pelayanan, sehingga masyarakat yang berada di
dilakukan jika ada keluhan, dan biasanya pemeriksaan sekitar Poskesri tersebut tidak bisa memanfaatkan
kehamilan mulai dilakukan pada usia kehamilan 5 pelayanan kesehatan di tempat tersebut. Kekurangan
atau 6 bulan. jumlah tenaga kesehatan tersebut menurut kepala
Gambaran mengenai cakupan persalinan yang Puskesmas dari tahun ke tahun memang menunjukkan
ditolong oleh tenaga kesehatan di Nagari Batu penurunan, dan ini sebagai akibat dari cukup
Bajanjang tahun 2012 menurut informan (tenaga banyaknya tenaga kesehatan yang keluar, tetapi
kesehatan) relatif rendah, yaitu 23,33 %. Sedangkan sampai saat ini belum ada penggantinya.
data cakupan persalinan dengan dukun relatif tinggi, Jika dilihat dari segi kualitasnya, tenaga
yaitu sebesar 77,77% (seperti terlihat pada Gambar 2). kesehatan (tenaga bidan) yang bertugas di Nagari Batu
Bajanjang juga relatif kurang. Sebagian besar tenaga
Kondisi Pelayanan Kesehatan bidan yang bertugas di Batu Bajanjang adalah masih
Salah satu penyebab rendahnya pemanfaatan relatif muda, baru beberapa tahun lulus, belum lama
pelayanan kesehatan dalam pemeriksaan kehamilan bertugas dan belum banyak pengalaman. Tenaga
dan persalinan adalah berkaitan dengan faktor kondisi bidan tersebut menurut informan (kepala Puskesmas)
pelayanan kesehatan, yang meliputi keterbatasan lebih banyak berasal dari luar daerah (pendatang), dan
sumber daya dan pelayanan kesehatan, sarana bertempat tinggal di Kota Solok karena memang
prasarana kesehatan serta adanya hambatan dalam keluarganya yang bertempat tinggal di Kota Solok.
pelaksanaan Jamin Persalinan (Jampersal). Tenaga kesehatan dalam melaksanakan
tugasnya untuk memberikan pelayanan kepada
1. Keterbatasan Sumber Daya dan Pelayanan masyarakat tampaknya tidak sesuai dengan aturan
Kesehatan yang seharusnya. Dari hasil observasi dan wawancara

46 | Jurnal Bina Praja | Volume 6 Nomor 1 Edisi Maret 2014: 43 - 52


mendalam diketahui bahwa tenaga kesehatan tidak persalinan lebih memilih pelayanan kesehatan
bisa memberikan pelayanan optimal, artinya tradisional (dukun beranak).
pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan Perilaku tenaga kesehatan yang berkaitan
terbatas atau pada hari-hari tertentu saja. Jadwal dengan kurangnya kinerja dan kehadiran mereka di
pelayanan kesehatan di Puskesmas cenderung hanya tempat bekerja menurut informan (tenaga kesehatan)
dibuka pada hari Selasa dan Rabu, dan tentunya hal ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain karena
tidak sesuai dengan jadwal yang seharusnya, yaitu kondisi lingkungan tempat tinggal mereka yang
setiap hari kerja (hari Senin sampai dengan Jumat). kurang dianggap nyaman. Kondisi sarana dan
Bahkan pada waktu kunjungan penulis pada hari prasarana yang terdapat di rumah dinas tempat tinggal
Selasa ke lokasi penelitian, tampak bahwa Puskesmas mereka relatif terbatas, di mana listrik dan air untuk
pada hari Selasa tersebut tutup, dan baru dibuka pada kebutuhan mandi dan masak cenderung tidak tersedia
keesokan harinya (hari Rabu). Padahal menurut setiap saat serta cenderung kekurangan air, sehingga
informan (tokoh masyarakat) kepala Puskesmas harus mandi di sungai. Di samping itu, mereka juga
adalah berasal dari putra daerah setempat, dan tenaga merasa terganggu karena ada masyarakat yang
kesehatan seperti perawat juga berasal dari daerah dianggap terkadang mengganggu ketenangan mereka,
setempat. Namun hal ini menurut informan terkesan seperti mencuri alat-alat elektronik. Hal-hal seperti
dibiarkan saja, dan menyesuaikan dengan kebiasaan inilah yang membuat mereka cenderung tidak bisa
tenaga kesehatan yang dari luar daerah setempat. berlama-lama dan cenderung untuk cepat pulang ke
Adanya rasa kekecewaan masyarakat terhadap kondisi Solok.
tersebut seperti yang diungkapkan informan sebagai Alasan lainnya kenapa bidan merasa tidak
berikut: “Masyarakat hanya bisa mendapatkan betah di tempat adalah karena mereka beranggapan
pelayaan di Puskesmas pada hari tertentu saja yaitu bahwa keberadaan mereka sebagai tenaga kesehatan
hari Selasa dan Rabu saja, karena petugas kesehatan di lingkungan daerah setempat kurang mendapat
biasanya datang selasa sore, dan kembali lagi ke respon dari masyarakat. Selama menjalankan tugas
tempat tinggal mereka pada hari Rabu sore atau (sekitar) empat tahun, informan belum pernah
Kamis pagi. Istilahnya sekarang ini SR (Selasa menjalankan tugas untuk membantu persalinan.
Rabu)”. Masyarakat cenderung lebih mempercayai dan
Ketidaktaatan tenaga kesehatan dan memanfaatkan jasa tenaga dukun beranak.
keterbatasan layanan kesehatan di fasilitas kesehatan Pengalaman yang diharapkannya setelah lulus bekerja
seperti di Puskesmas tersebut juga dianggap ada tampaknya relatif sulit didapatkannya. Hal ini berbeda
kaitannya dengan belum adanya aturan yang jelas ketika informan pulang ke Solok, pengalaman untuk
mengenai tugas dan tanggung jawab dari masing- membantu persalinan bisa diperolehnya ketika dia
masing petugas kesehatan. Hasil wawancara dengan membantu persalinan warga di sekitar tempat
beberapa tenaga kesehatan di Puskesmas terungkap tinggalnya. Hal ini seperti yang dikemukakan
bahwa belum ada pembagian tugas yang jelas untuk informan sebagai berikut: “Rasa-rasanya sulit
setiap petugas yang ada di puskesmas. Hal ini seperti mendapatkan pengalaman untuk membantu persalinan
yang diungkapkan informan sebagai berikut: “Untuk di daerah ini, karena masyarakat cenderung
melaksanakan pekerjaan di Puskesmas dirasakan mempercayai dukun. Sebagai tenaga bidan memang
sangat perlu adanya aturan pembagian kerja yang jelas dirasakan sulit untuk menghadapi kondisi masyarakat
dan harus diikuti oleh semua tenaga yang bekerja. seperti ini, dan apalagi dukun beranak juga
Namun, di sini ada tenaga yang mengerjakan semua mempunyai kemampuan yang lebih dan bisa menahan
pekerjaan, ada pula tenaga yang tidak melakukan apa- kelahiran. Tapi saya merasakan mendapatkan
apa.” pengalaman ketika membantu persalinan di di sekitar
Kondisi yang demikian tentunya berdampak tempat tinggal di Solok”.
kepada motivasi dan kepatuhan petugas kesehatan Keterbatasan jumlah sumber daya kesehatan
untuk menjalankan tugas. dan terbatasnya ketersediaan pelayanan ini tentu dapat
Sementara itu, tenaga bidan yang bertugas di mempengaruhi motivasi masyarakat untuk tidak
Poskestri diharapkan mampu untuk bisa melakukan memanfaatkan pelayanan kesehatan dalam
pendekatan atau menyesuaikan diri dengan kondisi pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan.
karakteristik sosial budaya lokal. Namun dalam Sementara itu, ketika ditemukan kasus-kasus
kenyataannya hal ini sulit tampaknya mereka lakukan. persalinan yang tidak bisa ditangani oleh dukun, dan
Bidan dianggap kurang bisa melakukan pendekatan bidan tidak berada ditempat, maka persalinan terpaksa
dengan masyarakat setempat, di mana interaksi yang harus dilakukan oleh perawat yang kebetulan berasal
dilakukan bidan dengan penduduk setempat relatif putra daerah. Sebagai seorang perawat dia menyadari
kurang. Hal ini tentu ada kaitannya dengan kehadiran bahwa bukan tugas pokoknya untuk membantu
bidan di daerah setempat yang dianggap masyarakat persalinan. Namun, karena masyarakat meminta
relatif kurang. Kondisi keterbatasan layanan inilah bantuan untuk menangani persalinan, maka dengan
yang menyebabkan ibu hamil yang ingin bekal pengalaman yang didapatkan pada waktu bidan
memeriksakan kehamilannya dan meminta bantuan membantu persalinan dia memberanikan diri untuk
membantu persalinan. Mengenai hal ini menurut pihak

Kualitas Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil dan Bersalin di Daerah Terpencil


(Studi Kasus di Nagari Batu Bajanjang, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat) – Yulfira Media | 47
Puskesmas tidak ada larangan, karena tenaga perawat karena beberapa obat dasar yang harus disediakan
dari putra daerah tersebut dianggap bisa membantu pihak Puskesmas tidak tersedia, sehingga terpaksa
persalinan. Kondisi seperti ini kalau dibiarkan terus diberikan obat sendiri. Padahal motivasi masyarakat
tentunya beresiko terhadap kesehatan ibu dan anak. untuk memanfaatkan Puskesmas adalah karena
Hal ini menurut informan (ibu hamil) sudah ada kasus biayanya lebih murah atau gratis. Hal ini kalau lama-
kematian bayi (bayinya meninggal di dalam) dan lama dibiarkan tentunya bisa mengakibatkan
tenaga penolong persalinannya adalah perawat. keinginan masyarakat untuk mendapatkan pengobatan
Kondisi relatif terbatasnya ketersediaan yang murah menjadi berkurang.
pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan di Sarana Pelayanan kesehatan untuk di luar
Puskesmas inilah yang mengakibatkan motivasi gedung Puskesmas, dilengkapi dengan satu unit mobil
masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan Puskesmas keliling double garden yang dapat
untuk ibu hamil dan bersalin menjadi berkurang, dan menjangkau daerah-daerah sulit dan medan yang
akhirnya masyarakat tetap memanfaatkan dukun berat. Mobil ini juga biasanya dimanfaatkan untuk
beranak sebagai tenaga penolong persalinan yang siap mengantarkan pasien yang dalam kondisi darurat, dan
dipanggil saja dan sudah berpengalaman. yang harus segera mendapatkan pertolongan atau
harus dirujuk ke rumah sakit.
2. Keterbatasan Sarana dan Prasarana Kondisi sarana prasarana pelayanan kesehatan
Kesehatan lainnya seperti Poskesri yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Batu Bajanjang sebelumnya Batu Bajanjang juga tidak jauh berbeda. Kondisi
merupakan Puskesmas Pembantu dari Puskesmas sarana dan prasarana yang terdapat di Poskesri
Induk di Sirukam. Kemudian semenjak tahun 2004 tampaknya juga relatif kurang memadai, ruangan
Pustu tersebut sudah berubah menjadi Puskesmas pemeriksaannya relatif kecil, dan obat-obatan yang
Batu Bajanjang. Berdasarkan hasil observasi di tersedia juga relatif sedikit, dan tidak terawat. Poskesri
Puskesmas Batu Bajanjang, bangunan Puskesmas sendiri karena kehadiran bidan yang terbatas, maka
terlihat kurang terawat dengan baik, yang mana cenderung tidak berfungsi atau ditutup saja. Kondisi
beberapa bagian bangunan dalam kondisi retak. pelayanan yang kurang memadai tersebut tentunya
Berdasarkan hasil observasi di lapangan juga dapat mempengaruhi persepsi masyarakat dalam
tampak bahwa kondisi penataan ruangan Puskesmas pemanfaatan pelayanan kesehatan.
yang dijadikan sebagai tempat pelayanan tampaknya Sarana tranportasi umum yang dapat digunakan
belum ditata dengan baik. Hal ini terlihat dari masyarakat untuk berobat ke Puskesmas sangat
beberapa ruangan yang terdapat di Puskesmas belum terbatas. Sebagian besar jenis transportasi yang
jelas pengaturannya, mana ruangan yang digunakan tersedia adalah kendaraan roda dua berupa ojek, dan
untuk pendaftaran/pengambilan karcis, pemeriksaan biaya yang harus dikeluarkan masyarakat jika
kesehatan, ruangan rawatan, apotik dan ruangan lokasinya jauh dari Puskesmas relatif cukup mahal.
program lainnya. Berdasarkan hasil observasi di beberapa
Prasarana pendukung seperti listrik dan air ruangan Puskesmas Batu Bajanjang, tampak bahwa
bersih juga dirasakan pemakaiannya relatif terbatas. standar ataupun pedoman pelaksanaan program yang
Listrik biasanya hanya bisa dimanfaatkan pada waktu digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan program
malam hari, yang mana jadwalnya dimulai pada jam belum ditata dan tersedia dengan baik. Selanjutnya
18.00 WIB sampai dengan 07.00 WIB, sedangkan jika ditanyakan tentang data-data/dokumen
pemakaian air untuk kebutuhan air minum, memasak perencanaan, hasil monitoring dan evaluasi, dan
dan mandi dialirkan dari sumber mata air yang berada dokumen pencapaian program belum bisa ditunjukkan
pada ketinggian yang tidak jauh di seberang oleh pihak petugas sebagaimana yang
Puskesmas. Jika kondisi pipa aliran air tersebut diharapkan/sesuai standar.
mengalami kerusakan, maka kebutuhan air untuk
Puskesmas terpaksa dengan memanfaatkan sumber air 3. Hambatan dalam Pelaksanaan Jampersal
yang berasal dari aliran sungai yang berada di Program Jampersal yang sudah diluncurkan
belakang Puskesmas. Jika kondisi ini terjadi, maka tahun 2011, menurut kepala Puskesmas masih belum
tentu saja dapat berpengaruh terhadap kualitas banyak membantu dalam meningkatkan pemanfaatan
pelayanan kesehatan Puskesmas. Disamping itu, hal pelayanan kesehatan, khususnya meningkatkan
tersebut juga berdampak buruk terhadap motivasi cakupan pemeriksaan kehamilan dan persalinan oleh
petugas dalam melakukan pekerjaan dan bertempat tenaga kesehatan.
tinggal di rumah dinas yang disediakan. Beberapa hambatan dalam pelaksanaan
Alat-alat kesehatan dan obat-obatan dirasakan Jampersal antara lain adalah masalah kurangnya
juga masih kurang. Ketika masyarakat berobat ke sosialisasi yang dilakukan tenaga kesehatan kepada
Puskesmas, tenaga kesehatannya mengatakan obatnya masyarakat. Hal ini terkait dengan tidak adanya
tidak tersedia di Puskesmas, sehingga pasien harus alokasi dana untuk melakukan sosialisasi. Kondisi
membayar obat yang disediakan secara pribadi oleh inilah yang menyulitkan tenaga kesehatan untuk
tenaga kesehatan. Alasan yang diungkapkan informan melakukan sosialisasi atau penyuluhan kesehatan
(tenaga kesehatan) mengenai hal tersebut adalah termasuk tentang Jampersal, dan apalagi mengingat

48 | Jurnal Bina Praja | Volume 6 Nomor 1 Edisi Maret 2014: 43 - 52


kondisi geografis yang relatif sulit untuk ditempuh tersebut dapat dijelaskan dengan menggunakan teori
serta ditambah lagi dengan jarak satu rumah dengan strukturasi Giddens. Dalam hal ini tenaga kesehatan
rumah yang lain letaknya berjauhan. sebagai agen yang berpengetahuan banyak
Hambatan lainnya adalah masalah mengetahui bahwa masyarakat mempunyai kebiasaan
keterlambatan tenaga kesehatan untuk mengetahui untuk memanfaatkan pelayalanan kesehatan pada hari
bahwa ada ibu yang hamil dan tidak berkunjung ke Rabu, yaitu hari pasar. Pada hari Rabu ini memang
fasilitas kesehatan. Dalam hal ini tenaga kesehatan masyarakat cenderung pergi ke Puskesmas atau ke
cenderung baru mengetahui kalau kondisi ibu hamil Poskesri, karena ini sengaja dilakukan bersamaan
mau melahirkan serta tidak bisa ditangani dukun. Bagi dengan aktifitas untuk pergi ke pasar (balai).
masyarakat yang tidak datang ke fasilitas pelayanan Sedangkan pada hari-hari lainnya petugas kesehatan
kesehatan, akhirnya petugas sendirilah yang harus juga telah memonitor bahwa masyarakat jarang yang
datang ke rumah ibu yang mau melahirkan tersebut. memanfaatkan pelayanan kesehatan. Melihat adanya
Bidan sebagai tenaga penolong persalinan, peluang bahwa masyarakat cenderung pergi ke
tentunya mempunyai tugas untuk membantu pelayanan kesehatan pada waktu hari pasar tersebut,
persalinan. Namun dalam pelaksananaannya bidan maka petugas kesehatan memperhitungkan kondisi
merasakan adanya kendala dengan masalah biaya stuktural dilingkungannya dan memilih memanfaatkan
transportasi, karena Puskesmas memang tidak ada peluang tersebut untuk menyiasati atau mengambil
menyediakan kendaraan dan biaya operasional untuk keuntungan dari kondisi tersebut. Dengan tidak
hal tersebut. Apalagi jika kondisi rumah yang akan adanya aturan yang tegas dari pimpinan, maka petugas
dikunjungi letaknya sangat jauh dan keluarga dan kesehatan yang seharunya mempunyai tugas dan
bidan harus menyewa ojek dengan ongkos yang relatif tanggung jawab melayani masyarakat pada setiap hari
mahal yang terkadang sampai mencapai Rp 200.000 kerja, kemudian ditranformasi atau direkontruksi lagi.
(pulang-pergi). Hal inilah yang menjadi kendala bagi Hal ini tentunya melalui kesepakatan bersama,
bidan untuk melaksanakan persalinan yang letaknya sehingga jadwal pelayanan di Puskesmas cenderung
jauh dan di luar wilayah tugas mereka. dibuka pada hari Selasa dan Rabu. Pada hal
Masyarakat yang sudah mengetahui Jampersal tersedianya sarana dan prasarana untuk mendukung
beranggapan bahwa setiap persalinan yang dilakukan kesehatan masyarakat merupakan salah satu
oleh tenaga kesehatan gratis. Namun jika yang komponen dalam mempromosikan kesehatan dalam
membantu persalinan adalah perawat (putra daerah) masyarakat itu sendiri. Ketersediaan sarana dan
karena bidan tidak ada di tempat, mereka tetap prasarana ini dapat dilihat langsung oleh masyarakat,
dipungut biaya persalinan, bahkan bisa sampai Rp. sehingga masyarakat ingin mencoba dan merasakan
800.000,-. Masyarakat tidak tahu bahwa perawat yang langsung apa mereka lihat ( Tesis Murniati, 2008)
membantu persalinan bukanlah termasuk tenaga yang Berkaitan dengan kasus tenaga kesehatan
berkompeten dalam melakukan persalinan. Perawat sebagai agen yang sulit untuk bertahan lama di daerah
tidak bisa melakukan klaim terhadap persalinan yang lokasi tempat mereka ditugaskan, maka dengan
sudah dilakukan, sehingga masyarakat harus mengikuti pemikiran Giddens, dapat dijelaskan bahwa
membayar biaya persalinan. Kondisi seperti ini juga keterbatasan kondisi sarana prasarana di rumah tempat
menjadi kendala bagi masyarakat dalam tinggal mereka, letaknya yang terpencil dan
memanfaatkan Jampersal, dan lebih baik memilih kurangnya kepedulian masyarakat terhadap
dukun beranak yang biayanya lebih terjangkau. kehadirannya menjadi suatu alasan dan motivasi
kenapa agen (pelaku) sulit bisa bertahan lama. Apalagi
HASIL DAN PEMBAHASAN hal ini menurut informan didukung oleh tidak adanya
aturan yang tegas dari pimpinan Puskesmas untuk
Gambaran kondisi pelayanan kesehatan yang menertibkan bahwa pegawai harus hadir setiap hari di
telah dikemukakan di atas memperlihatkan bahwa fasilitas kesehatan. Kalau sesuai aturan, tenaga
keterbatasan sumber daya kesehatan, sarana prasarana kesehatan tentunya harus hadir pada setiap hari kerja.
kesehatan, obat-obatan dan ketersediaan pelayanan Namun, aturan yang seharusnya dipatuhi, tidaklah
kesehatan yang terbatas tentunya dapat memberikan secara ketat mengekang tindakan seseorang. Agen
pengaruh terhadap motivasi masyarakat dalam dengan kreativitas yang dimilikinya dapat
pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu hamil dan menyisiasati sebagai upaya untuk mempengaruhi
bersalin. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Green struktur yang ada. Dalam hal ini ada peluang untuk
(Notoamodjo, 2010) bahwa ketersediaan sarana mempengaruhi struktur yang ada. Perubahan yang
prasarana, sumber daya kesehatan dan pelayanan terjadi struktur atau aturan bisa diubah dan
kesehatan adalah faktor pemungkin, yang dimodifikasi yang membawa pengaruh kepada pelaku,
memfasilitasi perilaku individu/masyarakat dalam di mana struktur tidak dimaknai menghambat tapi bisa
pemanfaatan pelayanan kesehatan. memberikan peluang dan bisa memberikan
Contoh kasus yang menunjukkan bahwa tenaga keuntungan kepada tenaga kesehatan karena jadwal
kesehatan tidak bisa memberikan pelayanan yang pelayanan kesehatan cenderung tersedia pada hari
sesuai dengan aturan dan jadwal pelayanan yang Selasa dan Rabu saja.
cenderung dilakukan pada hari Selasa dan Rabu

Kualitas Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil dan Bersalin di Daerah Terpencil


(Studi Kasus di Nagari Batu Bajanjang, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat) – Yulfira Media | 49
Berdasarkan gambaran dan pengalaman dari masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini
aktor yang terlibat dalam tindakan pertolongan terlihat dari gambaran masih rendahnya pemanfaatan
persalinan, maka dapat dikatakan bahwa program pelayanan kesehatan ibu hamil dan bersalin yang
Jampersal yang tujuannya untuk meningkatkan disebabkan oleh berbagai persoalan kondisi pelayanan
cakupan pemeriksaan kehamilan dan pertolongan kesehatan, seperti tercermin dari keterbatasan dalam
persalinan dengan tenaga kesehatatan tidak bisa sumber daya kesehatan dan ketersediaan pelayanan
dilaksanakan secara maksimal. Program tersebut kesehatan. Keterbatasan sumber daya terlihat dari
terkendala dengan keterbatasan dana untuk keterbatasan jumlah dan kualitas tenaga kesehatan
melaksanakan sosialisasi, dan tidak adanya dana untuk yang tersedia (bidan relatif masih relatif muda, belum
biaya transportasi bidan ke rumah ibu hamil karena banyak pengalaman dan cenderung tidak berada di
kebiasaan masyarakat yang melahirkan di rumah tempat) serta terbatasnya ketersediaan pelayanan
bukan di tempat fasilitas kesehatan. Jika mengikuti kesehatan, yang mana pelayanan cenderung hanya
pandangan Giddens, maka keterbatasan alokasi dana tersedia dua kali dalam satu minggu. Selanjutnya
(struktur) tersebut memberikan peluang juga bagi kondisi pelayanan kesehatan juga terkait dengan
bidan untuk lebih memilih persalinan yang tidak keterbatasan dari kondisi sarana dan prasarana
menggunakan Jampersal. Bidan sebagai agen kesehatan serta adanya berbagai hambatan dalam
merasionalkan kehidupannya sebagai upaya untuk pelaksanaan Jaminan Persalinan seperti kurangnya
mencari perasaan aman. Sementara itu, ibu hamil yang sosialisasi dan tidak adanya alokasi dana untuk
merasakan keberatan dengan biaya persalinan yang sosialisasi, tidak tersedianya biaya transportasi untuk
sudah ditentukan tenaga kesehatan juga akan mencari tenaga bidan dan kesulitan untuk mencapai akses
peluang untuk memilih dukun beranak yang biayanya pelayanan.
lebih terjangkau. Dengan demikian apa yang
dikatakan oleh Giddens bahwa struktur tidak hanya Saran
mengekang, tapi juga memberikan peluang terjadinya Beberapa saran yang dapat diusulkan dalam
praktik sosial. upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu
Berbagai persoalan yang terkait dengan hamil dan bersalin antara lain adalah dengan upaya
rendahnya kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil dan peningkatan monitoring dan evaluasi serta pembinaan
bersalin seperti yang telah dikemukakan di atas perlu dari Dinas Kesehatan Kabupaten secara berkala,
diupayakan jalan keluarnya agar kualitas pelayanan mengusulkan permintaan tambahan tenaga bidan
kesehatan tersebut bisa ditingkatkan dan motivasi melalui Kementerian Daerah Tertinggal,
masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan meningkatkan kualitas tenaga kesehatan khususnya
ibu hamil dan bersalin juga bisa meningkat. Beberapa bidan melalui beberapa pelatihan agar mereka lebih
alternatif kebijakan yang bisa diusulkan diantaranya percaya diri dan bisa menyesuaikan dengan kondisi
adalah dengan melakukan peningkatan monitoring dan sosial budaya setempat. Perlu adanya peningkatan
evaluasi serta pembinaan terhadap institusi pelayanan ketersediaan pelayanan kesehatan (pelayanan harus
kesehatan secara berkala, peningkatan kuantitas atau bisa tersedia setiap hari kerja) dan peningkatan kondisi
jumlah dan kualitas tenaga kesehatan, peningkatan sarana serta prasarana kesehatan. Selanjutnya saran
ketersediaan pelayanan kesehatan dengan yang bisa diusulkan untuk mengatasi hambatan
menyediakan layanan setiap hari kerja, dan Jampersal adalah pihak terkait (Dinas Kesehatan
peningkatan kondisi sarana dan prasana kesehatan. Provinsi dan Kabupaten) perlu menyediakan alokasi
Selanjutnya alternatif saran yang dapat diusulkan dana untuk sosialisasi/promosi kesehatan dan
untuk mengatasi hambatan pelaksanaan Jampersal Jampersal dan penyediaan kendaraan operasional
adalah dengan menyediakan alokasi dana untuk (roda dua) untuk bidan. Kemudian perlu adanya
kegiatan sosialisasi kesehatan dan Jampersal, perbaikan infrastruktur jalan dari Dinas Prasarana
menyediakan kendaraan operasional bagi tenaga bidan Jalan.
berupa kendaraan roda dua, sehingga bidan tidak lagi
merasa keberatan untuk mengeluarkan biaya DAFTAR PUSTAKA
transportasi (sewa kendaraan) dalam menangani
persalinan yang menggunakan Jampersal. Kemudian Afifah,Tin, Pangaribuan, L, Rachmalina, dan Media,
untuk mempermudah akses pelayanan kesehatan juga Yulfira. 2010. Perilaku Pemeriksaan Kesehatan
perlu adanya perbaikan infrastruktur jalan. Ibu Hamil dan Pemilihan Pertolongan Persalinan
di Kabupaten Sukabumi. Jurnal Ekologi
Kesehatan, Volume 9, No. 3 September 2010.
Jakarta, Badan Litbang Kesehatan.
Afrizal, 2008. Pengantar Metode Penelitian Kualiatatif.
SIMPULAN Padang: Laboratorium Sosiologi Fisip Unand.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi
Sumatera Barat. 2011. Peraturan Daerah
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
Provinsi Sumatera Barat Nomor 5 Tahun 2011
tersebut di atas tampak bahwa kualitas pelayanan tentang Rencana Pembangunan Jangka
kesehatan ibu dan hamil di daerah lokasi penelitian

50 | Jurnal Bina Praja | Volume 6 Nomor 1 Edisi Maret 2014: 43 - 52


Menengah (RPJM) Derah Provinsi Sumatera
Barat.
Badan Pusat Statistik. 2013. Survey Kesehatan Indonesia
2012
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat. 2008. Studi
Kematian Ibu dan Kematian Bayi di Propinsi
Sumatera Barat tahun 2007 Faktor Determinan
dan Permasalahannya. Padang: Laporan
Penelitian.
Dewi, Gustina. 2005. Studi Pemanfaatan Pelayanan
Antenatal Terhadap Kelainan Kesehatan pada
Ibu hamil di Puskesmas Ulaweng, Kabupaten
Bone. http://ridwanamiruddin.com /. Diakses 10
April 2012.
Dinas Kesehatan Kabupaten Solok 2012. Laporan PWS
KIA Kabupaten Solok.
Haryono, Tri Joko. 2013. Pemanfaatan Dukun Bayi dan
Bidan dalam Pertolongan Persalinan pada
Masyarakat Madura. http://psantoso-
fisip.web.unair.ac.id. Diakses 10 April 2012
Jones, Pip. 2010. Pengantar Teori-teori Sosial: Dari
Teori Fungsionalisme Hingga Post-Modernisme
(terj.) Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Kementerian Kesehatan. 2012. Laporan Riset Fasilitas
Kesehatan Dasar Puskesmas 2011. Jakarta:
Badan Penelitian Pengembangan Kesehatan.
Lolong, Dina Bisara. 2011. Analisa Kematian Ibu dan
Neonatal. Jurnal Ekologi Kesehatan, Vol.
10.No.3, September 2011. Jakarta: Badan Litbang
Kesehatan.
Masadmin. 2011. “Depkes Siapkan 1,2 Milyar untuk
Jampersal”. http://mediabidan.com/depkes.
Diakses 6 Desember 2012.
Murniati. 2010. “Faktor-faktor yang Berhubungan
Dengan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Oleh
Ibu Hamil di Kabupaten Tenggara”. Medan: Tesis
Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan: Teori
dan Aplikasi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Priyono, B.Herry. 2002. Antony Giddens Suatu
Pengantar. Yogyakarta: Keputusan Popular
Gramedia Bekerjasama dengan Program Magister
Ilmu Religi dan Budaya, Universitas Dharma
Yogyakarta.
Puskesmas Batu Bajanjang. 2012. Laporan PWS KIA.
Ristirini. 2007. Upaya Pemberdayaan Masyarakat Miskin
di Pedesaan dalam Rangka making Pregnancy
Safer (Analisis Situasi Upaya Pelayanan
Kesehatan Maternal). Jurnal Kedokteran
Indonesia No. 2. Tahun XXXIII, Februari 2007.

Kualitas Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil dan Bersalin di Daerah Terpencil


(Studi Kasus di Nagari Batu Bajanjang, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat) – Yulfira Media | 51
52 | Jurnal Bina Praja | Volume 6 Nomor 1 Edisi Maret 2014: 43 - 52

Anda mungkin juga menyukai