Anda di halaman 1dari 29

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pandai Besi merupakan sebuah usaha yang bergerak dengan memanfaatkan


barang bekas seperti besi menjadi produk siap pakai yaitu produk rumah
tangga/industri yang merupakan keperluan sekunder bagi sebagian besar
masyarakat. Seperti halnya di Gampong Pande Wilayah Kecamatan Tanah Pasir
Kabupaten Aceh Utara yang sebagian besar penduduknya adalah pengrajin usaha
pandai besi.

Adapun produk yang dihasilkan bermacam-macam diantaranya parang,


golok, pedang, pisau, cangkul, linggis, dodos, sabit serta aneka produk keperluan
masyarakat lainnya. Namun pada alat bantu ini hanya mengutamakan produk-
produk yang banyak diperlukan oleh masyarakat dalam rumah tangga seperti
pisau, parang, golok dan pedang.

Para pekerja di wilayah tersebut pada umumnya masih melakukan aktivitas


pekerjaannya secara manual/sederhana. Kalaupun menggunakan alat maka alat
tersebut masih sederhana dan tenaga manusia masih memegang peranan paling
penting dalam meghasilkan suatu produk. Contohnya membelah besi untuk bahan
produk sesuai ukuran produk yang ingin dibuat, penempaan, dan pekerjaan
lainnya yang memang harus dilakukan dengan manual agar kualitas produk lebih
menjamin.

Demikian juga dalam proses pengerindaan produk, tangan pekerja masih


terlalu menjadi rawan kecelakaan dalam proses pekerjaaannya, bahkan anggota
tubuh lainnya pun juga akan menjadi sasaran kecelakaan kerja akibat faktor lelah
pekerja yang memandu beratnya gerinda di tangannya. Sehingga dapat berakibat
fatal bagi pekerja.
2

Penggerindaan dilakukan untuk menghaluskan permukaan produk serta


membentuk mata produk yang tajam sesuai dengan keperluan masing-masing
produk. Sebagian besar pelaku usaha pandai besi menggunakan gerinda tangan
yang cukup membantu para pekerja dalam melakukan pekerjaan. Tapi
penggunaan gerinda tangan terlalu lama badan akan terasa pegal-pegal, terutama
pada lengan, tangan, pingang dan punggung.

Target atau jadwal penyetoran produk kepada pemesan sering terlambat


karena banyaknya pesanan dan alat yang ada belum bisa untuk memenuhi
kebutuhan pemesan. Melihat berbagai permasalahan yang ada khususnya yang
dirasakan pelaku usaha pandai besi yang mempunyai produk bemerek ZAKARIA
TAIB yang ada di kampung Kuta Padang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten
Aceh Barat, maka di perlukan perancangan alat yang lebih baik lagi yang tentunya
akan sangat membantu usaha pandai besi yang ada di kampung Kuta Padang
Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat serta usaha pandai besi
lainnya dalam memenuhi permintaan konsumen.

Paparan di atas menggambarkan bahwa pelaku usaha pandai besi


memerlukan suatu alat bantu penggerindaan produk yang bisa meminimalisir
waktu serta resiko kecelakaan kerja, sehingga berpengaruh terhadap efektifitas
dan efisiensi. Tugas Akhir ini akan memfokuskan pada perancangan alat bantu
proses penggerindaan berupa Jig dan Fixture agar waktu pengerjaan sebuah
produk lebih singkat serta resiko kecelakaan terminimalisir.

Dalam pembuatan tugas akhir ini, maka penulis diusulkan untuk


mengambil tema “ PERANCANGAN ALAT BANTU MENGGERINDA
PARANG PADA USAHA PANDAI BESI ”. Tugas Akhir ini diambil
khususnya dengan tujuan agar dapat membantu pelaku usaha pandai besi
ZAKARIA TAIB yang ada di kampung Kuta Padang Kecamatan Johan Pahlawan
Kabupaten Aceh Barat dalam penggerindaan produk serta juga bisa diterapkan
oleh para pelaku usaha pandai besi lainnya.
3

1.2. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan proposal tugas akhir ini adalah:

1.2.1. Tujuan umum.


1. Sebagai salah satu syarat untuk melanjutkan ke penulisan Tugas Akhir.

1.2.2. Tujuan khusus.


1. Memberi gambaran sebuah perancangan alat yang akan dilakukan untuk
membantu proses penggerindaan pada usaha pandai besi.
2. Merancang sebuah jix dan fixture untuk proses penggerindaan pada usaha
pandai besi.
3. Menentukan dimensi-dimensi partnya dan juga dimensi assembly-nya.
4. Menetukan materialnya berdasarkan sifat yang dibutuhkan dan
kesediaannya dipasaran.
5. Membuat detail gambar teknik untuk jig dan fixture tersebut.

1.3. Batasan Masalah

1. Alat ini hanya untuk mengontrol dan mengarahkan benda kerja ke mata
potong/mata gerinda.
2. Produk yang dikerjakan berupa parang.
3. Pengerjaan produk dengan alat ini hanya untuk membantu proses
penggerindaan sisi serta mata parang dan tidak dengan proses
pengamplasan.

1.4.Metode Pengumpulan Data

Untuk melengkapi dan mendukung Tugas Akhir ini, penulis melakukan


beberapa proses pengumpulan data, yaitu :
1. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan pengamatan langsung di
lapangan terhadap objek yang dianalisis.
2. Studi literatur, yaitu data yang diperoleh dari analisis dan pengolahan data-
data dari berbagai macam referensi buku dan internet yang dapat
mendukung proposal.
4

3. Interview, yaitu melakukan wawancara dengan narasumber yang


kompeten di bidangnya.
4. Pengujian lapangan, yaitu data yang diperoleh dari hasil pengujian
langsung dilapangan, yang dilakukan di lingkungan usaha Pandai Besi
ZAKARIA TAIB di Kampung Kuta Padang Kecamatan Johan Pahlawan
Kabupaten Aceh Barat.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

Pembuatan proposal tugas akhir tentang jig dan fixture ini ditujukan
untuk mengatasi masalah yang sudah disebutkan pada latar belakang masalah
diatas dan dikhususkan bagi para pelaku usaha Pandai Besi. Oleh karena itu, ini
menggunakan teori yang telah dikembangkan agar sesuai dengan proses
perancangan, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan, dan manfaat.

2.1.1. Tool Design

Proses perancangan dan pengembangan alat, metode, dan teknik yang


diperlukan untuk memperbaiki efisiensi dan produktifitas proses manufaktur
disebut dengan tool design. Dengan tool design bisa bermunculan banyak mesin-
mesin industri dan special tool dengan kecepatan dan volume yang tinggi, dengan
tujuan akhir berupa kualitas produksi, lebih ekonomis dan menjamin biaya produk
tetap kompetitif. (Menurut Edward G. Hoffman dalam Agung. 2015).

Selain bagian penting dari proses manufaktur, tool design berada pada
posisi antara desain produk dan produksi produk, sehingga tujuan utama tool
design adalah menurunkan biaya manufaktur, dengan mempertahankan kualitas
produk dan meningkatkan produksi.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut tool design harus memenuhi syarat
berikut : (Menurut Edward G. Hoffman dalam Agung. 2015).

a. Menyajikan design tool yang simple dan mudah dioperasikan untuk mendapat
efisiensi maksimum.
b. Mengurangi biaya manufaktur dengan memproduksi parts dengan biaya
sekecil mungkin.
c. Design tool yang konsisten agar dapat memproduksi parts dengan kualitas
tinggi.
6

d. Meningkatkan tingkat produksi dengan adanya machine tools.


e. Design tool dibuat mudah dalam pembuatannya agar mencegah terjadinya
kesalahan dalam penggunaannya.
f. Pemilihan material yang sesuai agar umur tool lama.
g. Mempertimbangkan keselamatan pekerja dalam mendesain tool.

2.2. Pengertian Umum Jig dan Fixture

Jig dan fixture merupakan alat bantu produksi yang digunakan pada proses
manufaktur, sehingga menghasilkan duplikasi part yang akurat. Jig dan fixture
biasanya dibuat secara khusus sebagai alat bantu proses produksi untuk
mempermudah dalam penyetingan material yang menjamin keseragaman bentuk
dan ukuran dalam jumlah banyak (mass product) serta mempersingkat waktu
produksi. (Menurut Edward G. Hoffman dalam Agung. 2015).

Jig didefinisikan sebagai peralatan khusus yang memegang, menyangga,


atau ditempatkan pada komponen yang akan dimesin. Alat bantu produksi yang
dibuat tidak hanya menempatkan dan memegang benda kerja tetapi juga
mengarahkan alat potong ketika operasi berjalan. (Menurut Edward G. Hoffman
dalam Agung. 2015).

Fixture adalah peralatan produksi yang memampatkan, memegang dan


menyangga benda kerja secara kuat sehingga pekerjaan permesinan yang
diperlukan bisa dilakukan. Fixture harus dipasang tetap ke meja mesin dimana
benda kerja diletakan. Keduanya memegang benda kerja. Tetapi jig mengarahkan
alat potong ketika operasi berjalan, sedangkan fixture tidak. Fixture dibuat lebih
kuat dan berat dari jig dikarenakan gaya perkakas yang lebih tinggi. (Menurut
Edward G. Hoffman dalam Agung. 2015).
7

Keterangan jig dan fixture dalam beberapa faktor yaitu dalam:

1. Ukuran

Kontruksi jig biasanya ringan, dan tidak selalu tetap pada meja mesin. Hal
ini karena jig harus bergerak mengarahkan alat potong, tidak seperti fixture yang
dijepit pada meja. Selain itu ukuran perlengkapan yang cukup besar dalam
konstruksinya membantu menahan jig tetap pada posisinya. Fixture dipasangkan
pada meja untuk memastikan benda kerja tidak bergerak saat mesin mulai
beroperasi.
2. Aplikasi

Fixture ditetapkan pada aplikasi yang lebih luas dibandingkan dengan jig.
Beberapa contoh fixture secara umum diantaranya lathe fixture, miling fixture,
grinding fixture, dan sawing fixture. Fixture juga dapat dimanfaatkan dalam
operasi setiap mesin yang menuntut hubungan yang tepat antara posisi alat
terhadap benda kerja.

3. Akurasi

Jig lebih akurat dibandingkan fixture, karena jig digunakan pada


pembuatan part yang lebih rumit baik dari segi ukuran dan proses pengerjaan
dalam proses produksi, sehingga bisa mendekati bahkan mencapai tujuan yang
diinginkan. Keduanya membantu dalam mengontrol biaya dan kualitas. Artinya
dengan menggunakan jig dan fixture bisa membantu untuk menghemat tenaga
kerja secara efektif.

2.3. Pertimbangan Penggunaan Fixture

Pertimbangan penggunaan fixture dalam proses penggerindaan produk


usaha pandai besi ini dibagi menjadi beberapa aspek, yaitu :

1. Aspek Teknis / Fungsi


a. Membantu untuk meminilisir angka kecelakaan kerja.
b. Membantu untuk menghemat tenaga kerja secara efektif.
8

c. Membantu mewujudkan harapan para pekerja akan alat bantu proses


penggerindaan produk.

2. Aspek Ekonomi
a. Mengurangi biaya produksi dengan menghemat waktu proses.
b. Meningkatkan efisiensi penggunaan alat atau mesin.
c. mengoptimalisasi mesin yang kurang teliti, jika menggunakan tangan
lansung.

2.4. Jenis – Jenis Fixture


Fixture adalah peralatan yang berfungsi untuk menahan benda kerja dan
mendukung pekerjaan sehingga operasi pemesinan dapat dilakukan. Jenis fixture
dibedakan terutama oleh bagaimana alat bantu ini dibuat. Perbedaan utama
dengan jig adalah beratnya. Fixture dibuat lebih kuat dan berat daripada jig
dikarenakan gaya perkakas yang lebih tinggi. Untuk jenis fixture bisa dibagi
menjadi beberapa jenis seperti : (Menurut Edward G. Hoffman dalam Agung.
2015).

1. Plate fixture
Bentuk paling sederhana dari fixture, dibuat dari pelat datar yang mempunyai
variasi klem dan locator untuk memegang dan memposisikan benda kerja.
Konstruksinya sederhana sehingga bisa digunakan pada hampir semua proses
pemesinan.

Gambar 2.1 Plate fixture (Hoffman dalam Agung. 2015)


9

2. Angle plate fixture


Angle plate fixture variasi dari fixture pelat. Dengan fixture jenis ini,
komponen dimesin pada sudut tegak lurus terhadap lokatornya. Jika sudutnya
selain 90 derajat, angle plate fixture yang telah dimodifikasi baru bisa
digunakan.

Gambar 2.2 Angle plate fixture (Hoffman dalam Agung. 2015).

Gambar 2.3 Angle plate fixture modifikasi (Hoffman dalam Agung. 2015).

3. Vise – jaw fixture


Vise-jaw fixture ini digunakan untuk permesinan komponen kecil.dengan alat
ini, vise jaw standar digantikan dengan jaw yang dibentuk sesuai dengan
bentuk komponen/benda kerja.
10

Gambar 2.4 Vise – jaw fixture (Hoffman dalam Agung. 2015)

4. Indexing fixture

Indexing fixture mempunyai bentuk yang hampir sama dengan indexing jig,
jenis fixture ini digunakan untuk Untuk benda kerja yang harus dikerjakan
dengan jarak (linier/angular) antar pemesinan yang harus dikerjakan dengan
hasil yang sangat presisi.

Gambar 2.5 Indexing fixture (Hoffman dalam Agung. 2015)

5. Multistattion fixture
Adalah jenis fixture untuk kecepatan tinggi, dan volume produksi tinggi
dimana siklus pemesinan kontinyu, Berikut uraiaannya:

•Untuk proses yang kontinu.


•Kecepatan tinggi, untuk volume produksi yang besar.
11

•Duplex fixture, bentuk multi-station yang paling sederhana, menggunakan dua


stasion.

Gambar 2.6 Multistattion fixture (Hoffman dalam Agung. 2015)

6. Profiling fixture
Profiling fixture digunakan untuk mengarahkan perkakas pada proses
permesinan kontur yang tidak terjangkau atau tidak bisa dilakukan oleh
mesin. Konturnya bisa internal ataupun eksternal.

Gambar 2.7 Profiling fixture (Hoffman dalam Agung. 2015)


12

2.5. Metode Rancangan

Metode perancangan yaitu berupa prosedur, teknik–teknik, bantuan–


bantuan, atau peralatan untuk merancang. Metode perancangan menggambarkan
aktifitas dengan jelas yang memungkinkan perancangan menggunakan dan
mengkombinasikan proses secara keseluruhan. Walaupun beberapa metode
perancangan masih konvensional, telah terjadi pertumbuhan yang pesat pada
beberapa tahun ini, dimana prosedur yang tidak lagi konvensional lebih
dikelompokan bersama dan dikenal dengan metode perancangan.(Cross, 1994)

Metode perancangan menurut (Cross dalam Agung. 2015) seperti metode


kreatif, yaitu metode perancangan yang bertujuan untuk membantu menstimulasi
pemikiran kreatif dengan cara meningkatkan produksi gagasan, menyisihkan
hambatan mental terhadap kreatifitas, atau dengan cara memperluas area
pencarian solusi.

Ada beberapa metode kreatif yang dikenal, seperti Brainstorming,


Synectics, Perluasan daerah penelitian, dan Proses kreatif. Proses kreatif inilah
yang digunakan sebagai metode perancangan sebuah alat bantu tersebut. Karena
proses kreatif adalah rangkaian pemikiran yang agak mirip terjadi. (Agung. 2015)

Proses kreatif juga memiliki pola – pola yang harus dipakai, antara lain :
a. Recognition adalah realisasi pertama ataupun pengakuan bahwa masalah itu
ada.
b. Preparationi adalah aplikasi dari usaha yang dilakukan dengan sengaja untuk
memahami masalah tersebut.
c. Incubation adalah periode untuk meninggalkan pemikiran tersebut dalam
pikiran, yang membuat alam bawah sadar mulai bekerja.
d. Illumination adalah persepsi ataupun formulasi dari ide inti.
e. Vertification adalah kerja keras untuk mengembangkan dan menguji ide
tersebut.
13

2.5.1. Prinsip Perancangan Fixture

Pada buku ajar Teknologi Manufaktur, Teknik Mesin IST AKPRIND


Yogyakarta, prinsip dasar untuk merancang fixture meliputi beberapa faktor
seperti : (Agung. 2015)
1. Lokasi
a. Harus dipastikan bahwa benda kerja diberikan keterbatasan yang
diinginkan.
b. Lokator harus ditempatkan dengan cara tertentu sehingga tatal / geram
tidak akan menyebabkan kesalahan penempatan benda kerja.
c. Bila sebuah benda kerja dari casting atau forging kasar sedang dikerjakan
dengan mesin, titik–titik lokasi harus dibuat mudah disetel.
d. Masukan alat–alat proofing misalnya fouling pin, proyeksi, dan
sebagainya untuk mencegah penempatan benda kerja yang tidak tepat.
e. Buat titik – titik lokasi yang bisa dilihat operator dari posisi kerjanya.
f. Buat lokasi yang progresif (yaitu menentukan lokasi pada satu lokator dan
kemudian yang lain).

2. Clamping

a. Clamp harus diposisikan untuk memberikan ketahanan terbaik terhadap


kekuatan potong.
b. Clamping harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan
deformasi benda kerja.
c. Bila mungkin, menjadikan clamp sebagai bagaian integral dengan bodi
fixture.
d. Buat semua gerak clamping dan penentu lokasi mudah dan wajar ketika
dilakukan.

3. Celah (Clerance)
a. Ruang rugi yang cukup besar harus disediakan untuk memungkinkan
variasi ukuran benda kerja.
14

b. Ruang rugi yang berlebihan harus disediakan untuk kemudahan (tangan)


operator.
c. Pastikan tersedia cukup ruang rugi yang memadai.

4. Stabilitas dan Kekakuan


a. Sediakan empat kaki sehingga bisa dihindari dudukan (seating) yang tidak
rata.
b. Buat peralatan sekuat mungkin untuk operasi ini.
c. Sediakan sarana penempat dan pengikat dengan baut pada peralatan ke
meja atau sepindel, bila perlu.

5. Penanganan
Buat peralatan ringan dan mudah ditangani, pastikan tidak ada sudut yang
tajam, dan bila berat berikan titik – titik pengangkatan.

6. Umum
a. Pertahankan desain yang sederhana sehingga minimal.
b. Gunakan seku cadang standar sebanyak mungkin.
c. Metode lokasi dan pengikat harus dibuat sedemikian sehingg waktu idle
minimal.
d. Desain untuk keamanan.

2.5.2. Gambaran Umum Perancangan jig dan Fixture

Pada proses penggerindaan biasanya pekerja memegang langsung


gerinda tangan dan produk yang hanya menambahkan gagang sebagai pembantu
pekerja agar panas yang dihasilkan dari proses penggerindaan terhindar dari
genggaman pekerja, namun dengan alat bantu ini memiliki bagian-bagian yang
mempunyai fungsi masing-masing dan bisa disesuaikan menurut bentuk produk
yang akan dibuat, kelebihan yang ada pada alat bantu ini adalah :
1) Jig dan fixture dapat dipindahkan 2 arah sumbu, yaitu sumbu z dan
sumbu x, sehingga benda kerja lebih cepat mendekat dan menjauh dari
mata gerinda.
15

2) Dapat mengatur kemiringan permukaan mata pisau/parang yang akan


dibentuk.
3) Pada kedua sisi pencekam disertakan karet agar benda yang dicekam
lebih kesat.
4) Dapat mengatur tinggi dan rendahnya sebuah produk saat proses
penggerindaan dan lengkungan sebuah bentuk produk.
5) Jig dan fixture dapat diganti-ganti dari bagian peluncurnya.
6) Pekerja hanya mengarahkan jig dan fixture tanpa harus memegang
produk secara langsung sehingga lelah pekerja terminimalisir.
7) Keselamatan pekerja lebih terjamin.
16

BAB III
METODOLOGI

3.1. diagram aliran proses perancangan

Metode yang digunakan dalam perancangan jig dan fixture untuk proses

penggerindaan pada usaha pandai besi, didasarkan flow chart sebagai berikut:

MULAI

Oservasi lapangan
· Produk parang
· Kontruksi jig dan fixture
· Prinsip kerja jig dan fixture
· Ketersediaan material

Input
· Bentuk kontruksi
· Dimensi jig dan
fixture

Perancangan jig dan fixture


· Gambaran jig dan fixture proses gerinda
· Jig dan fixture gerinda pada usaha
pandai besi
· Menentukan material berdasarkan sifat
yang dibutuhkan dan ketersediaannya di
pasaran

Jig dan fixture dapat


memenuhi kebutuhan untuk
proses penggerindaan pada
usaha pandai besi?
17

Gambar desain
· Menentukan dimensi-dimensi
part dan dimensi assembly
· Detail gambar teknik

kesimpulan

SELESAI

Gambar 3. Diagram alir proses perancangan


18

3.2 produk parang

Produk parang yang menjadi pembahasan utama tugas akhir meliputi:

3.2.1 parang

Gambar 3.1 Produk parang.

Pada gambar 3.1 menunjukkan sebuah produk parang yang telah

mengalami proses penggerindaan. lengkukan sebuah produk parang berbeda satu

sama lain dikarenakan bentuk parang yang akan dibuat sesuai dengan masing-

masing daerah pemesan yang akan dikirim. lengkukan bentuk serta ketebalan

parang juga berbeda-beda, itu dikarenakan produk parang dibentuk dengan proses

penempaan sehingga bentuk detil setiap parang tidak ada yang sama persis.
19

3.2.2 proses penggerindaan

Gambar 3.2 Proses penggerindaan parang.

pada gambar 3.2 menunjukan proses penggerindaan produk parang. proses

penggerindaan yang saat ini masih tergolong cukup rawan dengan kecelakaan

kerja. posisi tubuh pekerja yang seperti itu sangat mudah mengalami sakit pada

bagian pinggang, bahu, serta pergelangan tangan.

3.3 kontruksi jig dan fixture


Type rancangan yang akan penulis angkat sebagai tugas akhir ini adalah
merancang komponen mesin, yang mana jenis alat ini di sesuaikan dengan
kebutuhan serta keinginan pihak pelaku usaha pandai besi ZAKARIA TAIB yang
bertujuan menciptakan hal-hal yang bersangkutan dengan kebutuhan usaha
tersebut dalam proses penggerindaan parang.
20

Gambar 3.4 bagian-bagian jig dan fixture

Keterangan:
1. Pengatur ketinggian
2. Pencekam
3. Pengatur kemiringan
4. Slider
21

1. pengatur ketinggian

Gambar 3.5 bagian pengatur ketinggian

Keterangan:

1. Flange bolts
2. Silinder pendukung handle.
3. Mur pembatas.
4. Batang ulir.
5. Tuas.
6. frame.
7. Shoulder bolts.
8. Sambungan plat pendukung.
9. Plat pendukung.
10. Cover body.
22

2. Pencekam

Gambar 3.6 bagian pencekam


Keterangan
1. Clamping.
2. Coverbody.
3. Handle pencekam.
4. Lapisan karet/peredam.
5. Bushing plate.
6. Bushing.
7. Plat penekan.
8. Poros pencekam.
9. Plat penarik.
10. Batang ulir.
23

3. Pengatur kemiringan

Gambar 3.7 bagian pengatur kemiringan


Keterangan
1.Tuas.
2. Batang ulir.
3. Mur pembatas.
4.Silinder pendukung handle.
5.Penyangga handle.
6.Flange bolts.
7. Shoulder bolts.
8.Plat penekan.
9. Plat pendukung.
10.Plat pendukung.
24

4. Slider

Gambar 3.8 bagian slider


Keterangan
1. Frame.
2. 2 buah Slider shaft sumbu X dan –X.
3. 2 buah Slider shaft sumbu Z dan –Z.
4. 2 buah Slider plate sumbu X dan –X.
5. 2 buah Bushing slider plate sumbu X dan –X.
6. 4 buah penyangga slider shaft.
7. Meja kerja.
8. 2 buah bushing plate sumbu Z dan -Z.
9. 3 buah slider plate sumbu Z dan –Z.
25

3.4 prinsip kerja jig dan fixture.


Proses kerja jig dan fixture ini terbagi dalam tiga bagian fungsi, yaitu:
1. mencekam.
Pada saat tuas pencekam (Q) diputar searah jarum jam, maka pelat penekan
akan mendekati permukaan collar (M), sehingga pelat penarik (O) akan
menjauhi pelat penekan (N) serta menarik ke empat buah poros pencekam (K)
dan clamping (B) hingga mencekam benda kerja.

2. Mengatur kemiringan.
Pada saat tuas (G) diputar searah jarum jam, maka pelat penekan akan tertarik
keatas melalui bantuan ulir dan mur, dan Clamping akan bergeser menumpu di
badan cover (A). Kemiringan yang bisa disetting hanya sesuai dengan kebutuhan
para pekerja pandai besi dalam menggerinda parang.

3. Mengatur ketinggian.
Pada saat tuas (E) diputar searah jarum jam, maka ujung cover (A) akan
terangkat keatas melalui bantuan ulir dan mur. Ketinggian diatur sesuai
lengkungan sebuah produk/parang.

Dari gambar diatas, maka dapat dilihat bahwa jenis jig dan fixture ini

memanfaatkan celah clamping yang dilapisi karet pada permukaannya untuk

mencekam benda kerja. Desain alat ini disesuaikan dengan kebutuhan serta cara

proses kerja penggerindaan pada usaha pandai besi untuk memproduksi

parang/pisau. Berikut keterangan Dari gambar 3.3 yang meliputi komponen jig

dan fixture berdasarkan fungsinya.


26

1. Komponen jig dan fixture.


A. Cover body.
Cover berfungsi sebagai penumpu lokasi pencekaman serta bagian dari salah
satu komponen yang berfungsi untuk mengatur ketinggian benda kerja.
B. Clamping.
Clamping berfungsi untuk mencekam benda kerja, clamping ini bergerak
mengikuti gaya yang diterima ke empat poros penarik (k).
C. Clamping.
Berfungsi sebagai pencekam benda kerja.

D. Lapisan karet
Lapisan karet yang dilapisi pada kedua pelat clamping berfungsi untuk
memperkesat serta meredam benda kerja/parang saat proses penggerindaan
berlangsung, agar benda kerja tidak mengalami kerusakan/patah akibat dari
pencekaman yang terlalu kuat.
E. Tuas.
Tuas (E) berfungsi untuk mengatur ketinggian jig dan fixture. setting
ketinggian pada alat bantu ini berbeda fungsi dengan setting ketinggian pada
jenis jig lain yang ada, setting ketinggian ini diperuntukan sesuai dengan
lengkungan suatu benda kerja/parang yang berbeda-beda.
F. Rangka.
Rangka berfungsi sebagai penumpu bagian-bagian jig dan fixture. Rangka ini
diikat pada pelat sliding (H) yang bekerja untuk arah sumbu Z dan -Z.
G. Tuas.
Tuas (G) berfungsi untuk mengatur kemiringan sesuai dengan kebutuhan benda
kerja/parang.
H. Pelat sliding.
I. sliding shaft.
Shaft sliding berfungsi untuk mengatur rangka (F) yang bergeser arah sumbu Z
dan -Z.
J. Collar.
27

Collar juga sering disebut dengan Bos as, berfungsi sebagai penumpu sliding
yang terjadi antara rangka (F) dan sliding shaft (I), bos as juga berfungsi untuk
mengurangi biaya perawatan pada alat bantu ini. Bos as ini didesain menyatu
dengan sliding plate dengan cara penyambungan las.
K. Poros pencekam.
Poros pencekam berfungsi untuk menarik clamping (B) untuk melakukan
proses pencekaman benda kerja/parang.
L. Collar plate.
Berfungsi untuk menahan bos as (M) yang mengalami gaya tekan dari pelat
penekan (N).
M. Collar.
Berfungsi untuk merubah gaya tekan dari pelat penekan (N) menjadi gaya tarik
untuk pelat penarik (O).
N. Pelat penekan.
Pelat penekan ialah pelat yang mengalami gaya tekan dari ulir tuas pencekam
(Q) dan menekan boas as (M) untuk merubah gaya tekan menjadi gaya tarik.
O. Pelat penarik.
Pelat penarik ialah bagian yang menarik ke empat poros pencekam (K).
P. Ulir penekan.
Ulir penekan berfungsi untuk mendorong pelat penekan (N) serta menarik
pelat penarik (O) dengan bantuan mur.
Q. Tuas pencekam.
Tuas pencekam berfungsi untuk mempermudah pekerja dalam mencekam
benda kerja.
R. Meja kerja.
Meja kerja beefungsi untuk membatasi lokasi kerja sliding Jig dan fixture juga
sebagai tempat dudukan gerinda.
S. Penyangga sliding shaft.
Komponen ini ialah bagian yang membatasi lokasi sliding jig dan fixture arah
sumbu X dan -X.
T. Sliding plate.
28

sliding plate berfungsi untuk memindahkan dengan cara menggeser secara


manual untuk arah sumbu X dan -X.
U. Collar.

Collar juga sering disebut dengan Bos as, berfungsi sebagai penumpu sliding
yang terjadi antara rangkal (F) dan sliding shaft (v), bos as juga berfungsi
untuk mengurangi biaya perawatan pada alat bantu ini. Bos as ini didesain
menyatu dengan sliding plate dengan cara penyambungan las.
V. Sliding shaft.
Shaft sliding berfungsi untuk mengatur rangka (F) yang bergeser arah sumbu X
dan -X

2. Cara kerja jig dan fixture.

Proses kerja jig dan fixture ini terbagi dalam tiga bagian fungsi, yaitu:
1. mencekam.
Pada saat tuas pencekam (Q) diputar searah jarum jam, maka pelat penekan
akan mendekati permukaan collar (M), sehingga pelat penarik (O) akan
menjauhi pelat penekan (N) serta menarik ke empat buah poros pencekam (K)
dan clamping (B) hingga mencekam benda kerja.

2. Mengatur kemiringan.
Pada saat tuas (G) diputar searah jarum jam, maka pelat penekan akan tertarik
keatas melalui bantuan ulir dan mur, dan Clamping akan bergeser menumpu di
badan cover (A). Kemiringan yang bisa disetting hanya sesuai dengan kebutuhan
para pekerja pandai besi dalam menggerinda parang.
3. Mengatur ketinggian.
Pada saat tuas (E) diputar searah jarum jam, maka ujung cover (A) akan
terangkat keatas melalui bantuan ulir dan mur. Ketinggian diatur sesuai
lengkungan sebuah produk/parang.

3.3.1.1.
29

3.3.2. Diagram aliran proses.

3.3.3. Perhitungan

3.3.4. Perencanaan pemilihan bahan

Anda mungkin juga menyukai