Anda di halaman 1dari 14

1.

Pengertian Seksualitas Dalam Kehamilan


Kehamilan adalah masa dimana terdapat janin di dalam rahim seorang
perempuan. Masa kehamilan didahului oleh terjadinya pembuahan yaitu
bertemunya sel sperma laki-laki dengan sel telur yang dihasilkan oleh indung
telur (Depkes RI, 2009).
Dorongan seksual adalah kecenderungan biologis untuk mencari tanggapan
yang berbau seksual dari seorang lain atau lebih, biasanya dari jenis yang berlawanan.
Dorongan tersebut muncul padaawal remaja dan tetap bertahan kuat sepanjang hidup.
Seksualitas meliputi perasaan dan perilaku yang berkaitan dengan seks baik
melalui biologi maupun melalui belajar sosial. Manusia memiliki kesinambunga
seksualitas biologis artinya kehidupa seks manusia dapat berlangsung setiap saat
(Horton & Hunt, 2003).
Kebutuhan seksual adalah kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi
perasaan dua orang individu secara pribadi yang saling menghargai,
memperhatikan, dan menyayangi sehingga terjadi hubungan timbal balik antara
kedua individu tersebut (Ali mul, 2006)
Frekuensi hubungan seksual selama kehamilan sangat tergantung pada
kondisi wanita. Semakin jarang hubungan frekuensi seksual pada pasangan,
semakin tidak sehat pernikahan tersebut. Hal ini dikarenakan masing -masing
kebutuhan ada yang tidak terpenuhi dan dapat menyebabkan rasa frustasi karena
kurangnya perhatian dari pasangan tentang hal seksual.
Frekuensi rata-rata berhubungan seks pada kehamilan adalah sebagai
berikut: Terimester pertama 2 kali perminggu, Trimester kedua 3 kali
perminggu, Trimester ketiga1 kali perminggu (Andik, 2007). Jadi selama tidak
menjadi beban bagi istri, hubungan intim selama hamil tak jadi masalah.
Namun jika istri kehilangan dorongan seksual dan hanya melakukan hubungan
seksual demi memuaskan suami bisa hanya akan menjadi beban (Dianloka, 2008 ).
2. Manfaat Hubungan Seksual Selama Kehamilan
Menurut Pangkahila Wimpie (2006) manfaat dari hubungan seksual selama masa
kehamilan ini adalah :
a. Dapat meningkatkan keharmonisan dan kehangatan cinta bagi suami-istri
karena perasaan bahagia telah hamil sehingga dapatdirasakan bersama
kebahagiaan ini melalui hubungan seksual.
b. Menambah gaya dan seni baru dalam bercinta selama kehamilan.
c. Dapat mempermudah kelancaran dalam proses persalinan karena dengan
hubungan seksual melatih otot-otot uterus berkontraksi.
d. .Dapat menghindari suami melakukan penyelewengan seksual kepada orang
lain selain istrinya.
e. Meningkatkan ikatan kebersamaan antar suami-istri.
f. Tidak terjadi masalah antara suami- istri yang berpangkal pada hubungan
seksual selama kehamilan.
3. Perubahan Fisik yang Mempengaruhi gairah dan kenimatan seksual .
a. Mual dan muntah
Jika rasa mual pagi hari menyerang sepanjang hari, mungkin harus menunggu
sampai gejala menghilang . ( Pada kebanyakan kasus, rasa mual akan mulai
menghilang di akhir trimester pertama ). Jika ia hanya menyerang pada jam –jam
tertentu, maka lenturkan jadwal dan gunakan waktu dengan baik. Jangan
memaksa diri untuk merasa sexy ketika merasa tidak mual, rasa mual bisa di
perparah oleh stres emosional.
b. Keletihan
Ini juga akan berlalu pada bulan keempat ( meskipun mungkin akan kembali
pada trimester terakhir). Sampai saat ini tiba , bercinta lah ketika matahari
bersinar ( ketika kesempatan muncul dengan sendirinya ), dari ada berusaha
memaksakan diri untuk tetap romantis. Diakhir minggu , sisipkan hubungan
seksual bersama tidur siang, atau sebaliknya.
c. Perubahan Bentuk
Hubungan seksual bisa canggung serta tidak nyaman ketika perut besar
menghalangi. Ketika kehamilan berlanjut dan perut mulai semakin membesar,
beberapa pasangan merasa ragu , beberapa pasangan ragu apak hungan seksual
ini layak diusahakan.( Tetapi ada cara –cara untuk mendapatkan posisi yang
nyaman). Selain itu, bentuk tubuh ibu bisa menghilangkan gairahbagi salah satu
atau kedua pasangan.
d. Pembengkakan Kelamin
Meningkatnya aliran darah ke area pinggul, yang disebabkan oleh perubahan
hormon kehamilan bisa meningkatkan respons seksual ada beberapa ibu.Tetapi
bisa membuat hubungan seksual kurang memuaskan ( terutama di kehamilan
lanjut); jika sisa perasaan membesar tetap bertahan setelah orgasme maka ibu
merasa seakan –akan tidak selesai melakukannya. Juga bagi pria , membesarnya
kelamin ibu bisa meningkatkan kenikmatan atau menguranginan.
e. Bocornya kolostrum
Pada kehamilan lanjut, beberapa ibu mulai menghasilkan air susu awal yang
disebut kolostrum. Kolostrum bisa bocor keluar payudara selama perangsangan
seksual, dan bisa mengganggu pesiapan hubungan seksual.
f. Kepekaan Payudara
Beberapa pasangan yang beruntung malah menikmati pembesaran payudara .
Tetapi banyak pasangan yang mengalami bahwa di awal kehamilan, payudara
merupakan area yang tidak boleh disentuh karena sangat nyeri jika
tersentuh.Bagi banyak ibu, kepekaan ini berkurang pada akhir trimester pertama,
tetapi bagi banyak pasangan, kepekaan dan pembesaran payudara meningkatkan
seks.
g. Perubahan Sekresi Vagina
Sekresi atau keluaran dari vagina mengalami pertambahan volume dan
perubahan kekentalan , bau, dan rasa selama kehamilan. Penambahan cairan bisa
meningkatkan kenikmatan bagi pasangan jika selama ini vagina ibu selalu kering
atau terlalu sempit. Atau membuat saluran vagina terlalu basah dan licin
sehingga pria sulit mencapai orgasme. Dalam hal ini , lebih banyak permainan
awal lebih banyaknya permainan awal bisa membantunya. Semakin keras bau
dan rasa cairan vagina bisa membuat seks oral terasa tidak nyaman bagi
beberapa orang. Keadaan ini bisa dibantu dengan memijatkan krim pewangi ke
area pubis dan paha bagian dalam ( tetapi bukan kedalam vagina ).
h. Pendarahan yang disebabkan oleh kepekaan leher rahim
Mulut rahim selalu membesar selama hamil dipenuhi dengan banyak pembuluh
darah tambahan untuk mengakomodasi peningkatan aliran darah dan jauh lebih
lunak dari pada sebelum hamil.Ini berarti, penetrasi yang dalam kadang –kadang
bisa menyebabkan pendarahan, terutama dikehamilan lanjut ketika leher rahim
mulai mematangkan diri untuk kelahiran.Jika ini terjadi ( dan dokter anda
meneguhkan bahwa pendarahan ini tidak disebabkan oleh kemungkinan
komplikasi sehingga melarang dilakukannya hubungan seksual ), maka hindari
saja penetrasi yang terlalu dalam.
4. Pengaruh psikolgi yang mengganggu kenikmatan hubungan seksual selama
hamil
a. Takut janin atau menyebabkan keguguran
Pada kehamilan normal, hubungan seksual tidak akan menyebabkan kedua hal ini.
Janin dilindungi dan dibungkus oleh bantal cairan ketuban dan rahim, dan rahim
ini ditutupi dari dunia luar dengan sebuah sumbatan lendir dimulut rahim.
b. Takut orgasme akan merangsang keguguran lanjut atau persalinan dini
Meskipun rahim memang berkontraksi setelah orgasme dan pada beberapa ibu,
kontraksi ini bisa sangat kuat dan berlangsung sampai setengah jam sesudah
hubungan seksual tetapi kontraksi ini bukanlah tanda persalinan dan tidak
memunculkan bahaya pada kehamilan normal.Sebenarnya, kajian menunjukkan
bahwa pasangan yang kegiatan seksualnya cukup aktif selama hamil memiliki
angka rata –rata persalinan dini yang lebih rendah dari pada mereka yang tidak
melakukannya (mungkin karena kontak fisik yang akrab sering kali juga berarti
kontak emosional yang akrab, dan ini memiliki efek positif pada hasil kehamilan
). Tetapi, orgasme yang pekat seperti yang dipicu oleh masturbasi, bisa dilarang
selama kehamilan yang berisiko tinggi untuk keguguran atau persalinan dini.
c. Takut Janin “melihat “ atau “menyadari “
Meskipun bayi anda mungkin menikmati ayunan lembut dari kontraksi rahim
selama orgasme, tetapi ia tidak bisa melihat serta sama sekali tidak tahu apa yang
sedang terjadi, dan jelas tidak akan mengingatnya. Reaksi janin( yang melambat
selama hubungan seksual, kemudian menendang dan menggeliat dengan kuat serta
denyut jantung yang lebih cepat setelah orgasme) adalah respons yang hanya
disebabkan oleh kegiatan hormonal dan rahim.
d. Takut masuknya penis ke dalam vagina akan menyebabkan infeksi
Sejauh pasangan prianya tidak memiliki penyakit yang ditularkan melalui
hubungan seksual, maka tidak ada akan bahaya infeksi baik pada ibu maupun
janin melalui hubungan seksual selama tujuh atau delapan bulan pertama bayi
aman dari semen dan kuman infeksi karena terlindung didalam kantung ketuban.
Kebanyakan dokter percaya bahwa keadaan ini pun masih terjadi selama bulan
kesembilan sejauh kantung ketuban tetapi utuh ( selaputnya belum pecah ). Tetapi
karena mereka bisa pecah di setiap saat maka beberapa dokter menganjurkan
penggunaan kondom selama hubungan seksual di 4 sampai 8 minggu terakhir dari
kehamilan, untuk mencegah terjadinya infeksi.
e. Kecemasan pada peristiwa yang menjelang
Baik calon ibu maupun ayah bisa mengalami perasaan –perasaan mendua tentang
peristiwa besar menjelang ini. Pikiran –pikiran tentang tanggung jawab dan
perubahan gaya hidup serta biaya keuangan dan emosional dari membesarkan
seorang bayi bisa menghambat percintaan yang rileks. Perasaan mendua ini, yang
banyak dialami oleh pasangan calon orang secara terbuka dari pada dibawa ke
tempat tidur
f. Perubahan Hubungan
Beberapa pasangan bisa mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan ide
bahwa mereka bukan lagi sepasang kekasih, atau suami –istri , tetapi juga ibu dan
ayah. Bagaimanapun, banyak dari kita yang masih menghindari pengaitan orang
tua kita sendiridengan seks, meskipun kita adalah saksi hidup bahwa kaitan itu
sungguh –sungguh ada. Di sisi lain, beberapa pasangan bisa menemukan bahwa
dimensi baru dari relasi mereka mendatangkan keakraban baru dalam bercinta
beserta kegembiraan baru terkandung didalamnya.
g. Kekerasan bawah sadar
Dari calon ayah terhadap calon ibu, karena ia cemburu bahwa ia telah menjadi
pusat , atau calon ibu terhadap calon ayah karena ia merasa dirinyalah yang
menanggung semua penderitaan ( terutama jika kehamilannya sulit ) untuk bayi
yang mereka inginkan dan akan nikmati bersama. Perasaan –perasaan seperti ini
penting untuk dibicarakan , tetapi sekali lagi , tidak ditempat tidur.
h. Keyakinan Bahwa hubungan seksual selama 6 minggu terakhir akan
menyebabkan persalinan dimulai.
Memang benar bahwa kontraksi rahim yang dipicu oleh orgasme akan semakin
kuat ketika kehamilan berlanjut. Tetapi sebelum leher rahim “ matang , kontraksi
ini tampaknya tidak mendatangkan persalinan seperti yang diharapkan dan dicoba
oleh banyak pasangan yang tanggal kelahirannya sudah “ terlambat “. Tetapi,
karena tidak ada yang tahu dengan pasti tentang mekanisme dimulainya
persalinan, maka sering kali ibu yang mempunyai kecenderungan persalinan
prematur akan dilarang melakukan hubungan seksual pada saat –saat ini.
Beberapa dokter merasa bahwa penggunaan kondom pada ibu seperti ini akan
menguatkan kontraksi, dan ini terjadi akibat penghindaran prostaglandin yang
terdapat didalam semen.
i. Takut “ memukul “kepala bayi ketika memasuki rongga pinggul .
Bahkan para pasangan yang melakukan hubungan seksual dengan santai
sebelumnya, bisa menjadi khawatir menjelang akhir kehamilan karena bayi
sepertinya sudah terlalu dekat. Banyak dokter yang mengtakan bahwa meskipun
penetrasi yang dalam tidak akan melukai bayi, tetapi sebaiknya dihindari, lagi
pula akan sulit untuk mendapatkan kenyamanan.
5. Hubungan Seksual Selama Kehamilan
Perubahan lain yang dapat terjadi pada aktivitas seks adalah pada masa hamil.
Keinginan seks pada waktu hamil sebagian besar tidak berubah, bahkan sebagian kecil
makin meningkat, berkaitan denganmeningkatnya hormon estrogen. Oleh karena itu
hubungan seksual waktu hamil, bukan merupakan halangan. Pada kehamilan makin tua
teknik pelaksanaannya agak sulit, karena perut makin membesar. Pada saat itu dapat
dilakukan posisi siku lutut wanita. Dikemukakan bahwa menjelang 2 minggu persalinan
persalinan diharapkan jangan melakukan hubungan seks, karena dapat terjadi ketuban pecah
dan memulai persalinan (Manuaba, 1999).
Pada kehamilan normal tanpa komplikasi apapun boleh dilakukan hubungan seksual
seperti semasa belum hamil (Fadjari, 2002). Ada yang menambahkan bahwa hubungan
seksual dalam kehamilan tidak boleh dilakukan apabila ibu mengalami penyakit jantung,
hipertensi, riwayat abortus yang berulang-ulang maupun alasan dokter yang tidak boleh
dianjurkan untuk melakukannya (Indiarti, 2004), hamil dengan perdarahan, hamil dengan
tanda infeksi, kehamilan dengan ketuban yang telah pecah atau hamil dengan luka disekitar
alat kelamin luar (Manuaba, 2004). Padahal perlu diketahui bahwa hubungan seksual pada
wanita bisa merangsang pelepasan oksitosin. Dimana pelepasan oksitosin membuat
perasaan lebih baik, rileks dan nyaman. Sedangakn pada pria hubungan seksual dapat
menyebabkan aliran darah dari testosteron adekuat yang berguna untukmemperkuat tulang
dan otot (Indarti, 2004).
Di lain pihak, beberapa pasangan sangat khawatir bila melakukan hubungan seks
selama kehamilankarena akan membahayakan bayinya. Menurut Solihah (2005) hal ini tidak
benar pada kehamilan normal, karena alat kelamin pria tidak akan dapat melakukan kontak
langsung terhadap fetus (calon bayi) karena keberadaannya dilindungi oleh dinding otot
uterin dan cairan amniotik. Lebih lanjut dikatakan bahwa hubungan seks selama kehamilan
aman dilakukan karena ada lendir penyumbat disekitar leher rahim (cervix) yang akan
mencegah air mani dan bakteri masuk ke dalam uterus. Andik (2005) juga menyebutkan
bahwa kontak seksual tidak akan menggangu janin karena cairan ketuban akan
menjadi shock absorben yang amat baik, sehingga gerakan saat melakukan senggama
maupun kontraksi rahim atau orgasme akan teredam oleh cairan tersebut dan tidak akan
menggangu janin. Selain itu kebaikan yang didapat jika melakukan aktivitas seksual selama
kehamilan adalah:
1. Kebebasan untuk melakukan hubungan seks tanpa perasaan risau tentang cara
pencegahan kehamilan yang sering dirasakan oleh pasangan sebelum istri hamil.
2. Setengah wanita akan merasa lebih seksi dan percaya diri. Pembesaran payudara
memberikan kesan yang lebih sensual dan bergairah pada suami.
3. Pertambahan pengaliran darah ke vulva menjadikan wanita hamil lebih mudah
dirangsang dan mencapai orgasme berkali-kali dibandingkan dengan wanita yang
tidak hamil.
4. Payudara wanita hamil lebih sensitif kepada rangsangan.
Hubungan kelamin tidak dilarang dalam kehamilan, kecuali 6 minggu sebelum dan 6
minggu setelah persalinan. Apabila melakukan koitus/hubungan seksual pada trimester I di
khawatirkan janin masih belum kuat untuk berimplantasi. Sedangkan pada trimester II janin
sudah kuat berimplantasi, meskipun pada saat trimester II diperbolehkan pada saat
melakukan hubungan seksual diusahakan sperma dikeluarkan di luar karena sperma
mengeluakan prostate gladin yaitu suatu hormon yang dapat meningkatkan kontraksi uterus,
sehingga apabila sperma masuk maka perut ibu akan tegang. Pada riwayat abortus habitualis
dan primi tua sebaiknya tidak dianjurkan untuk melakukan hubungan kelamin dalam
kehamilan muda. Perdarahan, walaupun sedikit merupakan kontra indikasi koitus.
A. Hubungan Seksual pada Trimester Pertama (0-13 minggu)
Selama tiga bulan pertama kehamilan wanita yang mengalami mual muntah
karena pengaruh hormon terjadinya peningkatan hormon progresteron, sehingg
merasakan dorongan seksualnya menurun yang mengakibatkan berkurangnya
frekuensi semua aktivitas seksual. Keadaan ini mudah dipahami, karena mual dan
muntah yang terjadi dapat menimbulkan gangguan bagi kesehatan tubuh secara
umum.
Meskipun terdapat bermacam-macam variasi dari masing- masing pasangan ,
pola ketertarikan seksual pada trimester pertama kehamilan tetaplah umum. Tidak
mengherankan jika pada awal kehamilan terjadi penurunan minat terhadap seks.
Survey mengatakan bahwa 54% wanita mengalami penurunan libido pada
trimester pertama. Akan tetapi, pada wanita yang kehamilan trimester pertamanya
sangat nyaman, hasrat seksual yang muncul kemungkinan sama atau bahkan
meningkat dengan kondisi sebelum kehamilan terjadi. Sebagian kecil wanita
bahkan merasakan perubahan yang sangat signifikan terhadap kehidupan
seksualnya. Hal tersebut sering kali disebabkan oleh perubahan hormon pada awal
kehamilan yang membuat organ vulva lebih sensitif dan payudara yang lebih
berisi sehingga meningkatkan kepekaan terhadap sentuhan.
B. Hubungan Seksual pada Trimester Kedua (14-27 minggu)
Selama trimester kedua 80% wanita hamil merasakan dorongan seksual.
Banyak laki-laki yang senang melakukan hubungan seksual ketika pasangannya
hamil saat trimaster ini. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya dorongan seksual
dari istri. Sebab lain karena temperatur vagina menjadi lebih hangat pada masa
kehamilan sehingga menimbulkan rangsangan seksual yang lebih besar. Meskipun
tidak selalu minat untuk berhubungan seks umumnya mulai meningkat pada
trimester kedua ini. Pada masa ini, secara fisik dan psikologi istri dan pasangan
sudah lebih dapat menyesuaikan diri pada berbagai perubahan yang terjadi karena
kehamilan. Tubuh calon ibu yang telah dapat menerima dan terbiasa dengan
kondisi kehamilan membuatnya dapat menikmati aktivitas dengan muntah dan
segala rasa tidak enak biasanya sudah jauh berkurang dan tubuh terasa tidak
nyaman.
Selain itu, pada masa ini kehamilan juga belum terasa besar serta
memberatkan seperti pada trimester ketiga dan suasana hati yang jauh lebih baik
dari trimester pertama membuat gairah lebih meningkat. Bagi para suami, di masa
ini pasangan mereka terlihat lebih menarik dibanding sebelumnya. Kepercayaan
diri yang meningkat membuat calon ibu terlihat lebih cantik, ditunjang dengan
kulit dan rambut yang semakin ”bercahaya” karena pengaruh hormon kehamilan.
Namun, ada juga suami yang mengalami penurunan gairah karena khawatir
berhubungan intim dapat menganggu kesehatan ibu hamil atau janin, perasaan
cemas bakal segera menjadi ayah, atau bahkan perasaan tidak enak karena merasa
si janin ”menyaksikan” acara bercinta tersebut.
C. Hubungan Seksual pada Trimester Ketiga (28- 40 minggu)
Selama tiga bulan terakhir masa kehamilan, kelelahan yang terasa meningkat
karena kehamilan yang semakin besar, mengakibatkan dorongan seksual dan
reaksi seksual menurun. Akibatnya frekuensi hubungan seksual menjadi banyak
berkurang. Saat persalinan semakin dekat, umumnya hasrat libido kembali
menurun, terkadang bahkan lebih drastis dibandingkan dengan saat trimester
pertama. Perut yang kian membuncit membatasi gerakan dan posisi nyaman saat
berhubungan intim. Rasa nyaman sudah jauh berkurang. Pegal di punggung dan
pinggul, tubuh bertambah berat dengan cepat, nafas lebih sesak (karena besarnya
janin mendesak dada dan lambung), dan kembali merasa mual menyebabkan
menurunnya minat seksual. Selain itu, perut yang besar, kaki bengkak, dan wajah
sembap membuat calon ibu merasa tidak hot lagi di mata pasangan. Perasaan itu
pun semakin kuat jika suami juga enggan untuk berhubungan seks, meski hal itu
sebenarnya karena ia merasa tidak tega atau khawatir melukai calon ibu dan janin.
Selain hal fisik, turunnya libido juga berkaitan dengan : kecemasan dan
kekhawatiran yang meningkat menjelang persalinan. Secara medis, sebenarnya
tidak ada yang perlu dirisaukan jika kehamilan tidak disertai faktor penyulit,
dengan kata lain, kehamilan sedang dalam kondisi yang sehat.
Namun demikian, satu hal wajar apabila saat ini frekuensi bercinta tidak
sesering pada trimester kedua. Hubungan seks sebaiknya lebih diutamakan untuk
menjaga kedekatan emosional daripada rekreasi fisik karena pada trimester
terakhir ini, dapat terjadi kontraksi kuat pada wanita hamil yang diakibatkan
karena orgasme. Hal tersebut dapat berlangsung biasanya sekitar 30 menit hingga
terasa tidak nyaman. Jika kontraksi berlangsung lebih lama, menyakitkan, menjadi
lebih kuat, atau ada indikasi lain yang menandakan bahwa proses kelahiran akan
mulai.
6. Hambatan Hubungan Seksual Pada Masa Kehamilan
a. Setiap saat ketika terjadi pendarahan yang tidak jelas penyebabnya
b. Selama Trimester pertama, jika ibu memiliki riwayat keguguran atau ancaman
keguguran, atau menunjukkan tanda –tanda ancaman keguguran.
c. Sela sedikitnya 8 sampai 12 minggu terakhir jika ibu memilih riwayat persalinan
dini, ancaman persalinan dini, atau mengalami tanda –tanda persalinan dini
d. Jika selaput ketuban telah pecah
e. Jika telah ditemukan plasenta previa ( plasenta terletak didekat atau menutupi lehr
rahim, di mana ia bisa terlepas terlalu dini selama hubungan seksual sehingga
menimbulkan pendarhan dan ancaman bagi ibu dan anak.
f. Pada trimester terakhir jika terdapat janin kembar, atau bahkan para trimester
kedua jika ada lebih dari dua janin.
7. Posisi hubungan seksual selama hamil
Berhubungan intim selama hamil umumnya aman. Bahkan kehidupan seks yang
sehat sangat bermanfaat. Sebab, selain menjaga hubungan suami istri, seks juga
membantu meredakan stress dan mengingatkan bahwa istri juga seorang wanita
sensual selain seorang calon ibu. Hubungan intim juga bisa menjadi olahraga yang
baik, dan tak akan menyakiti bayi yang aman terlindung oleh kantung ketuban di
dalam rahim. Penetrasi yang dalam pun tidak akan berbahaya.Beberapa posisi yang
aman dalam melakukan hubungan seksual selama kehamilan menurut (Lisa 2003)
adalah:
a. Wanita diatas
Posisi ini mudah dilakukan sejak trimester kedua hingga seterusnya. Pada akhir
kehamilan, istri bisa mencoba posisi ini dengan berjongkok diatas pasangan,
bukan merebahkan tubuh diatasnya.

b. Bersampingan
Suami berbaring miring dan istri berbaring terlentang dengan kaki ditekuk ke atas
badan pasangannya. Posisi ini tidak hanya membuat istri bisa saling menatap saat
berhubungan intim, tapi juga membuat perut istri tidak tertekan. Posisi ini juga
mempermudah foreplay/permainan pendahuluan.
c. Posisi misionari diubah sedikit
Pada posisi ini, pasangan (suami) berbaring di atas tapi menopang tubuhnya
sendiri sehingga beratnya tak bertumpu pada perut istri. Posisi ini bisa dilakukan
selama beberapa bulan hingga perut istri belum terlalu besar.
d. Posisi duduk
Istri duduk menghadap suami dipangkuannya. Posisi ini bisa dilakukan dan
menyenangkan bagi istri dan pasangan bila perut belum terlalu besar, karena istri
bisa merasakan penetrasi yang dalam. Saat perut sudah terlalu besar, masih bisa
melakukannya tetapi dengan membelakanginya.
e. Penetrasi dari belakang
Istri telungkup dan menopang tubuh dengan kedua tangan dan kaki. Suami
berlutut dan melakukan penetrasi dari belakang. Pada posisi ini perut istri tidak
akan tertekan dan suami juga bisa meraba payudara, klitoris dan perut anda.
8. Dampak seks pada Kehamilan
Menurut (Suryoprajogo 2008), dampak seks terhadap kehamilan adalah:
a. Keguguran
Keguguran (early miscarriage) biasanya berhubungan dengan ketidak normalan
kromosom, kelainan genetik lain pada embrio, atau masalah lain yang dialami
janin yang sedang berkembang. Dalam banyak kasus, hal itu dipicu oleh embrio
atau janin yang telah mati. Hal tersebut juga dapat disebabkan oleh kegagalan
tubuh ibu untuk memproduksi suplai hormon yang cukup.
b. Menyakiti janin
Kontak seksual tidak akan menjangkau atau menganggu janin karena terlindung
oleh selaput dan cairan ketuban. Cairan ketuban merupakan peredam kejut yang
sangat baik, sehingga gerakan saat senggama maupun kontraksi rahim saat
orgasme akan teredam sehingga tidak menganggu janin.
c. Orgasme memicu kelahiran prematur
Orgasme dapat memicu kontraksi rahim. Namun, kontraksi ini berbeda dengan
kontraksi yang dirasakan menjelang saat melahirkan. Penelitian mengindikasikan
bahwa jika menjalani kehamilan yang normal, orgasme yang terjadi dengan atau
tanpa melakukan hubungan intim, tidak memicu kelahiran prematur.
d. Pertumbuhan janin terganggu
Meskipun janin turut bergoyang dan berayun saat bercinta dengan pasangan,
pertumbuhannya tidak akan terganggu. Reaksi janin (gerakan yang melambat saat
bercinta kemudian kembali aktif menendang dan jantung berdetak lebih cepat saat
mengalami orgasme) bukan reaksi terhadap aktivitas seksual, melainkan
reakasinya terhadap hormon yang meningkat dan aktivitas usus (uterine).
e. Penetrasi dapat menyebabkan infeksi
Asalkan pasangan tidak menderita penyakit menular seksual, penetrasi tidak akan
menyebabkan infeksi, baik pada vagina atau janin. Kantong ketuban melindungi
janin dari segala macam organisme penyebab infeksi.
f. Khawatir berlebihan
Jika memiliki sindrom pramenstruasi, besar kemungkinannya akan mengalami
mood swing yang lebih parah saat hamil. Ini tidak saja berpengaruh terhadap
hasrat seksual, tetapi juga kekhawatiran yang cenderung berlebih pada
dampaknya.
9. Komplikasi yang dapat menghalangi hubungan seks
Komplikasi yang terjadi pada ibu hamil dapat menimbulkan larangan melakukan
hubungan seks. Menurut (Westheimer 2002), komplikasi yang dapat menghalangi
hubungan seks adalah:
a. Placenta previa
Wanita hamil dengan kondisi placenta previa sering diminta untuk membatasi
aktivitas fisik dan tidak boleh melakukan hubungan seks karena keduanya dapat
menganggu placenta dan potensial menimbulkan pendarahan dan kelahiran
prematur. Jika posisi placenta tidak berubah hingga trimester ketiga, bayi akan
dilahirkan dengan operasi caesar.
b. Afasmen dan dilasi awal pada cervix
Penetrasi ke dalam vagina secara teori dapat menimbulkan infeksi, pecahnya
kantung amniotik, atau bahkan persalinan. Namun, jika istri telah memiliki satu
anak atau lebih sebelumnya, bukan hal yang aneh jika cervix sedikit terbuka saat
hamil.
c. Sejarah kelahiran prematur dan keguguran
Jika sebelumnya istri melahirkan bayi prematur atau jika pernah keguguran pada
trimester kedua, salah satunya adalah melarang hubungan seks.
d. Cervix lemah
Wanita dengan cerviks yang lemah dapat mengalami dilatasi cerviks tanpa rasa
sakit, biasanya pada awal trimester kedua. Wanita yang telah didiagnosa memiliki
kandungan yang lemah membutuhkan operasi, yang disebut stitch atau cerclage
(jahitan), untuk menutup cervix dan menguatkannya agar dapat menahan janin
hingga saat dilahirkan.
e. Multi janin
Multi janin, yaitu kembar dua, tiga, atau lebih akan memperbesar resiko kelahiran
bayi prematur. Larangan hubungan seks dapat ditetapkan antara minggu ke-20 dan
37, ketika kelahiran bayi memiliki resiko tinggi.
f. Pendarahan
Perdarahan ketika hamil selalu menimbulkan kekhawatiran. Perdarahan dapat
diklasifikasikan tergantung pada waktu keluarnya apakah pada awal atau akhir
kehamilan. Jika pendarahanya banyak dan atau berlangsung lama, bisa merupakan
tanda awal keguguran. Jika perdarahan atau bercak disertau dengan rasa dakit,
segera memberitahu ke dokter karena ini bisa saja kehamilan ektopik. Pendarahan
pada akhir kehamilan bisa diakibatkan oleh komplikasi serius seperti kelahiran
prematur dan dilatasi cervix, plasenta previa (plasenta menutup cervix), abruptio
placente (plasenta robek), dan kemungkinan lainnya, seperti cedera pada vagina
dan cervix. Jika pendarahan terjadi khususnya setelah hubungan seks, disarankan
untuk sama sekali tidak berhubungan seks.
g. Cairan amniotik bocor atau ketuban pecah
Selaput atau ketuban yang mengelilingi fetus berfungsi sebagai kulit pelindung
yang memisahkan cairan amniotik steril dari isi vagina. Jika ketuban pecah,
kelahiran prematur atau keguguran dapat terjadi dan jika ini terjadi pada tahap
kehamilan, bayi harus dikeluarkan dengan segera.
10. Beberapa cara untuk menjaga hubungan seksual
a. Jangan pernah membiarkan frekuensi hubungan seksual untuk mengganggu aspek
lain dari hubungan anda. Percintaan yang berkualitas selalu lebih pentingdari pada
kuantitasnya terlebih lagi selama kehamilan.
b. Kenali tekanan yang telah ditimbulkan oleh kehamilan pada hubungan anda,
kenali setiap perubahan pada kepekatan gairah seksual yang dialami oleh anda
berdua. Diskusikan setiap masalah dengan terbuka, jangan menyimpannya
dibawah selimut. Jika ada masalah yang sepertinya terlalu besar untuk ditangani
berdua, mintalah bantuan profesional
c. Berpikir positif : bercinta adalah persiapan fisik yang baik untuk persalinan dan
melahirkan terutama jika jika anda ingat untuk melakukan latihan kegel selama
hubungan seksual.
d. Menganggap posisi baru selama hamil sebagai petualngan. Tetapi beri waktu pada
diri anda untuk menyesuaikan diri dengan setiap posisi yang anda coba.
e. Tempatkan harapan anda ditempat yang terjangkau.Meskipun beberapa ibu
mencapai orgasme untuk pertama kalinya selama hamil, palingan sedikit satu
kajian menunjukkan bahwa kebanyakan ibu kemungkinan besar tidak mencapai
orgasme secara teratur selama kehamilan dibandingkan sebelum pembuahan
terutama pada trimester terakhir, ketika hanya 1 dari 4 ibu selalu mencapai
klimaks.
f. Jika dokter melarang hubungan seksual pada periode kehamilan apapun, tanyakan
apakah diperbolehkan orgasme melalui masturbasi mutual. Jika anda tidak ingin
melakukannya, anda masih bisa mendapat kenikmatan dari memberi kenikmatan
dengan cara ini kepada pasangan anda.
g. Jika dokter melarang orgasme tetapi tidak melarang hubungan seksual, anda
masih bisa bercinta tanpa mencapai puncak . Meskipun ini tidak terlalu
memuaskan bagi anda, tetapi bisa menyediakan perasaan intim sambil tetap
memberi kenikmatan pada pasangan anda. Kemungkinan lain adalah hubungan
kelamin diantara paha, tanpa penetrasi kedalam vagina.
DAFTAR PUSTAKA

Hacker,Moore.2001.Esensial Obstetri dan Ginekologi.KDT.Jakarta

Andik. 2007. Berhubungan Seks Saat Hamil.

Close, Sylvia. 1998. Kehidupan seks selama kehamilan dan setelah melahirkan, Arcan,

Jakarta.

Dianloka, 2008 . seks kehamilan dan pasca kelahiran sehat. Jakarta

Dm Harahap, 2010. Pengetahuan seksual saat kehamilan.

Anda mungkin juga menyukai