b. Bersampingan
Suami berbaring miring dan istri berbaring terlentang dengan kaki ditekuk ke atas
badan pasangannya. Posisi ini tidak hanya membuat istri bisa saling menatap saat
berhubungan intim, tapi juga membuat perut istri tidak tertekan. Posisi ini juga
mempermudah foreplay/permainan pendahuluan.
c. Posisi misionari diubah sedikit
Pada posisi ini, pasangan (suami) berbaring di atas tapi menopang tubuhnya
sendiri sehingga beratnya tak bertumpu pada perut istri. Posisi ini bisa dilakukan
selama beberapa bulan hingga perut istri belum terlalu besar.
d. Posisi duduk
Istri duduk menghadap suami dipangkuannya. Posisi ini bisa dilakukan dan
menyenangkan bagi istri dan pasangan bila perut belum terlalu besar, karena istri
bisa merasakan penetrasi yang dalam. Saat perut sudah terlalu besar, masih bisa
melakukannya tetapi dengan membelakanginya.
e. Penetrasi dari belakang
Istri telungkup dan menopang tubuh dengan kedua tangan dan kaki. Suami
berlutut dan melakukan penetrasi dari belakang. Pada posisi ini perut istri tidak
akan tertekan dan suami juga bisa meraba payudara, klitoris dan perut anda.
8. Dampak seks pada Kehamilan
Menurut (Suryoprajogo 2008), dampak seks terhadap kehamilan adalah:
a. Keguguran
Keguguran (early miscarriage) biasanya berhubungan dengan ketidak normalan
kromosom, kelainan genetik lain pada embrio, atau masalah lain yang dialami
janin yang sedang berkembang. Dalam banyak kasus, hal itu dipicu oleh embrio
atau janin yang telah mati. Hal tersebut juga dapat disebabkan oleh kegagalan
tubuh ibu untuk memproduksi suplai hormon yang cukup.
b. Menyakiti janin
Kontak seksual tidak akan menjangkau atau menganggu janin karena terlindung
oleh selaput dan cairan ketuban. Cairan ketuban merupakan peredam kejut yang
sangat baik, sehingga gerakan saat senggama maupun kontraksi rahim saat
orgasme akan teredam sehingga tidak menganggu janin.
c. Orgasme memicu kelahiran prematur
Orgasme dapat memicu kontraksi rahim. Namun, kontraksi ini berbeda dengan
kontraksi yang dirasakan menjelang saat melahirkan. Penelitian mengindikasikan
bahwa jika menjalani kehamilan yang normal, orgasme yang terjadi dengan atau
tanpa melakukan hubungan intim, tidak memicu kelahiran prematur.
d. Pertumbuhan janin terganggu
Meskipun janin turut bergoyang dan berayun saat bercinta dengan pasangan,
pertumbuhannya tidak akan terganggu. Reaksi janin (gerakan yang melambat saat
bercinta kemudian kembali aktif menendang dan jantung berdetak lebih cepat saat
mengalami orgasme) bukan reaksi terhadap aktivitas seksual, melainkan
reakasinya terhadap hormon yang meningkat dan aktivitas usus (uterine).
e. Penetrasi dapat menyebabkan infeksi
Asalkan pasangan tidak menderita penyakit menular seksual, penetrasi tidak akan
menyebabkan infeksi, baik pada vagina atau janin. Kantong ketuban melindungi
janin dari segala macam organisme penyebab infeksi.
f. Khawatir berlebihan
Jika memiliki sindrom pramenstruasi, besar kemungkinannya akan mengalami
mood swing yang lebih parah saat hamil. Ini tidak saja berpengaruh terhadap
hasrat seksual, tetapi juga kekhawatiran yang cenderung berlebih pada
dampaknya.
9. Komplikasi yang dapat menghalangi hubungan seks
Komplikasi yang terjadi pada ibu hamil dapat menimbulkan larangan melakukan
hubungan seks. Menurut (Westheimer 2002), komplikasi yang dapat menghalangi
hubungan seks adalah:
a. Placenta previa
Wanita hamil dengan kondisi placenta previa sering diminta untuk membatasi
aktivitas fisik dan tidak boleh melakukan hubungan seks karena keduanya dapat
menganggu placenta dan potensial menimbulkan pendarahan dan kelahiran
prematur. Jika posisi placenta tidak berubah hingga trimester ketiga, bayi akan
dilahirkan dengan operasi caesar.
b. Afasmen dan dilasi awal pada cervix
Penetrasi ke dalam vagina secara teori dapat menimbulkan infeksi, pecahnya
kantung amniotik, atau bahkan persalinan. Namun, jika istri telah memiliki satu
anak atau lebih sebelumnya, bukan hal yang aneh jika cervix sedikit terbuka saat
hamil.
c. Sejarah kelahiran prematur dan keguguran
Jika sebelumnya istri melahirkan bayi prematur atau jika pernah keguguran pada
trimester kedua, salah satunya adalah melarang hubungan seks.
d. Cervix lemah
Wanita dengan cerviks yang lemah dapat mengalami dilatasi cerviks tanpa rasa
sakit, biasanya pada awal trimester kedua. Wanita yang telah didiagnosa memiliki
kandungan yang lemah membutuhkan operasi, yang disebut stitch atau cerclage
(jahitan), untuk menutup cervix dan menguatkannya agar dapat menahan janin
hingga saat dilahirkan.
e. Multi janin
Multi janin, yaitu kembar dua, tiga, atau lebih akan memperbesar resiko kelahiran
bayi prematur. Larangan hubungan seks dapat ditetapkan antara minggu ke-20 dan
37, ketika kelahiran bayi memiliki resiko tinggi.
f. Pendarahan
Perdarahan ketika hamil selalu menimbulkan kekhawatiran. Perdarahan dapat
diklasifikasikan tergantung pada waktu keluarnya apakah pada awal atau akhir
kehamilan. Jika pendarahanya banyak dan atau berlangsung lama, bisa merupakan
tanda awal keguguran. Jika perdarahan atau bercak disertau dengan rasa dakit,
segera memberitahu ke dokter karena ini bisa saja kehamilan ektopik. Pendarahan
pada akhir kehamilan bisa diakibatkan oleh komplikasi serius seperti kelahiran
prematur dan dilatasi cervix, plasenta previa (plasenta menutup cervix), abruptio
placente (plasenta robek), dan kemungkinan lainnya, seperti cedera pada vagina
dan cervix. Jika pendarahan terjadi khususnya setelah hubungan seks, disarankan
untuk sama sekali tidak berhubungan seks.
g. Cairan amniotik bocor atau ketuban pecah
Selaput atau ketuban yang mengelilingi fetus berfungsi sebagai kulit pelindung
yang memisahkan cairan amniotik steril dari isi vagina. Jika ketuban pecah,
kelahiran prematur atau keguguran dapat terjadi dan jika ini terjadi pada tahap
kehamilan, bayi harus dikeluarkan dengan segera.
10. Beberapa cara untuk menjaga hubungan seksual
a. Jangan pernah membiarkan frekuensi hubungan seksual untuk mengganggu aspek
lain dari hubungan anda. Percintaan yang berkualitas selalu lebih pentingdari pada
kuantitasnya terlebih lagi selama kehamilan.
b. Kenali tekanan yang telah ditimbulkan oleh kehamilan pada hubungan anda,
kenali setiap perubahan pada kepekatan gairah seksual yang dialami oleh anda
berdua. Diskusikan setiap masalah dengan terbuka, jangan menyimpannya
dibawah selimut. Jika ada masalah yang sepertinya terlalu besar untuk ditangani
berdua, mintalah bantuan profesional
c. Berpikir positif : bercinta adalah persiapan fisik yang baik untuk persalinan dan
melahirkan terutama jika jika anda ingat untuk melakukan latihan kegel selama
hubungan seksual.
d. Menganggap posisi baru selama hamil sebagai petualngan. Tetapi beri waktu pada
diri anda untuk menyesuaikan diri dengan setiap posisi yang anda coba.
e. Tempatkan harapan anda ditempat yang terjangkau.Meskipun beberapa ibu
mencapai orgasme untuk pertama kalinya selama hamil, palingan sedikit satu
kajian menunjukkan bahwa kebanyakan ibu kemungkinan besar tidak mencapai
orgasme secara teratur selama kehamilan dibandingkan sebelum pembuahan
terutama pada trimester terakhir, ketika hanya 1 dari 4 ibu selalu mencapai
klimaks.
f. Jika dokter melarang hubungan seksual pada periode kehamilan apapun, tanyakan
apakah diperbolehkan orgasme melalui masturbasi mutual. Jika anda tidak ingin
melakukannya, anda masih bisa mendapat kenikmatan dari memberi kenikmatan
dengan cara ini kepada pasangan anda.
g. Jika dokter melarang orgasme tetapi tidak melarang hubungan seksual, anda
masih bisa bercinta tanpa mencapai puncak . Meskipun ini tidak terlalu
memuaskan bagi anda, tetapi bisa menyediakan perasaan intim sambil tetap
memberi kenikmatan pada pasangan anda. Kemungkinan lain adalah hubungan
kelamin diantara paha, tanpa penetrasi kedalam vagina.
DAFTAR PUSTAKA
Close, Sylvia. 1998. Kehidupan seks selama kehamilan dan setelah melahirkan, Arcan,
Jakarta.