SKRIPSI
Oleh :
i
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan sidang panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, pada :
Hari :
Tanggal :
Pukul :
Tempat :
Ketua Sekretaris
ii
iii
SARI
Muhammad Bisri. 2005. Perbedaan Hasil Latihan Squat Antara Volume tetap
Intensitas Bertambah dan Volume Bertambah Intensitas Tetap terhadap Daya Tahan
Otot Tungkai pada Lembaga Pendidikan Sepakbola Sambirejo Selection Semarang
2005. Skripsi Jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan UNNES.
Kata Kunci : Latihan squat volume tetap intensitas bertambah dan volume bertambah
intensitas tetap, daya tahan otot tungkai.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil latihan squat
antara volume tetap intensitas bertambah dan volume bertambah intensitas tetap terhadap
daya tahan otot tungkai pada pemain sepakbola Sambirejo Selection Semarang.
Populasi penelitian berjumlah 115 anak dan sampel dalam penelitian ini adalah 40
pemain sepakbola Sambirejo Selection. Variabel yang diteliti adalah daya tahan otot
tungkai yang diambil dengan tes squat. Data dianalisis dengan uji t.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan daya tahan otot tungkai
setelah mengikuti latihan squat antara volume tetap intensitas bertambah dan volume
bertambah intensitas tetap terhadap daya tahan otot tungkai pada pemain sepakbola
Sambirejo Selection Semarang tahun 2005, ditunjukkan dari uji t dengan thitung untuk
kelompok ekperimen 1 (volume tetap intensitas bertambah) sebesar 72,54 > ttabel (2,02)
dan untuk kelompok 2 (volume bertambah intensitas tetap) sebesar 72,71> ttabel (2,02).
Pada kelompok eksperimen 1 terjadi peningkatan sebesar 56,6% dan kelompok eksperimen
2 sebesar 57,2%. Hasil uji perbedaan menunjukkan tidak adanya perbedaan peningkatan
daya tahan otot tungkai pada pemain sepakbola LPSB Sambirejo Selection Semarang
tahun 2005, ditunjukkan dari uji t dengan thitung sebesar -0,48 pada daerah penerimaan Ho
(-2,02 sampai dengan 2,02)
Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara latihan
squat volume tetap intensitas bertambah dan volume bertambah intensitas tetap terhadap
daya tahan otot tungkai pada pemain sepakbola LPSB Sambirejo Selection Semarang
untuk dapat meningkatkan latihan squat dengan menggunakan metode diatas agar
diperoleh peningkatan daya tahan otot tungkai. Kepada peneliti lain dapat menambah
variasi perlakuan dan melihat motivasi soal mengikuti latihan, sehingga dapat diketahui
secara jelas volume dan intensitas yang paling efektif meningkatkan daya tahan otot
tungkai pemain.
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
Rasulullah SAW bersabda : “ Jadilah kamu orang pandai, pelajar, pendengar dan
pencinta. Dan janganlah kamu menjadi orang kelima sebab kamu akan binasa “ (H.R Al -
Baihaqy).
Persembahan :
Teman-teman seperjuangan.
v
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
penyusunan skripsi dengan judul “ Perbedaan Latihan Squat antara Volume tetap Intensitas
bertambah dan Volume bertambah Intensitas tetap terhadap Daya tahan otot tungkai pada
Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini atas bantuan dari berbagai
pihak, untuk itu dengan rasa rendah hati penulis menyampaikan rasa terima kasih sedalam-
dalamnya kepada :
2. Bapak Drs. Sutardji, M.S, Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Semarang
yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Drs. Djanu Ismanto, MS, Ketua Jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu
4. Bapak Drs. Musyafari Waluyo, M.Kes, Pembimbing I yang telah memberikan petunjuk
5. Bapak Drs. Djanu Ismanto, MS, Pembimbing II yang telah memberikan petunjuk dan
6. Bapak Ketua Lembaga Pendidikan Sepak Bola Sambirejo Selection Semarang yang
vi
7. Bapak Gawang Setiawan, Pelatih Lembaga Pendidikan Sepak Bola Sambirejo
Selection yang telah membantu penulis dalam memberikan dorongan dan motivasi
kepada siswa.
8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang yang
9. Para Siswa Lembaga Pendidikan Sepak Bola Sambirejo Selection yang telah bersedia
10. Teman-teman angkatan 2001 yang telah banyak membantu penulisan skripsi ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah membantu
Semoga segala bantuan yang Bapak, Ibu serta Saudara berikan mendapat pahala
Akhir kata penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat memberikan
sumbangan bagi kemajuan dan perkembangan olahraga pada umumnya dan sepak bola
pada khususnya.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
SARI ................................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xi
viii
2.1.5 Volume Latihan .................................................... 27
2.1.6 Intensitas Latihan .................................................. 28
2.1.7 Bentuk – bentuk Latihan Squat.............................. 29
2.1.8 Kerangka Berpikir ................................................. 31
2.2 Hipotesis.............................................................................. 33
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 34
3.1 Metode Penentuan Obyek Penelitian..................................... 35
3.2 Metode Pengumpulan Data ................................................... 38
3.3 Instrumen Penelitian .............................................................. 40
3.4 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Penelitian .................... 44
3.5 Metode Analisis Data ............................................................ 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 48
4.1 Hasil Penelitian ................................................................... 48
4.2 Pembahasan ......................................................................... 55
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Latihan .................................................................................................. 48
Latihan .................................................................................................. 50
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
5. Squat ................................................................................................... 33
6. Hasil Pre Test Daya Tahan Otot Tungkai antara Kelompok Ekperimen
1 dan 2 .................................................................................................. 49
7. Hasil Post Test Daya Tahan Otot Tungkai antara Kelompok Ekperimen
1 dan 2 .................................................................................................. 50
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
15. Uji Peningkatan Pre - Test ke Post - Test Kelompok Eksperimen 1.... 79
16. Uji Peningkatan Pre - Test ke Post - Test Kelompok Eksperimen 2.... 80
17. Uji Perbedaan Peningkatan Pre - Test ke Post - Test antara Kelompok
xii
18. Perhitungan Statistik T – Test terhadap Hasil Pre – Test .................... 82
xiii
1
BAB I
PENDAHULUAN
ini tidak terlepas dari peran serta masyarakat yang yang semakin sadar dan
mengerti arti penting serta fungsi olahraga itu sendiri. Disamping itu perhatian
beda. Ada empat dasar yang menjadi tujuan seseorang melakukan kegiatan
melakukan olahraga untuk sasaran prestasi tertentu, didalam hal ini ilmu-ilmu
pengetahuan yang terkait mengenai ‘manusia’ sebagai objek yang akan diolah
(M.Sajoto,1995 : 1-2).
membutuhkan waktu yang cukup lama. Proses latihan dilakukan dari usia muda
dan dilaksanakan secara terus menerus sampai mencapai usia puncak. Usaha
1
2
dengan suatu usaha pembinaan dan pembibitan secara dini, serta melalui
pembentukan watak dan kepribadian disiplin dan sportifitas yang tinggi serta
dapat dibentuk manusia yang sehat jasmani dan rohani serta mempunyai watak
yang berkualitas.
Salah satu cabang olahraga yang dewasa ini semakin populer di Indonesia
semua lapisan masyarakat, baik di kota, di desa, bahkan sampai kepelosok penjuru
tim, maka suatu tim atau kesebelasan yang baik, kuat, tangguh adalah kesebelasan
kerja sama tim yang baik dan tangguh diperlukan pemain-pemain yang dapat
jasmani seperti kekuatan, kelincahan, kecepatan, daya ledak, daya tahan dan lain-
ketrampilan olahraga dan aktifitas gerak lain (Arma Abdullah ,1988 : 11).
jasmani. Dengan kesegaran jasmani yang baik maka usaha untuk meningkatkan
kemampuan belajar akan lebih mudah. Hal ini sesuai dengan pendapat Harsono,
bahwa dengan kesegaran jasmani yang baik bila : (1) Ada peningkatan dalam
kelentukan, stamina, kecepatan, daya tahan dan lain-lain dalam kondisi fisik. (3)
Ada ekonomi gerak yang lebih baik pada waktu latihan. (4) Ada pemulihan yang
lebih cepat dari organisasi tubuh kita bila sewaktu-waktu respon demikian
1) Teknik / taktik.
3) Kekuatan.
4
4) Daya Tahan.
Sedangkan pembagian setiap latihan terdiri atas : (a) Pengenalan (b) Pendahuluan
Dalam kondisi fisik atau kita pakai istilah yang lebih khusus (phisical
1) Speed (kecepatan).
2) Strength (kekuatan).
4) Flexibility (kelenturan).
5) Agility (kelincahan).
pencapaian hasil dalam olah raga, tidak dapat dilihat sebagai komponen yang
diperlukan dan harus dilatih, namun ada kmponen yang lebih dominan dari
komponen lain. Jika kita analisis kualitas fisik yang diperlukan untuk pemain
seperti kecepatan, daya ledak, kelentukan, kelincahan, daya tahan, dan lain-lain.
Daya tahan dituntut sebab permainan yang memerlukan waktu 90 menit, dengan
menambah frekuensi dan tempo tinggi. Dapat secara serempak semua cirri
diperberat atau sebagian yang diperberat. Dalam latihan ini masing – masing
Latihan fisik sangat berguna untuk daya tahan otot, khususnya otot kaki
tibialis posterior. Disamping otot-otot yang disebut diatas, otot-otot bagian atas
juga berperan dalam aktifitas olahraga khususnya sepakbola. Olahraga ini sangat
membutuhkan kondisi fisik ynag baik, salah satunya daya tahan otot lokal (local
endurance), khususnya otot tungkai. Daya tahan otot sangat berperan sekali dalam
cabang olahraga ini, dalam hal ini seberapa besar pengaruh latihan fisik diatas
bertambah dan volume bertambah intensitas tetap terhadap daya tahan otot
Adapun alasan pemilihan judul ini adalah sebagai berikut : 1) Latihan kekuatan
sangat penting untuk menunjang daya tahan otot tungkai. 2) Karena bentuk latihan
squat merupakan latihan untuk otot tungkai. 3) Sepengetahuan penulis belum ada
penelitian dengan judul “ pengaruh latihan squat antara volume tetap intensitas
bertambah dan volume bertambah intensitas tetap terhadap daya tahan otot
1.2 Permasalahan.
bertambah dan volume bertambah intensitas tetap terhadap daya tahan otot
tahun 2005.
dijelaskan untuk menghindari salah penafsiran. Oleh karena itu perlu diberi
batasan-batasan yang jelas. Adapun istilah yang dianggap perlu ditegaskan antara
lain :
1.3.1 Perbedaan.
hasil latihan squat antara volume tetap intensitas bertambah dan volume
1.3.2 Latihan.
Menurut Harsono, latihan yaitu proses yang sistematis dari berlatih atau
bekerja yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kian hari kian menambah
1.3.3 Squat
Squat adalah berdiri tegak kaki kangkang selebar bahu, lutut ditekuk
sampai serendah mungkin lalu kembali tegak dengan beban atau tanpa beban.
1) Sikap awal : Kaki sejajar selebar pinggang dan jari-jari kaki menghadap
pada posisi kedua kaki tangan. Dalam memegang palang barbel, lebar tangan
setengah jongkok. Dari posisi tersebut, bergerak keatas dengan kuat, menjaga
dada dan kepala teteap tegak dan meluruskan kaki dan pandangan kedepan.
Volume ialah isi beban latihan yang biasa dinyatakan dengan satuan jarak,
jumlah beberapa elemen bahan latihan, total waktu, berat beban, jumlah set dalam
latihan interval dan cirkuit sebagai ukuran rangsangan. (Suharno H.P, 1986:28)
Volume yang dimaksud adalah berat beban dalam latihan atau berat beban
berat beban dalam angkat besi, frekuensi gerakan dalam bermain tali, jarak dan
suatu kelompok ototnya untuk berkontraksi terus menerus dalam waktu cukup
1.3.7 Tungkai.
Tungkai adalah kaki atau seluruh kaki dari pangkal paha sampai telapak
kaki.
a) Tungkai atas, yaitu bagian paha dari pangkal paha sampai lutut. Didalam
b) Tungkai bawah atau bagian betis, yaitu dari lutut sampai dengan pergelangan
kaki. Tungkai bawah ini dalam istilah asing disebut calf atau leg.
c) Kaki, yaitu bagian telapak kaki dan bagian jari kaki. Istilah asingnya foot.
adalah :
intensitas bertambah dan volume bertambah intensitas tetap terhadap daya tahan
tahun 2005.
9
1.5.4 Sebagai pedoman atau bahan pertimbangan dan juga sebagai dasar
BAB II
Kondisi fisik adalah suatu persyaratan yang sangat diperlukan dalam usaha
peningkatan prestasi seorang atlet, dapat dikatakan sebagai keperluan dasar yang
tidak dapat ditunda lagi atau ditawar-tawar lagi. (M. Sajoto, 1995:8). Oleh karena
itu sebelum diberikan latihan sepakbola secara baik perlu di tingkatkan dahulu
Tubuh manusia pada garis besarnya terdiri dari unsur jasmani dan rohani.
Unsur jasmani dapat dilihat dari sudut pandang yaitu 1) dari segi wujudnya yang
dapat dilihat secara jelas seperti anatomi antropometri. 2) dilihat dari kemampuan
atau kapasitas kerjanya yaitu dari segi faalnya. Dalam hal ini kondisi seseorang
aktivitas menjalankan olah raga. Keadaan tersebut tidak dapat dilihat secara
langsung seperti pertama, melainkan harus melalui suatu tes, baik laboratorium
10
11
otot.
kondisi fisik, yang mana kesepuluh komponen tersebut dapat diukur keadaannya
melalui suatu tes seperti tersebut diatas (M. Sajoto, 1995 : 8-9). Komponen-
1) Daya Tahan (Endurance), dalam hal ini dikenal dua macam daya tahan,
diantaranya :
efektif dan efisien untuk menjalankan kerja secara terus menerus yang
bekerja.
segala aktifitas dengan penguluran tubuh yang luas. Hal ini akan sangat
singkatnya. Seperti dalam lari cepat, pukulan dalam tinju, balap sepeda,
panahan dan lain-lain. Dalam hal ini ada kecepatan gerak dan kecepatan
eksplosif.
tertentu. Seseorang yang mampu mengubah satu posisi yang berbeda dalam
baik.
efektif.
syaraf otot, seperti dalam hand stand atau dalam mencapai keseimbangan
dan lain-lain). Dibidang olahraga banyak hal yang harus dilakukan atlet dalam
13
mempertahankan keseimbangan.
gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran yang dapat merupakan suatu jarak
atau mungkin suatu objek langsung yang harus dikenai dengan salah satu
bagian tubuh.
10) Reaksi (Reaction), adalah kemampuan seseorang untuk segera bertindak lewat
dengan cara penilaian berbentuk tes kemampuan. (M. Sajoto, 1995 : 10).
berada dalam kondisi dan tingkat kesegaran jasmani yang baik untuk menghadapi
intensitas kerja dan tekanan-tekanan yang akan timbul dalam pertandingan. Tanpa
Maksudnya adalah agar tingkatan kondisi fsik dapat tetap dipertahankan selama
Cara peningkatan fisik ada dua jalan secara metodis ialah peningkatan
fisik umum dan fisik khusus. Unsur-unsur gerak fisik umum meliputi : kekuatan,
daya tahan, kecepatan, kelincahan dan kelentukan. Unsur-unsur gerak fisik khusus
Daya tahan adalah kemampuan untuk bekerja atau berlatih dalam waktu
pekerjan tersebut. Daya tahan merupakan unsur gerak dasar yang penting
dalam waktu cukup lama dengan beban tertentu. (M. Sajoto, 1988: 16-17).
1) Jenis fibril otot, fibril merah / tonik cocok untuk kerja daya tahan karena
2) Kualitas pernafasan dan peredaran darah (kapasitas vital, denyut pola per
menit, vasodelatasi).
4) Pengaturan nervous sistem baik pusat maupun perifeer (saraf simpatis dan
saraf parasympatis).
Tabel 1
Bagan kebutuhan tiga jenis endurance dalam cabang olahraga
Cabang olahraga Basic Local Sprinting
endurance endurance endurance
Tinju 40% 50% 10%
Gulat 50% 40% 10%
Sepakbola 60% 30% 10%
Bola basket 50% 30% 20%
Bola voli 50% 40% 10%
Hockey 60% 30% 10%
Soft ball 50% 40% 10%
Polo air 50% 30% 20%
Bola tangan 60% 35% 5%
Sumber : (Suharno H.P, 1986:42)
daya tahan lama organisme atlet untuk melawan kelelahan yang timbul akibat
jantung merupakan motor utama disamping otot skelet. Daya tahan umum
2) Daya tahan otot lokal (local muscular endurance / speed endurance) ialah
setempat memegang peranan dalam proses daya tahan ini. Daya tahan otot
kemampuan daya tahan lama organisme atlet untuk melawan kelelahan yang
peranan dalam proses special endurance. Daya tahan spesial banyak terjadi
proses anaerobe.
4) Stamina adalah kemampuan daya tahan lama organisme atlet untuk melawan
power). Stamina merupakan proses aerobe dan anaerobe dalam batas waktu
Gambar 1
Struktur otot tungkai dari sisi depan
(Evelyn C Pearce, 1999. Anatomi dan Fisiologi untuk Para Medis : 114)
Gambar 2
Struktur anatomi otot tungkai dari sisi belakang
(Evelyn C Pearce, 1999. Anatomi dan Fisiologi untuk Para Medis : 115)
18
Gambar 3
Struktur anatomi otot tungkai atas dari sisi depan
(Evelyn C Pearce, 1999. Anatomi dan Fisiologi untuk Para Medis : 113)
19
2.1.3.1 Sepakbola.
khususnya sepakbola. Hal ini tidak lepas dari peran serta masyarakat yang
semakin sadar dan mengerti akan arti pentingnya olahraga, disamping adanya
olahraga.
Sepakbola merupakan permainan yang dimainkan oleh dua regu atau tim
yang masing-masing regu terdiri dari sebelas pemain inti dan beberapa pemain
Sepakbola merupakan permainan tim, maka perlu kerja sama yang baik
dalam tim, hal ini juga dituntut kemampuan masing-masing individu, sehingga
sebuah tim akan semakin baik kalau didukung dengan kemampuan masing-
masing individu yang bermain dalam sebuah tim. Kemampuan individu meliputi
taktik, teknik dan fisik serta hal-hal lain yang perlu dibina dan dikembangkan.
sepakbola yang tidak menguasai teknik dan fisik dasar bermain sepakbola tidak
yaitu sesuai pendapat Prof. Arma Abdullah, M. Sc. Dalam bukunya Evaluasi
Pendidikan Jasmani, bahwa tujuan utama umum dari pendidikan jasmani adalah
kekuatan, kelincahan, kecepatan, daya ledak, daya tahan, dan lain sebagainya. (2)
usaha untuk meningkatkan kemampuan belajar akan lebih mudah. Hal ini sesuai
dengan pendapat Harsono bahwa dengan kesegaran jasmani yang baik bila : (1)
Ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi jantung. (2) Ada peningkatan
dalam kekuatan, kelentukan, stamina, kecepatan, daya tahan dan lain-lain dalam
kondisi fisik. (3) Ada ekonomi gerak yang lebih baik pada waktu latihan. (4) Ada
pemulihan yang lebih cepat dari organisasi tubuh kita bila sewaktu-waktu respon
.
21
teknik menendang dengan cepat, cermat dan tepat pada sasaran, baik sasaran
Menerima bola dapat dilakukan dengan bagian badan dari kaki sampai dahi
bola dalam permainan hanya dilakukan pada saat yang menguntungkan saja,
yang dapat digunakan untuk memberi umpan teman, membuat gol dengan
menyundul bola.
5) Gerak tipu, gerak tipu dilaksanakan apabila seorang pemain sedang menguasai
sebenarnya. Dengan gerakan atau reaksi lawan yang salah ini pemain
6) Merampas (tackling), ialah teknik merampas bola dari lawan yang sedang
kedua belah tangan dan melalui diatas kepala. Kedua kaki dari pemain yang
melempar harus berada ditanah, tidak boleh diangkat. Gerakan melempar bola
8) Teknik khusus penjaga gawang, yaitu sikap badan dalam keadaan siaga untuk
menangkap bola, meninju, menepis dan menerka bola. Hal ini dilakukan untuk
Sukatamsi, 1984 : 34 ).
beban hanya digunakan sebagai alat untuk menambah tahanan kontraksi otot guna
kekuatan otot.
23
menjadi bertambah dengan program weight training. Bila kekuatan dan daya
tahan sudah bertambah dan program latihan berikutnya dilakukan dengan beban
yang tetap atau sama, maka tidak lagi dapat menambah kekuatan. Oleh karena itu
perlu penambahan beban. Penambahan beban dilakukan bila otot sedang dilatih
belum merasakan letih pada suatu set dengan repetisi yang ditentukan. Prinsip
secara progresif.
otot-otot besar dulu yang dilatih sebelum otot-otot yang lebih kecil. Hal ini
dilaksanakan agar kelompok otot kecil tidak akan mengalami kelelahan lebih
dulu. Disamping itu agar overload mengenai benar pada kelompok otot besar,
maka kelompok otot inilah yang harus mendapat giliran berlatih lebih dulu. Dari
Bahwa program latihan hendaknya juga diatur agar tidak terjadi dua
bagian otot pada tubuh yang sama mendapat dua kali latihan secara berurutan.
pengembangan daya tahan adalah khusus, bukan hanya bagi kelompok otot
tertentu yang dilatih tetapi juga terhadap pola gerakan yang dihasilkan dengan
kata lain, latihan berbeban adalah juga latihan keterampilan motorik khusus. Ini
24
berarti bahwa latihan peningkatan daya tahan hendaknya melibatkan gerakan yang
latihan harus lebih banyak melibatkan otot-otot yang digunakan untuk menendang
Gambar 4
Urutan pemberian latihan pada otot-otot utama
(M. sajoto, 1995 : 32)
Dalam aktifitas berbagai cabang olahraga, walau ada kelompok yang sama
tersebut. Dan hendaknya latihan dapat merangsang benar pada gerakan cabang
perlu diperhatikan dan merupakan suatu pedoman yang harus dipakai diantaranya
adalah :
1) Jumlah Beban
Menurut J.P.O’Shea dinyatakan bahwa tidak ada rumus pasti yang dipakai
sebagai pedoman untuk menentukan jumlah beban yang pertama harus diberikan.
metode “ Trial and Error “ dalam memberikan beban awal. Tetapi yang lebih
1995 : 33).
adalah suatu rangkaian kegiatan dari satu repetisi. (M.Sajoto, 1995 : 34). Oleh
karena dalam latihan ini yang menjadi masalah pokok adalah berapa lama beban
diangkat secara statis maka jumlah repetisi berarti jumlah set, para ahli sepakat
dan menetapkan bahwa jumlah repetisi atau set yang efektif antara 5 – 10 kali.
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa menentukan jumlah repetisi dan
set dalam latihan pembebanan harus disesuaikan dengan komponen kondisi fisik
adalah empat kali per minggu. Namun para pelatih dewasa ini pada umumnya
setuju untuk menjalankan program latihan tiga kali setiap minggu agar tidak
terjadi kelelahan yang kronis. Adapun lamanya latihan yang diperlukan adalah
enam minggu atau lebih. Dari keterangan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
dalam memberikan weight training sebaiknya dilakukan tiga kali dalam seminggu
dan diselingi dengan istirahat untuk memberikan kesempatan bagi otot untuk
Latihan beban yang dipakai dalam penelitian ini adalah latihan squat, dan
gerakannya sebagaimana yang sudah diterangkan diatas adalah beban ditaruh pada
bukan full-squat. Full squat yaitu membengkokkan tungkai sampai pantat kena
tumit, gerakan ini tidak dianjurkan oleh karena hal ini dapat menimbulkan atau
menimbulkan cidera pada struktur bagian dalam dan penyanggah sendi lutut
sebagai akibat dari stress pada ligamentum dan cartilago (tulang rawan) lutut
yang berlebihan. Untuk melakukan squat agar tidak terlalu rendah, dapat pula
Pada gerakan half - squat ini otot-otot yang terlatih adalah terutama otot-
209 – 210).
menyusun acara latihan dengan sebaik – baiknya. Acara latihan yang baik adalah
yang teratur, sistematis, bertahap serta kontinyu sepanjang tahun dan dilakukan
Menyusun suatu acara latihan yang teratur dan betahap yang perlu
diangkat dalam satu session latihan. Volume latihan yang disusun harus berisikan
bentuk – bentuk motor teknik (skills) ; 3) Latihan kemampuan fisik yang menjurus
kearah spesialisasi.
28
Banyak pelatih kita yang gagal dalam memberikan latihan yang cukup
berat kepada yang tidak mau atau tidak berani melakukan latihan – latihan yang
cukup berat, yang melebihi ambang rangsangnya. Hal ini merupakan beban kerja,
(harsono, 1986:40).
Kekeliruan yang umum dilakukan oleh banyak pelatih – pelatih kita adalah
bahwa hal ini akan terus membawa pemain dalam alam berpikir tentang
latihannya. Artinya segala sesuatu yang diberikan kepadanya dalam latihan tadi,
akan teru berdengung dalam alam pikirannya, oleh karena itu salah satu kunci
yang penting dalam melatih atau mengajar adalah hentikan latihan atau pelajaran
pada saat yang tepat. Yaitu saat dimana pemain masih belum puas akan pelajaran
atau latihan yang diberikan, sehingga dengan demikian hari latihan berikutnya
karena pemain akan memandang setiap latihan suatu siksaan. Habis latihan,
habis, puas hubungan dengan hal – hal yang berhubungan dengan latihan tadi.
Hari – hari latihan berikutnya, dilihat dengan perasaan enggan dan jenuh. Kalau
hal ini terjadi, sebagai pelatih sebenarnya telah gagal dalam memberikan
Oleh karena itu, belum tentu seorang pemain pergi kelapangan disebabkan oleh
Latihan ini adalah latihan yang dilakukan dengan gerakan menekan lutut
dalam- dalam, dengan berat beban yang diangkat tetap dan kecepatan gerakannya
Sikap awal.
Barbel diangkat diatas bahu, berdiri tegak, kedua kaki kira- kira berjarak
12 – 14 inchi.
Gerakan :
Dengan menarik nafas dalam, jongkok pelan- pelan sampai paha sejajar
Kelebihannya yaitu :
Kekurangannya yaitu :
Latihan ini pada dasarnya sama dengan latihan sebelumnya , akan tetapi
yang membedakan adalah berat beban yang diangkat bertambah dan kecepatan
gerakan tetap.
Sikap awal.
Barbel diangkat diatas bahu, berdiri tegak, kedua kaki kira- kira berjarak
12 – 14 inchi.
Gerakan.
Dengan menarik nafas dalam, jongkok pelan- pelan sampai paha sejajar
Kelebihannya yaitu
Kekurangannya yaitu
Bentuk latihan squat antara volume tetap intensitas bertambah dan volume
Secara anatomis gerakan dan otot-otot utama yang terlibat secara langsung
dalam latihan yaitu otot tungkai atas sampai tungkai bawah. Otot tungkai atas
antara lain otot tensor fascialatae, otot adduktor paha, otot gluteus maksimus, otot
vastus medialis (paha medial), otot vastus lateralis (paha lateral), tendon rectus
memoris. Sedangkan otot tungkai bawah antara lain : tendon sartorius, otot
digitorum longus, kepala otot grastoknemius, ektensor atas, tendon ektensor untuk
jari kaki, retikula bawah, tendon akhiles, kalkaneus dan tendon ektensor untuk jari
Dengan daya tahan otot tungkai yang dimiliki akan menambah kecepatan
waktu berlari, dengan bola maupun tanpa bola dan agar supaya otot tidak cepat
2.1.8.1 Analisa Latihan Squat Volume Tetap Intensitas Bertambah Terhadap Daya
latihan.
dimaksud yaitu berat beban latihan. Intensitas suatu kerja didasarkan atas
Jadi dalam kedua latihan diatas, kerja yang dilakukan oleh kaki hanya
menekuk lutut kemudian berdiri lagi dan seterusnya. Dilihat dari mekanika gerak,
maka, maka kerja kaki dalam kedua latihan diatas adalah kearah vertikal.
33
Gambar 5
Squat (M.Sajoto,1988. Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga : 139)
2.2 Hipotesis.
bertambah dan volume bertambah intensitas tetap terhadap daya tahan otot
Tahun 2005.
BAB III
METODE PENELITIAN
penelitian dalam suatu penelitian harus tepat dan mengarah pada tujuan penelitian,
dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Sutrisno Hadi (1993 : 427)
mengatakan bahwa eksperimen adalah suatu metode yang paling tepat untuk
metode yang diberikan atau menggunakan suatu gejala yang dinamakan latihan
untuk menyelidiki hubungan sebab akibat antara dua faktor yang sengaja
subject design atau M-S. Sutrisno Hadi mengatakan bahwa matced subject sudah
tentu sekaligus sebagai group matching, karena hakekat subject matching adalah
34
35
mempunyai tiga cara pairing, yaitu nominal pairing, ordinal pairing dan
kombinasi. Penelitian ini menggunakan eksperimen pola M-S dengan cara ordinal
3.1.1 Populasi.
mempunyai satu sifat yang sama (Sutrisno Hadi, 1994:220). Populasi adalah
ini adalah seluruh individu yang akan dijadikan sebagai objek penelitian dan
keseluruhan dari individu itu harus memiliki satu sifat yang sama. Populasi dalam
penelitian ini berjumlah 115 anak yang merupakan siswa Lembaga Pendidikan
berikut:
Semarang tahun 2005, yang mempunyai sifat yang hampir sama yaitu jenis
b. Mereka sudah mendapatkan latihan yang sama, sesuai dengan bentuk latihan
3.1.2 Sampel.
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Suharsimi
Arikunto, 1996:117). Apabila populasi mempunyai jumlah lebih dari 100 maka
bisa diambil 25% dan apabila kurang dari 100 maka populasi dapat dijadikan
sampel semuanya.
sampel tidak ada ketentuan yang baku atau rumus yang pasti. Pendapat lain yang
mengatakan bahwa sebenarnya tidaklah ada suatu ketepatan yang mutlak berapa
sampling dengan cara undian, dikatakan random sampling sebab dalam pemilihan
sampel, semua individu diberi kesempatan yang sama untuk menjadi sampel
37
dalam penelitian ini, dalam random sampling semua individu dalam populasi baik
secara sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi hak atau kesempatan yang sama
Dari uraian tersebut diatas maka yang ditetapkan menjadi sampel dalam
3.1.3 Variabel.
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu: variabel bebas dan variabel
terikat.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah latihan squat antara volume
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah daya tahan otot tungkai.
pola atau rencana yang dibuat peneliti sebagai ancar-ancar kegiatan yang akan
dilaksanakan. Berikut adalah pola atau rencana penelitian yang peneliti buat agar
Tabel 2
Rancangan Penelitian Pre-Test;Treatment;Post-Test
Pre-Test Treatment Post-Test
Eksperimen I 0 X 0
Eksperimen II 0 X 0
Sumber : (Suharsimi, 1996 : 86).
yang memberikan atau menggunakan gejala yang disebut latihan. Ditambah pula
gejala yang muncul, diamati dan dikontrol secermat mungkin sehingga dapat
diawali dengan pemberian perlakuan subjek akan diakhiri dengan tes perlakuan
tersebut untuk menguji kebenarannya. Salah satu tugas yang penting dalam
tersebut. Metode eksperimen merupakan salah satu metode yang paling tepat
untuk menyelidiki hubungan antara sebab akibat itu (Sutrisno Hadi, 1993:427).
by subjects sudah tentu sekaligus juga group matching, karena hakekat matching
pelaksanaan latihan.
Waktu penelitian ini dilaksanakan mulai dari pukul 14.30 WIB sampai
dengan selesai yang dilaksanakan mulai bulan Juni sampai bulan Juli 2005 yaitu
adalah barbel, timbangan, dan sebidang tempat yang datar atau sebuah ruangan
yang datar.
14.30 WIB sampai dengan selesai dan dilaksanakan mulai dari bulan Juni sampai
Juli 2005.
40
Arikunto, 1996 : 137). Dalam penelitian ini instrumen yang dipakai adalah tes
squat jump. Adapun tujuannya adalah untuk mengetahui dan mengukur siswa
coba.
menyamakan tingkat kemampuan anak coba. Tes awal yang digunakan adalah
squat jump. Sehingga dapat diketahui perbedaan hasil yang dicapai anak coba
Tes awal dilakukan pada seluruh sampel yaitu siswa Lembaga Pendidikan
diperoleh dari tes ini dipasangkan (matching) sehingga didapat dua kelompok
berat badan, berat badan dikalikan 15% yang bertujuan untuk menentukan berat
awal yang harus diangkat oleh anak coba karena kemampuan anak berbeda-beda,
pelaksanaan tes pengukuran berat badan, anak coba dipanggil satu persatu diukur
Dalam penelitian ini instrumen yang dipakai adalah tes kemampuan squat
jump. Semua gerakan yang benar saja yang harus dihitung. Penilaiannya jumlah
gerakan squat jump yang benar yang dilakukan oleh anak coba.
pelaksanaan latihan dalam usaha untuk memperoleh hasil yang optimal terhadap
hasil daya tahan otot tungkai. Dalam penelitian ini ditetapkan sebanyak 18 kali
pertemuan terdiri dari 16 kali pertemuan untuk latihan atau perlakuan, 1 kali
untuk pre-test dan 1 kali untuk post-test, setiap minggunya dilakukan sebanyak 3
kali latihan, yaitu selasa, kamis, minggu yang dimulai dari pukul 14.00 WIB –
selesai.
Dalam latihan ini menggunakan beban luar (outer load) yaitu bentuk
bahan latihan yang ditandai dengan adanya ciri – ciri tertentu yang dapat dilihat
oleh mata. Volume atau berat beban dalam latihan ini sebesar 25 % berat badan
penting untuk menjaga agar tidak terjadi overtraining dan proses adaptasi atlet
atau semua ciri – ciri loading, seperti : volume, intensitas dan lain – lain.
(1986:21).
42
jangan dilakukan setiap kali latihan sebaiknya dua atau tiga kali latihan baru
dinaikkan. Bagi si atlet masalah ini sangat penting, karena ada kesempatan untuk
tanggal 15 Juni sampai dengan 26 Juli 2005. Dalam pelaksanaan ini dibagi
menjadi 3 bagian yaitu latihan pendahuluan atau pemanasan, latihan inti atau
menyiapkan organ-organ tubuh dan lokomotor untuk kegiatan fisik yang berat
latihan, yang bertujuan untuk : (a) Untuk menyiapkan kondisi fisik dan mental. (b)
kaku pada otot-otot dan persendian. (d) Untuk menaikkan suhu tubuh. (e) Untuk
Latihan pemanasan biasanya terdiri atas tiga bagian yaitu : 1) Lari pelan –
pelan (jogging) kira – kira 10 menit ; 2) Latihan gerak senam, dalam latihan
dilakukan dengan gerakan – gerakan mirip event yang akan dihadapi. (Harsono,
1986 : 34).
yang telah disusun. Dalam latihan ini program latihan yang diberikan untuk
3.3.2.3 Penenangan.
diadakan tes akhir, pelaksanaan tes akhir sama dengan pelaksanaan tes awal. Tes
yang digunakan pada tes akhir sebagaimana tes awal yaitu squat jump. Tujuan
dari tes akhir adalah untuk mengetahui hasil yang telah dicapai anak coba selama
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : alat tulis dan kertas,
daftar absen, timbangan, barbel. Fasilitas yang digunakan ruangan atau sebidang
apabila cuaca khususnya panas berada dilapangan dan apabila cuaca hujan latihan
di dalam ruangan.
baik sebelum pemberian materi latihan. Anak coba diberi penjelasan mengenai
gerakan latihan tersebut agar anak coba dapat menirukan, koreksi terhadap
kesehatannya. Maka itu diberi penjelasan agar anak coba senantiasa menjaga
dalam melakukan latihan, cara yang ditempuh adalah mengawasi dan mengontrol
setiap anak coba melakukan latihan, agar dalam melakukan latihan dengan
kesungguhan hati, disamping itu juga diberikan motivasi bahwa hasil dari latihan
tersebut merupakan salah satu nilai ekstrakurikuler yang harus dipenuhi dalam
semester ini.
Dalam penelitian ini, baik dalam tes maupun pemberian materi latihan
penelitian sudah dalam keadaan siap, sehingga latihan dapat berjalan dengan
lancar.
kesalahan dalam latihan masih ada. Untuk itu diadakan koreksi secara langsung
bagi anak yang coba melakukan kesalahan dan koreksi secara klasikal setelah
mengatasi hal ini diusahakan memberikan pengertian anak coba agar tidak
itu berhasil atau tidak, dan analisis data penelitian ini akan dapat ditarik
kesimpulan.
Kedua rumus tersebut adalah rumus panjang dan rumus pendek. Karena
dengan menggunakan kedua rumus tersebut akan memperoleh hasil yang sama,
maka penulis memilih rumus yang pendek yang lebih singkat dan efisien untuk
persiapan perhitungan statistik dengan pola M-S (mached by design). Rumus t-test
tersebut adalah :
MD
t=
∑d 2
N ( N − 1)
Keterangan :
ΣD
MD =
N
47
Keterangan :
MD = Mean difference.
ini adalah :
1. Apabila nilai t yang diperoleh dari perhitungan statistik itu sama atau lebih
besar dari nilai t dalam tabel berarti signifikan, maka hipotesisi nihil ditolak.
2. Apabila nilai t yang diperoleh dari perhitungan statistik itu lebih kecil dari
nilai t dalam tabel berarti tidak signifikan, maka hipotesis nihil diterima.
BAB IV
Hasil penelitian hasil pengukuran daya tahan otot tungkai pada pemain
menggunakan alat test Squat jump. Data diambil sebelum dan sesudah latihan
squat dengan volume tetap intensitas bertambah pada kelompok eksperimen 1 dan
Hasil test daya tahan otot tungkai sebelum mengikuti latihan pada
kelompok eksperimen 1 dengan rata-rata 38,9 kali dengan standar deviasi 6,16.
Dari 20 pemain ternyata paling kecil 30 kali dan paling besar sebanyak 54 kali.
Pada kelompok 2, rata-rata squat jump sebesar 39 kali dengan standar deviasi
6,30. Dari 20 pemain ternyata paling kecil mampu melakukan 30 kali dan paling
Tabel 3
Rangkuman Analisis Data Daya Tahan Otot Tungkai sebelum Latihan
48
49
Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa rata-rata daya tahan otot tungkai
pada kelompok 1 tidak jauh berbeda dengan daya tahan otot tungkai pada
60
Eksperimen 1
Frekuensi Squat Jump
50
Eksperimen 2
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Pemain
Gambar 6
Hasil pre test daya tahan otot tungkai antara kelompok eksperimen 1 dan 2.
Berdasarkan tabel dan grafik di atas terlihat bahwa kecepatan daya tahan
otot tungkai sebelum latihan dari kedua kelompok relatif sama. Hasil ini dapat
dilihat dari hasil uji t yang diperoleh t hitung = 0,33. Pada taraf signifikansi 5%
pada dk = 38 diperoleh ttabel = 2,02. Karena thitung (0,33) berada pada daerah
peneriman Ho antara -2,02 – 2,02 yang berarti tidak ada perbedaan hasil squat
jump atau daya tahan otot tungkai antara kelompok 1 dan kelompok 2.
Hasil test daya tahan otot tungkai setelah mengikuti latihan squat dengan
squat 61,2 kali dengan standar deviasi 6,36. Dari 20 pemain ternyata kemampuan
terendah 52 kali dan terbesar 79 kali. Untuk pemain yang mengikuti latihan squat
Tabel 4
Rangkuman analisis data Daya tahan otot tungkai Setelah Latihan
atau daya tahan otot tungkai kelompok 1 juga tidak jauh berbeda dengan
90
80
Frekuensi Squat Jump
70
60
50
40
30
20 Kelompok 1
10 Kelompok 2
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Responden
Gambar 7
Hasil Post test daya tahan otot tungkai antara Kelompok
Eksperimen 1 dan Eksperimen 2
51
Berdasarkan tabel dan grafik di atas terlihat bahwa daya tahan otot tungkai
antara kedua kelompok hampir sama. Simpulan ini didukung oleh hasil uji t
= 2,02. Karena thitung (-0,35) berada pada daerah peneriman Ho antara -2,02 –
2,02 yang berarti tidak ada perbedaan daya tahan otot tungkai antara kelompok 1
dan kelompok 2.
4.1.3 Uji Peningkatan Daya Tahan Otot Tungkai setelah Latihan Squat.
eksperimen 2 terjadi peningkatan daya tahan otot tungkai yang signifikan. Hal ini
terbukti dari hasil uji peningkatan menggunakan t-test seperti pada tabel 5.
Tabel 5
Hasil uji peningkatan daya tahan otot tungkai setelah mengikuti
latihan squat volume tetap intensitas bertambah dan
volume bertambah intensitas tetap
-2,09 2,09
52
1 sebesar 72,54 dan untuk kelompok eksperimen 2 sebesar 72,71. Kedua nilai
thitung tersebut berada pada daerah penolakan Ho yaitu di luar (2,09) dengan dk =
19 yang berarti secara nyata terjadi peningkatan daya tahan otot tungkai dari
daya tahan otot tungkai dari kedua kelompok relatif sama. Hal ini ditunjukkan dari
uji t diperoleh thitung sebesar –0,48 pada interval –2,02 sampai 2,02 yang berarti
Ho diterima (tidak ada perbedaan peningkatan daya tahan otot tungkai antara
latihan squat antara volume tetap intensitas bertambah dan volume bertambah
intensitas tetap, terhadap daya tahan otot tungkai pada pemain sepakbola Lembaga
hasil latihan squat antara volume tetap intensitas bertambah dan volume
bertambah intensitas tetap, terhadap daya tahan otot tungkai pada pemain
2005. Diterima.
53
100
Pre test Eksperimen 1
90 Post test Eksperimen 1
80 Pre test Eksperimen 2
Hasil Squat Jump
60
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Responden
Gambar 8
Peningkatan kecepatan daya tahan otot tungkai pada Kelompok
Eksperimen 1 dan Eksperimen 2
Hasil penelitian dan analisis data menunjukkan bahwa pada kondisi awal
sebelum diberikan latihan squat jump pada pemain sepakbola LPSB Sambirejo
Selection Semarang Semarang 2005, daya tahan otot tungkai antara kelompok
eksperimen 1 dan eksperimen 2 tidak berbeda nyata, terbukti dari hasil t-test
diperoleh thitung sebesar -0,35 pada daerah penerimaan Ho (-2,02 sampai dengan
2,02). Rata-rata daya tahan otot tungkai pada kelompok 1 mencapai 38,9 kali dan
61,2 kali dan pada kelompok eksperimen 2 mencapai 61 kali. Peningkatan daya
tahan otot tungkai pada kelompok eksperimen 1 mencapai 56,6% sedangkan pada
peningkatan daya tahan otot tungkai dari kedua kelompok relatif sama, terbukti
dari hasil uji t diperoleh thitung sebesar –0,48 pada interval daerah penerimaan Ho
(-2,02 –2,02).
kecil dari pada t tabel yaitu – 0,48 < 2,093. jadi tidak ada perbedaan latihan squat
tetap terhadap daya tahan otot tungkai pada lembaga pendidikan sepakbola
sambirejo selection semarang tahun 2005. Atau bisa dikatakan peningkatan daya
tahan otot tungkai setelah mengikuti latihan squat volume tetap intensitas
bertambah sama dengan peningkatan daya tahan otot tungkai volume bertambah
latihan squat jump pada pemain sepakbola LPSB Sambirejo Selection Semarang
Semarang 2005, daya tahan otot tungkai antara kelompok eksperimen 1 dan
eksperimen 2 tidak berbeda nyata, terbukti dari hasil t-test diperoleh thitung sebesar
-0,35 pada daerah penerimaan Ho (-2,02 sampai dengan 2,02). Rata-rata daya
tahan otot tungkai pada kelompok 1 mencapai 38,9 kali dan kelompok 2 dengan
rata-rata 39 kali.
55
4.2 Pembahasan.
61,2 kali dan pada kelompok eksperimen 2 mencapai 61 kali. Peningkatan daya
tahan otot tungkai pada kelompok eksperimen 1 mencapai 56,6% sedangkan pada
peningkatan daya tahan otot tungkai dari kedua kelompok relatif sama, terbukti
dari hasil uji t diperoleh thitung sebesar –0,48 pada interval daerah penerimaan Ho
(-2,02 –2,02).
karena adanya bentuk latihan squat jump secara kontinyu. Pada penelitian ini
latihan squat selama 16 kali pertemuan. Pada setiap latihan squat dilakukan secara
Dengan adanya perubahan volume atau jumlah beban pada latihan squat
berpengaruh terhadap peningkatan daya tahan otot tungkai pemain sepakbola. Hal
ini sesuai dengan pendapat M Sajoto (1995) yang menyatakan bahwa sejak otot
dengan program weight training. Bila kekuatan dan daya tahan sudah bertambah
56
dan program latihan berikutnya dilakukan dengan beban yang tetap atau sama,
maka tidak lagi dapat menambah kekuatan. Oleh karena itu perlu penambahan
beban. Penambahan beban dilakukan bila otot sedang dilatih belum merasakan
letih pada suatu set dengan repetisi yang ditentukan. Prinsip penambahan beban
intensitas bertambah terjadi peningkatan daya tahan otot tungkai para pemain.
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat M. Sajoto, 1995 : 30-33 yang
beberapa hal yang perlu diperhatikan dan merupakan suatu pedoman yang harus
dipakai diantaranya adalah jumlah beban, repetisi dan frekuensi lama latihan
(intensitas latihan).
dan lama latihan. Intensitas latihan menyatakan beratnya latihan dan merupakan
faktor utama yang mempengaruhi efek latihan terhadap faal tubuh, makin berat
Dengan latihan paling sedikit tiga hari per minggu paling baik untuk
seseorang akan menurun setelah 48 jam tidak melakukan latihan. Jadi kita
penelitian ini juga menunjukkan hal yang serupa. Dengan latihan squat selama 16
kali pertemuan dengan 3 kali per minggu, menghasilkan peningkatan daya tahan
Hasil daya tahan otot tungkai dari kedua kelompok relatif sama. Hal ini
dengan empat hari latihan. Dari penelitian juga terlihat bahwa dua kali latihan
hasilnya sedikit lebih baik dari pada empat hari latihan. Dari penelitian juga
terlihat bahwa dua kali latihan per minggu tidak efektif untuk menaikkan olahraga
prestasi dan juga olahraga kesehatan. Jadi, jika kita melakukan olahraga dua hari
per minggu, maka hasilnya hanya sedikit lebih baik dari pada tidak melakukan
BAB V
5.1 Simpulan
sebagai berikut :
volume bertambah intensitas tetap terhadap daya tahan otot tungkai pada
2. Daya tahan otot tungkai setelah mengikuti squat dengan volume tetap
peningkatan
5.2 Saran
melihat motivasi saat mengikuti latihan, sehingga dapat diketahui secara jelas
hasil yang terbaik untuk meningkatkan daya tahan otot tungkai pada pemain
sepakbola.
58