Anda di halaman 1dari 71

PERBEDAAN HASIL LATIHAN SQUAT ANTARA VOLUME TETAP

INTENSITAS BERTAMBAH DAN VOLUME BERTAMBAH


INTENSITAS TETAP TERHADAP DAYA TAHAN OTOT
TUNGKAI PADA LEMBAGA PENDIDIKAN SEPAK
BOLA SAMBIREJO SELECTION
SEMARANG TAHUN 2005

SKRIPSI

Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata 1


Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Oleh :

Nama : Muhammad Bisri


NIM : 6250401054
Jurusan : Ilmu Keolahragaan
Fakultas : Ilmu Keolahragaan

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2005

i
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan sidang panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, pada :

Hari :
Tanggal :
Pukul :
Tempat :

Ketua Sekretaris

Drs. Sutardji, M.S Drs. Taufiq Hidayah, M.Kes


NIP. 130 523 506 NIP. 132 050 000
Dewan Penguji

1. Drs. Said Junaidi, M.Kes (Ketua)


NIP. 132 086 678

2. Drs. Musyafari Waluyo, M.Kes (Anggota)


NIP. 130 523 505

3. Drs. Djanu Ismanto, M.S (Anggota)


NIP. 131 571 558

ii
iii
SARI

Muhammad Bisri. 2005. Perbedaan Hasil Latihan Squat Antara Volume tetap
Intensitas Bertambah dan Volume Bertambah Intensitas Tetap terhadap Daya Tahan
Otot Tungkai pada Lembaga Pendidikan Sepakbola Sambirejo Selection Semarang
2005. Skripsi Jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan UNNES.

Kata Kunci : Latihan squat volume tetap intensitas bertambah dan volume bertambah
intensitas tetap, daya tahan otot tungkai.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil latihan squat
antara volume tetap intensitas bertambah dan volume bertambah intensitas tetap terhadap
daya tahan otot tungkai pada pemain sepakbola Sambirejo Selection Semarang.
Populasi penelitian berjumlah 115 anak dan sampel dalam penelitian ini adalah 40
pemain sepakbola Sambirejo Selection. Variabel yang diteliti adalah daya tahan otot
tungkai yang diambil dengan tes squat. Data dianalisis dengan uji t.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan daya tahan otot tungkai
setelah mengikuti latihan squat antara volume tetap intensitas bertambah dan volume
bertambah intensitas tetap terhadap daya tahan otot tungkai pada pemain sepakbola
Sambirejo Selection Semarang tahun 2005, ditunjukkan dari uji t dengan thitung untuk
kelompok ekperimen 1 (volume tetap intensitas bertambah) sebesar 72,54 > ttabel (2,02)
dan untuk kelompok 2 (volume bertambah intensitas tetap) sebesar 72,71> ttabel (2,02).
Pada kelompok eksperimen 1 terjadi peningkatan sebesar 56,6% dan kelompok eksperimen
2 sebesar 57,2%. Hasil uji perbedaan menunjukkan tidak adanya perbedaan peningkatan
daya tahan otot tungkai pada pemain sepakbola LPSB Sambirejo Selection Semarang
tahun 2005, ditunjukkan dari uji t dengan thitung sebesar -0,48 pada daerah penerimaan Ho
(-2,02 sampai dengan 2,02)
Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara latihan
squat volume tetap intensitas bertambah dan volume bertambah intensitas tetap terhadap
daya tahan otot tungkai pada pemain sepakbola LPSB Sambirejo Selection Semarang
untuk dapat meningkatkan latihan squat dengan menggunakan metode diatas agar
diperoleh peningkatan daya tahan otot tungkai. Kepada peneliti lain dapat menambah
variasi perlakuan dan melihat motivasi soal mengikuti latihan, sehingga dapat diketahui
secara jelas volume dan intensitas yang paling efektif meningkatkan daya tahan otot
tungkai pemain.

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :
Rasulullah SAW bersabda : “ Jadilah kamu orang pandai, pelajar, pendengar dan
pencinta. Dan janganlah kamu menjadi orang kelima sebab kamu akan binasa “ (H.R Al -
Baihaqy).

Persembahan :

Skripsi ini kupersembahkan kepada :

‰ Bapak dan Ibuku tercinta

‰ Adik – adikku tersayang yang selalu memberikan


dukungan.

‰ Teman-teman seperjuangan.

‰ Almamater FIK Universitas Negeri Semarang

v
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya , sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi dengan judul “ Perbedaan Latihan Squat antara Volume tetap Intensitas

bertambah dan Volume bertambah Intensitas tetap terhadap Daya tahan otot tungkai pada

siswa Lembaga Pendidikan Sepak Bola Sambirejo Selection Tahun 2005”

Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini atas bantuan dari berbagai

pihak, untuk itu dengan rasa rendah hati penulis menyampaikan rasa terima kasih sedalam-

dalamnya kepada :

1. Bapak Rektor Universitas Semarang yang telah menerima sebagai mahasiswa.

2. Bapak Drs. Sutardji, M.S, Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Semarang

yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Djanu Ismanto, MS, Ketua Jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu

Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan petunjuk dalam

penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Drs. Musyafari Waluyo, M.Kes, Pembimbing I yang telah memberikan petunjuk

dan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Drs. Djanu Ismanto, MS, Pembimbing II yang telah memberikan petunjuk dan

bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak Ketua Lembaga Pendidikan Sepak Bola Sambirejo Selection Semarang yang

telah memberikan ijin penelitian dalam penulisan skripsi ini.

vi
7. Bapak Gawang Setiawan, Pelatih Lembaga Pendidikan Sepak Bola Sambirejo

Selection yang telah membantu penulis dalam memberikan dorongan dan motivasi

kepada siswa.

8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang yang

banyak memberikan ilmu keolahragaan serta mendorong dan memberikan bantuan

dalam penelitian ini.

9. Para Siswa Lembaga Pendidikan Sepak Bola Sambirejo Selection yang telah bersedia

menjadi sampel dalam penelitian ini.

10. Teman-teman angkatan 2001 yang telah banyak membantu penulisan skripsi ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah membantu

dalam penelitian dan penyelesaian skripsi ini.

Semoga segala bantuan yang Bapak, Ibu serta Saudara berikan mendapat pahala

dan balasan dari Allah SWT.

Akhir kata penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat memberikan

sumbangan bagi kemajuan dan perkembangan olahraga pada umumnya dan sepak bola

pada khususnya.

Semarang, Oktober 2005

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

SARI ................................................................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN.................................................................... v

KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1


1.1 Alasan Pemilihan Judul....................................................... 1
1.2 Permasalahan ...................................................................... 6
1.3 Penegasan Istilah................................................................. 6
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................... 8
1.5 Manfaat Penelitian .............................................................. 9

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS ........................................ 10


2.1 Landasan Teori ................................................................... 10
2.1.1 Kondisi Fisik ......................................................... 10
2.1.2 Daya Tahan (Endurance) .................................... 14
2.1.3 Permainan Sepakbola............................................. 19
2.1.4 Latihan Beban (Weight Training) ......................... 22

viii
2.1.5 Volume Latihan .................................................... 27
2.1.6 Intensitas Latihan .................................................. 28
2.1.7 Bentuk – bentuk Latihan Squat.............................. 29
2.1.8 Kerangka Berpikir ................................................. 31
2.2 Hipotesis.............................................................................. 33
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 34
3.1 Metode Penentuan Obyek Penelitian..................................... 35
3.2 Metode Pengumpulan Data ................................................... 38
3.3 Instrumen Penelitian .............................................................. 40
3.4 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Penelitian .................... 44
3.5 Metode Analisis Data ............................................................ 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 48
4.1 Hasil Penelitian ................................................................... 48
4.2 Pembahasan ......................................................................... 55

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 58


5.1 Simpulan ............................................................................. 58
5.2 Saran ................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 59
LAMPIRAN-LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Bagan Kebutuhan Tiga Jenis Endurance dalam Cabang Olahraga ..... 15

2. Rancangan Penelitian Pre – Test; Treatment; Post Test ...................... 38

3. Rangkuman Analisis Data Daya Tahan Otot Tungkai Sebelum

Latihan .................................................................................................. 48

4. Rangkuman Analisis Data Daya Tahan Otot Tungkai Setelah

Latihan .................................................................................................. 50

5. Hasil Uji Peningkatan Daya Tahan Otot Tungkai Setelah Mengikuti

Latihan Squat Volume Tetap Intensitas Bertambah dan Volume

Bertambah Intensitas Tetap .................................................................. 51

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Stuktur Otot Tungkai dari Sisi Depan ................................................. 17

2. Stuktur Anatomi Otot Tungkai dari Sisi Belakang............................... 17

3. Stuktur Anatomi Otot Tungkai Atas dari Sisi Depan ........................... 18

4. Urutan Pemberian Latihan pada Otot – Otot Utama ............................ 24

5. Squat ................................................................................................... 33

6. Hasil Pre Test Daya Tahan Otot Tungkai antara Kelompok Ekperimen

1 dan 2 .................................................................................................. 49

7. Hasil Post Test Daya Tahan Otot Tungkai antara Kelompok Ekperimen

1 dan 2 .................................................................................................. 50

8. Peningkatan Kecepatan Daya Tahan Otot Tungkai antara Kelompok

Ekperimen 1 dan 2 .............................................................................. 53

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Usulan Tema Skripsi............................................................................. 60

2. Usulan Penetapan Pembimbing ........................................................... 61

3. Surat Keputusan Penetapan Pembimbing ............................................. 62

4. Permohonan Ijin Penelitian................................................................... 63

5. Jadwal Penelitian .................................................................................. 64

6. Pelaksanaan Latihan Kelonpok Eksperimen dan Kelonpok Kontrol ... 65

7. Petugas dalam Penelitian ..................................................................... 68

8. Daftar Nama Sampel dan Berat Badan ................................................ 69

9. Hasil Tes Awal .................................................................................... 70

10. Hasil Matching...................................................................................... 72

11. Daftar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ........................ 74

12. Hasil Tes Akhir..................................................................................... 75

13. Data Hasil Pre - Test............................................................................. 77

14. Data Hasil Post - Test ........................................................................... 78

15. Uji Peningkatan Pre - Test ke Post - Test Kelompok Eksperimen 1.... 79

16. Uji Peningkatan Pre - Test ke Post - Test Kelompok Eksperimen 2.... 80

17. Uji Perbedaan Peningkatan Pre - Test ke Post - Test antara Kelompok

Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 .......................................................... 81

xii
18. Perhitungan Statistik T – Test terhadap Hasil Pre – Test .................... 82

19. Perhitungan Statistik T – Test terhadap Hasil Post – Test .................... 83

20. Surat Keterangan Penelitian ................................................................ 84

21. Tabel – tabel Nilai T ............................................................................. 85

22. Dokumentasi Penelitian ....................................................................... 86

xiii
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul.

Perkembangan olahraga di Indonesia dewasa ini terasa semakin maju, hal

ini tidak terlepas dari peran serta masyarakat yang yang semakin sadar dan

mengerti arti penting serta fungsi olahraga itu sendiri. Disamping itu perhatian

serta dukungan pemerintah juga menunjang perkembangan olahraga di Indonesia.

Manusia dalam melaksanakan olahraga mempunyai tujuan yang berbeda-

beda. Ada empat dasar yang menjadi tujuan seseorang melakukan kegiatan

olahraga. Pertama, mereka yang melakukan kegiatan olahraga hanya untuk

rekreasi. Kedua, mereka yang melakukan kegiatan olahraga untuk tujuan

pendidikan. Ketiga, mereka yang melakukan kegiatan olahraga untuk

penyembuhan penyakit atau pemulihan kesehatan. Keempat, mereka yang

melakukan olahraga untuk sasaran prestasi tertentu, didalam hal ini ilmu-ilmu

pengetahuan yang terkait mengenai ‘manusia’ sebagai objek yang akan diolah

prestasinya agar lebih baik, ditinjau lebih mendalam dan terperinci.

(M.Sajoto,1995 : 1-2).

Upaya peningkatan prestasi dalam bidang olahraga sebagai sarana yang

ingin dicapai dalam pengembangan dan pembinaan olahraga di Indonesia

membutuhkan waktu yang cukup lama. Proses latihan dilakukan dari usia muda

dan dilaksanakan secara terus menerus sampai mencapai usia puncak. Usaha

untuk mencapai prestasi yang diinginkan memerlukan perhitungan secara masak

1
2

dengan suatu usaha pembinaan dan pembibitan secara dini, serta melalui

pendekatan ilmiah dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terkait.

Ditegaskan dalam GBHN TAP MPR RI No. II/MPR/1999, bahwa :

Pembinaan dan pengembangan olahraga merupakan bagian upaya peningkatan

kualitas manusia diarahkan pada peningkatan manusia untuk meningkatkan

kesehatan jasmani, mental dan rohani masyarakat serta ditujukan untuk

pembentukan watak dan kepribadian disiplin dan sportifitas yang tinggi serta

peningkatan prestasi yang dapat meningkatkan rasa kebanggaan nasional.

Olahraga dalam kegiatan manusia sangat penting, karena melalui olahraga

dapat dibentuk manusia yang sehat jasmani dan rohani serta mempunyai watak

kepribadian, disiplin dan sportivitas, yang pada akhirnya membentuk manusia

yang berkualitas.

Salah satu cabang olahraga yang dewasa ini semakin populer di Indonesia

adalah sepakbola. Sepakbola merupakan cabang olahraga yang digemari oleh

semua lapisan masyarakat, baik di kota, di desa, bahkan sampai kepelosok penjuru

tanah air dari mulai anak-anak sampai orang dewasa.

Permainan sepakbola merupakan cabang olahraga permainan beregu atau

tim, maka suatu tim atau kesebelasan yang baik, kuat, tangguh adalah kesebelasan

yang mampu menyelenggarakan permainan yang kompak. Artinya mempunyai

kerja sama tim yang baik dan tangguh diperlukan pemain-pemain yang dapat

menguasai bagian-bagian dari bermacam-macam teknik dasar dan terampil

melaksanakan permainan sepakbola. Dengan demikian seorang pemain sepakbola


3

yang tidak menguasai ketrampilan teknik dasar permainan sepakbola, tidaklah

mungkin akan menjadi pemain yang baik (Soekatamsi, 1997 : 27).

Cabang olahraga sepakbola termasuk dalam olahraga pendidikan.

Pelaksanaan olahraga sepakbola dilingkungan pendidikan mempunyai tujuan yang

akan dicapai yaitu (1) Perkembangan Organik. Termasuk unsur-unsur kesegaran

jasmani seperti kekuatan, kelincahan, kecepatan, daya ledak, daya tahan dan lain-

lain, (2) Perkembangan Neuromuscular. Termasuk koordinasi, untuk kerja gerak,

ketrampilan olahraga dan aktifitas gerak lain (Arma Abdullah ,1988 : 11).

Pelaksanaan olahraga pendidikan, dalam hal ini olahraga sepakbola sesuai

dengan tujuan yang telah ditetapkan yaitu dengan meningkatkan kesegaran

jasmani. Dengan kesegaran jasmani yang baik maka usaha untuk meningkatkan

kemampuan belajar akan lebih mudah. Hal ini sesuai dengan pendapat Harsono,

bahwa dengan kesegaran jasmani yang baik bila : (1) Ada peningkatan dalam

kemampuan sistem sirkulasi jantung. (2) Ada peningkatan dalam kekuatan,

kelentukan, stamina, kecepatan, daya tahan dan lain-lain dalam kondisi fisik. (3)

Ada ekonomi gerak yang lebih baik pada waktu latihan. (4) Ada pemulihan yang

lebih cepat dari organisasi tubuh kita bila sewaktu-waktu respon demikian

diperlukan. ( 1988 : 153).

Uraian setiap sesi latihan, juga mempunyai urutan kegiatan tertentu.

Karobov menganjurkan urutan seperti berikut :

1) Teknik / taktik.

2) Kecepatan dan koordinasi.

3) Kekuatan.
4

4) Daya Tahan.

Sedangkan pembagian setiap latihan terdiri atas : (a) Pengenalan (b) Pendahuluan

(c) Inti (d) Penenangan. ( Depdikbud, 1992 : 24).

Dalam kondisi fisik atau kita pakai istilah yang lebih khusus (phisical

fitness), mengandung berbagai unsur yang merupakan kualitas fisik (phisical

qualities ) yang menentukan dalam kegiatan olahraga. Pada umumnya unsur-

unsur tersebut terdiri atas :

1) Speed (kecepatan).

2) Strength (kekuatan).

3) Endurance (daya tahan).

4) Flexibility (kelenturan).

5) Agility (kelincahan).

Unsur-unsur diatas merupakan kualitas fisik yang menentukan untuk

pencapaian hasil dalam olah raga, tidak dapat dilihat sebagai komponen yang

terpisah-pisah. Artinya untuk setiap cabang olahraga komponen-komponen itu

diperlukan dan harus dilatih, namun ada kmponen yang lebih dominan dari

komponen lain. Jika kita analisis kualitas fisik yang diperlukan untuk pemain

sepakbola, disamping tingkat kemampuan teknik yang baik, maka unsur-unsur

seperti kecepatan, daya ledak, kelentukan, kelincahan, daya tahan, dan lain-lain.

Daya tahan dituntut sebab permainan yang memerlukan waktu 90 menit, dengan

kegitan fisik yang terus menerus dan berbagai bentuk gerakan.

Peningkatan kondisi fisik bertujuan agar kemampuan fisik atlet meningkat

ke kondisi puncak dan berguna untuk melakukan aktifitas olahraga dalam

mencapai prestasi maksimal. Memperberat beban latihan dapat ditempuh dengan


5

memperbesar volume, meningkatkan intensitas, memperpendek waktu recovery,

menambah frekuensi dan tempo tinggi. Dapat secara serempak semua cirri

diperberat atau sebagian yang diperberat. Dalam latihan ini masing – masing

kelompok yang diperberat hanya sebagian.

Latihan fisik sangat berguna untuk daya tahan otot, khususnya otot kaki

seperti : otot hamstring, quadriceps, gastrocnemius, soleus, tibialis anterior dan

tibialis posterior. Disamping otot-otot yang disebut diatas, otot-otot bagian atas

juga berperan dalam aktifitas olahraga khususnya sepakbola. Olahraga ini sangat

membutuhkan kondisi fisik ynag baik, salah satunya daya tahan otot lokal (local

endurance), khususnya otot tungkai. Daya tahan otot sangat berperan sekali dalam

cabang olahraga ini, dalam hal ini seberapa besar pengaruh latihan fisik diatas

dapat meningkatkan daya tahan otot tungkai.

Berdasarkan pernyataan diatas maka penulis berminat mengadakan

penelitian mengenai “Pengaruh latihan squat antara volume tetap intensitas

bertambah dan volume bertambah intensitas tetap terhadap daya tahan otot

tungkai pada Lembaga Pendidikan Sepakbola Sambirejo Selection tahun 2005”

Adapun alasan pemilihan judul ini adalah sebagai berikut : 1) Latihan kekuatan

sangat penting untuk menunjang daya tahan otot tungkai. 2) Karena bentuk latihan

squat merupakan latihan untuk otot tungkai. 3) Sepengetahuan penulis belum ada

penelitian dengan judul “ pengaruh latihan squat antara volume tetap intensitas

bertambah dan volume bertambah intensitas tetap terhadap daya tahan otot

tungkai pada Lembaga Pendidikan Sepakbola Sambirejo Selection tahun 2005 ”.


6

1.2 Permasalahan.

Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

Adakah hasil perbedaan latihan squat antara volume tetap intensitas

bertambah dan volume bertambah intensitas tetap terhadap daya tahan otot

tungkai pada Lembaga Pendidikan Sepakbola Sambirejo Selection Semarang

tahun 2005.

1.3 Penegasan Istilah.

Berdasarkan judul penelitian diatas terdapat istilah-istilah yang perlu

dijelaskan untuk menghindari salah penafsiran. Oleh karena itu perlu diberi

batasan-batasan yang jelas. Adapun istilah yang dianggap perlu ditegaskan antara

lain :

1.3.1 Perbedaan.

Perbedaan berarti beda, yaitu sesuatu yang menjadikan berlainan antara

dua hal, selisih (Depdikbud, 1997 : 104).

Adapun perbedaan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu perbedaan

hasil latihan squat antara volume tetap intensitas bertambah dan volume

bertambah intensitas tetap terhadap daya tahan otot tungkai.

1.3.2 Latihan.

Menurut Harsono, latihan yaitu proses yang sistematis dari berlatih atau

bekerja yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kian hari kian menambah

jumlah beban latihan atau pekerjaan. (1988 : 101).


7

1.3.3 Squat

Squat adalah berdiri tegak kaki kangkang selebar bahu, lutut ditekuk

sampai serendah mungkin lalu kembali tegak dengan beban atau tanpa beban.

Gerakan latihan squat adalah sebagai berikut :

1) Sikap awal : Kaki sejajar selebar pinggang dan jari-jari kaki menghadap

sedikit keluar. Palang barbel ditempatkan mellintang dan mempertahankan

pada posisi kedua kaki tangan. Dalam memegang palang barbel, lebar tangan

boleh diubah sesukanya.

2) Gerakan : Membengkokkan lutut dan merendahkan tubuh sampai posisi

setengah jongkok. Dari posisi tersebut, bergerak keatas dengan kuat, menjaga

dada dan kepala teteap tegak dan meluruskan kaki dan pandangan kedepan.

(Sajoto, 1995 : 58).

1.3.4 Volume Latihan.

Volume ialah isi beban latihan yang biasa dinyatakan dengan satuan jarak,

jumlah beberapa elemen bahan latihan, total waktu, berat beban, jumlah set dalam

latihan interval dan cirkuit sebagai ukuran rangsangan. (Suharno H.P, 1986:28)

Volume yang dimaksud adalah berat beban dalam latihan atau berat beban

yang diangkat saat latihan.

1.3.5 Intensitas Latihan.

Intensitas adalah takaran kesungguhan pengeluaran tenaga atlet dalam

melakukan aktifitas jasmani, umpama : tingkatan kecepatan dalam lari, tingkatan

berat beban dalam angkat besi, frekuensi gerakan dalam bermain tali, jarak dan

tinggi dalam latihan lempar serta lompat. (Suharno H.P, 1986:29).


8

Intensitas yang dimaksud adalah kecepatan gerak.

1.3.6 Daya Tahan Otot.

Daya tahan otot adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan

suatu kelompok ototnya untuk berkontraksi terus menerus dalam waktu cukup

lama dengan beban tertentu. (Sajoto, 1988 : 16-17).

1.3.7 Tungkai.

Tungkai adalah kaki atau seluruh kaki dari pangkal paha sampai telapak

kaki.

Tungkai terdiri dari tiga bagian, yaitu :

a) Tungkai atas, yaitu bagian paha dari pangkal paha sampai lutut. Didalam

istilah asing bagian ini biasa disebut thigh atau femur.

b) Tungkai bawah atau bagian betis, yaitu dari lutut sampai dengan pergelangan

kaki. Tungkai bawah ini dalam istilah asing disebut calf atau leg.

c) Kaki, yaitu bagian telapak kaki dan bagian jari kaki. Istilah asingnya foot.

(Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia, 1988 : 973).

1.4 . Tujuan Penelitian.

Sesuai dengan permasalahan yang diajukan, maka tujuan penelitian ini

adalah :

Untuk mengetahui perbedaan hasil latihan squat antara volume tetap

intensitas bertambah dan volume bertambah intensitas tetap terhadap daya tahan

otot tungkai pada Lembaga Pendidikan Sepakbola Sambirejo Selection Semarang

tahun 2005.
9

1.5 Manfaat Penelitian.

Manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini adalah :

1.5.1 Sebagai bahan pertimbangan dalam melatih, khususnya untuk melatih

daya tahan otot tungkai, sehingga akan membantu proses berlatih.

1.5.2 Sebagai bahan tambahan pengetahuan yang dapat digunakan untuk

menyusun program latihan.

1.5.3 Memberi informasi dan kepustakaan sebagai bahan pertimbangan dan

sebagai bahan bacaan.

1.5.4 Sebagai pedoman atau bahan pertimbangan dan juga sebagai dasar

penelitian yang lebih lanjut apabila mengadakan penelitian yang serupa.


10

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Kondisi Fisik

Kondisi fisik adalah suatu persyaratan yang sangat diperlukan dalam usaha

peningkatan prestasi seorang atlet, dapat dikatakan sebagai keperluan dasar yang

tidak dapat ditunda lagi atau ditawar-tawar lagi. (M. Sajoto, 1995:8). Oleh karena

itu sebelum diberikan latihan sepakbola secara baik perlu di tingkatkan dahulu

kemampuan atau kondisi fisik atlet tersebut.

Tubuh manusia pada garis besarnya terdiri dari unsur jasmani dan rohani.

Unsur jasmani dapat dilihat dari sudut pandang yaitu 1) dari segi wujudnya yang

dapat dilihat secara jelas seperti anatomi antropometri. 2) dilihat dari kemampuan

atau kapasitas kerjanya yaitu dari segi faalnya. Dalam hal ini kondisi seseorang

akan dapat diketahui sampai seberapa jauh kemampuannya sebagai pendukung

aktivitas menjalankan olah raga. Keadaan tersebut tidak dapat dilihat secara

langsung seperti pertama, melainkan harus melalui suatu tes, baik laboratorium

maupun tes lapangan.

Komponen kondisi fisik menurut Tudor O. Bompa (1986) sebagai

komponen kesegaran biometrik dimana komponen kesegaran motorik terdiri dari

dua kelompok komponen, masing-masing adalah kelompok kesegaran jasmani

yaitu 1) kesegaran otot, 2) kesegaran kardoivaskuler, 3) kesegaran keseimbangan

jumlah dalam tubuh dan 4) kesegaran kelentukan. Kelompok komponen lain

10
11

dikatakan sebagai kelompok komponen kesegaran motorik yang terdiri dari : 1)

koordinasi gerak, 2) keseimbangan, 3) kecepatan, 4) kelincahan, 5) daya ledak

otot.

Komponen yang dapat dikategorikan sebagai komponen kondisi fisik yaitu

: 1) ketepatan, dan 2) reaksi, apabila komponen koordinasi gerak digabung

kedalam komponen kelincahan, maka ada 10 komponen yang masuk kategori

kondisi fisik, yang mana kesepuluh komponen tersebut dapat diukur keadaannya

melalui suatu tes seperti tersebut diatas (M. Sajoto, 1995 : 8-9). Komponen-

komponen yang dimaksud adalah :

1) Daya Tahan (Endurance), dalam hal ini dikenal dua macam daya tahan,

diantaranya :

a. Daya tahan umum (general endurance), kemampuan seseorang dalam

mempergunakan sistem jantung, paru-paru dan peredaran darahnya secara

efektif dan efisien untuk menjalankan kerja secara terus menerus yang

melibatkan kontraksi sejumlah otot-otot dengan intensitas tinggi dalam

waktu yang cukup lama.

b. Daya tahan otot (local endurance), kemampuan seseorang dalam

mempergunakan ototnya untuk berkontraksi secara terus-menerus dalam

waktu yang relatif lama dengan beban tertentu.

2) Daya otot (muscular power), adalah kemampuan seseorang untuk

mempergunakan kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam waktu yang

sependek-pendeknya. Dalam hal ini dapat dinyatakan bahwa daya otot =

kekuatan (force) × kecepatan (velocity).


12

3) Kekuatan Otot (Strength), adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang

kemampuannya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu

bekerja.

4) Kelenturan (Flexibility), efektifitas seseorang dalam penyesuaian diri untuk

segala aktifitas dengan penguluran tubuh yang luas. Hal ini akan sangat

mudah ditandai dengan tingkat fleksibilitas persendian pada seluruh tubuh.

5) Kecepatan (Speed), kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan

berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu sesingkat-

singkatnya. Seperti dalam lari cepat, pukulan dalam tinju, balap sepeda,

panahan dan lain-lain. Dalam hal ini ada kecepatan gerak dan kecepatan

eksplosif.

6) Kelincahan (Agility), adalah kemampuan seseorang mengubah posisi diarea

tertentu. Seseorang yang mampu mengubah satu posisi yang berbeda dalam

kecepatan tinggi dengan koordinasi yang baik, berarti kelincahannya cukup

baik.

7) Koordinasi (Coordination), adalah kemampuan seseorang mengintegrasikan

bermacam-macam gerakan yang berbeda kedalam pola gerakan tunggal secara

efektif.

8) Keseimbangan (Balance), kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ

syaraf otot, seperti dalam hand stand atau dalam mencapai keseimbangan

sewaktu seseorang sedang berjalan kemudian terganggu (misalnya tergelincir

dan lain-lain). Dibidang olahraga banyak hal yang harus dilakukan atlet dalam
13

masalah keseimbangan ini, baik dalam menghilangkan ataupun

mempertahankan keseimbangan.

9) Ketepatan (Accuracy), adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan

gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran yang dapat merupakan suatu jarak

atau mungkin suatu objek langsung yang harus dikenai dengan salah satu

bagian tubuh.

10) Reaksi (Reaction), adalah kemampuan seseorang untuk segera bertindak lewat

indera, syaraf atau feeling lainnya. Seperti dalam mengantisipasi datangnya

bola yang harus ditangkap dan lain-lain. (M. Sajoto, 1995:8-9).

Peningkatan kondisi fisik bertujuan agar kemampuan fisik atlet meningkat

kekondisi puncak dan berguna untuk melakukan aktifitas olahraga dalam

mencapai prestasi maksimal. Pembinaan fisik, teknik, taktik, mental dan

kematangan bertanding merupakan sasaran latihan secara keseluruhan, dimana

satu aspek tidak dapat ditinggalkan dalam program latihan yang

berkesinambungan sepanjang tahun. Status kondisi fisik seseorang dapat diketahui

dengan cara penilaian berbentuk tes kemampuan. (M. Sajoto, 1995 : 10).

Sebelum pemain diterjunkan kearena pertandingan, seorang pemain sudah

berada dalam kondisi dan tingkat kesegaran jasmani yang baik untuk menghadapi

intensitas kerja dan tekanan-tekanan yang akan timbul dalam pertandingan. Tanpa

persiapan-persiapan latihan kondisi yang seksama dan tekun, seorang pemain

dilarang untuk mengikuti pertandingan. (Harsono, 1988 : 153).

Setelah pemain mencapai tingkat kondisi fisik yang baik untuk

menghadapi pertandingan, latihan-latihan kondisi tersebut harus tetap dilanjutkan


14

selama musim dekat perlombaan, meskipun tidak seintensif seperti sebelumnya.

Maksudnya adalah agar tingkatan kondisi fsik dapat tetap dipertahankan selama

musim-musim latihan tersebut. (Harsono, 1988 : 154).

Cara peningkatan fisik ada dua jalan secara metodis ialah peningkatan

fisik umum dan fisik khusus. Unsur-unsur gerak fisik umum meliputi : kekuatan,

daya tahan, kecepatan, kelincahan dan kelentukan. Unsur-unsur gerak fisik khusus

mencakup : stamina, daya ledak, reaksi, koordinasi, ketepatan dan keseimbangan.

( Suharno H.P, 1986 : 35 ).

2.1.2 Daya Tahan (Endurance).

Daya tahan adalah kemampuan untuk bekerja atau berlatih dalam waktu

yang lama tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan setelah menyelesaikan

pekerjan tersebut. Daya tahan merupakan unsur gerak dasar yang penting

disamping kekuatan untuk mencapai prestasi maksimal (Harsono, 1998:155).

Daya tahan otot setempat (local endurance) adalah kemampuan seseorang

dalam mempergunakan suatu kelompok ototnya untuk berkontraksi terus menerus

dalam waktu cukup lama dengan beban tertentu. (M. Sajoto, 1988: 16-17).

Ada beberapa kegunaan daya tahan yaitu untuk :

1) Mencapai mutu maksimal suatu cabang olahraga.

2) Menjaga keajegan (konstan) prestasi yang telah dimiliki.

3) Mempermudah melatih gerakan-gerakan teknik.

4) Mencegah terjadinya cedera dalam olah raga.


15

Faktor-faktor penentu baik dan tidaknya daya tahan:

1) Jenis fibril otot, fibril merah / tonik cocok untuk kerja daya tahan karena

banyak mengandung myohaeglobin.

2) Kualitas pernafasan dan peredaran darah (kapasitas vital, denyut pola per

menit, vasodelatasi).

3) Proses metabolisme dalam otot dan kerja hormon.

4) Pengaturan nervous sistem baik pusat maupun perifeer (saraf simpatis dan

saraf parasympatis).

5) Kekuatan maksimal, daya ledak dan power endurance.

6) Koordinasi gerakan otot-otot dan irama gerak dan pernafasan.

7) Susunan kimia dalam otot (glycogeen, ATP dan alkali reseve).

8) Umur kalender dan jenis kelamin.

Tabel 1
Bagan kebutuhan tiga jenis endurance dalam cabang olahraga
Cabang olahraga Basic Local Sprinting
endurance endurance endurance
Tinju 40% 50% 10%
Gulat 50% 40% 10%
Sepakbola 60% 30% 10%
Bola basket 50% 30% 20%
Bola voli 50% 40% 10%
Hockey 60% 30% 10%
Soft ball 50% 40% 10%
Polo air 50% 30% 20%
Bola tangan 60% 35% 5%
Sumber : (Suharno H.P, 1986:42)

Macam-macam daya tahan :

1) Daya tahan umum (basic endurance / general endurance) ialah kemampuan

daya tahan lama organisme atlet untuk melawan kelelahan yang timbul akibat

beban latihan dimana intensitasnya rendah dan menengah. Paru-paru dan


16

jantung merupakan motor utama disamping otot skelet. Daya tahan umum

banyak terjadi proses aerobe.

2) Daya tahan otot lokal (local muscular endurance / speed endurance) ialah

kemampuan daya tahan lamanya organisme atlet untuk melawan kelelahan

yang timbul akibat beban latihan submaksimal intensitasnya. Otot-otot

setempat memegang peranan dalam proses daya tahan ini. Daya tahan otot

lokal banyak terjadi kombinasi proses anaerobe dan aerobe.

3) Daya tahan spesial (spesial endurance / sprintingendurance) adalah

kemampuan daya tahan lama organisme atlet untuk melawan kelelahan yang

timbul akibat beban latihan maksimal intensitasnya. Pusat syaraf memegang

peranan dalam proses special endurance. Daya tahan spesial banyak terjadi

proses anaerobe.

4) Stamina adalah kemampuan daya tahan lama organisme atlet untuk melawan

kelelahan dalam batas waktu tertentu, dimana aktivitas dilakukan dengan

intensitas tinggi (tempo tinggi, frekuensi tinggi dan selalu mempergunakan

power). Stamina merupakan proses aerobe dan anaerobe dalam batas waktu

tertentu sesuai dengan cabang olahraga yang dipertandingkan. Kombinasi

proses tiga macam daya tahan diatas merupakan stamina.


17

Gambar 1
Struktur otot tungkai dari sisi depan
(Evelyn C Pearce, 1999. Anatomi dan Fisiologi untuk Para Medis : 114)

Gambar 2
Struktur anatomi otot tungkai dari sisi belakang
(Evelyn C Pearce, 1999. Anatomi dan Fisiologi untuk Para Medis : 115)
18

Gambar 3
Struktur anatomi otot tungkai atas dari sisi depan
(Evelyn C Pearce, 1999. Anatomi dan Fisiologi untuk Para Medis : 113)
19

2.1.3 Permainan Sepakbola.

2.1.3.1 Sepakbola.

Perkembangan olahraga di Indonesia dewasa ini semakin meningkat,

khususnya sepakbola. Hal ini tidak lepas dari peran serta masyarakat yang

semakin sadar dan mengerti akan arti pentingnya olahraga, disamping adanya

dukungan dan perhatian dari pemerintah dalam menunjang perkembangan

olahraga.

Sepakbola merupakan permainan yang dimainkan oleh dua regu atau tim

yang masing-masing regu terdiri dari sebelas pemain inti dan beberapa pemain

cadangan. Masing-masing regu berusaha untuk memasukkan bola sebanyak-

banyaknya kegawang lawan dan mempertahankan gawangnya sendiri agar tidak

kemasukan. (A. Sarumpaet, 1992 : 5).

Sepakbola merupakan permainan tim, maka perlu kerja sama yang baik

dalam tim, hal ini juga dituntut kemampuan masing-masing individu, sehingga

dalam suatu pertandingan bisa memenangkannya, dengan demikian maka prestasi

sebuah tim akan semakin baik kalau didukung dengan kemampuan masing-

masing individu yang bermain dalam sebuah tim. Kemampuan individu meliputi

taktik, teknik dan fisik serta hal-hal lain yang perlu dibina dan dikembangkan.

Seperti yang diungkapkan Soekatamsi (1984 : 17), yaitu “seorang pemain

sepakbola yang tidak menguasai teknik dan fisik dasar bermain sepakbola tidak

akan mungkin menjadi pemain yang baik dan terkemuka”.

Cabang sepakbola termasuk dalam olahraga pendidikan, pelaksanaan

olahraga sepakbola dilingkungan pendidikan merupakan tujuan yang ingin dicapai


20

yaitu sesuai pendapat Prof. Arma Abdullah, M. Sc. Dalam bukunya Evaluasi

Pendidikan Jasmani, bahwa tujuan utama umum dari pendidikan jasmani adalah

(1) Perkembangan Organik. Termasuk unsur-unsur kesegaran jasmani seperti :

kekuatan, kelincahan, kecepatan, daya ledak, daya tahan, dan lain sebagainya. (2)

Perkembangan Neuromuscular. Termasuk koordinasi untuk kerja gerak,

ketrampilan olahraga, aktifitas gerak lain. (1998:11).

Dengan demikian pelaksanaan olahraga pendidikan dalam hal ini

sepakbola. Sesuai dengan tujuan yang telah diterapkan yaitu dengan

meningkatkan kesegaran jasmani. Dengan kesegaran jasmani yang baik maka

usaha untuk meningkatkan kemampuan belajar akan lebih mudah. Hal ini sesuai

dengan pendapat Harsono bahwa dengan kesegaran jasmani yang baik bila : (1)

Ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi jantung. (2) Ada peningkatan

dalam kekuatan, kelentukan, stamina, kecepatan, daya tahan dan lain-lain dalam

kondisi fisik. (3) Ada ekonomi gerak yang lebih baik pada waktu latihan. (4) Ada

pemulihan yang lebih cepat dari organisasi tubuh kita bila sewaktu-waktu respon

demikian diperlukan. (Harsono, 1988 : 153).

2.1.3.2 Teknik Dasar Permainan Sepakbola.

Teknik adalah cara melakukan atau melaksanakan sesuatu untuk mencapai

tujuan tertentu secara efisien dan efektif.

Dalam mempertinggi kecakapan bermain sepakbola teknik dasar

permainan sepakbola harus benar-benar dipelajari terlebih dahulu agar dapat

mengembangkan mutu permainan sepakbola.

.
21

Adapun teknik dasar permainan sepakbola diantaranya :

1) Menendang, menendang merupakan teknik yang banyak dilakukan dalam

permainan sepakbola. Oleh karena itu menendang merupakan dasar permainan

sepakbola. Suatu kesebelasan yang baik adalah semua pemainnya menguasai

teknik menendang dengan cepat, cermat dan tepat pada sasaran, baik sasaran

teman maupun kemulut gawang lawan.

2) Menerima, diartikan sebagai cara menangkap, menghentikan atau menguasai.

Menerima bola dapat dilakukan dengan bagian badan dari kaki sampai dahi

(kepala) kecuali dengan lengan dan tangan.

3) Menggiring, adalah gerakan menggunakan bagian-bagian kaki menyentuh

atau menggulingkan bola terus-menerus ditanah sambil berlari. Menggiring

bola dalam permainan hanya dilakukan pada saat yang menguntungkan saja,

yakni pada waktu bebas dari lawan.

4) Menyundul (heading), adalah salah satu teknik dalam permainan sepakbola

yang dapat digunakan untuk memberi umpan teman, membuat gol dengan

menyundul bola.

5) Gerak tipu, gerak tipu dilaksanakan apabila seorang pemain sedang menguasai

bola berusaha melewati lawan dengan melakukan gerakan yang tidak

sebenarnya, sehingga lawan mengira bahwa gerakan tersebut adalah gerakan

sebenarnya. Dengan gerakan atau reaksi lawan yang salah ini pemain

membawa bola segera melakukan gerakan yang sebenarnya.


22

6) Merampas (tackling), ialah teknik merampas bola dari lawan yang sedang

menguasai bola, misalnya dengan meluncur menjatuhkan diri kearah bola

yang dikuasai lawan (sliding tackle).

7) Melempar, dalam melempar bola kedalam lapangan harus dilakukan dengan

kedua belah tangan dan melalui diatas kepala. Kedua kaki dari pemain yang

melempar harus berada ditanah, tidak boleh diangkat. Gerakan melempar bola

boleh dilakukan dengan atau tanpa ancang-ancang.

8) Teknik khusus penjaga gawang, yaitu sikap badan dalam keadaan siaga untuk

menangkap bola, meninju, menepis dan menerka bola. Hal ini dilakukan untuk

mempertahankan gawang dari serangan lawan agar tidak terjadi gol.(

Sukatamsi, 1984 : 34 ).

2.1.4 Weight Training ( latihan beban).

Weight training dapat diartikan latihan-latihan yang sistematis dimana

beban hanya digunakan sebagai alat untuk menambah tahanan kontraksi otot guna

mencapai berbagai tujuan tertentu. (Harsono, 1986 : 49).

Program latihan memakai beban hendaknya berpedoman pada empat

prinsip dasar (M. Sajoto, 1995 :30-31), yaitu :

2.1.4.1 Prinsip Overload.

Dengan berprinsip pada overload ini, maka kelompok-kelompok otot akan

berkembang kekuatannya secara efektif. Penggunaan beban secara overload akan

merangsang penyesuaian fisiologis dalam tubuh yang mendorong meningkatnya

kekuatan otot.
23

2.1.4.2 Prinsip Penggunaan Beban Secara Progresif.

Sejak otot yang menerima beban berlebih (overload), kekuatannya

menjadi bertambah dengan program weight training. Bila kekuatan dan daya

tahan sudah bertambah dan program latihan berikutnya dilakukan dengan beban

yang tetap atau sama, maka tidak lagi dapat menambah kekuatan. Oleh karena itu

perlu penambahan beban. Penambahan beban dilakukan bila otot sedang dilatih

belum merasakan letih pada suatu set dengan repetisi yang ditentukan. Prinsip

penambahan beban yang demikian disebut prinsip penggunaan penambahan beban

secara progresif.

2.1.4.3 Prinsip Pengaturan Latihan.

Latihan beban hendaknya dilakukan sedemikian rupa, sehingga kelompok

otot-otot besar dulu yang dilatih sebelum otot-otot yang lebih kecil. Hal ini

dilaksanakan agar kelompok otot kecil tidak akan mengalami kelelahan lebih

dulu. Disamping itu agar overload mengenai benar pada kelompok otot besar,

maka kelompok otot inilah yang harus mendapat giliran berlatih lebih dulu. Dari

pada otot-otot lengan yang kecil.

Bahwa program latihan hendaknya juga diatur agar tidak terjadi dua

bagian otot pada tubuh yang sama mendapat dua kali latihan secara berurutan.

2.1.4.4 Prinsip Kekhususan Latihan.

Program latihan dalam beberapa hal hendaknya bersifat khusus. Misalnya,

pengembangan daya tahan adalah khusus, bukan hanya bagi kelompok otot

tertentu yang dilatih tetapi juga terhadap pola gerakan yang dihasilkan dengan

kata lain, latihan berbeban adalah juga latihan keterampilan motorik khusus. Ini
24

berarti bahwa latihan peningkatan daya tahan hendaknya melibatkan gerakan yang

langsung menuju nomor-nomor gerakan cabang olahraga yang bersangkutan. Jadi

misalnya ingin meningkatkan kekuatan bagi tendangan sepakbola, maka program

latihan harus lebih banyak melibatkan otot-otot yang digunakan untuk menendang

bola. Karena meskipun sama-sama menggunakan gerakan kaki lebih banyak

menggunakan permainan, kemampuan motorik yang spesifik ini mungkin

dianggap sebagian dari adanya hubungan kekuatan dengan kecepatan yang

mempengaruhi fungsi-fungsi otot.

Gambar 4
Urutan pemberian latihan pada otot-otot utama
(M. sajoto, 1995 : 32)

Dalam aktifitas berbagai cabang olahraga, walau ada kelompok yang sama

gerakannya, tetapi dalam gerak motorik yang spesifik memerlukan hubungan

kekuatan-kecepatan yang berbeda spesifiknya.

Pada dasarnya yang perlu diperhatikan dalam menyusun program latihan

berbeban hendaknya melatih otot-otot yang digunakan untuk cabang olahraga


25

tersebut. Dan hendaknya latihan dapat merangsang benar pada gerakan cabang

olahraga yang bersangkutan. (M. Sajoto, 1995 : 30-33).

Didalam menyusun program latihan pembebanan, ada beberapa hal yang

perlu diperhatikan dan merupakan suatu pedoman yang harus dipakai diantaranya

adalah :

1) Jumlah Beban

Menurut J.P.O’Shea dinyatakan bahwa tidak ada rumus pasti yang dipakai

sebagai pedoman untuk menentukan jumlah beban yang pertama harus diberikan.

Sehingga hampir dapat dipastikan, bahwa kebanyakan pelatih akan menggunakan

metode “ Trial and Error “ dalam memberikan beban awal. Tetapi yang lebih

penting harus memperhatikan kemampuan otot masing-masing atlet. (M. Sajoto,

1995 : 33).

2) Repetisi dan Set

Repetisi adalah jumlah ulangan mengangkat suatu beban, sedang set

adalah suatu rangkaian kegiatan dari satu repetisi. (M.Sajoto, 1995 : 34). Oleh

karena dalam latihan ini yang menjadi masalah pokok adalah berapa lama beban

diangkat secara statis maka jumlah repetisi berarti jumlah set, para ahli sepakat

dan menetapkan bahwa jumlah repetisi atau set yang efektif antara 5 – 10 kali.

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa menentukan jumlah repetisi dan

set dalam latihan pembebanan harus disesuaikan dengan komponen kondisi fisik

yang akan dikembangkan.


26

3) Frekuensi Lama Latihan

Program dari De Lorme dan Watkin frekuensi latihan tiap minggunya

adalah empat kali per minggu. Namun para pelatih dewasa ini pada umumnya

setuju untuk menjalankan program latihan tiga kali setiap minggu agar tidak

terjadi kelelahan yang kronis. Adapun lamanya latihan yang diperlukan adalah

enam minggu atau lebih. Dari keterangan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

dalam memberikan weight training sebaiknya dilakukan tiga kali dalam seminggu

dan diselingi dengan istirahat untuk memberikan kesempatan bagi otot untuk

berkembang dan beradaptasi.

Latihan beban yang dipakai dalam penelitian ini adalah latihan squat, dan

gerakannya sebagaimana yang sudah diterangkan diatas adalah beban ditaruh pada

pundak dibelakang leher, lalu tungkai dibengkokkan, kemudian berdiri. Latihan

ini dilakukan dengan volume dan intensitas yang berbeda.

Perlu diperhatikan bahwa squat yang dimaksud disini adalah half-squat

bukan full-squat. Full squat yaitu membengkokkan tungkai sampai pantat kena

tumit, gerakan ini tidak dianjurkan oleh karena hal ini dapat menimbulkan atau

mengakibatkan sakit-sakit pada pinggang dan kemungkinan pula akan

menimbulkan cidera pada struktur bagian dalam dan penyanggah sendi lutut

sebagai akibat dari stress pada ligamentum dan cartilago (tulang rawan) lutut

yang berlebihan. Untuk melakukan squat agar tidak terlalu rendah, dapat pula

ditaruh kursi dibelakang pantat untuk memberikan batas gerak kebawah.

Pada gerakan half - squat ini otot-otot yang terlatih adalah terutama otot-

otot paha seperti : gluteus maximus, biceps femoris, semitendinosus,


27

semimembranosus, gastroknemius soleus, quadriceps femoris. (Harsono, 1988 :

209 – 210).

2.1.5 Volume Latihan

Peningkatan untuk prestasi pemain dengan setinggi – tingginya, kita harus

menyusun acara latihan dengan sebaik – baiknya. Acara latihan yang baik adalah

yang teratur, sistematis, bertahap serta kontinyu sepanjang tahun dan dilakukan

selama bertahun- tahun tanpa selingan terhenti sedikitpun.

Menyusun suatu acara latihan yang teratur dan betahap yang perlu

diperhatikan adalah unsur – unsur sebagai berikut :

a. Fasilitas dari pemain : psikis dan fisik

b. Waktu untuk mengembangkan tenaga, daya tahan, kecepatan,

kelenturan dan lain – lain untuk ditingkatkan setinggi – tingginya

c. Cabang olahraga apa yang diikuti

d. Standar nasional dan internasional

Volume latihan yang dimaksudkan disini adalah berat beban yang

diangkat dalam satu session latihan. Volume latihan yang disusun harus berisikan

tiga pokok kegiatan yaitu : 1) Latihan dasar ; 2) Latihan untuk meningkatkan

bentuk – bentuk motor teknik (skills) ; 3) Latihan kemampuan fisik yang menjurus

kearah spesialisasi.
28

2.1.6 Intensitas Latihan

Banyak pelatih kita yang gagal dalam memberikan latihan yang cukup

berat kepada yang tidak mau atau tidak berani melakukan latihan – latihan yang

cukup berat, yang melebihi ambang rangsangnya. Hal ini merupakan beban kerja,

jumlah ulangan serta kadar intensitas daripada ulangan – ulangan tersebut

(harsono, 1986:40).

Kekeliruan yang umum dilakukan oleh banyak pelatih – pelatih kita adalah

menekankan pada lamanya latihan daripada meningkatkan tempo atau

meningkatkan beban latihannya. Waktu latihan sebaiknya pendek, tetapi berisi

dan padat dengan kegiatan – kegiatan yang bermanfaat. Keuntungannya adalah

bahwa hal ini akan terus membawa pemain dalam alam berpikir tentang

latihannya. Artinya segala sesuatu yang diberikan kepadanya dalam latihan tadi,

akan teru berdengung dalam alam pikirannya, oleh karena itu salah satu kunci

yang penting dalam melatih atau mengajar adalah hentikan latihan atau pelajaran

pada saat yang tepat. Yaitu saat dimana pemain masih belum puas akan pelajaran

atau latihan yang diberikan, sehingga dengan demikian hari latihan berikutnya

dinantikan dengan harapan (Harsono, 1986:42).

Waktu latihan berlangsung terlalu lama dan terlalu melelahkan, berbahaya

karena pemain akan memandang setiap latihan suatu siksaan. Habis latihan,

habis, puas hubungan dengan hal – hal yang berhubungan dengan latihan tadi.

Hari – hari latihan berikutnya, dilihat dengan perasaan enggan dan jenuh. Kalau

hal ini terjadi, sebagai pelatih sebenarnya telah gagal dalam memberikan

rangsangan kepada pemain dalam menumbuhkan keinginannya untuk berlatih.


29

Oleh karena itu, belum tentu seorang pemain pergi kelapangan disebabkan oleh

karena dia malas (Harsono, 1986:40- 41).

2.1.7 Bentuk – bentuk latihan squat.

2.1.7.1 Latihan Squat Volume Tetap Intensitas Bertambah.

Latihan ini adalah latihan yang dilakukan dengan gerakan menekan lutut

dalam- dalam, dengan berat beban yang diangkat tetap dan kecepatan gerakannya

bertambah. (Suharno, 1986:28).

Sikap awal.

Barbel diangkat diatas bahu, berdiri tegak, kedua kaki kira- kira berjarak

12 – 14 inchi.

Gerakan :

Dengan menarik nafas dalam, jongkok pelan- pelan sampai paha sejajar

dengan lantai. Punggung boleh sedikit melengkung kedalam. Angkat kembali

pelan – pelan, hindarkan gerakan kebawah berlebihan sebab dapat mengendorkan

ligamenta lutut (bila jongkok penuh).

Adapun kelebihan dan kekurangan latihan squat volume tetap intensitas

bertambah adalah sebagai berikut :

Kelebihannya yaitu :

1. Memperoleh daya tahan otot tungkai yang cukup baik.

2. Tingkat kesukaran yang dijalani atlet meningkat atau bertambah.

3. Merangsang siswa agar memiliki daya tahan yang baik.


30

Kekurangannya yaitu :

1. Karena latihan dilakukan dengan volume tetap sehingga pengaruh

terhadap otot-otot tungkai kurang.

2. Beban latihan yang diterima ringan.

2.1.7.2 Latihan Squat Volume Bertambah Intensitas Tetap.

Latihan ini pada dasarnya sama dengan latihan sebelumnya , akan tetapi

yang membedakan adalah berat beban yang diangkat bertambah dan kecepatan

gerakan tetap.

Adapun uraian gerakan latihan ini juga sama, yaitu :

Sikap awal.

Barbel diangkat diatas bahu, berdiri tegak, kedua kaki kira- kira berjarak

12 – 14 inchi.

Gerakan.

Dengan menarik nafas dalam, jongkok pelan- pelan sampai paha sejajar

dengan lantai. Punggung boleh sedikit melengkung kedalam. Angkat kembali

pelan –pelan, hindarkan gerakan kebawah berlebihan sebab dapat mengendorkan

ligamenta lutut (bila jongkok penuh).

Adapun kelebihan dan kekurangan latihan squat volume bertambah

intensitas tetap adalah sebagai berikut :

Kelebihannya yaitu

1. Memperoleh daya tahan otot tungkai yang baik.

2. Volume (berat beban) bertambah atau meningkat.


31

Kekurangannya yaitu

1. Tingkat kesukaran yang dilakukan ringan.

2. Latihan dengan intensitas tetap, pengaruh terhadap otot kurang,

khususnya otot tungkai.

2.1.8 Kerangka Berfikir.

Bentuk latihan squat antara volume tetap intensitas bertambah dan volume

bertambah intensitas tetap akan dianalisis gerakannya guna mendukung hipotesisi

yang nantinya perlu diuji kebenarannya.

Secara anatomis gerakan dan otot-otot utama yang terlibat secara langsung

dalam latihan yaitu otot tungkai atas sampai tungkai bawah. Otot tungkai atas

antara lain otot tensor fascialatae, otot adduktor paha, otot gluteus maksimus, otot

vastus medialis (paha medial), otot vastus lateralis (paha lateral), tendon rectus

memoris. Sedangkan otot tungkai bawah antara lain : tendon sartorius, otot

tibialis anterior, otot grastroknemius, otot peroneus longus, otot ektensor

digitorum longus, kepala otot grastoknemius, ektensor atas, tendon ektensor untuk

jari kaki, retikula bawah, tendon akhiles, kalkaneus dan tendon ektensor untuk jari

kaki. ( Evelyn C. Pearce, 1999 : 114).

Dengan daya tahan otot tungkai yang dimiliki akan menambah kecepatan

waktu berlari, dengan bola maupun tanpa bola dan agar supaya otot tidak cepat

lelah baik pada saat bermain maupun sesudah bermain.


32

2.1.8.1 Analisa Latihan Squat Volume Tetap Intensitas Bertambah Terhadap Daya

Tahan Otot Tungkai.

Dikatakan oleh M. Sajoto (1988 : 203). Dalam latihan endurance, yang

dipakai untuk memenuhi prinsip progresif overload adalah dengan cara

memanipulasi faktor-faktor : intensitas, frekuensi dan lama latihan dan program

latihan.

Dalam latihan ini yang bertambah adalah intensitasnya. Intensitas yang

dimaksud yaitu berat beban latihan. Intensitas suatu kerja didasarkan atas

prosentase kerja maksimal yang dilakukan atlet. Sedangkan volume atau

kecepatan gerakannya tetap.

2.1.6.2 Analisis Latihan Squat Volume Bertambah Intensitas Tetap Terhadap

Daya Tahan Otot Tungkai.

Demikian halnya dengan latihan ini, yang bertambah adalah volumenya

atau banyak kalinya latihan dilakukan. Sedangkan intensitasnya atau tingkat

kesukaran yang dijalani atau berat latihannya tetap.

Jadi dalam kedua latihan diatas, kerja yang dilakukan oleh kaki hanya

menekuk lutut kemudian berdiri lagi dan seterusnya. Dilihat dari mekanika gerak,

maka, maka kerja kaki dalam kedua latihan diatas adalah kearah vertikal.
33

Gambar 5
Squat (M.Sajoto,1988. Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga : 139)

2.2 Hipotesis.

Hipotesis adalah pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan masih

perlu dibuktikan kebenarannya. (Sutrisno Hadi, 2000 : 257).

Berdasarkan uraian diatas, hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ada perbedaan pengaruh latihan squat antara volume tetap intensitas

bertambah dan volume bertambah intensitas tetap terhadap daya tahan otot

tungkai pada Lembaga Pendidikan Sepakbola Sambirejo Selection Semarang

Tahun 2005.
BAB III

METODE PENELITIAN

Metode adalah pengetahuan berbagai macam kerja yang disesuaikan

dengan objek studi ilmu-ilmu yang bersangkutan. Penggunaan metodologi

penelitian dalam suatu penelitian harus tepat dan mengarah pada tujuan penelitian,

serta dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Ada bermacam-macam metode

yang dapat digunakan dalam penelitian. Suatu metode dipilih dengan

mempertimbangkan kesesuaian dengan objek penelitian. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Sutrisno Hadi (1993 : 427)

mengatakan bahwa eksperimen adalah suatu metode yang paling tepat untuk

menyelidiki hubungan sebab akibat itu.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode eksperimen yaitu

metode yang diberikan atau menggunakan suatu gejala yang dinamakan latihan

atau perlakuan, dengan tujuan ingin mengetahui dan membandingkan pengaruh

suatu kondisi terhadap gejala yang timbul.

Jadi metode eksperimen adalah merupakan metode yang paling tepat

untuk menyelidiki hubungan sebab akibat antara dua faktor yang sengaja

ditimbulkan oleh peneliti untuk mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain

yang bisa mengganggu.

Pola eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah matced by

subject design atau M-S. Sutrisno Hadi mengatakan bahwa matced subject sudah

tentu sekaligus sebagai group matching, karena hakekat subject matching adalah

34
35

sedemikian rupa sehingga pemisahan-pemisahan pasangan subject ke group

eksperimen dan ke group kontrol secara otomatis akan menyeimbangkan group-

group itu (1993 : 84).

Selanjutnya bahwa eksperimen dengan pola M-S pada prinsipnya

mempunyai tiga cara pairing, yaitu nominal pairing, ordinal pairing dan

kombinasi. Penelitian ini menggunakan eksperimen pola M-S dengan cara ordinal

pairing, bahwa anak coba yang tingkat kecakapannya setingkat dipasangkan,

kemudian anggota-anggota setiap pasangan dipisahkan ke kelompok eksperimen I

dan kelompok eksperimen II. (Sutrisno Hadi, 486-487).

3.1 Metode Penentu Objek Penelitian.

Pembahasan tentang penentuan objek penelitian menyangkut tiga hal yaitu

populasi, sampel, dan variabel.

3.1.1 Populasi.

Populasi adalah seluruh penduduk yang di maksud untuk diselidiki

populasi dibatasi dengan jumlah penduduk atau individu paling sedikit

mempunyai satu sifat yang sama (Sutrisno Hadi, 1994:220). Populasi adalah

keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto,1996:115).

Pengertian diatas mengandung maksud bahwa populasi dalam penelitian

ini adalah seluruh individu yang akan dijadikan sebagai objek penelitian dan

keseluruhan dari individu itu harus memiliki satu sifat yang sama. Populasi dalam

penelitian ini berjumlah 115 anak yang merupakan siswa Lembaga Pendidikan

Sepakbola Sambirejo Selection Semarang tahun 2005.


36

Adapun alasan penulis mengambil populasi tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Mereka adalah siswa Lembaga Pendidikan Sepakbola Sambirejo Selection

Semarang tahun 2005, yang mempunyai sifat yang hampir sama yaitu jenis

dan umur yang hampir sama.

b. Mereka sudah mendapatkan latihan yang sama, sesuai dengan bentuk latihan

yang diteliti yaitu latihan daya tahan.

3.1.2 Sampel.

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Suharsimi

Arikunto, 1996:117). Apabila populasi mempunyai jumlah lebih dari 100 maka

bisa diambil 25% dan apabila kurang dari 100 maka populasi dapat dijadikan

sampel semuanya.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diteliti (Sutrisno Hadi,

1994:221). Sedangkan sampel dalam penelitian ini berjumlah 40 siswa Lembaga

Pendidikan Sepakbola Sambirejo Selection Semarang tahun 2005.

Sampel pada dasarnya ditentukan oleh peneliti itu sendiri dengan

pertimbangan: tujuan, masalah, hipotesis, tenaga dan biaya. Mengenai besarnya

sampel tidak ada ketentuan yang baku atau rumus yang pasti. Pendapat lain yang

mengatakan bahwa sebenarnya tidaklah ada suatu ketepatan yang mutlak berapa

persen suatu sampel harus diambil dari populasi (Sutrisno Hadi,1993:73).

Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah random

sampling dengan cara undian, dikatakan random sampling sebab dalam pemilihan

sampel, semua individu diberi kesempatan yang sama untuk menjadi sampel
37

dalam penelitian ini, dalam random sampling semua individu dalam populasi baik

secara sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi hak atau kesempatan yang sama

untuk menjadi anggota sampel.

Dari uraian tersebut diatas maka yang ditetapkan menjadi sampel dalam

penelitian ini adalah sebanyak 40 anak.

3.1.3 Variabel.

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian

suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 1996:99).

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu: variabel bebas dan variabel

terikat.

3.1.3.1 Variabel Bebas.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah latihan squat antara volume

tetap intensitas bertambah dan volume bertambah intensitas tetap.

3.1.3.2 Variabel Terikat.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah daya tahan otot tungkai.

3.1.4 Rancangan penelitian.

Suharsimi Arikunto (1996 : 83) mengatakan, rancangan penelitian adalah

pola atau rencana yang dibuat peneliti sebagai ancar-ancar kegiatan yang akan

dilaksanakan. Berikut adalah pola atau rencana penelitian yang peneliti buat agar

pembaca memahami langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti. Untuk lebih

jelasnya sebagai berikut.


38

Tabel 2
Rancangan Penelitian Pre-Test;Treatment;Post-Test
Pre-Test Treatment Post-Test
Eksperimen I 0 X 0
Eksperimen II 0 X 0
Sumber : (Suharsimi, 1996 : 86).

3.2 Metode Pengumpulan Data.

Dalam penelitian ini metode penelitian yang dipakai adalah metode

eksperimen. Pendapat lain yang mengatakan bahwa eksperimen yaitu metode

yang memberikan atau menggunakan gejala yang disebut latihan. Ditambah pula

eksperimen merupakan kegiatan percobaan untuk meneliti suatu peristiwa atau

gejala yang muncul, diamati dan dikontrol secermat mungkin sehingga dapat

diketahui hubungan munculnya gejala tersebut (Muhammad Ali, 1982:130).

Dasar penggunaan metode eksperimen adalah kegiatan percobaan yang

diawali dengan pemberian perlakuan subjek akan diakhiri dengan tes perlakuan

tersebut untuk menguji kebenarannya. Salah satu tugas yang penting dalam

penelitian ilmiah adalah menetapkan ada tidaknya hubungan sebab akibat

tersebut. Metode eksperimen merupakan salah satu metode yang paling tepat

untuk menyelidiki hubungan antara sebab akibat itu (Sutrisno Hadi, 1993:427).

Penelitian ini menggunakan matching by subjects ( M-S). karena matching

by subjects sudah tentu sekaligus juga group matching, karena hakekat matching

subjects sedemikian rupa sehingga pemisahan-pemisahan subjek (pair of subject)

masing-masing ke group kontrol dan ke grup eksperimen secara otomatis akan

menyeimbangkan kedua grup itu. (Sutrisno Hadi, 1990 : 484).


39

Sebelum dimulai pengumpulan data ada beberapa hal yang perlu di

perhatikan mengenai langkah-langkah yang harus ditempuh supaya tidak terjadi

adanya kekeliruan dalam penelitian. Langkah tersebut adalah : cara mendapatkan

sampel, waktu penelitian, tempat penelitian, alat dan perlengkapan serta

pelaksanaan latihan.

3.2.1 Tempat Penelitian.

Tempat yang digunakan adalah lapangan GANESA Sambirejo yang sudah

mendapatkan ijin oleh pihak setempat yang bersangkutan.

3.2.2 Waktu Penelitian.

Waktu penelitian ini dilaksanakan mulai dari pukul 14.30 WIB sampai

dengan selesai yang dilaksanakan mulai bulan Juni sampai bulan Juli 2005 yaitu

pada tanggal 15 Juni sampai dengan 26 Juli 2005.

3.2.3 Alat dan Perlengkapan.

Dalam penelitian ini alat dan perlengkapan yang dipergunakan diantaranya

adalah barbel, timbangan, dan sebidang tempat yang datar atau sebuah ruangan

yang datar.

3.2.4 Pelaksanaan Latihan.

Latihan dilaksanakan dilapangan sepakbola GANESA mulai dari pukul

14.30 WIB sampai dengan selesai dan dilaksanakan mulai dari bulan Juni sampai

Juli 2005.
40

3.3 Instrumen Penelitian.

Instrumen adalah yang digunakan dalam pengumpulan data. (Suharsimi

Arikunto, 1996 : 137). Dalam penelitian ini instrumen yang dipakai adalah tes

squat jump. Adapun tujuannya adalah untuk mengetahui dan mengukur siswa

coba.

3.3.1 Tes Awal (Pre-Test).

Tes awal bertujuan untuk memperoleh data yang digunakan untuk

menyamakan tingkat kemampuan anak coba. Tes awal yang digunakan adalah

squat jump. Sehingga dapat diketahui perbedaan hasil yang dicapai anak coba

selama treatment atau perlakuan dalam 16 kali pertemuan.

Tes awal dilakukan pada seluruh sampel yaitu siswa Lembaga Pendidikan

Sepakbola Sambirejo Selection Semarang tahun 2005 berjumlah 40 siswa. Data

diperoleh dari tes ini dipasangkan (matching) sehingga didapat dua kelompok

yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Dalam penelitian ini tes awal ada dua macam yaitu :

3.3.1.1 Tes Penimbangan Berat Badan.

Dalam penelitian ini instrumen yang pertama adalah tes penimbangan

berat badan, berat badan dikalikan 15% yang bertujuan untuk menentukan berat

awal yang harus diangkat oleh anak coba karena kemampuan anak berbeda-beda,

jadi berat badan harus disesuaikan dengan kemampuannya. Adapun teknik

pelaksanaan tes pengukuran berat badan, anak coba dipanggil satu persatu diukur

berat badannya dan kemudian dicatat hasilnya.


41

3.3.1.2 Tes Kemampuan Squat Jump.

Dalam penelitian ini instrumen yang dipakai adalah tes kemampuan squat

jump. Semua gerakan yang benar saja yang harus dihitung. Penilaiannya jumlah

gerakan squat jump yang benar yang dilakukan oleh anak coba.

3.3.2 Program Latihan dalam Penelitian.

Program latihan dalam penelitian ini bertujuan sebagai patokan

pelaksanaan latihan dalam usaha untuk memperoleh hasil yang optimal terhadap

hasil daya tahan otot tungkai. Dalam penelitian ini ditetapkan sebanyak 18 kali

pertemuan terdiri dari 16 kali pertemuan untuk latihan atau perlakuan, 1 kali

untuk pre-test dan 1 kali untuk post-test, setiap minggunya dilakukan sebanyak 3

kali latihan, yaitu selasa, kamis, minggu yang dimulai dari pukul 14.00 WIB –

selesai.

Dalam latihan ini menggunakan beban luar (outer load) yaitu bentuk

bahan latihan yang ditandai dengan adanya ciri – ciri tertentu yang dapat dilihat

oleh mata. Volume atau berat beban dalam latihan ini sebesar 25 % berat badan

dengan intensitas 60%. Kemudian untuk penambahannya, volume : 5 %, sedang

untuk intensitas : 5%.

Suharno HP menyatakan : latihan harus sedikit demi sedikit. Hal ini

penting untuk menjaga agar tidak terjadi overtraining dan proses adaptasi atlet

terhadap loading akan terjamin keteraturannya.

Loading diperberat setingkat demi setingkat dengan mengubah salah satu

atau semua ciri – ciri loading, seperti : volume, intensitas dan lain – lain.

(1986:21).
42

Kenaikan beban yang meloncat dan cepat beratnya, akan mengakibatkan

terjadinya overtraining dan penghentian prestasi atlet. Peningkatan beban latihan

jangan dilakukan setiap kali latihan sebaiknya dua atau tiga kali latihan baru

dinaikkan. Bagi si atlet masalah ini sangat penting, karena ada kesempatan untuk

beradaptasi terhadap beban latihan sebelumnya yang memerlukan waktu dua

puluh empat jam bagi atlet. (Suharno H.P,1986:22).

Pelaksanaan pengambilan data dan latihan atau perlakuan dimulai dari

tanggal 15 Juni sampai dengan 26 Juli 2005. Dalam pelaksanaan ini dibagi

menjadi 3 bagian yaitu latihan pendahuluan atau pemanasan, latihan inti atau

perlakuan dan latihan penutup atau penenangan.

3.3.2.1 Latihan Pemanasan.

Pemanasan adalah proses yang menimbulkan perubahan fisiologis yang

menyiapkan organ-organ tubuh dan lokomotor untuk kegiatan fisik yang berat

(A.Kamiso, 1991 : 80). Latihan pemanasan dilakukan ± 15 menit diawali dengan

peregangan otot dan dilanjutkan dengan gerakan-gerakan senam yang menunjang

latihan, yang bertujuan untuk : (a) Untuk menyiapkan kondisi fisik dan mental. (b)

Untuk mencegah terjadinya cidera olahraga. (c) Untuk menghilangkan perasaan

kaku pada otot-otot dan persendian. (d) Untuk menaikkan suhu tubuh. (e) Untuk

memperbaiki koordinasi dan ketepatan gerak, sehingga pola persyaratan otot

cabang olahraga yang dilakukan dapat dicapai. (Harsono, 1986:29-30).

Latihan pemanasan biasanya terdiri atas tiga bagian yaitu : 1) Lari pelan –

pelan (jogging) kira – kira 10 menit ; 2) Latihan gerak senam, dalam latihan

senam dilakukan latihan pelepasan (loosening), latihan penguluran (streching) dan


43

Latihan penguatan (strengthening); 3) Latihan pengulangan (drill), latihan disini

dilakukan dengan gerakan – gerakan mirip event yang akan dihadapi. (Harsono,

1986 : 34).

3.3.2.2 Latihan Inti dan Perlakuan.

Latihan inti atau perlakuan bertujuan untuk melaksanakan program latihan

yang telah disusun. Dalam latihan ini program latihan yang diberikan untuk

kelompok eksperimen adalah latihan squat dengan volume tetap intensitas

bertambah sedangkan untuk kelompok kontrol latihan squat dengan volume

bertambah intensitas tetap.

3.3.2.3 Penenangan.

Penenangan bertujuan untuk mengembalikan atau memulihkan kondisi

tubuh dalam keadaan semula atau normal. Penenangan dilakukan dengan

peregangan otot yang telah melaksanakan aktifitas fisik sampai berangsur-angsur

pulih kembali dalam keadaan normal.

3.3.3 Tes Akhir (Post-test).

Setelah anak coba melakukan latihan sampai 16 kali pertemuan maka

diadakan tes akhir, pelaksanaan tes akhir sama dengan pelaksanaan tes awal. Tes

yang digunakan pada tes akhir sebagaimana tes awal yaitu squat jump. Tujuan

dari tes akhir adalah untuk mengetahui hasil yang telah dicapai anak coba selama

melakukan latihan atau perlakuan.


44

3.3.4 Alat dan Fasilitas.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : alat tulis dan kertas,

daftar absen, timbangan, barbel. Fasilitas yang digunakan ruangan atau sebidang

tempat yang datar.

3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penelitian.

3.4.1 Faktor Tempat dan Cuaca.

Tempat yang digunakan untuk latihan berada dilapangan Ganesha dan

apabila cuaca khususnya panas berada dilapangan dan apabila cuaca hujan latihan

di dalam ruangan.

3.4.2 Faktor Pemberian Materi.

Pemberian materi berperan penting dalam usaha memperoleh hasil yang

baik sebelum pemberian materi latihan. Anak coba diberi penjelasan mengenai

bentuk-bentuk latihan yang akan mereka lakukan kemudian didemonstrasikan

gerakan latihan tersebut agar anak coba dapat menirukan, koreksi terhadap

kesalahan yang diberikan baik secara klasikal maupun secara individu.

3.4.3 Faktor Kondisi Anak Coba.

Kondisi masing-masing anak coba berbeda-beda dan ini perlu diperhatikan

oleh peneliti, hak mengenai kinerjanya, lingkungannya, keluarga maupun

kesehatannya. Maka itu diberi penjelasan agar anak coba senantiasa menjaga

kondisinya dengan baik.


45

3.4.4 Faktor Kesungguhan.

Pada saat melakukan latihan agar tiap-tiap anak coba bersungguh-sungguh

dalam melakukan latihan, cara yang ditempuh adalah mengawasi dan mengontrol

setiap anak coba melakukan latihan, agar dalam melakukan latihan dengan

kesungguhan hati, disamping itu juga diberikan motivasi bahwa hasil dari latihan

tersebut merupakan salah satu nilai ekstrakurikuler yang harus dipenuhi dalam

semester ini.

3.4.5 Faktor Alat.

Dalam penelitian ini, baik dalam tes maupun pemberian materi latihan

sebelum dimulai diusahakan semua peralatan yang berhubungan dengan

penelitian sudah dalam keadaan siap, sehingga latihan dapat berjalan dengan

lancar.

3.4.6 Faktor Kemampuan Anak Coba.

Tiap-tiap anak coba mempunyai kemampuan yang berbeda dalam

menangkap penjelasan dan demonstrasi sehingga kemungkinan melakukan

kesalahan dalam latihan masih ada. Untuk itu diadakan koreksi secara langsung

bagi anak yang coba melakukan kesalahan dan koreksi secara klasikal setelah

anak coba menyelesaikan latihan secara keseluruhan.

3.4.7 Faktor Kegiatan Anak Coba diluar Latihan.

Kegiatan anak coba diluar penelitian sangatlah sulit diawasi, untuk

mengatasi hal ini diusahakan memberikan pengertian anak coba agar tidak

melakukan kegiatan yang sama diluar penelitian.


46

3.5 Metode Analisis Data.

Analisis data suatu penelitian berguna untuk mengetahui apakah penelitian

itu berhasil atau tidak, dan analisis data penelitian ini akan dapat ditarik

kesimpulan.

Analisis terhadap hasil eksperimen yang didasarkan atas subject matching

selalu menggunakan rumus t – test pada corelated sampel. Untuk menyelesaikan

ini ada dua rumus yang tersedia.

Kedua rumus tersebut adalah rumus panjang dan rumus pendek. Karena

dengan menggunakan kedua rumus tersebut akan memperoleh hasil yang sama,

maka penulis memilih rumus yang pendek yang lebih singkat dan efisien untuk

mengolah data. Sebelum mengolah data yang sebenarnya diperlukan tabel

persiapan perhitungan statistik dengan pola M-S (mached by design). Rumus t-test

tersebut adalah :

MD
t=
∑d 2

N ( N − 1)

Keterangan :

MD = Mean dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

d = Jumlah kuadrat dari deviasi perbedaan mean.

N = Jumlah pasangan subjek. ( Sutrisno Hadi, 1993 : 490).

Untuk dapat memasukkan data kedalam rumus tersebut harus diketahui

terlebih dahulu mean perbedaan (MD), yang dicari dengan rumus :

ΣD
MD =
N
47

Keterangan :

MD = Mean difference.

N = Jumlah pasangan subjek.

ΣD = jumlah dari perbedaan tiap-tiap pasangan. (Sutrisno Hadi, 1993 : 490).

Dalam perhitungan statistik t-test, dengan taraf signifikan 5% dan db 16,

maka kemungkinan-kemungkinan hasil yang akan diperoleh dalam perhitungan

ini adalah :

1. Apabila nilai t yang diperoleh dari perhitungan statistik itu sama atau lebih

besar dari nilai t dalam tabel berarti signifikan, maka hipotesisi nihil ditolak.

2. Apabila nilai t yang diperoleh dari perhitungan statistik itu lebih kecil dari

nilai t dalam tabel berarti tidak signifikan, maka hipotesis nihil diterima.

Perhitungan atau analisis statistik t-tes lengkap dicantumkan dalam


lampiran.
48

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian hasil pengukuran daya tahan otot tungkai pada pemain

sepakbola LPSB Sambirejo Selection Semarang. Data tersebut diambil

menggunakan alat test Squat jump. Data diambil sebelum dan sesudah latihan

squat dengan volume tetap intensitas bertambah pada kelompok eksperimen 1 dan

volume bertambah intensitas tetap pada kelompok eksperimen 2.

4.1.1 Daya Tahan Otot Tungkai sebelum Latihan

Hasil test daya tahan otot tungkai sebelum mengikuti latihan pada

kelompok eksperimen 1 dengan rata-rata 38,9 kali dengan standar deviasi 6,16.

Dari 20 pemain ternyata paling kecil 30 kali dan paling besar sebanyak 54 kali.

Pada kelompok 2, rata-rata squat jump sebesar 39 kali dengan standar deviasi

6,30. Dari 20 pemain ternyata paling kecil mampu melakukan 30 kali dan paling

besar mampu melakukan 54 kali.

Tabel 3
Rangkuman Analisis Data Daya Tahan Otot Tungkai sebelum Latihan

Volume tetap Volume bertambah


No Sumber variasi intensitas bertambah intensitas tetap
1 Mean 38.9 39.0
2 SD 6.16 6.3
3 Minimum 30 30
4 Maksimum 54 54
Sumber: data primer tahun 2005

48
49

Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa rata-rata daya tahan otot tungkai

pada kelompok 1 tidak jauh berbeda dengan daya tahan otot tungkai pada

kelompok 2 (seperti terlihat pada gambar 6).

Hasil Squat Jump

60
Eksperimen 1
Frekuensi Squat Jump

50
Eksperimen 2
40

30

20

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Pemain

Gambar 6
Hasil pre test daya tahan otot tungkai antara kelompok eksperimen 1 dan 2.

Berdasarkan tabel dan grafik di atas terlihat bahwa kecepatan daya tahan

otot tungkai sebelum latihan dari kedua kelompok relatif sama. Hasil ini dapat

dilihat dari hasil uji t yang diperoleh t hitung = 0,33. Pada taraf signifikansi 5%

pada dk = 38 diperoleh ttabel = 2,02. Karena thitung (0,33) berada pada daerah

peneriman Ho antara -2,02 – 2,02 yang berarti tidak ada perbedaan hasil squat

jump atau daya tahan otot tungkai antara kelompok 1 dan kelompok 2.

4.1.2 Daya tahan otot tungkai Setelah Latihan

Hasil test daya tahan otot tungkai setelah mengikuti latihan squat dengan

volume tetap instensitas bertambah pada kelompok eksperimen diperoleh rata-rata


50

squat 61,2 kali dengan standar deviasi 6,36. Dari 20 pemain ternyata kemampuan

terendah 52 kali dan terbesar 79 kali. Untuk pemain yang mengikuti latihan squat

dengan volume bertambah intensitas tetap diperoleh rata-rata sebesar 61 kali

dengan standar deviasi 6,20. Dari 20 pemain ternyata kemampuan terbesar 75

kali dan terendah 52 kali.

Tabel 4
Rangkuman analisis data Daya tahan otot tungkai Setelah Latihan

Volume tetap Volume bertambah


No Sumber variasi intensitas bertambah intensitas tetap
1 Mean 61.2 61.0
2 SD 6.36 6.20
3 Minimum 52 52
4 Maksimum 79 75

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata kemampuan squat

atau daya tahan otot tungkai kelompok 1 juga tidak jauh berbeda dengan

kecepatan daya tahan otot tungkai kelompok 2.

Hasil Squat Jump

90
80
Frekuensi Squat Jump

70
60
50
40
30
20 Kelompok 1
10 Kelompok 2
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Responden

Gambar 7
Hasil Post test daya tahan otot tungkai antara Kelompok
Eksperimen 1 dan Eksperimen 2
51

Berdasarkan tabel dan grafik di atas terlihat bahwa daya tahan otot tungkai

antara kedua kelompok hampir sama. Simpulan ini didukung oleh hasil uji t

diperoleh t hitung = -0,35. Pada taraf signifikansi 5% pada dk = 38 diperoleh ttabel

= 2,02. Karena thitung (-0,35) berada pada daerah peneriman Ho antara -2,02 –

2,02 yang berarti tidak ada perbedaan daya tahan otot tungkai antara kelompok 1

dan kelompok 2.

4.1.3 Uji Peningkatan Daya Tahan Otot Tungkai setelah Latihan Squat.

Setelah mengikuti latihan squat volume tetap intensitas bertambah pada

kelompok eksperimen 1 dan volume bertambah intensitas tetap pada kelompok

eksperimen 2 terjadi peningkatan daya tahan otot tungkai yang signifikan. Hal ini

terbukti dari hasil uji peningkatan menggunakan t-test seperti pada tabel 5.

Tabel 5
Hasil uji peningkatan daya tahan otot tungkai setelah mengikuti
latihan squat volume tetap intensitas bertambah dan
volume bertambah intensitas tetap

Daya Tahan Otot Tungkai


Latihan Squat Pre Post thitung ttabel Kriteria
test test Peningkatan
Volume tetap
intensitas bertambah 38,90 61,15 56,6% 72,54 2,09 Signifikan
Volume bertambah
intensitas tetap 38,95 61,00 57,2% 72,71 2,09 Signifikan
Keterangan
Daerah Daerah Daerah
Ho: tidak ada peningkatan penolakan penerimaan penolakan
Ha : Ada peningkatan HO HO HO

-2,09 2,09
52

Berdasarkan hasil uji t tersebut diperoleh thitung untuk kelompok ekperimen

1 sebesar 72,54 dan untuk kelompok eksperimen 2 sebesar 72,71. Kedua nilai

thitung tersebut berada pada daerah penolakan Ho yaitu di luar (2,09) dengan dk =

19 yang berarti secara nyata terjadi peningkatan daya tahan otot tungkai dari

masing-masing kelompok setelah mengikuti latihan squat. Peningkatan kecepatan

daya tahan otot tungkai dari kedua kelompok relatif sama. Hal ini ditunjukkan dari

uji t diperoleh thitung sebesar –0,48 pada interval –2,02 sampai 2,02 yang berarti

Ho diterima (tidak ada perbedaan peningkatan daya tahan otot tungkai antara

kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2).

Hipotesis nihil yang mengatakan ada perbedaan yang signifikan hasil

latihan squat antara volume tetap intensitas bertambah dan volume bertambah

intensitas tetap, terhadap daya tahan otot tungkai pada pemain sepakbola Lembaga

Pendidikan Sepakbola Sambirejo Selection Semarang tahun 2005. Ditolak.

Hipotesis alternatif yang mengatakan tidak ada perbedaan yang signifikan

hasil latihan squat antara volume tetap intensitas bertambah dan volume

bertambah intensitas tetap, terhadap daya tahan otot tungkai pada pemain

sepakbola Lembaga Pendidikan Sepakbola Sambirejo Selection Semarang tahun

2005. Diterima.
53

100
Pre test Eksperimen 1
90 Post test Eksperimen 1
80 Pre test Eksperimen 2
Hasil Squat Jump

70 Post test Eksperimen 2

60
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Responden

Gambar 8
Peningkatan kecepatan daya tahan otot tungkai pada Kelompok
Eksperimen 1 dan Eksperimen 2

Hasil penelitian dan analisis data menunjukkan bahwa pada kondisi awal

sebelum diberikan latihan squat jump pada pemain sepakbola LPSB Sambirejo

Selection Semarang Semarang 2005, daya tahan otot tungkai antara kelompok

eksperimen 1 dan eksperimen 2 tidak berbeda nyata, terbukti dari hasil t-test

diperoleh thitung sebesar -0,35 pada daerah penerimaan Ho (-2,02 sampai dengan

2,02). Rata-rata daya tahan otot tungkai pada kelompok 1 mencapai 38,9 kali dan

kelompok 2 dengan rata-rata 39 kali.

Setelah mengikuti latihan squat pada kelompok eksperimen 1 dengan

volume tetap intensitas bertambah dan pada kelompok eksperimen 2 dengan

volume bertambah intensitas tetap, terjadi peningkatan daya tahan otot

tungkainya. Rata-rata daya tahan otot tungkai kelompok eksperimen 1 mencapai


54

61,2 kali dan pada kelompok eksperimen 2 mencapai 61 kali. Peningkatan daya

tahan otot tungkai pada kelompok eksperimen 1 mencapai 56,6% sedangkan pada

kelompok eksperimen 2 mencapai 57,2%. Namun demikian secara statistik

peningkatan daya tahan otot tungkai dari kedua kelompok relatif sama, terbukti

dari hasil uji t diperoleh thitung sebesar –0,48 pada interval daerah penerimaan Ho

(-2,02 –2,02).

Berdasarkan hasil perhitungan statistik tersebut diatas, nilai t hitung lebih

kecil dari pada t tabel yaitu – 0,48 < 2,093. jadi tidak ada perbedaan latihan squat

antara volume tetap intensitas bertambah dengan volume bertambah intensitas

tetap terhadap daya tahan otot tungkai pada lembaga pendidikan sepakbola

sambirejo selection semarang tahun 2005. Atau bisa dikatakan peningkatan daya

tahan otot tungkai setelah mengikuti latihan squat volume tetap intensitas

bertambah sama dengan peningkatan daya tahan otot tungkai volume bertambah

intensitas tetap pada pemain sepakbola lembaga pendidikan sepakbola Sambirejo

Selection Semarang tahun 2005

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kondisi awal sebelum diberikan

latihan squat jump pada pemain sepakbola LPSB Sambirejo Selection Semarang

Semarang 2005, daya tahan otot tungkai antara kelompok eksperimen 1 dan

eksperimen 2 tidak berbeda nyata, terbukti dari hasil t-test diperoleh thitung sebesar

-0,35 pada daerah penerimaan Ho (-2,02 sampai dengan 2,02). Rata-rata daya

tahan otot tungkai pada kelompok 1 mencapai 38,9 kali dan kelompok 2 dengan

rata-rata 39 kali.
55

4.2 Pembahasan.

Setelah mengikuti latihan squat pada kelompok eksperimen 1 dengan

volume tetap intensitas bertambah dan pada kelompok eksperimen 2 dengan

volume bertambah intensitas tetap, terjadi peningkatan daya tahan otot

tungkainya. Rata-rata daya tahan otot tungkai kelompok eksperimen 1 mencapai

61,2 kali dan pada kelompok eksperimen 2 mencapai 61 kali. Peningkatan daya

tahan otot tungkai pada kelompok eksperimen 1 mencapai 56,6% sedangkan pada

kelompok eksperimen 2 mencapai 57,2%. Namun demikian secara statistik

peningkatan daya tahan otot tungkai dari kedua kelompok relatif sama, terbukti

dari hasil uji t diperoleh thitung sebesar –0,48 pada interval daerah penerimaan Ho

(-2,02 –2,02).

Terjadinya peningkatan daya tahan otot tungkai dari kedua kelompok

karena adanya bentuk latihan squat jump secara kontinyu. Pada penelitian ini

latihan squat selama 16 kali pertemuan. Pada setiap latihan squat dilakukan secara

bertahap. Pada kelompok eksperimen 1 yang bertambah adalah intensitas

latihannya sedangkan volume tetap dan pada kelompok eksperimen 2 dengan

menambah volume sedangkan intensitasnya tetap. Dengan kegiatan tersebut dapat

berpengaruh positif terhadap peningkatan daya tahan otot tungkai.

Dengan adanya perubahan volume atau jumlah beban pada latihan squat

berpengaruh terhadap peningkatan daya tahan otot tungkai pemain sepakbola. Hal

ini sesuai dengan pendapat M Sajoto (1995) yang menyatakan bahwa sejak otot

yang menerima beban berlebih (overload), kekuatannya menjadi bertambah

dengan program weight training. Bila kekuatan dan daya tahan sudah bertambah
56

dan program latihan berikutnya dilakukan dengan beban yang tetap atau sama,

maka tidak lagi dapat menambah kekuatan. Oleh karena itu perlu penambahan

beban. Penambahan beban dilakukan bila otot sedang dilatih belum merasakan

letih pada suatu set dengan repetisi yang ditentukan. Prinsip penambahan beban

yang demikian disebut prinsip penggunaan penambahan beban secara progresif.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa melalui latihan squat dengan

intensitas bertambah terjadi peningkatan daya tahan otot tungkai para pemain.

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat M. Sajoto, 1995 : 30-33 yang

menyatakan bahwa di dalam menyusun program latihan pembebanan, ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan dan merupakan suatu pedoman yang harus

dipakai diantaranya adalah jumlah beban, repetisi dan frekuensi lama latihan

(intensitas latihan).

Secara umum frekuensi latihan berhubungan erat dengan intensitas latihan

dan lama latihan. Intensitas latihan menyatakan beratnya latihan dan merupakan

faktor utama yang mempengaruhi efek latihan terhadap faal tubuh, makin berat

latihan makin baik efek yang diperoleh (Dangsina Moeloek,1984:12 ).

Dengan latihan paling sedikit tiga hari per minggu paling baik untuk

olahraga kesehatan maupun olehraga prestasi, hal ini disebabkan kesehatan

seseorang akan menurun setelah 48 jam tidak melakukan latihan. Jadi kita

usahakan sebelum kesehatan menurun, harus sudah berlatih kembali. Hasil

penelitian ini juga menunjukkan hal yang serupa. Dengan latihan squat selama 16

kali pertemuan dengan 3 kali per minggu, menghasilkan peningkatan daya tahan

otot tungkai yang signifikan.


57

Hasil daya tahan otot tungkai dari kedua kelompok relatif sama. Hal ini

disebabkan karena perbedaan hasill latihan cenderung dikarenakan frekuensi

latihannya, seperti diungkapkan oleh Sadoso (1994:26), yang menyatakan bahwa

dengan empat hari latihan. Dari penelitian juga terlihat bahwa dua kali latihan

hasilnya sedikit lebih baik dari pada empat hari latihan. Dari penelitian juga

terlihat bahwa dua kali latihan per minggu tidak efektif untuk menaikkan olahraga

prestasi dan juga olahraga kesehatan. Jadi, jika kita melakukan olahraga dua hari

per minggu, maka hasilnya hanya sedikit lebih baik dari pada tidak melakukan

aktifitas sama sekali.


58

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil simpulan

sebagai berikut :

1. Latihan squat volume tetap intensitas bertambah sama hasilnya dengan

volume bertambah intensitas tetap terhadap daya tahan otot tungkai pada

pemain sepakbola LPSB Sambirejo Selection Semarang tahun 2005.

2. Daya tahan otot tungkai setelah mengikuti squat dengan volume tetap

intensitas bertambah dan volume bertambah intensitas tetap pada pemain

sepakbola LPSB Sambirejo Selection Semarang tahun 2005 terjadi

peningkatan

5.2 Saran

1. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan kepada pelatih LPSB

Sambirejo Selection Semarang untuk dapat meningkatkan daya tahan otot

tungkai melalui latihan squat volume tetap intensitas bertambah maupun

dengan volume bertambah intensitas tetap, sebab keduanya berpengaruh

terhadap peningkatan daya tahan otot tungkai yang relatif sama.

2. Disarankan kepada peneliti lain dapat menambah variasi perlakuan dan

melihat motivasi saat mengikuti latihan, sehingga dapat diketahui secara jelas

hasil yang terbaik untuk meningkatkan daya tahan otot tungkai pada pemain

sepakbola.

58

Anda mungkin juga menyukai