MATARAM
B. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Agustus 1990. Dengan ratifikasi itu, Indonesia secara teknis itu, Indonesia
yang terkandung dalam KHA. Dari berbagai isu yang ada di dalam KHA,
salah satu isu yang sangat membutuhkan perhatian khusus adalah anak, anak
dari segala aspek , mulai dari pembinaan pada keluarga, control sosial
undang tersebut terkendala dengan sarana dan prasarana yang disediakan oleh
kota besar. Hal ini tentu saja menyebabkan tidak dipenuhinya hak-hak anak
terhadap anak.
Anak merupakan aset bangsa, sebagai bagian dari generasi muda anak
Indonesia, anak adalah penerus cita – cita perjuangan bangsa. Peran strategis
bangsa dan negara pada masa depan. Oleh karena itu, setiap
anak harus mendapatkan pembinaan dari sejak dini, anak perlu
mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk dapat tumbuh
dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun
sosial. Terlebih lagi bahwa masa kanak-kanak merupakan
periode penaburan benih, pendirian tiang pancang, pembuatan
pondasi, yang dapat disebut juga sebagai periode pembentukan
watak, kepribadian dan karakter diri seorang manusia, agar
mereka kelak memiliki kekuatan dan kemampuan serta berdiri
tegar dalam meniti kehidupan.”1
“Anak adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
keberlangsungan hidup manusia dan keberlangsungan sebuah
bangsa dan Negara. Agar kelak mampu bertanggung jawab
dalam keberlangsungan bangsa dan Negara, setiap anak perlu
mendapat ksempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan
berkembang secara optimal, baik fisik, mental, maupun sosial.
Untuk itu, perlu dilakukannya upaya perlindungan untuk
mewujudkan kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan
terhadap pemenuhan hak-haknya tanpa perlakuan
2
diskriminasi.”
Seorang anak sesuai sifatnya masih memiliki daya nalar yang belum
cukup baik untuk membedakan hal-hal baik dan buruk. Tindak pidana yang
ataupun terpengaruh bujuk rayu dari orang dewasa. Sistem peradilan pidana
ternyata tidak berhasil menjadikan anak jera dan menjadi pribadi yang lebih
1
Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak dalam Sistem Peradilan Pidana Anak di
Indonesia, Refika Aditama,Bandung , 2008, hlm.1
2
Penjelasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
4
tak pernah kunjung selesai. Bahkan ada beberapa negara di belahan dunia
anak sebenarnya merupakan karunia yang tidak ternilai yang dititipkan oleh
Yang Maha Kuasa untuk disayang, dikasihi, diasuh, dibina, dirawat ataupun
di didik oleh kedua orang tua, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
secara sehat. Hal ini tidak terlepas dari semakin kompleksnya masalah yang
yang muncul akhir - akhir ini. Sementara pada diri seorang anak, proses
dengan hukum tentu harus ada upaya dari berbagai pihak untuk
tugas dan wewenang Polri sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-
dewasa. Sifat dasar anak sebagai pribadi yang masih labil, masa depan anak
b. Menegakkan Hukum
ada upaya paksa yang dilakukan oleh polisi untuk menegakkan hukum sesuai
7
dengan hukum acara yang diatur dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1981
masyarakat. Hal ini dikenal dengan nama diskresi. Tindakan tersebut diatur di
Kepolisian Negara Republik Indonesia No. 2 Tahun 2002, dimana polisi telah
tindak pidana anak. Pengalihan proses peradilan anak atau yang disebut
diversi terhadap tindak pidana oleh anak, sebenarnya polisi telah memiliki
2. Rumusan Masalah
atas maka pokok permasalahan yang ingin diangkat penulis tentang peran
3. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut
4. Manfaat Penelitian
a. Manfaat akademis
Mataram.
b. Manfaat teoritis
c. Manfaat Praktis
Mataram.
5. Ruang Lingkup
Sesuai dengan rumusan masalah di atas dan agar tidak meluas ataupun
membias, maka penelitian ini dibatasi hanya terhadap peran penyidik dalam
C. TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Peran
institusi.5
3
W.J.S Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1993.
4
W.J.S Poerwadarminta, Ibid
5
Ruslan Efendi, Peran, Wewenang dan Kekuasaan,
11
2. Penyidik
antara lain:
a. Pejabat imigrasi
b. Bea cukai
c. Dinas kesehatan
d. Tera
e. Paja
dan lain-lain.
lengkapnya berbunyi :
1) Penyidik adalah :
oleh undang-undang.
8
Muhammad Taufik Makarao ,.Hukum Acara Pidana dalam Teori dan Praktek, Ghalia Indonesia,
Bogor 2010, hlm 17
13
menyatakan bahwa :
9
Makarao,Muhammad Taufik, Ibid . hlm 18
14
a. Konsep Diversi
bebeapa factor lain diluar diri anak. Untuk melindungi anak dari pengaruh
proses formal system peradilan pidana, maka timbul pemikiran para ahli
atau pengalihan.
10
Gerson Bawengan, Penyidikan Tindak Pidana dan Teknik Introgasi , Pradya Paramita ,Bogor, 1977,
hlm.54
15
pidana).11
11
Marlina, “ Penerapan Konsep Diversi Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana dalam Sistem Peradilan
Pidana Anak”, Jurnal Equality, Vol. 13. No.1 Februari 2008, hlm.97.
16
pelayanan.
12
Marlina, Ibid hal 98
17
dilakukan oleh anak, hanya anak yang berkonflik dengan hukum atau
jalur diversi
disebutkan bahwa :
Diversi bertujuan :
b. Restorative Justice
bukan pembalasan.
konsensus;
criminal;
berikutnya.
13
Marlina, Ibid hal 102
19
seseorang atau beberapa orang dalam sebuah forum antara pelaku tindak
4. Pengertian Anak
a. Pengertian Anak
pendapat yang sangat beraneka ragam. Batas usia anak yang layak
14
Rika Saraswati, Hukum Perlindungan Anak Di Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, 2009 ,cet 1, hlm 17
15
M. Hassan Wadong, Advokasi dan Hukum Perlindungan Anak, Grasindo,Jakarta, 2000, hlm.24-25.
20
tahun;
dengan jelas dalam ketentuan hukum yang terdapat pada Pasal 1 ayat
sebagai berikut: “Anak adalah orang dalam perkara anak nakal telah
c) Anak Sipil yaitu anak yang atas permintaan orang tua atau
the Rights of the Child), pada Pasal 1 bagian 1 Konvensi Hak Anak
berikut ini:
5) Pembinaan efektif.
batas bawah usia, yaitu nol (0) tahun, batas penuntutan 8 (delapan)
tahun sampai dengan batas 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah
sebagai berikut:16
dalam masyarakat.
karena itu pengertian anak yang berkonflik dengan hukum dapat juga
menyatakan bahwa :
16
M. Hassan Wadong, Ibid hlm. 26
24
Anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi
tindak pidana.
bahasa Indonesia. Tetapi tidak ada penjelasan resmi tentang apa yang
dimaksud dengan strafbaar feit itu. Oleh karena itu, para ahli hukum
berusaha untuk memberikan arti dan isi dari istilah itu. Sayangnya
17
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana: Stelsel Pidana, Teori-Teori Pemidanaan & Batas
Berlakunya Hukum Pidana, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005 hlm.68.
25
Prodjodikoro.
dengan strafbaarfeit.
pengertian yang sebenarnya dalam istilah feit itu adalah termasuk baik
18
Adami Chazawi, Ibid hlm 70
26
ini merupakan hak azasi yang paling mendasar bagi anak yang
lingkungan.
mempengaruhi kehidupannya .
19
M. Hassan Wadong, Op.cit, hlm. 58
27
macam kasus posisi dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu perlu
atau perkara tersebut samar dan jika dilanjutkan justru tidak efektif
28
dimulainya diversi;
dibuat penetapan;
penelitian kemasyarakatan.
bisa jadi upaya diversi itu berhasil bisa juga tidak. Pemberian diskresi
yang ada dan melihat situasi yang terjadi dalam rangka penyelesaian
D. METODE PENELITIAN
di masyarakat.
1. Metode Pendekatan
2. Lokasi Penelitian
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari pihak
pembantu pada unit PPA Ditreskrimum Polda NTB yang terkait dan
Polda NTB yaitu pihak yang bertanggung jawab dan terkai langsung
6. Analisi Data
E. DAFTAR PUSATAKA
2. Peraturan Perundang-undangan