Anda di halaman 1dari 17

ABORTUS SPONTAN

I. DEFINISI
Abortus adalah berakhirnya kehamilan pada umur kehamilan kurang dari
20 minggu atau janin lahir dengan berat kurang dari 500 gram.

II. EPIDEMIOLOGI
Angka kejadian abortus dipengaruhi oleh berbagai faktor :
• Usia ibu
• Faktor yang berkaitan dengan kehamilan :
- Jumlah kehamilan dengan janin aterm sebelumnya.
- Kejadian abortus sebelumnya.
- Kejadian lahir mati sebelumnya.
- Riwayat melahirkan janin dengan kelainan kongenital / defek genetik.
• Pengaruh orang tua :
- Kelainan genetik orang tua.
- Komplikasi medis.

Abortus yang terjadi pada minggu-minggu pertama kehamilan umumnya


disebabkan oleh faktor ovofetal ; pada minggu-minggu berikutnya (11 – 12 minggu),
abortus yang terjadi disebabkan olehfaktor maternal. Sebesar 15% kehamilan klinis
dan 60% kehamilan kimiawi berakhir dengan abortus spontan dan 8% abortus spontan
terjadi pada kehamilan kurang dari 12 minggu.

III. KLASIFIKASI
Klasifikasi menurut macamnya:
• Abortus Spontan
Berakhirnya peristiwa kehamilan sebelum kehamilan usia 20 minggu
(WHO).Keluarnya sebagian atau seluruh hasil konsepsi dengan atau tanpa
disertai janin dengan berat < 500 gram.

• Abortus Provokatus (disengaja)


- Medisinalis : abortus yang dilakukan dengan alasan kehamilan
membahayakan ibunya atau janin cacat(atas indikasi
medik).

- Kriminalis : abortus dilakukan tanpa alasan medis yang sah.

Klasifikasi menurut derajatnya :


• Abortus Iminens
Abortus yang membakat ditandai dengan perdarahan pervaginam
yang minimal, tetapi portio uteri (kanalis servikalis) masih tertutup.

• Abortus Insipiens
Abortus yang sedang berlangsung ditandai dengan pembukaan servik
yang kemudian diikuti oleh kontraksi uterus, namun buah kehamilan belum
ada yang keluar.

• Abortus Inkompletus
Abortus yang ditandai dengan keluarnya sebagian hasil konsepsi dan
yang lain masih tertahan di dalam rahim biasanya jaringan dapat diraba dan
diikuti perdarahan hebat, serta terdapat pembukaan servik.

• Abortus Kompletus
Abortus yang terjadi ditandai dengan keluarnya seluruh hasil
konsepsi, ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri sudah menutup, dan
uterus sudah mengecil.

• “Missed Abortion”
Tertahannya hasil konsepsi yang telah mati di dalam rahim selama ≥8
minggu. Ditandai dengan TFU yang menetap atau mengecil dan tidak
diikuti tandaabortus seperti perdarahan, pembukaan servik.

• “Septic Abortion”
Abortus disertai infeksi uterus atau adneksa dan disertai dengan
gejala-gejala septikemia.

• Abortus Habitualis
Abortus spontan 3 kali atau lebih secara berturut-turut.

• Abortus Infeksiosus
Abortus yang disertai infeksipada genitalia.

IV. ETIOLOGI
4.1 Faktor ovofetal
Pemeriksaan USG janin dan histopatologis: pada 70% kasus, ovum yang
telah dibuahi gagal berkembang atau terjadi malformasi pada janin.

• Pada 40% kasus : latar belakang kejadian abortus adalah kelainan


kromosomal.
• Pada 20% kasus : trofoblast gagal untuk melakukan implantasi
dengan adekuat.

4.1 Faktor maternal :

• 2% peristiwa abortus disebabkan oleh adanya penyakit sistemik


maternal (systemic lupus erythematosis) dan infeksi sistemik
maternal lain.

• 8% peristiwa abortus berkaitan dengan abnormalitas uterus (kelainan


uterus kongenital, mioma uteri submukosa, inkompetensia servik).

• Terdapat dugaan bahwa masalah psikologis berperan dalam kejadian


abortus meski sulit dibuktikan atau perlu dilakukan penilaian
lanjutan.

Dari data diatas, dapat digolongkan penyebab abortus sebagai berikut :


• Ovum patologik (blighted ova)
Embrio degenerasi yang kadang-kadang disertai pertumbuhan
plasenta abnormal.

• Kromosom abnormal
- Manosomia
- Trisomia

• Kelainan pada sel telur dan sperma


Spermatozoa maupun sel telur yang mengalami “agging process”
sebelum fertilisasi akan meningkatkan insiden abortus.

• Kondisi rahim yang tidak optimal


Gangguan kontrol hormonal dan faktor-faktor endokrin lainnya yang
berhubungan dengan persiapan uterus dalam menghadapi implantasi dan
penyediaan nutrisi janin : gangguan pada corpus luteum.
• Penyakit ibu
- Penyakit kronis : Hipertensi, Diabetes Mellitus dan keganasan.
- Penyakit infeksi : Toksoplasmosis, rubella, dan sifilis.

• Inkompatibilitas Rhesus
Reaksi antara Rh dan anti Rh yang menyebabkan proses
autoimunologik sehingga terjadi erythroblastosis fetalis.

• Laparatomi
Makin dekat lokasi pembedahan ke organ pelvis, kemungkinan
abortus meningkat.

• Organ reproduksi abnormal misalnya mioma uteri, inkompetensia serviks

• Malnutrisi

• Trauma fisik dan jiwa


Rasa frustasi dan kepribadian premature.

• Keracunan
Tembakau , alkohol dan radiasi
V. PATOFISIOLOGI
Mekanisme awal abortus : lepasnya sebagian atau seluruh embrio akibat
perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan fungsi plasentayang terjadi akibat
perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan kontraksi uterus dan mengawali
proses abortus.

Pada kehamilan < 8 minggu :


Embrio rusak atau cacat yang masih terbungkus dengan sebagian desidua
dan villi chorialis cenderung dikeluarkan secara in toto , meskipun sebagian dari
hasil konsepsi masih tertahan dalam cavum uteri atau di kanalis servikalis.
Perdarahan pervaginam terjadi saat proses pengeluaran hasil konsepsi.

Pada kehamilan 8-14 minggu


Mekanisme diatas juga terjadi atau diawali dengan pecahnya selaput
ketuban lebih dulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat namun
plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri. Plasenta mungkin sudah berada
dalam kanalis servikalis atau masih melekat pada dinding cavum uteri. Jenis ini
sering menyebabkan perdarahan pervaginam berlebihan.

Pada kehamilan 14-22 minggu.


Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta
beberapa saat kemudian.Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam uterus
sehingga menyebabkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan
pervaginam yang banyak sehingga memerlukan evakuasi uterus.Perdarahan
umumnya tidak terlalu banyak namun rasa nyeri lebih menonjol.

VI. DIAGNOSA
Dasar penegakan diagnosa
1. Nyeri suprapubik, kejang uterus dan atau nyeri pinggang bagian bawah
2. Perdarahan pervaginam
3. Dilatasi servik dan teraba jaringan keluar dari kanalis servikalis
4. Gejala dan tanda kehamilan menghilang
5. Tes kehamilan negatif atau kadar β hcg meningkat pesat
6. Pemeriksaan ultrasonografi yang tidak normal
Selain itu dapat dilihat dari :
1. Anamnesis
Perdarahan, haid terakhir, pola siklus haid, ada tidak gejala / keluhan lain,
cari faktor risiko / predisposisi. Riwayat penyakit umum dan riwayat obstetri /
ginekologi.

2. Prinsip
Wanita usia reproduktif dengan perdarahan per vaginam abnormal harus
selalu dipertimbangkan kemungkinan adanya kehamilan.

3. Pemeriksaan fisik umum


Keadaan umum, tanda vital, sistematik.jika keadaan umum buruk lakukan
resusitasi dan stabilisasi segera.

4. Pemeriksaan ginekologi
Ada tidaknya tanda akut abdomen. Jika memungkinkan, cari sumber
perdarahan : apakah dari dinding vagina, atau dari jaringan serviks, atau darah
mengalir keluar dari ostium.
5. Jika diperlukan, ambil darah/cairan/jaringan untuk pemeriksaan penunjang (ambil
sediaan sebelum pemeriksaan vaginal touche)

6. Pemeriksaan vaginal touche : hati-hati. Bimanual tentukan besar dan letak uterus.
Tentukan juga apakah satu jari pemeriksa dapat dimasukkan ke dalam ostium
dengan mudah / lunak, atau tidak (melihat ada tidaknya dilatasi serviks). Jangan
dipaksa. Adneksa dan parametrium diperiksa, ada tidaknya massa atau tanda akut
lainnya.

VII. GEJALA KLINIK


7.1 Abortus iminen - threatened abortion
- 20% wanita hamil mengalami perdarahan pervaginam pada trimester I.
Pada sebagian besar kasus hal tersebut disebabkan oleh perdarahan
akibat adanya implantasi.
- Servik tertutup , perdarahan minimal dan dapat atau tanpa disertai rasa
nyeri.

7.2 Abortus insipien - inevitable abortion


- Ditandai dengan nyeri abdomen atau nyeri punggung, perdarahan
pervaginam dengan dilatasi servik.Abortus sudah tak mungkin
dipertahankan bila terjadi pendataran dan dilatasi servik dan atau
terjadi pecahnya selaput ketuban.
7.3 Abortus inkompletus
- Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari cavum uteri.
- Pada kehamilan < 10 minggu, janin dan plasenta umumnya keluar
secara bersamaan (abortus completus)
- Pada kehamilan > 10 minggu, keluarnya janin dan plasenta tidak
terjadi secara bersamaan dan sebagian masih tertahan didalam uterus.
(abortus incompletus) yang biasanya disertai rasa nyeri akibat
kontraksi uterus dalam usaha untuk mengeluarkan hasil konsespsi.
- Perdarahan umumnya persisten dan seringkali sangat banyak.

7.1 Abortus kompletus


- Ditandai dengan keluarnya seluruh hasil konsepsi.
- Perdarahan pervaginam ringan terus berlanjut sampai beberapa waktu
lamanya.
- Umumnya pasien datang dengan rasa nyeri abdomen yang sudah
hilang.
7.2 “Missed abortion”
- Setelah kematian janin, janin tidak segera dikeluarkan.
- Retensi kehamilan diperkirakan terjadi oleh karena masih adanya
produksi progesteron plasenta yang terus berlanjut dan produksi
estrogen yang turun sehingga kontraktilitas uterus menurun.
- Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya gangguan faal pembekuan
darah bila janin mati tidak dikeluarkan dalam waktu lebih dari 8
minggu.

7.3 “Blighted ovum”


“Blighted Ovum” atau anembryonic pregnancy adalah perkembangan
embrio yang gagal sehingga yang ditemukan hanya kantung kehamilan
dengan atau tanpa disertai yolk sac.

VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG


8.1 Laboratorium
• Darah lengkap
- Kadar haemoglobih rendah akibat anemia haemorrhagik.
- LED dan jumlah leukosit meningkat tanpa adanya infeksi.
• Tes kehamilan
Penurunan atau level plasma yang rendah dari β-hCG adalah
prediktif bagi terjadinya kehamilan abnormal (blighted ovum, abortus
spontan atau kehamilan ektopik).
8.2 Ultrasonografi
• USG transvaginal dapat digunakan untuk deteksi kehamilan 4 – 5
minggu.
• Detak jantung janin terlihat pada kehamilan dengan CRL > 5 mm (usia
kehamilan 5 – 6 minggu).
• Dapat digunakan untuk menentukan apakah kehamilan viabel atau non-
viabel.
• Abortus iminen : kantung kehamilan (gestational sac/ GS) dan embrio
yang normal.
• Prognosis buruk bila dijumpai adanya :
- Dinding kantung kehamilan tidak beraturan dan tidak adanya
kutub janin (FETAL POLE) .
- Perdarahan retrochorionic yang luas (> 25% ukuran kantung
kehamilan).
- DJJ yang perlahan (< 85 dpm).
• Abortus inkompletus : kantung kehamilan pipih dan iregular serta
terlihat adanya jaringan plasenta sebagai masa yang echogenik.
• Abortus kompletus : endometrium nampak saling mendekat tanpa
visualisasi adanya hasil konsepsi.
• Missed abortion : terlihat embrio atau janin tanpa DJJ.
• Blighted ovum : kantung kehamilan abnormal tanpa yolk sac atau
embrio

Kehamilan intrauterine 8 minggu. Terlihat gambaran embrio (E) dan yolk sac
(YS)
Blighted ovum : kantung gestasi (Gestational Sac ) yang kosong

Kematian embrio pada kehamilan 8 minggu, terlihat dinding kantung kehamilan


(GS) yang iregular dan Yolk sac yang mengempis
Uterus yang kosong ( U ) dengan masa adneksa (A) yang diduga adalahkehamilan
ektopik. β hCG saat ini > 100 mI

IX. PENATALAKSANAAN
Keberhasilan penatalaksanaan abortus tergantung pada diagnosa dini.Pada
semua pasien harus dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik
lengkap.Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan darah lengkap,
golongan darah.Kultur servik dikerjakan pada pasien abortus septik.

9.1 Abortus Iminens


• Diagnosa :
- Perdarahan per vaginam
- Nyeri (cramping)
- VT : Ostium uteri tertutup
• Tindakan pada Abortus Iminens :
- Tirah baring
- Diazepam tabl. 3 x 2 mg
- Tokolitik : Isoxsuprine tabl. 3 x 10 mg
- Antibiotika
- Hormonal : Progesteron
- Asam mefenamat caps. 4 x 250 mg
- Prognosis baik bila perdarahan berhenti dan keluhan nyeri hilang.
- D & C diperlukan bila perdarahan terus berlangsung dan banyak.
9.2 Abortus Insipiens
• Diagnosa :
- Perdarahan per vaginam
- Nyeri
- VT : Ostium uteri menipis dan terbuka, ketuban menonjol, buah
kehamilan utuh
• Tindakan pada Abortus Insipiens :
- Perbaikan keadaan umum ibu
- Kuretase/drip oksitosin bl kehamilan > 12 mgg
- Pasca kuretase : antibiotika, analgetik, observasi perdarahan
- Prognosis baik bila hasil konsepsi dapat dikeluarkan secara lengkap

9.3 Abortus Inkompletus


• Diagnosa :
- Perdarahan per vaginam kadang-kadang disertai syok
- Nyeri
- VT : Ostium uteri terbuka, didapat sisa kehamilan/plasenta
• Tindakan pada Abortus Inkompletus:
- Perbaiki KU
- Kosongkan isi uterus (menghentikan perdarahan)
- Ganti darah yg hilang
- Cegah infeksi (Amoxicillin 3 x 500 mg)

9.4 Missed Abortion


• Diagnosa :
- Perdarahan dan keluhan kehamilan
- Pemeriksaan fisik : TFU menetap, bahkan mengecil tidak sesuai usia
kehamilan
• Tindakan pada Missed Abortion
- Mengeluarkan jaringan nekrosis
- Pemeriksaan faal hemostasis
- Kehamilan < 12 mgg : langsung kuretase
- Kehamilan > 12 mgg : Estradiol benzoat 2x20 mg IM (2hr), sebelum
drip oksitosin.
9.5 Abortus Infeksius
• Diagnosa :
- Perdarahan per vaginam sering disertai syok
- Nyeri
- VT : Ostium uteri terbuka, nyeri adneksa dan fluor yang berbau
• Tindakan pada Abortus Infeksius :
- Perbaiki KU : infus, transfusi
- Antibiotika dosis tinggi : Ampisilin 3 x 1 gr selama 3 – 5 hari, atau
Amoksilin 3 x 1 gr 3 sampai 5 hari
- Kuretase setelah 3-6 jam
- Suportif : Oksigen dan pemasangan CVP
- Bila kuretase tak memberi perbaikan dilakukan TAH + BSO

9.6 Septik Abortion


• Diagnosa :
- Tanda-tanda sepsis pada umumnya
• Tindakan pada Septik Abortion :
- Antibiotika kombinasi dosis tinggi
- Suportif
- Kuret
- Bila kuretase tidak memberi perbaikan (stlh 6jam) jenis antibiotika
hrs diganti dan dilakukan TAH + BSO

9.7 Abortus Habitualis


Abortus berulang (recurrent abortion) adalah abortus yang terjadi 3
kali secara berturut-turut.Angka kejadian 0.4 – 1%. Resiko berulangnya
abortus setelah abortus I adalah 20% ; resiko setelah abortus II adalah 25%
dan resiko setelah abortus III adalah 30%.
9.8 Inkompetensia Serviks
20% penderita abortus berulang pada trimester II menderita
inkompetensia servik. Dasar diagnosa inkompetensia servik :
- Riwayat abortus berulang yang terjadi pada kehamilan > 12 minggu
dan biasanya diawali dengan pecahnya selaput ketuban tanpa rasa
nyeri.
- Ostium uteri eksternum mudah dilalui dengan dilator 9 mm pada saat
tak ada kehamilan
- Selama kehamilan terjadi dilatasi servik secara gradual yang diperiksa
melalui TVS atau VT.

Cervical Cerclage

a. Servik normal pada kehamilan 16 minggu


b. Inkompetensia servik pada kehamilan 16 minggu
c. Pemasangan Cervical Cerclage
Pasca pemasangan cerclage, 10% akan mengalami abortus, 10% mengalami persalinan
prematur dan sisanya dapat mencapai kehamilan 36 minggu.

Penanganan lanjutan :
- Setelah abortus pasien perlu diperiksa untuk mencari sebab abortus
- Perlu diperhatikan involusi uterus dan kadar HCG 1-2 bulan kemudian

- Diharapkan tidak hamil dalam waktu 3 bulan sehingga perlu memakai


kontrasepsi seperti kondom atau pil.

X. DIAGNOSA BANDING
Dari penjelasan diatas jelas bahwa abortus ditandai dengan adanya
perdarahan uterus dan nyeri dengan intensitas beragam. 95% perdarahan uterus
pada kehamilan muda disebabkan oleh abortus, namun perlu diingat diagnosa
banding dari perdarahan pervaginam pada kehamilan muda yaitu :

 Kehamilan ektopik
Dapat menunjukkan gejala yang menyerupai abortus, gangguan haid biasa,
nyeri abdomen atau nyeri panggul. Kadang ditemukan masa
adneksa.Pemeriksaan USG dapat menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik
bila ditemukan adanya kantung kehamilan dalam uterus, namun perlu diingat
(meski sangat jarang) adanya peristiwa kehamilan heterotopik (kehamilan
ektopik dan kehamilan intrauterine yang terjadi secara bersamaan).

 Perdarahan servik akibat epitel servik yang mengalami eversi


atau erosi
 Polip endoservik

 Mola hidatidosa
Umumnya mengalami abortus sebelum kehamilan 20 minggu.Pemeriksaan
USG kadang dapat memperlihatkan adanya kista theca lutein yang dapat
menyebabkan pembesaran ovarium bilateral.Perdarahan pervaginam yang terjadi
sering memperlihatkan adanya gelembung mola (gelembung mola adalah villi
chorialis yang mengalami degenerasi hidropik) dan tanda ini merupakan diagnosa
pasti dari MH.

- Karsinoma servik uteri (jarang)

XI. KOMPLIKASI
- Perdarahan yang menyebabkan haemorrhagic shock
- Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena
perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya
- Infeksi
- Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi
biasanya ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering pada abortus
buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis.
- Sepsis pasca abortus provokatus
- Sinechia intrauterine (Asherman’s syndroma)
- Infertilitas
- Perforasi, cedera vesika urinaria atau usus akibat tindakan kuretase
- Pembentukan fistula
DAFTAR PUSTAKA

1. Ainbinder SW; Akhter MW; Andrew DE et al.Early Pregnancy Risks in: Current
Diagnosis and Treatment Obstetrics and Gynecology. Edisi 10.United States of
America : McGraw-Hill. 2007.
2. Cuningham FG; Leveno KJ; Bloom SL et al. Abortion in: William’s Obstetric.
Edisi 23.United States of America : McGraw-Hill. 2010.
3. Schorge JO; Schaffer JI; Halvorson LM et al. Ectopic Pregnancy in: William’s
Gynecology. Edisi 1.United States of America : McGraw-Hill. 2008.
4. Sarwono.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal &
Neonatal.Editor : Abdul Bari Saifuddin, Gulardi Hanifa Wiknjosastro, Biran
Affandi, Djoko Waspodo. Ed. I, Cetakan. 5, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. 2008.
5. Sarwono.Ilmu Kandungan. Editor : Abdul Bari Saifuddin, Gulardi Hanifa
Wiknjosastro, Biran Affandi, Djoko Waspodo. Ed. II, Cetakan. 5, Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2006.
6. Sarwono.Ilmu Kebidanan. Editor : Abdul Bari Saifuddin, Gulardi Hanifa
Wiknjosastro, Biran Affandi, Djoko Waspodo. Ed. II, Cetakan. 5, Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2006.
-

Anda mungkin juga menyukai