Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PERPAJAKAN

PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN TERTENTU


DAN
PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PADA AKHIR TAHUN

Disusun Oleh:
KELOMPOK 7
1. Nurul Fatna Sari ( F0315065 )
2. Rahayu ( F0315073 )
3. Raka Riski Isniko ( F0315074 )

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
Sesuai dengan prinsip yang dianut oleh Undang-Undang Pajak Penghasilan Indonesia
yang menganut pengertian penghasilan dalam arti yang luas, penghasilan berupa bunga
deposito dan tabungan lainnya, penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di
bursa efek, penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan, serta
penghasilan tertentu lainnya merupakan Objek Pajak Penghasilan. Atas Penghasilan-
penghasilan tersebut dikenakan Pajak Penghasilan dengan perlakuan tersendiri yang diatur
dengan peraturan pemerintah.
Pertimbangan-pertimbangan yang mendasari diberikan perlakuan tersebut dimaksud
antara lain adalah kesederhanaan dalam pemungutan pajak, keadilan dan pemerataan dalam
pengenaan pajaknya serta memperhatikan perkembangan ekonomi dan moneter. Oleh karena
itu pengenaan Pajak Penghasilan termasuk sifat, besarnya, dan tata cara pelaksanaan
pembayaran, pemotongan, atau pemungutan atas jenis-jenis penghasilan tersebut diatur
tersendiri dengan Peraturan Pemerintah.
Sejak berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013, menambah banyaknya
cara penghitungan pajak penghasilan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi. Tarif pajak
penghasilannya yang bervariasi mulai tarif pajak 0,75%, tarif 1%, dan tarif pajak penghasilan
umum: 5%,15%,25% dan 30%. Juga ada perbedaan cara dalam menghitung penghasilan neto.
Ada yang menghitung dengan menggunakan Norma Penghitungan, juga ada yang menghitung
dengan cara yang umum yaitu penghasilan dikurangi dengan biaya-biaya. Bahkan pada tahun
yang sama seorang Wajib Pajak Orang Pribadi yang mempunyai penghasilan lebih dari satu
jenis, dapat dikenai pajak penghasilan dengan tarif yang berbeda. Hal ini dapat menimbulkan
kebingungan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi. Padahal penghitungan pajak seharusnya
sederhana. Bagaimana dan kapan tarif tersebut digunakan sangat penting untuk diperhatikan
Wajib Pajak, agar Wajib Pajak dapat mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar, jelas dan
lengkap sesuai yang diamanatkan oleh undang-undang perpajakan.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, maka pokok bahasan pada makalah ini
adalah Pajak Penghasilan atas penghasilan tertentu dan Perhitungan Pajak Penghasilan pada
akhir tahun. Tujuan pembahasan adalah untuk menegetahui materi tentang Pajak Penghasilan
atas penghasilan tertentu dan Perhitungan Pajak Penghasilan pada akhir tahun secara rinci dan
jelas.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN TERTENTU


1. Bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia
a) Dasar Hukum
PP No. 131 tahun 2000 tanggal 15 Desember 2000 atas penghasilan berupa
bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI, termasuk bunga yang diterima/
diperoleh dari deposito dan tabungan yang ditempatkan diluar negeri melalui
bank yang didirikan/ bertempat kedudukan di Indonesia / cabang bank luar
negeri di Indonesia, dikenakan pemotongan pajak yang bersifat final oleh bank
termasuk Bank Indonesia
b) Objek Pajak
Yang menjadi objek pemotongan pajak penghasilan adalah penghasilan berupa:
1. Bunga deposito dan tabungan, termasuk bunga yang diterima / diperoleh
dari deposito dan tabungan yang ditempatkan di luar negeri melalui bank
yang didirikan / tempat kedudukan di indonsia / cabang bank di luar negeri
di indonesia
2. diskonto sertifikat bank indonesia
c) Pemotong Pajak
Yang wajib melakukan pemotongan pajak penghasilan atas bunga deposito dan
tabungan serta diskonto sertifikat bank indonesia :
1. Bank termasuk bank indonesia yang membayarkan bunga deposito dan
tabungan serta diskonto SBI
2. Bank dan dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh menteri
keuangan yang menjual kembali SBI/sertifikat deposito kepada pihak lain
yang bukan bank dan dana pensiun yang pendiriannya belum disahkan oleh
menteri keuangan
3. Kantor pusat bank yang didirikan di indonesia atas bunga deposito dan
tabungan yang ditempatkan di luar negeri melalui cabang bank yang
didirikan di indonesia tersebut
4. Cabang bank luar negeri di indonesia atas bunga deposito dan tabungan
yang ditempatkan di luar negeri melaui cabang bank luar negeri tersebut di
indonesia
d) Tarif dan Sifat Pemotongan Pajak
1. Sebesar 20% dari jumlah bruto dan bersifat final, atas bunga dan diskonto
yang terutang / dibayarkan kepada penerima penghasilan baik orang pribadi
maupun badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap di indonesia
2. Sebesar 20% dari jumlah bruto / sesuai dengan tarif yang ditetapkan dalam
perjanjian penghindaran pajak berganda (tax treaty) dan bersifat final, atas
bunga dan dikonto yang terutang / dibayarkan kepada penerima penghasilan
wajib pajak luar negeri, baik orang pribadi maupu badan selain bentuk usaha
tetap di indonesia
e) Dikecualikan dari Pemotongan PPh
Yang dikecualikan / tidak dilakukan pemotongan pajak penghasilan:
1. Bunga dari deposito dan tabungan serta diskonto SBI sepanjang jumlah
deposito dan tabungan serta SBI tersebut tidak melebihi Rp. 7.500.000 dan
bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah
2. Bunga dan diskonto yang diterima / diperoleh bank yang didirikan di
indonesia / cabang bank luar negeri di indonesia
3. Bunga deposito dan tabungan, serta diskonto SBI, yang diterima / diperoleh
dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan menteri keuangan,
sepanjang dananya diperoleh dari sumber pendapatan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 29 UU No 11 tahun 1992 tentang dana pensiun
4. Bunga tabungan pada bank yang ditunjuk pemerintah dalam rangka
pemilikan rumah sederhana dan sangat sederhana, kaveling siap bangun
untuk rumah sederhana dan sangat sederhana/ rumah susun sederhana sesuai
dengan ketentuan yang berlaku untuk dihuni sendiri
f) Penggunaan Stampel Tanda Tangan pada Bukti Pemotongan
Aturan penggunaan stempel tanda tangan pada bukti pemotongan:
1) Pengertian pemotong pajak adalah bank yang menyediakan untuk membayar
Bunga Deposito, Tabungan atau Jasa Giro dan Diskonto SBI
2) Pemotong pajak yang menggunakan stempel tanda tangan wajib mengajukan
permohonan kepada dirjen pajak c.q kepala kantor pelayanan pajak tempat
pemotong pajak terdaftar
3) Setelah melakukan penelitian atas permohonan pemotong pajak, kepala
kantor pelayanan pajak atas nama dirjen pajak menerbitkan surat keputusan
penggunaan stempel tanda tangan dalam rangkap 3
4) Apabila jangka waktu paling lambat 14 hari sejak diterimanya permohonan
telah lewat dan dirjen pajak tidak memberi kputusan, maka permohonan
pemotonagn pajak tersebut dianggap diterima, dan selanjutnya kepala kantor
pelayanan pajak atas nama dirjen pajak segera menerbitkan surat keputusan
penggunaan stempel tanda tangan paling lambat 7 hari sejak batas waktu
penerbitan surat keputusan penggunaan stempel tanda tangan
5) Bagi pemotong pajak yang telah mendapat surat keputusan pengunaan
stempel tanda tangan wajib: menyerahkan spesimen tanda tangan pejabat
yang diberi wewenang untuk menandatangani bukti pemotongan PPh atas
Bunga Diskonto, Tabungan, Jasa Giro, dan Diskonto SBI ke kantor pelayanan
pajak tempat pemotong pajak terdaftar dan mencantumkan nomor dan tangal
keputusan penggunaan stempel tanda tangan pada bukti pemotongan PPh atas
bunga deposito, tabungan, jasa giro, dan diskonto SBI.

2. Hadiah Undian
a) Dasar Hukum
Dasar hukum pengenaan pajak penghasilan atas hadiah undian adalah PP RI
NO.132 Tahun 2000 Tanggal 15 Desember 2000
b) Objek Pajak
Yang menjadi objek pajak adalah hadiah undian yaitu dengan nama dan dalam
bentuk apapun yang diterima/ diperoleh orang pribadi/ badan yang pemberiannya
melaui cara undian.
c) Tarif Pajak
Atas penghasilan berupa hadiah undian yang diterima atau diperoleh orang pribadi
dan badan baik dalam negeri maupun luar negeri, dengan nama dan dalam bentuk
apapun dipotong atau dipungut PPh yang bersifat final sebesar 25% dari jumlah
bruto nilai hadiah undian.
d) Penyelenggara Undian
1. Orang pribadi
2. Badan
3. Kepanitiaan
4. Organisasi
5. Penyeenggara lainnya baik yang telah maupun belum memperoleh izin,
termasuk pengusaha yang menjual barang atau jasa yang memberikan hadiah
dengan cara diundi, misalnya bank, supermarket, toko, perusahaan, panitia
penarikan undian, dan sebagainya.
e) Kewajiban Penyelenggara Undian
1. Wajib memotong pajak penghasilan bila hadiah undian dibayarkan berupa uang
2. Wajib membuat dan memberikan bukti pemotongan atau pemungutan PPh atas
hadiah undian untuk setiap pembayaran atau penyerahan hadiah undian yang
bernilai Rp. 5.000.000,00 atau lebih.
3. Pada akhir bulan dibayarkan hadiah undian, terhadap pemotongan pph atas
hadiah undian yg dibuatkan bukti pemotongan, pemotong harus membuat
daftar pemotongan pph untuk bulan yang bersangkutan
4. Pemotong wajib melaporkan pph yang telah dipotong dan disetorkan kepada
kepala pelayanan pajak setempat selambatnya 20 bulan berikutnya
5. Apabila pada 4 butir diatas tidak dilaksanakan, maka dikenakan sanksi sesuai
dengan ketentuan dalam UUD No.6 th 1993 tentang ketentuan umum dan tata
cara perpajakan

3. Pengalihan Hak Atas Tanah dan/ atau Bangunan


a) Dasar Hukum
Didasarkan pada peraturan pemerintah RI nomor 48 tahun 1994; peraturan
pemerintah RI Nomor 27 tahun 1996; KMK No 635/KMK.04/1994 sebagaimana
telah diubah dengan PMK No 243/PMK.03/2008; KMK No 392/KMK.04/1996,
Peraturan Pemerintah RI No.79 tahun 1999 tanggal 30 September 1999 sebagai
perubahan kedua atas Peraturan Pemerintah No.48 tahun 1994 tentang
pembayaran pajak penghasilan dari penghasilan hak atas tanah dan bangunan.

4. Pengertian dan Objek Pajak


Termasuk dalam pengertian pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan
adalah semua pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan yang dapat dilakukan
dengan cara :
1. Penjualan, tukar-menukar termasuk ruilslag, perjanjian pemindahan hak,
pelepasan hak, lelang, hibah atau cara lain yang disepakati dengan pihak
lain selain pemerintah.
2. Penjualan, tukar menukar termasuk ruilslag, pelepasan hak, penyerahan hak
atau cara lain yang disepakati dengan pemerintah guna pelaksanaan
pembangunan, termasuk pembangunan untuk kepentingan umum yang tidak
memerlukan persyaratan khusus.
3. Penjualan, tukar-menukar termasuk ruilslag, pelepasan hak, penyerahan
hak, atau cara lain kepada pemerintah guna pelaksanaan pembangunan
untuk kepentingan umum yang memerlukan persyaratan khusus.
a) Tarif Pajak
Pokok-pokok peraturan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 79
tahun 1999 yang dikuti dengan keputusan menteri keuangan Nomor
566/KMK.04/1999 Tanggal 27 Desember 1999 dan SE Nomor 55/Pj.42/1999
tanggal 31 Desember 1999 yang diberlakukan sejak 1 januari 2000 sebagai
berikut :
1. Dikenakan 5% dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan/
bangunan yang pengenaannya dilakukan terhadap orang pribadi yang
menerima penghasilan dari pengalihan hak atas tanah/ bangunan yang
dilakukan dengan cara penjualan, tukar menukar termasuk ruilslag,
perjanjian pemindahan hak, pelepasan hak, penyerahan hak, lelang, hibah
atau cara lain yang disepakati dengan pihak lain selain pemerintah.
2. Dikenakan tarif 5% terhadap wajib pajak orang pribadi yang menerima
penghasilan dari pengalihan hak atas tanah/ bangunan yang dialihkan
dengan cara penjualan, tukar menukar termasuk ruilslag, pelepasan hak,
penyerahan hak atau cara lain yang disepakati dengan pemerintah guna
pelaksanaan pembangunan, termasuk pembangunan untuk kepentingan
umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus.
3. Dikenakan tarif 5% dari jumlah bruto nilai pengalihan terhadap wajib pajak
orang pribadi yang jumlah penghasilannya melebhi PTKP melakukan
pengalihan hak atas tanah/ bangunan yang jumlah brutonya kurang dari Rp.
60.000.000,00
4. Atas penghasilan dari transaksi penjualan/ pengalihan hak atas tanah/
bangunan yang diterima wajib pajak badan termasuk koperasi sebagai
barang dagangan terutang PPh yang didasarkan pada pasal 16 ayat (1) UU
PPh demikian pula tarif pajaknya didasarkan pasal 17 UU PPh
5. Terhitung mulai tanggal 1 januari 2000 wajib pajak badan termasuk
koperasi diatas wajib membayar angsuran PPh dalam tahun berjalan
berdasarkan ketentuan pasal 25 UU PPh
6. Besarnya angsuran PPh tahun berjalan/ PPh pasal 25 untuk pertama kalinya
ditetapkan sebesar seperduabelas dari PPh yang dihitung berdasarkan
penerapan tarif umum pasal 17 UU PPh atas penghasilan neto bulan yang
bersangkutan setelah disetahunkan
7. Kerugian fiskal yang terjadi selama dan sebelum berlakunya pengenaan
PPh final berdasarkan PP No.48 tahun 1994 sebagaimana telah diubah
dengan PP No.27 tahun 1996 tidak boleh dikompensasi dengan penghasilan
kena pajak mulai masa pajak januari 2000 dst

5. Pengecualian dari Kewajiban Pembayaran atau Pemungutan PPh atas


Penghasilan Pengalihan Hak Tanah dan/ atau Bangunan
a) Dasar Penghitungan Pajak
Besarnya nilai pengalihan hak sebagai dasar perhitungan besarnya PPh adalah nilai
yang tertinggi antara nilai berdasarkan akta pengalihan hak dengan Nilai Jual
Objek Pajak (NJOP) tanah dan/ atau bangunan yang bersangkutan sebagaimana
dimaksud dalam UU Nomor 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan
sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 12 tahun 1994, kecuali :
1. Dalam hal pengalihan hak kepada pemerintah adalah nilai berdasarkan
keputusan pejabat yang bersangkutan
2. Dalam hal pengalihan hak sesuai dengan peraturan lelang (Stb. 1908 Nomor
189 dengan segala perubahannya) adalah nilai menurut risalah lelang tersebut.
b) Sifat Pengenaan Pajak
1. Pembayaran pajak penghasilan sehubungan dengan pengalihan hak atas tanah
dan/ atau bangunan yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi, yayasan
atau organisasi yang sejenis, yang usaha pokoknya melakukan transaksi
pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan bersifat final.
2. Pembayaran pajak penghasilan sehubungan dengan penghasilan yang diperoleh
dari pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan yang jumlah brutonya
kurang dari 60 juta yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi yang jumlah
penghasilannya melebihi penghasilan tidak kena pajak bersifat final.
3. Pembayaran pajak penghasilan sehubungan dengan penghasilan yang diterima
atau diperoleh wajib pajak badan termasuk koperasi yang usaha pokoknya
melakukan transaksi pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan adalah
bersifat tidak final.
c) Pembayaran atau Pemungutan PPh
1. Pembayaran aau pemungutan pajak penghasilan yang terutang dikaitkan
dengan penandatanganan akta pengalihan hak oleh Notaris PPAT/ pejabat yang
berwenang, atau dengan pembayaran oleh bendaharawan atau pejabat yang
melakukan pembayaran/ menyetujui tukar-menukar
2. Akta pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan yang jumlah brutonya lebih
kecil dari 60 juta dan dilakukan oleh orang pribadi yang penghasilannya
melebihi PTKP, pembayaran PPh yang terutang sebesar 5% bersifat final tidak
dikaitkan dengan saat penandatanganan akta oleh PPAT atau pada saat
pembayaran oleh bendaharawan seperti tersebut pada butir 1 diatas. Tetapi
wajib dibayar sendiri oleh wajib pajak orang pribadi yang mengalihkan hak
selambat-lambatnya pada akhir tahun takwim.
3. Tata cara pembayaran pajak penghasilan yang dikaitkan dengan
penandatanganan akta oleh PPAT/ pejabat yang berwenang :
a. Pajak PPh yang terutang wajib dibayar sendiri oleh WP yang mengalihkan
hak dengan menggunakan Surat Setoran Pajak ke bank persepsi
b. Dalam SSP dicantumkan nama, alamat, dan NPWP 15 digit dari WP yang
mengalihkan hak tersebut, serta dicantumkan lokasi tanah, dan nama
pembeli.
c. PPAT/ pejabat yang berwenang hanya boleh menandatangani akta,
keputusan, perjanjian, kesepakatan/ risalah lelang atas pengalihan hak atas
tanah setelah WP dapat membuktikan bahwa kewajiban PPh yang terutang
atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah tersebut telah dipenuhi
d. PPAT/ pejabat yang berwenang wajib melampirkan SSP atau lembar ke-2
SKB pada akta pengalihan hak atas tanah yang bersangkutan
e. SSP lembar ke-3 wajib disampaikan oleh WP yang melakukan pengalihan
hak ke kantor pelayanan pajak tempat WP terdaftar
f. PPAT/ pejabat yang berwenang wajib menyampaikan laporan bulanan
mengenai penerbitan akta, keputusan, perjanjian, dll.
4. Tata cara pembayaran pajak penghasilan atas penghasilan dari pengalihan hak
atas tanah dan/ atau bangunan yang disepakati dengan pemerintah guna
pelaksanaan pembangunan yang tidak memerlukan persyaratan khusus:
a. Pelunasan PPh yang terutang atas penghasilan yang diterima WP dari
pengalihan hak atas tanah kepada pemerintah yang dibiayai dengan dana
yang berasal dari APBN/APBD
b. Bendaharawan atau pejabat tersebut wajib menyetor PPh yang telah
dipungut ke bank persepsi atau kantor pos sebelum melakukan pembayaran
kepada orang pribadi atau badan yang berhak menerimanya/ sebelum tukar-
menukar dilaksanakan.
c. Bendaharawan atau pejabat menyerahkan lembar ke-1 SSP yang telah
dilunasi kepada pihak yang mengalihkan.
d. Bendaharawan atau pejabat wajib melampirkan lembar ke-5 SSP atau
lembar ke-2 SKB pembayaran PPh pada surat keputusan mengenai
pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan kepada pemerintah
e. Bendaharawan atau pejabat wajib menyampaikan laporan mengenai
pemungutan atau penyetoran PPh sehubungan dengan pengalihan hak atas
tanah dan/ atau bangunan kepada kantor pelayanan pajak dan kantor
pelayanan PBB
d) Pengalihan Hak Berdasarkan Keputusan Lelang
1. Atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan
berdasarkan keputusan lelang harus dibayar PPh sebesar 5% dari nilai menurut
risalah lelang tanpa memperhatikan NJOP tanah dan/ atau bangunan yang
bersangkutan
2. Kepala kantor lelang negara wajib memotong dan menyetor PPh yang terutang
tersebut dari hasil lelang atas nama pihak yang hartanya dilelang disertai cap
kepala kantor lelang yang berkenaan
3. Terhadap penjualan lelang beberapa bidang tanah dan/ atau bangunan milik
orang pribadi yang jumlah keseluruhannya mencapai 60 juta atau lebih,
walaupun terdapat bidang tanah yang harganya kurang dari 60 juta
4. Penyetoran/pemotongan PPh sebagaimana dimaksud pada butir 1, dilakukan
dengan menggunakan surat setoran pajak ke bank persepsi atau kantor pos dan
giro
5. Kantor lelang negara wajib malampirkan SSP lembar ke-5 pada risalah lelang
6. Kantor lelang negara wajib menyampaikan laporan bulanan tentang pengalihan
hak berdasarkan lelang kepada kepala KPP dan kepada kepala KPPBB
setempat selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya setelah risalah
lelang ditandatangani, dilampiri dengan lembar ke-3 SSP
e) Ketentuan Khusus
Sehubungan dengan pengenaan PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas
tanah dan/ atau bangunan, terdapat ketentuan khusus yaitu:
1. Sewa dengan hak opsi
2. Sale and lease back
3. Penggabungan, peleburan dan pemekaran usaha
4. Bangun guna serah
5. Tanah dan/ atau bangunan milik pemerintah
f) Surat Keterangan Bebas (SKB)
Surat Keterangan Bebas (SKB) adalah surat keterangan bebas pajak atas
penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan, yang tata caranya
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Permohonan untuk memperoleh surat keterangan bebas pajak penghasilan atas
penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan diajukan secara
tertulis orang pribadi/ badan yang melakukan pengalihan hak atas tanah ke
KPP
2. Dalam hal pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan karena warisan
3. Dalam hal permohonan untuk memperoleh SKB PPh atas penghasilan dari
pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1)
4. Kepala kantor pelayanan pajak harus memberikan keputusan dalam jangka
waktu paling lama 3 hari kerja sejak tanggal surat permohonan (SKB)
dimaksud.

6. Persewaan Tanah dan/ atau Bangunan


a) Dasar Hukum
Peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun 1996 tanggal 18 april 1996 dan KMK
Nomor 394/KMK.04/1996 tanggal 5 juni 1996 yang mengatur masalah pengenaan
PPh atas penghasilan yang diterima dari persewaan tanah dan/ atau bangunan
yang diperbarui dengan peraturan pemerintah Nomor 5 tahun 2002 tanggal 23
maret 2002 tentang perubahan atas peraturan pemerintah Nomor 29 tahun 1996
tentang pembayaran pajak penghasilan dari persewaan tanah dan/ atau bangunan
b) Tarif Pajak
1. Besarnya tarif pajak penghasilan atas penghasilan dari persewaan tanah dan/
atau bangunan, ditetapkan sebesar 10% dari jumlah bruto nilai persewaan
tanah dan/ atau bangunan dan bersifat final.
2. Dalam hal kontrak atau perjanjian sewa ditandatangani sebelum bulan Mei
2002, maka atas penghasilan yang diterima wajib pajak badan dari persewaan
tanah dan/ atau bangunan dikenakan tarif sebesar 6% dari jumlah bruto nilai
perewaan.
3. Dalam hal kontrak/ perjanjian sewa ditandatangani sebelum bulan Mei 2002,
tetapi pelaksanaannya setelah bulan april 2002, maka atas penghasilan yang
diperoleh wajib pajak badan dari persewaan tanah dikenakan pajak dengan
tarif 10% dari jumlah nilai bruto nilai persewaan
4. Kontrak/ perjanjian yang ditandatangani dan pelaksanaannya setelah bulan
April 2002, maka atas penghasilan yang diterima wajib pajak badan dari
persewaan tanah dan/ atau bangunan dikenakan pajak dengan tarif 10% dari
jumlah nilai bruto persewaan
c) Pembukuan Wajib Pajak
Pembukuan bagi wajib pajak yang menyewakan, wajib dipisahkan antara
penghasilan dan biaya yang berhubungan dengan persewaan tanah dan bangunan
dengan penghasilan dan biaya lainnya
d) Pembayaran PPh Pasal 25
Diterima/diperoleh oleh wajib pajak yang tidak atau semata-mata usahanya
bergerak dibidang usaha persewaan tanah dan/ atau bangunan.
e) Cara Pelunasan Pajak
1. Pemotongan oleh penyewa dalam hal penyewa adalah badan pemerintah,
subjek pajak badan dalam negeri, dll
2. Penyetoran sendiri oleh yang menyewakan dalam hal penyewa adalah orang
pribadi atau bukan subjek pajak selain tersebut butir 1 diatas.
f) Kewajiban Penyewa (Pemberi Hasil)
1. Memotong PPh yang terutang pada saat pembayaran atau terutangnya sewa,
tergantung peristiwa mana yang lebih dahulu terjadi
2. Menyetor PPh yang terutang ke bank persepsi atau kantor Pos dan Giro paling
lambat tanggal 10 bulan takwim berikutnya setelah bulan pembayaran
3. Melaporkan pemotongan dan penyetoran PPh yang terutang ke kantor
pelayanan pajak paling lambat 20 bulan takwim berikutnya setelah bulan
pembayaran.

7. Transaksi Penjualan Saham di Bursa Efek


a) Dasar Hukum
Peraturan pemerintah Nomor 41 tahun 1994 tanggal 23 Desember 1994 dan KMK
Nomor 282/KMK.04/1997 tanggal 20 juni 1997 yang mengatur masalah
pengenaan PPh atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dari transaksi
penjualan saham di bursa efek.
b) Pengertian
 Bursa efek adalah penyelenggara transaksi jual beli efek; seperti bursa efek
indonesia dan bursa paralel indonesia
 Perantara pedagang efek adalah perusahaan yang telah menjadi anggota bursa
yang telah melakukan transaksi jual beli efek di bursa, baik untuk
kepentingannya sendiri maupun untuk kepentingan pihak lain.
 Pendiri adalah orang pribadi atau badan yang namanya tercatat dalam Daftar
Pemegang Saham Perseroan Terbatas atau tercantum dalam Anggaran Dasar
Perseroan Terbatas sebelum pernyataan pendaftaran yang diajukan kepada
Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dalam rangka penawaran umum
perdana (initial public offering-IPO) menjadi efektif.
 Saham pendiri adalah saham yang dimiliki oleh mereka yang termasuk kategori
“pendiri” sebagaimana dimaksud pada angka 3 diatas.
c) Tarif Pajak
 Besarnya PPh atas penghasilan yang diterima orang pribadi atau badan dari
transaksi penjualan saham di bursa efek adalah 0,1% dari jumlah bruto nilai
transaksi penjualan saham, baik untuk saham biasa maupun saham pendiri
 Khusus untuk transaksi penjualan saham pendiri, terhadap pemilik saham
dikenakan tambahan PPh sebesar 0,5% dari nilai jual saham.
d) Pengenaan Pajak
Pengenaan PPh sebesar 0,1% untuk setiap transaksi penjualan saham, dilakukan
dengan cara pemotongan oleh penyelenggara bursa efek melalui perantara
pedagang efek pada saat pelunasan transaksi penjualan saham.
e) Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan
1. Pemotongan PPh oleh penyelenggara bursa efek dilakukan melalui perantara
pedagang efek pada saat pelunasan transaksi penjualan saham.
2. Penyelenggara bursa efek wajib menyetor PPh tersebut ke bank persepsi atau
kantor pos selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya setelah bulan
terjadinya transaksi penjualan saham.
3. Penyelenggara bursa efek wajib menyampaikan laporan tentang pemotongan
dan penyetoran PPh tersebut kepada kepala kantor pelayanan pajak setempat
selambat-lambatnya tanggal 25 bulan yang sama dengan bulan penyetoran.

8. Jasa Konstruksi
a) Pengertian dan Lingkup Jasa Konstruksi
 Jasa konstruksi adalah layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan
konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan
jasa konsultasi pengawasan pekerjaan konstruksi
 Pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan
perencanaan dan/ atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup
pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan
masing2, beserta kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunan atau
bentuk fisik lain.
 Perencanaan konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau
badan yang dinyatakan ahli yang profesional dibidang perencanaan jasa
konstruksi yang mampu mewujudkan pekerjaan dalam bentuk dokumen
perencanaan bangunan fisik lain.
 Pelaksanaan konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau
badan yang dinyatakan ahli yang profesional dibidang pelaksanaan jasa
konstruksi yang mampu menyelenggarakan kegiatannya untuk
mewujudkan suatu hasil perencanaan menjadi bentuk bangunan atau
bentuk fisik lain.
 Pengawasan konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau
badan yang dinyatakan ahli yang profesional dibidang pengawasan jasa
konstruksi yang mampu melaksanakan pekerjaan pengawasan sejak awal
pelaksanaan pekerjaan konstruksi sampai selesai dan diserahterimakan.
 Pengguna jasa adalah orang pribadi atau badan termasuk bentuk usaha
tetap yang memerlukan layanan jasa konstruksi.
 Penyedia jasa adalah orang pribadi atau badan termasuk bentuk usaha
tetap yang kegiatan ushanya menyediakan layanan jasa konstruksi baik
sebagai perencana konstruksi dan pengawas konstruksi maupun sub-
subnya.
 Nilai kontrak jasa konstruksi adalah nilai yang tercantum dalam satu
kontrak jasa konstruksi secara keseluruhan.

9. Pencatatan dan Kredit Pajak


Setiap penyedia jasa diwajibkan melakukan pencatatan yang terpisah atas biaya yang
timbul dari penghasilan yang diterima atau diperoleh dari kegiatan usaha selain usaha
jasa konstruksi. Pajak yang dibayar atau terutang diluar negeri dapat dikreditkan
terhadap pajak yang terutang berdasarkan ketentuan undang-undang pajak
penghasilan.

10. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2009 Usaha Jasa Konstruksi


Peraturan pemerintah Nomor 40 tahun 2009 ini sebenarnya sebagai penyempurnaan
PP Nomor 51 tahun 2008 yang mengatur pajak penghasilan atas penghasilan dari
usaha jasa konstruksi. Perubahan yang dimaksud meliputi:
a. Pengenaan PPh terhadap kontrak sebelum 1 Agustus 2008 tetapi pembayaran
kontrak atau bagian kontrak dilakukan sampai dengan 31 Desember 2008
b. Pengenaan PPh terhadap kontrak sebelum 1 Agustus 2008 tetapi pembayaran
kontrak atau bagian kontrak dilakukan setelah 31 Desember 2008
c. Pengenaan pajak penghasilan terhadap kontrak yang ditandatangani sejak 1
Agustus 2008

11. Pajak Penghasilan atas Bunga Obligasi


Undang-undang Nomor 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan perlu adanya
penyesuaian terhadap ketentuan mengenai pajak penghasilan atas penghasilan berupa
bunga obligasi. Pengaturan tersebut dimuat dalam peraturan pemerintah Nomor 16
tahun 2009 tentang pajak penghasilan atas penghasilan berupa bunga obligasi, yang
berlaku mulai tanggal 1 Januari 2009.

12. Pengertian dan Pemotongan Pajak Penghasilan


Sebelum mengetahui tata cara pemotongannya perlu mengetahui objek
pemotongannya yaitu bunga obligasi. Pengertian obligasi yaitu sebagai surat utang
dan surat utang negara (SUN) yang berjangka waktu lebih dari 12 bulan. Dengan
demikian, bunga obligasi adalah imbalan yang diterima dalam bentuk bunga dan/
atau diskonto.

13. Tarif Pemotongan Pajak Penghasilan


a. Bunga obligasi dengan kupon
b. Diskonto dari obligasi dengan kupon
c. Diskonto dari obligasi tanpa bunga
d. Bunga dan/ atau diskonto dari obligasi yang diterima dan/ atau diperoleh wajib
pajak reksadana yang terdaftar pada badan pengawas pasar modal dan lembaga
keuangan.

14. Pihak Pemotong Pajak Penghasilan


a. Penerbit obligasi atau kustodian agen pembayaran yang ditunjuk, atas bunga dan/
atau diskonto yang diterima pemegang obligasi dengan kupon pada saat jatuh
tempo bunga obligasi, dan diskonto yang diterima pemegang obligasi tanpa
bunga pada saat jatuh tempo obligasi
b. Perusahaan efek, dealer, atau bank, selaku pedagang perantara dan/ atau pembeli,
atas bunga dan diskonto yang diterima penjual obligasi pada saat transaksi.

15. Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Transaksi Derivatif


Berdasarkan ketentuan pasal 4 ayat (2) yaitu pengenaan Pajak Penghasilan terhadap
transaksi derivatif dan ketentuan pasal 17 ayat (7) UU Pajak Penghasilan yang
menyatakan penetapan tarif pajak sendiri, sehingga diperlukan PP sebagaimana telah
dikeluarkan peraturan pemerintah Nomor 17 tahun 2009 tentang PPh dari transaksi
derivatif berupa kontrak berjangka yang diperdagangkan di bursa. Transaksi defivatif
tersebut adalah transaksi yang didasari pada kontrak atau perjanjian pembayaran
yang lainnya merupakan turunan dari nilai instrumen yang mendasar seperti, suku
bunga, nilai tukar, komoditas, ekuitas, dan indeks, baik yang diikuti dengan
pergerakan tanpa pergerakan dana atau instrument. Transaksi derivatif berupa
kontrak jangka panjang.

16. Tarif Pajak


Besarnya PPh atas penghasilan dari transaksi derivatif berupa kontrak berjangka
yang diperdagangkan di bursa ditetapkan sebesar 2,5% dari margin awal. Margin
awal adalah sejumlah uang atau surat berharga yang harus ditempatkan oleh pialang
berjangka atau anggota bursa pada lembaga kliring dan penjamin untuk menjamin
pelaksanaan transaksi kontrak berjangka.

17. Pajak Penghasilan atas Bunga Simpanan Koperasi


Peraturan pemerintah Nomor 15 tahun 2009 yang mengatur pajak penghasilan atas
bunga simpanan koperasi tujuannya dimaksud untuk memberikan kemudahan pada
wajib pajak dan meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengenaan pajak serta
mendorong perkembangan perkoperasian indonesia. Peraturan pemerintah dimaksud
berlaku per 1 Januari 2009.

18. Objek Pajak, Besarnya Pajak Penghasilan, dan Sifat Pemotongan


Ditetapkan sebagai objek pajak adalah penghasilan berupa bunga simpanan yang
dibayarkan oleh koperasi yang didirikan di indonesia kepada anggota koperasi orang
pribadi dikenai pajak penghasilan. Sifat pemotongan pajak penghasilan yang
dimaksud adalah berifat final.
Besarnya tarif pemotongan pajak penghasilan ditetapkan :
 0% untuk penghasilan berupa bunga simpanan sampai dengan Rp 240.000,00
per bulan
 10% dari jumlah bruto bunga untuk penghasilan berupa bunga simpanan lebih
dari Rp 240.000,00 per bulan.

19. Pemotong Pajak Penghasilan


Sebagai pemotong pajak penghasilan yaitu koperasi yang melakukan pembayaran
bunga simpanan kepada anggota koperasi orang pribadi berkewajiban memotong
PPh yang bersifat final.
Contoh :
 Bunga simpanan dibayarkan bulan februari 2011 sebesar Rp 240.000,00
untuk masa Januari 2011, maka PPh terutang NIHIL
(0% x Rp 240.000,00)
 Bunga simpanan dibayarkan pada bulan februari 2011 Rp 245.000,00 untuk
masa Januari 2009, maka PPh terutang:
10% x Rp 245.000,00 = Rp 24.500,00
 Bunga simpanan dibayarkan pada bulan april 2011 sebesar Rp 500.000,00
dengan rimcian
Januari 2011 Rp 250.000,00
Februari 2011 Rp 150.000,00
Maret 2011 Rp 100.000,00
Bunga simpanan yang dikenakan pajak penghasilan 10% yaitu bunga bulan
Januari 2011 sebesar 10% x Rp 250.000,00 = Rp 25.000,00 untuk bulan
Februari dan Maret 2011 pajak penghasilan terutang NIHIL.

20. Pajak Penghasilan atas Dividen yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak
Orang Pribadi Dalam Negeri
Dengan perubahan ketentuan undang-undang PPh yaiyu dengan diundangkannya
Undang-undang No 36 tahun 2008 tentang PPh, khususnya pasal 17 ayat (2c)
mengatur tarif yang dikenakan atas penghasilan berupa dividen yang dibayarkan
kepada wajib pajak orang pribadi dalam negeri yaitu paling tinggi 10% dan bersifat
final. Dengan peraturan pemerintah No 19 tahun 2009 tentang pajak penghasilan atas
dividen yang diterima atau diperoleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri dikenai
PPh sebesar 10% dan bersifat final.

21. Tarif, Sifat Pengenaan, dan Tata Cara Pemotongan


Penghasilan berupa dividen yang diterima atau diperoleh wajib pajak orang pribadi
dalam negeri dikenai PPh sebesar 10% dan bersifat final. Tata cara pengenaan PPh
ini dengan cara pemotongan oleh pihak yang membayar atau pihak lain yang
ditunjuk selaku pembayar dividen.

B. PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PADA AKHIR TAHUN


1. Kredit Pajak
Antara lain:
a. Pemotongan pajak atas penghasilan dari pekerjaan, jasa, dan kegiatan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 Undang-undang PPh.
b. Pemungutan pajak atas penghasilan dari kegiatan dibidang impor atau kegiatan
usaha dibidang lain sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 Undang-undang PPh.
c. Pemotongan pajak atas penghasilan berupa dividen, bunga, royalti, sewa, hadiah
dan penghargaan, dan imbalan jasa sebagaimana dimaksud dalam pasal 23
Undang-undang PPh.
d. Pajak yang dibayar atau terutang atas penghasilan dari luar negeri yang boleh
dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam pasal 24 Undang-undang PPh.
e. Pembayaran yang dilakukan oleh wajib pajak sendiri sebagaimana dimaksud
dalam pasal 25 Undang-undang PPh.
f. Pemotongan pajak atas penghasilan sebagaimana dimaksud dlam pasal 26 ayat
(5) Undang-undang PPh.

2. Pajak yang Terutang Lebih Besar daripada Kredit Pajak


Apabila pajak penghasilan yang terutang untuk suatu tahun pajak ternyata lebih besar
daripada jumlah kredit pajak, maka kekurangan pajak yang terutang tersebut harus
dilunasi sebelum Surat Pemberitahuan Tahunan disampaikan. Apabila tahun buku
sama dengan tahun takwim, maka kekurangan pajak tersebut wajib dilunasi tetap
sebelum Surat Pemberitahuan Tahunan PPh disampaikan sedangkan apabila tahun
buku tidak sama dengan tahun takwim, misalnya tahun buku dimulai tanggal 1 juli
sampai dengan 30 juni, maka kekurangan pajak wajib dilunasi tetapnjuga mengacu
pada sebelum Surat Pemberitahuan Tahunan PPh disampaikan.
Contoh :
PPh yang terutang PT.Pradana Rp 80.000.000,00
Kredit pajak :
1. Pemotongan pajak dari pekerjaan (pasal 21) Rp 5.000.000,00
2. Pemungutan pajak oleh pihak lain (pasal 22) Rp 10.000.000,00
3. Pemotongan pajak dari modal (pasal 23) Rp 5.000.000,00
4. Kredit pajak luar negeri (pasal 24) Rp 15.000.000,00
5. Dibayar sendiri oleh wajib pajak (pasal 25) Rp 10.000.000,00
Jumlah PPh yang dapat dikreditkan Rp 45.000.000,00
PPh yang masih harus dibayar Rp 35.000.000,00
Apabila tahun buku wajib pajak sama dengan tahun takwim maka kekurangan
pajak sebesar Rp 35.000.000,00 tersebut wajib dilunasi sebelum Surat
Pemberitahuan Tahunan PPh disampaikan.

3. Pajak yang Terutang Lebih Kecil daripada Kredit Pajak


Apabila pajak yang terutang untuk suatu tahun pajak, ternyata lebih kecil dari jumlah
kredit pajak, setelah dilakukan pemeriksaan, kelebihan pembayaran pajak
dikembalikan setelah diperhitungkan dengan utang pajak.
Contoh :
PPh yang terutang Tuan Primadana Rp 50.000.000,00
Kredit pajak:
1. Pemotongan pajak dari pekerjaan (pasal 21) Rp 9.000.000,00
2. Pemungutan pajak oleh pihak lain (pasal 22) Rp 10.000.000,00
3. Pemotongan pajak dari modal (pasal 23) Rp 10.000.000,00
4. Kredit pajak luar negeri (pasal 24) Rp 15.000.000,00
5. Dibayar sendiri oleh wajib pajak (pasal 25 Rp 15.000.000,00
Jumlah PPh yang dapat dikreditkan Rp 59.000.000,00
PPh yang lebih dibayar Rp 9.000.000,00
PPh yang lebih dibayar sebesar Rp 9.000.000,00 setelah dilakukan
pemeriksaan, dikembalikan kepada wajib pajak setelah diperhitungkan dengan
utang pajak berikut sanksi-sanksinya.

4. Pajak yang Terutang Nihil


Hasil pengurangan PPh yang terutang pada akhir tahun pajak dengan kredit pajak
untuk tahun pajak yang bersangkutan dapat pula mengakibatkan PPh yang terutang
menjadi “NIHIL”, artinya jumlah PPh yang terutang pada akhir tahun pajak sama
dengan jumlah kredit pajak untuk tahun pajak yang bersangkutan.
Contoh :
PPh yang terutang PT.Pradana Rp 43.000.000,00
Kredit pajak :
1. Pemotongan pajak dari pekerjaan (pasal 21) Rp 3.000.000,00
2. Pemungutan pajak oleh pihak lain (pasal 22) Rp 10.000.000,00
3. Pemotongan pajak dari modal (pasal 23) Rp 5.000.000,00
4. Kredit pajak luar negeri (pasal 24) Rp 15.000.000,00
5. Dibayar sendiri oleh wajib pajak (pasal 25) Rp 10.000.000,00
Jumlah PPh yang dapat dikreditkan Rp 43.000.000,00
PPh yang masih harus dibayar NIHIL
Seperti contoh diatas bila diberlakukan untuk wajib pajak orang pribadi yang pajak
terutangnya NIHIL tampak berikut :
PPh yang terutang Tn. Abidin Rp 40.000.000,00
Kredit pajak:
1. Pemungutan pajak oleh pihak lain (PPh pasal 22) Rp 10.000.000,00
2. Pemotongan PPh pasal 22 Rp 5.000.000,00
3. Kredit pajak luar negeri Rp 15.000.000,00
4. Pajak penghasilan pasal 25 Rp 10.000.000,00
Jumlah PPh yang dapat dikreditkan Rp 40.000.000,00
Pajak penghasilan yang masih harus dibayar NIHIL
CONTOH KASUS

PPh bunga deposito dan kasus PIB


JAKARTA: Baru-baru ini Indonesian Corruption Watch (ICW) melaporkan sebuah
bank berinisial "PIB" ke Ditjen Pajak karena diduga melakukan penggelapan pajak dengan
cara tidak memotong PPh atas bunga deposito. (Bisnis, 11 Juni 2001)
Bunga deposito itu adalah milik sebuah bank berinisial "PBII", sebuah bank milik
kelompok usaha Indonesia yang berbadan hukum luar negeri dan tidak memiliki cabang di
Indonesia. Dalam hal ini bank PIB bertindak sebagai kantor operasional PBII di Indonesia,
yang menjadi tempat deposan Indonesia untuk menginvestasikan US$ mereka dalam produk
deposito PBII untuk disimpan di luar negeri yang ditawarkan bebas pajak.
Singkatnya, deposan menyimpan US$ di Bank PBII yang kemudian oleh bank PBII
didepositokan kembali di bank PIB. Namun belakangan manajemen PIB memutuskan tidak
lagi menerima deposito PBII itu dan perjanjian kerja sama berupa service agreement antara
PIB dan PBII tidak diperpanjang.
Menurut laporan ICW, praktek seperti itu terjadi selama bertahun-tahun dan kerugian
negara dalam kasus ini sekitar US$9,6 juta atau Rp105,6 miliar.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pajak Penghasilan atas Penghasilan tertentu, menurut Pasal 4 ayat (2) undang-undang No.
36 Tahun 2008, adalah penghasilan yang pajaknya bersifat final, adalah:
a. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat
utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota
koperasi orang pribadi;
b. Penghasilan berupa hadiah undiah;
c. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang
diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan
modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;
d. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha
jasa konstruksi, real estate, dan persewaan tanah dan bangunan; dan
e. Penghasilan tertentu lainnya;
Yang penjabarannya telah diatur dalam Peraturan Pemerintah dan
Undang-Undang tertentu.

B. Saran
Dari makalah yang telah kami buat dengan segala kekurangannya, kami harap pembaca
dapat memperbaiki dan menutup kekurangan yang kami buat pada proses pembuatan
makalah tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan tertentu yang kami buat.

Anda mungkin juga menyukai