Anda di halaman 1dari 23

Step 1

Flushing : kemerahan sementara pada muka dan leher , akibat vasodilatasi kapiler

Komedo : sumbatan yang berupa sebum biasanya berwarna putih/hitam . putih : letaknya lebih
dalam , hitam : mengandung melanin . lesi non inflamasi

Adneksa kulit: turunan dari kulit berupa kuku , rambut , kelenjar kulit . struktur dari epidermis yang
berubah fungsi dan bentuknya .

Pilosebasea: kelenjar minyak yang bergabung dengan folikel rambut

Teleangiektasis: vasodilatasi pada kulit secara permanen . bisa di lihat dengan mata telanjang D=0,1-
1mm

STEP 2

1. Apakah Diagnosis pada skenario ?


2. Bagaimana penatalaksanaanya ?
3. Bagaimana Epidemologinya ?
4. Bagaimana Etiopatogenesisnya ?
5. Apa DD pada skenario ?
6. Apa faktor prediposisi pada diagnosis tsb ?
7. Bagaimana pencegahannya ?
8. Adakah gejala lain selain yang di sebutkan pada skenario ?
9. Apasajakah faktor yang memperberat dan memperingan di skenario ?
10. Bagaimana relasi penyakit yang terdiagnosis dengan kelainan adneksa kulit ?
11. Apasaja macam” kelainan dari adneksa kulit ?
12. Apakah pemeriksaan pada skenario ?

Step 3
1. Apa DD pada skenario ?
Acne vulgaris= peradangan pada pilosebasea pada usia remaja terdapat papul, nodus,
pustul, terdapat komedo
Dermattis seboroik = skuama berminyak di wajah , letaknya pada nasolabial,
Dermatitis perioral = biasanya pada perempuan dan terdapat telengiektasis di sekitar mulut
biasanya ada papul , pustul eritem di sekitar mulut dan dagu disertai rasa gatal .
SLE = eritema pada sentral pipi
Rosasea = ada flushing pada bagian sentral wajah , biasanya ada telengiektasis , ada
peradangan yang menimbulkan pustul papul dan edema.

 Akne Vulgaris
Akne Vulgaris terjadi pada umur remaja, kulit seborhoe, klinis komedo, papul,
pustul, nodus, krista. Tempat predileksi muka, leher, bahu, dada, dan punggung
bagian atas, tidak ada telangiektasis (peradangan menahun folikel pilosebasea yang
umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri )kelainan kulit
fisiologis.umumnya terjadi pada usia 14-17 tahun pada wanita dan 16-19 tahun pada
pria. Dari penelitian bahwa mereka yang bergenotip XYY mendapat akne vulgaris
yang lebih berat.
 Dermatitis Seboroika
Terdapat sebore, skuama berminyak dan agak gatal. Tempat predileksi
retroaurikular, alis mata, sulkus naso labial.
 Dermatitis Perioral
Terjadi pada wanita muda, tempat predileksi sekitar mulut dan dagu, polimorfi
tanpa telangiktasia dan keluhan gatal.
 Lupus Eritematosus
Meskipun SLE dapat menstimulasi terjadinya rosasea, namun klinis terlihat eritema
dan atrofi pada pipi dan hidung dengan batas tegas dan berbentuk kupu-kupu.

IPKK EDISI 6

2. Apakah Diagnosis pada skenario ?


Rosasea = ada flushing pada bagian sentral wajah , biasanya ada telengiektasis , ada
peradangan yang menimbulkan pustul papul dan edema. Menyerang pada usia 30 – 40 th ,
yang membedakan dengan acne vulgaris itu umur

Rosasea adalah penyakit kulit kronis pada daerah sentral wajah (yang menonjol/cembung)
yang ditandai dengan kemerahan pada kulit dan telangiektasi disertai episode peradangan
yang memunculkan erupsi papul, pustul, dan edema.

IPKK EDISI 6

Rosacea paling sering ditemukan pada orang dewasa antara usia 30 tahun hingga 65 tahun
tetapi rosacea juga dapat menimpa anak-anak. Rosacea adalah peradangan kronis terutama
di kulit wajah seperti pipi, dagu, dahi, dan hidung, tetapi dapat muncul pada telinga, leher,
dada dan kepala. Rosacea biasa ditandai dengan wajah yang bengkak dan merah, dengan
bintil-bintil merah menandakan adanya pembuluh darah yang pecah, kulit wajah mudah
memerah, kekeringan kulit wajah yang berlebihan dan iritasi di sekitar hidung dan pipi.
Hidung yang besar dan merah serta pipi yang bersemu merah yang sering terlihat pada pria
dewasa yang ketergantungan alkohol sering kali merupakan Acne Rosacea. Alkohol memang
salah satu dari sekian banyak penyebab Acne jenis ini. Seiring waktu,kulit pun menjadi lebih
kemerahan dan kondisi kulit menjadi kasar. Kegagalan untuk mencari pengobatan bagi
rosacea dapat menghasilkan gundukan jerawat dan bahkan dapat berkembang. Dalam kasus
yang parah hidung bengkak.

Sekalipun tidak di pengaruhi hormon, tapi wanita yang memasuki masa menopause bisa tiba-tiba
men- derita Acne Rosacea akibat pelebaran pembuluh vena di wajah yang lazim muncul pada masa
menopause.Pada kondisi ini, sebaiknya penderita menghindari kopi, alkohol, makanan pedas dan
minuman panas.
Dr. Kristijanto Adimoelja lahir di Surabaya menyelesaikan Pendidikan Spesialisasi Ilmu Kesehatan
Kulit Dan Kelamin di Universitas Justus-Liebig Giessen, Jerman tahun 2004.

3. Adakah gejala lain selain yang di sebutkan pada skenario ?

eritema sentral pada pipi , kadang” di temukan komedo yang merupakan pertanda adnya
komplikasi dengan penyakit lain ( acne vulgaris )

biasanya bisa sampai ke leher bahkan ke lengan juga punggung bagian atas .

ada nodus, papul tidak nyeri.

Gejala utama rosasea adalah eritema, telangiektasia, papul, edema, dan pustul. Komedo tak
diketemukan dan apabila ada mungkin kombinasi dengan akne (komedo solaris, akne
kosmetika). Adanya eritema dan telangiektasis adalah persisten pada setiap episode dan
merupakan gejala khas rosasea. Papul kemerahan pada rosasea tidak nyeri, berbeda dengan
akne vulgaris, dan hemisverikel. Pustul hanya ditemukan pada 20% penderita, sedang edema
dapat menghilang atau menetap antara episode rosasea.

IPKK EDISI 6

* Menyengat dan sensasi terbakar.


* Kemerahan pada wajah, ia memiliki penampilan terbakar sinar matahari.
* Pembuluh darah yang rusak dan diperbesar membentuk garis merah terlihat pada wajah. Garis-
garis ini dikenal sebagai telangiectasis.
* Mata gejala pada mata disebut Rosacea. Robek, sakit, mata kering, terbakar atau kemerahan yang
termasuk dalam pada mata Rosacea.
* Paparan sinar matahari, konsumsi makanan pedas, alkohol, kafein, perubahan suhu atau angin.
Dr. Kristijanto Adimoelja lahir di Surabaya menyelesaikan Pendidikan Spesialisasi Ilmu Kesehatan
Kulit Dan Kelamin di Universitas Justus-Liebig Giessen, Jerman tahun 2004.

4. Bagaimana Epidemologinya ?
Biasanya nerang keusia 30-40 th , wanita lebih dominan dari pada laki”,ras kulit putih lebih
besar dari pada ras kulit hitam , biasa menyerang yang banyak hormon adrogen = karena
mengacu pada kelenjar sebasea .

Rosasea sering diderita pada umur 30-40 tahun, namun dapat pula pada remaja maupun
orang tua. Umumnya wanita lebih sering terkena dari pria. Ras kulit putih (kaukasia ) lebih
banya terkena dari kulit hitam (negro) atau berwarna (polinesia), dan di negara barat lebih
sering pada mereka yang bertaraf sosial ekonomi rendah.
IPKK edisi 6
Orang-orang yang paling rentan untuk memperoleh rosacea adalah orang dewasa,
terutama perempuan. Rosacea adalah peradangan kronis terutama di (pipi, dagu, dahi,
hidung), tetapi dapat muncul pada telinga, leher, dada dan kepala. Namun laki-laki juga
cenderung memiliki gejala lebih parah, dikarenakan mereka menunda mencari pengobatan
sampai kondisi mencapai tahap lanjutan.

Dr. Kristijanto Adimoelja lahir di Surabaya menyelesaikan Pendidikan Spesialisasi Ilmu Kesehatan
Kulit Dan Kelamin di Universitas Justus-Liebig Giessen, Jerman tahun 2004.

5. Bagaimana Etiopatogenesisnya ?

Patogenesi :

1 eritema , bisa karena sinar matahari, bisa tidak diketahui ,

2 terdapat papul nodul dan banyak telengieaktasis eritema persisten

3telengiektasis dan eritema , nodul, papul, persisten lebih dalam


Etiologi : belum pasti akan tetapi faktor yang mempengaruhi itu antara lain : makanan ,
minuman , psikis , musim, faktor obat , immunologi, infeksi, tempat tinggal .
Berkaitan dengan penyumbatan asam lemak pada kelenjar sebasea .

Etiologi dari rosasea tidak diketahui. Ada berbagai hipotesis faktor penyebab :
a. Makanan : alkohol merupakan penyebab rosasea yang diutarakan sejak zaman
shakespeare dan pernah ditulis dalam satu bukunya. Konstipasi, diare penyakit
gastrointestinal dan bahkan penyakit kelenjar empedu telah pula dianggap sebagai
faktor penyebab.
b. Psikis
c. Obat : adana peningkatan bradiinin yang dilepas oleh adrenalin pada saat kemerahan
kulit flushing menimbulkan degaan adanya peran berbagai obat, baik sebagai penyebab
maupun yang dapat digunakan sebagai terapi rosasea.
d. Infeksi : demodex folliculorum dahulu dianggap berperan pada etiologi rosasea, namun
akhir-akhir ini mulai ditinggalkan.
e. Musim : peran musim panas atau musim dingin, termasuk di dalamnya peran sinar
ultraviolet matahari yang dapat menimbulkan kerusakan pembuluh darah kulit
penyebab eritema persisten masih terus diselidiki karena belum jelas dan bertentangan
hasilnya.
f. Imunologis : dari lapisan dermo-epidermal penderita rosasea ditemukan adanya deposit
imunoglobulin oleh beberapa peneliti, sedang di kolagen papiler ditemukan antibodi
antikolagen dan antinuklear antibodi sehingga ada dugaan faktor imunologi pada
rosasea.
g. Lainnya : def vitamin, hormonal dan sebore pernah disangka berperan pada etiologi
rosasea namun tidak dapat dibuktikan.
Pada tahap awal (stadium I) rosasea dimulai dengan timbulnya eritema tanpa sebab atau akibat
sengatan matahari. Eritema ini menetap lalu diikuti timbulnya beberapa telangiektasia.

Pada tahap kedua (stadium II) dengan diselingi epidosde akut dan menyebabkan timbulnya papul,
pustul dan edema, terjadilah eritema persisten dan banyak telangiektasia, papul dan pustul.

Pada tahap ketiga (stadium III) terlihat eritema persisten yang dalam, banyak telangiektasia. Papul,
pustul, nodus dan edema. Komplikasi rinofima atau peradangan okuler merupakan hal yang terjadi
kemudian.

IPKK edisi 6

Buku Saku Patofisiologi Corwin

6. Apa faktor prediposisi pada diagnosis tsb ?


Orang yang bekerjanya di luar ruang lebih sering terpapar sinar matahari .
Orang yang sering stress karena berkaitan dengan psikisnya
Akibat perubahan musim
Pemabuk / peminum
Kurangnya perawatan wajah .

7. Apakah pemeriksaan pada skenario ?


Histopatologi : ada peradangan di folikel sebasea yang berupa sebukan sel
Tes imunologi
Patch test
Pemeriksaan lab , mikrobiologi : menentukan mikroba -/+
Palpasi pada papul apakah ada nyeri . PF

 Bedah kulit
 Bedah scalpel (meratakan sisi jaringan parut yang menonjol
atau eksisi elips pada jaringan parut hipotrofik yang dalam)
 Bedah listrik (untuk komedo tertutup tujuannya
mempermudah pegeluaran sebum atau pada nodulo-kistik
untuk drainase cairan yang dapat mempercepat
penyembuhan)
 Bedah kimia (dengan asam triklor asetat atau fenol untuk
meratakan jaringan parut yang berbenjol)
 Bedah beku (dengan bubur CO2 beku atau N2 cair untuk
mempercepat penyembuhan radang)
 Dermabrasi (untuk meratakan jaringan parut hipo atau
hipertrofi pasca akne yang luas)
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI edisi 5

8. Bagaimana pencegahannya ?
Jangan terlalu terpapar matahari gunakan sunblok
Tidak minum alkohol
Sering membersihkan wajah
Jangan terlalu banyak makanan yg menimbulkan vasodilaktasi ( con: soda yg ada kafeinnya
)dan makanan pedas
Jangan terlalu stress

Pencegahan rosacea dapat dilakukan dengan melakukan beberapa perawatan kulit yang benar dan
gaya hidup yang sehat, seperti:

* Menjaga kebersihan kulit. Bersihkan dengan lembut beberapa kali sehari. Gunakan pembersih
yang lembut dan menghindari pembersih muka yang kasar sehingga dapat menyebabkan iritasi kulit
Anda.
* Pakailah tabir surya yang lembut, jika ragu dengan suatu produk, gunakan tabir surya yang
diformulasikan untuk bayi, saat Anda pergi. Matahari dapat memperburuk kondisi.
* Cobalah selalu menjaga kelembaban kulit . Tinggal di lingkungan yang ber-AC pada yang panas,
maka semprotkan wajah dengan air dingin. Minum air putih minimal satu hari 8 gelas. Gunakan
pelembab yang alami sesuai dengan jenis kulit .
* Jangan mengkonsumsi makanan atau minuman yang terlalu panas, untuk menghindari uap panas
dapat membuat iritasi pada wajah.
* Hindari sauna, mandi uap dan kolam air panas serta facial steam.
* Evaluasi program diet . Makanan tertentu dapat memperparah kondisi. Mulai membuat buku
harian makanan, menuliskan apa yang makan dan bagaimana wajah bereaksi terhadap makanan
tersebut. Mengurangi makanan pemicu dapat membantu menyembukan rosacea

Dr. Kristijanto Adimoelja lahir di Surabaya menyelesaikan Pendidikan Spesialisasi Ilmu Kesehatan
Kulit Dan Kelamin di Universitas Justus-Liebig Giessen, Jerman tahun 2004.

9. Bagaimana penatalaksanaanya ?
Bisa dikasi tetrasiklin dan eritomisin dan kortikosteroid .
1. Topikal
a.Tetrasiklin, klindamisin, eritromisin dalam salap 0.5 – 2.0 %. Eritmosin lebih baik hasilnya dibandingkan
lainnya.
b.Metronidasol 0.75 % gel atau krim 2 % efektif untuk lesi papul atau pustul.
c.Imidasol sendiri atau dengan ketokonasol atau sulfur 2-5% dapat dicoba
.d.Isotretinoin krim 0.2 % juga bermanfaat.
e.Antiparasit untuk membunuh D.follikulorum ; misalnya lindane, krotamiton, ataubensoil bensoat.
f. Kortikosteroid kekuatan rendah (krim hidrokortison 1 %) hanya dianjurkan padastadium berat.2.

2. Sistemik
a.Tetrasiklin, eritromisin, doksisiklin, minosiklin dengan dosis sama dengan dosis aknevulgaris beradang
memberikan hasil yang baik karena efek antimikroba dan anti inflamasi.
b. isotretinoin (13 cis retinoit) 0.5-1.0/kgBB sehari dapat digunakan kecuali bila adarosasea pada mata.
Penggunaannya harus diamati secara ketat
c. Metronidasol 2x500 mg/hari efektif stadium awal maupun lanjut

.3 Lainnya
a. Sunblock dengan SpF 15 atau lebih dianjurkan dipakai penderita untuk menahanUVA dan UVB.
b. Masase fasial dahulu dianjurkan dilakukan, namun hasilnya tidak jelas
c. Diet rokok, alcohol, kopi, pedas dapat dilakukan untuk mengurangi ransangan eritem
d. Bedah kulit; scalpel atau dermabrasi untuk rinofoma dan bedah listrik untuk telangiektasi.

IPKK edisi 6

Vitamin C topikal baru-baru ini diteliti dan dipersiapkan untuk mengurangi eritema pada penderita
rosacea. Obat kosmetik sehari-hari yang mengandung 5% vitamin C (L-ascorbic acid) digunakan
dalam penelitian observer-blinded (peninjauan kebutaan) dan placebo-controlled (pengendalian
placebo). Sembilan dari 12 peserta mengalami kemajuan objektif dan subjektif pada eritema
mereka. Disimpulkan bahwa produksi radikal bebas memegang peranan penting dalam reaksi
inflamasi dari rosacea, dan antioksidan dari L-ascorbic acid diperkirakan dapat mengatasi dampak
ini. Hal ini dapat dijadikan langkah awal yang masih membutuhkan penelitian lebih lanjut yang lebih
besar.

Perlakuan Rosacea bisa bervariasi tergantung pada kehebatan gejala dan jenis penyakit ini.
pendekatan Subtipe-diarahkan dianjurkan oleh beberapa ahli kulit untuk melawan gejala penyakit ini
secara efektif. Satu harus menggunakan rejimen cleansing kulit ringan untuk mengurangi keparahan
gejala penyakit ini. Selain itu, orang harus menghindari sinar matahari langsung. Penerapan
beberapa lotion tabir surya dapat membantu pasien untuk mendapatkan lega dari rasa iritasi.
Titanium dioksida dan seng oksida adalah dua bahan yang paling penting dari sebuah lotion tabir
surya yang sempurna. Jika seseorang ingin mendapatkan meringankan dari peradangan, kemerahan
atau papula, beberapa antibiotik topikal dan tetrasiklin oral dapat diterapkan. Minocycline,
doxycycline dan tetrasiklin adalah beberapa antibiotik tetrasiklin oral umum yang dapat diterapkan
untuk melawan penyakit ini. Skinoren dan Finacea adalah beberapa asam dikenal azelat topikal yang
dapat secara efektif menurunkan radang papules dan benjolan.
Dr. Kristijanto Adimoelja lahir di Surabaya menyelesaikan Pendidikan Spesialisasi Ilmu Kesehatan
Kulit Dan Kelamin di Universitas Justus-Liebig Giessen, Jerman tahun 2004.

10. Apasaja macam macam kelainan dari adneksa kulit ?


Ada 3
Kelenjar
Apokrin : Bromhidrosis : Kelainan pada kelenjar apokrin yang berupa bau tidak enak pada
keringatnya.
Kromhidrosis : .Sekresi keringan yang berlebihan dan berwarna.
Hidradenitis supurativa.
Ekrin: Anhidrosis, hiperhidrosis, miliaria, dishidrossis.
Kuku : Terjadi kelainan pada ujung kuku, di sertai dengan perubahan bentuk kuku.
Rambut : Alopesia areata.

1. Klasifikasi
- Kelenjar kulit
a. Sudorifera : kelenjar keringat
 Ekrin
1. Ciri- ciri
 kelenjar keringat ini mensekresi cairan jernih, yaitu keringat yang
mengandung 95 – 97 persen air dan mengandung beberapa mineral, seperti
garam, sodium klorida,granula minyak, glusida dan sampingan dari
metabolisma seluler.
 Kelenjar keringat ini terdapat di seluruh kulit, mulai dari telapak tangan dan
telapak kaki sampai ke kulit kepala.
 Jumlahnya di seluruh badan sekitar dua juta dan menghasilkan 14 liter
keringat dalam waktu 24 jam pada orang dewasa.
 Bentuk kelenjar keringat ekrin langsing, bergulung-gulung dan salurannya
bermuara langsung pada permukaan kulit yang tidak ada rambutnya.

2. Fungsi
mengatur suhu, menyebabkan panas dilepaskan dengan cara
penguapan.

3. Kelainan

a. Hiperhidrosis
Hiperhidrosis adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan sekresi keringat ekrin,
dibagi dua jenis neural dan non neural berdasarkan mekanisme kerja dan respon yang
ditimbulkan.

b. Anhidrosis
Suatu keadaan hilangnya sebagian aktifitas kelenjar keringat. Jarang terjadi secara
menyeluruh sehingga lebih tepat disebut sebagai hipohidrosis. Biasanya kondisi
anhidrosis pada satu tempat diikuti terjadinya hiperhidrosis kompensatoris pada
kelenjar keringat lain yang berfungsi sempurna.

c. Miliaria
Miliaria atau dapat disebut biang keringat adalah suatu keadaan dimana pori-pori
keringat tertutup sehingga timbul retensi keringat di kulit. Terbentuknya sumbat
parakeratotik di duktus diduga akibat lesi pada sel epidermis pembentuk duktus.
Lesi terjadi akibat maserasi yang ditimbulkan air yang berasal dari keringat yang
berlebihan (lingkungan tropis dengan suhu dan kelembaban udara yang tinggi).
Tingkat obstruksi dalam duktus ekrin menentukan tipe miliaria yang ditimbulkan,
ada 3 macam:

a. Klasifikasi

i. Miliaria kristalina
Sumbatan superfisial pada stratum korneum. Vesikel yang terbentuk
menyerupai kristal jernih. Asimtomatik dan vesikel sifatnya mudah pecah.te

ii. Miliaria rubra


Sumbatan terjadi pada epidermis yang lebih dalam. Disertai gejala eritem
dan pruritus akibat vasodilatasi perifer dan stimulasi reseptor gatal oleh
ensim sel epidermis yang rusak. Lesi ditemukan ekstra folikuler

iii. Miliaria profunda


Sumbatan terjadi pada taut dermoepidermal. Berupa papul putih dengan
diameter 1-3 mm, predileksi di tubuh/ektremitas. Dapat menimbulkan
komplikasi hiperhidrosis fasial kompensatorik

Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI edisi 5


Miliaria kristalina miliaria rubra

miliaria profunda

 apokrin
1. Ciri- cirri
yang hanya terdapat di daerah ketiak,puting susu, pusar, daerah kelamin dan daerah sekitar
dubur (anogenital)
menghasilkan cairan yang agak kental,
berwarna keputih-putihan serta berbau khas pada setiap orang.
Sel kelenjar ini mudah rusak dan sifatnya alkali sehingga dapat menimbulkan bau.
Muaranya berdekatan dengan muara kelenjar sebasea pada saluran folikel rambut.
Kelenjar keringat apokrin jumlahnya tidak terlalu banyak dan hanya sedikit cairan yang
disekresikan dari kelenjar ini.
Kelenjar apokrin mulai aktif setelah usia akil baligh dan aktivitas kelenjar ini dipengaruhi oleh
hormon.

2. Fungsi
 Melembabkan kulit
3. Kelainan

a. Bromhidrosis
Adalah suatu keadaan dimana bau yang hebat menusuk hidung keluar dari kulit.
Terdapat dua jenis, bromhidrosis apokrin (akibat penguraian keringat apokrin oleh
bakteri Gram negatif) dan bromhidrosis ekrin (akibat degradasi mikrobiologik pada
stratum korneum yang melunak karena produksi keringat ekrin yang berlebihan

b. Kromhidrosis
Adalah kelainan yang ditandai adanya sekresi keringat apokrin yang berwarna, ada dua
bentuk klinis : fasial dan aksiler. Terjadinya diduga disebabkan oleh meningkatnya
jumlah ekskresi keringat apokrin diikuti oleh oksidasi yang meningkat pada lipofuchsin
(pigmen bentuk granuler yang normal terdapat pada kelenjar apokrin)

c. Hidradenitis supurativa
Hidradenitis supurativa

Definisi : merupakan penyakit kronis supuratif dan sikatrikal pada kulit lokasi
kelenjar apokrin, terutama di aksila dan anogenital.

b. Etiologi
i. Penyumbatan dengan infeksi bakteri sekunder pada kelenjar apokrin
ii. Penyebab awalnya belum diketahui tetapi dicurigai penyebabnya
mekanisme hormone
Andrew’s Diseases of the Skin

c. Patogenesis
i. Pada permulaannya terjadi keratinisasi folikular yang menyebabkan
penyumbatan kelenjar apokrin diikuti oleh dilatasi dan respon inflamasi
berat pada kelenjar apokrin
ii. Jika inflamasi kelenjar berlanjut, terjadi rupture dan menghasilkan
pembentukan jalur sinus dan fibrosis
iii. Pada penyakit yang kronis, berkembang ulserasi, pembesaran kelenjar
sinus, pengembangan fistula, dan pembentukan jaringan parut dan
fibrosis semakin jelas terlihat
iv. Prosesnya terus berlanjut dan episodic erupsi timbul tak menentu
Andrew’s Diseases of the Skin

d. Gejala Klinis
i. Nodul merah, mulanya nyeri berlanjut dengan sakit sekali
ii. Lesi yang rupture, bernanah, dan memiliki saluran kelenjar yang khas
iii. Abses
iv. Penyembuhan fibrosis dan rekuren mengarah pada pembentukan
jaringan parut
v. Bentuk sarang lebah pada muara kelenjar apokrin mungkin disebabkan
infeksi kronik
vi. Lesi yang soliter terlihat tebal, lekat, mucoid, bernanah
vii. Pemeriksaan pada nodul suppurative terlihat perluasan lesi beberapa
sentimeter secara horizontal di bawah permukaan kulit
Andrew’s Diseases of the Skin

hidradenitis suppurativa

b. Sebasea
1. Ciri-ciri
 Terdapat di semua permukaan kulit ( kecuali telapak tangan, kaki )
 Di pengaruhi oleh hormone androgenic
 Tidak berlumen
 Termasuk dalam komponen kulit tipis
2. Fungsi
 Sekresi minyak
 Melembabkan kulit
3. Kelainan
 Akne
Definisi : peradangan menahun pada pilosebasea yg ditandai dengan adanya
komedo( sumbatan sebum yang berwarna hitan atau putih yang timbul akibat
proses keratoniasasi), pustule( vesikel yg berisi nanah), papul ( penonjolan diatas
permukaan kulit, sirkumskrip, berukukuran lbh kecil dr 0,5cm,dan isi nya zat padat),
nodul( masa pdt terletak di kutan atau sub kuta), kista pada tempat predileksi
seperti:
 Muka
 Bahu
 Dada bagian atas
 Punggung bagian atas
 Leher
 Lengan atas
 Glutea (pantat)
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI edisi 5
Etiologi :
 Perubahan pola keratinasi dalam folikel menjadi lebih padat sehingga sukar
lepas dari saluran folikel tersebut
 Produksi sebum yang meningkat
 Terbentuknya fraksi asam lemak bebas
 Peningkatan jumlah flora folikel (Propionibacterium acne) yang berperan dalam
proses kemotaktik inflamasi erta pembentukan enzim lipolitik pengubah fraksi
lipid sebum
 Respons hospes berupa pembentukan circulating antibodies yang memperberat
akne
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI edisi

Akne papulopustular

Black comedones
Nodular dan akne cytic

Akne konglobata
Akne konglobata

Akne infantum

 Rosasea
Definisi : penyakit kulit kronis pada daerah sentral wajah (yang menonjol/cembung)
yang dtandai dengan kemerahan pada kulit dan telangiektasi disertai episode
peradangan yang memunculkan erupsi papul, pustul, dan edema.
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI edisi 5

Etiologi
 Makanan
 Psikis
 Obat
 Infeksi
 Musim (sinar matahari)
 Imunologis (ditemukan deposit Ig pada lapisan dermo-epidermal
dan antibody antikolagen dan antinuklear di kolagen papiler)
 Defisiensi vitamin, hormonal dan sebore
 Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI edisi 5

DD :
1. Dermatitis perioral
2. Acne vulgaris
3. Dermatitis seboroik
4. Lupus

Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI edisi 5

Gejala klinis
 Gambaran makroskopis
 Eritema (khas)
 Telangieksia (khas)
 Papul
 Edema
 pustul
 papul kemerahan tak nyeri
 stadium
 eritema berlanjut dengan telangieksia
 papul, pustule, edema, eritema persisten dan banyak
telangieksia
 eritema persisten dalam, banyak telangieksia, papul,
pustule, nodus, dan edema.
 Gambaran mikroskopis
 Ektasia vascular
 Edema dermis
 Disorganisasi jaringan konektif dermis
 Solar elastosis
 Terlihat sel radang limfosit, histiosit, sel plasma, sel mast
 Demodex folliculorum dalam folikel infundubilum dan
duktus sebasea
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI edisi 5

Predileksi
 Sentral wajah
 Hidung
 Pipi
 Dagu
 Kening
 Alis
 Leher
 Pergelangan tangan dan kaki (jarang)
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI edisi 5

Rosasea blotchy form

Rosasea Papulopustular form

 Dermatitis perioral
Definisi: kelainan kulit yang ditandai erosi popular, eksemateus dan skuama
predileksinya di lipatan dan di bibir bagian atas. Perjalanan penyakitnya fluktuasi.
Etiologi :
Factor hormonal
Penggunaan Steroid topical yang berlebihan
Pathogenesis :
Ruam akut berupa eritem dan papul ruam mereda, meninggalkan bekas bercak
eritem dan skuama  siklus bervariasi beberapa hari, sampai beberapa bulan.
- Kuku
1. Bagian kuku ( gambar )
a. Akar kuku
b. Matriks
c. Badan kuku
d. Ujung kuku

2. Kelainan
Koilonikia ( defisiensi zat Fe )
Onikaosis
Paronikia
- Rambut
1. Bagian
Kutikula, korteks, medula
2. Tipe ( gambar )
a. Terminal ( lebih kasar, berpigmen )
b. Lanugo ( halus, pigmen )
3. kelainan
a. Klasifikasi
viii. Kelompok kelainan warna rambut
ix. Kelompok alopesia dengan berkurangnya rambut terminal
x. Kelompok hipertrikosis dan Hirsutisme peningkatan rambut terminal di
tempat normalnya rambut velus
Ilmu Penyakit Kulit. Editor : Prof. Dr. Marwali Harahap

b. Kelainan warna rambut


a. Kanitis
i. Etiologi
1. Berkuangnya atau menghilangnya pigmen melanin dalam korteks
rambut
2. Penyakit Addison
3. Anemia pernisiosa
4. Manifestasi sindrom Rothmund Thompson
ii. Pathogenesis
1. Rambut memutih pada daerah temporal kemudian meluas ke daerah
lain
2. Biasanya daerah kumis dan janggut lebih dulu memutih daripada
kepala dan badan
3. Keguguran selektif dari rambut yang berpigmen dan
dipertahankannya rambut yang tidak berpigmen pada kasus alopesia
areata akuta difusa
iii. Pengobatan
1. Asam p-aminobenzoik 300 mg/hari
c. Kelainan Bentuk Rambut
a. Trikoreksis Nodosa
i. Etiologi
1. Kelainan metabolism argininoksusinat asiduria disertai kelainan
pertumbuhan atau dysplasia ektodermal congenital dan kelainan
bentuk rambut lain
2. Sikat rambut yang berujung keras atau termik
3. Gangguan metabolism sejak lahir pada penderita neurosis
ii. Gambaran Klinis
1. Rambut menunjukkan tanjolan-tonjolan putih yang teratur dalam
jarak tertentu
2. Tonjolan ini merupakan tempat patahnya korteks rambut
3. Pemeriksaan mikroskopis menunjukkan rambut tampak sebagai dua
ujung sapu yang bersambung
4. Rambut mudah putus
iii. Pengobatan
1. Pengguntingan rambut dan menghilangkan kausanya
2. Menghindarkan trauma pada rambut
b. Moniletriks
i. Etiologi
1. Herediter, dominan autosomal
ii. Gambaran Klinis
1. Rambut kepala yang kering, jarang, dan mudah patah
2. Tampak bagian yang melebar dan bagian yang tipis seperti
kumparan yang diselingi segmen-segmen atrofi
3. Medulla pada bagian yang melebar banyak berisi udara, sehingga
rambut mudah patah, akibatnya rambut terlihat pendek
4. Keratosis piliaris pada daerah ekstemsor, pelipis dan tengkuk, dapat
disertai leukonikia
iii. Pengobatan
1. Menghindari trauma
2. Kortikosteroid sistemik 4-6 ×/hari 40 mg kenalog IM
c. Pili Torti
i. Etiologi
1. Herediter, dominan autosomal
ii. Gambaran Klinis
1. Batang rambut menipis dan berbelit-belit hingga membentuk spiral
2. Predileksi di rambut kepala dan mata
3. Rambut menjadi kering dan mudah putus pada bagian yang
terputar, sehingga rambut menjadi pendek-pendek dan
menimbulkan alopesia difusa
iii. Pengobatan
1. Menghindari trauma fisik dan kimiawi
d. Trikoreksis Invaginata
i. Etiologi
1. Herediter, resesif autosomal
ii. Gambaran Klinis
1. Intususepsi batang rambut
2. Bagian distal rambut masuk ke bagian proksimal, sehingga
menimbulkan tonjolan-tonjolan di sepanjang rambut
3. Pada daerah tonjolan, rambut mudah putus
iii. Pengobatan
1. Perawatan rambut dengan pencegahan trauma fisik dan kimiawi
e. Rambut Kusut
i. Etiologi
1. Tidak diketahui
ii. Gambaran Klinis
1. Rambut berlekuk (kinking)
2. Berputar (twisting)
3. Di region temporal kemudian meluas ke daerah parietal dan frontal
4. Rambut menjadi hitam tampak seperti wol dan berlekuk
f. Trikonodosis
i. Etiologi
1. Trauma
ii. Gambaran Klinis
1. Pada rambut timbul simpul-simpul
iii. Diagnosis banding
1. Trikoreksis nodosa
2. Pedikulosis
d. Alopesia
a. Etiologi
i. Abnormalitas batang rambut yang menyebabkan rambut mudah
ii. Kelainan keratinisasi congenital
b. Klasifikasi
i. Alopesia universalis (seluruh rambut di tubuh)
ii. Alopesia totalis (seluruh rambut kepala)
iii. Alopesia aerata (setempat dan berbatas tegas)
1. Etiologi
a. Belum diketahui
2. Gambaran Klinis
a. Bercak dengan kerontokan rambut pada kulit kepala, alis,
janggut, dan bulu mata
b. Tepi daerah botak terdapat rambut yang putus. Dicabut terlihat
bulus atrofi
c. Rambut terlihat seperti tanda seru (rambut kea rah pangkal
makin halus
3. Pathogenesis
a. Masa telogen menjadi lebih pendek dan diganti dengan
pertumbuhan anagen yang distrofik
b. Factor yang mempengaruhi, genetic, immunologi, keadaan
tipikal
4. Histopatologi
a. Rambut kebanyakan dalam fase anagen
b. Folikel rambut bervariasi namun lebih kecil dari normal
5. Diagnosis Banding
a. Tinea kapitis
b. Lupus erimatosus
c. trikotilomania
6. Pengobatan
a. Penyuntikan intralesi dengan triamsinolon asetonid
b. Kortikosteroid topical
c. Penutulan dengan fenol 95% yang dinetralisasikan dengan
alcohol tiap minggu
iv. Alopesia Androgenik
1. Etiologi
a. Factor herediter yang dominan
b. Naiknya konsentrasi androgen ekstra gonadal di kulit kepala
2. Gejala Klinis
a. Rambut rontok secara bertahap dimulai dari bagian vertex dan
frontal
b. Garis rambut anterior menjadi mundur dan dahi terlihat lebar
c. Puncak kepala menjadi botak
d. Folikel memebentuk rambut yang lebih halus dan berwarna
lebih muda sampai akhirnya tidak terbentuk rambut terminal
e. Bagian parietal dan oksipital menipis
v. Alopesia Prematur
1. Etiologi
a. Penyakit keturunan dan hormonal (androgen)
b. Usia

11. Bagaimana relasi penyakit yang terdiagnosis dengan kelainan adneksa kulit ?
Maksudnya : rosasea itu termasuk dalam adneksa kulit ? iya , maksunya dalam kelenjar ekrin
karena apokrin itu alkali ( mengeluarkan bau yang menyengat )
ekrin tiap hari mensekresi 14 l/ 24 jam keringat, bentuknya kelenjarnya langsing , ekrin itu
bersifat asam
bagaimana?

Rosacea adalah penyakit kulit akibat kelainan kelenjar sebasea. Gejala utama adalah adanya
pelebaran
pembuluh darah di dagu, dahi dan bagian bawah hidung menjadi membesar.

Hal ini juga dikenal sebagai rosacea jerawat. Rosacea tidak seperti jerawat, tidak ada
whiteheads dan komedo di rosacea.

Mata kering, tekstur dan nyert kulit, wajah memerah setelah kepanasan, makanan pedas
dan alkohol adalah gejala lain dari rosacea.
Dr. Kristijanto Adimoelja lahir di Surabaya menyelesaikan Pendidikan Spesialisasi Ilmu Kesehatan
Kulit Dan Kelamin di Universitas Justus-Liebig Giessen, Jerman tahun 2004.
STEP 4

kulit

Epidermis Dermis subkutan

Adeksa kulit

kuku kelenjar rambut

sidorifera

Anda mungkin juga menyukai