Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ginjal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang vital fungsinya bagi
keseluruhan sistem tubuh manusia. Ginjal adalah organ utama sistem ekskresi manusia,
yang mengatur pembuangan zat-zat sisa yang sudah tidak berguna lagi bagi tubuh. Selain
itu, ginjal juga berperan dalam menjaga homeostasis cairan dalam tubuh.

Jenis kanker ginjal yang paling sering ditemukan adalah karsinoma sel ginjal
(adenokarsinoma renalis, hipernefroma, renal cell carcinoma), yang berasal dari sel-sel
yang melapisi tubulus renalis ginjal. Bahayanya, kanker ginjal ini biasanya ditemukan
pada saat kanker ini telah mengalami metastasis dan sudah menyebar ke organ tubuh
lainnya, karena pada stadium dini kanker ini jarang sekali menunjukkan gejalanya.
Gejalanya baru mulai terasa pada stadium lanjut, yaitu terjadi hematuria (terdapat darah
pada air seni). Penyakit kanker ginjal merupakan salah satu penyakit yang ditakuti oleh
beberapa orang karena tidak menunjukkan gejalanya. Sehingga ketika terdeteksi ternyata
sudah menyebar ke organ yang lain dan sulit untuk disembuhkan. Angka kejadian kanker
ginjal cenderung meningkat pertahunnya.

Setiap tahunnya, sekitar 208.500 kasus kanker ginjal didiagnosa di seluruh dunia,
yang meliputi jumlah 2% dari seluruh kasus kanker. Angka tertinggi kasus kanker ginjal
ini tercatat di Amerika Utara, sedang wilayah Asia dan Afrika, angkanya tergolong kecil.
Di Amerika Serikat sendiri pada tahun 2008 tercatat terdapat 54.390 kasus kanker ginjal
dan 13.010 kematian. Sedangkan di Benua Eropa, kasus kanker ginjal mencapai 3% dari
total kasus kanker. Di Inggris, kasus kanker ginjal yang dialami pria mengalami
peningkatan hingga 85% dalam kurun tahun 1975-2005. Sedangkan untuk kasus kanker
ginjal yang dialami wanita mencapai peningkatan hingga 50%.

1
B. Tujuan
a. Tujuan Umun
Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pasien dengan kanker ginjal
b. Tujuan Khusus
a) Mengetahui dan memahami definisi kanker ginjal
b) Mengetahui dan memahami etiologi kanker ginjal
c) Mengetahui dan memahami patofisiologi kanker ginjal
d) Mengetahui dan memahami stadium kanker ginjal
e) Mengetahui dan memahami komplikasi kanker ginjal
f) Mengetahui dan memahami manifestasi klinis kanker ginjal
g) Mengetahui dan memahami penatalaksanaan kanker ginjal

2
BAB II

ISI

A. Definisi
Kanker ginjal adalah suatu keganasan pada parenkim ginjal yang berasal dari
tubulus proksimal ginjal, dimana stadium dari adenokarsinama ginjal tersebut terbagi atas
empat stadium (Jonasch, 2006).
Kanker ginjal adalah keadaan dimana sel pada tabung halus (tubules) tiba-tiba saja
mengembangakan bagian dari sebuah nefron secara liar, sehingga menjadi sel kanker
dengan tabung penghubung ginjal dengan saluran kemih (Alam, 2007).
Kanker ginjal adalah terbentuknya sel ginjal abnormal pada epitel tubulus
proksimal ginjal. Kanker ginjal ini bisa terjadi secara herediter dan nonherediter, yang
memiliki empat sindrom genetik (Illiopoulus, 2000).

B. Etiologi

Penyebab pasti belum masih diketahui, tetapi ada beberapa faktor lingkungan dan
genetik yang menjadi predisposisi terbentuknya karsinomasel ginjal, meliputi hal-hal
sebagai berikut.

a. Merokok.
b. Obesitas menjadi faktor resiko terutama pada wanita, berat badan meningkat
memiliki hubungan linier dengan meningkatkan resiko.
c. Hipertensi dikaitkan dengan peningkatan insiden karsinoma sel ginjal.
d. Penyakit kistik ginjal pada pasien yang menjalani dialisis ginjal jangka panjang.
Hal ini predisposisi untuk kanker sel ginjal.
e. Transplantasi ginjal, predisposisi pada penerima transplantasi ginjal.
f. Penyakit sindrom von Hippel-Lindau (VHL) merupakan penyakit bawaan
terkait dengan karsinoma ginjal.

3
C. Patofisiologi
Jaringan asal untuk karsinoma sel ginjal adalah epitel tubulus proksimal ginjal.
Kanker ginjal bisa terjadi secara herediter atau nonherediter. Keduanya member bentuk
yang berhubungan dengan perubahan structural dari kromosom. Studi genetika ginjal
menyebabkan cloning gen yang menghasulkan perubahan formasi tumor (Illiopoulus,
2000).
Setidaknya terdapat empat sindrom genetic yang terkait dengan karsinoma sel
ginjal, meliputi: (1) sindrom von Hippel-Lindau (VHL), (2) hereditary papillary renal
carcinoma (HPRC), (3) onkosit ginjal familial, (FRO) associated with Birt-Hogg-Dube
syndrome (BHDS), dan (4) karsinoma ginjal herediter (Iliopoulus,2000).
Penyakit sindrom von Hippel-Lindau adalah sindrom autosomal dominan yang
memberikan predisposisi untuk berbagai neoplasma, termasuk kanker ginjal. Renal cell
carcinoma berkembang di hampir 40% dari pasien dengan penyakit Hippel-Lindau von
dan merupakan penyebab utama kematian diantara pasien tersebut.
Karsinoma papiler ginjal herediter (HPRC) adalah kelainan bawaan dengan pola
dominan warisan autosom individu yang terkena mengembangkan karsinoma ginjal
bilateral (Radovanovic,1986).
Individu dengan onkosit ginjal familial mengembangkan on cocytoma multifoka
atau neoplasma oncocytic di ginjal. Sindrom Birt-Hogg-Dube adalah sindrom kulit turu
temurun. Pasien dengan sindrom Birt-Hogg-Dube memiliki kecendrungan dominan
diwariskan untuk mengembangkan tumor jinak dari folikel rambut (yaitu
fibrolliculomas), terutama di leher, wajah, dan batang atas, serta beresiko
mengembangkan tumor ginjal, polip kolon atau tumor, dan kista paru (Iliopoulus,2000).

4
Factor-faktor yang tidak di ketahui Factor-faktor risiko yang bersifat
merangsang pertumbuhan sel karsinogen dan merangsang
pertumbuhan sel

Pertumbuhan sel-sel baru pada jaringan ginjal

Bersifat tumor jinak Bersifat karsinoma ginjal


ginjal

Proliferasi sel lambat Proliferasi sel meningkat cepat


Neovaskularisasi neovaskularisasi
Iritasi saluran kemih kerusakan struktur fungsional ginjal
Pembesaran tumor menekan iritasi saluran kemih pembesaran tumor
jaringan sekitar menekan jaringan sekitar

Nyeri pinggang Trias gejala (nyeri pinggang, hematuria, massa pada pinggang)
Hematuria Gejala obstruksi
gejala obstruksi Gejala sistemik (demam, hipertensi, anemia,
anoreksia,penurunan BB)
Bersifat metastasis ke organ lain

Nyeri
Gangguan pemenuhan Penurunan perfusi perifer
eliminasi urine Gangguan ADL
Ketidakseimbangan nutrisi

Tindakan pembedahan respons Tindakan radiasi dan kemoterapi


psikologis koping maladaptif,
kecemasan
Kecemasan
Pemenuhan informasi
Luka pasca bedah nefroktomi

Resiko tinggi infeksi

(Muttaqin, 2011)

5
D. Stadium Kanker

Kanker ginjal digolongkan pada beberapa stadium sesuai dengan tingkat


perkembangan sel-sel kanker nya. Stadium I tumor masih terbatas didalam ginjal,
stadium II invasi ke jaringan lemak perienal, stadium III invasi ke vena renalis/vena
kava, stadium ke IV metastasis ke organ lain(misalnya usus) (Jonasch,2006).

a. Stadium I : Sel-sel kanker ditemukan hanya di ginjal, dengan ukuran tidak


lebih dari 7cm.
b. Stadium II : Sel-sel kankernya masih ditemukan hanya di ginjal, namun
ukurannya sudah lebih dari 7cm.
c. Stadium III : Tumor tidak meluas di luar ginjal, namun sel-sel kanker telah
menyebar melalui sistem getah bening ke simpul getah bening yang
berdekatan, atau tumor telah menyerang kelenjar adrenal, atau menyerang
lapisan-lapisan dari lemak dan jaringan yang berserabut yang mengelilingi
ginjal, atau sel-sel kanker telah menyebar ke suatu pembuluh darah besar yang
berdekatan dengan ginjal.

6
d. Stadium IV : Tumor meluas di luar jaringan berserabut yang mengelilingi
ginjal, atau sel-sel kanker ditemukan pada lebih dari satu simpul getah bening
yang berdekatan, atau kanker telah menyebar ke tempat-tempat lain di dalam
tubuh seperti paru-paru.

E. Komplikasi
Komlikasi yang dapat di timbulkan adalah penyebaran sel-sel kanker ke organ
sekitar ginjal (metastasize). Selain itu dapat beresiko mengembangkan tumor ginjal, dan
polip atau tumor kolon.

F. Manifestasi klinis
Gejala yang mencurigakan pada tahap awal perkembangan tumor, kemungkinan
ditemukannya darah pada urin, atau rasa nyeri pada punggung (seperti kasus infeksi dan
batu ginjal) yang tidak hilang, disertai dengan penurunan berat badan. Kanker ginjal bisa
berkembang (metastasize) sampai keorgan disekitar ginjal. Jika kanker ginjal dapat
diketahui dan diatasi lebih dini, maka peluang untuk sembuh total bisa lebih besar.
Gejala lain yang dapat ditimbulkan adalah :
a. Rasa sakit yang menetap pada salah satu daerah pinggang sedikit dibawah
tulang rusuk.
b. Ada benjolan diginjal, ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan.
c. Penurunan berat badan.
d. Kelelahan yang tidak diketahui sebabnya.
e. Demam yang berulang (intermittent fever).
f. Rasa sakit pada daerah tubuh lainnya disekitar ginjal, bila sel kanker telah
menyebar.

7
G. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan kanker ginjal adalah untuk menghilangkan kanker tersebut
sebelum terjadi metastasis. Penatalaksanaan pada kanker ginjal meliputi hal-hal berikut:

a. Terapi radiasi, kemoterapi (chemotheraphy), dan operasi bedah yang diperlukan


untuk mengangkat sel kanker.
b. Immunotheraphy untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh agar mampu
melawan sel kanker.
c. Cyroablation untuk membekukan sel kanker agar tidak berkembang.
d. Arterial embolization yaitu injeksi bahan khusus kepembuluh darah utama ginjal
untuk menghambat suplai oksigen dan nutrisi ke lokasi sel kanker agar sel kanker
mati kelaparan.

H. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
a) Pengkajian fisik
Pada hematoma ginjal sering didapatkan gejala klinis yg mungkin
dikeluhkan yaitu nyeri pinggang, hematuria, gejala obstruksi saluran kemih
bagian atas, dan kadang terdapat gejala perdarahan rongga retroperitoneal. Pada
karsinoma ginjal didapatkan trias klasik berupa nyeri pinggang, hematuria dan
masa pada pinggang yang merupakan tanda kanker dalam stadium lanjut. nyeri
terjadi akibat invasi tumor kedalam rongga lain, sumbatan aliran urin, atau massa
tumor yang menyababkan peregangan kapsula fibrosa ginjal. Gejala sistemik
akibat metastasis mengakibatkan pasien mengalami kelemahan.
b) Pengkajian diagnostik
Pemeriksaan PIV biasanya dikerjakan atas indikasi adanya hematuria, tetapi
jika diduga ada massa pada ginjal, pemeriksaan selanjutnya dengan CT Scan atau
MRI. CT Scan merupakan pemeriksaan pencitraan yang dipilih pada karsinoma
ginjal. Pemeriksaan ini mempunya akurasi yang cukup tinggi dalam mengetahui
adanya penyebaran tumor pada vena renalis, vena cava, ekstensi perirenal dan
metastasis pada kelenjar limfe retroperitroneal. MRI dapat mengungkapkan
adanya invasi tumor pada vena renalis, dan vena cava tanpa membutuhkan

8
kontras, tetapi kelemahan nya adalah kurang sensitive mengenali lesi solid yang
berukurang kurang dari 3cm.

b. Diagnosa keperawatan
a) Nyeri akut b.d proses penyakit (kompresi/destruksi jaringan saraf, infiltrasi
saraf atau suplai vaskularnya, obstruksi jaras saraf, inflamasi), efek samping
berbagai agen terapi saraf ditandai dengan keluhan nyeri, memfokuskan
pada diri sendiri/penyempitan focus, distraksi/prilaku berhati-hati, rspon
autonomic, gelisah.
b) Nutrisi, perubahan : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
status hipermetabolik berkenaan dengan kanker, konsekuensi kemoterapi,
radiasi, pembedahan missal nya anoreksia, iritasi lambung, penyempingan
rasa mual ditandai dengan keluhan masukan tidak adekuat, perubahan
sensasi pengecap, kehilangan minta pada makanan, ketidakmampuan untuk
mencerna yang dirasakan/actual.
c) Integritas kulit/jaringan, kerusakan, resiko tinggi b.d efek radiasi dan
kemoterapi penurunan immunologis, perubahan status nutrisi, anemia.
d) Keletihan b.d penurunan produksi energy metabolik, peningkatan kebutuhan
energy (status hipermetabolik), kebutuhan psikologis/emosional berlebihan,
perubahan kimia tubuh : efek samping obat-obatan, kemoterapi di tandai
dengan kekurangan enrgi yang tidak terpenuhi berulang/berlebihan,
ketidakmampuan mempertahankan rutinitas biasanya, penurunan kinerja,
kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi, letargi/gelisah.

9
BAB III

PEMBAHASAN

A. Contoh Kasus

Seorang pria berusia 70 tahun dirawat diruangan urulogi dengan keluhan nyeri
pinggang, urin berwarna kemerahan dan demam hilang timbul. Pemeriksaan fisik
didapatkan TD 90/80 mm/Hg, HR 86 x/i, suhu 38oC, RR 21 x/i. Hasil laboratorium
Hb adalah 9mg/dl, WBC 16.000 mg/dl, diagnosa medis Ca.ginjal. Saat ini pasien
tampak terpasang kemoterapi, semenjak 1 jam pemasangan kemoterapi pasien
mengeluhkan mual muntah.

B. Pengkajian
Data objektif
TD : 90/80mm/Hg
HR : 86x/i
Suhu : 38oC
RR : 21x/i
Hb : 9mg/dl
WBC : 16.000
Data subjektif
a) Pasien mengeluhkan nyeri pinggang
b) Urin kemerahan
c) Demam yang hilang timbul
d) Pasien mengeluhkan mual muntah

10
C. Analisa data

MASALAH
NO DATA
KEPERAWATAN

DO : TD : 90/80mmHg
1 Hb : 9mg/dl Gangguan perfusi jaringan
DS : Urin bewarna kemerahan

DO : Suhu 38oC
2 Hipertermia
DS : Demam yang hilang timbul

3 DO : WBC 16.000 Resiko penyebaran infeksi

Gangguan
4 DS : pasien mengeluh mual muntah
ketidakseimbangan nutrisi

5 DS : pasien mengeluhkan nyeri pinggang Nyeri

D. Diagnosa Keperawatan
a) Gangguan perfusi jaringan renal b.d suplai vaskular yang tidak adekuat
b) Nyeri b.d proses penyakit (penekanan jaringan sekitar ginjal oleh adanya
massa)
c) Hipertermia b.d proses infeksi
d) Gangguan ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d
konsekuensi kemoterapi
e) Resiko penyebaran infeksi b.d supresi sum-sum tulang (efek samping
pembatasan dosis kemotrapi)

11
E. Intervensi

DIAGNOSA
NO KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
1 Gangguan perfusi Menunjukan perfusi Mandiri
jaringan renal b.d adekuat mis. Tanda vital Awasi tanda vital, kaji Memberikan Informasi
suplai vaskular yang stabil, membrane pengisian kapiler, warna tentang derajat/
tidak adekuat. mukosa warna merah kulit/membran mukosa, keadekuatan perfusi
muda, pengisian kapiler dasar kuku. jaringan dan membantu
baik haluaran urin kebutuhan intervensi.
adekuat, mental seperti
biasa
Tinggikan kepala tempat Meningkatkan ekspansi
tidur sesuai toleransi. paru dan memaksimalkan
oksigenasi untuk
kebutuhan seluler.
Catat keluhan rasa dingin, Vasokontriksi (ke organ
pertahankan suhu vital) menurunkan
lingkungan, dan tubuh sirkulasi perifer.
hangat sesuai indikasi. Kenyamanan
pasien/kebutuhan rasa
hangan harus seimbang
dengan kebutuhan untuk
menghindari panas
berlebihan pencetus
vasodilatasi(penuruna
perfusi organ)
Kolaborasi
Awasi pemeriksaan Mengidentifikasi
laboratorium, mis. Hb/Ht. defisiensi dan kebutuhan
pengobatan/respon

12
terhadap terapi
Berikan oksigen tambahan Memaksimalkan transpor
sesuai indikasi. oksigen kejaringan.

2 Nyeri b.d proses Melaporkan Mandiri


penyakit (penekanan penghilangan nyeri Catat lokasi, lamanya, Nyeri panggul sering
jaringan sekitar maksima/control dengan intensitas, skala (0-10) dan menyebar ke punggung,
ginjal oleh adanya pengaruh minimal pada penyebaran. Perhatikan lipat paha, genetalia
massa) AKS tanda non-verbal sehubungan dengan
proksimitas saraf pleksus
Mengikuti aturan dan pembuluh darah yang
farmakologis yang menyuplai area lain. Nyeri
ditentukan tiba-tiba dan berat bisa
mencetuskan, ketakutan,
Mendemonstrasikan gelisah, dan asietas berat.
penggunaan
keterampilan relaksasi
dan aktivitas hiburan
sesuai indikasi untuk
situasi individu
Jelaskan penyebab nyeri Memberikan kesempata
dan penting nya untuk pemberian
melaporkan kepada staff analgesik sesuai waktu
terhadap perubahan (membantu dalam
kejadian atau karakteristik meningkatkan koping
nyeri. pasien dan menurunkan
ansietas)
Berikan tindakan nyaman Meningkatkan relaksasi,
contoh pijatan punggung menurunkan tegangan
lingkungan istirahat. otot, dan meningkatkan
koping

13
Bantu atau dorong Mengarahkan kembali
menggunakan teknik perhatian dan membantu
relaksasi nafas dalam, dalam relaksasi otot.
guided imagery, dan
aktivitas terapeutik

Kolaborasi
Berikan analagesik sesuai Nyeri adalah keraplikasi
indikasi sering dari kanker,
meskipun respon
individual berbeda.
Berikan kompres hangat Menghilangkan tegangan
pada pinggang otot.
3 Hipertermia b.d Memperlihat kan Mandiri
proses infeksi perubahan suhu tubuh Pantau suhu pasien, Hipertermi menunjukan
menuju rentang normal (derajat dan pola) proses penyakit infeksius
perhatikan menggigil akut. Pola demam
menunjukan diagnosis

Pantau suhu lingkungan Suhu ruangan/jumlah


selimut harus diubah
untuk mempertahankan
suhu mendekati normal

Kolaborasi Digunakan untuk


Berikan antipiretik sesuai mengurangi deman
indikasi dengan aksi sentral nya
pada hipotalamus.

14
4 Resiko penyebaran Mengidentifikasi dan Mandiri
infeksi b.d supresi berpartisipasi dalam Tingkatkan prosedur Lindungi pasien dari
sum-sum tulang intervensi untuk mencuci tangan yang baik sumber-sumber infeksi
(efek samping mencegah/mengurangi dengan staf dan seperti pengunjung dan
pembatasan dosis resiko infeksi pengunjung. Batasi staf yang mengalkami ISK
kemotrapi) pengunjung yang
Tetap tidak demam dan mengalami infeksi.
mencapai pemulihan Tempatkan pada isolasi
tepat pada waktunya sesuai indikasi
Tekankan hiegiene Membantu potensial
personal sumber infeksi dan/atau
pertumbuhan sekunder.

Pantau suhu Peningkatan suhu terjadi


(bila tidak tertutup oleh
obat kortikosteroid atau
antiinflamasi) karena
berbagai faktor mis. Efek
samping kemoterapi,
proses penyakit, atau
infeksi dini proses infeksi
memungkinkan terapi
yang tepat untukdimulai
dengan segera.
Kaji semua sistem (mis. Pengenalan dini dan
Kulit, pernapasan, intervensisegera dapat
genitourinaria) terhadap mencegah progresi pada
tanda/gejala infeksi secara situasi/sepsis yang lebih
kontinu. serius.
Ubah posisi dengan sering, Menurunkan tekanan dan
pertahankan linen kering iritasi pada jaringan dan

15
dan bebas kerutan. mencegah kerusakan kulit
(sisi potensial untuk
pertumbuhan bakteri).
Tingkatkan istirahat Membatasi keletihan,
adekuat/periode latihan. mendorong gerakan yang
cukup untuk mencegah
komplikasi statis mis.
Pneumonia, dekubitus dan
pembentukan trombus.
Tekankan penting nya Terjadinya stomatis
hiegiene oral yang baik. meningkatkan resiko
terhadap
infeksi/pertumbuhan
sekunder.

Hindari/batasi prosedur Menurunkan resiko


invasif. Taati teknik kontaminasi, mebatasi
aseptik. entri portal terhadap agen
infeksius
Kolaborasi
Pantau JDL dengan SDP Aktivitas sumsum tulang
diferensial dan jumlah dihambat oleh efek
granulosit dantrombosit kemotrapi, status
sesuai indikasi. penyakit, atau terapi
radiasi. Pemantauan status
mielosupresi penting
untuk mencegah
komplikasi lanjut (mis.
Infeski, anemia atau
hemoragi) dan jadwal
pemberian obat.

16
Berikan antibiotik sesuai Mungkin digunakan untuk
indikasi mengidentifikasi infeksi
atau diberikan secara
profilaktik pada pasien
imunosupresi
5 Gangguan Mendemonstrasikan brat Mandiri
ketidakseimbangan badan stabil, Kaji/catat pemasukan diet Membantu dalam
nutrisi : kurang dari penambahan berat badan mengidentifikasi
kebutuhan tubuh b.d rogresif kearah tujuan defisiensi dan kebutuhan
konsekuensi dengan normalisasi nilai diet. Kondisi fisik umum,
kemoterapi laboratorium dan bebas gejala uremik contoh
tanda malnutrisi mual, anoreksia, gangguan
rasa) dan pembatasan diet
Pengungkapan multiple mempengaruhi
pemahaman pengaruh pemasukan makanan.
individual pada
masukan adekuat

Berpartisipasi dalam
intervensi spesifik untuk
merangsang nafsu
makan/peningkatan
masukan diet
Berikan makan sedikit dan Meminimalkan anoreksia
sering dan mual sehubungan
dengan status
uremik/menurun nya
peristaltik
Berikan pasien/orang Memberikan pasien
terdekat daftar tindakan kontrol dalam
makan/cairan yang pembatasan diet. Makanan

17
diizinkan dan dorong dari rumah dapat
terlibat pada pilihan menu meningkatkan nafsu
makan.
Tawarkan perawatan mulut Membran mukosa menjadi
sering/cuci dengan larutan kering dan pecah.
(25%) caiaran asam asetat. Perawatan mulut yang
Berikan permen karet, sering tidak nyaman pada
permen keras, penyegar uremia dan membatasi
mulut diantara makan. pemasukan oral.
Pencucian dengan asam
asetat membantu
menetralkan amonia yang
dibentuk oleh perubahan
urea.
Timbang berat badan tiap Pasien puasa/katabolik
hari akan secara normal
kehilangan 0,2-0,5
kg/hari. Perubahan
kelebihan 0,5 kg dapat
menunjukan perpindahan
keseimbangan cairan
Kolaborasi
Awasi pemeriksaan Indikator kebutuhan
laboratorium, contoh BUN, nutrisi, pembatasan, dan
albumin serum, transferin, kebutuhan/ektifitas terapi.
natrium dan kalium.

18
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kanker ginjal adalah suatu keganasan pada parenkim ginjal yang berasal dari
tubulus proksimal ginjal, dimana stadium dari adenokarsinama ginjal tersebut terbagi atas
empat stadium. Stadium I tumor masih terbatas didalam ginjal, stadium II invasi ke
jaringan lemak perienal, stadium III invasi ke vena renalis/vena kava, stadium ke IV
metastasis ke organ lain(misalnya usus). Gejala yang mencurigakan pada tahap awal
perkembangan tumor, kemungkinan ditemukannya darah pada urin, atau rasa nyeri pada
punggung (seperti kasus infeksi dan batu ginjal) yang tidak hilang, disertai dengan
penurunan berat badan.

B. Saran
Bagi mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pasien dengan kanker ginjal
sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan sesuai teori yang ada. Bagi perawat
diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi dalam penanganan pasien dengan
kanker ginjal sehingga dapat meningkatkan pelayanan keperawatan yang baik.

19
DAFTAR PUSTAKA

Alam, Symsir. (2007). Gagal Ginjal. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama


Doenges, Marylynn E. dkk. (1993). Nursing Care Plans. Guidelines for Planning and
Documenting Patient Care. Philadelpia : F.A. Davis Company
Muttaqin, Arif. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta : Salemba
Medika

20

Anda mungkin juga menyukai