Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH SABAR DAN TAWAKAL DALAM

MENGHADAPI SAKIT

DISUSUN OLEH:
JANDRA JAESA PUTRA
NIM : 2221272

S1 KEPERAWATAN STIKES TENGKU MAHARATU


TAHUN 2023

4
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa segala rahmatnya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Dan harapan kami
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini.
Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 9 Juli 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................... i
Daftar Isi .....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 2
1.3 Tujuan .................................................................................................. 2
1.4 Manfaat ................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sabar ..................................................................................................... 6
2.2 Tawakal ................................................................................................ 9
BAB III PENUTUP
Kesimpulan dan Saran ................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 13

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Setiap orang pasti pernah terserang penyakit baik penyakit ringan maupun kronis. Hal itu
dikarenakan tubuh manusia tersusun atas berbagai macam organ dan juga jaringan sel yang
sangat rentan terserang berbagai macam bibit-bibit penyakit. Pola hidup yang tidak sehat
disertai tingkat kebersihan yang tergolong cukup rendah sering kali membuat berbagai macam
organ yang ada di dalam tubuh manusia menjadi terserang penyakit. Perlu diketahui juga bahwa
penyakit tidak hanya dialami oleh orang yang sudah tua saja, tetapi orang yang masih muda
juga dapat mengalami penyakit seperti halnya mahasiswa.
Penyakit disini diartikan sebagai kondisi tidak normalnya sebuah perangkat organ yang
ada didalam tubuh manusia yang mana dapat menyebabkan rasa sakit yang dapat mengancam
keberlangsungan hidup si penderita (Ratna Dewi, 20015). Menurut Elizabeth J. Crown
penyakit adalah perihal kehadiran seperangkat respons tubuh yang abnormal terhadap agen,
dimana manusia mempunyai toleransi sedikit atau tidak sama sekali, dan juga penyakit
memiliki beberapa jenis antara lain: Penyakit menular, penyakit tidak menular, dan penyakit
kronis.
Kedudukan sabar dalam iman bagaikan kepala pada jasad dan tidak ada keimanan tanpa
sabar sebagaimana jasa tidak akan berfungsi tanpa kepala. Kesabaran tidaklah muncul dengan
sendirinya, tetapi ia harus diusahakan dan dibiasakan agar menjadi sifat utama diri. Disinilah
dibutuhkan pengorbanan melawan keinginan hati dan perjuangan menahan nafsu diri.
Sabar (Shabr) adalah salah satu konsep yang penting dalam alquran. Alquran sangat
memperhatikan masalah kesabaran ini karena ia memiliki nilai keagamaan dan akhlak yang
sangat tinggi. Perlu disadari, sabar bukanlah masalah sekunder atau pelengkap, tetapi
merupakan masalah primer yang dibutuhkan manusia untuk meningkatkan kualitas material
dan moralnya, serta mencapai kebahagiaan individual dan sosial. Agama tidak akan tegak, dan
dunia tidak akan bangkit kecuali dengan sabar. Tidak akan ada kemenangan yang tercapai baik
di dunia maupun di akhirat kecuali dengan sabar. Siapa yang bersabar pasti akan mendapatkan
tujuan, tetapi bagi yang tidak sabar maka tidak akan mendapatkan sesuatu karena sabar
mencakup segenap cabang iman dan akhlak Islam. Masyarakat Indonesia sendiri banyak
menggunakan konsep sabar baik dalam konteks agama, maupun budaya. Dalam kehidupan
sehari- hari konsep ini banyak sekali digunakan orang ketika menghadapi berbagai persoalan
psikologis seperti stress, musibah, atau sedang dalam kondisi marah. Oleh karena itulah konsep

1
sabar pada umumnya dikaji dalam konteks moralitas dan religius
Sementara itu, tawakal merupakan pelengkap sejati sifat sabar. Tawakal merupakan kerja
hati memasrahkan seluruh ujian dan cobaan kepada kehendak-Nya. Tawakal berkaitan erat
dengan keridaan kita menjadikan Allah sebagai pelindung dalam kehidupan. Kehadiran
tawakal dalam diri akan menghadirkan kemudahan mengatasi persoalan. Hal ini menunjukkan
bahwa sikap tawakal merupakan hal yang terpenting ada dalam diri manusia, karena tawakal
sendiri adalah kepercayaan dan penyerahan diri kepada takdir Allah dengan sepenuh jiwa dan
raga (Tamami, 2011) dan dengan sikap tawakal ini manusia dapat menunjukan sikap
penyerahan dirinya terhadap Sang Pencipta dengan sepenuh jiwanya dan pasrah akan takdirnya
setelah berbagai usaha yang dia lakuan

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut yang sudah disebutkan, maka penulis membuat
rumusan masalah dari makalah ini sebagai berikut :
1. Apa makna dari kata Sabar menghadapi penyakit dalam islam
2. Apa makna dari kata Tawakal menghadapi penyakit dalam islam

1.3. Tujuan Penulisan


Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitiannya adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui makna dari kata Sabar menghadapi penyakit dalam islam
2. Mengetahui makna dari kata Tawakal menghadapi penyakit dalam islam

1.4. Manfaat Penulisan


Penelitian diharapkan berguna untuk menambah wawasan keilmuwan Islam, khususnya
pada kajian Semantik, sebagai upaya dalam mewujudkan visi menghidupkan ajaran Islam
yang sesuai dengan perkembangan zaman. Adapun dua kegunaan dengan mengangkat
penelitian ini, baik secara akademis maupun secara praktis, yaitu sebagai berikut:
1. Kegunaan akademis (teoritis)
Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuwan dan khazanah pengetahuan
terutama dalam rangka meningkatkan taqwa kepada Allah SWT.

2. Kegunaan praktis Secara praktis


Makalah ini diharapkan dapat memberikan pemahaman secara spiritual dan pemahaman

2
yang mendalam mengenai konsep sabar yang dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-
hari sesuai dengan kondisinya.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sabar
2.1.1. Pengertian
Sabar ialah salah satu sifat yang di miliki oleh setiap individu. Secara etimologi kata
sabar diartikan sebagi “menahan pada tempat yang sempit”. Selanjutnya, apabila sabar
dikaitkan dengan manusia, maka dapat bermakna menahan jiwa dari hal yang bisa dibenarkan
oleh wahyu dan logika. Sedangkan ibnu faris berpendapat kata sabar mempunyai tiga makna
yaitu: pertama ujung tinggi; kedua membelenggu; ketiga sejenis batuan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sabar adalah tahan terhadap cobaan,
tidak lekas marah (patah hati).5 Seorang tokoh agama di Indonesia, Quraish Shihab,
memberikan definisi bahwa sabar merupakan aktifitas menahan diri atau membatasi keinginan
demi memperoleh sesuatu yang baik atau luhur (lebih baik).6 Menurut Ibnu alQayyim, sabar
adalah sikap menahan diri atas segala keluhan, rintihan, merobek pakaian, menampar pipi, dan
sejenisnya. Hamka Hasan berpendapat, pengertian diatas tersebut mengindikasikan bahwa
sabar secara etimologi berarti sebagai proses yang aktif bukan pasif. Proses yang aktif ialah
proses yang bergerak dalam satu ruang dan waktu. Sabar dapat terwujud apabila ada proses
aktif untuk “menahan”,”menutup” dan “membelenggu”. Apabila hal ini dilaksanakan secara
aktif, maka proses ini akan berujung dengan sebuah hasil yang disebut dengan sabar.
Achmad Mubarok mengartikan sabar sebagai tabah hati tanpa berkeluh kesah saat
menghadapi rintangan dan godaan dalam kurun waktu tertentu dalam rangka mencapai tujuan.
Karena sabar berarti kemampuan mengendalikan emosi, maka nama sabar berbeda satu sama
lain tergantung obyeknya:
a. Ketabahan saat menghadapi musibah, dinamakan sabar, kebalikanya ialah keluh kesah dan
gelisah.
b. Kesabaran saat menghadapi godaan hidup nikmat di sebut mampu menahan diri.
c. Kesabaran dalam menghadapi peperangan disebut pemberani
d. Kesabaran saat menahan amarah di sebut santun.
e. Kesabaran saat menghadapi bencana yang sangat mencekam di sebut lapang dada
f. Kesabaran saat mendengar gosip disebut mampu menyembunyikan rahasia.
g. Kesabaran terhadap kemewahan disebut zuhud. h. Kesabaran saat menerima yang sedikit di
sebut kaya hati.
Imam al-Ghazali mendefinisikan sabar secara umum sebagai upaya dan proses untuk

4
menjauhi perbuatan yang penuh dengan nafsu syahwat dan amarah akibat munculnya suatu
keadaan. Proses tersebut mengaktifkan pendorong agama untuk mengalahkan pendorong hawa
nafsu dan kemalasan. Dalam menekankan sifat sabar, Imam Al-Ghazali mengaitkan peristiwa-
peristiwa yang terjadi dalam hidup dengan kesabaran. Sebagaimana Abu Muhammad al-Jaziri
mengatakan bahwa hati yang sabar senantiasa tenang ketika menghadapi berbagai peristiwa,
baik itu ujian berupa kenikmatan maupun kemalangan. Sehingga kadangkala sabar beriringan
dengan syukur.
Sabar memang merupakan ikhtiar untuk menjauhi perbuatan yang penuh dengan nafsu
dan amarah akibat munculnya suatu peristiwa dalam hidup. Ikhtiar tersebut membuat
pendorong agama semakin kuat dan menang diatas liarnya hawa nafsu dan kemalasan. Maka
tak heran bila karya Imam Al-Ghazali pada bab pertama menyajikan tema keutamaan sabar.

2.2.2. Macam-Macam Sabar


Berdasarkan objek yang disabari, sabar dibagi menjadi dua yaitu:
a. Sabar terhadap perihal fisik, misalnya, tabah menahan beban menggunakan badan, tabah
menahan sakit / pukulan berat, atau tabah dalam melakukan ibadah. Sabar yang pertama ini
sangat bagus jika sesuai dengan syari‟at.
b. Sabar yang kedua sungguh lebih sempurna yakni sabar yang berhubungan dengan menahan
diri terhadap hawa nafsu atau tabiat (keinginan) manusia.
Macam kesabaran terhadap sesuatu yang disenangi dapat dipedomankan pada hal-hal
berikut:
a. Tidak berambisi dan tertipu oleh perkara yang disenanginya itu. Serta jangan sampai
membuat hati angkuh.
b. Jangan sampai serakah ketika memperolehnya.
c. Harus tetap bersabar dalam menunaikan hak-hak Allah.
d. Harus tetap bersabar agar tidak memanfatkan perkara halal pada perkara yang diharamkan.
Inilah orang shiddiq yang sabar. Hal serupa juga ketika manusia dihadapkan pada perkara yang
tidak diinginkan, mereka harus tetap bersabar. Sehingga apapun keadaannya, baik
menyenangkan atau tidak menyenangkan manusia senantiasa tetap harus bersabar.

2.2.3. Indikator Sabar


Sabar merupakan kemampuan seseorang untuk dapat mengendalikan dan dapat
mengatasi berbagai macam permasalahan atau kesulitan yang dihadapi secara komprehenshif
dan integrative. Dari beberapa pengertiansabar yang sudah dijelaskan sebelumnya ditarik

5
beberapa indikator yaitu:
a. Dapat memegang teguh pendirian atau prinsip artinya tetap kuat dalam mempertahankan
atau memegang teguh untuk mencapai tujuan yang direncanakan.
b. Konsekuen artinya siap menerima segala kemungkinan resiko yang akan diterima.
c. Konsisten artinya tetap atau tidak berubah-ubah dalam melakukan sesuatu.
d. Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya merupakan
tanggung jawabnya.
e. Tabah artinya kemampuan seseorang untuk tetap kuat dalam menghadapi ujian dan cobaan.
f. Tekun dalam melaksanakan pekerjaan secara terus menerus dalam mencapai tujuan.
g. Dapat mengendalikan diri merupakan dengan mengontrol emosi serta tutur kata.
h. Tidak mengeluh dan mengadu ketika mendapat perlakuan yang kurang menyenangkan atau
sesuatu hal yang tidak diharapkan.
i. Dapat mengekang hawa nafsu dalam hal ini sama dengan dapat mengendalikan diri dari
segala emosi.

2.2.4. Keutamaan Bersabar


Allah telah menurunkan ayat seputar sabar sebanyak lebih dari 70 kali. Ini artinya sabar
memiliki kedudukan yang tinggi dalam pandangan Allah dan derajat agama. Bahkan
Rasulullah pernah menerangkan bahwa sabar adalah setengahnya iman (HR. Abu Nu‟aim dan
al-Khatib alBaghdadi).14 Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan „Aisyah, Rasulullah pernah
bersabda:
“Tak ada satupun musibah yang menimpa seorang mukmin melainkan adanya musibah
tersebut akan Allah hapuskan dosanya meski hanya musibah berbentuk tertusuk duri”.
Mulianya, Tuhan hanya mengaruniakan sifat sabar kepada manusia, bukan malaikat bukan pula
makhluk lain. Dikarenakan fasilitas hawa nafsu dan akal, membuat manusia menjadi makhluk
yang berpotensi mendapat predikat sabar. Keutamaan sabar akan membuat manusia memiliki
jiwa yang tangguh, kuat dan teguh menghadapi musibah, jiwa yang tidak mudah goyah nan
gelisah, tidak panik ataupun hilang keseimbangan.
Rasulullah SAW pun pernah bersabda:
ُ‫ص ِبر َعلَى َما تُ ْكِره‬ ِ ‫ََ ْخيٌر َك‬
ْ ‫ث ْيٌر فِى ال‬
“Dalam kesabaran terhadap sesuatu yang kamu tidak suka,terdapat kebajikan yang
banyak”.(Diriwayatkan oleh Imam At Tirmidzi dari Hadits Ibnu Abbas ra.)
Orang yang sabar tidak akan melarikan diri atau menyerah begitu saja ketika menjumpai
kesulitan. Ia justru tabah dan berani memperjuangkan cita-cita luhurnya dan menyingkirkan

6
segala sesuatu yang menghalangi jalannya. Tanpa kehadiran rasa sabar, seseorang akan mudah
putus asa. Agar kita senantiasa menjadi pribadi yang sabar, pahamilah bahwa tak ada satu
kejadianpun di dunia ini yang tak berada dalam kendaliNya. Dengan mengembalikan kejadian,
kita akan menjadi makhluk yang senantiasa tenang dan memasrahkan kekuatan penolong
utama pada Allah Swt. Apapun kejadian yang menimpa manusia, apabila mereka
menyikapinya sebagai perbekalan untuk akhirat maka kesabarannya akan meningkat. Orang
mukmin memang diperintah Allah untuk senantiasa bersabar dan menguatkan kesabaran
sebagaimana firmanNya dalam surat al-Imran ayat 200:
ْ ‫أ َ ُ ْكم‬
‫تَُ ف ي ِل ُحى ن ل ٱ َََ لل ل ع ۟ وٱتقُىا ۟ ُطىا ِ و راب ۟ ِ ُزوا و صاب ۟ ِ ُزوا ٱ ْصب ۟ مىُىا ِذي ه ءا ها ٱل ي‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu
dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya
kamu beruntung”.

2.2. Tawakal
2.2.1. Pengertian
Ungkapan-ungkapan wakil dan tawakkal, yang berasal dari bahasa Al-Qur’an ini, telah
digunakan dalam kosa kata bahasa Indonesia, walaupun belum jelas alasan mengapa para ahli
bahasa dahulu hanya mengambil dua kata dari akar kata wakila ini, bahkan salah satunya
menggunakan ungkapan kata kerja perintah (fi`il amar), yaitu tawakkal, tidak kata benda
(masdar) “tawakkul”. Secara bahasa kata ‘tawakkal’ diambil dari Bahasa Arab ‫)كل َو َالت‬
tawakkul) dari akar kata ‫ ) َل كَ َو‬wakala) yang berarti lemah. Adapun ‫ )كل َو َالت‬tawakkul) berarti
menyerahkan atau mewakilkan. Contohnya seseorang mewakilkan suatu benda atau urusan
kepada orang lain. Artinya, dia menyerahkan suatu perkara atau urusannya dan dia menaruh
kepercayaan kepada orang itu mengenai perkara atau urusan tadi. Adapun kata ‫ )كي ِل َو‬wakil)
shighahnya sama dengan ‫)عيل َف‬
ِ fa’il), artinya adalah pihak yang melakukan perintah orang
yang berwakil kepadanya.
Dalam KBBI arti tawakal yaitu berserah (kepada kehendak Allah SWT) dengan sepenuh
hati percaya kepada Allah SWT dalam segala penderitaan, ujian, setelah berikhtiar barulah
berserah kepada Allah SWT dan pengalaman pahit dihadapi dengan penuh kesabaran.28 Imam
Al-Ghazali yang mendefinisikan tawakal sebagai penyandaran diri kepada Allah SWT sebagai
satu-satunya al-wakil (tempat bersandar) dalam menghadapi setiap kepentingan, bersandar
kepada-Nya pada saat menghadapi kesukaran, teguh hati ketika ditimpa bencana, dengan jiwa
yang tenang dan hati yang tenteram. Tawakal menjadi salah satu syarat yang penting dalam
mendapatkan pertolongan dari Allah, maka dari itu ketika kita bertawakal, kita harus berserah

7
diri sepenuhnya hanya kepada Allah. Dengan bertawakal kepada Allah, kita pasti akan menjadi
lebih tenang sehingga bisa menerima apapun cobaan dan musibah yang diberikan oleh Allah.
Sementara dalam ensiklopedi Tematis dunia islam dijelaskan tawakal merupakan norma
terpuji yang menjadi salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh manusia yang berbudi pekerti
luhur. Norma ini dapat didefinisikan sebagai kondisi jiwa yang senantiasa menyandarkan
kepada Allah SWT. Baik ketika memiliki kepentingan (cita-cita) maupun ketika sedang
menghadapi kesukaran. Lawan dari norma tawakal adalah sikap putus asa dan keluh kesah
yang mencerminkan kelemahan jiwa dalam kaitannya dengan janji dan kehendak tuhan.11 Dari
berbagai pendapat diatas dapat disimpukan bahwa tawakal adalah sikap berserah diri kepada
Allah swt atas segala urusan, setelah terlebih dahulu melakukan usaha dan ikhtiar dibarengi
dengan keikhlasan menerima apapun hasil yang akan didapatkan.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pembahasan tentang sabar yang saya bahas hanyalah pokok-pokoknya sajayaitu
tentang pengertian sabar, konsep sabar dalam al-qur’an dan hadist, jenis-jenis sabar dan
manfaat sabar. Pada intinya, bahwa sabar merupakan salah satu sifat dankarakter orang
mu'min, yang sesungguhnya sifat ini dapat dimiliki oleh setiapinsan. Karena pada
dasarnya manusia memiliki potensi untuk mengembangkansikap sabar ini dalam
hidupnya.Sabar tidak identik dengan kepasrahan dan menyerah pada kondisi yang
ada,atau identik dengan keterdzoliman. Justru sabar adalah sebuah sikap aktif,
untukmerubah kondisi yang ada, sehingga dapat menjadi lebih baik dan baik lagi. Oleh
karena itulah, marilah secara bersama kita berusaha untuk menggapai sikap ini.Insya
Allah, Allah akan memberikan jalan bagi hamba-hamba-Nya yang berusahadi jalan-
Nya.Mudah-mudahan apa yang telah saya sajikan dalam pembahasan tentangsabar yang
sederhana ini dapat mendorong pembaca untuk melakukan kajian yanglebih luas dan
mendalam lagi tentang pembahasan sabar diatas.
Tawakal merupakan suatu kerja hati, kerja spiritual, suatu ibadah yang maknanya
amat sulit, namun perlu diterapkan dalam kenyataan. Tawakal harus dikaitkan dengan
hukum sebab dan musababnya, sehingga tawakal tidak lagi diartikan sebagai diam tanpa
ada aktivitas. Tawakal akan mendorong seseorang supaya memiliki rasa optimis dan
keberanian dalam menghadapi segala persoalan kehidupan. Tawakal dalam menghadapi
penyakit adalah muara dari segala upaya yang harus dilakukan dalam mencegah dan
menghindari dari tertularnya penyakit, inilah yang disebut dengan ikhtiar.

3.2 Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempuranaan,
oleh karena itu kami meminta agar pembaca berkenan memberikan kritik dan
saran demi kesempurnaan makalah ini dimasa datang.

9
DAFTAR PUSTAKA

Sitoresmi, Ayu. 2022. “Pengertian Tawakal dalam Agama Islam, Beserta Keutamaan dan
Jenis-Jenisnya”. diakses pada https://www.liputan6.com/hot/read/4879751/pengertian-
tawakal-dalam-agama-islam-beserta-keutamaan-dan-jenis-jenisnya tanggal 9 Juli 2023

Subandi. 2011. “Sabar: Sebuah Konsep Psikologi : Jurnal Psikologi Volume 38, No. 2“
diakses pada https://subandi.staff.ugm.ac.id/files/2016/05/sabar-
sebuah_konsep_psikologi.pdf tanggal 9 Juli 2023

Sopian, Hadi. 2018. “Konsep Sabar Dalam Al-Qur’an Issn : 2615-1995, E-Issn : 2615-0654
Madani Vol. 1, No. 2” diakses pada https://core.ac.uk/download/pdf/294835978.pdf
tanggal 9 Juli 2023

10

Anda mungkin juga menyukai