Anda di halaman 1dari 15

TUGAS INDIVIDU

MATA KULIAH PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH


TERPADU

KAJIAN TERHADAP INFRASTRUKTUR :


BANDARA KUALANAMU
PROVINSI SUMATERA UTARA

Oleh:
Mohammad Rafli (21040117410037)

MAGISTER PEMBANGUNAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
Kajian terhadap Infrastruktur : Bandar Udara Kualanamu – Sumatera Utara 0
Pendahuluan 1

Infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Dari alokasi


pembiayaan publik dan swasta, infrastruktur dipandang sebagai lokomotif pembangunan
nasional dan daerah. Infrastruktur juga berpengaruh penting bagi peningkatan kualitas hidup
dan kesejahteraan manusia, antara lain dalam peningkatan nilai konsumsi, peningkatan
produktivitas tenaga kerja dan akses kepada lapangan kerja, serta peningkatan kemakmuran
nyata dan terwujudnya stabilisasi makro ekonomi, yaitu keberlanjutan fiskal, berkembangnya
pasar kredit, dan pengaruhnya terhadap pasar tenaga kerja. Arturo Israel (1992) dalam Parkin
and Sharma (1999), mengatakan bahwa infrastruktur meningkatkan output ekonomi secara
langsung yang membuat modal swasta lebih produktif dengan meningkatkan daya tarik dari
suatu wilayah.
Infrastruktur dalam transportasi wilayah terdiri dari jalan (dalam angkutan darat),
dermaga pelabuhan laut (angkutan laut), dan bandar udara (angkutan udara) (Adisasmita,
2012). Salah satu layanan transportasi yang saat ini terus berkembang dan sangat
mempengaruhi pengembangan ekonomi suatu negara adalah transportasi udara yang
didukung dengan infrastruktur bandar udara dan mampu melayani kegiatan penerbangan.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2012, Bandara merupakan suatu unsur yang
memiliki peranan penting dalam penyelenggaraan penerbangan dengan selamat, aman, lancar,
tertib, nyaman, dan berdayaguna, serta dapat berperan dalam hal pemerataan, pertumbuhan,
dan sebagai pendorong maupun penggerak untuk menunjang pembangunan nasional.
Pembangunan bandara memiliki peranan yang sangat penting dalam mendukung
peningkatan aksesibilitas dan pertumbuhan perekonomian wilayah. Dampak yang
ditimbulkan dengan adanya pembangunan bandara di suatu wilayah akan memberikan
dampak yang dinamis terhadap perkembangan wilayah tersebut. Salah satunya yaitu dapat
terciptanya interaksi pembangunan antar wilayah yang saling membutuhkan dan menunjang
kemajuan satu sama lain. Peningkatan perekonomian wilayah ini akan berdampak positif juga
terhadap kesejahteraan masyarakat yang didukung dengan terciptanya lapangan pekerjaan
baru bagi masyarakat, meningkatnya pendapatan masyarakat, serta dapat mewujudkan
stabilitas harga yang sehat.

Kajian terhadap Infrastruktur : Bandar Udara Kualanamu – Sumatera Utara 1


Sekilas Bandara Kualanamu 2

Transportasi wilayah sebagai infrastruktur dalam pengembangan wilayah memiliki


fungsi yang sangat penting, yaitu menjangkau ke seluruh tempat dalam wilayah untuk
mensuplai barang-barang kebutuhan yang dibutuhkan masyarakat. Fungsi transportasi di
suatu wilayah ataupun antar wilayah, berarti dukungan terhadap pengembangan wilayah
semakin besar. Maka keberhasilannya dalam meningkatkan mobilitas penduduk, serta
meningkatkan interaksi sosial dan pembangunan wilayah menjadi semakin positif, intensif,
dan responsif. Hal ini menunjukkan ketersediaan infrastruktur transportasi sangat penting dan
sangat dibutuhkan untuk menunjang pembangunan berbagai sektoral.
Salah satu infrastruktur dalam transportasi wilayah adalah bandara udara yang
meliputi kegiatan arus pergerakan pesawat udara, penumpang, dan/atau pergerakan barang
dan jasa. Bandara merupakan suatu unsur yang memiliki peranan penting dalam
penyelenggaraan penerbangan, dengan harapan bandara dapat berperan dalam hal
pertumbuhan, pendorong maupun penggerak serta pemerataan pembangunan nasional.
Bandara merupakan pintu masuk terhadap suatu wilayah dan menjadi penghubung antar
wilayah satu dengan wilayah lainnya. Diharapkan dengan pembangunan bandara dapat
menjadi motor penggerak bagi perekonomian di wilayah sekitarnya, sekaligus dapat
mempercepat arah laju perkembangan kota ke daerah.
Bandar Udara Internasional Kualanamu adalah bandar udara yang terletak di
Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, sekitar 39 km dari kota Medan. Seiring
dengan perkembangan pembangunan, kebutuhan transportasi semakin beragam dan
merambah pada angkutan udara dengan sarana pesawat terbang dan prasarana utamanya yaitu
bandar udara. Berdasarkan hal tersebutlah, pembangunan bandara ini dilakukan untuk
menggantikan Bandar Udara Internasional Polonia yang sudah berusia 85 tahun. Bandar
Udara Internasional Polonia Medan tidak lagi ideal berada di pusat kota, yang memiliki
intensitas kegiatan kota yang tinggi. Penetapan Bandara Kualanamu sebagai pengganti
Bandara Polonia di Medan sudah ada sejak tahun 1995. Penetapan itu tertuang dalam
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 41 Tahun 1995.

Kajian terhadap Infrastruktur : Bandar Udara Kualanamu – Sumatera Utara 2


Kota Medan yang merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia dengan perannya
sebagai pintu gerbang wilayah Indonesia bagian barat harus memenuhi kelengkapan fasilitas
termasuk fasilitas prasarana transportasi publik. Dengan demikian, pembangunan Bandar
Udara Internasional Kualanamu di daerah Kabupaten Deli Serdang yang berbatasan langsung
dengan Kota Medan menjadi solusi pemindahan bandara lama. Letak Desa Kualanamu berada
pada Kabupaten Deli Serdang, dimana Desa Kualanamu merupakan wilayah penyangga atau
hinterland dari Kota Medan, dengan adanya pembangunan bandara baru di daerah tersebut,
maka Desa Kualanamu terkena dampak terhadap perkembangan ekonomi maupun perubahan
tata guna lahan (fungsi lahan) di sekitarnya. Bandara Kualanamu merupakan bekas ladang
perkebunan kelapa sawit milik PTPN II Tanjung Morawa yang tidak produktif lagi yang
terletak di Kecamatan Beringin, Deli Serdang, Sumatera Utara. Sehingga oleh pihak PT.
Angkasa Pura II melakukan pembebasan lahan di daerah tersebut untuk dijadikan bandara
yang baru pengganti bandara Polonia.
Perencanaan pembangunan Bandara Kualanamu sebenarnya telah diusulkan dan
direncanakan sejak tahun 1992, akan tetapi proses pembangunannya dimulai pada tahun 2006
dengan tahap pembebasan lahan oleh pihak Angkasa Pura II, hal ini disebabkan krisis
moneter yang terjadi pada waktu itu membuat proses pembangunan mega proyek Bandara
Kualanamu menjadi tertunda. Bandara Kualanamu merupakan bandara internasional terbesar
kedua di Indonesia setelah Bandara Soekarno-Hatta di Jakarta, Pembangunan Mega proyek
Bandara Kualanamu memiliki luas lahan sebesar 1.376 hektar, dimana bandara tersebut akan
memiliki kapasitas 8 juta penumpang pertahun. Pembangunan bandara Kualanamu
menghabiskan total anggaran sebesar Rp 5,8 triliun. Sumber dana pembangunan ini Rp 3,3
triliun berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) lewat Kemenhub dan Rp
2,5 triliun dari PT Angkasa Pura II (Persero). Pembangunan mega proyek bandara ini telah
mengakibatkan perubahan penggunaan lahan di sekitarnya, dengan adanya bandara tersebut
maka terjadi alih fungsi lahan dari perkebunan menjadi lahan terbangun.

Kajian terhadap Infrastruktur : Bandar Udara Kualanamu – Sumatera Utara 3


Peningkatan Aksesibilitas
3
Regional

Aksesibilitas adalah konsep yang menggabungkan sistem pengaturan tata guna lahan
secara geografis dengan sistem jaringan transportasi yang menghubungkannya (Black, 1981).
Sementara itu, Dennis (1998) merinci tiga hal yang akan diperoleh bila ada peningkatan
aksesibilitas, yaitu: (1) penghematan waktu, (2) pengurangan usaha pengangkutan; ukuran
usaha pengangkutan dinyatakan dalam ton-km, kapasitas pengangkutan barang lebih besar
dengan jarak yang lebih jauh, dan (3) efisiensi pergerakan dan penghematan biaya
transportasi.
Bandar Udara adalah infrastruktur dengan skala yang besar dan dikelola oleh PT.
Angkasa Pura dan merupakan Badan Usaha Milik Negara. Bandara menjadi pintu gerbang
suatu daerah yang mampu melayani kegiatan penerbangan domestik maupun Internasional.
Saat ini kegiatan pengembangan bandara salah satunya adalah mengenai pembangunan
Bandara Internasional Kualanamu yang terletak di Kabupaten Deli Serdang, Provinsi
Sumatera Utara. Bandara ini memiliki aksesbilitas yang cukup tinggi dan adanya proses
pembangunan jaringan utilitas (seperti jaringan jalan, sistem transportasi, drainase, listrik, dan
lain-lain) yang mendukung aktivitas transportasi penerbangan Bandara Kualanamu.
Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi
Sumatera Utara dan secara administrasi berbatasan langsung dengan Kota Medan. Kabupaten
ini adalah wilayah hinterland dari Kota Medan, sehingga perkembangan wilayahnya pun
sebagian besar dikarenakan adanya pengaruh yang ditimbulkan dari perkembangan Kota
Medan. Namun, pada saat ini yang menjadi salah satu faktor penyebab berkembangannya
kabupaten ini dikarenakan adanya pembangunan Bandara Internasional Kualanamu yang
merupakan rencana Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dengan tujuan untuk menggantikan
fungsi Bandara Internasional Polonia Medan. Alasan adanya rencana pemindahan fungsi
bandara tersebut dikarenakan Bandara Polonia Medan memiliki lokasi yang kurang layak
yaitu berada di pusat perkotaan Kota Medan. Maka dari itu, pemerintah pun membuat
kebijakan dengan pemindahan bandara tersebut.
Bandara Kualanamu memiliki peranan sebagai salah satu sarana transportasi udara dan
menjadi transportasi utama yang dapat menghubungkan lokasi antar daerah, antar provinsi,
maupun antar negara. Pembangunan Bandara Internasional Kualanamu di Deli Serdang ini

Kajian terhadap Infrastruktur : Bandar Udara Kualanamu – Sumatera Utara 4


ternyata telah memberikan pengaruh terhadap perubahan kawasan sekitarnya. Perubahan yang
dirasakan pada saat ini adalah semakin berkurangnya lahan pertanian yang disebabkan karena
terjadinya ahli fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi lahan terbangun. Selain perubahan
yang terjadi secara fisik, ternyata dari keberadaan Bandara Kualanamu juga mulai
memberikan pengaruh terhadap perubahan sosial dan ekonomi masyarakat berupa
bertambahnya jumlah penduduk dan berubahnya mata pencaharian penduduk sekitarnya. Dari
perubahan yang mulai terjadi di kawasan sekitar Bandara Kualanamu ini pun ternyata
mengarah kepada perkembangan wilayahnya.
Keberadaan Bandara Kualanamu telah memberikan pengaruh terhadap semakin
meningkatnya pembangunan-pembangunan yang terjadi disekitar kawasan. Adanya
pembangunan Bandar Udara Kualanamu akan menyebabkan dampak peningkatan aktivitas
kegiatan dan pergerakan dari dan menuju bandara. Pada sekitar bandara yang menjadi
wilayah antara pusat Kota Medan dan bandara itu sendiri, yaitu Kecamatan Beringin dan
Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara, terjadi dinamika
pertumbuhan wilayah sebagai proses interaksi aktifitas sosial dan ekonomi. Interaksi ini
dihubungkan dengan peningkatan aksesibilitas regional sebagai bentuk implikasi adanya
pembangunan Bandara Kualanamu.
Bandar Udara Internasional Kualanamu dengan intensitas kegiatan yang tinggi
kemudian memicu kebutuhan aksesibilitas kawasan yang tinggi. Penyediaan aksesibilitas
dalam menunjang fungsi bandara dilakukan dengan pembangunan sistem jaringan baru seperti
jalan arteri, jalur kereta api dan jalan tol. Jaringan baru tersebut mengakomodasi macam-
macam akses yang digunakan dari dan menuju bandara, antara lain menggunakan moda
transportasi kereta api, kendaraan bermotor pribadi, dan kendaraan bermotor publik. Semakin
banyak sistem jaringan yang tersedia pada daerah tersebut maka semakin mudah aksesibilitas
yang didapat, begitu pula sebaliknya semakin rendah tingkat aksesibilitas yang didapat maka
semakin sulit daerah itu dijangkau dari daerah lainnya (Bintarto, 1989).
Peningkatkan aksesibilitas yang dibentuk oleh kegiatan transportasi dapat dilihat
sepanjang koridor yang menghubungkan Kota Medan menuju Bandara Kualanamu di
Kabupaten Deli Serdang. Peningkatan aksesibilitas tersebut ditandai dengan adanya
penambahan infrastruktur baik dari segi kuantitas maupun kualitas yang berupa jaringan jalan,
drainase, dan lainnya yang bertujuan untuk mendukung kegiatan Bandara Kualanamu. Selain
itu, adanya penambahan fasilitas umum di beberapa titik kawasan seperti fasilitas rest area
mengindikasikan meningkatnya aksesibilitas regional yang terjadi.

Kajian terhadap Infrastruktur : Bandar Udara Kualanamu – Sumatera Utara 5


Implikasi Terhadap Ekonomi
4
Regional

Perkembangan suatu wilayah dapat terwujud, jika didukung oleh tersedianya sarana
dan prasarana seperti jalan raya, terminal, listrik, telepon, pelabuhan laut dan juga bandar
udara. Keberadaan infrastruktur memiliki peran yang sangat penting dalam mewujudkan
interaksi sosial dan kelangsungan sistem perekonomian. Semakin baik keadaan infrastruktur,
semakin baik pula pengaruhnya terhadap interaksi sosial dan keadaan ekonomi suatu wilayah
serta akan memacu kemajuan dan perkembangan suatu wilayah. Hal tersebut dimungkinkan,
karena sarana dan prasarana transportasi berfungsi sebagai pembentuk, pengarah, dan pemacu
pertumbuhan suatu wilayah. Adanya fungsi demikian dapat terlihat dari sejauhmana
kepesatan yang terjadi pada penggunaan lahan suatu wilayah, serta intensitas dan frekuensi
pergerakan sosial ekonomi masyarakat. Aktivitas ini akan lebih meningkat bilamana suatu
wilayah juga didukung oleh ketersediaan sistem transportasi yang lengkap dan membentuk
integrasi antar moda, baik moda jalan, moda rel, moda laut, dan moda udara. Simpul yang
menghubungkan antara moda transportasi tersebut seperti halnya bandar udara akan menjadi
pusat pertumbuhan baru dan membangkitkan tumbuhnya kegiatan-kegiatan lain disekitarnya.
Infrastruktur didefinisikan sebagai dasar fisik dan struktur organisasi yang
menyediakan dukungan bagi ekonomi dan masyarakat (Haynes dan Nijkamp, 2006).
Infrastruktur berkontribusi pada pembangunan daerah dengan memfasilitasi mobilitas dan
komunikasi dan memberikan dasar-dasar fisik dan sosial yang meningkatkan kualitas hidup.
Infrastruktur memainkan peran penting dalam mempromosikan pembangunan ekonomi
daerah. Semua tingkat pemerintah dan organisasi internasional berinvestasi besar untuk
memperbaiki infrastruktur memfasilitasi kegiatan ekonomi (Haynes dan Chen, 2017).
Bandara Kualanamu sebagai salah satu infrastruktur dalam transportasi wilayah
merupakan suatu unsur yang memiliki peranan penting dalam pertumbuhan, pendorong
maupun penggerak serta pemerataan pembangunan nasional khususnya Provinsi Sumatera
Utara. Dari perspektif meso-ekonomi, investasi atau ekspansi terhadap bandar udara termasuk
fasilitasnya, baik untuk penumpang maupun kargo, dapat memunculkan sejumlah implikasi
potensial bagi perkembangan perekonomian di wilayah sekitar bandar udara. Implikasi dari
investasi dalam pengembangan infrastruktur bandar udara kemudian dapat dibagi kedalam 4
(empat) tipe dengan efek yang berbeda dari waktu ke waktu (Button, 2010). Implikasi

Kajian terhadap Infrastruktur : Bandar Udara Kualanamu – Sumatera Utara 6


tersebut bisa terlihat dari keberadaan Bandara Kualanamu sebagai infrastruktur transportasi
udara di Provinsi Sumatera Utara yakni:
 memberikan manfaat bagi suatu wilayah dari pembangunan atau pengembangan bandar
udara karena terbukanya lapangan kerja dan bertambahnya pendapatan yang terkait
dengan pekerjaan bandar udara yaitu perancangan fasilitas, pembangunan landas pacu,
konstruksi terminal dan hanggar, pemasangan sistem navigasi lalu lintas udara, dan
sebagainya;
 memberikan manfaat bagi perekonomian lokal dari pengoperasian bandar udara yang
memerlukan perawatan fasilitas, pengamanan, penanganan check in penumpang dan
barang, ground handling, dan sebagainya. Efek ini dapat menjadi sangat penting bagi
perekonomian lokal dalam hal lapangan kerja, pendapatan, dan penerimaan pajak untuk
pemerintahan setempat;
 memberikan stimulus terhadap perekonomian lokal imbas dari peningkatan kerjasama
jasa transportasi dari beberapa perusahaan maskapai penerbangan;
 memberikan kenyataan bahwa pertumbuhan ekonomi, yang dimulai di suatu wilayah,
akan menjadi mandiri, berkelanjutan, dan bahkan berakselerasi. Keberadaan bandara
dapat mengubah seluruh struktur perekonomian suatu wilayah dimana fungsi produksi
dari perekonomian di wilayah sekitar dapat bergeser. Pengaruh terhadap perekonomian
yang bersifat dinamis dari adanya bandar udara merupakan jenis pengaruh yang paling
abstrak dan tidak dapat dikuantifikasi.
Tujuan awal pembangunan Bandara Kualanamu adalah untuk memindahkan bandara
Polonia yang sudah tidak bisa lagi menjadi bandara yang memenuhi demand and suply.
Sehingga dibangunlah Bandara Kualanamu di Kabupaten Deli Serdang. Penyediaan
infrastruktur Bandara Kualanamu tentunya dapat menarik orang untuk berpindah ke kawasan
sekitar Bandara. Perpindahan orang tersebut akan menimbulkan aktifitas perekonomian
sebagai implikasi logis terciptanya aktifitas-aktifitas sektoral. Hal ini merupakan sebuah
wujud hubungan yang nyata antara penyediaan infrastruktur berimplikasi kepada
pertumbuhan perekonomian regional di Provinsi Sumatera Utara.

Kajian terhadap Infrastruktur : Bandar Udara Kualanamu – Sumatera Utara 7


Integrasi/Pengaruhnya
5
dengan Tata Ruang

Pembangunan wilayah dan kota yang berkelanjutan baik dari sudut pandang
lingkungan, sosial dan ekonomi membutuhkan perencanaan tata ruang dan transportasi yang
terintegrasi agar sistem transportasi yang ada tidak merusak lingkungan dan mampu melayani
pembangunan sosial dan ekonomi secara efektif. Integrasi spasial dan pembangunan
transportasi secara terpadu berpotensi menciptakan penyelesaian yang besar di daerah dan
pengaktifannya akan membawa investasi ekonomi berkelanjutan (Drewello, 2015). Ruang
wilayah dan pembangunan transportasi dibangun secara terintegrasi dalam menyelesaikan
berbagai permasalahan yakni intensitas pertumbuhan penduduk yang tinggi tidak diikuti
kapasitas ruang yang memadai. Sehingga timbul permasalahan kemacetan transportasi dengan
pembebanan arus lalu lintas yang tinggi. Maka, proses perencanaan harus dibawa secara
integrasi sebagai solusi dalam pembangunan spasial dan transportasi (Drewello, 2015).
Dalam hubungan transportasi dan perencanaan tata ruang, (tata guna lahan) yang harus
diperhatikan adalah sistem kegiatan, sistem jaringan, dan sistem pergerakan. Sistem kegiatan
meliputi pengaturan/perencanaan tata guna lahan, sistem jaringan meliputi kapasitas dan
lokasi dari sarana dan prasarana transportasi. Pembangunan bandar udara tentunya akan
memiliki keterkaitan tentang perkiraan terhadap perubahan yang terjadi di kawasan sekitar
bandara. Pembangunan bandara akan memicu terjadi tumbuhnya aktivitas baru lainnya
disekitar kawasan bandara karena juga dipengaruhi oleh adanya pola permintaan yang akan
terjadi dimasa yang akan datang. Adanya pengembangan bandara memiliki pengaruh atau
dampak terhadap berbagai aspek salah satunya penggunaan lahan. Adisasmita (2012),
berpendapat bahwa semakin besar dan semakin banyak penumpang yang melakukan
perjalanan pada suatu bandara maka akan lebih besar pula akibat yang ditimbulkan terhadap
perubahan penggunaan lahan di sekitarnya. Hal ini dapat dilihat dari munculnya atau
tumbuhnya aktivitas-aktivitas pendukung yang akan melengkapi aktivitas utama yang ada di
bandara.
Pengaruh keberadaan Bandara Kualanamu terhadap perubahan aktivitas penggunaan
lahan di kawasan ini ternyata sangat mempengaruhi perubahan pola penggunaan lahan
kawasan sekitarnya. Perubahan ini sebagian besar terjadi di jalan-jalan utama yang
menghubungkan ke jalur Bandara Kualanamu dan jalur ke arah Kota Medan. Melihat

Kajian terhadap Infrastruktur : Bandar Udara Kualanamu – Sumatera Utara 8


kecenderungan yang terjadi saat ini, perubahan aktivitas penggunaan lahan yang terjadi telah
mengalami perkembangan ke arah aktivitas komersial dan perumahan.
Pembangunan Bandara Internasional Kualanamu di Kabupaten Deli Serdang yang
menggantikan fungsi Bandara Polonia Medan telah mempengaruhi perkembangan
wilayahnya. Keberadaan bandara tersebut menimbulkan bangkitan dan tarikan pada kawasan
sekitar bandara yang menyebabkan terjadinya perubahan kawasan. Perubahan yang terjadi di
sebagai dampak dari adanya Bandara Kualanamu yaitu perubahan aktivitas penggunaan lahan,
perubahan kondisi sosial ekonomi, dan perubahan nilai lahan kawasan sekitarnya. Pengaruh
keberadaan Bandara Kualanamu terhadap perubahan sosial ekonomi dan perubahan fisik
kawasan sekitarnya sangat memperngaruhi pertumbuhan suatu kawasan. Dari pengaruh dari
keberadaan bandara tersebut terhadap perubahan yang terjadi diprediksi kedepannya akan
memberikan dampak terhadap tumbuhnya aktivitas-aktivitas baru baik yang terjadi secara
cepat, sedang, maupun lambat.
Hubungan transportasi dan tata ruang juga dilihat pada sistem jaringan dan sistem
pergerakan yang terbentuk. Mengacu pada transportasi udara, bandara merupakan salah satu
pintu yang dapat menarik masuk dan keluar penumpang ke wilayah dimana bandara tersebut
berada. Hal ini menjadikan bandara sebagai sebuah magnet yang menarik aktivitas manusia
sehingga semakin mendekat ke bandara. Semakin banyak mobilitas yang terjadi di dekat
bandara, semakin banyak pula sarana prasarana pendukung yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan orang-orang yang bermobilitas (Kasarda,2011).
Keberadaan Bandara Kualanamu mempengaruhi pola jaringan dan pergerakan
transportasi terutama sepanjang koridor Kota Medan – Kabupaten Deli Serdang. Adanya
pembangunan Bandar Udara Kualanamu menyebabkan dampak peningkatan aktivitas
kegiatan dan pergerakan dari dan menuju bandara. Pada sepanjang koridor tersebut, terjadi
dinamika pertumbuhan wilayah sebagai proses interaksi aktifitas sosial dan ekonomi.
Interaksi ini dihubungkan dengan peningkatkan aksesibilitas regional seperti peningkatan
jalan, baik jalan kolektor primer maupun jalan sekunder yang menghubungkan antar aktitas di
sepanjang koridor. Hal ini mengindikasikan bahwa pembangunan Bandara Kualanamu
memperlihatkan pengaruh yang besar terhadap sistem kegiatan, sistem jaringan dan sistem
pergerakan yang dilakukan dengan proses perencanaan terintegrasi antara transportasi dan tata
ruang wilayah.

Kajian terhadap Infrastruktur : Bandar Udara Kualanamu – Sumatera Utara 9


Pembiayaan 6

Infrastruktur yang layak dan memadai mampu meningkatkan percepatan


pembangunan ekonomi dan sosial suatu negara melalui penciptaan efektifitas dan efisiensi
yang dihasilkan. Ketersediaan infrastruktur yang baik mampu mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi melalui penciptaan hubungan interregional dan memfasilitasi alokasi sumber daya.
Salah satu komponen penting pada pembangunan infrastruktur negara yang baik didukung
oleh pendanaan yang layak dalam tahap perencanaan (planning), proses pembangunan
(construction), hingga tahap operasi dan pemeliharaan infrastruktur (operational and
maintenance). Menurut Roland-Holst (2006), investasi bidang infrastruktur
mempertimbangkan 3 (tiga) hal yakni: (1) perannya dalam memfasilitasi pertumbuhan
ekonomi melalui stimulus langsung, (2) efisiensi fasilitas perdagangan dan distribusi dengan
mengurangi biaya dan margin, dan (3) merangsang faktor pertumbuhan endogen.
Pembangunan Bandar Udara Internasional Kualanamu, Deli Serdang, Sumatera
Utara, telah menghabiskan anggaran Rp 5,8 triliun dengan pengerjaannya dilakukan
bertahap selama enam tahun dimulai pada tahun 2006 dan selesai tahun 2012. Pembiayaan
pembangunan bandara tersebut merupakan hasil kerjasama Kementerian Perhubungan dan
PT Angkasa Pura II (Persero). Sumber dana pembangunan ini Rp 3,3 triliun berasal dari
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) lewat Kementerian Perhubungan atau 59
persen. Sementara itu, Rp 2,5 triliun atau 41 persen ditanggung oleh PT Angkasa Pura II.
Dukungan pemerintah kepada PT Angkasa Pura II (Persero) sebagai badan usaha
dilakukan dengan memperhatikan prinsip pengelolaan dan pengendalian risiko keuangan
dalam APBN /APBD. Dengan kapasitas fiskal yang ada saat ini, pengembangan Bandara
Kualanamu akan mengalami kesulitan dalam membangun infrastruktur jika hanya
menggunakan dana pemerintah saja. Dengan kebutuhan fiskal yang yang besar tersebut,
maka kerjasama pemerintah dan swasta (KPS) dalam pola Public Private Partnership (PPP)
merupakan opsi yang dikembangkan. Konsep KPS dalam penyediaan infrastruktur pelayanan
publik akan semakin penting di masa mendatang. Hal ini disebabkan beberapa pertimbangan
antara lain : keterbatasan sumber daya pemerintah, meningkatnya permintaan, inefisiensi
dalam pelayanan, kualitas dan kuantitas pelayanan rendah, penguasaan teknologi,
menghilangkan monopoli dan birokrasi.

Kajian terhadap Infrastruktur : Bandar Udara Kualanamu – Sumatera Utara 10


Kelembagaan 7

Pengelolaan jasa kebandarudaraan Bandar Udara Internasional Kualanamu dilakukan


oleh Badan Usaha Milik Negara PT. (Persero) Angkasa Pura II yang didirikan oleh
pemerintah. Pengelolaan jasa kebandaraan meliputi arus keluar masuk pesawat, penumpang,
maupun barang angkutan yang dituntut adanya suatu manajemen pengelolaan barang maupun
manusia yang aman, efektif, dan efisien sesuai standar yang berlaku secara internasional.
Pengelolaan dan pemeliharaan infrastruktur bandara tentunya hal yang mutlak dan wajib
dilakukan oleh operator bandara agar terjadi kelancaran dalam kegiatan yang berlangsung di
bandara tersebut.
Kementerian Perhubungan dan PT. (Persero) Angkasa Pura II yang bertanggungjawab
dalam manajemen pengelolaan bandara mengajak sektor privat/swasta untuk ikut mengelola
Bandar Udara Internasional Kualanamu berupa pola kemitraan kelembagaan. Hal tersebut
bertujuan untuk meningkatkan kualitas dari Bandara dan juga untuk mengurangi beban
Anggaran Pendatang dan Belanja Negara (APBN). Pola kemitraan pengelolaan transportasi
dan pemanfaatan aset negara dilakukan melalui skema kerja sama pengelolaan atau konsesi.
Hal ini dinilai sebagai upaya untuk menciptakan efisiensi dan efektivitas pemerintahan dalam
pelayanan publik yang optimal.
Pola kemitraan pemerintah dan swasta (KPS) berupa Public Private Partnership
(PPP). Pengaturan kemitraan PPP muncul dalam upaya untuk memberikan pelayanan yang
terbaik dengan menetapkan fungsi masing-masing. Sektor privat sebagai fungsi kontrol yang
langsung atas operasional jasa kebandaraan. Sedangkan pemerintah melakukan fungsi
pembuat kebijakan yang bertanggungjawab secara keseluruhan (Hammerschmid, 2017). Inti
dari PPP adalah keterkaitan/sinergi yang berkelanjutan (kontrak kerjasama jangka panjang)
dalam pembangunan proyek untuk meningkatkan pelayanan umum (pelayanan publik). Tipe
kerjasama antar pemerintah dan swasta dalam pengembangan Bandara Kualanamu adalah
Rehabilitate, Operate, Transfer (ROT), dimana sektor swasta memperbaiki, mengoperasikan
fasilitas, dan mengembalikannya ke pemerintah setelah masa konsesi/kotrak berakhir (Miller,
2000). Jenis kerjasama pemerintah dan swasta tersebut berupa pelayanan jasa kebandaraan
Bandara Kualanamu.

Kajian terhadap Infrastruktur : Bandar Udara Kualanamu – Sumatera Utara 11


Kesimpulan 8

Kajian terhadap Bandara Kualanamu dari aspek peningkatan aksesibilitas regional,


implikasi terhadap ekonomi regional, integrasi dengan tata ruang, pembiayaan dan
kelembagaan, dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:
1. Keberadaan Bandara Kualanamu telah memberikan pengaruh terhadap dinamika
pertumbuhan wilayah sebagai proses interaksi aktifitas sosial dan ekonomi. Interaksi
ini dihubungkan dengan peningkatan aksesibilitas regional sebagai bentuk implikasi
adanya pembangunan Bandara Kualanamu. Penyediaan aksesibilitas dalam menunjang
fungsi bandara dilakukan dengan pembangunan sistem jaringan baru seperti jalan
arteri, jalur kereta api dan jalan tol;
2. Bandara Kualanamu dari perspektif ekonomi memunculkan sejumlah implikasi
potensial bagi perkembangan perekonomian nasional khususnya Provinsi Sumatera
Utara. Penyediaan infrastruktur Bandara Kualanamu tentunya dapat menarik orang
untuk berpindah ke kawasan sekitar Bandara yang menimbulkan aktifitas
perekonomian sebagai implikasi logis terciptanya aktifitas-aktifitas sektoral;
3. Keberadaan Bandara Kualanamu mempengaruhi perubahan pola penggunaan lahan di
wilayah Sumatera Utara. Perubahan ini sebagian besar terjadi di jalan-jalan utama
yang menghubungkan ke jalur Bandara Kualanamu dan jalur ke arah Kota Medan.
Perubahan aktivitas penggunaan lahan yang terjadi telah mengalami perkembangan ke
arah aktivitas komersial dan perumahan;
4. Pengembangan infrastruktur Bandara Kualanamu dilakukan oleh PT Angkasa Pura II
(Persero) yang dibiayai melalui APBN /APBD. Dengan kapasitas fiskal yang terbatas,
kerjasama pemerintah dan swasta (KPS) dalam pola Public Private Partnership (PPP)
merupakan opsi yang dikembangkan;
5. Kementerian Perhubungan dan PT. (Persero) Angkasa Pura II mengajak sektor
privat/swasta untuk ikut mengelola Bandar Udara Internasional Kualanamu berupa
pola kemitraan kelembagaan. Pola kemitraan dilakukan melalui skema kerja sama
berupa Public Private Partnership (PPP). Hal ini dinilai sebagai upaya untuk
menciptakan efisiensi dan efektivitas pemerintahan dalam pelayanan publik yang
optimal.

Kajian terhadap Infrastruktur : Bandar Udara Kualanamu – Sumatera Utara 12


REFERENSI

Adisasmita, S.A. 2012. Perencanaan Infrastruktur Transportasi Wilayah. Edisi Pertama-


Yogyakarta; Graha Ilmu. 2012.
Andriyani, Meri Fitri. 2011. Perubahan Kondisi Fisik dan Ekonomi Wilayah Sekitar Bandara
Selama Pembangunan Bandara Internasional Lombok. Skripsi. Surakarta : Fakultas
Teknik UNS.
Black, J.A, 1981. Urban Transport Planning : Theory and Practice. London, Cromm Helm.
Button, K. 2010. “Economic Aspects of Regional Airport Development”. USA : George
Mason University.
Dennis, R, 1998. Rural Transport and Accessibility-a synthesis paper. RATP No 1,
Development Policies Department, International Labour Office, Geneva.
Drewello, H. and Scholl, B. eds., 2015. Integrated Spatial and Transport Infrastructure
Development : The Case of the European North-Sourth Corridor Rotterdam-Genoa.
Springer.
Haynes, Kingsley E. dan Zhenhua Chen. 2017. Infrastructure and Regional Development.
The International Encyclopedia of Geography.
Hammerschmid, G., 2017. The Governance of infrastructure. Oxford University Press.
Indah, Nia Fitria dan Samsul Ma’arif 2014. Pengaruh Keberadaan Bandara Internasional
Kualanamu terhadap Perubahan Sosial Ekonomi dan Perubahan Fisik Kawasan
sekitarnya. Jurnal Teknik PWK Volume 3 Nomor 12014. 82-95. Semarang : UNDIP.
Kasarda, John, dan Greg Lindsay. 2011. Aerotropolis:“The Next”. New York : Farrar,
Straus and Giroux.
Kusumawati, dkk. 2016. Pengaruh Perkembangan Bandara Internasional Adi Soemarmo
Terhadap Perubahan Penggunaan Lahan Di Sekitarnya. Jurnal Pembangunan Wilayah
dan Perencanaan Partisipatif (Region), Vol.7, No2, Juli 2016:82-95.
Miller, J.B. 2000. Principles of Public and Private Infrastructure Delivery . Springer
Science & Business Media.
Parkin. J, and Sharma. D. 1999. Infrastructure Planning. Published by Thomas Telford
publishing, Thomas Telford Limited, 1 Heron Quay, London E14 4JD. URL:
http://www.t-elford.co.uk
Peraturan Pemerintah No.40 Tahun 2012 tentang “Pembangunan dan Pelestarian Lingkungan
Hidup untuk Kawasan Bandara.

Kajian terhadap Infrastruktur : Bandar Udara Kualanamu – Sumatera Utara 13


Utama, D. 2010. Private dan Strategi Penerapan Public Private Partnership dalam
Penyediaan Infrastruktur Transportasi. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol.
12, No. 3, Desember 2010 Hlm.145-151.
Wellman, K. and Spiller, M., 2012. Urban Infrastructure: Finance and Management. John
Wiley & Sons.

Kajian terhadap Infrastruktur : Bandar Udara Kualanamu – Sumatera Utara 14

Anda mungkin juga menyukai