Anda di halaman 1dari 6

PORTOFOLIO

Kasus-1
Topik: Kejang Demam
Tanggal (Kasus) : 04 Maret 2017 Presenter : dr. Bella Agiussela.
Tanggal Presentasi : 24 Maret 2017 Pendamping : dr. Huratio Nelson, SpPA
Tempat Presentasi : Ruang Komite Medik RSUD Sekayu
Objektif Presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan
Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi : Pria, tahun, kejang berulang yang disertai demam
Tujuan : Menegakkan diagnosis dan memberikan penatalaksanaan yang tepat
Bahan Bahasan : Tinjauan Riset Kasus Audit
Pustaka
Cara membahas Diskusi Presentasi dan diskusi Email Pos

Data Nama : Daim Romadhon, Umur : 1 tahun 9 bulan Pekerjaan : - No. Reg :
Pasien : Alamat : Desa Gajah Mati, Musi Banyuasin Agama : Islam 25.76.67
Suku Bangsa : Indonesia
Nama RS: RSUD Sekayu Telp : - Terdaftar sejak : 04 Maret 2017
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis / Gambaran Klinis:
Pasien kejang disertai demam tinggi
2. Riwayat Pengobatan :
Pasien belum pernah berobat sebelumnya.
3. Riwayat Kesehatan / Penyakit :
Pasien tidak pernah mengalami kejang yang disertai demam sebelumnya
Pasien tidak memiliki riwayat menderita penyakit asma, gangguan kulit, dan lain-lain
4. Riwayat Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan serupa
Tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit epilepsi
5. Riwayat Pekerjaan :
Pasien belum sekolah
6. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Ibu pasien mengaku tidak ada gangguan selama kehamilan. Ibu melakukan ANC di bidan
lebih dari 4x. Pasien lahir dibantu oleh bidan, lahir normal dan langsung menangis, berat
badan lahir 2600 gram
Daftar Pustaka:
1. Asril Aminulah, Prof Bambang Madiyono. 2015. Hot Topik In Pediatric II : Kejang
Pada Anak. Cetakan ke-2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
2. IDAI, 2016. Rekomendasi Penatalaksanaan Kejang Demam. Unit Kerja Koordnaasi
Neurologi. Jakarta. Indonesia. hal 1-15
3. IDAI, 2009. Pedoman Pelayanan Medis: Kejang Demam. Jakarta. Indonesia. Hal 150-
153.
4. KEMENKES. 2012. Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernafasan Akut.
Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta:

1
2

Kementrian Kesehatan RI. hal 1-70.


Hasil Pembelajaran
1. Penegakkan diagnosis kejang demam
2. Penatalaksanaan kejang demam
3. Patofosiologi kejang demam

1. Subjektif

Autoanamnesis
Pasien dibawa ke IGD RSUD SEKAYU di keluhkan dengan kejang sejak ± 8 jam
SMRS, 2 kali dengan jarak ± 3-4 jam, sekali kejang biasanya berlangsung ± 3 menit,
kejang kelonjotan dengan tangan kanan dan tangan kiri menekuk keluar dan menjadi
kaku, mata penderita mendelik ke atas, pada saat kejang pasien tidak sadar, dan setelah
kejang pasien kembali sadar dan kejang berhenti sendiri. Menurut ibu pasien kejang yang
dialami pasien tersebut diawali dengan demam selama 2 hari, demam naik turun, dan
pada saat demam yang dialami terlalu tinggi maka akan berlanjut dengan kejang. Demam
dengan disertai menggigil disangkal.
Pasien juga mengeluh batuk pilek (+), sejak 2 hari yang lalu, nafsu makan menurun
tidak seperti biasanya, badannya terasa lemas dan pusing. Tidak terjadi penurunan berat
badan pada pasien. Pasien tidak mual dan muntah. Sesak (-). Nafsu makan dan minum
pasien berkurang, mual (-), muntah (-). BAB (+) normal, konsistensi lembek, frekuensi
1-2 kali sehari, darah (-), nyeri (-). BAK (+) lancar, berwarna kekuningan, frekuensi 1-2
kali sehari, darah (-), nyeri (-).
-
Objektif

-
Status generalis
Keadaan umum: tampak sakit ringan
GCS : E4M6V5
Kesadaran : Kompos mentis
Tekanan darah : -/- mmHg
Nadi : 115x/menit
Laju napas : 22x/menit
Suhu : 38,9oC
BB : 11,5kg

-
Pemeriksaan khusus
Kepala : Simetris, rambut hitam tidak mudah dicabut, kulit dan wajah tidak sembab.
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+), pupil bulat,
isokor, ¢ 3 mm
Hidung : Deviasi septum nasi (-), sekret (+)
Telinga : Sekret (-)
3

Mulut : Sianosis (-), mukosa mulut kering (-)


Tenggorok : Dinding faring hiperemis, T1-T1 tidak hiperemis, edema laring (-)
Leher : perbesaran KGB tidak ada
Thorax :
-
Paru-paru
Inspeksi : Statis dan dinamis simetris
Palpasi : Srem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+) normal, ronkhi (-/-), wheezing (-/-).
-
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung atas ICS II, batas jantung kanan ICS V linea sternalis,
batas jantung kiri ICS V line mid klavikula sinistra
Auskultasi : HR=115 kali/menit, BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-).
Abdomen
Inspeksi : Datar, pelebaran vena (-)
Palpasi : Lemas, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Lipat paha dan genitalia: Pembesaran kelenjar getah bening tidak ada
Ekstremitas : clubbing finger (-), edema (-), akral hangat, CRT<2 detik
Fungsi Motorik : kesan normal
Fungsi Sensorik : kesan normal
Fungsi Nervi Kraniales: kesan normal
GRM : kesan normal

Pemeriksaan Penunjang (Desember 2015)


Darah Rutin:
-
Hemoglobin : 10,7 gr/dl
-
Hematokrit : 33,0 %
-
Leukosit : 14.900 /mm3
-
Trombosit : 221.000 /mm3
-
Difcount : 0/2/2/72/19/5

Kimia Klinik:
-
Natrium : 136 mmol/dl
-
Kalium : 3.42 mmol/dl
2. Assessment
Pada kasus di atas, pasien laki-laki berusia 1 tahun 9 bulan datang dengan keluhan
kejang sejak ± 1 hari SMRS, 2 kali dengan jarak ± 3-4 jam, sekali kejang biasanya
berlangsung ± 3 menit, kejang kelonjotan dengan tangan kanan dan tangan kiri menekuk
keluar dan menjadi kaku, mata penderita mendelik ke atas, pada saat kejang pasien tidak
sadar, dan setelah kejang pasien kembali sadar dan kejang berhenti sendiri.
Pada anamnesis secara teori dijelaskan kejang demam merupakan suatu bangkitan
4

kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rectal diatas 38° C) yang
disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial. Ada 2 bentuk kejang demam (menurut
Livingstone), yaitu: (1) Kejang demam sederhana (Simple Febrile Seizure), dengan ciri-ciri
gejala klinis sebagai berikut kejang berlangsung singkat, < 15 menit, kejang umum tonik
dan atau klonik, umumnya berhenti sendiri, tanpa gerakan fokal atau berulang dalam 24
jam. (2) Kejang demam komplikata (Complex Febrile Seizure), dengan cirri-ciri gejala
klinis sebagai berikut : Kejang lama > 15 menit, kejang fokal atau parsial satu sisi, atau
kejang umum didahului kejang parsial, berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
Pada pasien ini, dari anamnesis didapatkan keluhan kejang yang diawali oleh
demam selama 2 hari, pada tanda vital suhu tubuh ditemukan 38,9ºC, demam awalnya naik
turun, dan pada saat demam yang dialami terlalu tinggi maka akan berlanjut dengan
kejang. Secara teori keadaan demam, kenaikan 1ºC akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat sampai 20%. Jadi pada
kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel
neuron, dan dalam waktu yang singkat dapat terjadi difusi ion kalium listrik. Lepas muatan
listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran
tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter dan terjadilah kejang.
Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya
ambang kejang seorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tubuh tertentu. Pada
anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang sudah dapat terjadi pada suhu 38ºC,
sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru dapat terjadi pada
suhu 40ºC atau lebih.
Pasien juga mengeluh batuk pilek, sejak 2 hari yang lalu, nafsu makan menurun
tidak seperti biasanya, badannya terasa lemas dan pusing. Tidak terjadi penurunan berat
badan pada pasien. Pasien tidak mual dan muntah. Sesak (-). Nafsu makan dan minum
pasien berkurang, mual (-), muntah (-). BAB (+) normal, konsistensi lembek, frekuensi 1-2
kali sehari, darah (-), nyeri (-). BAK (+) lancar, berwarna kekuningan, frekuensi 1-2 kali
sehari, darah (-), nyeri (-). Sehingga kemungkinan penyebab kejang terjadi karena
gangguan elektrolit dan metabolic depat disingkirkan.
Pada pemeriksaan fisik dan penunjang didapatkan kesadaran anak compos mentis
(E4M6V5), terdapat sekret di hidung, tenggorokan faring hiperemis, tonsil T1/T1 tidak
hiperemis (-), dan pemeriksaan neurologi dalam batas normal. Pada pemeriksaan
penunjang, hasil laboratorium dari Hb 10,7g/dl dan leukosit 14.900/uL hal ini
menunjukkan kemungkinaan adanya tanda-tanda infeksi yang menurut teori kejang
demam bisa diakibatkan dari proses infeksi ektrakranial yang diketahui bahwa demam
sering disebabkan infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, gastroenteritis, pneumonia,
bronkopneumonia, bronkhitis, tonsilitis, dan infeksi saluran kemih.
Pada kejang demam ada 3 hal yang perlu diperhatikan yaitu: (1) Pengobatan fase
akut. (2) Mencari dan mengobati penyebab. (3) Pengobatan profilaksis terhadap
berulangnya kejang demam. Pada penatalaksanaan pada kasus ini diberikan menjamin
hidrasi yang adekuat melalui cairan parenteral maupun enteral. Penderita ini selama sakit
makan dan minumnya berkurang, sehingga diberi cairan parenteral berupa Infus IVFD RL
gtt X/menit, dan antipiretiknya diberikan paracetamol 4x1 cth. Saat pasien kejang
berdasarkan Rekomendasi Penatalaksanaan Kejang Demam IDAI (2016) diberikan
5

diazepam dengan suntikan intravena sebanyak 0,2–0,5 mg/kgBB. Berikan perlahan-lahan,


dengan kecepatan 0,5–1 mg per menit. Bila kejang berhenti sebelum dosis habis, hentikan
penyuntikan. Diazepam jangan diberikan secara intramuskular karena tidak diabsorpsi
dengan baik. Pada kasus ini penderita diberikan Inj. Diazepam 3mg (IV), sedangkan untuk
infeksi saluran nafas atas karena kecurigaan adanya infeksi pada pasien ini, diberikan
antibiotik yaitu Inj. Ampicillin 3x400mg (IV), Inj. Dexametason 3x1/3 dan Mucous 2x1ml
drops
Rumatan yang diberikan pada kasus ini dapat dipertimbangkan, yaitu fenobarbital
dengan dosis 3-4mg/kgBB/hari dibagi 12 dosis atau asam valproate dengan dosis 15-
40mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis, dengan indikasi bila anak masuk dalam kriteria di
bawah, yaitu:
1) Kejang lama > 15 menit
2) Adanya kelainan neurologis yang nyata sebeluma atau sesudah kejang, misalnya
hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental, hidrosefalus.
3) Kejang fokal
4) Pengobatan rumat dipertimbangkan bila:
 Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam.
 Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan.
 Kejang demam > 4 kali per tahun
Komplikasi pada kasus ini belum terjadi, berdsarkan penelitian yang ada kompliksi
pada kejang demam belum ditemukan kemungkinan kecacatan atau kelainan neurologis
dan kematian tidak pernah dilaporkan.
Prognosis pada kasus ini bermungkinan berulangnya kejang demam, adapun faktor
resiko berulangnya kejang demam adalah riwayat kejang demam dalam keluarga, usia < 12
bulan, temperature yang rendah saat kejang cepatnya kejang setelah demam. Bila semua
faktor tersebut ada kemungkinan berulangnya kejang demam 80%, sedang bila tidak
terdapat faktor tersebut kemungkinan 10-15%.
Prognosis kejang demam secara umum sangat baik. Kejadian kecacatan sebagai
komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis
umumnya tetap normal pada pasien yang sebalumnya normal. Kelainan neurologis dapat
terjadi pada kasus kejang lama atau kejang berulang, baik umum ataupun fokal. Suatu
studi melaporkan terdapat gangguan recognision memory pada anak yang mengalami
kejang lama. Selain itu resiko berulangnya kejang demam apabila pasien memiliki (1)
riwayat kejang demam dalam keluarga, (2) usia < 12 bulan, (3) suhu tubuh kurang dari
39oC saat kejang, (4) Interval waktu yang singkat antara awitan demam dengan terjadinya
kejang, dan (5) apabila kejang demam pertama merupakan kejang demam kompleks.. Bila
semua faktor tersebut ada kemungkinan berulangnya kejang demam 80%, sedang bila tidak
terdapat faktor tersebut kemungkinan 10-15%.
3. Plan

Diagnosis : Kejang demam


Tatalaksana
1. Non Farmakologi:
1) Inform Consent
2) Edukasi kepada orangtua tentang kepatuhan minum obat dan cara mengatasi
6

kejang disertai demam bila di rumah, dan cara mengompres menggunakan air
hangat
2. Farmakologi:
1) O2 1-2 lpm kanul nasal, jika kejang.
2) IVFD RL gtt X/menit
3) Inj. Diazepam 3 mg (IV)
4) Inj. Ampicillin 3x400 mg
5) Inj. Dexametason 3x1/3
6) PCT 4x1 cth
7) Mucous 2x1 ml drops

Prognosis:
Quo ad vitam: dubia ad bonam
Quo ad functionam: dubia ad bonam

Anda mungkin juga menyukai