Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan sistem informasi manajemen telah menyebabkan terjadinya


perubahan yang cukup signifikan dalam pola pengambilan keputusan yang dilakukan
oleh manajemen baik pada tingkat operasional (pelaksana teknis) maupun pimpinan
pada semua jenjang. Perkembangan juga telah menyebabkan perubahan-perubahan
peran dari para manajer dalam pengambilan keputusan, mereka dituntut untuk selalu
dapat memperoleh informasi yang paling akurat dan terkini yang dapat digunakannya
dalam proses pengambilan keputusan.
Meningkatnya penggunaan teknologi informasi, khususnya internet, telah
membawa setiap orang dapat melaksanakan berbagai aktivitas dengan lebih akurat,
berkualitas, dan tepat waktu. Setiap organisasi dapat memanfaatkan internet dan
jaringan teknologi informasi untuk menjalankan berbagai aktivitasnya secara
elektronis. Para manajer di berbagai organisasi juga diharapkan dapat dengan lebih
mudah untuk menganalisis kinerjanya secara konstan dan konsisten dengan
pemanfaatan teknologi informasi yang tersedia.
Pemanfaatan teknologi informasi ini dikaitkan dengan pentingnya atau
bantuannya dalam proses pengambilan keputusan manajemen. Dapat kita ketahui
bahwa masih kurangnya organisasi baik pada sektor publik maupun organisasi pada
sektor swasta yang menerapkan sistem informasi manajemen dalam pengambilan
keputusan, khususnya pada organisasi pemerintah daerah. Berdasarkan latar belakang
diatas, maka penulis akan membahas mengenai pengambilan keputusan yang
berbasiskan pada Sistem Informasi Manajemen.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis ingin membahas masalah
tersebut dalam makalah ini yang berjudul “Sistem Informasi Keputusan”.

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka yang menjadi


pokok permasalahan dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran umum sistem informasi keputusan ?


2. Bagaimana karakteristik sistem informasi keputusan ?
3. Bagaimana model dan penerapan sistem informasi keputusan ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui gambaran umum sistem informasi keputusan.


2. Untuk mengetahui karakteristik sistem informasi keputusan.
3. Untuk mengetahui model dan penerapan sistem informasi keputusan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengambilan Keputusan

Pada hakikatnya kegiatan pembuatan keputusan di latar belakangi oleh


adanya suatu masalah atau problem dalam usaha mencapai suatu tujuan tertentu.
Pembuatan keputusan ini bertujuan mengatasi atau memecahkan masalah yang
bersangkutan sehingga usaha pencapaian tujuan yang di maksut dapat dilaksanakan
secara baik dan efektif. Selain itu pembuatan keputusan di pandang sebagai usaha
untuk mencari jalan keluar dari suatu masaah yang terjadi. Di lain pihak masalah atau
problem yang di maksud dapat dibagi dalam tiga golongan besar yaitu : masalah
korektif, masalah progresif, dan masalah kreatif.

Masalah korektif adalah masalah yang timbul karena adanya


penyimpangan dari apa yang direncanakan. Masalah banyak terjadi dalam kegiatan
pelaksanaan dalam suatu rencana sehingga pembuatan keputusan dilakukan untuk
memperbaiki atau melluruskan penyimpangan yang terjadi atau memperbaiki rencana
bila rencana tersebut keliru. Masalah progresi adalah suatu masalah yang terjadi
akibat adanya keinginan untuk memperbaiki atau peningkatan suatu prestasi atau
hasil masalalu. Misalnya suatu perusahaan ingin memperbesar atau memperluas
market sharenya atau suatu pabrik mobil ingin memproduksi suatu kendaraan yang
lebih irit bahan bakarnya. Masalah yang dihadapi dalam kondisi ini adalah masalah
progresif. Sedangkan masalah kreatif adalah suatu masalah yang muncul karena
adanya keinginan untuk menciptakan suatu yang sama sekali baru. Hal ini dapat
dicontohkan pada sebuah pabrik mobil yang ingin menciptakan kendaraan energi
dengan tenaga matahari.

3
Efesiensi dan efektifitas suatu perusahaan biasanya dapat diduga dari jenis
atau macam masalah yang sering dihadapi. Sebuah perusahan yang terlalu sering
menghadapi masalah korektif ,menggambarkan cara kerja yang kurang efisien dan
kurang efektif. Di lain pihak, perusahaan yang sering progresif dan kreati
menggambarkan perusahaan yang relatif sukses dan inovatif.1

Ruang lingkup Decision Support Systems (DSS) yakni diantaranya:

1. DSS dapat digunakan untuk mengawali kerja, dan masalah-masalah yang


kemungkinan terjadi dan sangat tidak diharapkan kehadirannya.
2. DSS dapat menyediakan pendukung keputusan dalam kerangka waktu yang
pendek atau terbatas.
3. DSS dapat berevolusi sebagaimana halnya pengambilan keputusan dalam
mempelajari mengenai masalah-masalah yang dihadapinya.
4. DSS dapat di kembangkan oleh para profesional yang tidak melibatkan prosesan
data.

Sedangkan Ditinjau berdasarkan karakteristik diantaranya yakni :


1. Kajiannya ada pada tugas- tugasnya yang terstuktur, dimana prosedur operasi
standar, peraturan-peraturan sebuah keputusan, dan alur informasinya dapat
didefinisikan.
2. Hasil utamanya adalah meningkatkan efisiensi dengan mengurangi biaya, waktu
tunggu, dan dengan mengganti karyawan klerikal.
3. Relevansinya untuk manajer pengambilan keputusan biasanya tidak langsung di
dapatkan, misalnya : dengan adanya penyediaan laporan dan akses ke data.2

1
Tata Sutabri, Sistem Informasi Manajemen (yogyakarta: Andi, 2005), hlm. 133.
2
Yulia Djahir, Bahan Ajar Sistem Informasi Manajemen (yogyakarta: Deepublish, 2015), hlm.
112.

4
B. Tipe Pengambilan Keputusan

Pembuatan keputusan dapat didefenisikan sebagai penentuan serangkaian


kegiatan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Pembuatan keputusan ini tidak hanya
dilakukan oleh para manajer puncak, tetapi juga para manajer menengah dan lini
pertama. Setiap jabatan seorang dalam organisasi menyangkut berbagai derajat
pembuatan keputusan, bahkan untuk pekerjaan rutin sekalipun dan dalam macam
organisasi apapun. Manajer akan membuat tipe-tipe keputusan yang berbeda sesuai
perbedaan kondisi dan situasi yang ada. Salah satu metode pengklasifikasian
keputusan yang banyak digunakan adalah untuk menentukan apakah keputusan itu
diprogram atau tidak. Keputusan juga dapat dibedakan menjadi keputusan yang
dibuat dibawah kondisi kepastian, resiko, dan ketidakpastian.
Keputusan yang diprogram (programemed decisions) adalah keputusan
yang dibuat menurut kebiasaan, aturan atau prosedur. Keputusan ini rutin dan
berulang-ulang. Setiap organisasi mempunyai kebijaksanaan tertullis atau tidak
tertulis yang memudahkan pembuatan keputusan dalam situasi yang berulang dengan
membatasi dan menghilangkan alternatif. sebagai contoh, manajer tidak perlu
memikirkan penetapan gaji karyawan baru karena organisasi pada umumnya
mempunyai skala gaji untuk semua posisi. Manajer juga tidak perlu memikirkan
masalah harian yang akan dihadapi karena prosedur untuk menangani masalah rutin
yang tersedia.
Masalah rutin tidak selalu sederhana, keputusan yang diprogram dapat
juga digunakan dalam penanganan masalah yang kompleks dan rumit. Bila suatu
masalah berulang dan unsur komponen dapat dirumuskan, diperkirakan, dan dianalisi,
maka hal itu dapat menjadi “calon” pembuatan keputusn yang diprogram. sebagai
contoh, keputusan tentang besarnya persediaan untuk menjaga produk tertentu dapat
mencakup usaha pencarian data dan peramalan, kemudian analisis terhadap unsur

5
masalah yang terpisah tersebut bisa menghasilkan serangkain keputusan rutin yang
diprogram. Keputusan yang tidak (non-programmed decisions) dilain pihak adalah
dengan masalah yang berkenaan dengan masalah khusus,khas atau tidak biasa. Bila
suatu masalah timbul tidak cukup diliput oleh kebijaksaan atau sangat penting
sehingga perlu penanganan khusus, harus diselesaikan dengan suatu keputusan yang
tidak diprogram. Berapa contoh masalah yang memerlukan keputusan yang tidak di
program antara lain cara pengalokasian sumber daya organisasi,penanganan ini
produk yang jatuh di pasara,atau cara perbaikan hubungan masyarakat. Semakin
tinggi kedudukan dalam hirarki organisasi, dibutuhkan kemampuan membuat
keputusan yang tidak diprogram lebih tinggi. Atas dasar alasan ini, berbagai program
latihan manjemen mencoba mengembangkan kemampuan manajer dalam membuat
keputusan yang tidak diprogram.
Herbert A Simon mengemukakan teknik tradisional dan modern dalam
pembuatan keputusan yang diprogram dan tidak diprogram. Kemajuan dalam
pengembangan dan penggunaan peralatan riset operasi telah terjadi sangat cepat
selama dekade terakhir ini,terutama di bidang simulasi komputer dan pengolahan data
elektronik (electronic data processing). Sejalan dengan perkembangan teknik
pembuatan keputusan, efisiensi pemecahan masalah yang di program dan kualitas
pemecahannya juga telah meningkat. Banyak masalah yang tidak diprogram
sebelumnya menjadi diprogram. Dilain pihak, teknik pemecahan masalah empirik
(heuristic) bagi pembuatan keputusan yang tidak diprogram tidak berkembang dengan
pesat dan penggunaannya semakin menyempit.

Teknik-teknik pembuatan keputusan


Tipe-tipe keputusan
Tradisional Modern
Diprogram: 1. Kebiasaan 1. Teknik-2Riset
Keputusan rutin dan 2. Kegiatan Operasi: Analisa
berulang-ulang Organisasi rutin:Prosedur matematik model-
mengembangkan proses pengoperasian model simulasi
khusus bagi standard. komputer.

6
penanganannya. 3. Struktur organisasi 2. Pengolahan data
Pengharapan umum Elektronik
Sistem tujuan sasaran
Informasi yang
disusun dengan baik.

Tidak diprogram: 1. Kebijakan intuisi dan Teknik pemecahan


Keputusan sekali pakai, kreatifitas masalah yang diterapkan
Disusun tidak sehat dan 2. Coba-coba pada:
kebijaksanaan.Ditangani 3. Seleksi dan latihan a. Latihan membuat
dengan proses pemecahan para pelaksana. keputusan.
masalah umum b. Penyusunan program
komputer “Heuristic”.
Tabel: Teknik-Teknik Pembuatan Keputusan Tradisional Dan Modern

Keputusan bisa dengan kepastian, resiko, dan ketidakpastian. Para manajer


membuat keputusan adalah bagi kegiatan yang akan dilaksanakan dan tujuan yang
akan dicapai di waktu yang akan datang. Situasi pembuatan keputusan ini
menyangkut berbagai aspek yang tidak dapat diketahui dan sulit diperkirakan, seperti
reaksi pesaing tertentu atau tingkat inflasi tiga tahun mendatang. Tingkat
ketidakpastian dalam berbagai situasi akan berbeda. Karena itu, manajer akan
menghadapi tiga macam situasi: kepastian, resiko, dan ketidakpastian.
Dalam kondisi kepastian (certainty) para manajer mengetahui apa yang
akan terjadi diwaktu yang akan datang karena tersedia informasi yang akurat,
terpercaya, dan dapat diukur sebagai dasar keputusan. Dalam kasus ini, situasi di
waktu yang akan datang dapat diperkirakan dengan pasti. Dalam kondisi resiko (risk)
manajer mengetahui besarnya probabilitas setiap kemungkinan hasil, tetapi informasi
lengkap tidak tersedia. Sedangkan dalam kondisi ketidakpastian (uncertainty) manajer
tidak mengetahui probabilitas, bahkan mungkin tidak mengetahui kemungkinan hasil-
hasill. Kondisi ketidakpastian pada umumnya menyangkut keputusan krisis dan
paling menarik. Pembuatan keputusan dalam kondisi ketidakpastian dapat dilakukan

7
lebih tepat dengan menggunakan metode kuantitatif untuk mengantisipasi dan
memperkirakannya.3

C. Kerangka Dasar Pengambilan Keputusan

Dalam manajemen, pengambilan keputusa (decision making) memegang


peranan yang sangat penting karena keputusan yang diambil oleh manajer merupakan
hasil pemikiran akhir yang harus dilaksanakan oleh bawahannya atau mereka yang
bersangkutan dengan organisasi yang ia pimpin. Penting karena menyangkut semua
aspek manajemen. Kesalahan dalam pengambilan keputusanbisa merugikan
organisasi, mulai dari kerugian citra sampai kepada kerugian uang. Ada kalanya
keputusan diambil oleh manajer sendiri.tetapi tidak jarang juga bersama staf,
tergantung dari besar kecilnya masalah yang dan gaya kepemimpinan yang di anut
oleh si manajer. Yang jelas pengambilan keputusan tidak bisa dilakukan secara
sembarang. Pengambilan keputusan adalah salah satu proses pemikiran dalam rangka
pemecahan masalah untuk memperoleh hasil akhir yang dilaksanakan. Masalah
berbeda dengan persoalan berbeda, meskipun keduanya pertanyaan untuk dijawab.
Jika untuk pertanyaan yang sudah ada jawabannya, bagi masalah belum. Soal yang
diajukan kepada para mahasiswa dalam suatu ujian umpamanya, sudah ada
jawabannya pada dosen mata kuliah yang bersangkutan. Akan tetapi, masalah yang
dihadapi seseorang belum ada jawabannya.

Ada masalah yang mudah saja dipecahkan, ada yang sukar, ada juga yang
sangat sulit, tergantung besarnya masalah dan luasnya sangku paut dengan berbagai
faktor. Atas dasar itulah, maka keputusan yang di hasilkan ada yang tidak
mengandung resiko apa-apa, ada yang resikonya kecil, ada pula yang resikonya besar.
Bagaimana cara pengambilan keputusannya? Jawaban atas pertanyaan ini akan
mempengaruhi perancangan sistem informasi berdasarkan komputer yang

3
Tata Sutabri, op.cit. hlm. 133.

8
dimaksudkan untuk medukung proses pengambilan keputusan yang penting dan
kemudian juga mengenai hubungan antara teori tersebut untuk merancang sistem
informasi. Model yang bermanfaat yang terkenal sebagai kerangka dasar
prosespengambilan keputusan yang ditemukan oleh Herbert A. Simon akan
digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan proses pengambilan keputusan. Model
ini terdiri atas tiga tahap:

Tahap proses dalam


pengambilan
Penjelasan
keputusan
Pemahaman Menyelidiki lingkungan kondisi yang memerlukan keputusan. Data
mentah yang diperoleh diolah dan diperiksa untk dijadikan petunjuk
yang dapat menentukan masalahnya
Perancangan Menemukan, mengembangkan, dan menganalisis arah tindakan yang
mungkin dapat digunakan hal ini mengandung proses untuk
memahami masalah menghasilkan cara pemecahan dan pengujian
apakah car pemecahan tersebut dapat dilaksanakan.
Pemilihan Memilih arah tindakan tertentu dari semua arah tindakan yang ada.
Pilihan ditentukan dan dilaksanakan.
Tabel : Tiga tahap mengambil keputusan

Dengan demikian, proses pengambilan keputusan dapat dipandang sebagai


arus dari pemahaman sampai perancangan dan pemilihan, tetapi pada setiap tahap
hasilnya mungkin dikembalikan lagi ke tahap sebelumnya untuk di mulai lagi.
Misalnya, pemilihan mugkin menolak semua alternatif dan mengembalikannya ke
tahap perancangan untuk menghasilkan pemecahan tambahan. Model Simon ada
hubungannya dengan SIM. Hubungan ini diikhtisarkan untuk ketiga model Simon,
yaitu:

9
Tahap proses
pengambilan Hubungan dengan SIM
keputusan
Pemahaman Proses penyidikan mengandung pemeriksaan data baik dengan
cara yang telah ditentukan maupun dengan cara khusus. SIM
harus memberikan kedua cara tersebut. Sistem informasi harus
meneliti semua data dan mengajukan permintaan untuk diuji
mengenai situasi yang jelas menuntut perhatian. Baik SIM
maupun organisasi harus menyedikan saluran komukasi untuk
masalah yang diketahui dengan jelas agardisampaikan kepada
organisasi tingkat atas sehingga masalah tersebut dapat ditangani
Perancangan SIM harus mengandung model keputusan model untuk
mengelolah data dan memprakasai pemecahan alternatif. Model
harus membantu menganalisis alternatif.
Pemlihan SIM menjadi paling efektif apabila hasil perancangan disajikan
dalam suatu bentuk yang mendorong pengambilan keputusan.
Apabila telah dilakukan pemilihan, peranan SIM berubah
menjadi pengumpulan data untuk umpan balik dan penilaian
kemudian.
Tabel : Tiga tahap pengambilan keputusan dalam hubungannya dengan SIM

Ada beberapa cara yang berlainan untuk meggolongkan pengambilan


keputusan. Kesadaran akan kerangka dan paham ini akan bermanfaat dalam
pembicaraan selanjutnya. Suatu sistem pengambilan keputusan, artinya model sistem
yang digunakan untuk mengambil keputusan, dapat bersift tertutup atau terbuka.
Sistem pengambilan keputusan tertutup menganggap bhwa keputusan dipisahkan dari

10
masukanyang tidak diketahui oleh lingkungannya. Dalam sistem ini, pengambil
keputusan di anggap:

1. Mengetahui semua alternatif dan akibat atau hsil masing-masing alternatif.


2. Mempunyai suatu metode ( aturan, hubungan, dan sebagainya) yang
memungkinkan ia membuat urutan alterntif yang lebih disukai.
3. Memilih alternatif yang memaksimumkan sesuatu seperti keuntungan, volume
penjualan, atau kegunaan

Paham pengambilan keputusan yang tertutup jelas menganggap bahwa


orang yang rasional secara logis menguji semua alternatif, membuat dan berdasarkan
hasilnyayang lebih disukai, an memilih alternatifyang mendatangkan hasil terbaik.
Model kuantitatif pengambilan keputusan biasanya merupakan model sistem
pengambilan keputusan yang tertutup.

Sistem pengambilan keputusan yang terbuka memandang keputusan


sebagai terjdi dalam suatu lingkungan kompleks dan sebagian tidak diketahui.
Keputusan dipengaruhi olehlingkungan dan proses pengambilan keputusan
selanjutnya mempengaruhi lingkungan. Pengambilan keputusan di anggap tidak harus
logis dan sepenuhnya rasional, tetapi lebih banyak menunjukkan rasionalitas hanya
dalam batas yang ditentukan dalam latar belakang, penglihatan alternatif, kemampuan
untuk menagnani model keputusan dan sebagainya. Mengingat tujuan model tertutup
tela dirumuskan denagn baik, tujuan model terbuka sama denagn tingakat keinginan
sebab model terbuka dapat berubah apabila pengambilan keputusan menerima bukti
keberhasilan atau kegagalan. Dibandingkan dengan ketiga anggapan model tertutup,
model keputusan terbuka menganggap bahwa pengambilan keputusan:

1. Tidak diketahui semau alternatif dan semua hasil.


2. Melakukan penyelidikan sacara terbatas untuk menemukan beberapa alaternatif
yang memuaskan.

11
3. Mengambil keputusan yang memuaskan tingkat keinginan.

Model terbuka adalah dinamis atas urutan pilihan karena tingkat keinginan
berubah menanggapi perbedaan antara hasil dan tingkat keinginan.4

D. Model Sistem Informasi Keputusan

Dalam membangun sebuah DSS, manajemen perusahaan dan perancang


sistem harus dapat merumuskan berbagai masalah dan jalan keluarnya. Rumusan ini
sangat memerlukan model. Model adalah perwakilan atau gambaran atas sesuatu.
Model dapat mewakili objek atau aktivitas, yang disebut dengan entitas.

Model ada beberapa jenis, yaitu model fisik, model naratif, model grafis,
dan model matematis.

1. Model fisik
Gambaran berbentuk tiga dimensi yang menyamai objek aslinya, hanya saja
ukurannya lebih kecil dari objek aslinya. Model ini banyak digunakan dalam
perancangan objek yang bersifat berwujud, misalnya bangunan, mobil, pesawat,
dan perangkat lainnya.
2. Model naratif
Gambaran suatu objek yang dirancang dalam bentuk uraian kata-kata. Model ini
dapat dituangkan dalam tulisan ataupun ucapan.
3. Model grafis
Gambaran suatu objek yang berbentuk gambar, lambing, atau grafik.
4. Model matematis

4
Ibid., hlm. 129.

12
Gambaran suatu objek yang berbentuk matematis. Model ini menggunakan
berbagai bentuk rumus atau fungsi. Model ini banyak digunakan dalam
perancangan Sistem Pemandu Keputusan
.
Model memiliki manfaat bagi pemecahan masalah. Beberapa manfaat
tersebut adalah sebagai berikut.
1. Mempermudah pemahaman.
Apabila sebuah model yang sederhana telah dipahami, para pembuat keputusan
dapat segera memahami masalah yang lebih kompleks.
2. Mempermudah komunikasi.
Semua empat jenis model dapat mengkomunikasikan informasi secara cepat dan
akurat kepada orang-orang yang memahami arti dari bentuk, kata-kata, grafis, dan
matematika. Dengan memanfaatkan model, dua pihak dapat berkomunikasi
dengan lebih cepat dan lebih baik, dengan tingkat kesalahan yang rendah.
3. Memprediksi masa depan.
Model matematika dapat memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan, tetapi
tidak 100 persen akurat. Tidak ada model yang baik. karena asumsi biasanya
harus dibuat mengenai banyak data yang dimasukkan ke dalam model, manajer
harus menggunakan penilaian dan intuisi dalam mengevaluasi output.5

E. Proses Pengambilan Keputusan

Banyak manajer yang harus membuat suatu keputusan dengan metode


pembuatan keputusan informal untuk memberi pedoman bagi manajer. sebagai
contoh, manajer dapat menggantungkan pada tradisi dan membuat keputusan sama
seperti dibuat untuk masalah atau kesempatan serupa di waktu lalu.mereka juga dapat
menarik wewenangnya dan membuat keputusan berdasarkan nasihat dari seorang ahli

5
Raymond Mcleod, Management Information Systems (prentice hall, 2007), hlm. 256.

13
atau manajer atasanya. manajer dapat menggunakan pemikiran yang disebut priori,
yaitu manajer membuat anggapan bahwa penyelesaian masalah yang paling logis dan
jelas adalah yang paling benar. Metode ini berguna dalam berbagai kasus,tetapi dalam
kasus lainya akan mengarahkan manajer untuk membuat keputusan yang salah. Tidak
ada pendekatan pembuatan keputusan yang dapat menjamin bahwa manajer akan
selalu membuat keputusan yang benar. akan tetapi, bagaimana pun para manajer yang
menggunakan suatu pendekatan yang rasional,intektual dan sistematis akan lebih
berhasil dibandingkan para manajer yang menggunakan pendekatan informal.proses
dasar pembuatan keputusan rasional hampir sama dengan proses prencanaan strategis
formal. Ini mencakup identifikasi dan diagnosa masalah, pengumpulan dan analisa
data yang relevan, pengembangan alternatif, penilaian berbagai alternatif terbaik,
implementasi keputusan, dan evaluasi terhadap hasil seperti ditunjukkan dalam
gambar di bawah ini.

Identifikasi Pengumpulan Pengembangan Evaluasi Pemilihan Implementasi Evalu


& diagnosa dan Analisa Alternatif Alternatif Alternatif Keputusan asi
masalah Data terbaik hasil

Umpan
Balik

Gambar : Tahap-Tahap Proses Pengambilan Keputusan

Tahap 1 :

Pemahaman dan Perumusan Masalah. Para manajer sering menghadapi kenyataan


bahwa masalah yang sebenarnya sulit dikemukakan atau bahkan sering hanya
mengidentifikasi masalah, bukan penyebab dasar. Para manajer dapat
mengidentifikasi masalah dengan beberapa cara. Pertama, manajer secara sistematis

14
menguji hubungan sebab-akibat. Kedua, manajer mencari penyimpangan atau
perubahan dari yang “normal”

Tahap 2 :

Pengumpulan dan Analisis Data yang Relevan. Setelah manajer menemukan dan
merumuskan masalah, langkah selanjutnya adalah Manajer harus menentukan data-
data apa yang dibutuhkan untuk membuat keputusan yang tepat dan kemudian
mengolah data tersebut hingga menjadi informasi yang relevan.

Tahap 3 :

Pengembangan alternatif-alternatif. Kecenderungan untuk menerima alternatif


keputusan pertama yang “feasible” sering menghindarkan manajer dari pencapaian
penyelesaian yang terbaik untuk masalah manajer. Pengembangan sejumlah alternatif
memungkinkan manajer menolak kecenderungan untuk membuat keputusan terlalu
cepat dan membuat keputusan yang efektif.

Tahap 4:

Evaluasi alternatif-alternatif. Setelah manajer mengembangkan sekumpulan alternatif


manajer harus mengevaluasi sekumpulan alternatif, manajer harus mengevaluasi
untuk menilai efektifitas setiap alternatif

Tahap 5 :

Pemilihan alternatif terbaik. Pembuatan keputusan merupakan hasil evaluasi berbagai


alternatif. Alternatif terpilih akan didasarkan pada jumlah informasi bagi manajer dan
faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan manajer

Tahap 6 :

Implementasi Keputusan. Setelah alternative terbaik terpilih, para manajer harus


membuat rencana untuk mengatasi berbagai permasalahan dan masalah yang

15
mungkin dijumpai dalam penerapan keputusan. Dalam hal ini, manajer perlu
memperhatikan berbagai resiko dan ketidakpastian sebagai konsekuensi dibuatnya
suatu keputusan.. Disamping itu, pada tahap implementasi keputusan manajer juga
perlu menetapkan prosedur laporan kemajuan periodik dan mempersiapkan tindakan
korektif bila masalah baru muncul dalam pembuatan keputusan, serta merancang
peringatan dini untuk menghadapi berbagai kemungkinan.

Tahap 7 :

Evaluasi hasil-hasil Keputusan. Implementasi keputusan harus selalu dimonitor.


Manajer harus mengevaluasi apakah implementasi dilakukan dengan lancar dan
keputusan memberikan hasil yang diinginkan.

Diharapkan dengan melakukan proses pengambilan keputusan secara tepat


dapat mampu mengatasi atau memecahkan masalah yang bersangkutan sehingga
usaha pencapaian tujuan yang dimaksud dapat dilaksanakan secara baik dan efektif.6

F. Kriteria Pengambilan Keputusan

Kriteria untuk memilih alternative dalam model normatif adalah


pemaksimalan laba (laba, kegunaan, nilai yang di harapkan dan sebagainya). Tujuan
ini apabila dinyatakan dalam bentuk kuantitatif disebut fungsi objektif untuk
keputusan. Dalam model ekonomi klasik, manusia rsional di angggap
memaksimalkan kegunaan. Kegunaan ini di rumuskan sebagai sifat hasil yang
memberikan kesenangan atau menghindarkan kesusahan. Bagi suatu perusahaan,
kegunaan biasanya di pandang sebagai laba, tetapi hal ini dapat juga berupa
penjualan, bagian pasar, dan lain sebagainya. Pandangan menurut kebiasaan
mengenai kriteria untuk pngambilan keputusan yang mengandung resiko adalah

6
Tata Sutabri, op.cit. hlm. 136.

16
memaksimalkan nilai yang di harapkan. Ada bukti yang memberi kesan pembatasan
atas kriteria ini. Misalnya, orang yang naik pesawat terbang membeli asuransi
penerbangan, tetapi nilai asusransi yang di harapkan jauh dari bawah biayanya.
Selisih tersebut diperhitungkan melalui metode penjualan yang biayanya tinggi dan
keuntungan bagi perusahaan asuransi. Gejala ini menimbulkan kesan bahwa individu
lebih suka memilih memaksimalkan kegunaan yang di harapkan dari pada nilai yang
di harapkan. Dengan kata lain, kegunaan suatu pembayaran yang besar (kepada ahli
waris) pada kematian yang mendadak jauh lebih besar dari pada jumlah yang sama
tanpa kondisi tersebut. Contoh ini memberi kesan bahwa kegunaan jumlah yang besar
bagi individu mempunyai kegunaan yang lebih besar dari pada jumlah yang sangat
kecil.

Suatu pandangan alternatif mengenai kriteria untuk mengambil keputusan


adalah pemuasan. Pandangan ini berasal dari model perilaku deskriptif yang
mengatakan bahwa pengambil keputusan tidak mengetahui alternatif yang jelas dan
harus mengadakan penyelidikan untuk mendapatkannya. Mereka tidak sepenuhnya
rasional atau cermat dalam penyelidikan atau penelitiannya. Mereka
menyederhanakan factor-faktor yang harus di pertimbangkan. Oleh karena itu,
anggapan paham pemuasan lebih banyak merupakan rasionalitas terbatas dari pada
rasionalitas yang lengkap. Pengambil keputusan mempunyai kemampuan kesadaran
yang terbatas untuk memahami alternatif dan akibat-akibatnya. Salah satu akibat
pembatasan ini tampak apabila keputusan membatasi penyelidikan mereka dan
menerima alternatif yang pertama yang memuaskan pembatasan masalah.7

7
Ibid., hlm. 139.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa sistem informasi manajemen sangat


mendukung suatu organisasi atau instansi dalam pengambilan keputusan.
Pengambilan keputusan akan menjadi lebih mudah, lebih cepat, tepat dan akurat.
Organisasi atau instansi juga tidak akan disalahkan jika keputusan yang
diambil itu tidak benar dan tepat, karena suatu instansi mengambil keputusan dengan
sistem komputerisasi atau terdaftar. Seperti kita lihat contoh penghitungan suara
pemilihan umum yang dikrim dari daerah-daerah ke pusat menjadi cepat dan tepat,
karena dijalankan dengan menggunakan komputer secara online, tidak perlu
pengiriman dengan menggunakan kendaraan dan juga tidak berlarut-larut dalam
pengiriman suara tersebut.
Sehingga sistem informasi ini sangat mendukung dalam pengambilan
keputusan sebuah sistem keputusan, yaitu model dari sistem dengan mana keputusan
diambil, dapat terbuka atau tertutup.

18
DAFTAR PUSTAKA

Djahir, Yulia, Bahan Ajar Sistem Informasi Manajemen, Yogyakarta: Deepublish,


2015.
Mcleod, Raymond, Management Information Systems, Prentice hall, 2007.
Sutabri, Tata, Sistem Informasi Manajemen, Yogyakarta: Andi, 2005.

19

Anda mungkin juga menyukai