HUKUM DI INDONESIA:
Oleh: M. Abdurrahman
A. Pendahuluan
B. Wabah Korupsi
“Korupsi sudah membudaya di Indonesia”kata mantan Wakil
Presiden, HM. Hatta. Budaya baru di Indonesia adalah korupsi
dan koruptor, jauh dari itu korupsi sudah menjadi wabah.
Menurut bahasa, korup sebagai, “1) buruk, rusak –fasad (Arab),
busuk, suka menerima uang sogok – risywah (Arab), dapat
disogok (memakai kekuasaan untuk kepentingan pribadi).
Mengorup 1) merusak (ifsad), 2) Jur (menyelewengkan), ghulul,
(penggelapan) barang, uang milik perusahaan (negara,
perusahaan) tempat kerjanya. Korupsi ialah penyelewengan
atau penggelapan (ghulul)uang negara atau perusaahaan dsb
untuk kepentingan pribadi atau orang lain, bahkan korupsi
waktu, yaitu menggunakan waktu pada waktu dinas bvukan
peruntukannya. (Lihat KBBI, 1989 : 462 dan kamus-maus
bahasa bahasa Arab. Kamus al-Maurid (Munir Ba’labak, 1981:
220), menerjemahkan korupsi ke dalam bahasa Arab yaitu
fasad, risywah, sebagaimana disepakati oleh Librairie du Liban
(1983: 72) bahwa terjemah ke dalam bahasa Arab fasad.
Namun, di kalangan fuqaha belum ada kesepakatan dengan
definisi tersebut. Hal ini menunjukkan konsep korupsi amat
kompleks karena akan menembus berbagai macam makna yang
intinya ada pengkhianatan, penggelapan, dan pengrusakan,
dengan implikasi hukum yang berbeda.
ت ْلوهههمم ْلل
سهبل م ومههاَ ْكهاَلن ْلةنلبةهيي ْألمن ْيهغههفل ْومهن ْيهغملههل ْيهأم ة
ت ْبةمِهاَ ْغلهفل ْيلهمولم ْالمةقيِاَلمهةة ْثههفم ْتههلوففىَّ ْهكهلل ْنلهمفه س
س ْلمههاَ ْلك ل ل لل م ل م ل ل
(161)ْ يهظم لهمِولن
“Tidak mungkin seorang Nabi akan berkhianat (ghulul). Barang
siapa berkhianat, maka pada hari kiamat ia akan dengan
dengan hasil pengkhianatannya. Kemudian, setiap nyawa akan
menerima balasan sesuai dengan yang diperbuatnya. Tidak ada
yang diperlakukan tidak adil.”
نسوووو نوي ن وو و وو ن
ع هۥ ن سسسول ن ه ونر ه ه ن ن ٱلل لسس ن رهبو ن حسسا ر ن يه ن ذي ن ؤا ا ٱل ل ر
جنزز هما ن
إ رن ل ن
قطلسس ن
ع وا ا أ نوو ت ه ن صسسل لب ه ز
ن
وا ا أوو ي ه ن قت لل هسس ز دا نأن ي ه ن سسسا د ف ن ض ن و ن
في ٱلأور ر ر
ك ض ذزنل رسس ن ن ٱولأ نور ض ض مسس ن ف أ نوو هين ن
فسسووا ا ر خل زنسس ف مون ر هم م جل ه هوأور ه
أ نويديه وم ن
ر ر ن
م عظريسس م ب ن ذا م عسس ن ة ن فسسي ٱولأ ز ر
خسسنر ر ه وم ر في ٱلددوني ناا ن
ول ن ه خوزيي ر لن ه
ه وم ر
٣٣
“Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi
Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah
mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka
dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya).
Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia,
dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar”
C. Penutup
Penelitian sementara penulis tifdak ada perbedaan
menfdasar antara persfektif Syariat Islam dengan UU Tindak
Pidana Korupsi saat ini karena menurut fuqaha dan mufassirin
ketika menafsirkan surat Ali Imran:161 dan al-Maidah: 33,
sehingga kedua ayat di atas berikut hadis-hadis Nabi
memberikan ruang yang amat luas pada mujtahid.
Persoalannya bukan pada tataran normatif, tetapi pada tataran
implementatif yang lamban, tidak serius, dan menjadi ajang
korupsi kembali bagi para penegak hukum.