Anda di halaman 1dari 11

PERANAN EKONOMI DALAM DUNIA PENDIDIKAN

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan rangkaian upaya untuk mewujudkan manusia
seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya, yaitu mencakup pembangunan manusia, baik sebagai
insan maupun sebagai sumber daya pembangunan. Pembangunan sumber daya manusia manusia
dimulai dari titik paling dasar yaitu pendidikan. Dimana kita ketahui bahwa pendidikan adalah modal
dasar terciptanya sebuah negara yang kuat. Untuk itu kita sebagai generasi penerus tentu harus terus
memajukan pendidikan di negara tercinta kita ini. Disini saya akan membahas tentang landasan ekonomi
pendidikan pendidikan yang mana menguraikan tentang bagaimana gambaran manusia dalam konteks
pendidikan, sehingga menjadi suatu potensi dalam pembangunan bangsa. Secara umum pendidikan
merupakan salah satu dari berbagai investasi manusia yang sangat memberi andil dalam peningkatan
kualitas sumber daya manusia. Dengan pendidikan maka seorang individu akan dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya sehingga menjadi manusia yang memiliki sumber daya yang
berkualitas sesuai harapan. Dengan kualitas sumber daya manusia yang baik diharapkan manusia dapat
membuka cakrawala berpikir, memperluas wawasan serta menguasai pemanfaatan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang nantinya dapat memberikan kontribusi yang besar dalam memajukan pembangunan
nasional.

Tujuan

Makalah ini disusun berdasarkan tugas mata kuliah Landasan Pendidikan. Juga memberikan pemahaman
bagi kami tentang salah satu landasan dari pendidikan yaitu landasan ekonomi. Dan seperti kita ketahui
bahwa ekonomi dan pendidikan merupakan dua hal yang sangat erat hubungannya. Disini saya akan
membahas apa itu ekonomi,bagaimana hubungan ekonomi dengan pendidikan,bagaimana landasan
ekonomi dalam pendidikan, dan bagaimana urugensi ekonomi sebagai landasan peniddikan.

Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan landasan ekonomi?

2. Bagaimana hubungan ekonomi dengan pendidikan?

3. Bagaiman Urugensi ekonomi sebagai landasan pendidikan?

BAB II

ISI

I. PENGERTIAN LANDASAN EKONOMI


Ekonomi adalah sistem aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran, dan
konsumsi barang dan jasa. Kata "ekonomi" sendiri berasal dari kata Yunani (oikos) yang berarti "keluarga,
rumah tangga" dan (nomos), atau "peraturan, aturan, hukum," dan secara garis besar diartikan sebagai
"aturan rumah tangga" atau "manajemen rumah tangga.

Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan
kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang
tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas.

Landasan ekonomi adalah suatu hal yang membahas peran ekonomi, fungsi adalah suatu hal yang
membahas peran ekonomi, fungsi produksi , efisiensi, dan efektivitas biaya dalam pendidikan. Ekonomi
merupkan salah satu faktor yang cukup berpengaruh dalam mengembangkan pendidikan.

II. HUBUNGAN EKONOMI DENGAN PENDIDIKAN

Manusia merupakan faktor produksi aktif yang dapat mengakumulasi modal, mengolah dan
memanfaatkan sumber daya alam, membangun organisasi sosial, ekonomi dan politik. Dalam banyak
literature ekonomi, faktor modal dan kemajuan teknologi sering disebut sebagai faktor yang paling
berperan dalam pertumbuhan ekonomi. Namun keberadaan kedua faktor tersebut tidak akan banyak
berguna kalau tidak ditunjang oleh fktor lain, yaitu Sumber Daya Manusia (SDM). SDM merupakan asset
utama sebuah negara , karena merupakan pelaku kegiatan ekonomi, politik, dansebagainya. Instrumen
utama untuk membangun sumber daya tersebut adalah peningkatan kualitas program pendidikan
nasional.

A. Peran Ekonomi dalam Pendidikan

Globalisasi ekonomi yang melanda dunia, otomatis mempengaruhi hampir semua negara di dunia,
termasuk Indonesia. Alasannya sederhana, yaitu karena takut digulung dan dihempaskan oleh
gelombang globalisasi ekonomi dunia.

Perkembangan ekonomi makro berpengaruh pula dalam bidang pendidikan. Cukup banyak orang kaya
sudah mau secara sukarela menjadi bapak angkat agar anak-anak dari orang tidak mampu bisa
bersekolah. Perkembangan lain yang menggembirakan di bidang pendidikan adalah terlaksananya sisten
ganda dalam pendidikan. Sistem ini bisa berlangsung pada sejumlah pendidikan, yaitu kerja sama antara
sekolah dengan pihak usahawan dalam proses belajar mengajar para siswa adalah berkat kesadaran para
pemimpin perusahaan atau industri akan pentingnya pendidikan.
Implikasi lain dari keberhasilan pembangunan ekonomi secara makro adalah munculnya sejumlah
sekolah unggul. Inti tujuan pendidikan ini adalah membentuk mental yang positif atau cinta terhadap
prestasi, cara kerja dan hasil kerja yang sempurna. Tidak menolak pekerjaan kasar, menyadari akan
kehidupan yang kurang beruntung dan mampu hidup dalam keadaan apapun.

B. Fungsi Produksi dalam Pendidikan

Fungsi produksi adalah hubungan antara output dengan input. Fungsi produksi dalam pendidikan ini
bersumber dari buku Thomas (tt.), yang membagi fungsi produksi menjadi tiga macam, yaitu (1) Fungsi
produksi administrator, (2) fungsi produksi psikologi, (3) fungsi produksi ekonomi.

1. Fungsi Produksi Administrator

Pada fungsi produksi administrator yang dipandang input adalah segala sesuatu yang menjadi wahana
dan proses pendidikan. Input yang dimaksud adalah ;

• Prasarana dan sarana belajar, termasuk ruangan kelas.

• Perlengkapan belajar, media, dan alat peraga baik di dalam kelas maupun di laboratorium, yang juga
dihitung harganya dalam bentuk uang.

• Buku-buku dan bentuk material lainnya seperti film, disket dan sebagainya.

• Barang-barang habis pakai seperti zat-zat kimia di laboratorium, kapur, kertas, alat tulis.

• Waktu guru bekerja dan personalia lainnya yang dipakai dalam memproses peserta didik.

Sementara itu yang dimaksud dengan Output dalam fungsi produksi ini adalah berbagai bentuk layanan
dalam memproses peserta didik. Lembaga pendidikan yang baik akan memungkinkan sama atau lebih
kecil daripada harga output.

2. Fungsi Produksi psikologi

Input pada fungsi produksi ini adalah sama dengan input fungsi produksi administrator. Output fungsi
produksi psikologi adalah semua hasil belajar siswa yang mencakup :

• Peningkatan kepribadian
• Pengarahan dan pembentukan sikap

• Penguatan kemauan

• Peningkatan estetika

• Penambahan pengetahuan, ilmu dan teknologi

• Penajaman pikiran

• Peningkatan keterampilan

Namun menghitung harga output pada fungsi produksi psikologi ini tidaklah mudah. Sebab tidak mudah
mengkuantitatifkan dan menguangkan aspek-aspek psikologi.

Suatu lembaga pendidikan dipandang berhasil dari segi fungsi produksi psikologi, kalau harga inputnya
sama atau lebih kecil daripada harga outputnya.

3. Fungsi Produksi Ekonomi

Input fungsi produksi ini adalah sebagai berikut :

• Semua biaya pendidikan seperti pada input fungsi produksi administrator.

• Semua uang yang dikeluarkan secara pribadi untuk keperluan pendidikan seperti uang saku,
transportasi, membeli buku, alat-alat tulis dan sebagainya selama masa belajar atau kuliah.

• Uang yang mungkin diperoleh lewat bekerja selama belajar atau kuliah, tetapi tidak didapat sebab
waktu tersebut dipakai untuk belajar atau kuliah.

Sementara itu yang menjadi outputnya adalah tambahan penghasilan peserta didik kalau sudah tamat
atau bekerja, manakala orang ini sudah bekerja sebelum belajar atau kuliah.

Fungsi produksi ekonomi ini bertalian erat dengan marketing di dunia pendidikan. Marketing adalah
analisis, perencanaan, implementasi dan pengawasan untuk memberikan perubahan nilai, dengan target
pasar sebagai tujuan lembaga pendidikan. Marketing mencakup:

1. Mendesain penawaran.

2. Menentukan kebutuhan atau keinginan pasar dalam hal ini calon peserta didik

3. Menentukan harga efektif, mengadakan komunikasi, distribusi dan meningkatkan motivasi serta
layanan.
C. Ekonomi Pendidikan

Sebagai tempat pembinaan, pendidikan tidak memandang ekonomi sebagai pemeran utama seperti
halnya bisnis. Ekonomi hanya sebagai pemegan peran yang cukup menentukan. Ada hal lain yang lebih
menentukan hidup matinya dan maju mundurnya suatu lembaga pendidikan dibandingkan dengan
ekonomi, yaitu dedikasi, keahlian, dan keterampilan pengelola dan guru-gurunya.

Fungsi ekonomi dalam dunia pendidikan adalah untuk menunjang kelancaran proses pendidikan. Bukan
merupakan modal untuk dikembangkan, bukan untuk mendapatkan keuntungan. Dengan demikian
kegunaan ekonomi dalam pendidikan terbatas dalam hal-hal berikut :

• Untuk membeli keperluan pendidikan yang tidak dapat dibuat sendiri atau bersama para siswa, orang
tua, masyarakat, atau yang tidak bisa dipinjam dan ditemukan di lapangan, seperti prasarana, sarana,
media, alat belajar/peraga, barang habis pakai, materi pelajaran.

• Membiayai segala perlengkapan gedung seperti air, listrik, telepon, televisi dan radio.

• Membayar jasa segala kegiatan pendidikan seperti pertemuan-pertemuan, perayaan-perayaan, panitia-


panitia, darmawisata, pertemuan ilmiah dan sebagainya.

• Untuk materi pelajaran pendidikan ekonomi sederhana, agar bisa mengembangkan individu yang
berperilaku ekonomi, seperti hidup hemat, bersikap efisien, memiliki keterampilan produktif, memiliki
etos kerja, mengerti prinsip-prinsip ekonomi.

• Untuk memenuhi kebutuhan dasar dan keamanan para personalia pendidikan

• Meningkatkan motivasi kerja

• Membuat para personalia pendidikan lebih bergairah bekerja.

D. Efisiensi dan Efektivitas Dana Pendidikan

Yang dimaksud dengan efisiensi dalam menggunakan dana pendidikan adalah penggunaan dana yang
harganya sesuai atau lebih kecil daripada produksi dan layanan pendidikan yang telah direncanakan.
Sementara itu yang dimaksud dengan penggunaan dana pendidikan secara efektif adalah bila dengan
dana tersebut tujuan pendidikan yang telah direncanakan bisa dicapai dengan relatif sempurna.

Mengapa pemerintah memandang perlu meningkatkan efisiensi pendidikan? Pertama adalah dana
pendidikan sangat terbatas dan kedua, seperti halnya dengan departemen-departemen lain,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mengalami banyak kebocoran dana. Untuk memanfaatkan
dana yang sudah kecil ini secara optimal sangat diperlukan efisiensi dalam penggunaannya.
Yang dilihat dalam menentukan tingkat efisiensi pendidikan adalah :

• Penggunaan uang yang sudah dialokasikan untuk masing-masing kegiatan

• Proses pada setiap kegiatan.

• Hasil masing-masing kegiatan.

Carpenter (1972) mengemukakan prinsip umum menilai efektivitas sebagai berikut:

• Menilai efektivitas adalah berkaitan dengan problem tujuan dan alat memproses input untuk menjadi
output.

• Sistem yang dibandingkan harus sama, kecuali alat pemrosesnya.

• Mempertimbangkan semua output utama. Dalam pendidikan. Yang dikatakan output utama adalah
jumlah siswa yang lulus.

• Korelasi diharapkan bersifat kausalitas. Yaitu korelasi antara cara memproses dengan output harus
bersifat kausalitas.

III. URUGENSI EKONOMI SEBAGAI LANDASAN PENDIDIKAN

Pendidikan menjadikan sumber daya manusia lebih cepat mengerti dan siap dalam menghadapi
perubahan di lingkungan kerja. Oleh karena itu, tidaklah heran apabila negara yang memiliki penduduk
dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi yang pesat.

Pendidikan sebagai hak asasi individu anak bangsa telah diakui dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 10 yang
menyebutkan bahwa “Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Sedangkan ayat (3)
menyatakan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional,
yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa yang diatur dalam Undang-undang. Oleh sebab itu, seluruh komponen bangsa baik orangtua,
masyarakat, maupun pemerintah bertanggungjawab mencerdaskan kehidupan bangsa melalui
pendidikan (UU RI No. 2 tahun 2003:37).

Sebagaimana diketahui bersama bahwa perkembangan pengetahuan manusia melalui proses pendidikan
formal sangat penting bagi perkembangan ekonomi. Sehubungan dengan itu, semua usaha yang akan
dicapa melalui proses pendidikan, terutama pendidikan formal ia senantiasa melibatkan aspek ekonomi.
Pencapaian prestasi belajar maupun mengajar sangat ditunjang oleh kelengkapan sarana dan prasarana
belajar sarana dan prasarana mengajar. Untuk melengkapi sarana dan prasarana tersebut haruslah
dengan dana (uang/alat pembayaran sah), sehingga semakin banyak tujuan yang akan dicapai akan
semakin banyak pula dibutuhkan ekonomi.

Dalam membangun pendidikan memang diperlukan dana besar dan diperlukan perhatian pemerintah
terhadap kondisi pendidikan. Terutamama dengan mengubah anggaran pendidikan menjadi lebih besar.

Dalam UU Nomor 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa setiap warga negara
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Bahkan warga negara yang
memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan
khusus. Demikian pula warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang
terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus.

Untuk memenuhi hak warga negara, pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib memberikan
layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga
negara tanpa diskriminasi. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib menjamin tersedianya dana
guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima
belas tahun.

Untuk mengejar ketertinggalan dunia pendidikan baik dari segi mutu dan alokasi anggaran pendidikan
dibandingkan dengan negara lain, UUD 1945 mengamanatkan bahwa dana pendidikan selain gaji
pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari APBN.

Dengan kenaikan jumlah alokasi anggaran pendidikan diharapkan terjadi pembaharuan sistem
pendidikan nasional yaitu dengan memperbaharui visi, misi, dan strategi pembangunan pendidikan
nasional. Pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial
yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi
manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu
berubah.

Sesuai dengan visi tersebut, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Anggaran Pendidikan

Sesuai dengan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 13/PUU-VI I 2008, pemerintah harus menyediakan
anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari APBN dan APBD untuk memenuhi kebutuhan
penyelenggaraan pendidikan nasional. Anggaran pendidikan adalah alokasi anggaran pada fungsi
pendidikan yang dianggarkan melalui kementerian negara/lembaga dan alokasi anggaran pendidikan
melalui transfer ke daerah, termasuk gaji pendidik, namun tidak termasuk anggaran pendidikan
kedinasan, untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan yang menjadi tanggung jawab pemerintah.

Persentase anggaran pendidikan adalah perbandingan alokasi anggaran pendidikan terhadap total
anggaran belanja negara. Sehingga anggaran pendidikan dalam UU Nomor 41/2008 tentang APBN 2009
adalah sebesar Rp 207.413.531.763.000,00 yang merupakan perbandingan alokasi anggaran pendidikan
terhadap total anggaran belanja negara sebesar Rp 1.037.067.338.120.000,00.

Pemenuhan anggaran pendidikan sebesar 20 persen tersebut disamping untuk memenuhi amanat Pasal
31 Ayat (a) UUD 1945, juga dalam rangka memenuhi Putusan Mahkamah Konstitusi tanggal 13 Agustus
2008 Nomor 13/PUU-VI I 2008. Menurut putusan Mahkamah Konstitusi, selambat-lambatnya dalam UU
APBN Tahun Anggaran 2009, Pemerintah dan DPR harus telah memenuhi kewajiban konstitusionalnya
untuk menyediakan anggaran sekurang-kurangnya 20 persen untuk pendidikan.

Selain itu, Pemerintah dan DPR memprioritaskan pengalokasian anggaran pendidikan 20 persen dari
APBN Tahun Anggaran 2009 agar UU APBN Tahun Anggaran 2009 yang memuat anggaran pendidikan
tersebut mempunyai kekuatan hukum yang mengikat dan sejalan dengan amanat UUD 1945.

Hal tersebut harus diwujudkan dengan sungguh-sungguh, agar Mahkamah Konstitusi tidak menyatakan
bahwa keseluruhan APBN yang tercantum dalam UU APBN Tahun Anggaran 2009 tidak mempunyai
kekuatan hukum mengikat yang disebabkan oleh adanya bagian dari UU APBN, yaitu mengenai anggaran
pendidikan, yang bertentangan dengan UUD 1945.

Sedangkan pengalokasian anggaran pendidikan meliputi alokasi yang melalui beIanja pemerintah pusat
dan melalui transfer ke daerah. Untuk yang melaui belanja pemerintah pusat dialokasikan kepada
Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Agama dan dua belas Kementerian Negara/Lembaga
lainnya (Departemen PU, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Perpustakaan Nasional, Departemen
Keuangan, Departemen Pertanian, Departemen Perindustrian, Departemen ESDM, Departemen
Perhubungan, Departemen Kesehatan, Departemen Kehutanan, Departemen Kelautan dan Perikanan,
Badan Pertanahan Nasional, Badan Meteorologi dan Geofisika, Badan Tenaga Nuklir Nasional, Bagian
Anggaran 69).

Sementara untuk yang melalui anggaran pendidikan melalui transfer ke daerah adalah DBH Pendidikan,
DAK Pendidikan, DAU Pendidikan, Dana Tambahan DAU, dan Dana Otonomi Khusus Pendidikan.

Saat ini, meskipun harus diakui bahwa kebijakan pendidikan nasional telah menunjukkan beberapa
perkembangan yang berarti, masih belum tumbuh secara maksimal kesadaran di masyarakat tentang
pentingnya pendidikan sebagai investasi jangka panjang dan penentu terjadinya mobilitas sosial. Masih
cukup besar pemahaman bahwa pendidikan hanya bisa dijalankan ketika perekonomian dan tingkat
kesejahteraan sudah cukup maju. Meskipun pemahaman ini cukup rasional mengingat pendidikan
membuhkan biaya yang tidak sedikit, tetapi tidak seharusnya melahirkan pemikiran bahwa pendidikan
serupa dengan proses konsumerisasi yang hanya bisa dilakukan oleh kelompok masyarakat yang kuat
secara ekonomi. Jika demikian, maka tidak akan pernah terjadi mobilitas vertikal naik dari kelompok
ekonomi lemah. Padahal, pendidikanlah saluran utama bagi terjadinya mobilitas sosial tersebut.
Masyarakat harus menyadari bahwa, pendidikan bukanlah “barang konsumsi” yang hanya bisa
didapatkan oleh kelompok masyarakat ekonomi kuat, tetapi hak setiap warga negara yang harus
diperoleh untuk membangun mobilitas sosial.

Survei kecil yang dilakukan oleh tim Ma’arif Online, misalnya, yang menyodorkan pernyataan
“Masyarakat yang sejahtera secara ekonomi, kemungkinan besar akan mampu mengembangka
pendidikan yang berkualitas” mendapatkan respons sebagai berikut:

1. Sangat Tidak Setuju : 1.82%

2. Tidak Setuju : 1.82%

3. Ragu-Ragu : 9.09%

4. Setuju : 23.64%

5. Sangat Setuju : 63.64%

(N : 55)

Oleh sebab itu, selain memberikan fasilitas pendidikan dan meningkatkan kesejahteraan para pejuang
pendidikan, Pemerintah perlu menyusun strategi untuk membangkitkan kesadaran masyarakat akan
pentingnya pendidikan, sehingga pada akhirnya tumbuh kesadaran “kelas” yang merupakan modal
berharga bagi terjadinya mobilitas sosial yang dinamis dan progresif.

Dari pemaparan diatas dapat diketahui bahwa alokasi anggaran pendidikan, terutama bagi pelaku
pendidikan yaitu pendidik dan peserta didik memiliki julah yang signifikan. Dari anggaran 20% bagi
sektor pendidikan tentunya sangat mendukung bagi peningkatan Sumber Daya manusia (SDM). Tentunya
diperlukan adanya keseriusan dari pemarintah sebagai pemegang hak proposal budget untuk
merealisasikan anggaran 20%.

BAB III

PENUTUP

SIMPULAN

Ekonomi sebagai sumber pembiayaan pendidikan sangat penting karena hal ini akan mendorong,
memicu, dam memacu etos bangsa menuju kualitas yang lebih baik. Ekonomi implikasi yang cukup
menentukan keberhasilan pendidikan. Dengan ekonomi yang kuat maka prasarana,sarana,media,alat
belajar, dan sebagainya dapat dipenuhi. Proses belajar mengajar lebih intensif, motivasi, dan kegairahan
kerja personalia pendidikan akan meningkat. Ekonomi dijadikan landasan pendidikan, karena dalam
bidang pendidikan, perkembangan eknomi adalah salah sau faktor yang dapat mempengaruhi maju
munduarnya dunia pendidikan. Dan kualitas atau mutu suatu bangsa dapat dinilai oleh faktor pendidikan
dan ekonomi. Artinya jika suatu bangsa memiliki pendidikan dan daya beli yang rendah maka bangsa
tersebut memiliki kualitas yang rendah pula.

SARAN

Seharusnya dan semestinya ekonomi di negara kita dapat merajai perekonomian dunia. Seperti kita
ketahui bahwa negara kita adalah negara yang kaya akan Sumber Daya Alam. Kekayaan melimpah ini
apabila di olah oleh tangan-tangan yang terampil dan cerdas, maka akan menjadi sumber kesejahteraan
yang sangat tinggi. Tapi kenyataanya tidak,banyak hasil kekayaan negri kita ini malah jadi sumber
penghasilan bangsa lain. Dan terus memperkaya negri mereka. Tapi kita sebagai pemilik kekayaan itu
hanya mersakan secuil saja. Dan itu dapat kita lihat dari tingkat kesejahteraan bangsa kita yang rendah.
Semua itu terjadi karena kita kalah dalam Sumber Daya Manusia. Yang mana SDM bangsa lain jauh lebih
baik dari kita. Untuk itu kita tak boleh diam saja. Sebagai generasi penerus yang cerdas dan jujur, mari
kita bersama-sama membangun bangsa dan negri ini menuju ke arah yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

• Sumber: http://www.kompas.com/kompas-cetak/0505/03/opini/1724824.htm

• http://info.g-excess.com/id/info/EkonomiPengertian.info

• http://one.indoskripsi.com/node/3000

• http://one.indoskripsi.com/node/10440

• Drs. Uus Ruswandi, M.Pd. dkk,Landasan Pendidikan,Bandung, CV.Insan Mandiri,2008

• http://www.anggaran.depkeu.go.id/web-print-list.asp?ContentId=565
• .http://Imro/www.anggaran.depkeu.go.id

Anda mungkin juga menyukai