Anda di halaman 1dari 23

BAB I

RINGKASAN EKSEKUTIF

Evaluasi eksplorasi yang dilakukan pada lapangan ini adalah untuk


mengetahui prospek yang terdapat pada lapangan ini serta mengetahui besarnya
cadangan yang terdapat pada lapisan reservoir BRF yang berada pada Formasi
Batu Raja.
Dengan mengkaji potensi yang terdapat di sumur 1 ini akan didapatkan
nilai porositas, saturasi, dll. sampai dengan volume dari hidrokarbon pada lapisan
reservoir BRF. Serta mengetahui volume bulk dari lapisan reservoir itu sendiri
dengan picking lapisan melalui line seismic yang didapati yaitu penampang
seismik NE-SW 1, penampang seismik NE-SW 2, penampang seismik NE-SW 3,
penampang seismik NE-SW 4, penampang seismik NW-SE 1, penampang seismik
NW-SE 2, penampang seismik NW-SE 3, penampang seismik NW-SE 4.
Hasil dari perhitungan yang dilakukan pada lapisan reservoir BRF dimana
markernya berupa top A dan bottom B dan dengan marker OWC diantaranya,
didapati cadangan yang didapat adalah sebesar STOIIP (in oil) 59[*10^6 sm3].
BAB II
STUDI REGIONAL DAN PENEMUAN GEOLOGI

II.1 Studi Regional


II.1.1 Geologi Regional Cekungan Sumatera Selatan
Cekungan Sumatera Selatan (Gambar II.1) merupakan cekungan
belakang busur yang dibatasi oleh Bukit Barisan di sebelah barat dan Paparan
Sunda di sebelah timur, yang terbentuk akibat interaksi antara lempeng
Hindia-Australia dengan lempeng mikro sunda. Cekungan ini dibagi menjadi
4 (empat) sub cekungan yaitu:
 Sub Cekungan Jambi
 Sub Cekungan Palembang Utara
 Sub Cekungan Palembang Selatan
 Sub Cekungan Palembang Tengah

Gambar II.1 Cekungan Sumatera Selatan


II.1.2 Tektonik Regional Cekungan Sumatera Selatan
Tiga peristiwa tektonik yang berperan pada perkembangan
Cekungan
Sumatera Selatan dan proses sedimentasinya, yaitu :
1. Tektonik pertama
Tektonik pertama ini berupa gerak tensional pada Kapur
Akhir sampai Tersier Awal yang menghasilkan sesar-sesar bongkah
(graben) berarah timur lautbarat daya atau utara-selatan.
Sedimentasi mengisi cekungan atau graben di atas batuan dasar
bersamaan dengan kegiatan gunung api.
2. Tektonik kedua
Tektonik ini berlangsung pada Miosen Tengah-Akhir (Intra
Miosen) menyebabkan pengangkatan tepi-tepi cekungan dan
diikuti pengendapan bahan-bahan klastika.
3. Tektonik Ketiga
Tektonik berupa gerak kompresional pada Plio-Plistosen
menyebabkan sebagian Formasi Airbenakat dan Formasi
Muaraenim telah menjadi tinggian tererosi, sedangkan pada daerah
yang relatif turun diendapkan Formasi Kasai. Selanjutnya, terjadi
pengangkatan dan perlipatan utama di seluruh daerah cekungan
yang mengakhiri pengendapan Tersier di Cekungan
Sumatera Selatan.
Gambar II.2 Kerangka Tektonik Cekungan Sumatera Selatan (Bishop, 2000)

II.1.3 Stratigrafi Regional Cekungan Sumatera Selatan


Lapangan X terletak pada Cekungan Sumatera Selatan. Stratigrafi
Cekungan Sumatera Selatan dikenal sebagai satu daur besar
(megacycle) yang terdiri dari suatu transgresi dan diikuti regresi
1. Kelompok Pra-tersier
Formasi ini merupakan batuan dasar (basement rock) dari
Cekungan Sumatra Selatan. Tersusun atas batuan beku Mesozoikum,
batuan metamorf Paleozoikum Mesozoikum, dan batuan karbonat yang
termetamorfosa. Hasil dating di beberapa tempat menunjukkan bahwa
beberapa batuan berumur Kapur Akhir sampai Eosen Awal. Batuan
metamorf Paleozoikum-Mesozoikum.
2. Formasi Lahat
Formasi Lahat merupakan suatu rangkaian breksi vulkanik tebal,
tuf, endapan lahar dan aliran lava, serta dicirikan dengan kehadiran
sisipan lapisan batupasir kuarsa. Anggota Formasi Lahat dari tua ke
muda adalah Kikim Bawah, anggota batupasir kuarsa, Kikim Atas.
Formasi Lahat diendapan pada lingkungan danau, serta berumur Eosen
– Oligosen Awal. Ketebalan formasi ini 200-700 m.
3. Formasi Talang Akar
Setelah pengendapan Formasi Lahat, terjadi proses erosi secara
regional. Bukti erosi ini diperlihatkan oleh Formasi Talang Akar yang
terendapkan tidak selaras diatas Formasi Lahat. Setelah masa hiatus
umur Oligosen Tengah, kemudian diendapkan sedimen pada topografi
yang rendah pada Oligosen Akhir. Variasi lingkungan pengendapannya
berkisar dari lingkungan sungai teranyam dan sungai bermeander yang
berangsur berubah menjadi lingkungan delta front dan lingkungan
prodelta. Formasi Talang Akar berakhir pada masa transgresi
maksimum dengan munculnya endapan laut pada cekungan selama
Miosen Awal. Formasi ini memiliki ketebalan ± 460-610 m.
4. Fornasi Baturaja
Anggota ini dikenal dengan Formasi Baturaja. Lingkungan
pengendapannya shallow marine, di atas dan di sekitar platform dan
tinggian.Kontak pada bagian bawah dengan Formasi Talang Akar atau
dengan batuan Pra Tersier. Komposisi dari Formasi Baturaja ini terdiri
dari Batugamping Bank (Bank Limestone) atau platform dan reefal.
Ketebalan bagian bawah dari formasi ini bervariasi, namun rata-ratta
200-250 feet (sekitar 60-75 m). Singkapan dari Formasi Baturaja di
Pegunungan Garba tebalnya sekitar 1700 feet (sekitar 520 m). Formasi
ini sangat fossiliferous dan dari analisis umur anggota ini berumur
Miosen. Fauna yang ada pada Formasi Baturaja umurnya N6-N7.
5. Formasi Gumai
Formasi ini diendapkan setelah Formasi Baturaja dan merupakan
hasil pengendapan sedimen-sedimen yang terjadi pada waktu genang
laut mencapai puncaknya. Hubungannya dengan Formasi Baturaja pada
tepi cekungan atau daerah dalam cekungan yang dangkal adalah selaras,
tetapi pada beberapa tempat di pusat-pusat cekungan atau pada bagian
cekungan yang dalam terkadang menjari dengan Formasi Baturaja
(Pulonggono, 1986). Menurut Spruyt (1956) Formasi ini terdiri atas
napal tufaan berwarna kelabu cerah sampai kelabu gelap. Kadang-
kadang terdapat lapisan-lapisan batupasir glaukonit yang keras, tuff,
breksi tuff, lempung serpih dan lapisan tipis batugamping. Endapan
sediment pada formasi ini banyak mengandung Globigerina spp, dan
napal yang mengeras. Westerfeld (1941) menyebutkan bahwa lapisan-
lapisan Telisa adalah seri monoton dari serpih dan napal yan
mengandung Globigerina sp dengan selingan tufa juga lapisan pasir
glaukonit. Umur dari formasi ini adalah Awal Miosen Tengah (Tf2)
(Van Bemmelen, 1949) sedangkan menurut Pulonggono (1986)
berumur Miosen Awal hingga Miosen Tengah (N9 – N12). Lingkungan
pengendapan formasi ini adalah shallow – deep marine dengan tebal
200-500 m.
6. Formasi Air Benakat
Formasi Air Benakat diendapkan secara selaras di atar Formasi
Gumai, dan merupakan awal fase regresi. Didominasi oleh shale sisipan
batulanau, batupasir dan batugamping. Ketebalannya antara 100 – 1000
meter. Berumur Miosen Tengah sampai Miosen Akhir, dan diendapkan
di lingkungan laut dangkal.
7. Formasi Muara Enim
Batuan penyusun yang ada pada formasi ini berupa batupasir,
batulempung, dan lapisan batubara. Batas bawah dari Formasi Middle
Palembnag di bagian selatan cekungan berupa lapisan batubara yang
biasanya digunakan sebgai marker. Jumlah serta ketebalan lapisan-
lapisan batubara menurun dari selatan ke utara pada cekungan ini.
Ketebalan formasi berkisar antara 1500 – 2500 kaki (sekitar 450-750
m). De Coster (1974) menafsirkan formasi ini berumur Miosen Akhir
sampai Pliosen, berdasarkan kedudukan stratigrafinya. Formasi ini
diendapkan pada lingkungan laut dangkal sampai brackist (pada bagian
dasar), delta plain dan lingkungan non marine. Ketebalan formasi ini
adalah 250-800 m.
8. Formasi Kasai
Litologi Formasi Kasai berupa pumice tuff, batupasir tufaan dan
batulempung tufaan. Fasies pengendapannya fluvial dan alluvial fan
dengan sedikit ashfall (jatuhan erupsi vulkanik, non-andestik). Pada
Formasi Kasai hanya ditemukan sedikit fosil, beupa moluska air tawar
dan fragmen-fragmen tumbuhan. Umur Formasi Kasai adalah Pliosen
Akhir – Plistosen. Lingkungan pengendapan formasi ini fluvial dengan
ketebalan >200 m.
Gambar II.3 Kolom Stratigrafi Cekungan Sumatera Selatan (Sarjono et
al , 1989)

II.2 Potensi Lapangan X


Pada Lapangan X ini source rock
berasal dari Formasi Talang Akar ,
reservoir dan seal berasal dari Formasi
Batu Raja. Jebakan yang ada berupa
jebakan struktural. Strukturnya berupa
sintetik yang disebabkan oleh gaya
regangan.

Gambar II.4 Tektonik Sumatera Selatan


BAB III
INTERPRETASI GEOLOGI

III.1 Analisa Petrofisika


Analisa log secara kuantitatif dikerjakan dengan melakukan perhitungan
terhadap kelimpahan shale (Vsh), porositas (ϕ) dan saturasi air (Sw). Data
sumur yang digunakan adalah berasal dari data Well-1 yang memiliki data log
berdasarkan ASCII.
Pada studi ini diketahui memiliki data sumur sebanyak satu buah yaitu Well-
1, Secara umum, daerah penelitian berada pada Lapangan ‘X’ di Cekungan
Sumatera Selatan. Pada daerah penelitian dilakukan analisis petrofisika untuk
menunjang studi geologi bawah permukaan dan secara lebih lanjut untuk
menentukan prospektivitas daerah penelitian.
Analisa petrofisika yang dilakukan meliputi interpretasi log untuk
menentukan kisaran letak reservoar. Dari hasil pengamatan dapat diketahui
bahwa sumur-sumur tersebut memiliki prospek hidrokarbon.
III.1.1. Hasil Analisis Petrofisika
Well-1 di lapangan ‘X’ daerah Sumatera Selatan menunjukkan adanya
lapisan yang memiliki prospek hidrokarbon yaitu pada interval X1. Target
utama reservoir utama pada sumur ini adalah batupasir pada interval X1 di
Formasi Batu Raja. Zona lapisan reservoir pada interval X1 berada pada
kedalaman 5626-5800 feet pada Well-1 dengan batas owc pada kedalaman
5800.25 feet dalam MD.
III.1.2 Interpretasi Stratigrafi
BAB IV
INTERPRETASI SEISMIK

IV.1 Marker Sesimik


Berdasarkan hasil pengamatan pada Lapangan ‘X’ di Cekungan Sumatera
Selatan dengan korelasi dari data marker sumur ke line seismic, maka pada
daerah penelitian ditemukan 5 horizon yaitu BRF, OWC, PDPF, TAF, dan
BSMT.

IV.1.1 Penampang Seismik NE-SW 1

Penampang seismic NE-SW 1 menggambarkan penampang seismic yang


menunjukkan 5 horizon yaitu BRF, OWC, PDPF, TAF, dan BSMT. Tidak
terdapat sesar pada line seismic ini.
IV.1.2 Penampang Seismik NE-SW 2

Penampang seismic NE-SW 2 menggambarkan penampang seismic


yang menunjukkan 5 horizon yaitu BRF, OWC, PDPF, TAF, dan BSMT.
Terdapat sesar pada line seismic ini.
IV.1.3 Penampang Seismik NE-SW 3

Penampang seismic NE-SW 3 menggambarkan penampang seismic


yang menunjukkan 5 horizon yaitu BRF, OWC, PDPF, TAF, dan BSMT.
Terdapat sesar pada line seismic ini.
IV.1.4 Penampang Seismik NE-SW 4

Penampang seismic NE-SW 4 menggambarkan penampang seismic yang


menunjukkan 5 horizon yaitu BRF, OWC, PDPF, TAF, dan BSMT. Terdapat
sesar pada line seismic ini.
IV.1.5 Penampang Seismik NW-SE 1

Penampang seismic NW-SE 1 menggambarkan penampang seismic yang


menunjukkan 5 horizon yaitu BRF, OWC, PDPF, TAF, dan BSMT. Terdapat
sesar pada line seismic ini.
IV.1.6 Penampang Seismik NW-SE 2

Penampang seismic NW-SE 2 menggambarkan penampang seismic yang


menunjukkan 5 horizon yaitu BRF, OWC, PDPF, TAF, dan BSMT. Terdapat
sesar pada line seismic ini.
IV.1.7 Penampang Seismik NW-SE 3

Penampang seismic NW-SE 3 menggambarkan penampang seismic yang


menunjukkan 5 horizon yaitu BRF, OWC, PDPF, TAF, dan BSMT. Terdapat
sesar pada line seismic ini.
IV.1.8 Penampang Seismik NW-SE 4

Penampang seismic NW-SE 4 menggambarkan penampang seismic yang


menunjukkan 5 horizon yaitu BRF, OWC, PDPF, TAF, dan BSMT. Terdapat
sesar pada line seismic ini.
BAB V
PEMODELAN GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN
V.1 Peta Depth Structure
Terdapat empat peta kedalaman yang didapatkan dari data seismik di
Lapangan ‘X’, Daerah Sumatera Selatan. Adapun Peta Depth Structure tersebut
meliputi Peta Depth Structure.

Gambar 5.1 Peta Depth Structure BRF

Gambar 5.2 Peta Depth Structure OWC


Gambar 5.3 Peta Depth Structure PDPF

Gambar 5.4 Peta Depth Structure TAF


Gambar 5.5 Peta Depth Structure BSMT

V.2 Peta STOIIP


BAB VI
EVALUASI PROSPEK DAN PERHITUNGAN CADANGAN

VI.1 Evaluasi Prospek


Setelah tahap-tahap yang dilakukan yaitu interpretasi seismik, log, dan
melakukaN korelasi antar sumur, maka didapati yang terdapat pada lapisan
reservoir X1 adalah oil/minyak dengan ditunjukkannya persilangan antara
RHOB dan NPHI dengan separasi yang sedang, resistivitas tinggi, dan nilai
Sw yang kurang dari 1.(0.9)

VI.2 Perhitungan Cadangan


Lapisan reservoir X1 memiliki ketebalan dengan kisaran 53.0352 m atau 174
feet, batas owc berada pada kedalaman 5800.25 feet dalam MD. Setelah
dilakukan perhitungan cadangan didapati cadangan sebesar STOIIP (in oil)
59[*10^6 sm3]
BAB VII
KESIMPULAN

 Terdapat lima marker, yaitu BRF, OWC, PDPF, TAF, dan BSMT
 Lapisan reservoir X1 memiliki ketebalan 53.0352 m atau 174 feet yang
dianggap berada di dalam Formasi Batu Raja
 Batas minyak dengan air (OWC) berada pada kedalaman 5800.25 feet
dalam MD.
 Memiliki cadangan sebesar STOIIP (in oil) 59[*10^6 sm3].

Anda mungkin juga menyukai