1. TEORI VIBRASI
Secara visual vibrasi adalah gerakan bolak balik dari suatu mesin, yng dapat dirasa
dengan tangan atau oleh seluruh tubuh kita, yang dikenal sebagai getaran.
Sebagai ilustrasi lihat Gambar 1. Sebuah piringan yang sedang berputar pada
tepinya ditempeli sebuah pemberat hingga unbalance. Maka timbullah gaya
sentripetal oleh pemberat tersebut, yang berusaha menarik piringan itu keluar dari
perputarannya secara radial.
Gambar 1
Pada posisi A dan C, gaya sentripetal menurut arah vertikal adalah nol. Pada
posisi B dan D, gaya sentripetal adalah positif maximum (upper limit) dan negatif
maximum (lower limit).
Lihat Gambar 1. Akibat dari gaya-gaya ini jika kita pandang pada arah vertikal
(posisi B dan D), maka titik putar piringan akan tergeser keatas dan kebawah karena
elastisitasnya, searah dengan gaya yang dideritanya.
SGS/MRG/UNJ/2010 1
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
- Displacement
- Velocity
- Acceleration
Rumus :
SGS/MRG/UNJ/2010 2
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Ketiga rumusan itu telah diuraikan diatas, dan jika digambarkan masing-
masing adalah merupakan kurva sinusoidal seperti pada Gambar 2.
Gambar 2
Sudut Fase, Frekuensi dan Waktu adalah menunjukkan .kondisi dari masing -masing
ketiga parameter vibrasi. Ketiga kondisi ini dapat menentukan berapa besar suatu
parameter terjadi.
SGS/MRG/UNJ/2010 3
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Sudut fase adalah posisi suatu bagian mesin yang sedang bervibrasi,
dibandingkan dengan suatu point yang tetap (fixed point) dalam satuan sudut
"derajat". Tanpa adanya fixed point, sudut fase suatu vibrasi tidak dapat
diamati.
Gambar 3.
1.2.2. Frekuensi.
SGS/MRG/UNJ/2010 4
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Adalah jumlah gerak bolak balik suatu vibrasi persatuan waktu. Pada
contoh poros sedang berputar yang tepinya diberi pemberat
(unbalance), frekuensi adalah sama dengan putaran poros.
Satuan frekuensi ialah Cycle per minute (cpm) atau Cycle per detik
(Hertz). Hal ini untuk membedakan dengan satuan putaran yaitu
Rotation per minute (rpm).
Pada contoh poros yang berputar ini, frekuensi sama dengan putaran poros
(rpm). Hal ini belum tentu sama jika sumber vibrasi bukan dari berputarnya
poros yang unbalance, misalnya misalignment, loosness dan sebagainya.
1.2.3. W a k t u.
Waktu dalam vibrasi adalah, periode waktu yang diperlukan untuk melakukan
satu gerakan bolak balik. Pada contoh poros berputar, adalah waktu tempuh
yang diperlukan untuk malakukan satu kali putaran.
Vibrasi bebas adalah vibrasi suatu benda yang terjadi tanpa adanya hentakan
-hentakan dari luar benda itu secara terus menerus. Sebagai contoh sederhana
adalah sebuah bell yang dipukul sekali saja pada Gambar 4. Vibrasi yang terjadi pada
bell setelah itu adalah vibrasi bebas yang makin lama makin kecil (transient), dimana
mempunyai suatu frekuensi tertentu yang disebut "frekuensi diri.
Gambar 4.
SGS/MRG/UNJ/2010 5
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Vibrasi bebas yang dialami oleh suatu benda, terjadi pada frekuensi
diri yang besarnya tergantung dari kekenyalan bahan dan berat benda
itu.
Pada rumus di atas tampak bahwa frekuensi diri dapat dirubah oleh
dua hal yaitu, kekenyalan bahan dan berat benda tersebut.
1.3.2. Damping
Gambar 5
Vibrasi paksa terjadi hampir pada seluruh mesin-mesin yang sedang beroperasi.
Pada contoh bell di atas (Gambar 4.), apabila pukulan pada bell dilakukan terus
menerus, maka vibrasi yang terjadi adalah vibrasi paksa. Jika gaya pada pukulan itu
tetap dan berulang secara sama, maka vibrasi bell akan stabil yaitu besar dan
frekuensinya tetap seperti pada Gambar 1.
1.4.1. Resonansi
SGS/MRG/UNJ/2010 6
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Sama halnya dengan poros yang berputar. Apabila frekuensi diri poros
tersebut sama dengan putarannya, maka vibrasi yang terjadi besar.
Untuk itu putaran operasi suatu mesin tidak diperbolehkan sama dengan
frekuensi diri poros, atau biasa disebut putaran kritis.
Resonansi pada mesin berputar tidak hanya dapat terjadi pada poros, tapi
bisa juga pada unsur - unsur mesin itu sendiri, misalnya terhadap
suport/bearing, pondasi dan lain sebagainya.
Setiap poros yang berputar mempunyai putaran kritis yang besarnya sama
dengan frekuensi diri dari poros tersebut.
Gambar 6.
SGS/MRG/UNJ/2010 7
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Gaya ini akan ditahan oleh poros dengan besar yang sama,
p = k y kg.
k = kekenyalan poros, kg/cm.
maka, m (y + e) ω 2 = p = k y
m ω2e
y=
k-mW2
Bila putaran poros (ω) ditambah, maka defleksi y akan bertambah
pula. Pada suatu putaran tertentu, y besarnya akan tidak terhingga
karena faktor penyebut ,
k - m ω2= 0
=ω K = √k/m rad/sec.
'
Atau, n K = 30/π. ω K = 30 / π √981 k/W rpm
SGS/MRG/UNJ/2010 8
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
2
meω
y=
Cω
Gambar 2.7
Setiap getaran yang dapat kita rasakan, kemungkinan terdiri dari satu atau beberapa
sumber getaran. Tetapi sumber-sumber tersebut dengan tangan tidak dapat kita
SGS/MRG/UNJ/2010 9
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
bedakan, melainkan hanya terasa adanya suatu getaran saja. Apa yang kita rasa di
tangan itu adalah getaran total (overall) dari kemungkinan adanya beberapa sumber
getaran. Atau dalam istilah alat pengukur vibrasi hal itu disebut pengukuran secara
Filter - Out.
Gambar 8.
Lihat Gambar 8.
Sebuah alat pengukur vibrasi yang sangat sederhana terdiri dari sebuah
pegas, pemberat dan sebuah pinsil. Alat ini diletakkan pada bearing penumpu
poros yang sedang berputar. Dimisalkan poros diberi sebuah pemberat yang
menjadikannya tidak balans. Ketika pemberat tersebut berada pada posisi "a",
maka gaya sentripetal akan mendesak bearing terdorong ke atas. Gerakan ini
diteruskan ke pegas yang akan mendorong pemberat dan pinsil bergerak ke
atas pula.
Sebaliknya jika pemberat itu berada pada posisi "b", bearing akan tertekan ke
bawah yang mengakibatkan pemberat dan pinsil juga bergerak ke bawah.
Demikian seterusnya pinsil akan bergerak naik turun selama poros berputar.
Jika gerakan pinsil ini dituliskan pada sebuah kertas yang berjalan dengan
konstan, maka pinsil akan menggambarkan sebuah garis berbentuk sinusoidal
SGS/MRG/UNJ/2010 10
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
pada kertas. Dalam hal ini akan terukur sebuah vibrasi Filter - Out dari satu
sumber getaran yang kita buat yaitu unbalance.
Gambar 9
SGS/MRG/UNJ/2010 11
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Gambar 10
Gambar 11
SGS/MRG/UNJ/2010 12
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Pada gambar ini ditunjukkan sesuai pada contoh kita, yaitu sumber vibrasinya
ada dua buah yaitu unbalance (kurva 1) dan misalignment (kurva 2). Tinggi
kurva sesuai dengan besar displacementnya dan posisi sesuai dengan
frekuensinya.
Perlu diketahui bahwa pada pengukuran Filter - In, alat pengukur analisa
vibrasi tidak terbatas menunjukan hubungan antara Displacement - Frekuensi
saja seperti pada contoh, tapi juga Velocity - Frekuensi dan Acceleration -
Frekuensi.
2. PENGUKURAN VIBRASI
SGS/MRG/UNJ/2010 13
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
- Vibration Meter.
- Vibration Monitor.
- Vibration Analyzer.
2.1.2. Transducer.
SGS/MRG/UNJ/2010 14
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
- Proximity transducer
- Velocity transducer
- Acceleration transducer
Alat ini adalah sensor untuk mengukur gerak harmonik poros yang
berarti sama dengan mengukur displacement. Ia tidak dapat digunakan
untuk analisa vibrasi (mencari frekuensi sumber-sumber vibrasi),
melainkan hanya mengukur tingkat besarnya vibrasi yang dalam hal ini
adalah clearance gerakan poros terhadap bearing atau displacement.
Lihat Gambar 12.
Gambar 12
SGS/MRG/UNJ/2010 15
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Velocity transducer :
Gambar 13
Gerak bolak balik (getaran) rumah bearing diteruskan ke Pickup Case yang
didalam ada Mass yang tidak terpengaruh oleh gerakan tersebut. Tegangan
SGS/MRG/UNJ/2010 16
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
medan magnet antara Pickup Case dengan Mass akan berubah proporsional
dengan kecepatan gerakan. Maka dengan memanfaatkan perubahan
tegangan ini, kecepatan Pickup Case yang juga adalah kecepatan gerak
bolak balik rumah bearing, akan dapat dideteksi.
Acceleration transducer.
Gambar 14
Pada masa kini pabrik pembuat alat pengukur vibrasi lebih cenderung
menggunakan bahan Piezoelectric pada satu transducer untuk sluruh
pengukuran (displacement, velocity dan acceleration). Hal ini
disebabkan oleh kemajuan teknologi yang memungkinkan transducer
ini dapat bekerja pada daerah frekuensi yang lebih luas, tidak hanya
pada frekuensi tinggi saja dapat menjangkau ke frekuensi rendah.
SGS/MRG/UNJ/2010 17
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
SGS/MRG/UNJ/2010 18
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Tingkat besarnya vibrasi suatu mesin untuk dinyatakan baik, ditentukan oleh
pabrik pembuatnya sebagai data yang paling akurat. Apabila data ini tidak
SGS/MRG/UNJ/2010 19
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
ada, atau timbul permasalahan dalam acceptance test, atau pihak owner
(pemilik) menginginkan suatu tingkat vibrasi tertentu dalam pemesanan, maka
bisa dirujuk dari standard-standard yang berlaku sebagai pedoman.
Ketentuan lain yang bukan standard umum dapat disajikan pedoman, antara
lain menurut IRD Mechanalysis. Lihat Gambar 17, 18 dan 19.
Gambar 15
SGS/MRG/UNJ/2010 20
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Gambar 16
SGS/MRG/UNJ/2010 21
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Gambar.17
SGS/MRG/UNJ/2010 22
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
SGS/MRG/UNJ/2010 23
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Gambar 18
SGS/MRG/UNJ/2010 24
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Gambar 19
SGS/MRG/UNJ/2010 25
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
3. ANALISA VIBRASI
- Frekuensi Domain
- Analisa Fase
- Analisa bentuk mode
Untuk metode-metode analisa vibrasi lainnya, akan dibicarakan pada buku lain
yang merupakan kelanjutan daripada buku ini yaitu pada tingkatan "advance"
(Tingkat Engineer) meliputi :
- Time Domain
- Time Domain vs Frekuensi Domain (Amplitude-Frekuensi- Time)
- Time Waveform
- Lissajous Patterns (orbit)
- Amplitude dan Sudut Fase vs Putaran
- Sudut Fase vs Waktu
SGS/MRG/UNJ/2010 26
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Gambar 20.
3.1.2. FourierTransformer.
SGS/MRG/UNJ/2010 27
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Gambar 21
SGS/MRG/UNJ/2010 28
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Dengan kata lain f(t) adalah vibrasi yang diukur secara Filter - Out.
Sedangkan komponen - komponennya : A 1 , A 2 , A 3 dan seterusnya
dengan frekuensi 1x, 2x, 3x dan seterusnya adalah vibrasi yang dapat
diukur secara Filter - In atau pada analisa vibrasi biasa disebut
frekuensi 1x rpm, 2x rpm, 3x rpm dan seterusnya.
Setelah diputuskan untuk diadakan adalah analisa vibrasi, maka langkah yang
diambil selanjutnya adalah pengumpulan data operasi sebelum mesin
dinyatakan rusak.
- Data kerusakan.
Data operasi tentang kejadian-kejadian yang pernah dialami oleh mesin
tersebut, berupa data gangguan/ kerusakan atau perbaikan yang disertai
dengan perubahan atau penambahan pada bagian-bagian tertentu, yang
diperkirakan dapat mempengaruhi vibrasi mesin.
SGS/MRG/UNJ/2010 29
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Gambar.22
SGS/MRG/UNJ/2010 30
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Data vibrasi terakhir yang diukur baik dengan Filter-Out maupun Filter-In,
sangat diperlukan untuk mendiagnose penyebab kerusakan mesin yang
mengakibatkan kenaikan vibrasi. Bagaimana interpretasi data tersebut
dilakukan, akan dibicarakan lebih detail pada berikut ini.
SGS/MRG/UNJ/2010 31
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Gambar 23
SGS/MRG/UNJ/2010 32
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Dari pengukuran ketiga arah (horizontal, vertikal dan axial) pada setiap
bearing, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
- Adakah vibrasi arah axial besarnya lebih dari 50% terhadap arah
horizontal maupun vertikal pada suatu bearing ?
SGS/MRG/UNJ/2010 33
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Dari data yang diberi lingkaran ini, kita cocokkan frekuensinya pada
gambar 4.1 untuk mencari kemungkinan-kemungkinan apa vibrasi itu
disebabkan.
SGS/MRG/UNJ/2010 34
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
SGS/MRG/UNJ/2010 35
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Tabel 4.1
SGS/MRG/UNJ/2010 36
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Tabel 4.2
Pengukuran Filter In dapat pula dilakukan dengan alat X-Y Recorder secara
semi otomatis seperti terlihat pada Gambar 24.
Dengan menggunakan alat ini, amplitude yang ada pada setiap frekuensi
akan digambarkan secara spektrum tidak perlu dicatat pada Data Sheet.
Gambar 24
SGS/MRG/UNJ/2010 37
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
tersebut masing-masing dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel ini membantu kita
untuk membedakan masing-masing karakter penyebab vibrasi, walaupun
adakalanya perlu beberapa penambahan pembuktian.
Ketidak balans adalah hal yang sering terjadi pada mesin-mesin rotasi,
mempunyai beberapa karakter yang hampir mirip dengan misalignment
atau poros bengkok.
- Ada rongga atau kerapatan yang tidak merata pada bahan poros/
rotor.
- Pemasangan pasak pada poros.
- Distorsi : Yaitu perubahan bentuk poros / rotor karena pemuaian
yang tidak merata (tidak simetris), atau terjadi kecenderungan
perubahan kebentuknya semula karena pengerjaan penempaan
yang diderita poros / rotor sebelumnya.
- Kotor, deposit dan robekan pada poros / rotor.
SGS/MRG/UNJ/2010 38
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
3.4.2. Misalignment
.
Jenis-jenis misalignment adalah sebagai berikut :
Misalignment kopling.
Torque Lock.
Hal ini terjadi apabila poros roda gigi terlalu panjang atau material poros
kurang kuat, sehingga poros mudah melengkung akibat momen yang
dideritanya, atau pelumasan pada bearing-bearing tidak baik, sehingga
clearance padanya tidak terisi minyak melainkan terisi oleh poros.
SGS/MRG/UNJ/2010 39
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Misalignment bearing.
Misalignment bukan saja dapat terjadi dikopling tapi bisa juga pada
posisi bearing penumpu poros. Lihat Gambar 25a dan 25b.
SGS/MRG/UNJ/2010 40
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Untuk itu baut pengikat perlu direnggangkan agar bagian suport yang
miring tersebut terangkat dan posisinya menjadi rata. Ketika
merenggangkan baut yang terlalu kencang itu, sebaiknya mesin dalam
Ada dua jenis bearing yang dibahas pada bagian ini yaitu Anti Friction
bearing dan Sleeve bearing. Keduanya mempunyai karakter vibrasi
yang berbeda, dan juga kerusakan yang ditimbulkannya berlainan. -
Yang termasuk Anti Friction bearing ialah ball bearing dan roll bearing,
sedangkan Sleeve bearing adalah Journal bearing.
Kerusakan pada bearing jenis ini dapat terjadi pada salah satu atau
lebih daripada elemenelemennya, yaitu pada ball/ roll, alur luar atau
dalam dan sangkar.
SGS/MRG/UNJ/2010 41
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Gambar 26
SGS/MRG/UNJ/2010 42
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Gambar. 27
Adakalanya kerusakan bearing disertai dengan resonansi. ' Jika hal ini
terjadi, frekuensi besarnya sangat tinggi dan bukan merupakan fungsi
dari putaran.
SGS/MRG/UNJ/2010 43
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Sleeve bearing.
SGS/MRG/UNJ/2010 44
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Gambar 28
Hal ini terjadi jika kerusakan karena keausan gigi, sentuhan dan
bentuk gigi yang tidak tepat atau pelumasan yang tidak baik. Apabila
keausan gigi yang terjadi mengakibatkan kerenggangan yang cukup
besar, maka frekuensi dapat terjadi pada 2x atau 3x frekuensi gear
mesh bahkan bisa lebih daripada itu.
- Jika kerusakan gigi karena patah atau retak sebanyak satu atau
beberapa buah, maka frekuensi yang terjadi adalah perkalian
antara jumlah gigi yang rusak tersebut dengan rpm.
SGS/MRG/UNJ/2010 45
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
SGS/MRG/UNJ/2010 46
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Penyebab adalah :
• KAVITASI.
Terjadi pada :
SGS/MRG/UNJ/2010 47
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
• ALIRAN BALIK.
Terjadi pada pompa ketika beroperasi pada kapasitas rendah.
• TURBULENSI.
Terjadi pada belokan tajam pada pipa, gesekan dengan pipa atau
adanya hambatan aliran fluida.
Gambar 29
Instalasi suatu mesin biasanya terdiri dari rangka, pipa, duct, dan
sebagainya, dimana komponen-komponen tersebut mempunyai
frekuensi diri (natural frequency), yang didesain besarnya tidak boleh
ada yang sama dengan putaran mesin. Jika salah satu atau beberapa
komponen yang ada pada mesin itu mempunyai frekuensi diri yang
sama besar dengan putaran mesin, maka vibrasi akan meninggi atau
disebut terjadi Resonansi.
SGS/MRG/UNJ/2010 48
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Gambar 30
Kejadian ini bisa terjadi beberapa kali selama rolling, tergantung dari
berapa banyak komponen yang mempunyai frekuensi diri di bawah
putaran nominal mesin; termasuk putaran kritis.
SGS/MRG/UNJ/2010 49
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
SGS/MRG/UNJ/2010 50
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Hal ini berarti gaya gerak antara Dynamic Absorber dengan komponen
akan saling tarik menarik, sehingga dapat mengurangi (menghilangkan)
vibrasi resonansi.
Lihat Gambar 31.
Gambar 31
SGS/MRG/UNJ/2010 51
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Resonansi sudu.
Pada turbin uap dan turbin gas, resonansi sudu dapat terjadi meskipun
agak jarang ditemui. Dalam pendesainan' sudu, frekuensi dirinya tidak
boleh sama dengan putaran nominal mesin. Tapi adakalanya setelah
sudu-sudu tersebut dipasang, satu atau beberapa grup sudu mengalami
resonansi. Resonansi sudu terjadi pada frekuensi tinggi dengan tidak
mempunyai angka tertentu. Penempatan transducer untuk pengambilan
data diletakkan pada casing turbin.
Tidak ada cara untuk dapat mengetahui apakah telah terjadi retak atau
patah pada sudu-sudu turbin dalam keadaan beroperasi. Tapi dapat
dicurigai apabila vibrasi turbin yang pada mulanya tinggi, setelah
beberapa waktu turun menjadi stabil tanpa dilakukan perbaikan. Maka
bisa kemungkinan sudu telah retak atau patah, yang mengakibatkan
frekuensi diri berubah tidak lagi sama dengan putaran mesin.
Lihat Gambar 32. Pada gambar atas adalah bentuk spektrum vibrasi
sudu. Sedangkan gambar bawah setelah perbaikan atau penggantian
sudu.
Gambar 32
Vibrasi ini terjadi pada journal bearing, yang hanya terjadi pada mesin-
mesin dengan sistem pelumasan minyak bertekanan, serta mesin
putaran tinggi (di atas putaran kritis pertama).
Lihat Gambar 33.
SGS/MRG/UNJ/2010 52
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Gambar 33
Makin besar clearance yang terjadi antara poros dan bearing makin jauh
gerakannya. Karena keterangkatannya itu, minyak akan mengisi
clearance antara poros dengan linning bearing bagian bawah.
Minyak ini mendapat tekanan dari poros karena beratnya, sehingga ada
lapisan minyak yang menempel pada poros dan ikut berputar. Oleh
karena minyak ini juga melapisi linning yang tidak berputar, maka
putarannya adalah putaran rata-rata poros dan linning yaitu 50%
putaran poros. Tetapi karena adanya faktor gesekan, maka putarannya
akan kurang sedikit daripada itu. Gaya putaran minyak pelumas ini akan
menimbulkan vibrasi dengan frekuensi antara 43% s.d. 48% rpm poros.
Oil Whirl dapat disebabkan oleh :
Adakalanya indikasi. vibrasi oil whirl (frekuensi 45% rpm) pada bearing
terjadi bukan karena penyebab itu sesungguhnya, tapi disebabkan oleh
vibrasi "background" sekitar mesin, yang kebetulan frekuensinya sama
dengan ciri yang dimiliki oleh oil whirl. Misalnya ada mesin di sekitar
yang putarannya setengah daripada putaran mesin yang diamati.
Selain daripada itu, bisa juga terjadi resonansi pada pipa atau pondasi
mesin yang ditimbulkan oleh turbulensi aliran fluida.
SGS/MRG/UNJ/2010 53
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Misalkan putaran turbin uap pada 3.000 rpm mempunyai amplitude dan
sudut fase pada besaran tertentu. Jika putaran diturunkan menjadi
1.500 rpm, kemudian dinaikkan lagi menjadi 3.000 rpm, maka
amplitude dan (atau) sudut fase tersebut besarnya tidak sama lagi
dengan pengukuran pada putaran 3.000 rpm sebelumnya. Maka dapat
disimpulkan bahwa rotor turbin terjadi gesekan (rubbing) dengan
stator, atau poros dengan labirin-labirinnya.
Frekuensi vibrasi bisa 2x rpm, atau tinggi sekali jika disertai resonansi
pada bagianbagian yang bergerak.
Misalkan ada dua buah pompa di atas satu rangka pondasi mempunyai
putaran 3.000 rpm dan 2.500 rpm. Maka vibrasi masing-masing pompa
akan saling berinteraksi satu sama lain.
4. ANALISA FASE
Selain menyatakan kondisi parameter vibrasi, sudut fase juga dapat digunakan untuk
mengidentifikasi masalah-masalah penyebab vibrasi. Penggunaan sudut fase dalam
analisa vibrasi, lebih ditujukan untuk lebih memperjelas penyebab vibrasi yang telah
ditentukan, daripada baru mau mencarinya. Pada tabel 4.2 Bagian 3 dapat dilihat
penggunaan sudut fase selain frekuensi dalam meyakinkan penyebab vibrasi. Pada
bab ini akan dibicarakan penggunaan sudut fase selain dari apa yang tertera pada
Tabel 4.2.
SGS/MRG/UNJ/2010 54
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa karakter vibrasi akibat
misalignment atau poros bengkok adalah vibrasi axial yang besarnya lebih dari
separuh vibrasi radial pada pengukuran di bearing. Untuk lebih mengetahui apa
penyebab misalignment atau poros bengkok dan di mana lokasinya, maka
digunakan analisa fase sebagai berikut.
SGS/MRG/UNJ/2010 55
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Jika poros ditumpu oleh lebih dari dua buah bearing, maka untuk
menentukan pada bagian mana jika terjadi kebengkokan dapat
dilakukan dengan analisa fase. Demikian juga halnya jika ada dua atau
lebih kopling pada suatu poros, maka untuk menentukan pada kopling
mana terjadi misalignment dapat ditentukan dengan cara yang sama.
Apabila sudut fase yang didapat kurang dari 180°, maka dikoreksi
dengan menambah 180°. Sedangkan jika yang didapat lebih besar dari
180 °, maka dikoreksi dengan mengurangi 180 ° .
SGS/MRG/UNJ/2010 56
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Gambar 35
Apabila pada semua bearing sudut fasenya relatif sama (tapi vibrasi
axial lebih dari setengah vibrasi radial), maka besar kemungkinan
terjadi resonansi pondasi arah axial pada frekuensi 1x rpm, atau
unbalance jika rotor ditumpu secara "overhung".
SGS/MRG/UNJ/2010 57
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Gambar 36
Lihat Gambar 36. Pengukuran vibrasi dengan Filter In pada frekuensi 1x rpm,
dilakukan pada ketiga titik seperti tampak pada gambar. Apabila perbedaan
sudut fase antara salah satu titik atau ketiganya cukup besar, maka dapat
disimpulkan terjadi kerenggangan antara bagianbagian yang berbeda sudut
fasenya tersebut.
SGS/MRG/UNJ/2010 58
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Pada bagian sebelumnya telah diuraikan bahwa, pada saat rolling startup dan
startdown ketika putaran poros sama dengan frekuensi diri dari salah satu
komponen mesin atau struktur, maka sudut fase akan berubah 180° disertai
"peak amplitude". Peristiwa ini disebut resonansi.
Apabila putaran kerja mesin sama atau dekat dengan frekuensi diri struktur
(pondasi, suport dsb), maka akan terjadi resonansi selama mesin beroperasi.
Indikasi ini dapat diketahui apabila perbedaan amplitude arah vertikal dan
horizontal sangat besar (lebih dari 5x), sedangkan arah yang mempunyai
amplitude terbesar adalah menunjukkan arah resonansinya.
SGS/MRG/UNJ/2010 59
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Mode dalam pengertian ini adalah bentuk kelenturan yang diderita oleh suatu
mesin, pipa, struktur (pondasi), support dan komponen-komponen lainnya yang
dibentuk oleh vibrasi mengikuti pola daripada arah gerakan vibrasi tersebut.
Analisa Bentuk Mode berguna untuk mengetahui dimana daerah komponen yang
lemah, memastikan adanya resonansi dan menentukan dimana Nodal Point (titik
dimana terjadi amplitude terkecil).
Berbeda dengan Analisa Fase dimana yang diukur hanya sudut fasenya saja, pada
Analisa Bentuk Mode pengukuran meliputi sudut fase dan amplitude.
Gambar 37A
SGS/MRG/UNJ/2010 60
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Gambar 37B
Gambar 37C
Gambar 37D
SGS/MRG/UNJ/2010 61
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Gambar 37A adalah suatu struktur yang menopang mesin beserta titik -titik
pengukuran yang kita tentukan. Lakukan pengukuran amplitude (dipilih
parameter yang sesuai) dan sudut fase dengan Filter In pada frekuensi 1x rpm
pada setiap titik-titik pengukuran tersebut. Gambarkan sketsa struktur itu
dengan suatu skala, dan gambarkan seluruh amplitude yang telah didapat
dalam satuan panjang, dengan arah yang telah ditentukan oleh sudut fase
(digambarkan arah vertikal).
Lihat Gambar 37B dan 37C. Kedua gambar ini memperlihatkan dua jenis
kemungkinan bentuk mode yang dapat terjadi. Arah panah dari amplitude-
amplitude itu menunjukkan arah sudut fase. Dengan menghubungkan ujung-
ujung panah tersebut, maka akan didapat bentuk mode yang terjadi.
Gambar 37C memperlihatkan kemungkinan lain dari jenis lenturan yang dapat
terjadi. Bentuknya hampir sama dengan gambar 37B, tapi arah sudut fase
pada kedua daerah lenturan secara keseluruhan membentuk satu sinusoidal
penuh. Bentuk ini menunjukkan pondasi terjadi resonansi tingkat kedua pada
arah vertikal, dimana nodal point terjadi pada daerah yang membagi dua
sinusoidal tersebut.
Apabila penguatan dilakukan pada daerah nodal point, maka tidak akan terjadi
perbaikan yang diharapkan. Pada gambar 37D diperlihatkan kesalahan
memasang rangka penguat pada struktur, karena pemasangannya dilakukan
pada nodal point, bukan pada 'daerah-daerah dimana terjadi amplitude
maximum, yaitu daerah dimana struktur mengalami kelemahan.
Analisa Bentuk Mode pada suport dilakukan jika amplitude horizontal pada
bearing, jauh melebihi amplitude vertikal. Hal ini menunjukkan melemahnya
suport atau terjadi resonansi suport. Untuk lebih meyakinkannya, bentuk mode
suport perlu diketahui.
SGS/MRG/UNJ/2010 62
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Gambar 38A
Gambar 38B
SGS/MRG/UNJ/2010 63
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Gambar 38C
Gambar 38B adalah bentuk mode suport, dimana amplitude dari permukaan
lantai hingga alas rumah bearing sama besar. Tapi pada alas rumah bearing
mendadak besar hingga ke atas. Hal ini dimungkinkan oleh melemahnya pelat
alas dudukan rumah bearing, atau resonansi pada baut pengikat rumah
bearing.
Mesin-mesin yang dapat diukur bentuk modenya, adalah mesin yang berukuran
panjang dengan tidak ada penopang ditengahnya. Dari segi konstruksi, mesin
yang berbentuk demikian mudah terjadi kelemahan pada bagian-bagian tertentu
akibat vibrasi. Contohnya adalah pompa-pompa vertikal, mesin roll dan
sebagainya.
SGS/MRG/UNJ/2010 64
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Gambar 39A
SGS/MRG/UNJ/2010 65
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Pada gambar di atas diperlihatkan satu contoh pompa vertikal (Gambar 39A)
beserta kemungkinan-kemungkinan bentuk mode yang dapat terjadi
(amplitude dan arah panah sudut fase).
SGS/MRG/UNJ/2010 66
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Permasalahan :
Sebuah turbin uap 500 MW dengan putaran 3600 rpm. Pada waktu startup,
turbin kadangkala trip pada putaran 2880 rpm, disebabkan bekerjanya sensor
trip akibat tingginya vibrasi pada bearing sisi generator.
Pengamatan :
Pada Gambar 40, tampak pada frekuensi 1440 rpm (0,5 x 2880 rpm) terjadi
amplitude tinggi sebesar 6,7 mils. Hal ini adalah karakter yang dimiliki olahan
minyak pelumas (Oil Whirl) yang terjadi pada bearing. Bearing tersebut
ditambahkan shim setebal 7 mils agar lebih terangkat. Ternyata vibrasi pada
frekuensi 1440 rpm tersebut menjadi 0,2 mils yang berarti sudah cukup aman.
Peristiwa ini terjadi berbarengan antara misalignment bearing akibat "soft
foot" dengan oil whirl akibat tekanan terhadap poros cukup besar karena
misalignment tersebut.
SGS/MRG/UNJ/2010 67
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Gambar 40
Permasalahan :
Ketika overhaul suatu turbin uap 650 MW, ditemukan keretakan pada empat buah
sudu jalan yang berurutan di tingkat pertama (curtis). Karena unit harus segera
beroperasi, maka dilakukan tindakan sementara yaitu memotong sudu -sudu yang
retak tersebut (4 buah). Agar supaya rotor turbin tetap balans, maka sudu-sudu yang
berseberangannya (lawannya) dipotong juga dengan jumlah yang sama.
Pengamatan :
Vibrasi filter out terbesar pada bearing di daerah pedestal, yaitu sebesar 4,2
mils dan 8,4 mils masingmasing pada beban 350 MW dan 500 MW dengan
pembukaan katup regulasi sebesar 3/4 admisi. Sedangkan vibrasi yang
diijinkan pada beban-beban tersebut adalah 4,5 mils dan 5 mils. Dari hasil
pengukuran Amplitude vs Frekuensi, diketahui terjadi Amplitude tinggi pada 2x
rpm sebesar 5 mils pada beban 500 MW.
SGS/MRG/UNJ/2010 68
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Vibrasi pada 2x rpm disebabkan oleh adanya dua buah daerah kosong pada
rangkaian sudu-sudu jalan tingkat pertama, yaitu sebanyak 2 grup (2x 4 buah
sudu). Kedua daerah kosong ini selama berputar melewati daerah admisi aktif
terbuka dan admisi non aktif tertutup. Hal ini menyebabkan terjadinya
turbulensi aliran uap sebanyak 2x pada setiap perputaran, yang menimbulkan
vibrasi pada frekuensi 2x rpm.
Dari hasil pengamatan ternyata vibrasi filter out turun dari 8,4 mils menjadi
2,3 mils pada beban 500 MW, dan dari 5 mils menjadi 0,5 mils pada frekuensi
2x rpm.
Permasalahan :
Pengamatan :
Dari spektrum itu Amplitude tertinggi terjadi pada frekuensi 7725 cpm (Lihat
Gambar 41b) yang berarti menyatakan frekuensi diri dari pondasi tersebut.
SGS/MRG/UNJ/2010 69
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Gambar 41a
SGS/MRG/UNJ/2010 70
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Gambar 41b
Untuk itu perlu dilakukan pengerasan pondasi, agar frekuensi dirinya berubah
jauh dari frekuensi penyebab vibrasi.
Permasalahan :
Dua buah pompa air laut pendingin kondesor bekerja paralel. Jika salah satu
yang beroperasi, maka vibrasi horizontal dan axial tinggi.
Pengamatan :
Karena vibrasi telah diketahui tinggi jika salah satu pompa yang bekerja,
maka dilakukan pengukuran Amplitude vs Frekuensi.
Setelah data operasi pompa diteliti ternyata back pressure hanya 10 ft,
sedangkan untuk design seharusnya 38 ft.
SGS/MRG/UNJ/2010 71
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Karena back pressure terlalu kecil, maka terjadi kavitasi. Untuk penanganan
sementara pada operasi satu pompa katup discharge tidak dibuka penuh. Hal
ini agar back pressure pompa naik, sehingga kavitasi dapat dikurangi atau
hilang sama sekali.
Gambar 42
Permasalahan :
Pengamatan :
SGS/MRG/UNJ/2010 72
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Permasalahan :
Suatu fan cooling tower pada PLTP sering mengalami penggantian bearing
dan gangguan pada sistem roda giginya. Poros pemutar fan cukup panjang
karena motor penggerak berada di tepi cooling tower, sedangkan sistem roda
gigi berada pada pusat lingkaran cooling tower di pusat fan. Lihat Gambar 43.
Pengamatan :
Gambar 43
SGS/MRG/UNJ/2010 73
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Gangguan ini disebabkan terhalangnya aliran udara karena poros dan lebih
diperburuk lagi karena poros berputar, sehingga memberikan pusaran udara
di sekitarnya yang bertabrakan dengan aliran udara yang diisap oleh fan.
Untuk mengatasi hal ini jarak daun-daun fan dengan poros pemutar lebih
diperpanjang.
Permasalahan :
Tetapi setelah diteliti di laboratorium, minyak pelumas dalam kondisi baik dan
sistem lubrication oil setelah diperiksa bekerja dengan baik pula.
Pengamatan :
Untuk mengatasi hal ini dipasang sikat pada beberapa tempat di poros yang
dihubungkan ke ground.
Catatan :
SGS/MRG/UNJ/2010 74
PT PLN (PERSERO) JASA DIKLAT ANALISA VIBRASI
UNIT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 1. DASAR-DASAR PLTG
SURALAYA II
Vibrasi karena aliran listrik ini pada awalnya sulit ditentukan, biasanya mulai
diambil tindakan setelah bearing beberapa kali rusak dengan keadaan pitting
dan terlepas material permukaannya.
SGS/MRG/UNJ/2010 75