Anda di halaman 1dari 9

EnviroScienteae 10 (2014) 9-17 ISSN 1978-8096

ANALISIS KELAYAKAN DAN SENSITIVITAS HARGA INPUT PADA USAHA


BUDIDAYA IKAN LELE DALAM KOLAM TERPAL DI KOTA BANJARBARU
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Idiannor Mahyuddin, Emmy Sri Mahreda, Rina Mustika, Irma Febrianty

Fakultas Perikanan Universitas Lambung Mangkurat

Kata Kunci : budidaya ikan,harga input, ikan lele, kolam terpal

Abstrak

Salah satu kegiatan ekonomi berbasis sumberdaya hayati pada sektor perikanan adalah
kegiatan budidaya ikan. Tetapi dengan keterbatasan lahan yang dimiliki dan untuk
memanfaatkan lahan pekarangan supaya bernilai produktif maka masyarakat Banjarbaru
banyak mengusahakan budidaya ikan lele di kolam terpal. Penelitian ini bertujuan untuk (1)
menganalisis layak atau tidaknya usaha budidaya ikan lele di kolam terpal; (2) menganalisis
pengaruh perubahan harga input terhadap usaha budidaya ikan lele di kolam terpal; (3)
mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh pelaku usaha budidaya ikan lele di kolam
terpal di Kotamadya Banjarbaru. Penelitian ini menggunakan metode survei dan wawancara.
Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Lokasi sampel ditentukan
secara sengaja (purposive), yakni Kotamadya Banjarbaru. Wawancara dilakukan terhadap
petani ikan yang aktif mengelola kegiatan usaha budidaya ikan lele di kolam terpal, yakni
sebanyak 200 petani ikan. Penetapan jumlah sampel dilakukan secara random mengingat
populasi yang homogen. Analisis data untuk menjawab tujuan pertama, yakni menganalisis
kelayakan investasi usaha budidaya ikan lele di kolam terpal , digunakan perhitungan pada
kriteria investasi yang meliputi Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net BCR),
Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period. Untuk menjawab tujuan kedua dilakukan
pengujian terhadap hasil kelayakan usaha pada metode di atas dengan mempertimbangkan
adanya kenaikan harga pakan. Selanjutnya untuk menjawab tujuan ketiga, yakni mengetahui
permasalahan yang dihadapi pelaku usaha budidaya ikan lele di kolam terpal, digunakan
analisis deskriptif dengan cara mengkaji data-data primer/sekunder dan selanjutnya
memaparkannya secara tertulis. Hasil analisis kelayakan usaha diperoleh nilai NPV 12%
sebesar Rp 96.600,081 > 0, nilai B/C 12% = 2,089 > 1 dan nilai IRR = ~ (tidak terhingga) >
dari tingkat bunga berlaku. Dari hasil kelayakan usaha menunjukkan usaha budidaya ikan lele
dalam kolam terpal layak untuk diusahakan lebih lanjut. Hasil analisis sensitifitas terhadap
kenaikan harga input dalam hal ini pakan ikan meningkat 20%, diperoleh nilai NPV 12%
sebesar Rp 87.611,919 > 0, nilai B/C 12% = 1,86 > 1 dan nilai IRR = ~ (tidak terhingga) >
dari tingkat bunga berlaku. Dari hasil analisis sensitifitas menunjukkan walaupun ada
kenaikan pakan sebesar 20% usaha budidaya ikan dalam kolam terpal tetap layak untuk
diusahakan. Permasalahan yang ada pada petani ikan lele dalam kolam terpal adalah:
mahalnya harga pakan ikan, rendahnya harga jual ikan, terbatasnya modal usaha, sifat kanibal
dari ikan lele dan biaya pergantian terpal yang dilakukan setiap tahun. Struktur pasar ikan
lele adalah struktur pasar persaingan tidak sempurna (struktur pasar oligopoli).

Pendahuluan pembangunan ekonomi, salah satunya


adalah perubahan pada kegiatan ekonomi
Saat ini berbagai kemajuan di berbasis sumberdaya hayati. Bila
berbagai bidang kehidupan berbangsa telah sebelumnya kegiatan ekonomi berbasis
diraih sebagai wujud dan hasil sumberdaya hayati praktis hanya dalam
10 Idiannor M, et al/EnviroScienteae 10 (2014) 9-17

bentuk pertanian primer (on-farm usaha budidaya ikan lele di kolam terpal
activities), dewasa ini terjadi industrialisasi pada Kotamadya Banjarbaru layak untuk
yang ditandai dengan perubahan orientasi dikembangkan.
kegiatan ekonomi dan peningkatan
produksi kepada orientasi pasar, yang Tujuan Penelitian
dinamakan dengan agribisnis,
Kalimantan Selatan merupakan salah Tujuan penelitian ini adalah untuk :
satu provinsi di Indonesia yang memiliki 1. Menganalisis kelayakan usaha budidaya
potensi sumberdaya perairan yang dapat ikan lele di kolam terpal.
dimanfaatkan untuk usaha perikanan, yakni 2. Menganalisis sensitivitas perubahan
seluas 20.000 km2 untuk perikanan laut dan harga input terhadap usaha budidaya
10.595,35 km2 untuk perikanan darat ikan lele di kolam terpal.
(Dinas Perikanan dan Kelautan Kalimantan 3. Mengidentifikasi permasalahan yang
Selatan, 2010). Salah satu daerah di dihadapi oleh pelaku usaha budidaya
Kalimantan Selatan yang saat ini ikan lele di kolam terpal di Kotamadya
berkembang usaha budidaya ikan lele di Banjarbaru.
kolam terpal adalah Kotamdaya Banjarbaru,
budidaya kolam terpal ini sangat cocok Manfaat Penelitian
dikembangkan di kota Banjarbaru
mengingat luas wilayah Banjarbaru yang Hasil penelitian ini diharapkan
relative kecil dibandingkan Kabupaten lain nantinya dapat memberikan informasi
di Kalimantan Selatan dan tidak adanya khususnya terkait dalam rangka
aliran sungai besar yang melintasi pengembangan usaha budidaya ikan lele
Kotamadya Banjarbaru sehingga sumber air pada kolam terpal di Kotamadya
untuk kolam cukup terbatas. Banjarbaru. Selain itu, sebagai bahan
Salah satu kegiatan ekonomi berbasis masukan kepada masyarakat/ swasta yang
sumberdaya hayati pada sektor perikanan bergerak dalam usaha budidaya ikan lele,
adalah kegiatan budidaya ikan, tetapi sehingga diharapkan dapat meningkatkan
dengan keterbatasan lahan yang dimiliki pendapatan dan kesejahteraan pelaku
dan untuk memanfaatkan lahan pekarangan budidaya ikan lele.
supaya bernilai produktif maka masyarakat
Banjarbaru banyak mengusahakan budidaya Hipotesis
ikan lele di kolam terpal.
Kolam Terpal kini kian populer untuk Mengacu pada tujuan penelitian dan
tempat budidaya ikan. Selain Lele, jenis uraian mengenai landasan teori maka
ikan air tawar lain seperti Gurami dan Patin dirumuskan hipotesis penelitian sebagai
juga dapat dibudidayakan secara optimal berikut:
pada kolam terpal. Banyak orang yang telah 1. Diduga usaha budidaya ikan lele di
sukses menerapkan budidaya ikan di kolam kolam terpal layak untuk
terpal ini. dikembangkan.
Selain lebih praktis, mudah 2. Diduga sensitivitas perubahan harga
diaplikasikan di lahan terbatas serta biaya input terhadap usaha budidaya ikan lele
pembuatan yang relatif lebih murah di kolam terpal sebesar 20%
dibanding kolam tembok, budidaya ikan di 3. Diduga permasàlahan pokok dalam
kolam terpal juga memiliki keunggulan usaha budidaya ikan lele di kolam terpal
dibanding budidaya ikan di kolam tembok adalah mahalnya harga pakan ikan,
atau kolam tanah. Mengingat usaha rendahnya harga jual ikan, terbatasnya
budidaya di kolam terpal relatif baru saja modal usaha, sifat kanibal dari ikan lele
perkembangannya maka perlu dilakukan dan biaya pergantian terpal yang
suatu analisis kelayakan usaha apakah dilakukan setiap tahun.
Idiannor M, et al/EnviroScienteae 10 (2014) 9-17 11

Metode Penelitian proyek, pada tingkat bunga tertentu. Proyek


dianggap menguntungkan atau Go (proyek
Waktu dan Tempat Penelitian dapat berlangsung/ dilaksanakan) jika nilai
NPV > 0.
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan n Bt - Ct
pada bulan September – Nopember 2013, NPV = 
dengan kegiatan berupa persiapan, t=1 (1 + i)t
pengumpulan, pengolahan dan analisis data, dengan :
serta pembuatan laporan Penelitian Bt = manfaat proyek pada tahun ke-t
dilaksanakan di sentra pembudidaya kolam Ct = biaya proyek pada tahun ke-t
terpal di Kota Banjarbaru, Provinsi i = social discount rate
Kalimantan Selatan. n = umur ekonomis dari proyek
t = tahun.
Metode Pengumpulan Data
Kriteria Internal Rate of Return (IRR)
Penelitian ini menggunakan metode menunjukkan nilai discount rate pada saat
survei dan wawancara. Data yang NPV = 0. Biasanya rumus IRR tidak dapat
dikumpulkan meliputi data primer dan data dipecahkan secara langsung, namun dapat
sekunder. Data primer adalah data yang didekati dengan cara interpolasi, yaitu
bersumber langsung dari pembudidaya ikan dengan terlebih dahulu menentukan NPV
lele di kolam, yang didapatkan melalui yang bernilai positif dan NPV yang bernilai
teknik wawancara terstruktur negatif dengan tingkat bunga masing-
(menggunakan kuesioner), sedangkan data masing.
sekunder adalah data yang diperoleh dari NPV ‘
berbagai sumber, seperti hasil-hasil IRR = (i” - i’)
penelitian, studi pustaka dan informasi dari NPV’ –  NPV’’
lembaga terkait, yang terkait dengan
kegiatan penelitian. Lokasi sampel dengan:
ditentukan secara sengaja (purposive), NPV’ = Net Present Value dengan nilai
yakni Kotamadya Banjarbaru. Wawancara positif
dilakukan terhadap petani ikan yang aktif NPV” = Net Present Value dengan nilai
mengelola kegiatan usaha budidaya ikan negatif
lele di kolam terpal, yakni sebanyak 200 i’ = tingkat discount rate pada NPV
petani ikan. Penetapan jumlah sampel positif
dilakukan secara random mengingat i” = tingkat discount rate pada NPV
populasi yang homogen. negatif.

Metode Analisis Data Jika IRR > i (tingkat discount rate),


berarti NPV > 0, ini menunjukkan bahwa
Untuk menjawab tujuan pertama, proyek tersebut menguntungkan atau Go.
yakni menganalisis kelayakan investasi Benefit Cost Ratio (BCR)
usaha budidaya ikan lele di kolam terpal , menunjukkan perbandingan antara seluruh
digunakan perhitungan pada kriteria nilai benefit (penerimaan) dengan seluruh
investasi yang meliputi Net Present Value biaya selama umur proyek dengan tingkat
(NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net BCR), bunga tertentu.
Internal Rate of Return (IRR) dan Payback
Period.
Kriteria NPV merupakan selisih
antara nilai sekarang arus manfaat dengan
nilai sekarang arus biaya selama umur
12 Idiannor M, et al/EnviroScienteae 10 (2014) 9-17

n Bt 4. Harga output adalah nilai jual produk


 pada akhir periode produksi (nilai ikan
t=1 (1+ i)t lele ukuran konsumsi yang
BCR = diperhitungkan dalam satuan rupiah/kg)
n Ct di tingkat produsen.
 Untuk menjawab tujuan kedua
t=1 (1 + i)t dilakukan pengujian terhadap hasil
kelayakan usaha pada metode di atas
Jika BCR > 1 berarti proyek tersebut dengan mempertimbangkan adanya
menguntungkan dan sebaliknya jika BCR kenaikan harga pakan sebesar 20%.
< 1 berarti proyek tidak menguntungkan. Untuk menjawab tujuan ketiga, yakni
mengetahui permasalahan yang dihadapi
Periode Pengembalian (Payback Periode) pelaku usaha budidaya ikan lele di kolam
terpal, digunakan analisis identifikasi dan
PP adalah jangka waktu tertentu yang analisis deskriptif dengan cara mcngkaji
menunjukkan terjadinya arus penerimaan data-data primer/sekunder dan selanjutnya
(cash in flow) secara kumulatif sama memaparkannya secara tertulis.
dengan jumlah investasi dalam bentuk
present value. Dapat disimpulkan bahwa
PP merupakan suatu nilai dimana dari nilai Hasil Dan Pembahasan
tersebut dapat diketahui berapa lama usaha
yang dijalankan bisa mengembalikan modal Kelayakan Usaha
yang ditanam baik modal tetap maupun
tidak tetap. Untuk menghitung PP yakni Analisis kelayakan usaha yang
dengan menjumlahkan semua modal yang dilakuka bertujuan untuk melihat dan
diinvestasikan kemudian dibagi menilai usahatani budidaya ikan lele dalam
keuntungan yang didapat dalam satu tahun, kolam terpal yang sedang berjalan, serta
atau bisa dihitung dengan rumus: mencari umpan balik untuk
mengembangkan usaha selanjutnya.
Jumlah Investasi Analisis yang digunakan adalah kelayakan
PP =
Keuntungan financial.
Analisis finansial terhadap petani ikan
Kriteria yang digunakan untuk lele di kolam terpal untuk mengetahui
penghitungan kelayakan usaha ini adalah kelayakan dari usaha mereka. Yang
sebagai berikut: menjadi pokok bahasan dalam analisis ini
1. Suku bunga (discount factor) sebesar adalah analisis biaya (cost) dan analisis
12%, sebagai tingkat suku bunga effektif penerimaan (revenue earning) usahatani
maksimal untuk kredit usaha rakyat saat atau disebut juga dengan cash out-flow dan
ini. cash in flow, baik pada saat pembangunan
2. Periode pengusahaan dan umur proyek usahatani maupun pada masa pengoperasian
adalah selama lima tahun, sesuai dengan atau masa produksinya.
jangka waktu/umur ekonomis kolam Analisis biaya meliputi dua
terpal yang digunakan. komponen yaitu biaya investasi dan biaya
3. Harga input adalah harga yang berlaku operasional. Biaya investasi digunakan
terhadap input produksi pada saat untuk membeli terpal, ember, serok, kayu
penelitian berlangsung, meliputi nilai galam, kayu reng, bambu, saluran, semen,
barang modal, harga benih, harga pakan, pasir dan upah membuat kolam. Sedangkan
harga obat-obatan dan upah harian biaya operasional digunakan untuk
tenaga kerja (HOK) setempat. membiayai proses produksi dan
pemeliharaan (maintenance) yaitu: biaya
Idiannor M, et al/EnviroScienteae 10 (2014) 9-17 13

benih, pakan, obat-obatan, biaya tenaga memakainya hanya beberapa orang petani
kerja, biaya perawatan dan penyusutan. yang menggunakan. Upah tenaga kerja
Analisis penerimaan meliputi nilai diberikan harian untuk pekerja yang
produksi dari ikan lele dikalikan harga membersihkan kolam dan memberi makan
dipasaran yang berlaku. ikan. Biaya perawatan diambil rata-rata per
Biaya rata-rata biaya investasi dan bulan ini biasanya dilakukan setelah panen
biaya operasional serta analisis penerimaan untuk memperbaiki kolam dan saluran air
dapat dilihat pada tabel berikut: yang bocor.
Analisis penerimaan diperoleh dari
Tabel 2. Biaya Investasi budidaya ikan hasil produksi dikalikan harga ikan yang
lele dalam kolam terpal berlaku pada saat itu yaitu berkisar antara
Harga Rp 13000 – 15000 per kilogram.
No. Jenis Biaya Satuan rata-rata Berdasarkan data hasil penelitian
(Rp) diperoleh rata-rata biaya investasi, rata-rata
1. Terpal Buah 95000 biaya operasional dan rata-rata penerimaan
2. Kayu Galam Buah 12000 selama satu tahun dari petani ikan sebagai
3. Kayu Reng Buah 15000
berikut:
4. Bambu Buah 1500
5. Ember Buah 15000
6. Saluran Buah 18000 Tabel 4. Biaya Investasi rata-rata, biaya
7. Semen Zak 70000 operasional rata-rata dan
8. Pasir Rit 250000 penerimaan rata-rata dari petani
9. Upah tenaga Hari 35000 ikan lele selama satu tahun
kerja pembuatan No. Jenis Nilai (Rp)
Sumber: data diolah Biaya/Penerimaan
1. Biaya Investasi 2.570.520,00
Biaya investasi yang terbesar adalah 2. Biaya Operasional 15.560.952,00
terpal yang menjadi pokok pembuatan 3. Penerimaan 33.466.547,00
kolam dan pasir untuk pembuatan kolam, Sumber: data diolah
besarnya nilai ini karena petani tidak bisa
membeli pasir dalam jumlah sedikit. Berdasarkan data diatas dilakukan
Biaya operasional dari usaha analisis kelayakan usaha. Untuk
budidaya ikan dalam kolam terpal adalah menganalisis kelayakan usahatani ini
sebagai berikut: digunakan kriteria NPV, Net Benefit Cost
Ratio dan IRR. Hasil analisis dapat dilihat
Tabel 3. Biaya Operasional rata-rata pada tabel berikut ini:
budidaya ikan lele dalam kolam
terpal Tabel 5. Nilai Kriteria Kelayakan Usaha,
Harga rata- Analisis NPV, B/C dan IRR
No Jenis Biaya Satuan
rata (Rp) No. Kriteria Nilai
1. Benih ikan Ekor 150-200 1. Nilai NPV
2. Pakan Zak 280.000 – NPV 12% 96.600,081,00
300.000 NPV 20% 72.498.184,00
3. Prebiotik Kg 70.000 NPV 100 % 15.317.588
4. Upah tenaga kerja Hari 10.000 – 2. Nilai BCR
pemeliharaan 15.000 BCR 12% 2,089
5. Biaya perawatan Bulan 10.000 BCR 20% 2,069
Sumber: data diolah. BCR 100% 1,84
3. IRR ~
Dari data diatas untuk biaya yang Sumber: data diolah
paling besar dikeluarkan adalah biaya
pakan, untuk prebiotik tidak semua petani
14 Idiannor M, et al/EnviroScienteae 10 (2014) 9-17

Untuk mengetahui kelayakan karena posisi kota Banjarbaru yang


usahatani dapat dilakukan sesuai masing- berada pada jalur jalan propinsi dan
masing kriteria berikut ini. mudahnya dicapai kolam ikan oleh
konsumen.
Kriteria NPV 3 Permintaan ikan lele di Kotamdya
Dari Tabel 6 diatas nilai NPV positif Banjarbaru dan sekitarnya relatif besar
dimana NPV > 0 , hal ini berarti usaha ini hal ini disebabkan banyaknya
layak diusahakan secara finansial, karena pendatang yang bermukim di
usaha tersebut dapat mengembalikan atau Kotamadya Banjarbaru seiring dengan
melebihi social opportunity cost faktor berubahnya status kota Banjarbaru
produksi modal yang dipergunakan. menjadi ibu kota propinsi.
4 Mudahnya budidaya ikan lele dalam
Kriteria Net Benefit-Cost Ratio kolam terpal, karena sifat dari ikan lele
Analisis finansial yang ditunjukkan yang tahan terhadap kondisi perairan
pada Tabel 6 diatas menghasilkan nilai net yang tidak kondusif sekalipun walaupun
benefit cost ratio lebih besar dari satu (BCR tanpa pergantian air selama masa
>1), karena present value positif lebih besar pemeliharaan.
dari pada present value negatif, hal ini 5 Ikan lele merupakan ikan yang banyak
berarti bahwa secara finansial usaha disukai oleh pendatang yang ada di
budidaya ikan lele di kolam terpal layak Kota Banjarbaru oleh karena itu
untuk diusahakan. permintaannya cukup tinggi.
6 Kebijakan dari pemerintah daerah lewat
Kriteria IRR Dinas Perikanan dan Kelautan yang
Berdasarkan Tabel 6 diatas nilai IRR banyak memberikan bimbingan berupa
tidak bisa ditemukan karena sampai suku penyuluhan dan pelatihan kepada petani
bunga 100% nilai NPV masih positif ikan serta bantuan bibit unggul,
sehingga penulis beranggapan nilai IRR investasi dan modal memberikan
tidak terhingga. Hal ini menunjukkan motivasi petani untuk berkembang lebih
modal investasi yang ditanamkan baik lagi.
memberikan keuntungan melebihi suku
bunga bank apabila modalnya disimpan. Analisis Sensitifitas Kenaikan Harga Pakan
Berdasarkan hasil kriteria kelayakan 20%
usaha semua kriteria memenuhi kelayakan
usaha hal ini menunjukkan kalau usaha Usaha budidaya ikan lele dalam
budidaya ikan lele di kolam terpal layak kolam terpal merupakan usaha yang
untuk diusahakan dan dikembangkan lebih mengandung ketidakpastian dan risiko,
lanjut, hal ini didukung oleh keadaan sebagaimana usaha-usaha pertanian lainnya.
sekarang ini yaitu: Oleh karena itu perlu dilakukan analisis
1 Nilai investasi yang ditanamkan relatif sensitivitas untuk mengetahui prospek
kecil yaitu rata-rata Rp 2.570.520,00 pengembangan usaha dimasa akan datang
sehingga petani bisa dengan cepat bila prilaku harga tidak menentu. Dalam
mengembalikan modal yang hal ini faktor yang paling menentukan
ditanamkan. dalam budidaya ikan adalah harga pakan
2 Luasnya jaringan pemasaran yang hal ini disebabkan harga pakan ikan
dilakukan oleh petani ikan mulai dari merupakan komponen paling besar pada
pedagang pengumpul, pedagang biaya operasional budidaya ikan lele dalam
pengecer, rumah makan, warung, kolam terpal.
konsumen rumah tangga. Hal ini Hasil analisis sensitivititas dengan
disebabkan akses transportasi yang kenaikan harga pakan 20% dapat dilihat
mudah dicapai ke kolam petani ikan pada tabel di bawah ini.
Idiannor M, et al/EnviroScienteae 10 (2014) 9-17 15

Tabel 7. Hasil Analisis Sensitivitas dengan disebabkan investasi yang digunakan relatif
Kenaikan Harga Pakan sebesar rendah sehingga waktu mengembalikan
20% pada usaha tani budidaya modal dapat lebih cepat.
ikan lele dalam kolam terpal Selain itu produksi dari ikan lele
relatif cepat dengan waktu pemeliharaan
Sebelum Setelah satu setengah bulan sudah menghasilkan
No Kriteria kenaikan Kenaikan ikan lele ukuran konsumsi dengan panen
pakan Pakan 20% selektif, hal ini mengakibatkan investasi
1. Nilai NPV yang ditanamkan cepat kembali.
NPV 12% 96.600,081 87.611.919
NPV 20% 72.498.184 64.344.955 Permasalahan Petani Usaha Budidaya Ikan
NPV 100 % 15.317.588 13.374.757 Lele Dalam Kolam Terpal
2. Nilai BCR
BCR 12% 2,089 1,86
Permasalahan yang dihadapi oleh
BCR 20% 2,069 1,84
BCR 100% 1,84 1,67
pelaku usaha budidaya ikan lele di kolam
3. IRR ~ ~ terpal di Kotamadya Banjarbaru antara lain:
Sumber: Data primer yang diolah
1. Mahalnya harga pakan
Hasil analisis sensitivitas terhadap Kebutuhan pakan ikan lele mencapai
analisis finansial yang disajikan pada Tabel lebih 50% dari biaya operasional
7 diatas menunjukkan adanya penurunan sehingga apabila terjadi kenaikan harga
nilai dari kriteria kelayakan usaha akan pakan menyebabkan petani ikan
tetapi masih memenuhi seluruh kriteria kesulitan dalam biaya pembelian pakan
kelayakan investasi. Hal ini menunjukkan yang akan mengurangi keuntungan
apabila terjadi kenaikan harga pakan mereka, dari hasil analisis sensitifitas
sebesar 20% dimasa yang akan datang kenaikan harga input berupa pakan ikan
sedangkan kondisi faktor lain dianggap tidak mempengaruhi kelayakan usaha
tetap maka usaha budidaya ikan lele dalam tetapi mengurangi keuntungan usahanya
kolam terpal maasih bisa bertahan sehingga saja. Untuk mengatasi mahalnya harga
layak untuk dikembangkan lebih lanjut pakan biasanya petani ikan
dimasa yang akan datang. menambahnya dengan pakan lainnya
misalnya sisa nasi, tumbuh-tumbuhan,
Payback Periode (PP) roti sisa dll.

Hasil analisis payback periode yang 2. Harga jual ikan lele relatif rendah
merupakan perbandingan antara jumlah Harga jual ikan lele dibandingkan ikan
investasi dengan keuntungan seperti budidaya lainnya relatif lebih rendah
sehingga apabila terjadi kenaikan biaya
PP = Jumlah Investasi operasional akan mempengaruhi usaha
Keuntungan tersebut secara langsung karena
= 2570520.111 keuntungan yang berkurang. Rendahnya
17.909.594 harga ikan lele disebabkan selera
= 0.14 masyarakat banjar khususnya orang yang
= 2 bulan berasal dari hulu sungai belum banyak
yang menyukai ikan lele selain itu ikan
Dari hasil analisis menunjukkan nilai lele bukan ikan musiman sehingga suply
payback periode sebesar 2 bulan berarti ikan lele bersifat stabil dan harganya
investasi yang ditanamkan akan konstan.
mengembalikan investasi yang digunakan
selama 2 bulan. Nilai ini relatif kecil hal ini
16 Idiannor M, et al/EnviroScienteae 10 (2014) 9-17

3. Modal Usaha yang Kurang 96.600,081 >0, nilai B/C 12% = 2,089 >
Pada umumnya petani ikan lele memulai 1 dan nilai IRR = ~ (tidak terhingga) >
usaha dengan modal sendiri yang dari tingkat bunga berlaku. Dari hasil
terbatas sehingga untuk memperluas kelayakan usaha menunjukkan usaha
usahanya mengalami kendala, untuk budidaya ikan lele dalam kolam terpal
meminjam modal tambahan di Bank layak untuk diusahakan lebih lanjut.
mereka belum memperoleh informasi 2. Hasil analisis sensitifitas terhadap
yang baik. Disisi lain pihak perbankkan kenaikan harga input dalam hal ini
juga kesulitan menyalurkan kredit ke pakan ikan meningkat 10%, diperoleh
usaha perikanan karena terkendala nilai NPV 12% sebesar Rp 87.611,919
persyaratan yang tidak bisa dipenuhi > 0, nilai B/C 12% = 1,86 > 1 dan nilai
petani ikan. Kredit khusus untuk usaha IRR = ~ (tidak terhingga) > dari tingkat
perikanan sebenarnya sudah disediakan bunga berlaku. Dari hasil analisis
pemerintah seperti: Kredit Usaha Rakyat sensitifitas menunjukkan walaupun ada
(KUR) dan Kredit Ketahanan Pangan kenaikan pakan sebesar 20% usaha
dan Energi (KKPE) akan tetapi tidak budidaya ikan dalam kolam terpal tetap
semua petani ikan mengetahui dan layak untuk diusahakan.
mampu mengakses kredit ini. 3. Permasalahan yang ada pada petani ikan
lele dalam kolam terpal adalah:
4. Sifat kanibal ikan lele mahalnya harga pakan ikan, rendahnya
Ikan lele bersifat kanibal terhadap harga jual ikan, terbatasnya modal
sesamanya sehingga mengakibatkan usaha, sifat kanibal dari ikan lele dan
pemangsaan. Untuk mengatasi ini biaya pergantian terpal yang dilakukan
perlunya penyuluhan kepada petani ikan setiap tahun.
untuk melakukan panen bertahap
sehingga terseleksi ikan-ikan yang sudah
besar untuk dipanen terlebih dahulu dan Daftar Pustaka
tidak memangsa ikan lainnya.
Badan Pusat Statistik. 2012. Banjarbaru
5. Biaya pergantian terpal setiap tahun dalam Angka. Banjarbaru in Figures.
Kendala dari budidaya ikan lele dalam BPS Kota Banjarbaru.
kolam terpal adalah pergantian terpal Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten
yang digunakan sehingga petani ikan Kota Banjarbaru, 2012. Laporan
harus mengeluarkan biaya investasi Tahunan Statistik Perikanan 2011.
setiap tahunnya. Untuk mengatasi Pemerintah Kota Banjarbaru. Dinas
masalah ini perlunya penyuluhan dalam Pertanian, Kehutanan dan Perikanan.
manajemen usaha sehingga petani ikan Banjarbaru.
menyisihkan penerimaan untuk biaya Dinas Perikanan dan Kelautan Kalimantan
penyusutan terpal dan pada akhir tahun Selatan. 2009. Laporan Kegiatan
dana tersebut sudah tersedia untuk Pengembangan Budidaya Pen Sistem
membeli terpal baru. di Waduk Riam Kanan. Pemerintah
Provinsi Kalimantan Selatan. Dinas
Perikanan dan Kelautan. Banjarbaru.
Kesimpulan Dinas Perikanan dan Kelautan Kalimantan
Selatan, 2011. Laporan Dinas
Dari hasil analisa terhadap data Perikanan dan Kelautan Provinsi
penelitian maka dapat diambil kesimpulan Kalimantan Selatan Tahun 2011.
sebagai berikut: Pemerintah Provinsi Kalimantan
1. Hasil analisis kelayakan usaha Selatan. Dinas Perikanan dan
diperoleh nilai NPV 12% sebesar Rp Kelautan. Banjarbaru.
Idiannor M, et al/EnviroScienteae 10 (2014) 9-17 17

Gittinger JP. 1982. Economic Analysis of


Agricultural Project. John Hopkins
University Press. Baltimore.
Husnan S. dan S Muhammad. 1984. Studi
Kelayakan Proyek. UPP AMP YKPN.
Yogyakarta.
Jones. 2004. Investment: Analysis and
Management. 9th Edition. John Wiley
& Sons Inc. USA.
Komarudin U. 2000. Betutu. Pemijahan
Secara Alami dan Induksi.
Pembesaran di Kolam, Karamba dan
Hampang. Penebar Swadaya. Jakarta.
Mulyono D. 2001. Budidaya Ikan Betutu.
Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Reilly FK. 1997. Investment, 51b Edition.
The Dryden Press, Harcourt Brace
Jonavolick College Publisher. USA
Saragih B. 2001. Agribisnis Paradigma
Baru Pembangunan Ekonomi
Berbasis Pertanian. Yayasan Mulia
Persada Indonesia dan PT. Surveyor
Indonesia. Bogor.
Sharpe WF, GJ Alexander and JV Bailey.
1999. Fundamental Of Investment.
Prentice Hall International Inc. New
Jersey.
Sudjana. 1992. Metode Statistika. Penerbit
Tarsito. Bandung
Umar H. 1997. Studi Kelayakan Bisnis.
Teknik Menganalisis Kelayakan
Rencana Bisnis Secara Komprehensif.
PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai