Anda di halaman 1dari 10

I.

PEMBAHASAN

A. Dasar Hukum, Pengertian Kewajiban, dan Dana Bergulir


1. Dasar Hukum
1.1 Dasar Hukum Akuntansi Kewajiban
Akuntansi kewajiban pemerintah diatur dalam peraturan pemerintah (PP) nomor 24
tahun 2005 dalam standar akuntansi pemerintahan pernyataan no. 09 (PSAP 09)
Akuntansi Kewajiban.
1.2 Dasar Hukum Akuntansi Dana Bergulir
Akuntansi dana bergulir seluruhnya diambil dari bulletin teknis nomor 07 yang disusun
oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP).
Penyusunan Buletin Teknis ini berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah dengan memperhatikan ketentuan
peraturan yang mengatur tentang dana bergulir, pembiayaan, penerimaan negara bukan
pajak (PNBP) antara lain :
1) Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak
2) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
3) Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
4) Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah
5) Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja dan Anggaran
Kementrian/lembaga
Buletin teknis dana bergulir ini menjadi pedoman bagi pemerintah pusat dan daerah
dalam melakukan akuntansi dan pelaporan dana bergulir. Buletin teknis ini juga dapat
dijadikan acuan bagi instansi pemerintah pusa dan daerah yang menerapkan
pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum (BLU/BLUD) dalam melakukan
akuntansi dan pelaporan untuk tujuan konsolidasi dengan laporan keuangan
negara/lembaga/pemerintah daerah.
2. Pengertian Kewajiban
Menurut PP nomor 24 tahun 2005 dalam Standar Akuntansi Pemerintahan pernyataan
no 09 (PSAP ), kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.
Karakteristik utama kewajiban adalah bahwa pemerintah mempunyai kewajiban
sampai saat ini yang dalam penyelesaiannya mengakibatkan pengorbanan sumber daya
ekonomi di masa yang akan datang. Kewajiban umumnya timbul karena pelaksanaan
tugas atau tanggung jawab untuk bertindak di masa lalu. Dalam konteks pemerintahan,
kewajiban muncul antara lain karena penggunaan sumber pembiayaan pinjaman dari
masyarakat, lembaga keuangan, entitas pemerintahan lain, atau lembaga internasional.
Kewajiban pemerintah juga terjadi karena perikatan dengan pegawai yang bekerja pada
pemerintahan, kewajiban kepada masyarakat luas yaitu kewajiban tunjangan,
kompensasi, ganti rugi, kelebihan setoran pajak dari wajib pajak, alokasi / realokasi.
Kewajiban pemerintah diklasifikasikan menjadi dua, yaitu kewajiban jangka pendek
dan kewajiban jangka panjang.

1
1) Kewajiban Jangka Pendek
Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban yang diharapkan dibayar dalam
waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Beberapa kewajiban jangka
pendek, seperti utang transfer pemerintah atau utang kepada pegawai merupakan suatu
bagian yang akan menyerap aset lancar dalam tahun pelaporan berikutnya. Kewajiban
jangka pendek lainnya yaitu bunga pinjaman, utang jangka pendek dari pihak ketiga,
utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK), dan bagian lancar utang jangka panjang.
2. Kewajiban Jangka Panjang
Kewajiban jangka panjang merupakan kewajiban yang jatuh tempo lebih dari 12 bulan.
Jika pada akhir periode akuntansi, pemerintah mempunyai utang jangka panjang, maka
pemerintah harus melakukan reklasifikasi kewajiban tersebut ke kewajiban jangka
pendek dan kewajiban jangka panjang.
Dalam hal terjadi kesulitan likuiditas pemerintah dapat melakukan restrukturisasi atau
pendanaan kembali terhadap utang-utangnya yang akan jatuh tempo.
Apabila hal ini terjadi, entitas pelaporan dapat memasukkan kewajiban jatuh temponya
dalam waktu 12 bulan setelah tanggal pelaporan ke dalam klasifikasi kewajiban jangka
panjang, jika:
 Jangka waktu aslinya adalah untuk periode lebih dari 12 (dua belas) bulan
 Entitas bermaksud untuk mendanai kembali (refinance) kewajiban tersebut atas
dasar jangka panjang
 Maksud tersebut didukung dengan adanya suatu perjanjian pendanaan kembali
(refinancing), atau adanya penjadwalan kembali terhadap pembayaran, yang
diselesaikan sebelum laporan keuangan disetujui.
3. Pengertian Dana Bergulir
Dana bergulir merupakan dana yang dipinjamkan untuk dikelola dan digulirkan kepada
masyarakat oleh pengguna Pengguna Anggaran atau Kuasa Pengguna Anggaran yang
bertujuan meningkatkan ekonomi rakyat dan tujuan lainnya. Adapun karakteristik dari
dana bergulir adalah sebagai berikut:
1) Dana tersebut merupakan bagian dari keuangan Negara/Daerah.
Dana bergulir dapat bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBN/APBD) dan luar
APBN/APBD misalnya dari masyarakat atau hibah dari luar negeri. Sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
dana bergulir yang berasal dari luar APBN, diakui sebagai kekayaan
negara/daerah jika dana itu diberikan dan/atau diterima atas nama
pemerintah/pemerintah daerah.
2) Dana tersebut dicantumkan dalam APBN/APBD dan/atau laporan keuangan.
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Pembendaharaan
Negara menyatakan semua pengeluaran negara/daerah dimasukkan dalam
APBN/APBD. Oleh sebab itu alokasi anggaran untuk dana bergulir harus
dimasukkan ke dalam APBN/APBD. Pencatuman alokasi anggaran untuk dana
bergulir dapat dicantumkan dalam APBN/APBD awal atau revisi

2
APBN/APBD.
3) Dana tersebut harus dikuasai, dimiliki, dan/atau dikendalikan oleh Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (PA/KPA).
Pengertiaan dikuasai dan/atau dimiliki mempunyai makna yang luas yaitu
PA/KPA mempunyai hak kepemilikan atau penguasaan atas dana bergulir,
sementara dikendalikan maksudnya adalah PA/KPA mempunyai kewenangan
dalam melakukan pembinaan, monitoring, pengawasan atau kegiatan lain
dalam rangka pemberdayaan dana bergulir.
4) Dana tersebut merupakan dana yang disalurkan kepada masyarakat ditagih
kembali dari masyarakat dengan atau tanpa nilai tambah, selanjutnya dana
disalurkan kembali kepada masyarakat/kelompok masyarakat demikian
seterusnya (bergulir).
5) Pemerintah dapat menarik kembali dana bergulir.
Dana yang digulirkan oleh pemerintah dapat ditagih oleh Kementrian Negara/
Lembaga baik untuk dihentikan pergulirannya atau akan digulirkan kembali
kepada masyarakat.
Penyaluran Dana Bergulir dilakukan oleh satuan kerja pemerintah
pusat / pemerintah daerah dengan mekanisme sebagai berikut:
1. Satuan kerja mendapat alokasi dana dari APBN/APBD yang tercantum dalam
dokumen pelaksanaan anggaran (DIPA/DPA).
2. Satuan kerja mengajukan pencairan dana kepada Bendahara Umum
Negara/Bendahara Umum Daerah (BUN/BUD).
3. Penyaluran dana bisa dilakukan melalui lembaga keuangan bank (LKB),
lembaga keuangan bukan bank (LKBB), koperasi, modal ventura dan lain-
lain. Lembaga-lembaga tersebut dapat berperan sebagai executing agency atau
chanelling agency sesuai dengan perjanjian yang dilakukan oleh satuan kerja
pemerintah dengan lembaga dimaksud. Jika berfungsi sebagai executing
agency, lembaga tersebut mempunyai tanggungjawab menyeleksi dan menetapkan
penerima dana bergulir, menyalurkan dan menagih kembali dana bergulir serta
menanggung resiko terhadap ketidaktertagihan dana bergulir. Jika berfungsi
sebagai chanelling agency, lembaga tersebut hanya menyalurkan dana bergulir
kepada penerima dana bergulir dan tidak mempunyai tanggungjawab
menetapkan penerima dana bergulir.
4. Dana yang disalurkan tersebut merupakan pinjaman yang
harus dikembalikan oleh peminjam (masyarakat) kepada satuan kerja baik melalui
lembaga lain atau langsung kepada satuan kerja pemerintah yang bersangkutan
5. Satuan kerja melakukan pengelolaan dana melakukan pengendalian penagihan
dana dari masyarakat, menyalurkan kembali dana tersebut kepada
masyarakat/kelompok masyarakat, melaporkan dan mempertanggungjawabkan
dana tersebut.

3
B. Pengakuan, Pengukuran, Pencatatan, Penyajian, dan Pengungkapan Kewajiban
1. Pengakuan Kewajiban
Pelaporan keuangan untuk tujuan umum harus menyajikan kewajiban yang diakui jika
besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya ekonomi akan dilakukan atau
telah dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sampai saat ini, dan
perubahan atas kewajiban tersebut mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur
dengan handal.
Kewajiban pemerintah diakui jika besar kemungkinan pengeluaran sumber daya
ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sampai saat ini, dan
kewajiban tersebut dapat diukur dengan andal.
Prasyarat peristiwa masa lalu sangat penting dalam pengakuan kewajiban. Peristiwa
tersebut menimbulkan suatu konsekuensi keuangan terhadap suatu entitas.
Peristiwa yang dimaksud mungkin dapat berupa suatu kejadian internal dalam entitas
seperti timbul kewajiban kepada pegawai organisasi pemerintah akibat pemerintah
belum membayar tunjangan pegawai, ataupun dapat berupa kejadian eksternal yang
melibatkan interaksi antara suatu entitas dengan lingkungannya seperti adanya
transaksi dengan entitas lain
Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima dan/atau pada saat kewajiban
timbul. Kewajiban dapat timbul dari:
1) Transaksi dengan pertukaran (exchange transactions).
2) Transaksi tanpa pertukaran (non-exchange transaction), sesuai hukum yang berlaku
dan kebijakan yang diterapkan belum lunas dibayar sampai dengan saat tanggal
pelaporan.
3) Kejadian yang berkaitan dengan pemerintah (government-related events).
4) Kejadian yang diakui pemerintah (government-acknowledged events).
Suatu transaksi dengan pertukaran timbul ketika masing-masing pihak dalam transaksi
tersebut mengorbankan dan menerima suatu nilai sebagai gantinya. Terdapat dua arus
timbal balik atas sumber daya atau janji untuk menyediakan sumber daya. Dalam
transaksi dengan pertukaran, kewajiban diakui ketika satu pihak menerima barang atau
jasa sebagai gantinya pemerintah berjanji untuk memberikan uang atau sumber daya
lain di masa depan.
Suatu transaksi tanpa pertukaran timbul ketika satu pihak dalam suatu transaksi
menerima nilai tanpa secara langsung memberikan atau menjanjikan nilai sebagai
gantinya. Hanya ada satu arah arus sumber daya atau janji. Untuk transaksi tanpa
pertukaran, kewajiban harus diakui atas jumlah terutang yang belum dibayar pada
tanggal pelaporan.
Beberapa jenis hibah dan program bantuan umum dan khusus kepada entitas pelaporan
lainnya merupakan transaksi tanpa pertukaran. Ketika pemerintah pusat membuat
program pemindahan kepemilikan atau memberikan hibah atau mengalokasikan
dananya ke pemerintah daerah, persyaratan pembayaran ditentukan oleh peraturan dan
hukum yang ada dan bukan melalui transaksi dengan pertukaran.
Terdapat kewajiban pemerintah yang timbul bukan didasarkan pada transaksi namun

4
berdasarkan adanya interaksi antara pemerintah dan lingkungannya. Kejadian tersebut
mungkin berada di luar kendali pemerintah. Pengakuan kewajiban yang timbul dari
kejadian tersebut sama dengan kewajiban yang timbul dari transaksi dengan
pertukaran.
2. Pengukuran dan Pencatatan Kewajiban
Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Kewajiban dalam mata uang asing dijabarkan
dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata uang asing menggunakan
kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca. Nilai nominal atas kewajiban
mencerminkan nilai kewajiban pemerintah pada saat pertama kali transaksi
berlangsung seperti nilai yang tertera pada lembar surat utang pemerintah. Penggunaan
nilai nominal dalam menilai kewajiban mengikuti karakteristik dari masing-masing pos
kewajiban pada laporan keuangan seperti:
1) Utang kepada Pihak Ketiga.
Terhadap barang/jasa yang telah diterima pemerintah dan belum dibayar, termasuk
barang dalam perjalanan yang telah menjadi haknya, pemerintah mengakui
kewajiban tersebut sebagai utang di neraca. Apabila dalam jumlah kewajiban
terdapat utang yang disebabkan adanya transaksi antar unit pemerintahan,
penyajiannya harus dipisahkan dari kewajiban kepada unit nonpemerintahan.
2) Utang Bunga.
Merupakan kewajiban suatu entitas pelaporan untuk melakukan pembayaran
kepada entitas lain sebagai akibat ketentuan perundang-undangan. Diakui dan
dinilai sesuai dengan peraturan yang berlaku.
3) Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK).
Utang bunga pinjaman pemerintah dicatat sebesar biaya bunga yang telah terjadi
dan belum dibayar. Bunga dimaksud dapat berasal dari utang pemerintah baik dari
dalam maupun luar negeri. Utang bunga pinjaman pemerintah yang belum dibayar
harus diakui pada setiap akhir periode pelaporan sebagai bagian dari kewajiban
jangka pendek.
Pengukuran dan penyajian utang bunga di atas juga berlaku untuk sekuritas
pemerintah yang diterbitkan pemerintah pusat dalam bentuk Surat Utang Negara
(SUN) dan yang diterbitkanoleh pemerintah daerah (provinsi, kota, dan kabupaten)
dalam bentuk dan substansi yang sama dengan SUN.
4) Bagian Lancar Utang Jangka Panjang.
Pada akhir periode pelaporan, saldo pungutan/potongan untuk PFK yang belum
disetorkan kepada yang berhak harus disajikan sebagai utang di neraca sebesar
jumlah yang masih harus disetorkan.
Jumlah pungutan/potongan PFK yang dilakukan pemerintah harus diserahkan
kepada pihak lain sejumlah yang sama dengan jumlah yang dipungut/dipotong.
Pada akhir periode pelaporan biasanya masih terdapat saldo pungutan/potongan
yang belum disetorkan kepada pihak lain. Jumlah saldo pungutan/potongan tersebut
harus disajikan di neraca sebesar jumlah yang masih harus disetorkan sebagai
utang PFK.

5
5) Kewajiban Lancar Lainnya.
Nilai yang dicantumkan dalam laporan keuangan untuk bagian lancar utang jangka
panjang adalah jumlah yang akan jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan
setelah tanggal pelaporan. Contohnya Pinjaman obligasi yang jatuh tempo tahun
yang akan datang sebesar Rp 1 Milyar disajikan sebesar nilai nominal.
6) Perubahan Valuta Asing
Utang pemerintah dalam mata uang asing dicatat dengan menggunakan kurs tengah
bank sentral saat terjadinya transaksi. Kurs tunai yang berlaku pada tanggal
transaksi sering disebut kurs spot (spot rate). Untuk alasan praktis, suatu kurs yang
mendekati kurs tanggal transaksi sering digunakan, misalnya rata-rata kurs tengah
bank sentral selama seminggu atau sebulan digunakan untuk seluruh transaksi pada
periode tersebut. Namun, jika kurs berfluktuasi secara signifikan penggunaan kurs
rata-rata untuk suatu periode tidak dapat diandalkan.
Pada setiap tanggal neraca pos kewajiban moneter dalam mata uang asing
dilaporkan ke dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tengah bank
sentral pada tanggal neraca. Selisih penjabaran pos kewajiban moneter dalam mata
uang asing antara tanggal transaksi dan tanggal neraca dicatat sebagai kenaikan atau
penurunan ekuitas dana periode berjalan. Konsekuensi atas pencatatan dan
pelaporan kewajiban dalam mata uang asing akan mempengaruhi pos pada Neraca
untuk kewajiban yang berhubungan dan ekuitas dana pada entitas pelaporan.
Apabila suatu transaksi dalam mata uang asing timbul dan diselesaikan dalam
periode yang sama, maka seluruh selisih kurs tersebut diakui pada periode tersebut.
Namun jika timbul dan diselesaikannya suatu transaksi berada dalam beberapa
periode akuntansi yang berbeda, maka selisih kurs harus diakui untuk setiap periode
akuntansi dengan memperhitungkan perubahan kurs untuk masing-masing periode.
3. Penyajian dan Pengungkapan Kewajiban
Utang pemerintah harus diungkapkan secara rinci dalam bentuk daftar skedul utang
untuk memberikan informasi yang lebih baik kepada pemakainya. Untuk
meningkatkan kegunaan analisis, informasi-informasi yang harus disajikan dalam
Catatan atas Laporan Keuangan adalah:
1) Jumlah saldo kewajiban jangka pendek dan jangka panjang yang diklasifikasikan
berdasarkan pemberi pinjaman.
2) Jumlah saldo kewajiban berupa utang pemerintahan berdasarkan jenis sekuritas
utang pemerintah dan jatuh temponya.
3) Bunga pinjaman yang terutang pada periode berjalan dan tingkat bunga yang
berlaku.
4) Konsekuensi dilakukannya penyelesaian kewajiban sebelum jatuh tempo.
5) Perjanjian restrukturisasi utang meliputi:
a. Pengurangan pinjaman.
b. Modifikasi persyaratan utang.
c. Pengurangan tingkat bunga pinjaman.
d. Pengunduran jatuh tempo pinjaman.

6
e. Pengurangan nilai jatuh tempo pinjaman.
f. Pengurangan jumlah jatuh bunga terutang sampai dengan periode pelaporan.
6) Jumlah tunggakan pinjaman yang disajikan dalam bentuk daftar umur utang
berdasarkan kreditur.
7) Biaya pinjaman:
a. Perlakuan biaya pinjaman.
b. Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi pada periode yang bersangkutan.
c. Tingkat kapitalisasi yang dipergunakan.

C. Pengakuan, Pengukuran, Pencatatan, Penyajian, dan Pengungkapan Dana Bergulir


1. Pengakuan Dana Bergulir
Pengeluaran dana bergulir diakui sebagai Pengeluaran Pembiayaan yang disajikan
dalam Laporan Realisasi Anggaran maupun Laporan Arus Kas. Pengeluaran
Pembiayaan tersebut dicatat sebesar jumlah kas yang dikeluarkan dalam rangka
perolehan dana bergulir.
2. Pencatatan Dana Bergulir
1) Akuntansi Anggaran Dana Bergulir
Akuntansi anggaran hanya terdapat pada sistem akuntansi instansi yang dilaksanakan
oleh PA/KPA, meliputi akuntansi anggaran pendapatan, belanja, penerimaan
pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. Adapun jurnal untuk akuntansi anggaran
adalah :
Estimasi Pendapatan Rp xxx
Hutang Kepada KUN/BUD Rp xxx
(untuk mencatat alokasi anggaran pendapatan)
Piutang Kepada KUN/BUD Rp xxx
Allotment Belanja Rp xxx
(untuk mencatat alokasi anggaraan pengeluaran belanja)
Estimasi Penerimaan Pembiayaan Rp xxx
Hutang kepada KUN/BUD Rp xxx
(untuk mencatat alokasi anggaran pengeluaran pembiayaan)
Adapun akuntansi untuk mencatat alokasi anggaran untuk pengeluaran dana bergulir
adalah sebagai berikut :
Piutang kepada KUN/BUD Rp xxx
Allotment Pengeluaran Pembiayaan-Dana Bergulir Rp xxx
(untuk mencatat alokasi anggaran pengeluaran dana bergulir)
2) Akuntansi Realisasi Pengeluaran Anggaran dari APBN/APBD
Adapun jurnal untuk mencatat realisasi pengeluaran dana bergulir adalah sebagai
berikut :
Pengeluaran Pembiayaan-Dana Bergulir Rp xxx
Piutang kepada KUN/BUD Rp xxx
(untuk mencatat realisasi pengeluaran untuk dana bergulir)

7
Dana bergulir Rp xxx
Diinvestasikan Dalam Investasi Jangka Panjang Rp xxx
(untuk mencatat realisasi perolehan Dana bergulir)
Pengeluaran Pembiayaan-Dana Bergulir Rp xxx
Kas di Kas negara/Kas Daerah Rp xxx
(untuk mencatat pengeluaran untuk Dana Bergulir dari rekening kas Umum
negara/kas daerah)
3) Akuntansi dan Pelaporan Penagihan Dana Bergulir
Hutang kepada BUN/BUD Rp xxx
Penerimaan pembiayaan-dana bergulir Rp xxx
(untuk mencatat penyetoran pokok dana bergulir)
Kas di BLU/BLUD Rp xxx
Penerimaan Pembiayaan-Dana Bergulir Rp xxx
(untuk mencatat penerimaan tagihan pokok Dana Bergulir)
Hutang kepada KUN/BUD Rp xxx
Pendapatan Rp xxx
(untuk mencatat penerimaan pendapatan dari dana bergulir)
Kas di BLU Rp xxx
Ekuitas Dana Lancar Rp xxx
(untuk mencatat penerimaan kas dari pendapatan)
Kas di BLU/BLUD Rp xxx
Pendapatan Rp xxx
(untuk mencatat penerimaan pendapatan dari Dana Bergulir)
4) Akuntansi Pengguliran Kembali dana Bergulir
Pengeluaran Pembiayaan-Dana Bergulir Rp xxx
Piutang dari KUN Rp xxx
(untuk mencatat pengeluaran dana bergulir)
Ekuitas Dana Lancar Rp xxx
Kas di BLU Rp xxx
(untuk mencatat pengeluaran dana bergulir)
Dana Bergulir Rp xxx
Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang Rp xxx
(untuk mencatat pengeluaran dana bergulir)
Pengeluaran Pembiayaan-Dana Bergulir Rp xxx
Kas di BLU/BLUD Rp xxx
(untuk mencatat pengeluaran dana bergulir di Sistem Akuntansi Kas Umum
Negara/Kas Daerah)
3. Penyajian Dana Bergulir
Dana bergulir disajikan di Neraca sebagai Investasi Jangka Panjang-Investasi non
Permanen-Dana Bergulir. Pada saat perolehan dana bergulir, dana bergulir dicatat
sebesar harga perolehan dana bergulir, tetapi secara periodik, Kementerian
Negara/Lembaga/Pemerintah Daerah harus melakukan penyesuaian terhadap Dana

8
Bergulir sehingga nilai dana Bergulir yang tercatat di neraca menggambarkan nilai
bersih yang dapat direalisasikan.
Penyajian dana bergulir di neraca berdasarkan nilai yang dapat direalisasikan
dilaksanakan dengan mengurangkan perkiraan dana Bergulir Diragukan Tertagih dari
dana bergulir yang dicatata sebesar harga perolehan, ditambah dengan perguliran dana
yang berasal dari pendapatan dana bergulir. Dana Bergulir Diragukan Tertagih
merupakan jumlah dana bergulir yang tidak dapat tertagih dan dana bergulir yang
diragukan tertagih. Dana bergulir dapat dihapuskan jika Dana Bergulir tersebut benar-
benar sudah tidak tertagih dan penghapusannya mengikuti ketentuan yang berlaku.
Akun lawan dari dana Bergulir Diragukan Tertagih adalah Diinvestasikan dalam
Investasi Jangka Panjang.
4. Pengungkapan Dana Bergulir
Disamping mencantumkan pengeluaran dana bergulir sebagai pengeluaran pembiayaan
di laporan realisasi anggaran dan laporan arus kas, dan dana bergulir di Neraca, perlu
diungkapkan informasi lain dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) antara lain:
1) Dasar penilaian dana bergulir.
2) Jumlah dana bergulir yang tidak tertagih dan penyebabnya.
3) Besarnya suku bunga yang dikenakan.
4) Saldo awal dana bergulir.
5) Penambahan/pengurangan dana bergulir dan saldo akhir dana bergulir.
6) Informasi tentang jatuh tempo dana bergulir berdasarkan umur dana bergulir.
Untuk memudahkan pengguna laporan keuangan, pengungkapan pada CaLK dapat
disajikan dengan narasi, bagan, grafik, daftar, atau bentuk lain yang lazim.

9
II. KESIMPULAN

Kewajiban merupakan utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah. Kewajiban jangka pendek
adalah kewajiban-kewajiban yang penyelesaianya harus menggunakan aktifa lancar atau
pembentukan kewajiban lancar lainya. Sedangkan kewajiban jangka panjang adalah semua
kewajiban perusahaan yang jatuh temponya lebih dari satu periode akuntansi, yang akan
dilunasi dengan menggunakan sumber-sumber yang bukan digolongkan sebagai aktiva lancar.
Utang jangka panjang ini, umumnya dibutuhkan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan
dana dalam merealisasikan rencana-rencana strategis perusahaan.
Dalam rangka penyediaan dana bagi usaha mikro, kecil, menengah, koperasi, dan sektor
lainnya pemerintah sejak tahun 2000 mulai menyalurkan dana bergulir melalui Kementrian
Negara Koperasi dan UKM, yang kemudian berkembang dan tersebar di beberapa kementrian
negara/lembaga. Agar pelaporan pengelolaan dana bergulir sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan maka perlu dirumuskan karakteristik dana bergulir yaitu Dana tersebut
merupakan bagian dari keuangan Negara/Daerah, Dana tersebut dicantumkan dalam
APBN/APBD dan/atau laporan keuangan, Dana tersebut harus dikuasai, dimiliki, dan/atau
dikendalikan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (PA/KPA), Dana tersebut
merupakan dana yang disalurkan kepada masyarakat ditagih kembali dari masyarakat dengan
atau tanpa nilai tambah, selanjutnya dana disalurkan kembali kepada masyarakat/kelompok
masyarakat demikian seterusnya (bergulir), dan Pemerintah dapat menarik kembali dana
bergulir. Alokasi anggaran untuk dana bergulir, sesuai dengan PP 24 Tahun 2005 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan dimasukkan sebagai Pengeluaran Pembiayaan dan aset yang
diperoleh dari Pengeluaran Pembiayaan tersebut berupa dana bergulir merupakan bagian dari
Investasi Jangka Panjang Non Permanen. Penagihan Kembali dana bergulir dimasukkan
sebagai Penerimaan Pembiayaan.

10

Anda mungkin juga menyukai