PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Carpal Tunnel syndrome adalah sindroma dengan gejala kesemutan dan rasa nyeri
pada pergelangan tangan terutama tiga jari utama yaitu ibu jari telunjuk dan jari tengah
sebagai akibat adanya tekanan pada syaraf medianus dan terowongan carpal yang
letaknya di pergelangan tangan.Carpal Tunnnel Syndrome atau syndroma leri adalah
sindroma akibat terperangkap dan kompresi nervus medianus diantara ligamentum
karpalis dan struktur dalam “tunnnel carpal”.
Syaraf di lengan kita ada 3 jenis yaitu radialis dan letaknya dibagian atas, medianus
ditengah dan ulnaris berada dibawah, syaraf medianus spesifik karena secara anatomis
berada dibagian tengah lengan, melewati terowongan (tunnel) didaerah karpal di telapak
tangan, kemudian menuju kearah jari tangan. CTS Akan terjadi karena syaraf medianus
terjepit di terowongan karpal.
Tulang tulang karpalia membentuk dasar dan sisi sisi terowongan yang keras dan
kaku sedangkan atapnya dibentuk oleh fleksor retinakulum (transverse carpal ligament
dan palmar carpal ligament ) yang kuat dan melengkung diatas tulang tulang karpalia
tersebut.
2. Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini ditujukan untuk mempelajari carpal tunnel yang
berlandaskan teori. Hal ini dapat mengoptimilisasi kemampuan dan pelayanan dalam
merawat pasien yang menderita carpal tunnel.
3. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik
senior Departemen Neurologi Rumah Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dan
meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai penyakit carpal tunnel.
.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Carpal Tunnel Syndrome merupakan kompleks gejala yang disebabkan oleh penekanan
nervus medianus diterowongan karpal, dengan nyeri dan rasa terbakar atau paraestesia yang
menggelitik di jari-jari dan tangan, terkadang meluas ke siku (dorland, 2002).
Sindrom terowongan karpal adalah nyeri akibat penekanan saraf medianus didalam
terowongan karpal. Penekanan biasanya disebabkan oleh penebalan ligamentum karpal,
tempat saraf medianus terjepit diselubung tendon sewaktu saraf tersebut lewat dibawah
ligamentum transverses.
Penebalan sering terjadi akibat stress atau trauma kronik pada suatu struktur struktur
pergelangan tangan atau malposisi pergelangan tangan. Setiap aktivitas yang melibatkan
gerakan tangan menekuk atau memutar berulang ulang, misalnya mengemudi, merajut, atau
mengetik, dapat menimbulkan peradangan kronik ligamentum karpal. Pemakaian berlebihan
keyboard computer di tempat kerja telah meningkat insidens sindroma ini. Insidens tertinggi
dijumpai pada wanita berusia 30 sampai 60 tahun (Bara J. Gruendemann, 2006).
Neuropraksia dari saraf medianus akibat kompresi didalam kanalis. Pasien datang dengan
nyeri dan mati rasa dalam distribusi saraf medianus, sering menjalar ke leher dan bahu; tanda
tinel positif diatas saraf medianus pada pergelangan tangan, dan gejala gejala yang meningkat
dengan fleksi pergelangan tangan secara paksa. Penelitian kondisi saraf dapat membantu
diagnosis (schawartz, 2000)
2.2. Etiologi
CTS juga mempunyai etiologi, antara lain:
1. Herediter: neuropati herediter yang cenderung menjadi pressure palsy.
2. Trauma: dislokasi, fraktur atau hematom pada lengan bawah,
pergelangan tangan dan tangan.
3. Infeksi: tenosinovitis, tuberkulosis, dan sarkoidosis.
4. Metabolik: amiloidosis, gout.
5. Endokrin: akromegali, terapi estrogen atau androgen, diabetes
mellitus, hipotiroidisme, kehamilan.
6. Neoplasma: kista ganglion, lipoma, infiltrasi metastase, myeloma.
7. Penyakit kolagen vascular: artritis reumatoid, polimialgia reumatika,
skleroderma, lupus eritematosus sistemik.
8. Degeneratif: osteoartritis.
9. Iatrogenik: pungsi arteri radialis, pemasangan shunt vaskular untuk
dialisis, hematoma, komplikasi dan terapi anti koagulan
10. Penggunaan tangan atau pergelangan tangan yang berlebihan dan repetitif
diduga berhubungan dengan sindroma ini. (Gilroy, 2000, Barnardo,2004,
Rambe, 2004, Davis,2005).
Sedangkan menurut Arroori,2008 etiologi CTS adalah sbb.
.
Ada beberapa hipotesa mengenai patogenesis dari CTS. Sebagian besar penulis berpendapat
bahwa faktor mekanik dan vaskular memegang peranan penting dalam terjadinya CTS.
Umumnya CTS terjadi secara kronis dimana terjadi penebalan fleksor retinakulum yang
menyebabkan tekanan terhadap nervus medianus. Tekanan yang berulang-ulang dan lama
akan mengakibatkan peninggian tekanan intrafasikuler. Akibatnya aliran darah vena
intrafasikuler melambat. Kongesti yang terjadi ini akan mengganggu nutrisi intrafasikuler
lalu diikuti oleh anoksia yang akan merusak endotel. Kerusakan endotel ini akan
mengakibatkan kebocoran protein sehingga terjadi edema epineural. Hipotesa ini
menerangkan bagaimana keluhan nyeri dan sembab yang timbul terutama pada malam atau
pagi hari akan berkurang setelah tangan yang terlibat digerakgerakkan atau diurut, mungkin
akibat terjadinya perbaikan sementara pada aliran darah. Apabila kondisi ini terus berlanjut
akan terjadi fibrosis epineural yang merusak serabut saraf. Lama-kelamaan safar menjadi
atrofi dan digantikan oleh jaringan ikat yang mengakibatkan fungsi nervus medianus
terganggu secara menyeluruh (Moeliono, 1993, Davis,2005). Selain akibat adanya penekanan
yang melebihi tekanan perfusi kapiler akan menyebabkan gangguan mikrosirkulasi dan
timbul iskemik saraf. Keadaan iskemik ini diperberat lagi oleh peninggian tekanan
intrafasikuler yang menyebabkan berlanjutnya gangguan aliran darah. Selanjutnya terjadi
vasodilatasi yang menyebabkan edema sehingga sawar darah-saraf terganggu yang berkibat
terjadi kerusakan pada saraf tersebut (Moeliono, 1993, Barnardo,2004). Penelitian yang telah
dilakukan Kouyoumdjian (2000) menyatakan CTS terjadi karena kompresi saraf median di
bawah ligamentum karpal transversal berhubungan dengan naiknya berat badan dan IMT.
IMT yang rendah merupakan kondisi kesehatan yang baik untuk proteksi fungsi nervus
medianus (Werner,2004). Pekerja dengan IMT minimal ≥25 lebih mungkin untuk terkena
CTS dibandingkan dengan pekerjaan yang mempunyai berat badan ramping (Atroshi,1999) .
American Obesity Association menemukan bahwa 70% dari 10 penderita CTS memiliki
kelebihan berat badan (Astroshi,1999). Setiap peningkatan nilai IMT 8% resiko CTS
meningkat (Nordstrom,1997).
2.3. Patofisiologi
Pergelangan tangan mempunyai struktur anatomi yang rumit dan aktif. Carpal Tunnel yang
mirip terowongan berada di pergelangan tangan, dibentuk 8 tulang carpal dan fleksor
retinaculum atau ligamentum carpal transversalis. Di dalam tunnel (terowongan) ini lewat
atau tersusun secara rapat fleksor digitorum profunda dan superficialis, fleksor ligitorum dan
nervus medianus.
Carpal tunnel adalah terowongan sempit di daerah pergelangan tangan yang dibentuk di
sebelah dasarnya oleh tulang-tulang karpal dengan jaringan ikat (ligamen) intrinsik dan
ekstrinsik yang membungkusnya, sedangkan atap terowongan dibentuk oleh jaringan ikat
kuat yang dikenal sebagai ligamentum karpi transversum. Terowongan ini dilalui oleh saraf
(nervus) medianus, serta beberapa urat (tendo) dari otot-otot lengan bawah yang menuju ke
tangan. Urat-urat ini dikenal sebagai tendo fleksor polisis longus (1 buah), tendo fleksor
digitorum superfisialis (4 buah) dan tendo fleksor digitorum profundus (4 buah). Nervus
medianus dalam terowongan terletak superfisial atau lebih dipermukaan dari pada tendo dari
otot-otot. Dengan demikian, nervus medianus akan terletak langsung di bawah ligamentum
karpi transversum. 10 Terjadinya sindrom ini bertumpu pada perubahan patologis yang
diakibatkan oleh adanya iritasi secara terus menerus pada nervus medianus di daerah
pergelangan tangan. Banyak faktor yang dapat mengawali timbulnya sindrom ini, baik
sistemik maupun lokal, namun khusus bagi para pemakai komputer, faktor iritasi lokal
terhadap nervus medianus inilah yang tampaknya perlu mendapat perhatian lebih banyak.
Bila kedudukan antara telapak tangan terhadap lengan bawah bertahan secara tidak fisiologis
untuk waktu yang cukup lama, maka gerakan-gerakan tangan akan mengakibatkan tepi
ligamentum karpi transversum bersentuhan dengan saraf medianus secara berlebihan. Hal
lain yang dapat terjadi, ada bagian persendian tangan yang mengalami tekanan atau regangan
yang berlebih dan sebagai mekanisme kompensasi, tubuh berusaha memperkuat bagian yang
mendapat beban tidak fisiologis ini antara lain dengan mempertebal ligamentum karpi
transversum. Penebalan ini akan mempersempit terowongan tempat lalunya saraf dan urat,
dan lebih berat lagi akan menjepit saraf. Pada operasi, tak jarang dijumpai perubahan struktur
pada nervus medianus di daerah proximal dari tepi atas ligamentum karpi ransversum, tanpa
diikuti oleh penebalan ligamentumnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua
penyebab di atas dapat berjalan secara terpisah ataupun bersamaan. Nervus medianus sendiri
mulai dari daerah pergelangan tangan, 94% merupakan serabut perasa / sensoris, sedangkan
6% merupakan serabut motoris yang ke arah ibu jari. Dengan demikian, pada awalnya gejala
lebih banyak ditandai dengan kejadian parestesia (seperti kesemutan, rasa terbakar), sampai
ke hipoanestesia (baal-baal sampai hilangnya rasa raba). Bila sudah ada gejala motorik (otot
pangkal ibu jari tangan mulai mengecil, kekuatan berkurang), maka iritasi kemungkinan
sudah berlangsung sejak lama.
Rasa nyeri ini umumnya agak berkurang bila penderita memijat atau menggerak-
gerakkan tangannya atau dengan meletakkan tangannya pada posisi yang lebih tinggi. Nyeri
juga akan berkurang bila penderita lebih banyak mengistirahatkan tangannya (Rambe, 2004,
Barnardo,2004, Davis,2005, Aroori,2008).
Apabila tidak segera ditagani dengan baik maka jari-jari menjadi kurang terampil
misalnya saat memungut benda-benda kecil. Kelemahan pada tangan juga sering dinyatakan
dengan keluhan adanya kesulitan yang penderita sewaktu menggenggam. Pada tahap lanjut
dapat dijumpai atrofi otot-otot thenar (oppones pollicis dan abductor pollicis brevis).dan otot-
otot lainya yang diinervasi oleh nervus medianus (Moeliono, 1993, Davis,2005)) Gejala
klinis CTS menurut Grafton(2009) adalah sebagai berikut:
1. Mati rasa, rasa terbakar, atau kesemutan di jari-jari dan telapak tangan.
2. Nyeri di telapak, pergelangan tangan, atau lengan bawah,
khususnya selama penggunaan.
3. Penurunan cengkeraman kekuatan.
4. Kelemahan dalam ibu jari
5. Sensasi jari bengkak, ( ada atau tidak terlihat bengkak)
6. Kesulitan membedakan antara panas dan dingin.
Diagnosa CTS ditegakkan selain berdasarkan gejala-klinis seperti di atas dan perkuat dengan
pemeriksaan yaitu :
1. Pemeriksaan fisik
2.7. Penatalaksanaan
KESIMPULAN
Carpal Tunnel Syndrome merupakan kompleks gejala yang disebabkan oleh penekanan
nervus medianus diterowongan karpal, dengan nyeri dan rasa terbakar atau paraestesia yang
menggelitik di jari-jari dan tangan, terkadang meluas ke siku.
Sebagian kasus STK tidak diketahui penyebabnya sedangkan pada kasus yang diketahui,
penyebab sangat bervariasi. Kebanyakan mempunyai hubungan yang erat dengan
penggunaan tangan secara repetitive dan berlebihan. gejala gejal yang diraasakan biasanya
bertambah berat pada malam hari dan berkurang bila pergelangan tangan digerak gerakan
atau dipijat, gejala motorik hanya dijumpai pada penderita STK yang sudah berlangsung
lama, begitu pula dengan atrofi otot otot thenar. Penatalaksanaan diharapkan agar
prognosisnya baik, namun demikian sekalipun prognosisnya baik kemungkinan kambuh
masih tetap ada.
2. Bagi dokter umum, mampu mendiagnosa dengan benar dan memberikan treatment
yang tepat dan efektif.
DAFTAR PUSTAKA