Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dinamika ketatanegaraan suatu negara dipengaruhi oleh beberapa hal.
Hal- hal itu antara lain adalah situasi politik tertentu yang mendorong
pemerintahnya untuk menyimpang dari Undang- Undang Dasar yang telah
ditetapkan. Selain itu, perubahan nilai dalam negara juga dapat
mempengaruhi dinamika ketatanegaraan karena nilai yang terdapat dalam
Undang- Undang Dasar negara itu sudah tidak lagi memadai.
Pembahasan mengenai perkembangan dan pelaksanaan
ketatanegaraan Republik Indonesia akan kita fokuskan pada sumber pokok
berdirinya negara, yaitu konstitusi. Konstitusi atau hukum dasar terdiri dari
hukum dasar tertulis (UUD 1945) dan hukum dasar tidak tertulis (konvensi).
Undang- Undang Dasar 1945 dalam gerak pelaksanaanya, sejak
ditetapkan oleh PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada
tanggal 18 Agustus 1945, banyak mengalami pasang surut.

B. Rumusan Masalah
1. Pada Tanggal Berapa pemerintah belanbtara jepag melantik badan
penyelidian usaaha pe Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) ?
2. Apa saja 3 buah pokok persetujuan dalam konferensi ?
3. Jelaskan secara rinci tentang penyusunan UUD 1945 !
4.
BAB II
PEMBAHASAN

Sejak proklamasi 17 Agustus 1945 hingga sekarang di Indonesia telah


berlaku tiga macam undang-undang dasar dalam bererpa periode, yaitu ;

A. Periode 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949 (masa kemerdekaan);


Saat Republik Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus
1945, republik yang baru ini belum mempunyai undang-undang dasar. Baru
sehari kemudian pada tanggal 18 agustus 1945 oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) disahkan Undang-undang Dasar 1945 (UUD
1945) sebagai Undang-undang Dasar Republik Indonesia
a. Penyusunan Undang-undang Dasar 1945.
Pada tanggal 28 mei 1945, pemerintah balatentara Jepang melantik
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Pembentukan Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia ini
adalah sehubungan dengan janji dari pemerintah Jepang yang diucapkan oleh
Perdana Menteri Jepang Koiso di depan Dewan Perwakilan Rakyat Jepang,
yang akan memberikan Kemerdekaan kepeda Indonesia di kemudian hari.86)
Janji tersebut maksudnya agar bangsa Indonesia membantu balatentara jepang
terus terpukul mundur dimana oleh tentara sekutu. Badan Penyelidik Usaha-
Usaha persiapan kemerdekaan Indonesia ini beranggota 62 orang dengan Dr.
K.R.T. Radjiman sebagai ketua dan R.P. Saroso Sebagai Wakil Ketua. Sidang
Badan Penyelidik Usaha-Usaha Kemerdekaan Indonesia ini dapat dibagi
dalam dua masa yaitu masa sidang pertama dari tanggal 29 mei 1945 sampai
1 juni 1945 dan masa siding kedua dari tanggal 10 juli 1945 ampai 17 juli
1945. Walaupun maksud pendirinan badan ini hanya untuk menyelidiki
usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia, sesuai dengan janji
pemerintah balatentara jepang, namun apa yang dihasilkan kemudian oleh
badan ini jauh dari sekedar mengadakan penyeledikan, karena badan itu
melakukan tugasnya sampai kepada penyusunan suatu Rancangan Undang-
undang Dasar. Karena itu pada masa sidang pertama badan itu telah
membicarakan tentang philosofische grondslag, dasar falsafah dari Indonesia
merdeka, dan dalam rangka itu pada tanggal 29 Mei 1945 dan 1 Juni 1945
Mr. Moh. Yamin dan Ir. Soekarno telah mengucapkan pidatonya. Kedua
pidato tersebut memuat dasar-dasar bagi Indonesia merdeka. Baru kemudian
pada masa sidang kedua, pembicaraan tentang Rancangan Undang-undang
Dasar benar-benar dilaksanakan dan dibentuklah suatu panitia yang diberi
nama Panitia Hukum Dasr dengan anggota terdiri dari 19 orang termasuk
ketuanya Ir. Soekarno. Panitia ini kemudian membentuk Panitia kecil yang
terdiri dari Prof. Mr. Soepomo, Mr. Wongsonegoro, R. Soekardjo, Mr. A.
Maramis, Mr. R. Pandji Singgih, H.A Salim dan Dr. Sukiman, sedangkan
ketuanya diangkat Prof. Mr. Dr. Soepomo. Pada tanggal 13 Juli 1945 Panitia
Kecil telah menyelesaikan tugasnya, dan memberikan Laporan kepada Penitia
Hukum Dasar. Setelah beberapa kali sidang, badan penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia menyetujui hasil panitia tersebut sebagai
rancangan undang-undang dasar pada tanggal 16 Juli 1945.
b. Lahirnya Undang-undang Dasar 1945.
Dengan selesainya tugas Badan Penyeleidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia, maka oleh pemerintah Balatentara Jepeng
dibentuklah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Tugas panitia
ini mempersiapkan segala sesuatunya sehubungan dengan kemerdekaan
Indonesia. Panitia ini terdiri dari 21 orang anggota termasuk seorang ketua
dan wakil ketua masing-masing Ir. Soekarno dan Drs. Mohamad Hatta.
Menurut rencananya Panitia ini akan memulai bekerja pada tanggal 9 agustus
1945, dan diharapkan pada tanggal 24 agustus 1945 hasil kerja panitia ini
dapat disahkan oleh pemerintah Jepang. Rencana tersebut ternyata tidak dapat
berjalan, karena sebelum panitia tersebut menjalankan tugasnya, pada tanggal
6 agustus 1945 sekutu menjatuhkan bom atom di Hirosima, dan pada tanggal
9 agustus di Nagasaki. Akibatnya Jepang menyerah kepada sekutu. Akibat
dari hal tersebut di atas, maka panitia persiapan kemerdekaan Indonesia yang
semula beranggota 21 orang ditambah menjadi 26 orang, dan tidak dapat lagi
dikaitkan dengan pemerintah balatentara jepang, karena sebelum panitia
tersebut bekerja jepang telah menyerah kepada sekutu, dan panitia yang baru
ini sudah ditambah dengan 5 orang. Panitia persiapan kemerdekaan Indonesia
kemudian dibentuk oleh bangsa Indonesia sehari setelah proklamasi
kemerdekaan yaitu pada tanggal 18 agustus 1945 mengesahkan Undang-
undang Dasar 1945. Apabila diperhatikan hasil panitia Hukum Dasar yang
diterima oleh Badan Pneyelidik Usaha kemerdekaan Indonesia banyak yang
diterima oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia dan khusus mengenai
pembukaan Undang-undang Dasar 1945 perlu diperhatikan apa yang
dicetuskan oleh 9 orang tokoh bangsa Indonesia pada tanggal 22 juni 1945 di
Jakarta, yang dinamakan Piagam Jakarta. Piagam ini memuat pokok-pokok
pikiran tentang Negara Indonesia merdeka. Setelah dihilangkan 7 kata-kata
dalam piagam Jakarta tersebut, maka seluruh isinya dijadikan pembukaan
Undang-Undang Dasr 1945.
c. Kesahan Undang-undang Dasar 1945.
Seperti yang telah dijelaskan bahwa Undang-undang Dasar 1945
disusun oleh Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia yang
kemudian dilanjutkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Jelas
bahwa kedua badan tersebut bukan konstituante atau badan yang dapat
disamakan dengan itu seperti Majelis Permusyawaratan Rakyat hasil
pemelihan umum. Karena itu timbul pertanyaan apakah Undang-undang
Dasar 1945tersebut sah? Prof. Ismail Sunny dalam bukunya “pergeseran
kekuasaan Eksekutif” menyebutkan bahwa kesahan undang-undang Dasar
1945 harus dipertimbangakan dengan menunjuk kepada berhasilnya revolusi
Indonesia. Jadi karena revolusi Indonesia berhasil maka apa yang dihasilkan
oleh revolusi itu “Undang-undang Dasar 1945” adalah sah. Pendapat tersebut
didasarkan kepada pendapat Hans Kelsen dalam bukunya “Genaral Theory of
Law and State” yang menyatakan bahwa jika suatu revolusi rakyat, atau suatu
republik dirobah bentuknya menjadi kerajaan coup d’etat seorang presiden,
dan jika pemerintah baru itu sanggup mempertahankan Konstitusi baru dalam
suatu cara yang efektif, maka menurut Hukum Internasional Pemerintah dan
Konstitusi ini adalah pemerintah yang sah dan konstitusi yang berlaku bagi
Negara itu. Hampir sama dengan pendapat Hans Kelsen tersebut, Ivor
Jennings dalam bukunya “the law and the constitution”menyatakan, bahwa
revolusi yang berhasil menciptakan konstitusi baru. Meskipun timbulnya
revolusi itu menyalahi hukum yang berlaku pada waktu itu, namun jika
revolusi itu dapat mempertahankan kekuasaannya, kekuasaan itu diakui oleh
ilmu hokum sebagai sesuatu yang sah. Dilihat dari sudut bahwa apa yang
dihasilkan oleh revolusi Indonesia adalah merobah ketentuan hokum yang
berlaku pada waktu itu, maka ada baiknya kalau di bawah ini diuraikan pule
pendapat dari Jellinek tentang perubahan Undang-undang Dasar. Jellinek
membedakan perubahan Undang-undang Dasar dalam dua hal,
yaituVerfassungsanderung dan verfassung swandlung. Verfassungsanderung
adalah perubahan Undang-undang Dasar yang dilakuakn dengan sengaja
sesuai dengan apa yang ditentukan dalam undang-undang dasar yang
bersangkutan. Verfassungswandlung adalah perubahan Undang-undang Dasar
dengan cara yang tidak disebutkan oleh Undang-undang Dasar tersebut, tetapi
melalui cara-cara istimewa, seperti revolusi, coup d’etat, convention, dan
sebagainya. Perubahan ketatanegaraan yang terjadi dengan meletusnya
revolusi Indonesia, sewaktu kekuasaan Jepang telah runtuh dan kekuasaan
belanda belum pulih kembali, maka yang terjadi pada waktu itu adalah
kekosongan hokum, dan perubahan tersebut tidak ditetapkan dalam ketentuan
yang ada, sehingga dengan demikian perubahan itu termasuk
Verfassungswandlung. Bila dihubungkan dengan pembentukan hokum
republik Indonesia yang dimulai dengan Undang-undang Dasar 1945 adalah
pembentukan secara luar biasa atau abnormale rechtsvorming yang
membedakannya dan pembentukan secara biasa (normale rechtsvorming).
d. Undang-undang Dasar 1945 bersifat sementara.
Berlainan dengan Undang-undang Dasar 1949 yang tegas dinyatakan dalam
pasal 186 bahwa sifatnya sementara, maka Undang-undang Dasar 1945 tidak ada
keterangan tentang hal tersebut. Namun kalau dibaca Undang-undang Dasar 1945
dimana dalam pasal III ayat (2) aturan tambahan disebutkan, akan dibentuk Majelis
Permusyawaratn Rakyat dan menurut pasal 3 Undang-undang Dasar 1945 salah satu
tugas Majleis Permusyawaratan Rakyat adalah menetapkan Undang-undang Dasar,
maka ini berarti bahwa selama Majelis Permusyawaratan Rakyat belum menetapkan
Undang-undang Dasar 1945 sebagai Undang-undang Dasar yang tetap, tidak bisa
lain sifatnya adalah sementara. Benar apa yang dikatakan oleh Joeniarto, bahwa
dengan melihat pasal 3 Undang-undang Dasar 1945 di atas, maka ada kemungkinan
tiga kejadian yang akan terjadi, bahwa kemungkinan Majelis Permusyawaratan
Rakyat akan menetapkan Undang-undang Dasar 1945 seperti apa adanya sebagai
Undang-undang Dasar yang tetap, atau menetapkannya dengan merobah atau
menambah di sana-sini, atau menetapkan Undang-undang Dasar yang baru sama
sekali. Tetapi yang jelas bahwa selama Majelis Permusyawaratan Rakyat hasil
pemelihan umum belum menetapkan Undang-undang Dasar 1945 sebagai Undang-
undang Dasar yang tetap, maka sifatnya masih tetap sementara.
B. Periode 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950 (masa UUDS 1950);
Perjalanan Negara baru republik Indonesia, ternyata tidak luput dari
rongrongan pihak belanda yang menginginkan untuk kembali berkuasa di Indonesia.
Ternyata mengembalikan Hindia Belanda seperti sebelumnya Jepang datang ke
Indonesia adalah tidak mudah. Dan akibatnya Belanda mencoba untuk mendirikan
Negara-negara seperti Negara Sumatera Timur, Negara Indonesia timur, Negara
pasundan, Negara jawa timur dan sebagainya. Taktik belanda dengan adanya
Negara-negara itu akan meruntuhkan kekuasaan republik Indonesia. Sejalan dengan
usaha belanda tersebut maka terjadilah Agresi I pada tahun 1947 dan agresi II 1948.
akibat dari hal ini kemudian dan pengaruh dari perserikatan Bangsa-Bangsa, maka di
Den Haag diadakan konperensi meja bundar dari tanggal 23 agustus 1949 sampai 2
november 1949. konferensi ini dihadiri oleh wakil-wakil dari republik Indonesia,
BFO (Bijjen Komst Voor Federal Overleg) dan Nederland serta sebuah komisi
perserikatan bangsa-bangsa untuk Indonesia. Dalam konferensi itu dihasilkan tiga
buah persetujuan pokok, yaitu :
1. mendirikan Negara republik Indonesia serikat,
2. penyerahan kedaulatan kepada republik Indonesia serikat,
3. didirikan Uni antara republik Indonesia serikat dan kerajaan belanda.
Sedangkan persetujuan penyerahan kedaulatan terdiri dari tiga (3) persetujuan,
yaitu :
1. Piagam penyerahan kedaulatan;
2. Stauts Uni;
3. Persetujuan perpindahan.
Rencana Undang-undang Dasar untuk Negara republik Indonesia Serikat
dibuat oleh delegasi republic Indonesia dan delegasi BFO pada konferensi Meja
Bundar tersebut. Rencana tersebut diterima oleh kedua belah pihak dan mulai
berlaku pada tanggal 27 desember 1949 yang sebelumnya pada tanggal 14 desember
1949 telah disetujui oleh komite nasional pusat sebagai badan perwakilan rakyat di
republik Indonesia. Dengan berdirinya Negara republik Indonesia serikat, maka
republic Indonesia hanyalah merupakan salah satu Negara begian dalam Negara
republik Indonesia serikat, dan wilayahnya sesuai dengan pasal 2 Undang-undang
dasar republik Indonesia serikat (UUD RIS) adalah daerah yang disebut dalam
persetujuan renville. Undang-undang Dasar 1945 yang semula berlaku untuk seluruh
Indonesia maka mulai tanggal 27 desember 1949, hanya berlaku dalam wilayah
Negara bagian republik Indonesia. Atas dasar pertimbangan bahwa sebetulnya badan
yang membentuk undang-undang dasar republik Indonesia serikat kurang
representative, maka dalam pasal 186 Undang-undang Dasar Republik Indonesia
Serikat disebutkan bahwa Konstituante bersama-sama dengan pemerintah selekas-
lekasnya menetapkan Konstitusi Republik Indonesia Serikat. Dan dari bunyi pasal ini
jelaslah bahwa UUD RIS bersifat sementara.

C. Periode 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959 (masa orde lama);


Periode federal dari UUD RIS 1949 merupakan perobahan sementara, karena
sesungguhnya bangsa Indonesia sejak 17 agustus 1945 menghendaki sifat kesatuan.
Hal ini dapat dibuktikan bahwa Negara RIS tidak bertahan lama karenaterjadi
penggabungan dengan republik Indonesia, sehingga akhirnya tinggal tiga Negara
bagian yaitu Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur, Negara Sumatera Timur.
Hal ini jelas mengakibatkan wibawa dari pemerintah Republik Inodnesia Serikat
menjadi berkurang.akhirnya dicapailah kata sepakat antara RIS yang mewakili
Negara Indonesia Timur dan negar Sumatera, dan Republik Indonesia untuk
mendirikan kembali Negara kesatuan Republik Indonesia. Persetujuan tersebut
dituangkan dalam suatu persetujuan 19 Mei 1950 dimana dicapai kata sepakat akan
mendirikan kembali Negara kesatuan sebagai kelanjutan dari Negara kesatuan yang
diproklamasikan pada tangal 17 agustus 1945. bagi Negara kesatuan yang akan
didirikan itu jelas perlu adanya suatu Undang-undang Dasar yang baru. Dan untuk itu
dibnetuklah suatu panitia bersma yang menyusun suatu rancangan Undang-undang
dasar yuang kemudian disahkan pada tanggal 12 agustus 1950 oleh badan pekerja
komite nasional pusat dan oleh perwakilan rakyat serta senat republik Indonesia
serikat pada tanggal 14 agustus 1950, dan berlakulah UUD baru itu pada tanggal 17
agustus 1950. Jalan yang ditempuh untuk memperlakukan UUD 1950 ini dengan
mempergunakan pasal 127 a dan pasal 191 ayat (2) UUDS RIS, yaitu pasal-pasal
tentang perobahan UUD, maka dengan UU Federasi no.7 tahun 1950 Lembaran
Negara RIS 1950 no.56, resmilah UUD 1950 berlaku mulai tanggal 17 agustus 1950.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka formil UUD 1950 adalah merupakan
perobahan dari UUD 1949, namun pada hakekatnya adalah penggantian UUD, dari
UUD 1949 diganti dengan UUD 1950, jadi bukan hanya sekedar perobahan saja.
Sama halnya dengan UUD 1949, juga UUD 1950 bersifat sementara, hal ini jelas
disebutkan dalam pasal 134, dimana diharuskan konstituante bersama-sama dengan
pemerintah menyusun UUD RI yang akan menggantikan UUD yang berlaku saat itu
(UUD 1950). Hal ini disebabkan karena badan yang menyusun UUD 1950 merasa
dirinya kurang representative, sama halnya dengan badan yang menyusun UUD
1949. Berbeda dengan UUD 1949, yang tidak sempat mewujudkan konstituante,
maka dibawah UUD 1950 sebagai realisasi dari pasal 134 tersebut telah dilaksanakan
pemilihan umum pada bulan desember 1955 untuk memilih anggota konstituante.
Pemilihan umum ini dilakukan berdasarkan UU No.7 1953. dan sebagai hasilnya
pada tanggal 10 november 1956 di bandung diresmikanlah konstituante. Sementara
konstituante yang telah bersidang selama kurang lebih dua setengah tahun belum
dapat menyelesaikan tugasnyamaka situasi di tanah air sedemikian rupa sehingga
dikhawatirkan akan timbul perpecahan. Dan kegagalan konstituante untuk
memecahkan maslah pokok dalam menyusun UUD baru, disebabkan karena tidak
pernah tercapai Quorum 2/3 seperti yang diharuskan. Untuk mengatasi hal tersebut,
maka pada tanggal 22 april 1959 atas nama pemerintah, presiden memberikan
amanat di depan sidang pleno konstituante yang berisi anjurang agar konstituante
menetapkan saja UUD 1945 sebagai UUD yang tetap bagi Republik Indonesia.
Ternyata setelah diadakan beberapa kali sidang dan diadakan pemungutan suara,
quorum yang diharuskan oleh pasal 137 ayat (2) UUD 1950 tidak tercapai. Hal ini
telah dilaksanakan dengan tiga kali pemungutan suara. Keadaan tersebut dan situasi
tanah air pada waktu itu jelas tidak menguntungkan bagi perkembangan
ketatanegaraan, maka pada tanggal 5 juli 1959 presiden mengucapkan dekritnya.

D. Periode 5 Juli 1959 – 1998 (masa orde baru);


Dengan dekrit Presiden 5 Juli 1959 berlakulah kembali UUD 1945.
dasar hukum dari dekrit ini ialah staatsnoodrecht. Hal ini sama dengan
pendapat Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde baru seperti yang
dapat dibaca dalam ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966. Adanya istilah
orde baru di atas, adalah untuk membedakan MPRS pada masa 1959-1965
yang disebutmasa orde lama yang dianggap kurang mencerminkan
pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Sebab sesudah
gagalnya gerakan G 30 september 1965, maka semboyan banyak
dikemukakan untuk melaksanakan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Di bawah UUD 1945 untuk pertama kali dilaksanakan pemilihan umum pada
tanggal 3 juli 1971, sebagai pelaksanaan dari UU No. 5 tahun 1969, UU mana
adalah pelaksanaan dari ketetapan majelis permusyawaratan sementara No.
XI/MPRS/1966 jo No. XLII/MPRS/1968. Sebagai hasil dari pemilihan umum
tersebut maka pada tanggal 28 oktober 1971 dilantikalah DPR, dan pada
tanggal 1 oktober 1972 MPR dilantik pula. Dalam sidangnya pada tahun 1973
MPR telah menetapkan bahwa pemilihan umum berikutnya akan diadakan
pada akhir tahun 1977 dalam ketetapan No. VIII/MPR/1973. Pada tanggal 1
oktober 1977 telah dilantik anggota DPR dan MPR hasil pemilihan umum II-
1977. dalam ketetapan MPR No. VII/MPR/1978 diperintahkan pemilihan
umum berikutnya adalah tahun 1982. Seperti halnya dengan UUD 1945 yang
untuk pertama kali berlaku tanggal 18 agustus 1945 sampai 27 desember
1949, yang kemudian hanya berlaku di Negara begian republik Indonesia dari
tanggal 27 desember 1949 sampai 17 agustus 1950, masih bersifat sementara,
amak demikian pula halnya dengan UUD 1945 yang berlaku sekarang juga
masih bersifat sementara. Kesementaraan ini disebabkan karena MPR
menurut pasal 3 UUD 1945 menetapkan UUD, dan ini belum pernah
dilakukan, walaupun MPR yang hasil pemilihan umum telah dilantik dan
kemudian bersidang pada tahun 1973. Kiranya tidak ada yang berkeberatan
untuk menetapkan UUD 1945 sebagai UUD yang tetap, tetapi tidak berarti
bahwa setelah berlaku kembali dengan dekrit ia menjadi tetap.

E. Sampai Sekarang (Masa Pasca Orde Baru/Reformasi).


Reformasi yang terjadi pada 1998 memberikan sebuah perubahan
yang cukup signifikan terhadap ketatanegaraan Republik Indonesia. Hal ini
berlaku pula pada perubahan UUD 1945 sebagai salah satu amanat reformasi.
Perubahan UUD 1945 pada rentang waktu 199-2002 dilakukan sebanyak 4
tahap (walau masih menjadi perdebatan, karena sebagian pakar mengatakan
bahwa UUD 1945 dirubah sebanyak 4 kali-bukan 4 tahap-). Perubahan UUD
1945 terjadi dalam content (isi) saja. Tidak mengubah pembukaan yang
menjadi “ruh” dari UUD 1945. Melalui sidang paripurna anggota MPR,
akhirnya UUD 1945 diubah (pada beberapa pasal) untuk menyesuaikan diri
dengan dinamika ketatanegaraan di dunia pada umumnya. Hal ini khususnya
dapat terlihat dari poin-poin mengenai penegakan dan perlindungan hak asasi
manusia serta upaya demokratisasi Indonesia. Era reformasi menjadi langkah
awal bangsa Indonesia untuk menata kembali system ketatanegaraan yang
menjadi amanat rakyat, dimana isi dari konstitusi yang selama orde baru
dijadikan sebagai “senjata” bagi penguasa untuk mempertahankan
kekuasaannya mengalami perubahan dengan maksud untuk mewujudkan
ketatanegaraan yang bersih dan demokratis. Perubahan konstitusi merupakan
sebuah pilihan tak terelakan jika bangsa ini ingin melangkah ke suatu
kehidupan yang demokratis di masa depan. Kenyataan bahwa UUD’45 bisa
dengan mudah dijadikan sebagai alasan bagi regim otoritarian untuk
mengukuhkan dirinya selama tiga puluh tahun dengan bersembunyi dibalik
pasal-pasal UUD’45, Mengajarkan pada kita bahwa UUD’45 sangat terbuka
bagi manipulasi untuk kepentingan preserpasi kekuasaan. Mengingat
sejumlah persoalan seperti yang sudah digambarkan di atas, perubahan
konstitusi yang ada haruslah melibatkan dua kondisi minimum berikut ini
Pertama, Perubahan yang ada tidak menyertakan perubahan pada
“Pembukaan UUD’45. Perubahan konstitusi harus tetap berada dalam frame”
Pembukaan “ yang ada karena ditinjau dari berbagai sudut merupakan pilihan
paling logis, paling kompromistis, dan paling memadai dalam mewadahi
kemajemukan yang menebar di seluruh republic ini. Kedua, karena UUD 45
melibatkan sebuah proses sejarah yang paling penting dalam sejarah
perkembangan bangsa, nilai kesejarahan yang melekat di dalamnya sejauh
mungkin harus tetap terakomodasi. Hal ini dapat dilakukan lewat amandemen
konstitusional dengan tetap memepertahankan format dasar UUD’45.
amandemen yang ada biasa berupa penambahan, perubahan, pembatalan, dan
sebagainya, berbagai pasal dalam UUD’45. Dalam konteks ini, MPR dapat
menjalankan fungsi ada. Kajian mendalam terhadap UUD’45, yang jelas-jelas
secara eksplisit perlu diubah adalah keberadaan DPA (pasal 16) yang tidak
lagi relevan, pasal 22 ayat 1 tentang hak presiden membuat peraturan
pengganti UU (Perpu), dan pasal 23 tentang “keuangan Negara” tentang
perlunya keberadaan lembaga sejenis BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) di
tingkat lokal dalam menjalankan fungsi pengawasan dalam semua level
pemerintah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Saat Republik Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945,
republik yang baru ini belum mempunyai undang-undang dasar. Baru sehari
kemudian pada tanggal 18 agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) disahkan Undang-undang Dasar 1945 (UUD 1945) sebagai
Undang-undang Dasar Republik Indonesia
Dalam konferensi itu dihasilkan tiga buah persetujuan pokok, yaitu :
1. mendirikan Negara republik Indonesia serikat,
2. penyerahan kedaulatan kepada republik Indonesia serikat,
3. didirikan Uni antara republik Indonesia serikat dan kerajaan belanda.
Sedangkan persetujuan penyerahan kedaulatan terdiri dari tiga (3) persetujuan,
yaitu :
4. Piagam penyerahan kedaulatan;
5. Stauts Uni;
6. Persetujuan perpindahan.
Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat


dan karuniannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah berisi
tentang” Dinamika Ketata Negaraan Indonesia ” tepat pada waktunya.

Kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk


menambah pengetahuan bagi para pembaca dan dapat digunakan sebagai
salah satu pedoman dalam proses belajar.

Kami menyadari bahwa makalah ini banyak kekurangan karena


pengetahuan yang kami miliki masih terbatas. Oleh karna itu, kami
berharap kritik dan saran bagi pembaca yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah kami ini.

wassalamu’alaikum wr.wb.

Jambi, April 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Periode 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949 (masa kemerdekaan); .....
B. Periode 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950 (masa UUDS 1950); ....
C. Periode 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959 (masa orde lama); .......................
D. Periode 5 Juli 1959 – 1998 (masa orde baru);...........................................
E. Sampai Sekarang (Masa Pasca Orde Baru/Reformasi). ............................
F.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA
MAKALAH
SKI
“Tradisi Sekaten Dan Tabot”

Guru Pembimbing : Sri Anwariyah, S.Pd.I

Oleh :
Wulan Adinda Putri
Kelas : IX B

MADRASAH TSANAWIYAH NURUL

Anda mungkin juga menyukai