Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH LAPORAN HASIL OBSERVASI

TINGKAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

PADA PENGRAJIN TENUN DI DESA MUARA PENIMBUNG INDRALAYA

Ojika Olanda (04021381621037)

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya
sehingga laporan hasil observasi ini dapat terselesaikan dan kami mahasiswa-mahasiswi
Kelompok 3 Kelas Reguler A 2016 Fakultas Kedokteran Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Sriwijaya tahun 2016 dapat menjalankan observasi dengan baik. Makalah ini
bertujuan untuk memberikan laporan hasil observasi dan diskusi kelompok tiga mengenai
tingkat Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pengrajin Tenun di Desa Muara Penimbung,
Indralaya.

Dengan selesainya makalah laporan hasil observasi ini, kami berharap dapat berbagi
pengetahuan tentang bagaimana tingkat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada
pengrajin tenun Desa Muara Penimbung, Indralaya. Terselesaikannya observasi dan makalah
ini tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak, terutama Bapak dan Ibu selaku dosen
pengampu pada mata kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Ibu Mardiyah selaku
pengelola Galeri Tenun Kampoeng BNI, Muara Penimbung serta kerja sama kelompok 3.

Kami sadar bahwa makalah ini sangat jauh dari kata sempurna, maka kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

Indralaya, 28 September 2017

Kelompok 3

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………. 1

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………… 2

BAB I : PENDAHULUAN……………………………………………………………… 3

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………. 3

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………... 4

1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………………. 5

BAB II : HASIL PENGKAJIAN………………………………………………………. 7

BAB III : PEMBAHASAN……………………………………………………………….. 10

3.1 Komparasi Teori…………………………………………………………… 10

3.2 Analisis Masalah…………………………………………………………… 12

3.3 Analisis Pemecahan Masalah………………………………………………13

BAB IV : PENUTUP……………………………………………………………………… 15

4.1 Kesimpulan…………………………………………………………………. 15

4.3 Saran………………………………………………………………………... 15

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….. 16

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

TumbuhdanberkembangnyaperindustriandiIndonesiamemberikan
berbagaikeuntunganekonomibaikbagipemilik,usahapekerjahingga
pemerintah.Perkembanganindustriyangsemakinpesatinididukungoleh
perkembanganilmupengetahuandanteknologiyangterusmenerusmelakukan
perubahankearahyanglebihbaik.Salahsatudampakpalingumumdari
perkembanganindustriyaitumeningkatnyapermintaankonsumenterhadap
produkyangdihasilkan.Halinimendorongpemilikusahauntukmenerapkan
kebijakanyangmampumeningkatkanproduksiatauefisiensidanproduktivitas kerja.
Salahsatucarauntukmencapaiefisiensidanproduktivitaskerjayangbaik
adalahdenganmenerapkanprogramKeselamatandanKesehatanKerja(K3)pada
setiaptingkatanprosesproduksi.SecaraumumK3bertujuanuntukmenciptakan
lingkungankerjayangamandansehatsehinggadapatmengurangiangka
kecelakaandankesakitanakibatkerjayangpadaakhirnyadiharapkandapat
meningkatkanefisiensidanproduktivitaspekerja.PencapaiantujuanK3ini
dilakukandenganpengendalianfaktor-faktorrisikoyangadaditempatkerja,baik berupaaspek
fisik, kimia, biologi maupunpsikologi dan sosial.
Sektorusahaformalbiasanyamewajibkanpemilikusaha
untukmenjaminpemenuhankesejahteraanpekerjanya melalui jaminan kesehatan atau asuransi.
MeskipunK3merupakanaspekyangsangatpentingdalampelaksanaan
suatuproseskerja,belumsemuaperusahaan formaldiIndonesiamengadopsiK3dalam
kebijakanperusahaannya. Apalagi pada sektorusahainformal yang
tidakmemilikipihaktertentuuntukmenanggungkewajibanasuransi ataupun jaminan
kesehatan.Pekerjadari sektorinformalharusbertanggungjawab sendiri
terhadapkeselamatandankesehatannya.Pekerjainformalumumnyatidakmemilikijaminanatauas
uransijika terjadikecelakaanataupunpenyakitakibatkerja.
Faktanya,sektorinformalcukup
banyakmenyeraptenagakerja,dataStatistiktahun2009menunjukkanbahwa68
persenpekerjaIndonesiasaatinibekerjadisektorinformaldengangajirendah
danpekerjaanyangberisiko(http://www.majalah-farmacia.com,2010). Meskipun

3
pemerintahtelahmembentukbadanatauinstansikhususuntukmelayani
kebutuhanpekerjasektorinformalseperti,PosUsahaKeselamatandanKesehatan
Kerja,jumlahnyamasihsangatterbatasdanbarutersediapadadaerah-daerah tertentu saja.
Salahsatujenisindustriinformalyangsaatinisedangmengalami
perkembanganadalahindustrikerajinansongkettradisional.Meskipunbelum
setenarbatik,yangtelahdinyatakansebagaipakaiannasionalIndonesia,
popularitaskainsongketsemakinmeluasterutamasejaksekitartigatahun
terakhir.Salahsatuprovinsipenghasil tenun songketdiIndonesiaadalahSumatraSelatan salah
satunya di Desa Muara Penimbung.
Muara Penimbungadalahsuatudesa di Kecamatan Indralaya Kabupaten Ogan Ilir,
Sumatera Selatan yangmerupakandaerahpenghasilkain tenunsongket. Daerah ini merupakan
tempat produksi tenun songket yang di fasilitasi oleh Bank BNI melalui program BNI berbagi
sehingga disebut sebagai “Galeri Tenun Kampoeng BNI” dan dikelola oleh Ibu Mardiyah. Di
tempat ini terdapat 6 orang pekerja tetap yang setiap harinya bekerja ±8 jam per hari, dan
sebagian ada yang bekerja paruh waktu/ sampingan. Para pengrajin mengerjakan kain songket
di Galeri Tenun dan ada sebagian pengrajin yang mengerjakan di rumahnya masing- masing.
Kemudian hasil jadi didistribusikan kembali ke Galeri Tenun untuk di pamerkan ataupun
dijual. Setiap satu potong kain yang dihasilkan oleh pengrajin dibayar seharga 450 ribu
rupiah. Biasanya untuk menyelesaikan satu kain diperlukan waktu ±1 bulan.
Pembuatan kain tenun songketmerupakansuatu proseskerjayangmembutuhkan
waktulamadanketelitiantinggi.Berdasarkanobservasiawalyangdilakukan
peneliti,diketahuibahwapengrajinbekerja membuatsongketataubertenundalam
posisidudukdenganperalatantenuntradisionalyangtidakmemperhatikanaspek-aspekergonomi.
Selain itu, masalah pencahayaan ruangan yang belum memadai dan tata letak barang yang
kurang diperhatikan serta fasilitas lainnya yang belum mendukung.

1.2 Rumusan Masalah

Pembuatantenun songket tradisionaldidaerahMuara


Penimbungdilakukandenganperalatantradisionalyang tidakmempertimbangkanaspek-
aspekergonomisertaproseskerjayang melibatkanposisijanggaldantidaknyaman. Selain itu,
masalah tata letak barang yang kurang diperhatikan serta fasilitas lainnya yang belum
mendukung dan kurangnya kesadaran dari diri pekerja terhadap kebersihan lingkungan kerja.

4
1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1TujuanUmum

Mengetahui gambaran tingkat risiko ergonomi serta mengetahui tingkat keselamatan


dan kesehatan kerja pada pengrajin tunun di Desa Muara Penimbung Kecamatan
Indralaya Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selamatan.

1.3.2TujuanKhusus

1. Menjelaskanmasalah kesehatan yang terjadi berkaitan dengan


aktivitaskerjapembuatan tenunsongkettradisional di daerah Muara Penimbung,
SumatraSelatan.
2. Menjelaskangambarankeadaantubuhpengrajinketikabertenunterkait
dengandurasidanfrekuensikerjayangberpengaruhterhadapfaktor risiko ergonomi.
3. Menjelaskan keadaan ruang kerja berkaitan dengan kenyamanan pengrajin tenun
dalam bekerja.

5
BAB II

HASIL PENGKAJIAN

Desa Muara Penimbung merupakan desa yang berada di Kecamatan Indralaya


Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Di Desa ini terdapat Galeri tenun songket yang
beranama “Galeri Tenun Sumatera Selatan Kampoeng BNI”. Galeri ini berdiri pada tanggal
11 Februari 2010 yang disahkan langsung oleh Menteri Koordinator Perekonomian RI Ir. M.
Hatta Rajasa. Galeri ini difasilitasi oleh Bank BNI dalam rangka mewujudkan program BNI
Berbagi di bidang kemitraan serta usaha peningkatan ekonomi kerakyatan.

Galeri ini memiliki luas bangunan 8 x 15 m2 dengan dua lantai. Lantai pertama
digunakan sebagai tempat para pengrajin untuk mengerjakan kerajinan kain tenun,
sedangkanlantai kedua digunakan untuk tempat pameran hasil kain tenun yang sudah jadi.

Galeri ini dikelola oleh Ibu Mardiyah yang merupakan warga asli dari desa Muara
Penimbung yang juga memiliki keahlian dalam menenun. Di Galeri ini terdapat 6 orang
pekerja tetap, dan sebagiannya lagi bekerja paruh waktu/sampingan di rumah masing-masing.
Keahlian yang didapatkan oleh pengrajin tenun songket ini merupakan hasil belajar dari Ibu
Mardiyah namun, sebagian ada pengrajin yang kursus menenum di tempat lain.

Para pengrajin bekerja selama ± 8 Jam setiap harinya. Mereka bekerja setiap hari
tanpa ada hari libur. Untuk menghasilkan satu potong kain tenun dibutuhkan waktu selama ±
satu bulan. Upah untuk satu potong kain tenun dihargai sebesar 450 ribu rupiah. Peralatan
yang digunakan para pengrajin sebagian adalah milik pribadi dan sebagian lagi milik Ibu
Mardiyah.

Menurut Ibu Anita (35 tahun) tempat bekerja sudah cukup nyaman dengan fasilitas
yang diberikan berupa kipas angin, alas duduk, dan tikar. Akan tetapi setelah dilakukan
pengkajian didapatkan bahwa tata letak barang ditempat menenun kurang diperhatikan. Hal
ini dapat menyebabkan resiko jatuh bagi para pekerja.

6
Ibu Anita dan para pengrajin yang lain biasanya membawa makanan dan minuman
sendiri dari rumah. Sebagian pengrajin yang rumahnya berada di dekat Galeri Tenun memilih
untuk pulang ketika jam istirahat dan akan kembali pada pukul 13.00 WIB.

Para pengrajin tenun tidak mengeluh adanya kesulitan yang berarti ketika mereka
bekerja. Namun, menurut pengakuan dari Ibu Anita ( salah satu pengrajin tenun disana )
kecelakaan yang biasa terjadi adalah luka kecil akibat tergores benang tenun yang tajam.
Biasanya para pengrajin hanya mengobati luka tersebut dengan betadine. Selain itu juga,
pengrajin tenun sering merasakan nyeri pinggang, punggung dan pundak setelah melakukan
aktivitas menenun. Rasa sakit itu akan hilang setelah diberikan minyak urut dan istirahat
sebentar. Semua pekerja tidak memiliki jaminan kesehatan karena Galeri Tenun tersebut
merupakan lembaga informal yang pada umumnyatidakmemilikijaminanatauasuransijika
terjadikecelakaanataupunpenyakitakibatkerja.

Pengesahan Galeri Tenun Kampoeng BNI,


MuaraPenimbung.

Kondisi tempat Pengrajin menenun

Kondisi bangunan Galeri Tenun

7
Fasilitas yang didapatkan pekerja Posisi pengrajin ketika bekerja

Posisi pengrajin ketika bekerja

Tata letak barang yang kurang


diperhatiakan

Tata letak barang yang tidak diperhatikan

8
9
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Komparasi Teori

Ergonomimerupakancabangilmuyangmengkajihubunganantara
manusiadanmesinsertafaktor-faktoryangmempengaruhihubungantersebut (Bridger,2009).
IstilahergonomiberakardaribahasaYunaniergonyangberarti
kerjadannomosyangberartihukum,sehinggaergonomisecarabahasaberarti hukumkerja.
Ergonomidapatdidefinisikansebagaisuatudisiplinilmutentangaspek-
aspekmanusiadalamlingkungankerjayangditinjausecaraanatomi,fisiologi,
psikologi,engineering,manajemendanperancangan.MenurutILO,kajianergonomimeliputiberba
gaikondisikerjayang dapatmempengaruhikesehatandankenyamananpekerja,termasukfaktor-
faktor sepertipencahayaan,bising,suhu,getaran,desaintempatkerja,desainalat,desain
mesindandesainproses/metodekerjasertafaktor-faktorlainsepertishiftkerja, jadwal istirahat dan
makan.

TheInternationalErgonomicsAssociationmengklasifikasikanergonomic
dalamtigakategori,yaituergonomifisik,ergonomikognitifdanergonomic
organisasi(www.iea.cc,2011).

1. ErgonomiFisik : Ergonomifisikberkaitandengananatomimanusia,antropometri,
karakteristikfisiologisdanbiomekanikyangberhubungandenganaktivitasfisik.
2. Ergonomi Kognitif :
Ergonomikognitifterkaitdenganprosesmentalpekerja,sepertipersepsi,
memori,penalarandanresponmotorikyangmempengaruhiinteraksiantara
manusiadanelemensistemlainnya.
3. Ergonomi Organisasi :
Ergonomiorganisasiberhubungandenganoptimasisistemsosioteknik,
termasukstrukturorganisasi,kebijakandanproses.

Setelah dilakukan observasi didapatkan bahwa masalah yang terjadi pada pengrajin
tenun di Galeri Tenun ini berkaitan dengan ergonomi fisik.
Topikkajianergonomifisikmeliputiposturkerja(workposture),penanganan
material(materialhandling),gerakanberulang(repetitivemovement)yang

10
berhubungandenganrisikomuskuloskeletal,tataletakruangankerja,serta keselamatan dan
kesehatan pekerja.

Terkaitdenganpekerjaanyangdilakukandenganposisidudukstatis, pengrajintenun
Muara Penimbung mengalamilebihbanyakkeluhanpada tubuhbagian
atas(upperlimb),antaralainbahu,punggung,pinggang,leher,lenganatasdan
bawah,danpergelangantangan.Padabagiantulangbelakang,posisiduduk
menyebabkanmomenfleksipadaspinallumbarmeningkat,ligamenspinalpada
bagianposteriormengalamitekanansehinggaintervertebraldiscsbagiananterior
akanterjepit.Halinilahyangselanjutnyamengakibatkanrasanyeri(Bridger, 2009).

Padapekerjayangmelakukanpekerjaandenganposisiduduk,bagian
tubuhyangbiasanyamengalamigangguanyaitupinggang,punggungdanleher.
Padaposisiduduk,tulangbelakang(vertebral),terutamapadapinggang(sacrum,
lumbar,danthoracic)harusdisanggadenganbaikolehsandarankursiagar
terhindardarinyeri(backpain)dankelelahan(fatigue).Selainitu,ketikaduduk
kakiharusmenapakdenganbaikpadafootrest.Namun,berdasarkanobservasi
terhadappengrajintenunMuara Penimbung,alattenuntradisionalyangdigunakan
tidakdilengkapidengansandarankursimaupunfootrest.Halinilahyang
selanjutnyamenyebabkantingginyakeluhanmuskuloskeletalpadabagian punggungdan
pinggang.

Gerakan-gerakantangandalambertenunmemungkinkanlenganatas

pengrajinbergerakdenganrentangantara45–900dariposisitegaklurus tubuh. Di
sampinggerakantangankearahdepantubuh,lenganataspengrajinjuga
bergerakdalamgerakanmenjauhitubuhkearahsamping(abducted). Hal
inimenunjukkanbahwaposturdangerakanlenganatasketikabekerja
merupakanposturjanggalyangberisikomenyebabkanmunculnyamasalah ataugangguan
muskuloskeletal/upperlimbdisorders(ULDs).

Lengandankakidianggapdapatberfungsisecaraefisienketikabergerak
dalambatasjangkauanalaminya.Pereganganyangberlebihan,posisijanggal
atauposturstatistanpaadanyapenyanggayangdapatmenahanberatlengan
dapatmeningkatkanrisikoterjadinyaULDs.Gerakanabduksilenganyang
berulang(repetitive)dalamjangkawaktuyanglamadapatmengakibatkan

11
gangguanpadapersendianyangmenghubungkanlengandenganbahuseperti tendinitis
ataufrozenshoulder(McKeown, 2008).

Durasimerupakanjangkawaktuseorangpekerjaterpajanfaktor risikosecaraterus-
menerus.Pekerjaanyangmemerlukanpenggunaanotot
yangsamaataugerakandalamwaktuyangcukuplamadapat
meningkatkankemungkinankelelahan.Secaraumum,semakinlama
waktubekerjayangterusmenerusmakaakanmemerlukanwaktu
pemulihanatauwaktuistirahatyangsemakinlama.Durasiterjadinya
posturjanggalyangberisikoadalahbilaposturtersebutdipertahankan lebih dari 10 detik
(Humantech, 1995). Namun, berdasarkanobservasi terhadappengrajintenunMuara
Penimbung, durasi waktu kerja yang digunakan dalam posisi statis melebihi 10 detik bahkan
bisa mencapai 2 jam atau lebih.

Menurut Wignjosoebroto (2009), tata letak fasilitas dapat didefinisikan sebagai tata
cara pengaturan fasilitas-fasilitas guna menunjang kelancaran proses produksi. Pengaturan
tersebut akan berguna untuk luas area penempatan mesin atau fasilitas penunjang produksi
lainnya, kelancaran gerakan perpindahan material, penyimpanan material baik yang bersifat
temporer maupun permanen, personal pekerja dan sebagainya. Namun, dari hasil pengamatan
di tempat pengrajin tenun bekerja banyak barang-barang yang tidak digunakan ditumpuk
sehingga menyebabkan risiko cidera karena tertimpa barang-barang tersebut. Selain itu, di
area sekitar mereka menenun terdapat banyak barang yang berserakan sehingga
menyebabkan resiko jatuh karena tersandung barang-barang tersebut.

3.2 Analisis Masalah

1. Posisi duduk statis tanpa sandaran punggung dan footrest


Posisi duduk tanpa sandaran punggung dapat menimbulkan posisi duduk yang
janggal. Posturjanggal berhubungandengandeviasitulangsendidariposisinetralnyayang
menyebabkanposisitubuhmenjaditidakasimetrissehinggamembebani
sistemototrangkasebagaipenyanggatubuh. Padabagiantulangbelakang,posisiduduk
janggal menyebabkanmomenfleksipadaspinallumbarmeningkat,ligamenspinalpada
bagianposteriormengalamitekanansehinggaintervertebraldiscsbagiananterior

12
akanterjepit.Halinilahyangselanjutnyamengakibatkanrasanyeri terutama pada bagian
pundak, punggung dan pinggang.

2. Gerakan tangan mendorong dan menarik yang berlebihan


Gerakan ini berisikomenyebabkanmunculnyamasalah ataugangguan
muskuloskeletal/upperlimbdisorders(ULDs).
Dalamjangkawaktuyanglamadapatmengakibatkan
gangguanpadapersendianyangmenghubungkanlengandenganbahuseperti tendinitis
ataufrozenshoulder. Selain itu juga pengrajin mengeluh mengalami luka gores akibat
benang yang tajam.

3. Durasi yang lama dengan penggunaan otot yang sama


Para pengrajin tenun umumnya menggunakan otot dibagian tangan untuk
memintal benang menjadi kain dan menggunakan otot di bagian pinggang untuk
menahan beban dari alat tenun. Pekerjaanyangmemerlukanpenggunaanotot
yangsamaataugerakanyang sama dalamwaktuyangcukuplamadapat
meningkatkankemungkinankelelahan.Secaraumum,semakinlama
waktubekerjayangterusmenerusmakaakanmemerlukanwaktu
pemulihanatauwaktuistirahatyangsemakinlama.

4. Tata letak barang yang kurang diperhatikan


Tata letak barang di Galeri Tenun tersebut kurang baik karena tidak terlalu
diperhatikan. Hal ini dapat meningkatkan resiko cidera akibat tertimpa barang- barang
yang ditumpuk disekitar area kerja dan juga dapat meningkatkan resiko jatuh akibat
tersandung barang- barang yang diletakkan disekitar pekerja sehingga pekerja
kesulitan untuk mobilisasi.

3.3 Analisis Pemecahan Masalah


Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, dirasa perlu adanya pemecahan dari
masalah yang dialami pengrajin tenun sehingga dapat meningkatkan keselamatan dan
kesehatan kerja dan dapat meningkatkan produktivitas pengrajin dalam menghasilkan kain
tenun.
13
1. Menurut analisis kelompok, hal yang perlu dilakukan pekerja adalah
menggunakansandaran
punggung(backrest)danalasdudukyangempukberbahanbusaatau kapuk
sehinggatulangpunggungdapat disanggadengan baik. Selain itu juga
melengkapialattenundenganfootrestyangsesuaistandarsehingga
keduakakidapatmenapakdenganbaikuntukmengurangirisikodan keluhan padabagian
kaki.
2. Hal yang perlu dilakukan mengenai masalah Gerakan tangan mendorong dan menarik
yang berlebihan adalah
Perludilakukanpenelitianlanjutanuntukmendesaindanmerancang
bentukalattenunyangsesuaidenganprinsip-prinsipergonomi sehingga dapat
meminimisasi adanya postur janggal dan memberikan kenyamanan dalam bekerja.
Sedangkan untuk mengatasi luka gores yang terjadi di tangan sebaiknya pada pekerja
di lengkapi dengan APD yaitu berupa bantalan jari.
3. Hal yang perlu dilakukan untuk meminimalisir dampak dari masalah mengenai durasi
yang lama dengan penggunaan otot yang sama yaitu
Memberikanpendidikanpereganganataurelaksasipadasetiap
pekerjaminimal5menitpada setiap2jamkerjaataupadasaatmulai dirasakannya kram
ataupegal padabagian-bagiantubuh.
4. Solusi mengenai masalah tata letak barang adalah dengan meletakkan barang yang
tidak digunakan didalam tempat penyimpanan atau gudang yang terpisah dari tempat
pengrajin bekerja. Selain itu, disediakan rak untuk menaruh barang-barang milik
pekerja sehingga tidak mengganggu ruang gerak pekerja.

14
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari observasi yang dilakukan di Galeri Tenun Desa Muara Penimbung Kecamatan
Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatra Selatan dapat disimpulkan bahwa masalah yang
dapat mengancam keselamatan dan kesehatan kerja (K3) para pengrajin tenun adalah masalah
ergonomis fisik yang meliputi
posturkerja(workposture),gerakanberulang(repetitivemovement)yang
berhubungandenganrisikomusculoskeletal.Masalah ini muncul karena dipengaruhi oleh
lamanya durasi kerja dan frekuensi kerja para pengrajin tenun dalam posisi yang tetap tanpa
ada perubahan ( posisi statis ). Selain itu juga keadaan tempat kerja yang kurang tertata
dengan rapi dapat mempengaruhi tingkat keselamatan dan kesehatan kerja.

4.2 Saran
Berdasarkanhasilobservasi,dirasaperluadanyatindaklanjutyang
diharapkandapatmembantudalammemperbaikistatuskesehatandan
produktivitaspengrajintenun Muara Penimbung seperti membuat kursi yang bisa menopang
untuk dijadikan sandaran punggung bagi pengrajin tenun serta perlu adanya manajemen
waktu.

15
DAFTAR PUSTAKA

Elza, Delti Selvina. 2012. Skripsi “GambaranTingkatRisikoErgonomiDanKeluhan


SubjektifMusculoskeletalDisordersPadaPengrajinSongketTradisionalSilungkang,
SumatraBarat”. Depok : Universitas Indonesia.

Harrianto, Ridwan. 2009. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

16

Anda mungkin juga menyukai