Anda di halaman 1dari 31

DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Persepsi
Bentuk – bentuk Persepsi
1. Persepsi visual
2. Persepsi auditori
3. Persepsi perabaan
4. Persepsi penciuman
5. Persepsi pengecapan
Ciri-ciri umum dunia persepsi
Dimensi Penginderaan
Ambang Penginderaan
Alat-alat Indera
Pengamatan Dunia Nyata
Ada beberapa cara persepsi berdasarkan totalitas
Gestalt:
Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Persepsi
Persepsi Bukan Cermin Realitas
Hakikat Persepsi
Pembedaan dengan sensasi
Syarat Terjadinya Persepsi
Perhatian
Daerah perhatian
Proses Persepsi
SIFAT-SIFAT PERSEPSI
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Aspek-aspek Persepsi
Psikologi Persepsi
Peranan Psikologi Persepsi dalam Desain Komunikasi
Visual
Determinan Persepsi
BAB III PENUTUP
Kesimpulan

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang dilahirkan paling
sempurna. Manusia memiliki kemampuan kognitif untuk
memproses informasi yang diperoleh dari lingkungan di
sekelilingnya melalui indera yang dimilikinya, membuat
persepsi terhadap apa-apa yang dilihat atau dirabanya,
serta berfikir untuk memutuskan aksi apa yang hendak
dilakukan untuk mengatasi keadaan yang dihadapinya.
Hal-hal yang dapat mempengaruhi kemampuan kognitif
pada manusia meliputi tingkat intelejensi,kondisi fisik,
serta kecepatan sistem pemrosesan informasi pada
manusia. Bila kecepatan sistem pemrosesan informasi
terganggu, maka akan berpengaruh pada reaksi manusia
dalam mengatasi berbagai kondisi yang dihadapi.
Keterbatasan kognitif terjadi apabila terdapat
masalah atau gangguan pada kemampuan kognitif.
Masalah yang dialami bisa terjadi sejak lahir, atau terjadi
perubahan pada tubuh manusia seperti terluka, terserang
penyakit, mengalami kecelakaan yang dapat
menyebabkan kerusakan salah satu indera, fisik atau
juga mental. Akibat dari adanya keterbatasan kognitif ini,
manusia menjadi tidak mampu untuk memproses
informasi dengan sempurna. Dengan ketidaksempurnaan
ini maka manusia yang memiliki keterbatasan kognitif
mengalami masalah dalam meraba, mempelajari atau
berfikir untuk bereaksi terhadap keadaan yang
dihadapinya.
Persepsi dalam arti sempit melibatkan
pengalaman kita tapi secara psikis pengertian itu tidaklah
tepat. Tetapi lebih tepatnya persepsi merupakan proses
yang menggabungkan dan mengorganisir data-data
indera kita ( penginderaan) untuk dikembangkan
sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di
sekeliling kita, termasuk sadar dengan diri kita sendiri.
Dan didalam mempersepsi keadaan sekitar maka kita
harus melibatkan indra kita maka akan lahir sebuah
argumen yang berasal dari informasi yang dikumpulkan
dan diterima oleh alat reseptor sensorik kita sehingga
kita dapat menggabungkan atau mengelompokkan data
yang telah kita terima sebelumnya melalui pengalaman
awal kita.
B. Masalah
1. Pengertian dan macam-macam persepsi
2. Ciri-Ciri umam persepsi
3. Faktor yang mempengaruhi persepsi

BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Persepsi
Istilah persepsi biasanya digunakan untuk
mengungkapkan tentang pengalaman terhadap suatu
benda ataupun sesuatu kejadian yang dialami.
Proses pemaknaan yang bersifat psikologis sangat
dipengaruhi oleh pengalaman, pendidikan dan lingkungan
sosial secara umum. Sarwono mengemukakan bahwa
persepsi juga dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman
dan cara berpikir serta keadaan perasaan atau minat
tiap-tiap orang sehingga persepsi seringkali dipandang
bersifat subjektif. Karena itu tidak mengherankan jika
seringkali terjadi perbedaan paham yang disebabkan oleh
perbedaan persepsi antara 2 orang terhadap 1 objek.
Persepsi tidak sekedar pengenalan atau pemahaman
tetapi juga evaluasi bahkan persepsi juga bersifat
inferensional (menarik kesimpulan) (Sarwono).
Persepsi, menurut Rakhmat Jalaludin, adalah
pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-
hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dan menafslrkan pesan. Sedangkan Menurut
Ruch, persepsi adalah suatu proses tentang petunjuk
inderawi (sensory) dan pengalaman masa lampau yang
relevan diorganisasikan untuk memberikan kepada kita
gambaran yang terstruktur dan bermakna pada suatu
situasi tertentu. Senada dengan hal tersebut Atkinson
dan Hilgard mengemukakan bahwa persepsi adalah
proses dimana kita menafsirkan dan mengorganisasikan
pola stimulus dalam lingkungan. Gibson dan Donely
menjelaskan bahwa persepsi adalah proses pemberian
arti terhadap lingkungan oleh seorang individu.
Dikarenakan persepsi bertautan dengan cara
mendapatkan pengetahuan khusus tentang kejadian
pada saat tertentu, maka persepsi terjadi kapan saja
stimulus menggerakkan indera.
Dalam hal ini persepsi diartikan sebagai proses
mengetahui atau mengenali obyek dan kejadian obyektif
dengan bantuan indera. Sebagai cara pandang, persepsi
timbul karena adanya respon terhadap stimulus.
Stimulus yang diterima seseorang sangat kompleks,
stimulus masuk ke dalam otak, kernudian diartikan,
ditafsirkan serta diberi makna melalui proses yang rumit
baru kemudian dihasilkan persepsi
Dalam hal ini, persepsi mencakup penerimaan
stimulus (inputs), pengorganisasian stimulus dan
penerjemahan atau penafsiran stimulus yang telah
diorganisasi dengan cara yang dapat mempengaruhi
perilaku dan membentuk sikap, sehingga orang dapat
cenderung menafsirkan perilaku orang lain sesuai dengan
keadaannya sendiri.
Sehingga dapat disimpulkan :
Persepsi adalah proses pemahaman ataupun
pemberian makna atas suatu informasi terhadap
stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan
terhadap objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan
antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak.Proses
kognisi dimulai dari persepsi.
TUJUAN PERSEPSI
Marr (1982): Tujuan persepsi ialah memberikan
gambaran internal mengenai informasi dunia luar.
Bentuk – bentuk Persepsi
1. Persepsi visual
Persepsi visual didapatkan dari indera
penglihatan.Persepsi ini adalah persepsi yang paling awal
berkembang pada bayi, dan
mempengaruhi bayi dan balita untuk memahami
dunianya.
2. Persepsi auditori
Persepsi auditori didapatkan dari
indera pendengaran yaitu telinga.
3. Persepsi perabaan
Persepsi pengerabaan didapatkan dari indera taktil yaitu
kulit.
4. Persepsi penciuman
Persepsi penciuman atau olfaktori didapatkan dari
indera penciumanyaitu hidung.
5. Persepsi pengecapan
Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari
indera pengecapan yaitu lidah.
Macam-macam Persepsi

Persepsi manusia sebenarnya terbagi dua, yaitu persepsi


terhadap objek (lingkungan fisik) dan persepai terhadap
manusia. Persepsi terhadap manusia sering juga disebut
persepsi sosial.
a) Persepsi terhadap lingkungan fisik
Persepsi orang terhadap lingkungan fisik tidaklah
sama, dalam arti berbeda-beda., karena dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain:
• Latar belakang pengalaman
• Latar belakang budaya
• Latar belakang psikologis
• Latar belakang nilai, keyakinan, dan harapan
• Kondisi factual alat-alat panca indera di mana informasi
yang sampai kepada orang itu adalah lewat pintu itu

b) Persepsi terhadap manusia


persepsi terhadap manusia atau persepai sosial
adalah proses menangkap arti objek-objek sosial dan
kejadian-kejadian yang kita alami dalam lingkungan kita.
Setiap orang memilki gambaran yang berbeda mengenai
realitas di sekelilingnya. Dengan kata lain, setiap orang
mempunyai persepsi yang berbeda terhadap lingkungan
sosialnya.
Ciri-ciri umum dunia persepsi
Penginderaan terjadi dalam suatu konteks tertentu,
konsep ini biasa disebut dunia persepsi. Agar dapat
dihasilkan suatu penginderan yang bermakna, ada ciri –
ciri umum tertentu dalam dunia persepsi :
1. Modalitas : rangsangan yang diterima harus sesuai
dengan modalitas tiap –tiap indera, yaitu sifat sensori
dasar masing-masing.
2. Dimensi ruang : dunia persepsi mempunyai sifat ruang (
dimensi ruang).
3. Dimensi waktu : dunia persepsi mempunyai dimensi
waktu, seperti cepat lambat, tua muda, dan lain-lain.
4. Struktur konteks, keseluruhan yang menyatu : objek-
objek atau gejala-gejala dalam dunia pengamatan
mempunyai struktur yang menyatu dengan konteksnya.
Struktur dan konteks ini merupakan keseluruhan yang
menyatu.
5. Dunia penuh arti; dunia persepsi adalah dunia penuh arti.
kita cenderung pengamatan pada gejala-gejala yang
mempunyai makna bagi kita, yang ada hubungannya
dengan tujuan yang ada dalam diri kita.
Dimensi Penginderaan
Bentangan sifat-sifat penerimaan rangsangan yang dapat
kita paparkan seperti kuat-lemah, lama-sebentar, kasar-
halus, dan sebagainya disebut dimensi penginderaan.
Ada empat dimensi penginderaan:
- Intensitas: kuat-lemahnya penginderaan suatu
rangsang tertentu.
- Ekstensitas: penghayatan terhadap tebal-tipis, luas-
sempit, besar-kecil, dll.
- Lamanya: penginderaan dapat berlangsung lama atau
sebentar.
- Kualitas: kemampuan kita membedakan kualitas
rangsang misalnya nada atau warna.
Ambang Penginderaan
Intensitas suatu rangsang tertentu agar dapat
disadari disebut ambang penginderaan. Ambang
penginderaan terdiri dari:
- Ambang perangsang absolut: intensitas rangsang
terkecil yang masih dapat menimbulkan penginderaan;
- Ambang perbedaan: perbedaan intensitas rangsang
terkecil yang dapat dibedakan oleh alat indera;
- Tinggi rangsang: pertambahan intensitas rangsang
akan diikuti oleh pertambahan intensitas penginderaan
sampai mencapai maksimum yakni di mana intensitas
rangsang tidak dapat dibedakan lagi;
- Penyesuaian sensoris: bisa terjadi karena berkurangnya
kepekaan indera (negatif), bertambahnya kepekaan
indera (positif), dan karena pergeseran titik sentral.
Alat-alat Indera
Alat-alat indera meliputi higher senses (mata dan telinga)
dan lower senses (lidah, hidung dan permukaan kulit).
Alat-alat itu dapat kita sebutkan berikut ini:
a. Penglihatan: yakni mata, peka terhadap cahaya sehingga kita
dapat membedakan terang dan gelap, hitam dan putih,
warna.
b. Pendengaran: yakni telinga, peka terhadap getaran
yang menghasilkan bunyi.
c. Penciuman: hidung yang peka terhadap bau
d. Pengecapan: lidah yang peka terhadap rasa (manis, asin,
asam, pahit = empat macam rasa yang dapat diterima).
Rasa lain merupakan gabungan dari rasa-rasa itu.
e. Peraba: tidak terbatas pada permukaan kulit saja, tetapi
juga menyangkut alat-alat yang peka terhadap orientasi
dan keseimbangan. Berat, gerak (sistem vestibular) dan
kualitas permukaan di sekitar kita, letak anggota badan
dan tegangan otot (sistem raba).

Pengamatan Dunia Nyata


Untuk kita ketahui, persepsi bersifat subjektif karena
bukan sekadar penginderaan. Persepsi selalu terjadi
dalam konteks tertentu.
Ada beberapa prinsip umum yang mengatur pengamatan
kita terhadap dunia nyata:
- Konstatansi: bersifat psikologis karena arti dari suatu
objek atau gejala bagi kita bersifat tetap.
Ada tiga macam konstatansi, yakni:
· konstatansi tempat atau lokasi
· konstatansi warna
· konstatansi bentuk dan ukuran
- Figur dan Latar Belakang: keberadaan suatu objek
pengamatan menggejala sebagai suatu figur yang
menonjol di antara objek-objek lain (latar belakang), baik
karena sifatnya memang menonjol di antara objek-objek
lain maupun karena si pengamat sengaja memusatkan
perhatiannya pada objek tertentu.
Ada beberapa cara persepsi berdasarkan totalitas Gestalt:
1. Hukum kedekatan (proximity): objek-objek persepsi
yang berdekatan cenderung diamati sebagai suatu
kesatuan.
2. Hukum kesamaan (similarity): Objek cenderung
diamati sebagai totalitas karena mempunyai sebagian
besar ciri-ciri yang sama.
3. Hukum bentuk-bentuk tertutup (closure): bentuk-
bentuk yang sudah kita kenal, walau hanya nampak
sebagian atau tidak sempurna, kita lihat sebagai
sempurna.
4. Hukum kesinambungan (continuity): pola-pola yang
sama dan berkesinambungan, walau ditutup oleh pola-
pola lain, tetap diamati sebagai kesatuan.
Hukum gerak bersama (common fate): unsur-unsur yang
bergerak dengan cara dan arah yang sama dilihat
sebagai suatu kesatuan.
- Persepsi Kedalaman (depth perception): kemampuan
indera penglihatan untuk mengindera ruang.
Ada beberapa patokan yang digunakan manusia dalam
persepsi kedalaman yaitu:
1. Perspektif atmosferik: semakin jauh objek, semakin
kabur.
2. Perspektif linier: semakin jauh, garis-garis akan makin
menyatu menjadi satu titik (konvergensi).
3. Kualitas permukaan (texture gradient), berkurangnya
ketajaman kualitas texture karena jarak makin jauh.
4. Posisi relatif: objek yang jauh akan ditutupi atau
kualitasnya menurun karena bayangan objek-objek yang
lebih dekat.
5. Sinar dan bayangan: bagian permukaan yang lebih
jauh dari sumber cahaya akan lebih gelap dibanding yang
lebih dekat.
6. Patokan yang sudah dikenal: benda-benda yang sudah
kita kenal ukurannya akan lebih kecil di kejauhan.
7. Persepsi Gerak: pengamatan terhadap sesuatu yang
berpindah posisinya dari patokan. Kalau patokan tidak
jelas, maka kita akan memperoleh informasi gerakan
semu.
Ada dua macam gerakan semu:
· Efek otokinetik, bila kita memandang setitik cahaya
dalam keadaan gelap gulita, cahaya itu akan nampak
bergerak.
· Gerakan stroboskopik: terjadi karena ada dua rangsang
yang berbeda yang muncul hampir bersamaan.
- Ilusi: kesalahan dalam persepsi, yaitu memperoleh
kesan yang salah mengenai fakta-fakta objektif yang
disajikan oleh alat-alat indera kita.
· Ilusi disebabkan oleh faktor-faktor eksternal: (gambar
atau bayangan di cermin kelihatannya terletak di
belakang cermin)
· Ilusi disebabkan kebiasaan: rangsang-rangsang yang
disajikan sesuai dengan kebiasaan kita dalam mengenali
rangsang akan dengan mudah menimbulkan ilusi.
· Ilusi karena kesiapan mental atau harap tertentu: kita
akan sering melihat sesuatu yang mirip dengan barang
yang hilang yang sangat kita harapkan untuk kembali.
· Ilusi karena kondisi rangsang terlalu kompleks: bila
rangsang yang diamati terlalu kompleks, maka rangsang
tersebut dapat menutup-nutupi atau menyamarkan
fakta-fakta objektif.
Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Persepsi
Karena persepsi lebih bersifat psikologis daripada
merupakan proses penginderaan saja, maka ada
beberapa faktor yang mempengaruhi. Perhatian yang
selektif: pemusatan perhatian pada rangsang-rangsang
tertentu saja. Ciri-ciri rangsang: rangsang yang bergerak
di antara rangsang-rangsang yang diam akan lebih
menarik perhatian. Nilai-nilai dan kebutuhan individu:
seorang seniman mempunyai pengamatan yang berbeda
dengan yang bukan seorang seniman dalam mengamati
objek tertentu. Pengalaman terdahulu sangat
mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsi
dunianya.
Ahli psikologi sosial yang menganut aliran kognitif
berpendapat bahwa di dunia ini terdapat 2 macam
realitas, yaitu realitas obyektif dan realitas subyektif.
Setiap obyek adalah sama, tetapi bila diamati oleh orang
yang berbeda maka akan terjadi interpretasi yang
berbeda terhadap obyek tersebut. (Ancok, dkk., 1988).

Menurut Tagiuri (dalam Harvey dan Smith, 1977)


ada 3 faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu
(1) keadaan stimulus yang diamati;
(2) situasi sosial tempat pengamatan itu terjadi dan
(3) karakteristikm pengamatan.

Lebih jauh Walgito (1991) menjelaskan bahwa :

(a) mengenai stimulus, agar dapat dipersepsi, stimulus


harus cukup kuat, melampui ambang batas, berwujud
manusia atau tidak (bila tidak berwujud manusia,
ketepatan persepsi ada pada individu.
(b) keadaan individu dari segi fisiologis dan psikologis, di
mana dari segi fisiologis sistem syaraf harus dalam
keadaan baik, sedangkan secara psikologis, pengalaman,
kerangka acuan, perasaan, kemampuan berpikir dan
motivasi akan berpengaruh dalam persepsi seseorang,
dan terakhir.
(c) lingkungan atau situasi, di mana bila objeknya manusia,
maka objek dengan lingkungan yang melatar
belakanginya merupakan kesatuan yang sulit dipisahkan.
Demikian ini maka, dapat disimpulkan bahwa persepsi itu
sangat subyektif karena disamping dipengaruhi oleh
stimulus dan situasi pengamatan juga dipengaruhi oleh
pengalaman, harapan, motif, kepribadian, dan keadaan
fisik individu
Persepsi Bukan Cermin Realitas
Persepsi merupakan salah satu cara kerja (Proses) yang
rumit dan aktif. Orang sering kali menganggap bahwa
persepsi menyajikan suatu pencerminan yang sempurna
mengenai realitas atau kenyataan. Anggapan tersebut
tidak sepenuhnya benar, sebab persepsi bukan
merupakan cermin realitas. Hal tersebut dikarenakan
atau dipengaruhi oleh faktor – faktor berikut :
1. Indra kita tidak memberikan respon terhadap aspek yang
ada dalam lingkungan.
2. Manusia sering kali melakukan persepsi rangsangan –
rangsangan yang pada kenyataannya tidak ada.
3. Persepsi seseorang tergantung dari apa yang ia harapkan
dan tergantung dari pengalaman masa lalu serta adanya
motivasi.
Hakikat Persepsi
Persepsi ternyata banyak melibatkan kegiatan
kognitif, orang telah menentukan apa yang telah akan
diperhatikan. Setiap kali kita memusatkan perhatian lebih
besar kemungkinan tak akan memperoleh makna darri
apa yang kita tangkap, lalu menghubungkannya dengan
pengaaman yang lalu, dan dikemudian hari akan diingat
kembali.
Kesadaran juga mempengaruhi persepsi, bila kita
dalam keadaan bahagia, maka pemandangan yang kita
lihat akan sangat indah sekali. Tetapi sebaliknya, jika kita
dalam keadaan murung, pemandangan yang indah yang
kita lihat mungkin akan membuat kita merasa bosan,
ingatan akan berperan juga dalam persepsi. Indra kita
akan secara teratur akan menyimpan data yang kita
terima, dalam rangka memberi arti. Orang cenderung
terus- menerus untuk membanding-bandingkan
penglihatan, suara dan penginderaan yang lainnya
dengan ingatan pengalaman lalu yang mirip. Proses
informasi juga mempunyai peran dala persepsi. Bahasa
jelas dapat memengaruhi kognisi kita, memberika bentuk
secara tidak langsung seorang mempersepsi dunianya.
Pembedaan dengan sensasi
Istilah persepsi sering dikacaukan
dengan sensasi. Sensasi hanya berupa kesan sesaat, saat
stimulus baru diterima otak dan belum diorganisasikan
dengan stimulus lainnya dan ingatan-ingatan yang
berhubungan dengan stimulus tersebut.<persepsi/>
Misalnya meja yang terasa kasar, yang berarti sebuah
sensasi dari rabaan terhadap meja.
Sebaliknya persepsi memiliki contoh meja yang
tidak enak dipakai menulis, saat otak mendapat stimulus
rabaan meja yang kasar, penglihatan atas meja yang
banyak coretan, dan kenangan di masa lalu saat
memakai meja yang mirip lalu tulisan menjadi jelek.
Syarat Terjadinya Persepsi
Persepsi terdiri atas : perhatian dan stimulus. Syarat
Terjadinya Persepsi yaitu :

1. Adanya objek yang di persepsi (fisik/kealaman)

2. Alat indera atau reseptor (fisiologis)

3. Perhatian (psikologis)
Perhatian

Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi


dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada
suatu atau sekumpulan objek. Perhatian merupakan
penyeleksian terhadap stimulus. Perhatian dan kesadaran
mempunyai korelasi positif. Makin di perhatikan suatu
objek akan makin disadari objek itu dan makin jelas bagi
individu.
Daerah perhatian

1. Daerah pusat perhatian (disadari sepenuhnya)

2. Daerah peralihan (samar-samar)

3. Daerah tidak diperhatikan (tidak disadari)

Perhatian menurut timbulnya


1. Perhatian spontan yaitu perhatian yang timbul dengan
sendirinya. Berhubungan dengan minat individu. Mis :
minat music, secara spontan perhatiannya tertuju pada
music walaupun lagi mengerjakan sesuatu.
2. Perhatian tidak spontan yaitu perhatian yang
ditimbulkan dengan sengaja karena itu harus ada
kemauan untuk menimbulkannya. Mis : mahasiswa mau
tidak mau harus memperhatikan mata kuliah tertentu,
walaupun ia tidak menyukainya.

Perhatian menurut banyaknya objek


1. Perhatian sempit yaitu individu pada suatu waktu
hanya dapat memperhatikan sedikit objek
2. Perhatian luas yaitu individu pada suatu waktu dapat
memperhatikan banyak objek pada suatu waktu
sekaligus. Mis : kepasar malam, ada orang yang dapat
menangkap banyak objek sekaligus, tetapi sebaliknya
ada orang tidak dapat berbuat demikian.

Perhatian menurut focus objek

1. Perhatian terpusat yaitu individu pada suatu waktu


hanya dapat memusatkan perhatiannya pada satu objek.
Sejalan dengan perhatian sempit.

2. Perhatian terbagi-bagi yaitu individu pada suatu waktu


dapat memperhatikan banyak hal/objek. Sejalan dengan
perhatian luas.

Perhatian menurut fluktuasinya

1. Perhatian statis yaitu individu dalam waktu tertentu


dapat dengan statis atau tetap perhatiannya tertuju pada
objek tertentu.

Perhatian semacam ini sukar memindahkan perhatiannya


dari satu objek ke objek lainnya.

2. Perhatian dinamis yaitu individu dapat memindahkan


perhatiannya secara lincah dari suatu objek ke objek
lainnya.

Tes perhatian

Ø Tes bourdon berwujud sekumpulan titik-titik yang


tertentu jumlahnya.

Ø Tes kraepelirr berwujud sederetan angka-angka, dan


tesete ditugaskan untuk menjumlahkan angka-angka
yang berdekatan.
Kedua tes ini untuk mengetahui :

1. Pengaruh gangguan terhadap perhatian.

2. Macam perhatian apa yang ada pada individu

3. Ritme dan tempo individu bekerja

4. Ketelitian individu bekerja.


Informasi Lain yang Berkaitan:

* Aplikasi teknologi fisioterapi dan efek fisiologis


teknologi fisioterapi pada hemiparese dextra oleh karena
stroke non haemorhagik
* Good Postur and Poor Postur
* Komunikasi Teraupetik Pada Usia Akhir
* Perkembangan Otak dan Susunan Saraf Pusat
* Konsep Penyebab Penyakit.
Proses Persepsi

Alport (dalam Mar’at, 1991) proses


persepsi merupakan suatu proses kognitif yang
dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala, dan
pengetahuan individu. Pengalaman dan proses belajar
akan memberikan bentuk dan struktur bagi objek yang
ditangkap panca indera, sedangkan pengetahuan dan
cakrawala akan memberikan arti terhadap objek yang
ditangkap individu, dan akhirnya komponen individu akan
berperan dalam menentukan tersedianya jawaban yang
berupa sikap dan tingkah laku individu terhadap objek
yang ada.
Walgito (dalam Hamka, 2002) menyatakan
bahwa terjadinya persepsi merupakan suatu yang terjadi
dalam tahap-tahap berikut:
1. Tahap pertama, merupakan tahap yang dikenal
dengan nama proses kealaman atau proses fisik,
merupakan proses ditangkapnya suatu stimulus oleh alat
indera manusia.
2. Tahap kedua, merupakan tahap yang dikenal dengan
proses fisiologis, merupakan proses diteruskannya
stimulus yang diterima oleh reseptor (alat indera) melalui
saraf-saraf sensoris.
3. Tahap ketiga, merupakan tahap yang dikenal dengan
nama proses psikologik, merupakan proses timbulnya
kesadaran individu tentang stimulus yang diterima
reseptor.
4. Tahap ke empat, merupakan hasil yang diperoleh dari
proses persepsi yaitu berupa tanggapan dan perilaku.

Berdasarkan pendapat para ahli yang telah


dikemukakan, bahwa proses persepsi melalui tiga tahap,
yaitu:
1. Tahap penerimaan stimulus, baik stimulus fisik
maupun stimulus sosial melalui alat indera manusia,
yang dalam proses ini mencakup pula pengenalan dan
pengumpulan informasi tentang stimulus yang ada.
2. Tahap pengolahan stimulus sosial melalui proses
seleksi serta pengorganisasian informasi.
3. Tahap perubahan stimulus yang diterima individu
dalam menanggapi lingkungan melalui proses kognisi
yang dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala, serta
pengetahuan individu.
SIFAT-SIFAT PERSEPSI

1. Persepsi Bersifat Dugaan

Oleh karena data yang kita peroleh mengenai


objek lewat penginderaan tidak pernah lengkap, persepsi
merupakan loncatan langsung pada kesimpulan. Seperti
proses seleksi, langkah ini dianggap perlu karena kita
tidak mungkin memperoleh seperangkat rincian yang
lengkap lewat kelima indera kita.

Proses persepsi yang bersifat dugaan itu


memungkinkan kita menafsirkan suatu objek dengan
makna yang lebih lengkap dari suatu sudut pandang
manapun. Oleh karena informasi yang lengkap tidak
pernah tersedia, dugaan diperlukan untuk membuat
suatu kesimpulan berdasarkan informasi yang tidak
lengkap lewat penginderaan itu. Kita harus mengisi ruang
yang kosong untuk melengkapi gambaran itu dan
menyediakan informasi yang hilang
.
Dengan demikian, persepsi juga adalah suatu
proses mengorganisasikan informasi yang tersedia,
menempatkan rincian yang kita ketahui dalam suatu
skema organisasional tertentu yang memungkinkan kita
memperolah suatu makna lebih umum.

2. Persepsi Bersifat Evaluatif

Persepsi adalah suatu proses kognitif psikologis


dalam diri kita yang mencerminkan sikap, kepercayaan,
nilai, dan pengharapan yang kita gunakan untuk
memaknai objek persepsi. Dengan demikian, persepsi
bersifat pribadi dan subjektif. Menggunakan kata-kata
Andrea L. Rich, “persepsi pada dasarnya memiliki
keadaan fisik dan psikologis individu, alih-alih
menunjukkan karakteristik dan kualitas mutlak objek
yang dipersepsi”. Dengan ungkapan Carl Rogers,
“individu bereaksi terhadap dunianya yang ia alami dan
menafsirkannya dan dengan demikian dunia perseptual
ini, bagi individu tersebut, adalah realitas”.

3. Persepsi Bersifat Konstektual

Suatu rangsangan dari luar harus diorganisasikan.


Dari semua pengaruh yang ada dalam persepsi kita,
konteks merupakan salah satu pengaruh yang paling
kuat. Konteks yang melingkungi kita ketika kita melihat
seseorang, suatu objek atau suatu kejadian sangat
mempengaruhi struktur kognitif, pengharapan dan juga
persepsi kita.
Dalam mengorganisasikan suatu objek, yakni
meletakkannya dalam suatu konteks tertentu, kita
menggunakan prinsip-prinsip berikut:

a. Prinsip pertama. Stuktur objek atau kejadian


berdasarkan prinsip kemiripan atau kedekatan dan
kelengkapannya
.
b. Prinsip kedua. Kita cenderung mempersepsi suatu
rangsangan atau kejadian yang terdiri dari objek dan
latar belakangnya
Menurut Newcomb (dalam Arindita, 2003), ada
beberapa sifat yang menyertai proses persepsi, yaitu:
1. Konstansi (menetap): Dimana individu
mempersepsikan seseorang sebagai orang itu sendiri
walaupun perilaku yang ditampilkan berbeda-beda.
2. Selektif: persepsi dipengaruhi oleh keadaan psikologis
si perseptor. Dalam arti bahwa banyaknya informasi
dalam waktu yang bersamaan dan keterbatasan
kemampuan perseptor dalam mengelola dan menyerap
informasi tersebut, sehingga hanya informasi tertentu
saja yang diterima dan diserap.
Proses organisasi yang selektif: beberapa kumpulan
informasi yang sama dapat disusun ke dalam pola-pola
menurut cara yang berbeda-beda.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Thoha (1993) berpendapat bahwa persepsi pada


umumnya terjadi karena dua faktor, yaitu faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari dlam
diri individu, misalnya sikap, kebiasaan, dan kemauan.
Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang
berasal dari luar individu yang meliputi stimulus itu
sendiri, baik sosial maupun fisik.

Dijelaskan oleh Robbins (2003) bahwa meskipun


individu-individu memandang pada satu benda yang
sama, mereka dapat mempersepsikannya berbeda-beda.
Ada sejumlah faktor yang bekerja untuk membentuk dan
terkadang memutar-balikkan persepsi. Faktor-faktor ini
dari :

1) Pelaku persepsi (perceiver).


2) Objek atau yang dipersepsikan.
3) Konteks dari situasi dimana persepsi itu dilakukan.
Berbeda dengan persepsi terhadap benda mati
seperti meja, mesin atau gedung, persepsi terhadap
individu adalah kesimpulan yang berdasarkan tindakan
orang tersebut. Objek yang tidak hidup dikenai hukum-
hukum alam tetapi tidak mempunyai keyakinan, motif
atau maksud seperti yang ada pada manusia. Akibatnya
individu akan berusaha mengembangkan penjelasan-
penjelasan mengapa berperilaku dengan cara-cara
tertentu. Oleh karena itu, persepsi dan penilaian individu
terhadap seseorang akan cukup banyak dipengaruhi oleh
pengandaian-pengadaian yang diambil mengenai
keadaan internal orang itu (Robbins, 2003).

Gilmer (dalam Hapsari, 2004) menyatakan bahwa


persepsi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain
faktor belajar, motivasi, dan pemerhati perseptor atau
pemersepsi ketika proses persepsi terjadi. Dan karena
ada beberapa faktor yang bersifat yang bersifat subyektif
yang mempengaruhi, maka kesan yang diperoleh
masing-masing individu akan berbeda satu sama lain.

Oskamp (dalam Hamka, 2002) membagi empat


karakteristik penting dari faktor-faktor pribadi dan sosial
yang terdapat dalam persepsi, yaitu:

a. Faktor-faktor ciri dari objek stimulus.


b. Faktor-faktor pribadi seperti intelegensi, minat.
c. Faktor-faktor pengaruh kelompok.
d. Faktor-faktor perbedaan latar belakang kultural.

Persepsi individu dipengaruhi oleh faktor fungsional


dan struktural. Faktor fungsional ialah faktor-faktor yang
bersifat personal. Misalnya kebutuhan individu, usia,
pengalaman masa lalu, kepribadian,jenis kelamin, dan
hal-hal lain yang bersifat subjektif. Faktor struktural
adalah faktor di luar individu, misalnya lingkungan,
budaya, dan norma sosial sangat berpengaruh terhadap
seseorang dalam mempresepsikan sesuatu.
Dari uraian di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan,
bahwa persepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor internal
dan eksternal, yaitu faktor pemersepsi (perceiver), obyek
yang dipersepsi dan konteks situasi persepsi dilakukan.

Aspek-aspek Persepsi

Pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu


interelasi dari berbagai komponen, dimana komponen-
komponen tersebut menurut Allport (dalam Mar'at, 1991)
ada tiga yaitu:

1. Komponen kognitif

Yaitu komponen yang tersusun atas dasar


pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang
tentang obyek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian
akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang obyek
sikap tersebut.

2. Komponen Afektif

Afektif berhubungan dengan rasa senang dan


tidak senang. Jadi sifatnya evaluatif yang berhubungan
erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai yang
dimilikinya.
3. Komponen Konatif

Yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk


bertingkah laku yang berhubungan dengan obyek
sikapnya.

Baron dan Byrne, juga Myers (dalam Gerungan,


1996) menyatakan bahwa sikap itu mengandung tiga
komponen yang membentuk struktur sikap, yaitu:
1. Komponen kognitif (komponen perseptual), yaitu
komponen yang berkaitan dengan pengetahuan,
pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan
dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap objek
sikap.
2. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu
komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau
tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang
merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang
merupakan hal yang negatif.
3. Komponen konatif (komponen perilaku, atau action
component), yaitu komponen yang berhubungan dengan
kecenderungan bertindak terhadap objek sikap.
Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu
menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak
atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap.

Rokeach (Walgito, 2003) memberikan pengertian


bahwa dalam persepsi terkandung komponen kognitif
dan juga komponen konatif, yaitu sikap merupakan
predisposing untuk merespons, untuk berperilaku. Ini
berarti bahwa sikap berkaitan dengan perilaku, sikap
merupakan predis posisi untuk berbuat atau berperilaku.
Dari batasan ini juga dapat dikemukakan bahwa persepsi
mengandung komponen kognitif, komponen afektif, dan
juga komponen konatif, yaitu merupakan kesediaan
untuk bertindak atau berperilaku. Sikap seseorang pada
suatu obyek sikap merupakan manifestasi dari kontelasi
ketiga komponen tersebut yang saling berinteraksi untuk
memahami, merasakan dan berperilaku terhadap obyek
sikap. Ketiga komponen itu saling berinterelasi dan
konsisten satu dengan lainnya. Jadi, terdapat
pengorganisasian secara internal diantara ketiga
komponen tersebut

Psikologi Persepsi

Dalam psikologi, persepsi visual adalah


kemampuan manusia untuk menginterpretasikan
informasi yang ditangkap oleh mata. Hasil dari persepsi
ini disebut sebagai penglihatan (eyesight, sight atau
vision). Unsur-unsur ragam psikologi dalam penglihatan
secara umum terangkum dalam sistem visual (visual
system). Sistem visual pada manusia memungkinkan
untuk beradaptasi dengan informasi dari lingkungannya.

Masalah utama dari persepsi visual ini tidak


semata-mata apa yang dilihat manusia melalui retina
matanya. Namun lebih daripada itu adalah bagaimana
menjelaskan persepsi dari apa yang benar-benar
manusia lihat.

Peranan Psikologi Persepsi dalam Desain Komunikasi


Visual
Bahwa ada faktor untuk harus menyampaikan
suatu pesan yang sifatnya persuasif, maka peranan
psikologi persepsi sangat dibutuhkan di sini. Sebagai
penyampai pesan kita harus memahami keadaan dan
sifat-sifat dari sasaran kita (target audience). Dengan
kita memahami apa, siapa dan bagaimana dari sasaran
kita. Sehingga semua apa yang kita sampaikan akan
mengena dan efisien. Sebuah pesan akan percuma jika
tidak dipahami oleh penerimanya. Bila kita bicara dengan
perbandingan biaya yang kita keluarkan, maka hal
tersebut sama saja dengan pemborosan. Dengan
demikian sebelum kita melakukan penyampaian pesan,
kita harus pahami dulu sasaran kita. Setelah itu baru
menentukan bagaimana pesan tersebut disampaikan.

Determinan Persepsi

Di samping faktor-faktor teknis seperti kejelasan


stimulus [mis. suara yang jernih, gambar yang jelas],
kekayaan sumber stimulus [mis. media multi-channel
seperti audio-visual], persepsi juga dipengaruhi oleh
faktor-faktor psikologis. Faktor psikologis ini bahkan
terkadang lebih menentukan bagaimana informasi /
pesan / stimulus dipersepsikan.
Faktor yang sangat dominan adalah faktor ekspektansi
dari si penerima informasi sendiri. Ekspektansi ini
memberikan kerangka berpikir atau perceptual set atau
mental set tertentu yang menyiapkan seseorang untuk
mempersepsi dengan cara tertentu. Mental set ini
dipengaruhi oleh beberapa hal.

a.Ketersediaan informasi sebelumnya; ketiadaan


informasi ketika seseorang menerima stimulus yang baru
bagi dirinya akan menyebabkan kekacauan dalam
mempersepsi. Oleh karena itu, dalam bidang pendidikan
misalnya, ada materi pelajaran yang harus terlebih
dahulu disampaikan sebelum materi tertentu. Seseorang
yang datang di tengah-tengah diskusi, mungkin akan
menangkap hal yang tidak tepat, lebih karena ia tidak
memiliki informasi yang sama dengan peserta diskusi
lainnya. Informasi juga dapat menjadi cues untuk
mempersepsikan sesuatu.

b.Kebutuhan; seseorang akan cenderung


mempersepsikan sesuatu berdasarkan kebutuhannya
saat itu. Contoh sederhana, seseorang akan lebih peka
mencium bau masakan ketika lapar daripada orang lain
yang baru saja makan.

c.Pengalaman masa lalu; sebagai hasil dari proses


belajar, pengalaman akan sangat mempengaruhi
bagaimana seseorang mempersepsikan sesuatu.
Pengalaman yang menyakitkan ditipu oleh mantan pacar,
akan mengarahkan seseorang untuk mempersepsikan
orang lain yang mendekatinya dengan kecurigaan
tertentu. Contoh lain yang lebih ekstrim, ada orang yang
tidak bisa melihat warna merah [dia melihatnya sebagai
warna gelap, entah hitam atau abu-abu tua] karena
pernah menyaksikan pembunuhan. Di sisi lain, ketika
seseorang memiliki pengalaman yang baik dengan bos,
dia akan cenderung mempersepsikan bosnya itu sebagai
orang baik, walaupun semua anak buahnya yang lain
tidak senang dengan si bos.

Faktor psikologis lain yang juga penting dalam


persepsi adalah berturut-turut: emosi, impresi dan
konteks.

a.Emosi; akan mempengaruhi seseorang dalam


menerima dan mengolah informasi pada suatu saat,
karena sebagian energi dan perhatiannya [menjadi
figure] adalah emosinya tersebut. Seseorang yang
sedang tertekan karena baru bertengkar dengan pacar
dan mengalami kemacetan, mungkin akan
mempersepsikan lelucon temannya sebagai penghinaan.

b.Impresi; stimulus yang salient / menonjol, akan lebih


dahulu mempengaruhi persepsi seseorang. Gambar yang
besar, warna kontras, atau suara yang kuat dengan pitch
tertentu, akan lebih menarik seseorang untuk
memperhatikan dan menjadi fokus dari persepsinya.
Seseorang yang memperkenalkan diri dengan sopan dan
berpenampilan menarik, akan lebih mudah dipersepsikan
secara positif, dan persepsi ini akan mempengaruhi
bagaimana ia dipandang selanjutnya.

c.Konteks; walaupun faktor ini disebutkan terakhir, tapi


tidak berarti kurang penting, malah mungkin yang paling
penting. Konteks bisa secara sosial, budaya atau
lingkungan fisik. Konteks memberikan ground yang
sangat menentukan bagaimana figure dipandang. Fokus
pada figure yang sama, tetapi dalam ground yang
berbeda, mungkin akan memberikan makna yang
berbeda.

Prinsip pengorganisasian Visual

Untuk mempersepsi stimulus mana menjadi figure dan


mana yang ditinggalkan sebagai ground, ada beberapa
prinsip pengorganisasian.

A. Prinsip proximity (kedekatan); seseorang


cenderung mempersepsi stimulus-stimulus yang
berdekatan sebagai satu kelompok.

Contoh visual

Pada contoh ini, seseorang akan cenderung melihat ada


dua kelompok gambar titik hitam dibandingkan dengan
ada 4 lajur titik.

Sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari,


kebanyakan orang akan mempersepsikan beberapa
orang yang sering terlihat bersama-sama sebagai sebuah
kelompok / peer group. Untuk orang yang tidak
mengenal dekat anggota “kelompok” itu, bahkan akan
tertukar identitas satu dengan yang lainnya, karena
masing-masing orang [sebenarnya ada 4 lajur titik]
terlabur identitasnya dengan keberadaan orang lain
[dipersepsi sebagai 2 kelompok titik].

B. Prinsip similarity (kesamaan); seseorang akan


cenderung mempersepsikan stimulus yang sama sebagai
satu kesatuan.
Contoh visual

Pada gambar ini, walaupun jarak antar titik


sama, tetapi orang cenderung mempersepsi bahwa
terdapat dua kelompok / lajur titik empat lajur titik.

C. Prinsip continuity; prinsip ini menunjukkan bahwa


kerja otak manusia secara alamiah melakukan proses
melengkapi informasi yang diterimanya walaupun
sebenarnya stimulus tidak lengkap.

Contoh visual Pada gambar ini,

seseorang cenderung untuk mempersepsikan


bahwa ada dua garis yang bersilang membentuk huruf
“X”, alih-alih melihatnya sebagai kumpulan titik-titik.
Dalam kehidupan sehari-hari, contohnya adalah
fenomena tentang bagaimana gosip bisa begitu berbeda
dari fakta yang ada. Fakta yang diterima sebagai
informasi oleh seseorang, kemudian diteruskan ke orang
lain setelah “dilengkapi” dengan informasi lain yang
dianggap relevan walaupun belum menjadi fakta atau
tidak diketahui faktanya.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pada dasarnya dalam kehidupannya, manusia
tidak lepas dari kegiatan komunikasi. Komunikasi
digunakan untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan
dan manusia lainnya. Dalam berkomunikasi, manusia
menerima stimulus dari yang lain, sehingga ia dapat
memberikan respon dari stimulus tersebut melalui panca
indera yang dimilikinya. Namun dari stimulus-stimulus
yang sama mungkin akan ditafsirkan secara berbeda oleh
orang yang berbeda. Alat-alat indera yang dimiliki
manusia menyebabkan manusia mampu berpikir,
merasakan, dan memiliki persepsi tertentu mengenai
dirinya dan dunia sekitarnya. Prasyarat terjadinya
persepsi adalah penangkapan stimulus oleh alat-alat
indera, sehingga peranan alat-alat indera sangat penting.

Anda mungkin juga menyukai