Tugas Akhir
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia
Oleh
Vincentius Gitiyarko Priyatno
NIM: 134114030
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara
bintang-bintang.
-Soerkarno-
Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang
di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.
-Pramoedya Ananta Toer-
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh proses
penyelesaian program Strata satu (S-1) Program studi Sastra Indonesia, Fakultas
terima kasih terhadap seluruh pihak yang sudah membantu dan mendukung penulis
2. Ibu S.E. Peni Adji, S.S., M.Hum. sebagai pembimbing II, terima kasih atas
skripsi ini.
Akademik Angkatan 2013, terima kasih atas motivasi dan ilmu yang
diberikan sehingga skripsi ini selesai dalam masa studi yang disarankan.
4. Para dosen, Alm. Bapak Hery Antono, M.Hum., Prof. Dr. I. Praptomo
Baryadi, M.Hum., Bapak Dr. Ari Subagyo, M.Hum. terima kasih telah
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7. Anna Elfira, teman hidupku yang mau selalu bersabar ketika penulis
menyelesaikan skripsi.
8. Keluarga penulis, Bapak, Ibu, dan adik, terima kasih atas dukungan materi
dan rohani.
10. Seluruh Karyawan Universitas Sanata Dharma, terima kasih atas pelayanan
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Untuk itu,
segala saran dan kritik dari segala pihak akan penulis terima dengan besar hati.
Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi lebih banyak orang. Isi skripsi ini
Penulis
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji konteks sosial dan ideologi proletar tokoh utama
dalam novel Bukan Pasar Malam karya Pramoedya Ananta Toer. Tujuan penelitian
ini adalah menganalisis dan mendeskripsikan unsur intrinsik yang befokus pada
tokoh, penokohan, dan latar, mendeskripsikan konteks sosial, dan menganalisis
ideologi proletar dalam novel Bukan Pasar Malam.
Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra dengan teori
Marxisme. Teori Marxisme dimulai dari munculnya Manifesto Partai Komunis
yang ditulis oleh Karl Marx dan Friedrich Engels. Penelitian ini diawali dengan
analisis unsur tokoh, penokohan dan latar, lalu deskripsi konteks sosial yang
terdapat dalam novel dan situasi Indonesia pada masa itu, kemudian analisis
ideologi proletar yang terdapat di dalam tokoh utama pada novel.
Metode dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu metode studi pustaka. Novel ini dibaca secara mendalam kemudian data yang
diperoleh dicatat. Metode dan teknik analisis data yaitu analisis isi. Data yang sudah
diperoleh kemudian dianalisis dengan teori strukturalis dan teori Marxisme. Metode
dan teknik penyajian hasil analisis data adalah deskriptif kualitatif. Hasil analisis
akan dideskripsikan secara kualitatif, yaitu peneliti mendeskripsikan konteks sosial
dan ideologi proletar yang ada dalam novel Bukan Pasar Malam.
Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Terdapat tiga gradasi tokoh
dalam novel Bukan Pasar Malam, yaitu tokoh utama, tokoh utama tambahan dan
tokoh tambahan. Tokoh utama adalah Aku, tokoh utama tambahan adalah Ayah,
sementara tokoh tambahan adalah Istri Aku. Aku adalah seorang pemuda yang ikut
dalam perjuangan revolusi, sementara Ayah adalah seorang pensiunan guru yang
ikut berjuang dalam masa kemerdekaan. Istri Aku adalah orang Sunda yang
dinikahi oleh Aku. (2) Konteks sosial novel Bukan Pasar Malam adalah situasi
Indonesia ketika Revolusi. Ini bisa dilihat dari surat yang tertanggal 1949. Masa
Revolusi berlangsung dari 1945-1950. Perjuagan Revolusi di satu sisi terasa begitu
herois, tetapi di sisi lain juga muncul tindakan brutal yang dilakukan oleh pemuda.
Novel ini ditulis tahun 1951 ketika Pramoedya belum aktif di Lekra dan masih
apatis terhadap politik. (3) Ideologi proletar yang ada meliputi (a) Tidak ada
perencanaan kebutuhan di luar kebutuhan primer, (b) Borjuisme adalah musuh, (c)
Akses kesehatan adalah hal yang tidak mungkin, dan (d) Relasi dengan sesama
adalah relasi ekonomi.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
This study examines the social context and proletarian ideology of the main
character in the novel Bukan Pasar Malam by Pramoedya Ananta Toer. The
purpose of this research is to analyze and describe intrinsic elements that focus on
character, characterization, and setting, to describe social context, and to analyze
proletarian ideology in novel Bukan Pasar Malam. This research uses literature
sociology approach with Marxism theory. Marxist theory begins with the
emergence of the Communist Party Manifesto written by Karl Marx and Friedrich
Engels.
This research begins with the analysis of elements of character,
characterization and setting, then the description of the social context contained in
the novel and the situation of Indonesia at that time, then analysis of proletarian
ideology contained in the main character in the novel.
Methods and techniques of data collection used in this study is close reading
method. This novel is read in depth then the data obtained is written. Method and
technique of data analysis is content analysis. The data obtained then analyzed with
structuralist theory and Marxism theory. Method and technique of presentation of
result of data analysis is descriptive qualitative.
The results of the analysis will be described qualitatively, that is researchers
describe the social context and proletarian ideology that exist in the Bukan Pasar
Malam novel. The results of this study are as follows: (1) There are three gradations
of characters in Bukan Pasar Malam, namely the main character, additional main
character and additional characters. The main character is I, the main additional
character is Dad, while the additional character is The Wife of I. I was a young man
who took part in the revolutionary struggle, while Father was a retired teacher who
fought for independence. The wife is a Sundanese whom I marry. (2) The social
context of the novel is the situation of Indonesia Revolution. This can be seen from
a letter dated 1949. The Revolution period lasted from 1945-1950. The
Revolutionary battles on one side were so heroic, but on the other side also came
the brutal actions acted by the youth. The novel was written in 1951 when
Pramoedya was not active in Lekra yet and still apathetic towards politics. (3) The
ideology of the proletariat includes (a) there is no need planning beyond the primary
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
needs, (b) bourgeois is the enemy, (c) access to health facilities is impossible, and
(d) relations with others is an economic deal.
From the results of the study, the conclusion is ideology of the proletariat
already appears in the Bukan Pasar Malam novel, although Pramoedya has not been
affected by leftist thinking. The discovery of proletarian ideology in the novel
shows that Pramoedya already has the seeds of leftist thought even though he has
not been intersected and influenced by the thought formally.
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA......................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN.................................................................. v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS....................................................... viii
ABSTRAK........................................................................................................ ix
ABSTRACT ...................................................................................................... xi
DAFTAR ISI.................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 4
1.4 Manfaaat Hasil Penelitian ............................................................... 5
1.5 Tinjauan Pustaka ............................................................................. 5
1.6 Landasan Teori ............................................................................... 6
1.6.1 Unsur Intrinsik.................................................................. 6
1.6.2 Sosiologi Sastra................................................................
1.6.3 Ideologi............................................................................. 12
1.6.4 Marxisme.......................................................................... 13
1.7 Metodologi Penelitian...................................................................... 15
1.8 Sistematika Penyajian ..................................................................... 17
BAB II TOKOH, PENOKOHAN, DAN LATAR DALAM NOVEL
BUKAN PASAR MALAM
2.1 Tokoh dan Penokohan .................................................................... 18
2.2 Latar ............................................................................................... 30
BAB III KONTEKS SOSIAL KEPENGARANGAN PRAMOEDYA
ANANTA TOER
3.1 Konteks Sosial Indonesia................................................................ 36
3.2 Konteks Sosial dalam Novel........................................................... 41
3.3 Konteks Sosial Pramoedya Ananta Toer ........................................ 43
BAB IV IDEOLOGI PROLETAR TOKOH UTAMA DALAM NOVEL
BUKAN PASAR MALAM
4.1 Tidak Ada Perencanaan Kebutuhan di Luar Kebutuhan Primer..... 47
4.2 Borjuisme adalah Musuh................................................................. 50
4.3 Akses Kesehatan adalah Hal yang Tidak Mungkin......................... 52
4.4 Relasi dengan Sesama adalah Relasi Ekonomi................................ 54
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan...................................................................................... 58
5.2 Saran ............................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 62
BIODATA PENULIS...................................................................................... 64
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
Karya sastra dalam bentuk apapun tidak bisa dilepaskan dari konteks sosial
yang melingkupinya. Hal ini berlaku pula untuk salah satu bentuk karya sastra yaitu
refleksi dan representasi dari realita yang terjadi dalam bentuk masyarakat.
Penyajian ini bisa dalam bentuk yang sangat konvensional sampai yang sangat
eksperimental.
Pramoedya Ananta Toer adalah salah satu pengarang yang menganut aliran
realisme sosial secara konsisten (Kurniawan, 2003:103). Realita sosial yang ada di
dalam novelnya menghadirkan apa yang terjadi dalam masyarakat tempat ia hidup.
Salah satu novelnya yang berbicara tentang masyarakat secara nyata adalah Bukan
Pasar Malam. Novel ini menceritakan kehidupan masyarakat Indonesia pada masa
matang begitu saja. Pemikiran dan ketertarikannya dalam bidang sastra, sejarah dan
politik pun mengalami pasang surut (Farid, 2008:1). Dia dikenal sebagai sastrawan
namun juga sebagai seorang yang tertarik dengan pencatatan sejarah. Di masa awal
kemerdekaan dia mejadi orang yang cukup tegas mengkritisi revolusi. Maka dari
itu, Bukan Pasar Malam adalah salah satu karya yang bermaksud untuk tujuan
tersebut. Novel ini ditulis –diterbitkan pertama kali – pada tahun 1951 dan berbicara
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berat oleh orang-orang pada masa itu. Kesenjangan sosial dan kemiskinan tetap
pada masa itu. Lebih lagi, orang-orang nasionalis pada masa itu merasa tidak cukup
alur cerita dan peristiwa-peristiwa yang ia hadirkan dalam novel Bukan Pasar
Malam.
proletariat dalam novel ini. Proletariat digambarkan secara detil tentang kehidupan
Hal yang perlu diingat adalah bahwa karya ini ditulis pada tahun 1951. Pada
masa itu Pramoedya Ananta Toer masih mengakui diri tidak terlibat dalam partai
dan ideologi apapun. Dia bahkan berusaha mengambil jarak dari politik (Farid,
2008). Meski demikian, benih-benih ideologi kiri sebenarnya sudah mulai tampak
antaranya Perburuan (1950), Keluarga Gerilya (1950), Cerita dari Blora (1951),
perjalanan Pram sebagai penulis termasuk ideologi yang dia bawa dalam setiap
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tulisan. Merujuk apa yang ditulis oleh Hilmar Farid maka novel-novel tersebut
ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer ketika dia belum terpengaruh oleh ideologi
kiri.
sendiri. Selain itu, representasi sosial yang terdapat dalam sebuah novel bisa
memberi pemahaman lebih mendalam mengenai apa yang terjadi dalam sebuah
untuk meneliti hubungan antara karya sastra dengan masyarakat. Karl Marx, yang
kelas sosial, yaitu kelas borjuis dengan proletar (Marx, 1948:2) Dengan teori ini
maka dapat dilihat cara kelas sosial direpresentasikan dalam sebuah novel. Secara
lebih spesifik bisa dilihat pengarang menampilkan ideologi borjuis dan proletar
dalam novelnya.
(1848:2) juga menyebutkan dampak dari adanya kelas sosial tersebut. Dampak
masyarakat yang feodal dan relasi hormat menghormati bergeser menjadi relasi
masyarakat menjadi lebih sederhana namun tajam dan terbagi dalam dua kelas yaitu
borjuis dan proletariat. Dalam relasi dan singgungan antara kedua kelas ini akan
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
membuat tiap-tiap kelas bereaksi. Baik kelas proletar maupun borjuis pada akhirnya
Penelitian ini secara khusus akan melihat ideologi proletar dihadirkan oleh
Pramoedya Ananta Toer dalam novel Bukan Pasar Malam. Novel yang mengambil
kaum proletar setelah Indonesia merdeka, khususnya di akhir masa Revolusi yaitu
kehidupan kaum proletar pada masa itu kita bisa lebih memahami keadaan
Indonesia pada masa itu. Lebih lagi akan bisa dipahami cara kaum proletar berpikir,
merasa, dan bertindak dalam kehidupannya dalam konteks sosial tersebut. Setelah
itu, bisa direfleksikan bagaimana kondisi masyarakat Indonesia pada masa ini.
1. Bagaimanakah tokoh dan penokohan, serta latar novel Bukan Pasar Malam
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
untuk menjelaskan situasi sosial dan ideologi proletar yang ada dalam novel
kaum proletas sebagai masyarakat kelas bawah. Selain itu, penelitian ini
Sudah menjadi hal yang umum bahwa karya-karya Pramoedya Ananta Toer
selalu bertema sosial. Dalam buku berjudul Pramoedya Ananta Toer dan Sastra
tentang karya-karya Pramoedya Ananta Toer yang selalu memiliki gaya realisme
sosial. Artinya kenyataan sosial hadir dalam karya-karya Pram. Namun, novel
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bukan Pasar Malam tidak dimasukkan sebagai data penelitian Eka Kurniawan
Pasar Malam Karya Pramoedya Ananta Toer” karya Akun Baehaki tahun 2014.
Yang diteliti di sini adalah marginalisasi yang dialami oleh kaum proletar. Namun,
ideologi proletar itu sendiri belum dibicarakan secara lebih lanjut. Fokus dari
penelitian tersebut ada pada situasi yang membuat kaum proletar menjadi kaum
yang tertindas. Sementara cara kaum proletar memandang, merasa, dan memaknai
Selain itu, ada juga skripsi yang membahas novel Bukan Pasar Malam
dengan meneliti nilai-nilai sosial yang terkandung dalam novel ini. Penelitian
tersebut berjudul “Nilai Sosial dalam Novel Bukan Pasar Malam Karya Prammedya
Ananta Toer; Implikasinya terhadap Pembelajaran Satra” karya Mega Feyani tahun
2011. Skripsi ini menunjukkan adanya bela rasa dan rasa saling menghargai di
antara masyarakat kelas bawah. Pendekatan dan teori yang diambil lebih bersifat
moralis, karena yang dilihat adalah relasi antara sesama kelas bawah yang saling
Sejauh penulis melihat, belum ada penelitian yang secara khusus membahas
secara spesifik tentang ideologi proletar dalam novel Bukan Pasar Malam. Proletar
Komunis karangan Karl Marx dan Engels. Dengan demikian, kebaruan dari
penelitian ini adalah secara spesifik mendeskripsikan ideologi proletar dalam novel
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengetahui konteks sosial yang menjadi pembungkus cerita dalam novel yang
diteliti.
Tokoh menunjuk pada tokoh atau siapa yang ada dalam sebuah cerita.
atau setting adalah landaran tumpu. Secara konkret latar adalah tempat, hubungan
waktu dan lingkungan sosial di mana cerita itu berlangsung (Nurgiyantoro, 2010).
Ada beberapa pembedaan tokoh-tokoh yang ada dalam sebuah novel. Salah
satu yang bisa digunakan untuk mengklafisikasi tokoh dalam novel adalah tokoh
utama dan tokoh tambahan. Penjelasan dari pembagian tokoh tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Tokoh
pusat cerita. Tokoh ini adalah tokoh yang diutamakan dalam penceritaan
mendapat porsi paling banyak dalam alur cerita. Bahkan, setiap peristiwa
yang terjadi pasti berkaitan dengan tokoh utama. Dalam beberapa novel,
porsi tokoh utama sangat besar bahkan hadir dalam setiap kejadian.
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dalam beberapa novel, tokoh utama tidak hadir secara langsung atau
pokoknya tetap berkaitan dengan tokoh utama. Akibat dari porsi penceritaan
yang sangat besar terhadap tokoh utama, maka tokoh ini akan selalu
berkaitan dengan tokoh-tokoh lain. Tidak hanya itu, plot cerita pasti
dipengaruhi oleh apa yang terjadi dalam diri tokoh utama (Nurgiyantoro,
2010:178).
merupakan sebuah gradasi. Tokoh utama pun bisa saja tidak hanya satu
tokoh melainkan beberapa tokoh. Hal ini tergantung sejauh mana dominasi
tidak menjadi penting. Tokoh tambahan yang juga mendominasi cerita bisa
disebut sebagai tokoh utama tambahan. Maka yang paling penting adalah
(Nurgiyantoro, 2010:178).
dipilih untuk mempemudah melihat ideologi yang ada dalam tokoh. Oleh karena
itu, penelitian ini akan berfokus pada apa yang terjadi pada tokoh utama dan tokoh
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
utama tambahan. Reaksi tokoh utama dan tokoh utama tambahan dengan
lingkungan dan tokoh-tokoh yang lain akan dilihat untuk memahami cara mereka
b. Penokohan
fisik. Penggambaran fisik meliputi hal-hal fisik seperti tinggi badan, berat, usia,
asal, dst. Pada dasarnya, hal-hal fisik yang menjadi karakteristik tokoh.
(Nurgiyantoro, 2010:186). Kehadiran setiap tokoh dalam setiap perisitiwa dan cara
c. Latar
Latar merupakan unsur pembangun sebuah karya bersama tokoh dan plot.
Latar atau setting inilah yang kemudian akan membentuk fakta cerita dalam sebuah
karya sastra. Sebuah karya prosa menempatkan latar sebagai landasan cerita yang
terbatas dalam sesuatu yang bersifat fisik, namun juga dapat berupa adat,
kepercayaan dan nilai-nilai. Latar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu latar waktu,
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang ada dalam sebuah karya. Setiap latar waktu dalam sebuah karya sering
dikaitkan dengan waktu faktual, yaitu waktu yang berhubungan dengan suatu
membatu pembaca memahami suasana dan keadaan yang ingin dibangun oleh
situasi sebuah peristiwa. Dengan demikian, suasana dan situasi tidak diungkapkan
peristiwa. Dalam sebuah karya, latar tempat bisa berupa lokasi sungguh ada dalam
Selain dengan penyebutan nama yang jelas, latar juga bisa berupa suatu
tempat dengan sifat-sifat yang umum dipahami oleh pembaca. Latar seperti ini
biasanya di hutan, sungai, kebun atau di sebuah rumah. Dengan analogi pementasan
Latar sosial merujuk pada segala hal yang berkaitan dengan tingkah laku
kehidupan sosial masyarakat yang diceritakan dalam suatu karya. Tata kehidupan
sosial ini mencakup hal-hal yang kompleks (Nurgiyantoro, 2000:233). Latar sosial
dapat diihat dari tingkah laku antartokoh dalam sebuah cerita. Hal ini juga dapat
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Latar sosial berkaitan erat dengan tempat kejadian suatu peristiwa. Latar
yang mengambil daerah pedesaan akan menggambarkan pula situasi pergaulan dan
adat istiadat di daerah tersebut. Selain itu penggunaan bahasa khas daerah dan
penamaan tokoh juga berkaitan erat dengan latar sosial (Nurgiyantoro, 2000:235).
Ada beberapa hal pokok yang bisa dipegang dalam teori sosiologi sastra.
Secara khusus penelitian ini akan berfokus pada teks sastra itu sendiri.
Sastra adalah refleksi atau cerminan dari masyarakat (Faruk, 2014:5). Dalam
konteks ini akan dilihat sejauh mana sebuah karya satra mencerminkan masyarakat
dan juga sejauh mana sebuah karya digunakan pengarang untuk mewakili seluruh
masyarakat.
Konteks sosial dan situasi masyarakat akan menjadi pokok pembahasan yang
pembahasan penelitian. Maka konteks sosial yang menjadi setting dari novel Bukan
Sosiologi sastra tidak melepaskan sebuah karya dari konteks sosial tempat
karya tersebut lahir. Dengan demikian, akan dilihat pula konteks sosial karya ini
untuk mempertajam pembahasan dan memberikan konteks yang lebih luas untuk
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1.6.3 Ideologi
Jika melihat KBBI (Depdiknas, 2008:538) ada tiga definisi tentang ideologi.
Pertama, kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas. Kedua, cara berpikir
seseorang atau suatu golongan. Ketiga, paham atau teori, dan tujuan yang berpadu
merupakan suatu program sosial politik. Istilah ideologi yang menjadi landasan
teori penelitian ini adalah definisi yang kedua yaitu cara berpikir seseorang atau
suatu golongan.
2007:20) Dengan demikian ideologi cara berpikir, merasakan dan bertindak dari
sebuah kelas sosial. Kelas sosial yang dimaksud di sini mengikuti pembagian kelas
Ideologi ini dalam novel akan ditentukan oleh relasi yang terjadi di antara
kelas-kelas. Apa yang terjadi dalam interaksi yang ada mencerminkan reaksi yang
muncul dalam diri tokoh. Setiap tokoh mewakili kelas sosial tertentu. Dengan
demikian, akan bisa diteliti bagaimana cara merasa, menilai, memandang dan
Ideologi yang dimaksud di sini bukanlah paham yang telah terstruktur dan
sudah menjadi pegangan yang mapan dalam suatu masyakarat. Ideologi yang
dimaksud dalam penelitian ini lebih mengarah pada perasaan, pemikiran dan
tindakan kaum proletar atas peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam hidup mereka.
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Inilah yang akan menjadi pembatasan penyebutan istilah ideologi dalam penelitian
ini.
1.6.4 Marxisme
Marxisme merupakan teori sosial yang diprakarsai oleh Karl Marx dan
Friedrich Engels. Kedua orang ini sebenarnya menyebut apa yang mereka tulis
(Barry,2010:183). Karya Marx dan Engels ini kemudian menjadi pegangan kaum-
kaum reaksinoner untuk melakukan perlawanan. Secara jelas ada dua tujuan
mengapa Manifesto Komunis ini ditulis. Pertama, kehadiran Komunis sudah mulai
menyampaikan kepada dunia apa yang menjadi pandangan, cita-cita, tujuan dan
aliran mereka, serta melawan cerita-cerita selama ini mengenai “hantu” komunisme
sastra. Marxisme secara metodis meneliti kehadiran kelas sosial dalam sebuah
karya sastra. Kelas sosial menurut Marx dibagi ke dalam dua kelas utama yaitu
Borjuis dan Proletar. Borjuis adalah kelas yang mempunyai akses langsung
13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terhadap alat produksi, sementara proletar tidak memiliki akses kepada alat
produksi.
bersama Engels pada tahun 1848, Karl Marx mengatakan bahwa sejarah masyarakat
selama ini adalah sejarah perjuangan kelas. Secara khusus Marx juga menyatakan
relasi antara kaum borjuis dengan kaum proletar. Berikut tulisan Karl Marx dan
Freiderich Engels :
Dari pernyataan di atas terlihat bahwa Marx melihat efek dari kapitalisme
dan kehadiran kaum borjuis dalam masyarakat. Relasi tradisional dalam budaya
masyarakat telah berganti menjadi relasi “pembayaran tunai” yang melihat relasi
Hal yang lebih ekstrem akan muncul dalam dunia yang dipandang oleh
Marx adalah hilangnya relasi budaya yang sudah terjalin dalam masyarakat selama
ini. Rasa hormat seseorang terhadap yang lain akibat konstruksi sosial yang terjadi
selama ini akan digantikan oleh relasi ekonomi. Relasi yang terjadi antara
Teori kelas sosial inilah yang akan digunakan dalam penelitian ini untuk
melihat ideologi yang dimiliki oleh kelas proletar terutama dalam bingkai
pandangan mereka terhadap kelas sosial yang ada di atasnya, borjuis. Pembagian
14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kelas menurut Marx ini pula yang akan menjadi dasar penentuan kelas sosial setiap
Dalam kajian Marxis tentang pembagian kelas terdapat dua diksi untuk
menyebut kelas bawah yaitu proletar dan proletariat. Pembedaan istilah ini bisa
Sementara definisi kedua, proletariat adalah golongan buruh yang tidak memiliki
Indonesia dengan demikian jelas perbedaan istilah proletariat dan proletar. Dengan
demikian, dalam skripsi ini istilah proletariat akan merujuk pada golongannya,
Tiga metode dan teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dan
teknik pengumpulan data, metode dan teknik analisis data, dan metode penyajian
referensi utama adalah novel Bukan Pasar Malam karya Pramoedya Ananta Toer.
Novel tersebut dibaca secara mendalam dan dicatat hasilnya yang kemudian
menjadi data utama dari penelitian. Teknik catat dipakai untuk mencatat data-data
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dalam analisis data yang digunakan adalah metode analisis isi. Dasar dari
metode analasis isi adalah analisis isi pesan (Ratna, 2010:49). Metode ini dilakukan
dengan menganalisis secara lebih mendalam data-data yang telah didapat dalam
proses pengumpulan data. Setelah itu data tersebut dilihat dengan kerangka berpikir
dalam bentuk narasi. Isi dari deskripsi ini adalah data mengenai unsur intrinsik
dan konteks sosial yang ada dalam novel Bukan Pasar Malam karya Pramoedya
Ananta Toer. Data ini kemudian dilanjutkan dalam bagian selanjutnya untuk
Karya sastra yang menjadi objek penelitian adalah novel dengan identitas
sebagai berikut :
16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penelitian ini dibagi menjadi empat bab dengan rincian sebagai berikut :
Bab II berisi deskripsi mengenai tokoh dan penokohan serta latar yang ada
Bab III berisi deskripsi tentang konteks sosial di Indonesia dan dalam novel
Bukan Pasar Malam karya Pramoedya Ananta Toer. Deksripsi ini didapat dari
serta latar.
dalam novel ini. Hasilnya didapat dari meneliti bagaimana kaum proletar merasa,
Bab V berisi penutup yang merupakan kesimpulan dan saran dari hasil
17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
Sebelum meneliti ideologi kaum proletar dalam novel Bukan Pasar Malam
karya Pramoedya Ananta Toer, akan diteliti penokohan dan latar dalam novel ini.
Hal ini penting karena dengan melihat penokohan dan latar dapat dilihat lebih jelas
ideologi dirinya.
menjadi beberapa klasifikasi. Yang akan dipakai dalam bagian ini untuk
menganalisis tokoh adalah tokoh utama dan tokoh tambahan. Tidak berhenti pada
identifikasi tokoh utama dan tokoh tambahan, analisis akan dilanjutkan sampai
tersebut.
Dalam bagian ini akan dijelaskan tokoh dan penokohan dari tokoh-tokoh
penting yang ada dalam novel Bukan Pasar Malam. Dalam novel ini tokoh-tokoh
mengenai penokohan dalam cerita ini dapat memberikan pemahaman lebih dalam
18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tambahan. Tokoh utama merupakan tokoh pusat yang ada dalam setiap peristiwa.
Alur utama dalam novel berkaitan dengan tokoh utama. Selain tokoh utama yang
akan dilihat dalam novel ini adalah tokoh utama tambahan dan tokoh tambahan.
Pembagian ini mengikuti apa yang dikemukakan oleh Nurgiyantoro seperti yang
Klasifikasi tokoh utama, tokoh utama tambahan, dan tokoh tambahan ini
tersebut. Dengan mengetahui gradasi tokoh utama dan tambahan, akan lebih mudah
2.1.1.1 Aku
merupakan tokoh yang menjadi penggerak alur. Cerita novel ini diawali
dengan cerita mengenai tokoh Aku dan diakhiri pula oleh tokoh aku.
paling banyak. Hampir dalam setiap peristiwa tokoh Aku menjadi pusat
penceritaan. Hal itu berlaku baik dalam peristiwa yang menghadirkan tokoh
19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tidak dijelaskan dengan rinci berapa usia tokoh aku, namun dari
cerita dalam novel ini usianya kira-kira menjelang 30 tahun. Di usia belasan
Dia adalah seorang pegawai kecil dan baru saja keluar dari penjara.
Dia tinggal di Jakarta. Istrinya adalah seorang berdarah Sunda dari Jawa
Barat. Kegelisahan tiba-tiba datang ketika ada surat dari Blora. Ayahnya
karena dia sedang sakit keras. Surat itu tertanggal 17 Desember 1949. Surat
tersebut berbunyi :
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Ada dua poin utama yang disampaikan Bapak melalui surat ini.
Penekanan bahwa Aku adalah anak tertua juga tertulis di sana. Anak
simpati terhadap situasi yang terjadi pada Aku. Kesulitan ini lebih
kesulitan jiwa. Kesulitan jiwa ini merujuk pada keadaan Aku yang baru saja
keluar dari penjara. “Ya, begitulah permulaan suratnya setelah aku dua
penting ini.
Surat yang juga penting dan selalu diingat oleh Aku adalah surat dari
pamannya. Berbeda dengan surat dari Ayah, surat dari paman lebih eksplisit
Kondisi Ayah yang dikabarkan sangat buruk karena TBC menjadi perhatian
utama sekaligus alasan utama tokoh Aku merasa gelisah. Gelisah karena dia
21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memikirkan kondisi Ayahnya. Lebih lagi dia tidak punya cukup uang untuk
Blora. Selain itu, biaya hidup di sana juga harus ada. Yang dia lakukan
seorang kecil yang tidak bisa menikmati kemegahan Jakarta meskipun dia
tinggal di sana.
tentang orang kaya atau yang dia sebut dengan orang yang punya. Hal ini
22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kebencian terhadap orang yang punya. Ini berkaitan dengan kondisi dan
ditahan selama dua setengah tahun. Namun, tidak diberi penjelasan lebih
lanjut mengapa dia sampai dipenjara. Yang bisa dilihat adalah semasa
senjata. Aku ikut dalam perang ini bisa dilihat dari kenangannya tentang
Dari kenangan Aku tentang masa lalunya semakin jelas bahwa dia
terlibat dalam gerakan perjuangan yang dilakukan oleh pemuda. Ini menjadi
1
Semacam tank yang digunakan untuk perang (dalam bahasa Belanda)
2
Kendaraan perang yang bisa mengangkut orang (dalam bahasa Belanda)
23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bayangan tentang situasi Ayah tak pernah luput dari benak Aku.
kegelisahan tokoh aku terutama tentang keadaan ekonomi juga tak selesai.
Pertama ia harus melihat kenyataan ayahnya yang sakit tidak bisa mendapat
diperbaiki. Kritikan itu datang dari tetangganya yang dulu- seorang tukang
potong kambing.
kesal. Dalam benaknya dia merasa perkataan tukang kambing itu semakin
24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ke dukun untuk mencari solusi. Akan tetapi tetap saja dia masih diliputi
keraguan.
Dia menjadi tokoh utama karena setiap peristiwa yang ada dalam cerita pasti
berkaitan dengan dirinya. Bahkan ketika dia tidak ada dalam sebuah
2.1.2.1 Ayah
Ayah. Tokoh ini secara sederhana bisa dimasukkan dalam tokoh utama,
tetapi dia tidak mendapat porsi sebesar tokoh Aku. Namun demikian dia
25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tetap menjadi fokus penceritaan. Bahkan konflik utama yang harus dihadapi
oleh Aku adalah sakit yang diderita oleh Ayah. Pada akhirnya cerita mulai
Dengan profesinya sebagai guru dan kemudian pengawas sekolah, dia ingin
Ada hal berbeda yang bisa dirasakan dari karakter Aku dan Ayah.
26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
lalunya ketika menjadi guru dan pengawas sekolah, Ayah termasuk dalam
pasukan gerilya. Penjelasan ini bisa diperoleh dari dukun yang dulu sempat
Dukun itu ternyata adalah juga guru. Dan sosok Ayah di matanya
Jadi meskipun kini mengidap sakit paru-paru, menurut duku itu, hal
ini menunjukkan betapa kuatnya Ayah. Menjadi guru kala itu tidak mudah.
Bahkan menurut dukun itu, dia sendiri yang 18 tahun sudah merasa berat.
kemerdekaan sudah didapat, respek itu sudah tidak nampak lagi. Heroisme
dan semangat nasionalisme itu tak membantu Ayah bisa menikmati masa
tuanya.
27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
oleh Ayah.
Aku.
bagaimana pun Ayah tetap merasa bangga sebagai seorang nasionalis yang
28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.1.3.1 Istri
Tokoh tambahan dalam novel ini adalah istri. Dia mendapat porsi
kehadirannya sebagai tokoh dalam novel ini memberi efek keterasingan bagi
tokoh Aku.
Blora untuk menjenguk ayahnya yang sakit. Ia juga mengatakan agar tidak
menunjukkan minat yang kecil untuk tinggal di Blora lebih lama. Beginilah
bergairah.
29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
namun beberapa usahanya tidak membuat situasi hati istrinya berubah. Sang
2.2 Latar
Latar waktu yang ada dalam tokoh ini adalah Indonesia pada pasca
17 Agustus 1945. Jika melihat surat di awal cerita tertanggal 17 Desember 1949,
itu artinya cerita ini mengambil latar waktu sekitar empat tahun sesudah Indonesia
Secara lebih khusus Indonesia memasuki masa Revolusi pada tahun 1945-
1950. Itu artinya tahun 1949 yang menjadi latar novel ini berada di tahun-tahun
penghujung Revolusi. Jika lebih lanjut kita melihat perjalanan Aku ke Blora dan
kenanganannya tentang perang maka bisa disimpulkan pula latar waktu novel ini
30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kutipan di atas menunjukan kenangan Aku tentang masa perang. Perang ini adalah
kemerdekaan. Perang itu pun sampai menimbulkan trauma dalam diri Aku.
merupakan peristiwa yang melatari ceritera novel Bukan Pasar Malam. Situasinya
B. Latar Tempat
Dua latar tempat utama dalam novel Bukan Pasar Malam adalah kota
Jakarta dan kota Blora. Dua kota ini sebenarnya merupakan sebuah kontras keadaan
zaman pada masa Indonesia setelah merdeka. Jakarta menjadi simbol kemajuan dan
merdeka.
31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dari sudut pandang tokoh Aku dia melihat Jakarta sebagai tempat yang
sederhana kalau tidak ingin mengatakan masih jauh dari kemapanan. Lebih lagi,
listrik adalah hal yang masih sangat mewah di sana. Jika di Jakarta bisa dijumpai
ribuan mobil, satu mobil saja di Blora adalah hal yang sangat langka. Latar tempat
yang digunakan oleh Pram untuk membungkus cerita ini adalah situasi yang
timpang antara kota dan desa, antara pusat dan daerah pinggiran. Situasi tempat
tinggal yang tidak kunjung membaik berbanding seimbang dengan situasi ekonomi.
Blora merupakan latar tempat utama dalam novel Bukan Pasar Malam.
Lebih dari separuh peristiwa terjadi di Blora. Sejak kedatangan tokoh Aku dan
istrinya di Blora, seluruh peristiwa terjadi di sana. Latar sempit yang ada di Blora
adalah rumah sakit dan rumah. Rumah sakit adalah tempat Ayah dirawat.
Sementara rumah adalah rumah masa kecil tokoh Aku. Rumah menjadi tempat
32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Latar tempat lain yang perlu dicatat meskipun tidak menghadirkan banyak
peristiwa adalah Semarang. Tokoh Aku dan istrinya mengunjungi Semarang dalam
perjalanan dari Jakarta ke Blora. Hal ini penting untuk mengetahui bahwa pada
masa itu perjalanan naik kereta dari Jakarta ke Blora bukanlah perjalanan sekali
ke Blora.
mencegat kereta yang paling pagi. Setelah dari Semarang latar tempat berfokus di
utara.
diceritakan di tempat ini. Hanya saja, Aku ingat tentang kota kelahirannya. Dia
teringat akan kota kelahirannya dengan jalan-jalan yang sempit dan penduduknya
yang miskin.
sedikit ada informasi yang penting dicatat di sini Blora juga merupakan kota yang
33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tidak lepas dari peperangan. Dalam ingatan Aku, daerah itu merupakan tempat
Melihat bermacam-macam latar tempat yang dipakai dalam novel ini, bisa
diambil kesimpulan bahwa ada latar tempat yang merupakan tempat kejadian atau
peristiwa. Sementara, ada pula latar yang merupakan tempat tokoh Aku mengenang
kejadian lalu ketika dia di dalam kereta dalam perjalanan dari Jakarta menuju Blora.
C. Latar Sosial
Latar sosial novel Bukan Pasar Malam adalah situasi masyarakat ketika
ditonjolkan dalam novel ini adalah kesenjangan sosial antara kaum borjuis dengan
segelintir orang terutama yang punya jabatan yang bisa menikmati kemewahan.
setiap daerah. Bahkan untuk mendapat akses listrik yang memadai orang harus
punya jabatan dan posisi yang memungkinkan. Tanpa jabatan dan posisi yang
34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
negara yang baru saja merdeka. Hal ini bisa dilihat dari kondisi rumah-rumah orang
Peristiwa-peristiwa yang ada dalam novel karya Pram ini terjadi di Jakarta
dan dalam perjalanan ke Blora, serta kota Blora. Oleh karena itu, adat dan kebiasaan
yang berbicara kepada orang lain dengan gaya memperhalus ucapan. Misalnya
ketika tetangga Aku yang tukang potong kambing ingin menyuruh Aku
35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
KONTEKS SOSIAL
KEPENGARANGAN PRAMOEDYA ANANTA TOER
Dalam bagian ini akan dipaparkan situasi sosial Indonesia pada sekitar
sebagai masa Revolusi. Penelitian ini melihat situasi pada masa ini karena latar
waktu novel Bukan Pasar Malam berada di sekitar zaman Revolusi. Ini bisa dilihat
dari surat dari Ayah yang ada di awal novel, yaitu tanggal 17 Desember 1949.
latar waktu. Tahun 1949 menuju 1950 adalah saat Revolusi mencapai titik akhir.
Indonesia telah usai. Kemudian, Indonesia memasuk masa yang disebut sebagai
Ada dua konteks sosial yang akan dipaparkan dalam bagian ini. Pertama,
konteks sosial di Indonesia yang berisi beberapa peristiwa penting dalam pejalanan
Revolusi Indonesia. Kedua, konteks sosial yang ada dalam novel Bukan Pasar
proletar penting untuk melihat bagaimana situasi masyarakat dalam cerita yang
kemerdekaan tidak secara instan membuat kondisi Indonesia menjadi lebih baik.
36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(Ricklefs, 2010:428).
dalam Perang Dunia II dan niat kembalinya Belanda dibantu tentara Sekutu untuk
menduduki Indonesia kembali. Akan tetapi, bukan berarti Jepang sudah pergi dari
sebenarnya bukan tanpa risiko. Dengan kemenangan Sekutu atas Jepang, tentu
menyebutkan adanya kepentingan baik dari Indonesia dan Belanda dalam Revolusi
dengan tujuan yang berbeda. Belanda bertujuan untuk menghancurkan negara yang
dipimpin orang-orang yang bekerja sama dengan Jepang dan memulihkan kembali
daerah jajahan yang sudah mereka bangun lebih dari tiga abad (Ricklefs, 2010:429).
proses penyatuan pergerakan kebangkitan nasional yang sudah dibangun sejak awal
tahun 1900-an (Ricklefs, 2010:428). Revolusi pada masa itu sudah sampai menjadi
lebih tinggi lagi tidak rela menyerahkan tanah mereka kembali kepada Belanda.
Usaha Belanda dalam mengambil alih menjadi hal yang sangat sulit dicapai.
37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terpusat menjadi satu pandangan. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan pendapat
bahwa pada dasarnya situasi di awal Revolusi adalah situasi yang kacau balau. Ada
golongan yang menentang dan yang mendukung. Masyarakat pun terbagi menjadi
generasi tua dan generasi tua, kelompok kiri dan kelompok kanan, juga kekuatan-
Perjuangan Revolusi terbagi menjadi dua arus utama. Yang pertama adalah
Revolusi ini melahirkan euforia bagi bangsa Indonesia. Api perjuangan bangsa
Situasi ini membuat Jepang akhirnya perlahan mundur dari pusat kota ke
pemuda untuk menduduki tempat-tempat penting seperti stasiun kereta api, sistem
trem listrtik, dan stasiun pemancar radio. Aksi ini dikhawatirkan oleh para generasi
Peristiwa penting saat ini adalah diadakannya Medan Merdeka, yaitu rapat
Jepang.
38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penggambarannya tidak herois seperti yang dilakukan oleh Ricklefs. Bahkan judul
yang dia tulis adalah “Revolusi belum Selesai”. Situasi yang pelik pada masa
Krisis revolusioner ini menjadi titik puncak situasi sosial, ekonomi dan
yang bahkan membuat orang mendekat ke kuburan. Yang dikritisi oleh Pram adalah
Revolusi hadir karena situasi alam atas kekosongan kekuasaan kolonial (Toer,
2000:175).
cukup masif dalam kehidupan rakyat Indonesia pada waktu itu. Dalam bidang
sastra, semangat Revolusi juga terlihat dalam seni dan sastra. Inilah yang membuat
suatu generasi sastra dinamakan Angkatan ’45. Daya kreatif sastrawan angakatan
ini memuncak pada masa Revolusi. Tokoh-tokoh sastrawan yang terkenal pada
masa ini di antaranya adalah Chairil Anwar, Pramoedya Ananta Toer, dan Mochtar
Sastra sebagai salah satu bentuk seni dipercaya dapat ikut ambil bagian
dalam perjuangan Revolusi. Pada masa ini pula akhirnya muncul majalah-majalah
dan surat-surat kabar Republik. Media ini beredar terutama di wilayah Jakarta,
39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Seni yang juga bergairah pada masa Revolusi adalah seni rupa. Lukisan-
poster anti-Belanda.
Dalam novel Bukan Pasar Malam diceritakan beberapa masa lalu tokoh
Aku yang sempat dipenjara. Memang di dalam novel tidak dapat ditemukan secara
eksplisit apa yang membuatnya dipenjara. Namun, ingatannya tentang perang tentu
mengindikasikan dia adaah bagian dari kelompok pemuda yang ikut berperang pada
zaman Revolusi.
Revolusi dan orang muda akan membantu untuk melihat apa yang terjadi. Pemuda-
pemuda Indonesia mengambill alih stasiun kereta api dan pemancar radio dari
tangan Jepang.
Gairah dan euforia Revolusi pada masa itu menggerakkan semangat pemuda
untuk melibatkan diri secara langsung dalam pemerintahan. Tan Malaka bahkan
mengatakan Revolusi bagaimana pun juga harus dipegang oleh Pemuda. Pandangan
yang cukup bertentangan dengan apa yang dipikirkan oleh Soekarno dan Hatta.
40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
generasi tua memilih jalan-jalan diplomatik. Jika dikaitkan dengan tokoh Aku
dalam novel Bukan Pasar Malam, sebagai pemuda dia mengangkat senjata. Inilah
penjelasan mengapa dia sampai dipenjara. Lebih lagi, memori tentang peperangan
yang berkobar-kobar. Akan tetapi, kisah yang berbeda muncul dalam novel
Soerabaja karya Idrus. Novel ini memberi gambaran yang kontradiktif dengan
dengan revolver terselip di pinggang dan berjalan dengan angkuh serta menembak
pemerkosaan dan pembunuhan terhadap orang Tionghoa dan Indo yang dianggap
sebagai mata-mata (Brotoseno, 2014:2). Ini berarti perjuangan revolusi dan peran
pemuda yang begitu herois tidak mutlak menjadi satu kisah utama. Ada kekacauan
dan membungkus sebuah karya. Setelah menganalisis tokoh dan penokohan serta
latar yang menjadi unsur instrinsik dalam novel ini, menjadi lebih jelas bagaimana
41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Perjuangan ini terus dilakukan untuk melepaskan diri dari penjajah. Tujuannya
Indonesia. Penggambaran tentang situasi Blora pada saat Aku sampai bisa memberi
Jika melihat apa yang terjadi di dalam novel, situasi masyarakat saat itu
cukup gamang. Terutama nasib para pejuang nasionalisme seperti Ayah tidaklah
melihat kesejahteraan sebagai sesuatu yang jauh dari mereka. Bahkan, tokoh Aku
kesejahteraan tersebut.
42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mati dalam ketidaksejahteraan. Konteks sosial inilah yang menjadi bungkus cerita
Ananta Toer bukanlah sosok stagnan yang berhenti pada suatu ideologi. Sebagai
berkembang. Ada pendapat yang mengelompokkan karya Pram menjadi dua bagian
besar. Pertama karya Pram sebagai mahakarya dengan kritik sosial yang kental.
Kedua, karya Pram yang cenderung seperti pamflet yang digunakan untuk
Latar sosial Pram adalah seorang penulis yang tidak terlibat dalam
intelectual untuk sikap seperti ini. Itu artinya seorang intelektual yang tidak terkait
dengan partai atau organisasi massa tertentu. Tidak hanya tidak terlibat, Pram
Pada tahun 1950 Pram pernah bekerja di penerbit Balai Pustaka. Dia juga
membuka kantor agen sastra dan fitur bernama “Duta” yang bertahan sampai sekitar
tahun 1954 (Farid, 2008:1). Dengan demikian, ideologi kiri yang selama ini begitu
melekat pada Pram –hingga buku-bukunya dilarang – bukanlah sebuah produk yang
43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sekali jadi. Pramoedya sebagai penulis mengalami proses yang cukup panjang.
Bahkan Farid juga menyatakan bahwa apa yang ditulis oleh Pram pada tahun 1950-
an bernada sama seperti penulis pada itu yang menunjukkan reaksi atas revolusi.
kiri dikonfirmasi oleh dirinya sendiri dalam sebuah wawancara. Hal ini termasuk
juga keterlibatannya dalam PKI dan LEKRA. Pram mengatakan bahwa ia tidak
pernah belajar Marxisme secara formal, bahkan dia tidak pernah dalam acara resmi
Marxis radikal. Ini membuktikan bahwa citra yang dibangun selama ini bahwa dia
penganut komunis dengan pemikiran kiri yang kuat tidak dapat dibenarkan
sepenuhnya. Lebih lanjut, gagasan kiri baru memberi pengaruh pada Pram ketika
dia ikut beberapa kali dalam kegiatan LEKRA. Itu pun terjadi pada tahun 1958 atau
1959 ketika dia diundang oleh LEKRA dalam sebuah pertemuan di Solo.
Tahun berapa tuh.. ‘58 atau ’59. Waktu ada kongres Lekra di
Solo saya diundang. Sambil jalan-jalan saya datang aja.
Sampai di sana saya diminta memberi sambutan. Saya kasih
sambutan. Sudah itu saya tidur aja di hotel. Di Akhir kongres
ternyata saya diangkat sebagai anggota pleno. Nggak pernah
44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Poin yang disampaikan Pram adalah bahwa dia tidak secara sukarela
bergabung dengan Lekra – apalagi berambisi untuk itu. Dia bergabung dengan
Lekra karena diundang dan diangkat menjadi anggota Pleno. Bukti ini memperkuat
bahwa gagasan dan ideologi kiri belum kuat dalam diri Pram sebelum tahun 1958
atau 1959. Berkaitan dengan novel Bukan Pasar Malam yang terbit 1951, Pram
mungkin belum terpengaruh gagasan kiri. Namun, benih pemikiran kiri bisa
sekali tidak menyinggung ideologi kiri. Novel ini menurutnya ditulis tidak lama
setelah perjalanan Pram ke Blora sekita Mei 1950 (Teeuw, 1980:234). Teeuw juga
menampilkan situasi yang suram dan suasana yang kacau yang menjadi tempat
45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
Dengan memahami unsur intrinsik tersebut, akan lebih mudah dipahami dan
ditemukan ideologi proletar muncul. Ideologi tersebut akan ditemukan dari analisa
pikiran, perasaan dan reaksi tokoh. Kurang lebih hal ini sudah mulai nampak dalam
penokohan.
superstuktur yang menjadi kekuatan reproduksi dari struktur sosial. Struktur sosial
ini didasarkan pada pembagian kelas sosial dalam relasi ekonomi. (Faruk, 2014:53)
Ananta Toer dalam novel Bukan Pasar Malam dalam membangun penokohan.
Dalam bagian ini akan dibahas secara lebih mendalam bagaimana ideologi proletar
itu hadir dalam novel ini terutama pada tokoh. Ideologi proletar penting untuk
Ideologi proletar dalam bagian ini ditemukan dari bagaimana tokoh utama
46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Selain itu jika berpegang pada apa yang dikatakan Marx tentang kelas
proletariat, tokoh aku temasuk dalam kelas tersebut. Hal ini dikarenakan Aku tidak
mendapat akses langsung terhadap alat produksi. Dia adalah pekerja atau buruh
Selain tokoh utama, beberapa reaksi dari Ayah sebagai tokoh utama
tambahan dan beberapa dari tokoh tambahan akan dianalisis untuk melihat
sekunder. Kebutuhan primer berkaitan dengan sandang, pangan dan papan. Bagi
masyarakat proletar tentunya kebutuhan primer ini akan selalu menghantui karena
akses mereka terhadap alat produksi sangat terbatas. Hal ini semakin menyesakkan
primer.
Kaum proletar adalah kelas sosial bawah yang lemah secara ekonomi.
Dalam Marxisme yang menentukan kelas sosial adalah alat produksi. Kaum borjuis
atau kelas atas adalah mereka yang mempunyai akses langsung terhadap alat
produksi. Tidak hanya itu mereka adalah pemilik alat produksi. Ini sangat berbeda
dengan kaum proletar atau kelas bawah. Kaum proletar tidak punya akses terhadap
alat produksi. Bahkan yang paling ekstrem bisa dikatakan mereka adalah bagian
47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan apa yang dimaksud Karl Marx di atas semakin jelas bahwa
yang menciptakan jurang yang dalam antara borjuis dengan proletariat adalah
keberadaan alat produksi. Dengan berbagai cara alat-alat produksi itu telah menjadi
Karena tidak memiliki akses terhadap alat produksi, maka kaum proletar
hanya bisa menggantungkan hidup dengan bekerja sesuai dengan apa yang telah
diatur oleh masyarakat kapitalis. Lebih lagi, hasil kerja dan keringat kaum proletar
kembali lebih banyak dinikmati oleh kaum borjuis. Sementara itu, kaum proletar
Keterbatasan akses terhadap alat produksi ini pula yang membuat mereka
akan selalu di bawah secara ekonomi. Kaum proletar menghabiskan hidupnya untuk
tinggal dan pakaian. Namun, pada kenyataannya ada kebutuhan ekonomi di luar
kebutuhan primer.
Dalam novel Bukan Pasar Malam, Aku sebagai bagian kaum proletar harus
di Jakarta sementara ia mendapat surat bahwa Ayahnya sakit dan memintanya untuk
pulang ke Blora. Kebutuhan yang muncul dalam situasi ini adalah kebutuhan
transportasi.
agenda sehari-hari tokoh Aku. Oleh karena itu, tidak aneh jika Aku menjadi
48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Aku kemudian dicurahkan untuk mencari uang. Terlihat bagaimana Aku tidak
punya sisa uang selain untuk makan dan kebutuhan hidup. Dari sini juga bisa dilihat
kegugupan.
sebagai bagian dari kaum proletar. Dalam situasi seperti itu tidak lain pilihan yang
ia ambil adalah mencari hutang. Ini memberikan situasi yang ironis karena
berhutang di saat tidak punya uang sama seperti menggali lubang tanpa punya tanah
Reaksi tokoh Aku yang gugup dan sesak di dada menambah bukti bahwa
Efek dari kegagalannya memenuhi kebutuhan ekonomi ini adalah hujatan terhadap
kaum borjuis. Wajar saja jika kemudian Aku menghujat kaum borjuis.
Perjalanan dari Jakarta ke Blora tidak selesai dalam satu waktu kala itu.
Perjalanan dengan kereta harus berhenti di Semarang untuk transit. Tokoh Aku dan
keesokan harinya. Dan mereka sebagai kaum proletar menginap di hotel yang kotor.
49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Ideologi proletar yang nampak dari paparan di atas adalah kaum proletar
yang merasa gelisah ketika ada kebutuhan ekonomi -di luar kebutuhan primer -
yang muncul di luar agenda mereka. Kegelisahan itu membuat kaum proletar
kesulitan, namun pada akhirnya mereka tetap bisa menikmati kesusahan itu.
Mereka bisa tetap tidur dengan senang di hotel yang sangat kotor.
Kaum proletar yang hanya sibuk untuk memenuhi kebutuhan primer sulit
untuk memiliki tenaga dan biaya untuk membangun rumah lebih bagus. Kebutuhan
tinggal tentunya hanya secukupnya saja. Artinya memiliki rumah yang penting bisa
kemampuan mereka.
Dalam novel ini kelas borjuis digambarkan secara masif melalui kota
Jakarta. Tokoh Aku melihat Jakarta sebagai tempat yang dipenuhi dengan banyak
mobil dan polusi. Selain itu, ada istana negara yang menjadi simbol kemegahan di
Jakarta.
dan berandai-andai bahwa ia juga bisa punya mobil. Dalam permenungannya Aku
50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tahu bahwa dengan menjadi orang kaya ia tak perlu bersusah payah untuk mencari
musuhnya. Dia pun akhirnya mengumpat terhadap kaum borjuis. Secara eksplisit
dia mengatakan:
Tidak hanya berhenti di sana, tokoh Aku juga melanjutkan dengan nada
satire menghadapi keberadaan kaum borjuis. Demikian dia berkata dalam hati :
Pemikiran tokoh Aku melihat kenyataan hidup mewah yang ada di istana
negara ini bisa tentu menjadi perbandingan yang sangat timpang antara hidup di
bawah dan hidup di atas. Para penghuni istana negara adalah golongan borju yang
51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Aku secara eksplisit menyebut kalau selain presiden dan menteri tidak
orang yang punya jabatan tinggi sebagai lawan yang tidak seimbang. Lebih lagi,
orang-orang yang punya kuasa untuk memberikan listrik bukanlah orang yang
mudah memberikan perhatian. Ini dikarenakan agar bisa menambah tiga puluh atau
lima puluh watt peru menyogok dua atau tiga ratus rupiah.
Konflik utama yang menggerakkan alur cerita novel ini adalah Ayah tokoh
Aku sakit keras. Ayah yang merupakan tokoh nasionalis tetap tidak bisa
rumit.
memprihatinkan. Ayahnya memang berada di rumah sakit yang lebih tepat disebut
sebagai sebuah tempat perawatan sederhana. Rumah sakit itu terletak di pelosok
sanatorium. Tokoh Aku dan adik-adiknya tahu akan keberadaan sanatorium ini,
namun tidak mungkin untuk mendapat akses ke sana. Sanatorium bisa memberikan
fasilitas yang lebih lengkap untuk merawat penyakit TBC. Penyebab Ayah tidak
52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dirawat di sana adalah satu : mahal. Orang-orang menjawab demikian ketika orang
perwakilan daerah. Dengan menjadi anggota DPD tentu uang Ayah akan lebih
banyak dan bisa untuk mengakses fasilitas di sanatorium. Akan tetapi, idealisme
Ayah membuatnya menolak tawaran itu. Begini salah satu adik Aku menceritakan
jawaban Ayah :
Sebagai bagian dari kaum proletar tentu idealisme Ayah ini membuatnya
membuatnya tidak bisa mendapat akses penuh terhadap layanan kesehatan. Ayah
53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Akses kesehatan zaman itu tidak bisa dibandingkan seperti sekarang. Guru
yang berstatus sebagai PNS punya asuransi kesehatan yang lebih mudah sekarang.
Ayah sebagai guru tidak punya akses semacam itu. Bahkan, gajinya yang belum
dibayar pun terungkap ketika suatu pagi perawat datang untuk meminta gaji.
Pagi itu seorang juru rawat yang semalam kena dinas jaga
malam datang ke rumah kamu dan menyerahkan selembar
kwitansi – minta voorschot3 gaji untuk bulan Maret! Bulan itu
adalah bulan Mei. Kwitansi itu adalah dari Ayah. Aku tak
mengeri mengapa voorschot untuk bulan Maret yang
dipintanya. Dan di kala hal ini kutanyakan pada paman, ia
mengatakan : “Sejak kita merdeka, guru belum dibayar. Hampir
setengah tahun ini.” (Toer, 1999:69)
Kesulitan akses ini karena memang tidak adanya uang. Uang yang
digantungkan dari gaji, sementara hampir setengah tahun gaji guru belum
dianggap mulia- itu tak menjamin ia mendapat akses kesehatan yang lebih baik.
Marx mengatakan bahwa yang menentukan posisi kelas adalah akses terhadap
alat produksi. Dalam hal ini, alat produksi tidak hanya terbatas pada mesin produksi
saja tetapi juga fasilitas kesehatan. Inilah mengapa akses kesehatan menjadi hal
yang tidak mungkin bagi kaum proletar. Hal ini disebabkan akses kesehatan
merupakan alat produksi yang sangat sulit diakses oleh kaum proletar.
borjuis, menarik juga untuk dilihat bagaimana relasi antar kaum proletar itu sendiri.
3
Istilah dalam Belanda untuk menyebut uang muka atau pembayaran di depan.
54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pertama bisa dilihat bagaimana relasi antara Ayah dan perawat di rumah sakit.
Perawat sekalipun bagian dari rumah sakit adalah bagian dari rakyat pekerja. Dia
Dalam novel ini, perawat bekerja hanya karena motif ekonomi. Merawat
orang sakit yang miskin tentu tidak akan memberikan keuntungan ekonomi yang
terlalu tinggi. Maka dalam novel ini, perawat merawat Ayah dengan perhatian
secukupnya saja.
dalam kwitansi yang akan diserahkan perawat kepada tokoh Aku. Namun, pesan itu
tidak disampaikan dan yang penting hanyalah mereka bisa segera mendapat uang.
Padahal di balik kwitansi itu sebenarnya ada pesan dari Ayah untuk anaknya
supaya ia dibawa pulang saja. Namun, pesan itu tidak tersampaikan. Pesan itu
berbunyi demikian :
Anakku!
Aku sudah tak tahan tinggal di rumah sakit ini. Dan karena
para famili telah kumpul, lebih baik aku bawa saja pulang.
Datanglah ke rumah sakit secepatnya.
Bapakmu. (Toer, 1999: 71)
55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pulang dan berharap pesan itu bisa sampai kepada anaknya. Namun, pesan itu tidak
sampai. Di hari ketika berharap akan pulang. Anak-anaknya datang seperti ketika
Apa yang terjadi di atas menunjukkan bela rasa antar kaum proletar tidak
ada. Yang penting bagi kaum proletar adalah mendapat uang karena itulah yang
menjadi agenda hidup mereka sehari-hari. Bukan karena mereka ingin menumpuk
uang, tetapi memang kebutuhan utama mereka perlu uang yang didapat dengan
susah payah.
menunjukkan bagaimana sindirannya terhadap rumah reyot yang ada di Blora. Dia
menyarankan agar tokoh Aku untuk merenovasi rumah itu. Meskipun demikian,
berpikir tentang kebutuhan ekonomi lebih dalam. Padahal, di satu sisi dia sudah
nasionalis dan guru akan membuat status sosialnya berada di atas. Namun, dalam
56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
situasi ekonomi. Meskipun seorang pejuang kemerdekaan, tetapi status sosial Ayah
dianggap setara oleh Tukang potong kambing karena kondisi ekonomi Ayah dan
relasi yang harmonis. Relasi itu lebih banyak dipengaruhi oleh motif ekonomi
merupakan anak dari Ayah yang seorang nasionalis dan punya jasa besar sebagai
guru, namun tetap saja dengan mudah tentangganya memberikan sindiran karena
rumahnya yang jelek. Ejekan pun muncul dari sesama kaum proletar, padahal
belum tentu situasi yang mengejek lebih baik daripada yang diejek.
57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini mengkaji novel Bukan Pasar Malam karya Pramoedya Ananta
Toer dengan pendekatan sosilogi sastra. Sementara teori yang digunakan untuk
menganalisis adalah Marxisme. Salah satu analisis sosilogi sastra adalah melihat
karya sastra sebagai sebuah cerminan masyarakat. Di sini konteks sosial menjadi
Tokoh dan penokohan novel ini dapat dibagi menjadi tokoh utama, tokoh
utama tambahan, dan tokoh tambahan. Tokoh utama novel ini adalah tokoh Aku
yang menjadi pusat semua cerita. Aku berada dalam semua kejadian yang ada
dalam novel. Semua peristiwa dan kejadian tidak pernah lepas dari tokoh Aku.
Tokoh utama tambahan adalah Ayah. Ayah menjadi tokoh utama tambahan
karena mendapat porsi penceritaan yang banyak, tetapi tidak sebanyak Aku.
Konflik dan alur cerita berdinamika lebih banyak dipengaruhi relasi antara tokoh
Aku dan ayah. Kemudian, tokoh tambahan yang ada dalam novel adalah isteri Aku.
Selain itu juga ada adik-adik, perawat dan tukang potong kambing.
Latar waktu novel ini adalah penghujung masa Revolusi yang bisa dilihat
dari surat Ayah kepada Aku. Surat itu tertanggal tahun 1949. Pada masa ini
58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Latar tempat utama novel Bukan Pasar Malam adalah Jakarta dan Blora.
Jakarta merupakan tempat tinggal Aku setelah keluar dari penjara. Jakarta adalah
Blora merupakan kampung halaman tokoh ini. Kota ini adalah tujuan Aku
dan istrinya untuk menjenguk Ayah yang sakit TBC. Blora menjadi simbol belum
sudah sangat tua dan hampir roboh. Hampir separuh lebih cerita ini berada di Blora,
Latar tempat yang juga menyertai cerita adalah di dalam kereta api dan kota-
kota serta daerah-daerah yang dilalui oleh kereta itu dalam perjalanan dari Jakarta
menuju Blora. Kota-kota itu antara lain Cakung, Lemah Abang, Semarang,
Rembang dan batas Kota Blora. Di daerah-daerah itu Aku mengingat kembali
Konteks sosial novel Bukan Pasar Malam adalah Indonesia pada zaman
akan masa depan terutama akan kebutuhan hidupnya. Pejuang nasionalis yang
dalam novel ini ini diwakili oleh Ayah dan Aku mengalami nasib yang buruk. Ayah
harus menghabiskan masa tua dengan sakit di rumah sakit yang tidak begitu bagus.
sehari-hari.
feodalisme dan bergerak ke arah kapitalisme. Situasi seperti ini oleh Marx (1848)
59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
disebut sebagai efek dari borjuasi yang menghilangkan segala relasi budaya yang
sudah dibangun begitu lama dan digantikan dengan relasi ekonomis yang lebih
kesehatan mapan adalah hal yang mustahil; d) Relasi kehidupan adalah relasi
ekonomi.
Ideologi proletar memang tidak sangat kuat ada dalam novel Bukan Pasar
Malam. Hal ini disebabkan Pramoedya Ananta Toer belum terpengaruh secara kuat
oleh ideologi kiri. Akan tetapi, temuan ideologi proletar dalam novel ini
menunjukkan bahwa benih-benih ideologi kiri sudah mulai ditunjukkan oleh Pram.
Revolusi. Novel ini memberi penjelasan bahwa kehidupan waktu itu tidak mudah
dan para pejuang nasionalis tidak dapat menikmati hidup dengan bahagia setelah
kemerdekaan. Novel karya Pram ini juga memberikan bagaimana ideologi proletar
5.2 Saran
Untuk penelitian lebih mendalam novel Bukan Pasar Malam bisa diteliti
kiri, sepeti di antaranya Perburuan (1950), Keluarga Gerilya (1950), Cerita dari
Blora (1951), Mereka yang Dilumpuhkan (1951). Dengan demikian bisa dilihat
pola dan tema besar karya-karya Pram sebelum tahun 1958 ketika dia sudah aktif
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
di LEKRA. Hasil penelitian tersebut nantinya bisa menjadi bagian dari periodisasi
Novel Bukan Pasar Malam karya Pramoedya Ananta Toer juga belum
pernah diteliti dengan pendekatan psikologi sastra dan historis. Dengan psikologi
sastra menarik untuk dilihat bagaimana pergulatan batin tokoh Aku dan Ayah dalam
keotentikan sejarah dan kesetiaan sejarah yang ada dalam novel ini. Alasannya,
Pram menyebut beberapa kota dan peristiwa yang menjadi latar novel ini.
61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Baehaki, Akun. 2014. Marjinalisasi Kaum Proletar pada Novel Bukan Pasar Malam
Karya Pramoedya Ananta Toer. Skripsi. Universitas Negeri Gorontalo.
Barry, Peter. 2010. Beginning Theory; Pengantar Komprehensif Teori Sastra dan
Budaya. Yogyakarta: Jala Sutra.
Bennet, Tony. 1979. New Accents: Formalism and Marxism. London: Methuen &
Co Ltd.
Eagleton, Terry. 2006. Marxism and Literary Criticsm.London: Taylor & Francis
e-Library.
Fiyani, Mega. 2011. Nilai Sosial dalam Novel Bukan Pasar Malam Karya
Prammedya Ananta Toer; Implikasinya terhadap Pembelajaran Satra. Skripsi.
Jakarta : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidaytullah.
Kurniawan, Eka. 2002. Pramoedya Ananta Toer dan Sastra Realisme Sosialis.
Yogyakarta: Jendela.
Marx, Karl dan Engels, Friedrich. 1964. The Communist Manifesto. New York: A
Washington Square Press Publication.
Marx, Karl dan Engels, Friedrich. 1848. Manifesto Partai Komunis. Stable URL:
https://www.marxists.org/indonesia/archive/marx-engels/1848/manifesto/
Diakses: 14/12/2016, 14:00.
62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustidaka Pelajar.
Sirait, Hasudungan, dkk. 2011.Pram Melawan; Dari Perkara Sex, Lekra, PKI
sampai Proses Kreatif. Jakarta: Penerbit Nalar.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta : Duta
Wacana University Press.
Toer, Pramoedya Ananta. 1999. Bukan Pasar Malam. Yogyakarta: Bara Budaya
Yogyakarta.
Toer, Pramoedya Ananta. 2000. Nyanyi Sunyi Seorang Bisu Jilid 2. Jakarta: Hastra
Mistra.
Vickers, Adrian (2005). A History of Modern Indonesia. New York: Cambridge
University Press.
63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BIODATA PENULIS
Negeri Jumapolo dan lulus pada tahun 2009. Tahun 2013, penulis memasuki
jenjang perguruan tinggi dan masuk di Program Studi Sastra Indonesia Universitas
Sanata Dharma. Selama berkuliah, penulis aktif dalam kegiatan Bengkel Sastra,
selain menjadi panitia kompetisi Wikipedia Jawa tahun 2015-2016. Penulis juga
merupakan instruktur BIPA di Lembaga Bahasa Sanata Dharma sejak tahun 2015.
64