Anda di halaman 1dari 2

JHONI SETIAWAN

15
X TB II

MUSH'AB BIN UMAIR (Duta Islam Yang Pertama) Bagian Pertama

Kelahirannya

Ia dilahirkan dan dibesarkan di kota mekkah dengan penuh


kesenangan dan kebahagiaan. Pemuda yang berkecukupan biasa hidup mewah dan manja.
Menjadi buah bibir gadis-gadis Mekkah dan menjadi bintang di tempat-tempat pertemuan,
akan meningkat sedemikian rupa hingga menjadi buah cerita tentang keimanan, menjadi tamsil
dalam semangat kepahlawanan. Sehingga para Muarrikh dan ahli riwayat melukiskan
semangatnya kemuadaanya dengan kalimat: " Seorang warga Mekkah yang mempunyai nama
paling harum "

Kisah masuk Islam Mush'ab bin Umair

Pada suatu senja didorong oleh kerinduannya pergilah ia ke rumah Arqom menyertai
rombongan itu. Di tempat itu Rasulallah sering berkumpul dengan para sahabatnya, tempat
mengjarkan ayat-ayat Al-Qur'an dan membawa mereka beribadah kepada Allah yang maha
besar.

Baru saja Mush'ab bin Umair mengambil tempat duduknya, ayat-ayat al-qur'an mulai mengalir
dari kalbu Rasulullah bergema nmelalui kedua bibirnya dan sampai ke telinga meresapdi hati
para pendengar. Di senja itu Mush'ab bin Umair terpesona oleh untaian kalimat rasulallah yang
tepat menemui sasaran pada kalbunya.

Hampir saja anak muda itu terangkat dari tempat duduknya karena rasa haru, dan sersa terbang
karena gembira. Tetapi rasulallah mengulurkan tangannya yang penuh berkah dan kasih sayang
serta mengurut dada pemuda itu yang sedang panas bergejolak, hingga tiba-tiba menjadi sebuah
lubuk hati yang tenang dan damai. Tak ubah bagai lautan yang teduh dan dalam. Pemuda yang
telah Islam dan Iman itu nampak telah memiliki ilmu dan hikmah yang luas berlipat ganda dari
ukuran usianya dan mempunyai kepekatan hati yang mampu merubah sejarah.

Kisah Mush'ab bin Umair dan Ibunya

Khunais binti Malik yakni ibunda Mush'ab bin Umair, seorang yang berkepribadian kuat dan
pendiriannya tak dapat ditawar atau diganggu gugat. Ia wanita yang disegani bahkan ditakuti.

Ketika mush'ab bin Umair masuk Islam tiada yang ditakuti kecuali ibunya. Bahkan walau
seluruh penduduk mekkah beserta berhala-hala para pembesar dan padang pasirnya berubah
rupa menjadi suatu kekuatan yang menakutkan yang hendak menyerang dan
JHONI SETIAWAN
15
X TB II

menghancurkannya, tentulah Mush'ab Bin Umair akan menganggapnya enteng. Tapi tantangan
dari ibunya bagi Mush'ab bin Umair tidak dianggap kecil.

Suatu ketika ibunya mengetahui bahwa ia masuk Islam maka ditangkaplah Mush'ab bin Umair
dan di sidanglah Mush'ab Bin Umai dihadapan Ibu dan keluarganya. Serta para pembesar
Mekkah. Dengan hati yang yakin dan pasti dibacakannya ayat-ayat Al-Qur'an yang
disampaikan rasulullah untuk mencuci hati nurani mereka, mengisinya dengan hikmah dan
kemuliaan, kejujuran dan ketaqwaan.

Ketika sang Ibu hendak membungkam mulut putranya dengan tamparan keras, tiba-tiba tangan
yang terulur bagai anak panah itu surut dan jatuh terkulai demi melihat nur atau cahaya yang
membuat wajah yang telah berseri cemerlang itu kian berwibawa dan patut diindahkan serta
menimbulkan suatu ketenangan yang mendorong dihentikannya tindakan.

Saat perpisahan anatar Mush'ab bin Umair dengan Ibunya menggambarkan kepada kita
kegigihan luar biasa dalam kakafiran dari pihak ibu, sebaliknya kebulatan tekad yang lebih
besar dalam mempertahankan keimarinan dari pihak anak yaitu Mush'ab bin Umair. Ketika
sang ibu mengusirnya dari rumah sambil berkata " Pergilah sesuka hatimu! Aku bukan
ibumu lagi ". Maka mush"ab bin Umair pun menghampiri ibunya sambil berkata: " Wahai
bunda! Telah anakanda menaruh kasihan kepada bunda, karena itu saksikannlah bahwa
tiada illah melainkan Allah dan Muhammad adalah utusan dan hambanya ".

Dengan murka dan naik darah ibunya menyahut: " Demi binatang ! sekali-sekali aku takkan
masuk ke dalam agamamu itu.otakku bisa rusak dan buah pikiranku takkan diindahkan
orang lagi".

Demikianlah Mush'ab bin Umair meninggalkan semua kemewahan dan kesenangan yang
dialaminya selama itu, dan memilih hidup miskin dan sengsara. Pemuda yang ganteng
dan perlente itu kini telah menjadi seorang yang melarat dengan pakainnya yang kasar dan
usang, sehari makan dan sehari tidak. Tetapi jiwanya yang telah dihiasi dengan akidah yang
suci dan cemerlang berkat sepuhan nur ilahi, telah merubah dirinya menjadi seorang manusia
lain, yaitu manusia yang dihormati, penuh wibawa dan disegani. Bersambung.

Anda mungkin juga menyukai