Anda di halaman 1dari 20

1. Air adalah zat yang sangat dibutuhkan oleh manusia maupun hewan dan tumbuh-tumbuhan.

Air
menutupi hampir 71% permukaan Bumi. 97% air di bumi adalah air asin, dan hanya 3% berupa
air tawar yang lebih dari 2 per tiga bagiannya berada dalam bentuk es di glasier dan es kutub.
Laut dan sumber-sumber air lain di alam ini merupakan suatu mata rantai yang membentuk
siklus yang dikenal sebagai daur hidrologi (hydrology cycle). Jumlah air yang menguap setiap
saat untuk mempertahankan daur hidrologi ini adalah sekitar 13.000 kilometer kubik dan
disebarkan secara merata ke seluruh atmosfer bumi. Bagian terbesar dari air yang menguap ke
udara tersebut berasal dari air laut. Pada kondisi lingkungan yang tepat, uap-uap air ini dapat
terkondensasi sehingga membentuk hujan, salju, embun dan kabut. Air yang menguap dan
meninggalkan permukaan bumi dalam siklus hidrologi, akan dikembalikan ke bumi dalam
jumlah yang sama. Air yang bergerak dalam suatu siklus hidrologi akan bersentuhan dengan
bahan atau senyawa lain, sehingga bahan-bahan tersebut terlarut ke dalam air. Jadi pada
hakekatnya tidak ada air yang betul-betul murni.
Sumber-sumber air yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung kehidupan adalah
sebagai berikut :
A. Air laut :
Air laut memiliki kandungan garam-garam yang cukup banyak jenisnya dan salah
satu diantaranya adalah garam NaCl (2,7%).
B. Air tawar :
Air tawar dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu :
a. Air hujan
Air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Air hujan banyak
mengandung kotoran. Air hujan merupakan penyubliman awan/uap air yang
ketika turun dan melalui udara akan melarutkan benda-benda yang terdapat di
udara, gas (O2 CO3 N2 dan lain-lain), jasad-jasad renik, debu. Walau pada saat
resipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cendrung mengalami
pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di
atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas,
misalnya, karbondioksida, nitrogen, dan amonia. Air hujan juga mempunyai
sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-baik reservoir
sehingga hal ini akan mempercepat terjadinya korosi atau karatan.
b. Air Permukaan
Air permukaan adalah air yang mengalir di permukaan bumi. Air
permukaan merupakan air baku utama bagi produksi air minum di kota-kota
besar. Sumber air permukaan dapat berupa sungai, danau, mata air, waduk,
empang, dan air dari saluran irigasi. Kandungan pengotor (impurities) yang
terdapat dalam air permukaan sangat bervariasi, bergantung pada
lingkungannya. Bahan-bahan seperti pestisida, herbisida, dan limbah industri,
banyak terkandungpada air permukaan. Dalam pengunaannya sebagai air
minum, air permukaan haruslah mengalami suatu pengolahan yang sempurna
mengingat bahwa air permukaan ini mempunyai pengotoran yang tinggi sekali.
c. Air Tanah
Air tanah (Ground water) berasal dari air hujan yang jatuh ke
permukaan bumi yang kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke
dalam tanah dan mengalami proses filtrasi secara alami. Air tanah adalah air
tawar yang terletak di ruang pori-pori antara tanah dan bebatuan dalam. Proses-
proses yang telah dialami air hujan tersebut, di dalam perjalanannya ke bawah
tanah, membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan air
permukaan.
Sifat/karakteristik air sangat dipengaruhi oleh zat-zat terlarut tersebut. Satu molekul
air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air
bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada
tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0 °C). Air sering disebut sebagai pelarut
universal karena air melarutkan banyak zat kimia. Air berada dalam kesetimbangan dinamis
antara fase cair dan padat di bawah tekanan dan temperature standar. Dalam bentuk ion, air
dapat dideskripsikan sebagai sebuah ion hydrogen (H+) yang berikatan dengan sebuah ion
hidroksida (OH-).
Beberapa sifat fisika air yaitu
• Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 00 C – 1000 C, air berwujud
cair. Suhu 00 C merupakan titik beku dan suhu 1000 C merupakan titik didih.
• Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi yaitu sebesar 73 dyne/cm pada 20
0
C. Tegangan permukaan yang tinggi menyebabkan air memiliki sifat membasahi
suatu bahan secara baik (higher wetting ability) yang berguna untuk gaya
kapilaritas air.
• Air adalah pelarut yang baik karena kepolarannya, terutama untuk senyawa ionik
dan garam yang polar. Sifat ini memungkinkan air digunakan sebagai pencuci
yang baik dan pengencer bahan pencemar (polutan) yang masuk ke badan air.
II.1 Penggunaan Air di Industri
Air bagi suatu industri adalah bahan penunjang baik untuk kegiatan langsung atau
tak langsung. Diperkirakan bahwa 15% air di seluruh dunia dipergunakan untuk industri.
Penggunaan air di industri biasanya untuk mendukung beberapa sistem, antara lain :
- Sistem pembangkit uap (boiler)
- Sistem pendingin
- Sistem pemroses (air proses)
- Sistem pemadam kebakaran
- Sistem air minum
Contoh : pemakaian air di dalam industri pupuk urea, air dipakai untuk berbagai
maksud, antaranya sebagai media pendingin, untuk penyediaan uap air yang dipergunakan
untuk proses, menggerakkan turbin uap, dan lain-lain. Keluarnya air dari industri tanpa
dilakukan pengolahan terlebih dahulu dapat disebut sebagai polusi. Polusi meliputi
pelepasan larutan kimia (polusi kimia) atau pelepasan air sisa penukaran panas (polusi
termal). Untuk mengurangi polusi yang dihasilkan, ada beberapa solusi yang dapat dilakukan
oleh dunia industri, yaitu:
 Minimalisasi air limbah pada proses produksinya melalui optimalisasi proses
 Pemakaian kembali sisa air proses
 Pemanfaatan kembali air limbah
 Melakukan pengambilan kembali air limbah
 Penerapan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)
2.

Pengujian kimia
Sampel air dapat diperiksa menggunakan prinsip-prinsip kimia analitik. Banyak metode pengujian
yangditerbitkan tersedia untuk senyawa organik dan anorganik.
Parameternya berupa:
A. DO (Dissolved Oxygen)
Yang dimaksud dengan DO adalah oksigen terlarut yang terkandung di dalam air, berasal dari
udara danhasil proses fotosintesis tumbuhan air. Oksigen diperlukan oleh semua mahluk yang
hidup di air sepertiikan, udang, kerang dan hewan lainnya termasuk mikroorganisme seperti
bakteri. Agar ikan dapat hidup,air harus mengandung oksigen paling sedikit 5 mg/ liter atau 5 ppm
(part per million). Apabila kadaroksigen kurang dari 5 ppm, ikan akan mati, tetapi bakteri yang
kebutuhan oksigen terlarutnya lebihrendah dari 5 ppm akan berkembang.

B. BOD (Biochemical Oxygent Demand )


BOD adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses
mikrobiologisyang benar -benar terjadi dalam air. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk
menentukan bebanpencemaran akibat air buangan dan untuk mendesain sistem pengolahan secara
biologis. Dengan tesBOD kita akan mengetahui kebutuhan oksigen biokima yang menunjukkan
jumlah oksigen yangdigunakan dalam reaksi oksidasi oleh bakteri. Sehingga makin banyak bahan
organik dalam air, makinbesar B.O.D nya sedangkan D.O akan makin rendah. Air yang bersih
adalah yang B.O.D nya kurang dari 1mg/l atau 1ppm, jika B.O.D nya di atas 4 ppm, air dikatakan
tercemar.

C. COD (Chemical Oxygent Demand )


COD adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis yang
adadalam 1 liter sampel air, dimana pengoksidasi K2,Cr2,O7 digunakan sebagai sumber oksigen.
PengujianCOD pada air limbah memiliki beberapa keunggulan dibandingkan pengujian BOD
yaitu : Sanggupmenguji air limbah industri yang beracun yang tidak dapat diuji dengan
BOD karena bakteri akan matidan waktu pengujian yang lebih singkat, kurang lebih hanya 3 jam
D. TSS (Total suspended Solid )
TSS adalah jumlah berat dalam mg/liter kering lumpur yang ada dalam limbah setelah
mengalamipenyaringan dengan membran berukuran 0,45 mikron. Air alam mengandung zat
padat terlarut yangberasal dari mineral dan garam-garam yang terlarut ketika air mengalir di
bawah atau di permukaantanah. Apabila air dicemari oleh limbah yang berasal dari industri,
pertambangan dan pertanian,kandungan zat padat tersebut akan meningkat. Jumlah zat padat
terlarut ini dapat digunakan sebagaiindikator terjadinya pencemaran air. Selain jumlah, jenis zat
pencemar juga menentukan tingkatpencemaran dan juga berguna untuk penentuan efisiensi unit
pengolahan air .

E. pH
pH adalah drajat keasaman suatu zat. pH normal adalah 6-8. Tujuan metode pengujian ini
untukmemperoleh drajat keasaman (pH) dalam air dan air limbah dengan menggunakan alat pH
meter

F. Total organik karbon (TOC) ,Total Carbon (TC), Inorganic Carbon (IC)
TOC adalah jumlah karbon yang terikat dalam suatu senyawa organik dan sering digunakan
sebagaiindikator tidak spesifik dari kualitas air atau kebersihan peralatan pabrik. Total Carbon
(TC) semuakarbon dalam sample, Total Inorganic Carbon (TIC) sering disebut sebagai karbon
anorganik (IC),karbonat, bikarbonat, dan terlarut karbon dioksida (CO 2); suatu material yang
berasal dari sumber non-hidup. Dalam menganalisa TOC, TC, dan IC kita bisa menggunakan TOC
analyzer.

G. Parameter Logam
Spektroskopi penyerapan atom adalah teknik untuk menentukan konsentrasi elemen logam
tertentudalam sampel. Teknik ini dapat digunakan untuk menganalisa konsentrasi lebih dari 70
jenis logam yangberbeda dalam suatu larutan. beberapa logam yang berbahaya diantaranya : Hg
(merkuri) , Ar (arsen),Cd (kadmium), Pb (timbal)

3. 4.1 Pengolahan Eksternal


Proses pengolahan secara eksternal untuk memperbaiki kualitas air terdiri atas berbagai
jenis, dan penerapan proses-proses tersebut disesuaikan dengan tujuan penggunaan air yang
dikehendaki.
Proses-proses tersebut digunakan untuk mengolah impurities tertentu dan pengolahan air
secara eksternal ini dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu :
A. Proses pendahuluan (pretreatment)
Proses ini umumnya digunakan untuk memperoleh kualifikasi air pendingin atau
sebagai proses awal untuk penyediaan air dengan kualitas yang lebih tinggi.
B. Proses filtrasi
Proses ini khusus untuk menghilangkan zat padat tersuspensi.
C. Proses penurunan/penghilangan padatan terlarut
Proses ini bertujuan menghilangkan padatan terlarut (dissolved solid) tanpa
menggunakan metoda pengendapan secara kimiawi (chemical precipitation), misalnya:
proses pertukaran ion (ion exchange).

4.2 Proses Pendahuluan / Pretreatment

Proses-proses pendahuluan yang akan dibahas antara lain : sedimentasi, aerasi, dan
klarifikasi.

4.2.1 Sedimentasi
Sedimentasi adalah suatu proses yang bertujuan memisahkan/mengendapkan zat-zat padat
atau suspensi non-koloidal dalam air. Pengendapan dapat dilakukan dengan memanfaatkan gaya
gravitasi. Cara yang sederhana adalah dengan membiarkan padatan mengendap dengan sendirinya.
Setelah partikel-partikel mengendap, maka air yang jernih dapat dipisahkan dari padatan yang
semula tersuspensi di dalamnya. Cara lain yang lebih cepat adalah dengan melewatkan air pada
sebuah bak dengan kecepatan tertentu sehingga padatannya terpisah dari aliran air dan jatuh ke
dalam bak pengendap tersebut. Kecepatan pengendapan partikel-partikel yang terdapat di dalam
air bergantung kepada berat jenis, bentuk dan ukuran partikel, viskositas air dan kecepatan aliran
dalam bak pengendap.
Alat sedimentasi terdiri atas dua jenis, yaitu jenis bak pengendap segi empat (rectangular)
seperti terlihat pada Gambar 4.1, dan jenis lingkaran (circular) seperti terlihat pada Gambar 4.2.
Jenis segi empat biasanya digunakan untuk laju alir air yang besar, karena pengendaliannya dapat
dilakukan dengan mudah, sedangkan keuntungan alat sedimentasi jenis lingkaran yaitu memiliki
mekanisme pemisahan lumpur yang sederhana. Proses sedimentasi biasanya dilakukan sebelum
proses klarifikasi.
4.2.2 Klarifikasi
Proses klarifikasi bertujuan untuk menghilangkan padatan tersuspensi, baik yang kasar,
halus atau bersifat koloid. Proses ini mencakup koagulasi, flokulasi dan sedimentasi yang masing-
masing merupakan langkah-langkah tersendiri dengan persyaratan tertentu yang harus dipenuhi
untuk memperoleh hasil yang dikehendaki. Apabila ada kondisi yang merugikan salah satu dari
ketiga langkah tersebut, maka hasil yang diperoleh akan kurang memuaskan. Langkah-langkah
proses klarifikasi tersebut adalah sebagai berikut :

a. Koagulasi

Koagulasi adalah proses penetralan partikel-partikel yang ada dalam air sehingga
sesamanya tidak saling tolak menolak dan dapat diendapkan bersama- sama. Bahan kimia
pengendap dimasukkan ke dalam air dan diaduk dengan cepat. Hasil reaksi kimia yang
terjadi disebut flok (floc) yaitu partikel bukan koloid yang sangat halus.

b. Flokulasi Flokulasi merupakan kelanjutan proses koagulasi, partikel-partikel halus hasil


koagulasi membentuk suatu gumpalan yang besar sehingga lebih mudah mengendap.
Proses flokulasi dibantu dengan cara pengadukan yang lambat.

Air yang telah menjalani proses koagulasi dan flokulasi masuk ke tahap sedimentasi yang
merupakan tahap akhir dari proses klarifikasi. Air yang bersih dapat dipisahkan setelah flok
mengendap. Efisiensi proses ini tidak dapat mencapai l00% sehingga air yang dihasilkan masih
mengandung zat-zat yang tersuspensi dalam bentuk carry over flocs.

Desain alat klarifikasi yang paling tua ditunjukkan pada Gambar 4.3. Langkah- langkah
proses klarifikasi pada alat tersebut dilakukan pada ruangan-ruangan yang terpisah. Langkah-
langkah proses pada alat klarifikasi yang lebih modern dikombi- nasikan dalam satu alat. Contoh
alat tersebut adalah alat jenis solids contact seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.4.

4.2.3 Aerasi

Aerasi adalah proses mekanis pencampuran air dengan udara. Tujuan aerasi adalah sebagai
berikut :

1. Membantu dalam pemisahan logam-logam yang tak diinginkan seperti besi (Fe) dan
mangan (Mn). Besi lebih sering ditemukan daripada mangan. Besi yang terdapat dalam air
biasanya berbentuk ferobikarbonat atau ferosulfat. Oksigen yang dikontakkan dengan air
akan merubah senyawa-senyawa tersebut menjadi ferioksida yang tidak larut dalam air
sehingga dapat dipisahkan dengan menggunakan filter.
2. Menghilangkan gas-gas yang terlarut dalam air terutama yang bersifat korosif. Contoh gas
seperti ini adalah CO2 yang dapat menurunkan pH air sehingga membantu proses korosi
pada logam. Proses penghilangan gas akan makin baik dengan kenaikan 9etabolism9 ,
lamanya waktu kontak, makin luasnya permukaan kontak antara air dengan udara,
banyaknya volume gas yang kontak dengan air
3. Menghilangkan bau, rasa dan warna yang disebabkan oleh mikroorganisma. Penurunan
kualitas air tersebut disebabkan oleh bahan organik yang mengalami dekomposisi, sisa-
sisa atau bahan-bahan hasil 9etabolism mikroba. Aerasi dilakukan dalam alat yang disebut
aerator.
Aerator jenis forced draft fan diperlihatkan pada Gambar 4.5. Gambar 4.6 dan 4.7
memperlihatkan aerator jenis coke- tray aerator dan pressure aerator yang berfungsi untuk
mengoksidasi besi terlarut menjadi besi yang tak larut dengan diikuti pemisahan melalui
filter.
4.3 Filtrasi

Proses filtrasi bertujuan untuk menahan zat-zat tersuspensi (suspended matter) dalam suatu
fluida dengan cara melewatkan fluida tersebut melalui suatu lapisan yang berpori-pori, misalnya :
pasir, anthracite, karbon dan sebagainya. Fluida dapat berupa cairan (zat-zat tersuspensi dalam
cairan/slurry) atau gas. Zat-zat tersuspensi dapat berukuran sangat halus atau kasar, kaku atau
kenyal, berbentuk bulat atau sangat tidak beraturan.

Produk yang diinginkan dapat berupa filtrat atau padatan (cake). Pada kondisi tertentu,
filtrasi dapat digunakan untuk proses penjernihan air dengan cara penyaringan langsung terhadap
air baku. Media penyaring (filter) dapat dioperasikan dengan baik untuk jangka waktu tertentu,
jika pressure drop meningkat sampai batas yang diizinkan, maka harus dilakukan pembersihan
filter dengan cara cuci balik (backwashing). Cuci-balik dilakukan dengan cara mengalirkan air
secara berlawanan arah dengan arah aliran pada saat operasi selama 5 - 10 menit, setelah itu
dilakukan pembilasan.

Filter dapat digolongkan menjadi beberapa jenis berdasarkan siklus operasinya batch atau
kontinu, produk yang diinginkan filtrat atau cake atau gaya pendorongnya (driving force). Jenis
filter yang dikenal berdasarkan gaya pendorong yang digunakan antara lain jenis gravity filter
(Gambar 4.8) dan pressure filter (Gambar 4.9) Pressure filter cukup banyak digunakan karena
memiliki beberapa keuntungan, antara lain :

a. sedikit memerlukan tempat

b. pemasangannya mudah, murah dan cepat

c. unit-unit lain mudah ditambah jika diperlukan

d. mengurangi biaya pemompaan air untuk proses selanjutnya

Pressure filter juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain :

a. keadaan media penyaring sukar dilihat


b. keadaan backwashing tidak dapat dilihat langsung
c. kehilangan media penyaring tidak dapat dilihat langsung.

Contoh jenis filter yang lain adalah up flow filter (Gambar 4.10). Penamaan filter ini didasarkan
pada arah alirannya yaitu dari bawah ke atas. Ukuran media penyaring ditentukan dari Uniformity-
Coefficient (koefisien keseragaman). Semakin kecil harga koefisien ini, semakin seragam ukuran
media penyaring tersebut.

4.4 Pertukaran Ion

Pertukaran ion secara luas digunakan untuk pengolahan air dan limbah cair, terutama
digunakan pada proses penghilangan kesadahan dan dalam proses demineralisasi air.

Pertukaran ion adalah sebuah proses fisika-kimia. Pada proses tersebut senyawa yang tidak
larut, dalam hal ini resin, menerima ion positif atau negatif tertentu dari larutan dan melepaskan
ion lain ke dalam larutan tersebut dalam jumlah ekivalen yang sama. Jika ion yang dipertukarkan
berupa kation, maka resin tersebut dinamakan resin penukar kation, dan jika ion yang
dipertukarkan berupa anion, maka resin tersebut dinamakan resin penukar anion.

Berdasarkan jenis gugus fungsi yang digunakan, resin penukar ion dapat dibedakan
menjadi empat jenis, yaitu :

1. resin penukar kation asam kuat


2. resin penukar kation asam lemah
3. resin penukar anion basa kuat
4. resin penukar anion basa lemah

Operasi sistem pertukaran ion dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu :

1. tahap layanan (service)


2. tahap pencucian balik (backwash)
3. tahap regenerasi
4. tahap pembilasan
Tahapan-tahapan tersebut dapat pula dilihat pada Gambar 4.11
5.1 Pengolahan Internal
Pengolahan air secara internal (internal water treatment) adalah proses
penambahan/penginjeksian suatu atau beberapa bahan kimia (chemicals) ke dalam air yang akan
digunakan untuk proses maupun pendukung proses. Pengolahan air secara internal merupakan
proses yang esensial, terlepas dari kenyataan apakah air itu diolah atau sebelumnya. Oleh karena
itu, pengolahan eksternal dalam beberapa hal tidak diperlukan, sehingga air dapat langsung diolah
dengan cara pengolahan internal saja.
Keuntungan pengolahan air secara internal adalah meniadakan kebutuhan peralatan
pengolahan eksternal yang ekstensif . Hal ini merupakan keuntungan dalam segi ekonomi. Selain
itu, kesederhanaan program pengolahan secara internal memungkinkan penghematan dalam
tenaga kerja untuk pengumpanan dan pengendalian. Masalah-masalah umum yang membutuhkan
pengolahan internal adalah :
1. Masalah korosi Untuk mencegah korosi dan scale digunakan bahan-bahan anorganik
seperti kromat, seng, orthophospat maupun bahan organik seperti polimer sintetik, organic
nitrogen compounds, dan organic phosphorous compounds. Kekurangan penggunaan
poliphospat adalah jika poliphospat berubah menjadi orthophospat, yang dapat bereaksi
dengan kalsium membentuk calsium phospat scale. Untuk mencegah ini pH sistem perlu
dijaga sekitar 7,0 dan juga perlu ditambahkan polimer sintetik untuk menstabilkan calsium
poliphospat.
2. Masalah pembentukan kerak Bahan-bahan kimia yang biasa digunakan untuk menghambat
terjadinya deposit :
a. Threshold inhibitor
Bahan kimia jenis ini adalah poliphospat dan organophosphorous dan polimer seperti
poliacrilatea dapat digunakan untuk mengurangi pengendapan yang ditimbulkan kalsium,
besi dan mangan.
b. dispersant
Bahan kimia jenis ini adalah polielektrolit. Tujuan dari bahan kimia ini adalah untuk
mencegah pengendapan dari dari padatan yang tersuspensi.
c. Surfactants
Bahan kimia yang digunakan untuk mencegah deposit padatan dengan cara ini adalah
surface active agents. Bahan-bahan kimia jenis ini mengakibatkan padatan- padatan
tersuspensi tetap bergerak dalam air sehingga mencegah deposit. Surface active agents
yang biasa digunakan untuk mencegah terjadinya deposit akibat mikroorganisme adalah
dengan penambahan biocides. Biocide ini dapat digunakan untuk membunuh koloni
mikroba. Biocide yang sering digunakan adalah chlorine, yang efektif bekerja pada pH 7,0.
Bahan kimia lain yang sering digunakan adalah bromide, karena bromide tetap efektif pada
pH tinggi.
d. Pengubah susunan kristal
Contoh dari bahan kimia jenis ini adalah tannin, lignin, dan polimer sintetik. Dengan
penambahan bahan kimia jenis ini, deposit tetap terbentuk tapi dengan struktur yang lemah,
sehingga mudah dihancurkan.

4. 2.1 Pengertian Ion Exchanger

Ion exchanger atau resin penukar ion dapat didefinisikan sebagai senyawa hidrokarbon
terpolierisasi yang mengandung ikatan silang (crosslinking) serta gugus-gugus fungsional
yang mempunyai ion-ion yang dapat dipertukarkan. Sebagai zat penukar ion resin
mempunyai karakteristik yang berguna dalam analisis kimia, antara lain kemampuan
menggelembung (selling), kapasitas penukuran dan selektivitas penukaran. Pada saat
dikontakkan dengan resin penukar ion, maka ion terlarut dalam air akan terserap ke resin
penukar ion dan resin akan melepaskan ion lain dalam kesetaraan ekivalen, dengan melihat
kondisi tersebut maka dapat mengatur jenis ion yang diikat dan dilepas.

2.2 Prinsip Penukar Ion


Pertukaran ion adalah sebuah proses fisika-kimia. Pada proses tersebut senyawa yang
tidak larut, dalam hal ini resin, menerima ion positif atau negatif tertentu dari larutan dan
melepaskan ion lain ke dalam larutan tersebut dalam jumlah ekivalen yang sama. Jika ion
yang dipertukarkan berupa kation, maka resin tersebut dinamakan resin penukar kation,
dan jika ion yang dipertukarkan berupa anion, maka resin tersebut dinamakan resin
penukar anion.

Sebagai media penukar ion, maka resin penukar ion harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :

1.Kelarutan yang rendah dalam berbagai larutan sehingga dapat digunakan berulang-
ulang. Resin akan bekerja dalam cairan yang mempunyai sifat melarutkan, karena
itu harus tahan terhadap air.
2.Kapasitas yang tinggi, yaitu resin memiliki kapasitas pertukaran ion yang tinggi.

Kestabilan fisik yang tinggi, yaitu resin diharapkan tahan terhadap tekanan mekanis tekanan
hidrostatis cairan serta tekanan osmosis.

2.3 Jenis Resin Penukar Ion


Berdasarkan jenis gugus fungsi yang digunakan, resin penukar ion dapat dibedakan
menjadi empat jenis, yaitu :

1. Resin penukar kation asam kuat


2. Resin penukar kation asam lemah
3. Resin penukar anion basa kuat
4. Resin penukar anion basa lemah

Resin penukar kation mengandung gugus fungsi seperti sulfonat (R-SO3H),


phosphonat (R-PO3H2), phenolat (R-OH), atau karboksilat (R-COOH), dengan R
menyatakan resin. Gugus fungsi pada resin penukar ion asam kuat adalah asam kuat seperti
sulfonat, phosphonat, atau phenolat, dan gugus fungsi pada resin penukar asam lemah
adalah karboksilat. Gugus fungsi pada resin penukar anion adalah senyawa amina
(primer/R-NH2, sekunder/R-N2H, tersier/R-R'2N) dan gugus ammonium kuartener (R-
NR'3/tipe I, R-R'3N+OH/tipe II), dengan R' menyatakan radikal organik seperti CH3.
Resin anion yang mempunyai gugus fungsi ammonium kuartener disebut resin penukar
anion basa kuat dan resin penukar anion basa lemah mempunyai gugus fungsi selain
ammonium kuartener.

Operasi Sistem Pertukaran Ion


Operasi sistem pertukaran ion dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu :

1. tahap layanan (service)


2. tahap pencucian balik (backwash)
3. tahap regenerasi
4. tahap pembilasan
2.4.1 Tahap Layanan
Tahap layanan adalah tahap dimana terjadi reaksi pertukaran ion. Watak tahap
layanan ditentukan oleh konsentrasi ion yang dihilangkan terhadap waktu, atau volume
air produk yang dihasilkan.

Hal yang penting pada tahap layanan adalah kapasitas (teoritik dan operasi) dan
beban pertukaran ion (ion exchange load). Kapasitas pertukaran teoritik didefinisikan
sebagai jumlah ion secara teoritik yang dapat dipertukarkan oleh resin per satuan massa
atau volume resin. Kapasitas pertukaran ion teoritik ditentukan oleh jumlah gugus fungsi
yang dapat diikat oleh matriks resin. Kapasitas operasi adalah kapasitas resin aktual
yang digunakan untuk reaksi pertukaran pada kondisi tertentu. Beban pertukaran ion
adalah berat ion yang dihilangkan selama tahap layanan dan diperoleh dari hasil kali
antara volume air yang diolah selama tahap layanan dengan konsentrasi ion yang
dihilangkan. Tahap layanan ini dilakukan dengan cara mengalirkan air umpan dari atas
(down flow).
2.4.2 Tahap Pencucian Balik
Tahap pencucian balik dilakukan jika kemampuan resin telah mencapai titik
habis. Sebagai pencuci digunakan air produk. Pencucian balik mempunyai sasaran
sebagai berikut :

1. pemecahan resin yang tergumpal

2. penghilangan partikel halus yang terperangkap dalam ruang antar resin

3. penghilangan kantong-kantong gas dalam unggun, dan

4. pembentukan ulang lapisan resin Pencucian balik dilakukan dengan


pengaliran air dari bawah ke atas (up flow). Pada tahap ini terjadi pengembangan
unggun antara 50 hingga 70%.
2.4.3 Tahap Regenerasi
Tahap regenerasi adalah operasi penggantian ion yang terserap dengan ion awal
yang semula berada dalam matriks resin dan pengembalian kapasitas ke tingkat awal
atau ke tingkat yang diinginkan.

Larutan regenerasi harus dapat menghasilkan titik puncak (mengembalikan waktu


regenerasi dan jumlah larutan yang digunakan). Jika sistem dapat dikembalikan ke
kemampuan pertukaran awal, maka ekivalen ion yang digantikan harus sama dengan
ion yang dihilangkan selama tahap layanan. Jadi secara teoritik, jumlah larutan
regenerasi (dalam ekivalen) harus sama dengan jumlah ion (dalam ekivalen) yang
dihilangkan (kebutuhan larutan regenerasi teoritik). Operasi regenerasi agar resin
mempunyai kapasitas seperti semula sangat mahal, oleh sebab itu maka regenerasi
hanya dilakukan untuk menghasilkan sebagian dari kemampuan pertukaran awal. Upaya
tersebut berarti bahwa regenerasi ditentukan oleh tingkat regenerasi (regeneration level)
yang diinginkan. Tingkat regenerasi dinyatakan sebagai jumlah larutan regenerasi yang
digunakan per volume resin. Perbandingan kapasitas operasi yang dihasilkan pada
tingkat regenerasi tertentu dengan kapasitas pertukaran yang secara teoritik yang dapat
dihasilkan pada tingkat regenerasi itu disebut efisiensi regenerasi. Efisiensi regenerasi
resin penukar kation asam kuat yang diregenerasi dengan H2 anion basa kuat yang
diregenerasi dengan NaOH antara 20-50%, oleh sebab itu pemakaian larutan regenerasi
2-5 kali lebih besar dari kebutuhan teoritik. Pada resin penukar kation asam lemah dan
resin penukar anion basa lemah efisiensi dapat mendekati harga 100%, atau dengan kata
lain kebutuhan larutan regenerasi untuk resin penukar golongan lemah lebih sedikit. Hal
tersebut dapat dijelaskan dengan dua alasan. Pertama, kekariban resin golongan lemah
dengan ion H dan ion OH lebih besar dibandingkan dengan resin golongan kuat. Kedua,
nilai koefisien selektivitas untuk regenerasi adalah kebalikan dari koefisien selektivitas
untuk pertukaran awal.
Besaran untuk menyatakan tingkat efisiensi penggunaan larutan regenerasi adalah
nisbah regenerasi (regeneration ratio) yang didefinisikan sebagai berat larutan
regenerasi dinyatakan dalam ekivalen atau gram CaCO3 dibagi dengan beban
pertukaran ion yang dinyatakan dalam satuan yang sama. Semakin rendah nisbah
regenerasi, semakin efisien penggunaan larutan regenerasi. Harga nisbah regenerasi
merupakan kebalikan harga efisiensi regenerasi. Operasi regenerasi dilakukan dengan
mengalirkan larutan regenerasi dari atas.
2.4.4 Tahap Pembilasan
Tahap pembilasan dilakukan untuk menghilangkan sisa larutan regenerasi yang
terperangkap oleh resin. Pembilasan dilakukan menggunakan air produk dengan aliran
down flow dan dilaksanakan dalam dua tingkat, yaitu :
1. tingkat laju alir rendah untuk menghilangkan larutan regenerasi, dan

2. tingkat laju alir tinggi untuk menghilangkan sisa ion.

Limbah pembilasan tingkat laju alir rendah digabungkan dengan larutan garam
dan dibuang, sedangkan limbah pembilasan tingkat laju alir tinggi disimpan dan
digunakan sebagai pelarut senyawa untuk regenerasi.
2.4.5 Penghilangan Gas (Deaerator)
Penghilangan gas dilakukan sebelum air keluaran kolom kation diolah di kolom
resin penukar anion dimaksudkan untuk mengurangi beban pertukaran pada kolom
penukar anion, yang berarti juga mengurangi penggunaan larutan regenerasi. Setelah
tahap pertukaran kation di resin penukar kation siklus hidrogen, alkalinitas bikarbonat
yang dikandung dalam air umpan akan dikonversi menjadi asam karbonat dan karbon
dioksida, seperti disajikan pada reaksi di bawah ini :

CO2 + H2O ↔ H2CO3 ↔ H+ + HCO3-

Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : karena air keluaran resin penukar
kation bersifat asam, maka reaksi kesetimbangan di atas akan bergeser ke kiri. Air yang
diolah di kolom degasifier mengandung karbon dioksida yang ekivalen dengan
alkalinitas bikarbonat ditambah dengan jumlah karbon dioksida yang larut dalam air
tersebut.
Cara kerja kolom degasifier mengikuti teori-teori yang berlaku untuk proses
stripping (pelucutan). Kandungan CO2 dalam air dilucuti menggunakan udara yang
dihembuskan oleh blower atau secara vakum. Pemakaian kolom degasified dapat
mengurangi kandungan karbon dioksida menjadi 5 mg/l.

5.

Sistem Air Pendingin Terbuka


Dalam sistem siklus terbuka, air dipasok secara kontinyu dari sumber tak terbatas seperti
sungai, danau atau laut yang dipompakan ke kondensor untuk akhirnya dibuang kembali
keasalnya. Dengan menggunakan pompa, air dari sumber dipompa dan dialirkan ke
kondensor dan heat exchangerkemudian dibuang ke saluran pembuangan.

Letak saluran masuk dan saluran pembuangan harus dibuat terpisah sejauh mungkin.
Pemisahan ini bertujuan untuk mencegah terjadinya resirkulasi air dari sisi pembuangan
mengalir ke sisi masuk. Resirkulasi akan menyebabkan penurunan efisiensi kondensor
karena temperatur air menjadi tinggi.

Keuntungan sistem siklus terbuka dibanding siklus tertutup antara lain adalah :

 Biaya modal dan biaya operasinya lebih rendah.


 Peralatan yang digunakan lebih sedikit
 Kinerja kondensor lebih baik karena temperatur air pendingin masuk lebih rendah

Sedangkan kerugiannya adalah :

 Kualitas air tidak dapat dikontrol


 Memerlukan ijin dari instansi lingkungan, karena menimbulkan pencemaran lingkungan
 Sumber air harus tersedia dalam jumlah yang besar dan kontinyu.

Sistem siklus terbuka digunakan pada unit pembangkit yang sumber airnya tak terbatas,
seperti air laut atau danau. Temperatur air ke sisi pembuangan harus dijaga pada batas
yang memenuhi syarat, karena air yang panas cenderung menimbulkan bau dan dapat
mematikan ikan. Gambar 2 menunjukkan diagram siklus terbuka untuk lokasi unit
pembangkit ditepi laut.

Open Evaporative Recirculating Systems


Air tawar yang berasal dari sungai atau danau dipompakan sebagai make-up cooling
tower setelah sebelumnya dilakukan treatment (sedimentasi dan koagulasi) terlebih dahulu.
Air tersebut digunakan untuk mendinginkan proses-proses di dalam pabrik.
Air pendingin yang telah panas kemudian didinginkan di cooling tower untuk
kemudian disirkulasikan kembali ke dalam pabrik. Untuk menjaga kualitas air, misalnya agar
tidak terdapat algae/bacteria dan pengendapan (scaling), maka perlu diinjeksikan beberapa
jenis chemicals tertentu. Kualitas air juga dijaga melalui mekanisme make-up dan blow-down.
Sistem ini banyak digunakan oleh pabrik yang berada dekat dengan sumber air tawar
atau jauh dari laut. Spesifikasi material untuk peralatan yang menggunakan air tawar tidak
perlu sebagus peralatan yang menggunakan air laut, karena air tawar lebih tidak korosif
dibandingkan dengan air laut. Open recirculating system banyak digunakan dalam industri.
Sistem ini terdiri dari pompa, HE, dan cooling tower. Pompa akan meresirkulasikan air melalui
HE, mengambil panasnya, lalu membuangnya di cooling tower dimana panas tersebut akan
dibuang dari air dengan cara evaporasi. Dalam sistem ini, chemical akan lebih banyak
digunakan karena komposisi air akan berubah saat evaporasi berlangsung, dimana konstituen
korosi dan scaling akan lebih pekat (Gumilar, 2011).
Air pendingin teruapkan sekitar 1% water. Kehilangan air akibat penguapan ini harus
dikompensasi oleh make up air pendingin.
Keungtungan menggunakan Open evaporative recirculating systems :
a. Jumlah kebutuhan air medikit (make up);
b. Memungkinkan untuk mengontrol korosi
Kerugian menggunakan Open evaporative recirculating systems :
a. Investasi (capital cost) lebih tinggi daripada once through;
b. Memerlukan cooling tower yang cukup besar;
c. System purge dan blowdown kemungkinan dapat mengakibatkan pencemaran
lingkungan

1. Klasifikasi Menara Pendingin


Ada banyak jenis klasifikasi menara pendingin, namun pada umumnya pengkasifikasian
dilakukan berdasarkan sirkulasi air yang terdapat di dalamnya. Menurut J.R. Singham menara
pendingin dapat diklasifikasikan atas tiga bagian, yaitu:
1. Menara pendingin basah (wet cooling tower)
2. Menara pendingin kering (dry cooling tower)
3. Menara pendingin basah-kering (wet-dry cooling tower)
Setiap jenis menara pendingin ini mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.
a. Menara Pendingin Basah (Wet Cooling Tower)
Menara pendingin basah mempunyai sistem distribusi air panas yang disemprotkan secara
merata ke kisi-kisi, lubang-lubang atau batang-batang horizontal pada sisi menara yang disebut
isian. Udara masuk dari luar menara melalui kisi-kisi yang berbentuk celah-celah horizontal
yang terpancang pada sisi menara. Celah ini biasanya mengarah miring ke bawah supaya air
tidak keluar.
Oleh karena ada percampuran antara air dan udara terjadi perpindahan kalor sehingga air menjadi
dingin. Air yang telah dingin itu berkumpul di kolam atau bak di dasar menara dan dari situ diteruskan ke
dalam kondensor atau dibuang keluar, sehingga udara sekarang kalor dan lembab keluar dari atas
menara.

1. Menara Pendingin Aliran Angin Mekanik ( Mechanical-Draft Cooling Tower)


Pada menara pendingin aliran angin mekanik, udara mengalir karena adanya satu
atau beberapa kipas (fan) yang digerakkan secara mekanik. Fungsi kipas di sini adalah
untuk mendorong udara (forced-draft) atau menarik udara melalui menara (induced-draft)
yang dipasang pada bagian bawah atau atas menara.
Berdasarkan fungsi kipas yang digunakan menara pendingin aliran angin mekanik
dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
a. Tipe aliran angin dorong (forced-draft)
b. Tipe aliran angin tarik (induced draft)
Pada tipe aliran angin dorong (forced-draft), kipas yang dipasang pada bagian
bawah, mendorong udara melalui menara. Jenis ini secara teoritis lebih disukai karena
kipas beroperasi dengan udara yang lebih dingin, sehingga konsumsi daya menjadi lebih
kecil. Akan tetapi, berdasarkan pengalaman jenis ini memiliki masalah-masalah yang
berkaitan dengan distribusi udara, kebocoran dan resirkulasi udara kalor dan lembab
kembali ke menara, serta masalah pembekuan pada masukan kipas ketika musim dingin.
Mengingat banyaknya permasalahan di atas maka pada saat ini menara pendingin
aliran angin mekanik yang sering digunakan pada instalasi adalah tipe aliran angin tarik
(induced draft).Pada menara pendingin aliran tarik, udara masuk dari sisi menara melalui
bukaan-bukaan yang cukup besar pada kecepatan rendah dan bergerak melalui bahan
pengisi (filling material). Kipas dipasang pada puncak menara dan membuang udara kalor
dan lembab ke atmosfer.
Aliran udara masuk menara pada dasarnya horizontal, tetapi aliran di dalam bahan
pengisi (filling material) ada yang horizontal seperti yang terdapat pada menara pendingin
aliran silang (cross flow) dan ada pula yang vertikal seperti menara pendingin aliran lawan
arah (counter flow). Aliran lawan arah lebih sering dipakai dan dipilih karena efisiensi
termalnya lebih baik daripada aliran silang.
Keunggulan menara pendingin aliran angin mekanik adalah:
1. Terjaminnya jumlah aliran udara dalam jumlah yang diperlukan pada
segala kondisi beban dan cuaca.
2. Biaya investasi dan konstruksinya lebih rendah
3. Ukuran dimensinya lebih kecil.
Kelemahan menara pendingin aliran angin mekanik adalah:
1. Kebutuhan daya yang besar
2. Biaya operasi dan pemeliharaan yang besar
3. Bunyinya lebih ribut.
2. Menara Pendingin Aliran Angin Gabungan (Combined Draft Cooling Tower)
Menara pendingin aliran angin alami biasanya mempunyai ukuran yang besar dan
membutuhkan lahan yang luas, tetapi dengan konsumsi daya dan biaya operasi yang kecil.
Sebaliknya menara pendingin aliran angin mekanik ukurannya lebih kecil, namun
membutuhkan daya yang besar. Oleh sebab itu, kedua hal tersebut digabungkan di dalam
menara pendingin aliran angin gabungan (combined draft cooling tower). Menara ini
disebut juga menara pendingin hiperbola berkipas (fan assisted hyperbolic tower) atau
hibrida (hybrid tower).
Menara hibrida terdiri dari cangkang beton, tetapi ukurannya lebih kecil dimana
diameternya sekitar dua pertiga diameter menara aliran angin mekanik. Di samping itu,
terdapat sejumlah kipas listrik yang berfungsi untuk mendorong angin. Menara ini dapat
dioperasikan pada musim dingin tanpa menggunakan kipas, sehingga lebih hemat listrik.

Anda mungkin juga menyukai