Anda di halaman 1dari 6

Mata Kuliah : Asuhan kebidanan kala III persalinan

Topik : Asuhan kala III


Sub Topik : 1. Fisiologi kala III
2. Manajemen aktif kala III
3. Identifikasi placenta
4. Pemantauan kala III
5. Pendokumentasiaan kala III
Dosen : Sri Nanik Wijayanti Amd.keb
Waktu : 50 menit
Objek Prilaku Siswa
Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa mampu;
1. Menjelaskan pengertian kala III persalinan
2. Menjelaskan manajemen aktif kala III
3. Melakukan identifikasi placenta
4. Melakukan pemantauan kala III
5. Melakukan pendokumentasian dengan benar
Referensi
1. JNPK- KR/POGI, 2008, Asuhan Persalinan Normal Jakarta JNPK-KR/POGI
2. JNPK-KR ( 2013 ). Asuhan Persalinan Normal Jakarta : JNPK-KR
3. Prawirohadjo, Sarwono Ilmu kebidanan 2012
4. 2006, buku paanduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal Jakarta YBPSP

A. Fisiologi Kala III


Kala III dimulai sejak bayi lahir sampai lahirnya placenta / uri. Rata-rata lama kala III
berkisar 15-30 menit, baik primipara maupun multipara. Tempat implantasi placenta sering pada
dinding depan dan belakang korpus uteri atau dinding lateral (Sumarah, 2008).
1. Pelepasan Placenta
Setelah bayi lahir, terjadi kontraksi uterus, mengakibatkan volume rongga uterus berkurang,
dinding uterus menebal. Pada tempat implantasi placenta juga terjadi penurunan luas area.
Ukuran placenta tidak berubah, sehingga menyebabkan plasenta terlipat, menebal dan akhirnya
terlepas dari dinding uterus. Plasenta terlepas sedikit demi sedikit. Terjadi pengumpulan
perdarahan diantara ruang placenta dan desidua basalis yang retro placenter hematom. Setelah
plasenta terlepas, plasenta akan menempati segmen bawah uterus atau vagina.

Mekanisme pelepasan plasenta


 Mekanisme Schultz : Pelepasan plasenta yang dimulai dari sentral / bagian tengah sehingga
terjadi bekuan retroplasenta. Tanda pelepasan dari tengah ini mengakibatkan perdaran tidak
terjadi sebelum plasenta lahir. Perdaran terjadi setelah placenta lahir.
 Mekanisme Duncan : terjadi pelepasan placenta dari pinggir atau bersamaan dari pinggir
dan tengah mengakibatkan semburan darah sebelum plasenta lahir.

Tanda-tanda pelepasan plasenta


 Perubaha bentuk uterus. Dari doscoid menjadi globuler akibat dari kontraksi uterus.
 Semburan darah tiba-tiba
 Tali pusat memanjang
 Perubahan posisi uterus. Setelah plasenta lepas dan menempati segmen bawah rahim, maka
uterus muncul pada rongga abdomen

. Pemeriksaan Pelepasan Plasenta


 Kustner : Tali pusat diregangkan dengan tangan kanan, tangan kiri menekan atas simpisis.
Penilaian: Tali pusat masuk berarti belum lepas
Tali pusat bertambah panjang atau tidak masuk berarti lepas
2. Pengeluaran plasenta
Plasenta yang sudah lepas dan menempati segmen bawah rahim kemudian melalui servik, vagina
dan dikeluarkan ke introitus vagina.

Pengawasan perdarahan
a. Selama hamil aliran darah keuterus 500-800 ml/menit
b. Uterus tidak kontraksi dapat menyebabkan kehilangan darah sebanyak 300-500 ml.
c. Kontraksi uterus akan menekan pembuluh darah uterus diantaranya anyaman miometrium.

B. Manajemen Aktif kala III


Syarat : janin tunggal / memastikan tidak ada lagi janin di uterus
Tujuan :Membuat kontraksi uterus efekif.
Keutungan :
 Lama kala III lebih singkat
 Jumlah perdarahan berkurang sehingga dapat mencegah perdarahan postpartum
 menurunkan kejadian retensio plasenta

Manajemen aktif kala III terdiri dari :


 Pemberian oksitosin
 Penegangan tali pusat terkendali
 Masase fundus uteri

Penjelasan
 Pemberian oksitosin 10 U
 Sebelum memberikan oksitosin, melakukan pengkajian dengan melakukan palpasi pada
abdomen untuk meyakinkan hanya ada bayi tunggal.
 Dilakukan sepertiga paha bagian luar
 Bila 15 menit plasenta belum lahir, maka berikan oksitosin ke-2, evaluasi kandung kemih
apakah penuh. Bila penuh lakukan kateterisasi.
 Bila 30 menit belim lahir, maka berikan oksitosin ke-3, sebanyak 10 mg dan rujuk pasien
 Penegangan tali pusat terkendali
 Klem dipindahkan 5-10 cm dari vulva
 Tangan kiri diletakkan di atas perut memeriksa kontraksi uterus. Ketika menegangkan tali
pusat tahan uterus.
 Saat ada kontraksi uterus, tangan di atas perut melakukan gerakan dorso cranial dengan
sedikit tekanan. Cegah agar tidak terjadi inversion uteri
 Ulangi lagi bila plasenta belum lepas
 Pada saat plasenta belum lepas, ibu dianjurkan sedikit meneran dan penolong sambil terus
mengangkat tali pusat.
 Bila plasenta sudah tampak lahir di vulva, lahirkan dengan kedua tangan. Perlu diperhatikan
bahwa selaput placenta mudah tertinggal maka plasenta ditelungkupkan dan diputar dengan
hati-hati searah dengan jarum jam

 Masase fundus uteri


 Tangan diletakkan diatas fundus uteri.
 Gerakan tangan dengan pelan, sedikit ditekan, memutar searah jarum jam. Ibu diminta
bernafas dalam untuk mengurangi ketegangan atau rasa sakit.
 Kaji kontraksi uterus 1-2 menit, bombing pasien dan keluarga untuk melakukan masase
uterus.
 Evaluasi kontraksi uterus setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan 30 menit pada jam ke-
dua.

C. Identifikasi Plasenta

 Selaput ketuban utuh atau tidak


 Plasenta : ukuran plasenta ± 20 - 25 cm
 Bagian maternal : jumlah kotiledon, keutuhan pinggir kotiledon
 Bagian fetal : utuh atau tidak
 Tali pusat : jumlah arteri atau vena yang terputus untuk mendeteksi plasenta
suksenturia. Insersi tali pusat apakah sentral, marginal, serta panjang tali pusat.

D. Pemantauan kala III


 Perdarahan : Jumlah darah diukur, disertai dengan bekuan darah atau tidak
 Kontraksi uterus : bentuk uterus, intensitas.
 Robekan jalan lahir / laserasi, rupture perineum.
 Tanda vital :
Tekanan darah bertambah tinggi dari sebelum persalinan
Nadi bertambah cepat
Temperatur bertambah tinggi
Respirasi berangsur normal
Gastrointestinal normal, pada awal persalinan mungkin muntah
 Personal hygiene

F. Pendokumentasian Kala III


a) Lama kala III
b) Pemberian oksitosin berapa kali
c) Bagaimana pelaksanaan Penegangan Tali Pusat Terkendali
d) Perdarahan
e) Kontraksi uterus
f) Adakah laserasi jalan lahir
g) Vital sign ibu
h) Keadaan bayi baru lahir
Kesimpulan
Penyebab terpisahnya plasenta dari dinding uterus adalah kontraksi uterus (spontan atau dengan
stimulus) setelah kala dua selesai. Berat placenta mempermudah terlepasnya selaput ketuban.
Tempat perlekatan plasenta menentukan kecepatan pemisahan dan metode ekspulsi plasenta.
Pada kala III, otot uterus ( myometrium ) berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga
uterus setelah bayi lahir. Penyusutan ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan
placenta.karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran placenta tidak
berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus, setelah
lepas placenta akan turun ke bagian bawah uterus/vagina.
Setelah janin lahir, uterus mengadakan kontraksi yang mengakibatkan mengecilnya permukaan
kavum uteri , tempat implementasi placenta. Akibatnya placenta akan lepas dari tempat
implementasinya.

Anda mungkin juga menyukai