Anda di halaman 1dari 10

1.

Proses Pembentukan Minyak Bumi ( Organik & Anorganik)


Minyak bumi (Crude Oil) dan gas alam merupakan senyawa hidrokarbon. Rantai
karbon yang menyusun minyak bumi dan gas alam memiliki jenis yang beragam dan tentunya
dengan sifat dan karakteristik masing-masing. Sifat dan karakteristik dasar minyak bumi inilah
yang menentukan perlakuan selanjutnya bagi minyak bumi itu sendiri pada pengolahannya.
Hal ini juga akan mempengaruhi produk yang dihasilkan dari pengolahan minyak tersebut.
Minyak bumi (bahasa Inggris: petroleum, dari bahasa Latin: petrus ), dijuluki juga sebagai
emas hitam adalah cairan kental, coklat gelap, atau kehijauan yang mudah terbakar, yang
berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak bumi. Minyak bumi dan gas alam berasal dari
jasad renik lautan, tumbuhan dan hewan yang mati sekitar 150 juta tahun yang lalu. Sisa-sisa
organisme tersebut mengendap di dasar lautan, kemudian ditutupi oleh lumpur. Lapisan lumpur
tersebut lambat laun berubah menjadi batuan karena pengaruh tekanan lapisan di atasnya.
Sementara itu, dengan meningkatnya tekanan dan suhu, bakteri anaerob menguraikan sisa-sisa
jasad renik tersebut dan mengubahnya menjadi minyak dan gas.
Proses pembentukan minyak bumi dan gas ini memakan waktu jutaan tahun. Minyak
dan gas yang terbentuk meresap dalam batuan yang berpori seperti air dalam batu karang.
Minyak dan gas dapat pula bermigrasi dari suatu daerah ke daerah lain, kemudian terkosentrasi
jika terhalang oleh lapisan yang kedap. Walupun minyak bumi dan gas alam terbentuk di dasar
lautan, banyak sumber minyak bumi yang terdapat di daratan. Hal ini terjadi karena pergerakan
kulit bumi, sehingga sebagian lautan menjadi daratan. Dewasa ini terdapat dua teori utama
yang berkembang mengenai asal usul teradinya minyak bumi, antara lain:
a. Teori Anorganik (Abiogenesis)
Barthelot (1866) mengemukakan bahwa di dalam minyak bumi terdapat logam alkali,
yang dalam keadaan bebas dengan temperatur tinggi akan bersentuhan dengan CO2
membentuk asitilena. Kemudian Mandeleyev (1877) mengemukakan bahwa minyak bumi
terbentuk akibat adanya pengaruh kerja uap pada karbida-karbida logam dalam bumi. Yang
lebih ekstrim lagi adalah pernyataan beberapa ahli yang mengemukakan bahwa minyak
bumi mulai terbentuk sejak zaman prasejarah, jauh sebelum bumi terbentuk dan bersamaan
dengan proses terbentuknya bumi. Pernyataan tersebut berdasarkan fakta ditemukannya
material hidrokarbon dalam beberapa batuan meteor dan di atmosfir beberapa planet lain.
Berdasarkan teori anorganik, pembentukan minyak bumi didasarkan pada proses
kimia, yaitu :
 Teori alkalisasi panas dengan CO2 (Berthelot)

Reaksi yang terjadi:

alkali metal + CO2 karbida

karbida + H2O ocetylena

C2H2 C6H6 komponen-komponen lain


Dengan kata lain bahwa didalam minyak bumi terdapat logam alkali dalam keadaan
bebas dan bersuhu tinggi. Bila CO2 dari udara bersentuhan dengan alkali panas tadi
maka akan terbentuk ocetylena. Ocetylena akan berubah menjadi benzena karena suhu
tinggi. Kelemahan logam ini adalah logam alkali tidak terdapat bebas di kerak bumi.
 Teori karbida panas dengan air (Mendeleyef)
Asumsi yang dipakai adalah ada karbida besi di dalam kerak bumi yang
kemudian bersentuhan dengan air membentuk hidrokarbon, kelemahannya
tidak cukup banyak karbida di alam.

b. Teori Organik (Biogenesis)


Berdasarkan teori Biogenesis, minyak bumi terbentuk karena adanya kebocoran kecil
yang permanen dalam siklus karbon. Siklus karbon ini terjadi antara atmosfir dengan
permukaan bumi, yang digambarkan dengan dua panah dengan arah yang berlawanan,
dimana karbon diangkut dalam bentuk karbon dioksida (CO2). Pada arah pertama, karbon
dioksida di atmosfir berasimilasi, artinya CO2 diekstrak dari atmosfir oleh organisme
fotosintetik darat dan laut. Pada arah yang kedua CO2 dibebaskan kembali ke atmosfir
melalui respirasi makhluk hidup (tumbuhan, hewan dan mikroorganisme).
P.G. Mackuire yang pertama kali mengemukakan pendapatnya bahwa minyak bumi
berasal dari tumbuhan. Beberapa argumentasi telah dikemukakan untuk membuktikan
bahwa minyak bumi berasal dari zat organik yaitu:
 Minyak bumi memiliki sifat dapat memutar bidang polarisasi,ini disebabkan
oleh adanya kolesterol atau zat lemak yang terdapat dalam darah, sedangkan zat
organik tidak terdapat dalam darah dan tidak dapat memutar bidang polarisasi.
 Minyak bumi mengandung porfirin atau zat kompleks yang terdiri dari
hidrokarbon dengan unsur vanadium, nikel, dsb.
 Susunan hidrokarbon yang terdiri dari atom C dan H sangat mirip dengan zat
organik, yang terdiri dari C, H dan O. Walaupun zat organik menggandung
oksigen dan nitrogen cukup besar.
 Hidrokarbon terdapat di dalam lapisan sedimen dan merupakan bagian integral
sedimentasi.
 Secara praktis lapisan minyak bumi terdapat dalam kambium sampai pleistosan.
 Minyak bumi mengandung klorofil seperti tumbuhan.

2. Petroleum System
Dalam mencari minyak dan gas bumi diperlukanya suatu eksplorasi. Eksplorasi
merupakan kegiatan mencari dan menemukan sumberdaya hidrokarbon dan
memperkirakan potensi hidrokarbon dialam sebuah cekungan. Namun untuk melakukan
suatu eksplorasi perlu adanya suatu sistem. System ini disebut dengan Basic Petroleum
System yaitu proses untuk menemukanya kandungan hidrokarbon dibawah
permukaan. Didalam Basic Petroleum System terdapat komponen komponen penting
yang harus ada. Komponen komponen tersebut adalah:
1. Source Rock
2. Reservoir Rock
3. Migrasi
4. Trap
5. Seal

1. Source Rock
Merupakan endapan sedimen yang mengandung bahan-bahan organik yang cukup
untuk dapat menghasilkan minyak dan gas bumi ketika endapan terbeut tertimbun dan
terpanaskan, dan dapat mengelurakan minyak dan gas bumi tersebut dalam jumlah yang
ekonomis. Bahan organik yang terkandung disebut kaorgen. Karogen memiliki 4 tipe yaitu:
 Tipe 1
Alga dari lingkungan pengendapan lacustrine dan lagoon. Tipe seperti ini dapat
mengahsilkan minyak dengan kualitas baik dan mampu menghasilkan gas.
 Tipe 2
Campuran dari tumbuhan dan mikroorganisme laut. Tipe seperti ini merupakan bahan
utama minyak dan gas bumi
 Tipe 3
Tanaman darat dalam endapan yang mengandung batubara. Tipe seperrti ini umumnya
menghasilkan gas dan sedikit minyak.
 Tipe 4
Bahan bahan tanaman yang teroksidasi. Tipe seperti ini tidak mampu menghasilkan
minyak dan gas.
2. Reservoir Rock
Batuan yang mampu menyimpan dan mampu mengalirkan hidrokarbon. Diman batuan
tersebut harus memiliki porositas sebagai penyimpan hidrokarbon dan permibilitas sebgai
temppat megalirnya hidrokarbon. Jenis jenis Reservoir adalah:
 Siliclastic rock
 Carbonate Rock
 Igneous Rock (Batuan Beku)
 Metamorphic Rock
3. Migrasi
Proses transportasi minyak dan gas dari batuan sumber menuju Reservoir. Dalam
transportasi hidrokarbon terjadi beberapa proses yaitu:
 Migrasi primer = Migrasi didalam skuen dari Source Rock
 Ekspulsion = Dari sekuen Source Rock menuju carrier bed
 Migrasi Skunder = Transportasi carrier bed menuju ke trap
4. Trap (Jebakan)
Bentuk dari suatu geometri atau facies yang mampu menhan minyak dan gas bumi untuk
berkumpul dan tidak berpindah lagi. Suatu trap harus terdiri dari batuan Reservoir sebagai tenpat
penyimpan hidrokarbon.dan suatu set Seal agar sebagai penutup agar tidak terjadi migrasi lagi.
Proses migrasi dan pembentukan trap tidak saling berhubungan dan terjadi di waktu yang
berbeda. Waktu pembentukan trap sangat penting karena jika trap terbentuk sebelum
hidrokarbon bermigrasi maka kemungkina akan ditemukanya akumulasi hidrokarbon didalam
trap. Dan jika sebaliknya maka kemungkinan hidrokarbon telah melewati trap tersebut. Adapun
tipe jebakan yaitu:

 Jebakan Struktural
Jebakan dipengaruhi oleh kejadian deformasi perlapisan dengan terbentuknya
struktur lipatan dan patahan yang merupakan respon dari kejadian tektonik dan
merupakan perangkap yang paling asli dan perangkap yang paling penting.
 Jebakan Stratigrafi
Jebakan yang dipengaruhi oleh variasi perlapisan secara vertikal dan lateral,
perubahan facies batuan dan ketidakselarasan dan variasi lateral dalam litologi pada
suatu lapisan reservoar dalam perpindahan minyak bumi.
 Jebakan Kombinasi
Kombinasi antara struktural dan stratigrafi. Dimana pada perangkap jenis ini
merupakan faktor bersama dalam membatasi bergeraknya atau menjebak minyak
bumi.

5. Seal (penutup)
Batuan yang mempunyai porositas dan permebilitas yang kecil.
3. Migrasi
Migrasi didefinisikan sebagai pergerakan minyak dan gas di bawah permukaan.
Migrasi primer merupakan sebutan untuk tahapan dari proses migrasi, berupa ekspulsi
hidrokarbon dari source rock(batuan sumber) yang berbutir halus dan berpermeabelitas
rendah ke carrier bed yang memiliki permeabelitas lebih tinggi. Akumulasi merupakan
pengumpulan dari hidrokarbon yang telah bermigrasi dalam keadaan yang secara relatif
diam dalam waktu yang lama. Trap merupakan istilah dimana migrasi terhenti dan
akumulasi terjadi.
Jika minyakbumi berasal dari bahan organik dan tersebar dalam batuan sumber,
kemungkinan bentuk fisik minyakbumi yang terbentuk adalah berupa tetes-tetes kecil.
Karena itu untuk terjadinya suatu akumulasi diperlukan pengkonsentrasian, antara lain
keluarnya tetes-tetes tersebut dari reservoir dan kemudian bergerak ke perangkap.
Koesoemadinata (1980) menyatakan ada beberapa faktor tertentu sebagai sumber tenaga
untuk terjadinya migrasi minyakbumi baik primer maupun sekunder, yaitu kompaksi,
tegangan permukaan, gravitasi pelampungan (buoyancy), tekanan hidrostatik, tekanan gas,
sedimentasi, dan gradien hidrodinamik.
Migrasi dibagi menjadi 3 macam(Vandenbroucke, 1993). yaitu :
1. Migrasi Primer

Migrasi primer yaitu perpindahan hidrokarbon dari source rock ke karier bed. Migrasi
primer berjalan lambat karena minyak bumi harus cukup untuk keluar dari batuan induk
yang memiliki permeabilitas matrik yang rendah. Migrasi primer berakhir ketika
hidrokarbon telah mencapai “permeable conduit” atau “carrier bed” untuk terjadinya
migrasi sekunder
Saat ini, ada tiga mekanisme migrasi primer yang membawa perhatian serius bagi
kebanyakan ahli geokimia petroleum, yaitu difusi, ekspulsi fasa minyak, dan pelarutan
dalam gas.
Difusi sebagai mekanisme aktif dalam migrasi hidrokarbon, terjadi secara terbatas pada
batuan sumber yang tipis atau pada tepian unit batuan sumber yang tebal.
Pengkonsentrasian diperlukan untuk memungkinkan terjadinya migrasi primer, dimana
difusi dapat menyebabkan akumulasi hidrokarbon dalam ukuran yang cukup besar.
Ekspulsi hidrokarbon dalam kaitannya dengan migrasi primer terjadi dalam fasa
hidrofobik. Ini terjadi pada umumnya sebagai hasil perekahan mikro selama pergerakan
hidrokarbon. Ketika tekanan dalam batuan sudah melebihi kekuatannya menahan tekanan,
perekahan mikro terjadi, terutama pada bidang lemah dari batuan tersebut, seperti bidang
perlapisan. Sehingga batuan yang terlaminasi mungkin menghasilkan hidrokarbon dengan
tingkat efisiensi yang lebih tinggi daripada batuan yang masif.
Momper (1789) dalam Rondeel (2001) menyatakan bahwa dalam banyak kasus tidak
ada perekahan mikro atau ekspulsi yang terjadi sebelum jumlah bitumen yang dihasilkan
batuan sumber mencapai batas ambang tertentu.
Mills (1923) dan Sokolov (1964) dalam Koesoemadinata (1980) sehubungan dengan
pelarutan minyakbumi dalam gas dan ekspansi gas, menyatakan bahwa minyak dapat larut
dalam gas, terutama pada temperatur dan tekanan tinggi. Gas diketahui dapat bermigrasi
dengan lebih leluasa melalui batuan bergubung tegangan permukaannya yang kecil. Karena
suatu pembebasan tekanan, maka gas berekspansi dan membawa minyakbumi terlarut.
Rondeel (2001) menyatakan bahwa mekanisme pelarutan ini hanya terjadi bergantung pada
keberadaan gas yang dipengaruhi oleh tingkat katagenesis dan kapabilitas batuan sumber
untuk menghasilkan gas.
Jarak dari migrasi primer hidrokarbon pendek. Migrasi primer terjadi dengan lambat
dan sulit, dikarenakan batuan sumber yang memiliki permeabelitas yang rendah. Migrasi
primer akan terhenti ketika hidrokarbon mencapai tingkat permeabelitas yang
memungkinkan terjadinya migrasi sekunder. Migrasi primer dapat terjadi baik secara
lateral, ke atas dan ke bawah bergantung pada karakteristik carrier bed yang ada di dekat
batuan sumber.

2. Migrasi Sekunder

Migrasi sekunder yaitu perpindahan hidrokarbon dari carier bed ke jebakan atau trap.
Problem yang sering dihadapi adalah pore throat lebih kecil dibanding oil stringers,
karenanya oil stringrs akan tertahan. untuk dapat bergerak, maka
“bouyancy” >>>“capillary-entry pressure (setelah akumulasi tercapai). Jika capillary-entry
pressur >>> buoyancy, maka migrasi sekunder .Akan terhenti hingga capillary-entry
presure tereduksi dan Buoyant force meningkatKetika hidrokarbon berhasil keluar dari
batuan sumber dan mengalami migrasi sekunder, pergerakan dari hidrokarbon akan
dipengaruhi oleh gaya pelampungan (bouyancy). Teori pelampungan (dalam
Koesoemadinata, 1980) menerangkan mekanisme pergerakan minyak bumi karena adanya
perbedaan berat jenis minyakbumi dan air. Suatu gumpalan minyak dalam air akan selalu
melambung mencari tempat yang lebih tinggi. Gumpalan ini kemudian bergerak ke atas
mengikuti kemiringan penyekat batuan reservoir.
Berlawanan dari gaya pelampungan adalah tekanan kapilaritas (Rondeel, 2001).
Semakin besar pori dari suatu batuan, semakin kecil tekanan kapilaritasnya, dan semakin
kecil pori dari suatu batuan, semakin besar tekanan kapilaritasnya. Gaya pelampungan
bekerja untuk mengerakan hidrokarbon, tetapi tekanan kapilaritas melawan gaya
pelampungan tersebut. Sehingga apabila gaya pelampungan yang bekerja lebih kecil dari
pada tekanan kapilaritas, maka migrasi dari hidrokarbon tidak akan terjadi. Aliran
hidrodinamik yang merupakan gaya ketiga yang mengerakan hidrokarbon dapat mengubah
pergerakan dari hidrokarbon, tetapi hal ini kurang memperngaruhi dasar bahwa gaya
pelampungan dan tekanan kapilaritas merupakan faktor utama yang menentukan
pergerakan dari hidrokarbon.
Migrasi sekunder terjadi pada arah yang dipengaruhi oleh gaya pelampungan yang
paling besar. Pergerakan ini awalnya menuju ke arah atas, dan lalu mengikuti kemiringan
carrier bed apabila hidrokarbon menemui lapisan dengan permeabelitas kurang di atas -
carrier bed. Keberadaan struktur dan perubahan fasies mungkin menyebabkan tekanan
kapilaritas lebih dominan daripada gaya pelampungan, sehingga arah migrasi mungkin
akan berubah, dan atau terhenti.

3. Migrasi Tersier
Migrasi tersier terjadi jika ada kebocoran (leakage) pada cap rocks yang menutupi
reservoir.Cap rocks dengan pori-pori yang lebih kecil dari batuan dibawahnya, mampu
menahan pergerakan naik dari minyak bumi. Pengisian yang progresif menyebabkan
akumulasi meningkat, dapat menyebabkan bouyancy >>> capillary-entry pressure
Fractures dan faults dapat menyebabkan kebocoran.

4. Akumulasi
Kita ketahui bahwa minyak dan gas bumi berakumulasi pada suatu perangkap yang
perupakan bagian tertinggi dari lapisan reservoir. Akan tetapi apakah yang menyebabkan
minyak dan gasbumi berhenti di sana? Apabila hidrokarbon mencapai trap maka terjadi
pemisahan antara fasa hidrokarbon dengan air. Akumulasi terjadi sebagai akibat gaya
pelampungan yang menggerakan hidrokarbon berhenti atau dibiaskan. Batuan inpermeabel
dapat menjadi perisai yang menahan migrasi hidrokarbon terjadi, karena tekanan kapilaritas
yang tinggi terhadap gaya pelampungan hidrokarbon.
Dalam Koesoemadinata (1980) diuraikan beberapa teori tentang akumulasi dari migas,
diantaranya adalah teori akumulasi Gussow. Teori ini menjelaskan bahwa dalam keadaan
hidrostatik proses akumulasi migas adalah sebagai berikut. Gumpalan atau tetes-tetes minyak
dan gas akan bergerak sepanjang bagian atas lapisan penyalur ke atas, terutama disebabkan
oleh pelampungan (buoyancy). Begitu sampai di suatu perangkap, minyak dan gas akan
menambah suatu kolom gas dan mendesak minyak ke bawah yang juga bertambah juga
kolomnya dan gilirannya mendesak air ke bawah. Hal ini akan terus terjadi sampai batas
minyak-air mencapai spill point. Penambahan minyak dan gas terus menerus akan
menyebabkan pelimpahan (spilling) minyak ke atas ke struktur selanjutnya. Pada fasa
selanjutnya berhubung dengan penambahan gas maka seluruh minyak didesak gas ke bawah
sehingga melimpah sampai habis dan perangkap sepenuhnya di isi oleh gas.

Gambar 1. Diferensiasi migas dalam perangkap yang menyebabkan minyak


melimpah(Gussow,1951)
Selain teori yang dikemukakan oleh Gussow, teori yang lainnya yaitu Teori akumulasi
King Hubbert. King Hubbert meninjau prinsip akumulasi minyakbumi dari segi kedudukan
energi potensial dan erat hubungannya dengan perangkap hidrodinamik. Dalam hal ini
minyakbumi baik dalam bentuk tetes atau fasa yang menerus berada dalam lingkungan air akan
selalu mencari bagian reservoir yang terisolir dan secara lokal mempunyai potensial rendah.
Medan potensil dalam suatu reservoir yang terisi air merupakan resultan dari dua gaya yaitu
gaya pelampungan (buoyancy) dan gaya yang disebabkan gradien hidrodinamik.
Waktu penjebakan merupakan hal yang tidak kalah pentingnya untuk diketahui dalam
lingkup materi ini. Penentuan waktu dalam sejarah geologi mengenai kapan minyakbumi dapat
terjebak bukan saja penting dalam segi ilmiah akan tetapi juga dalam segi ekonomi. Suatu
perangkap dapat terisi atau kosong tergantung dari waktu pembentukan ataupun kapan minyak
itu terbentuk atau berada dalam keadaan terjebak oleh perangkap. Pengertian yang baik
mengenai hal ini dapat membantu evaluasi suatu prospek. Untuk itu perlu dipertimbangkan
beberapa factor dalam hal mengkaji tentang waktu penjebakan. Faktor-faktor tersebut antara
lain waktu pembentukan perangkap, perangkap yang terisi dan yang kosong, expansi gas,
minyak dibawah penjenuhan, topi gas yang berkelainan, metoda energy, mineral diagenesa dan
sementasi organik.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa minyakbumi tidak terjadi pada waktu
tertentu didalam evolusi minyakbumi. Setelah berakumulasi di suatu perngkap, minyak
bumi dapat bermigasi lagi ke arah perangkap yang terbentuk kemudian
TUGAS GENESA MINERAL DAN
BATUBARA

Nama : 1. Wahyu Henda Fahriza (112.160.036)

2. Rindang Kurniawan (112.160.111)


Kelas :B

LABORATORIUM PERPETAAN
PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK PERTAMBANGAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UNIVERSITAS
PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2017

Anda mungkin juga menyukai