SKRIPSI
3336142103
FAKULTAS TEKNIK
CILEGON – BANTEN
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkerasan jalan di Indonesia umumnya mengalami kerusakan awal
(kerusakan dini) antara lain akibat pengaruh beban lalu lintas kendaraan yang
berlebihan (over loading), temperatur (cuaca), air, dan konstruksi perkerasan yang
kurang memenuhi persyaratan teknis.
Salah satu dari struktur perkerasan jalan yang langsung bersentuhan dengan
cuaca, ban kenderaan dan lainnya adalah AC-WC. Penggunaan AC-WC yaitu
untuk lapis permukaan (paling atas) dalam perkerasan dan mempunyai tekstur
yang paling halus dibandingkan dengan jenis laston lainnya. AC-WC merupakan
lapisan permukaan yang dalam perencanaannya harus kedap air. Lapisan ini harus
berkondisi kedap air sehingga air hujan yang jatuh diatasnya tidak meresap ke
lapisan di bawahnya dan melemahkan lapisan-lapisan tersebut.
Genangan air dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan jalan dikarenakan air
dapat melonggarkan ikatan antara agregat dengan aspal. Saat ikatan aspal dan
agregat longgar karena air, kendaraan yang lewat akan memberi beban yang
menimbulkan retak atau kerusakan jalan lainnya. Selain itu, genangan air pada
permukaan jalan dalam skala yang tinggi dapat mengakibatkan air tanah yang
terletak di bawah permukaan tanah menjadi jenuh.
Pada saat musim hujan tiba, tidak sedikit jalan-jalan yang ada di Indonesia
terendam oleh air akibat banjir, serta air laut yang diakibatkan oleh luapan air laut
ketika banjir saat musim hujan tiba maupun dari limpasan air laut saat siang hari
ketika angin kencang, dimana air laut ini dapat menggenangi jalan baik itu dalam
waktu yang beberapa saat atau bahkan dalam waktu yang cukup lama.
Air merupakan salah satu penyebab kerusakan pada perkerasan. Derajat
Keasaman yang tinggi pada air laut dibanding air hujan, dapat mempengaruhi
ikatan antara aspal dan agregat yang mempercepat terjadinya oksidasi sehingga
menyebabkan terjadinya kerusakan dini pada lapisan permukaan jalan. Kondisi ini
dapat diperparah, apabila jalan terendalam dalam waktu lebih dari 24 jam (standar
kekuatan sisa marshall), dan terbebani oleh beban kendaraan yang melebihi batas
yang telah ditentukan. Hal ini dapat mempengaruhi kinerja perkerasan aspal
khususnya masalah ketahanan atau keawetan jalan (durability) sebagai faktor
dalam kriteria marshall.
Berdasarkan fakta inilah penulis ingin melakukan penelitian dengan maksud
mengetahui pengaruh air laut pasang (rob) terhadap kinerja campuran aspal beton
asphalt concrete -wearing course (AC-WC).
B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang diteliti pada penelitian ini adalah:
MERAK
C. Tujuan Penelitian.
Penelitian tugas akhir ini memiliki beberapa tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui dampak rendaman terhadap karakteristik pengujian Marshall
campuran AC-WC.
2. Mengetahui dampak pengaruh kadar garam air laut terhadap ketahanan
atau durabilitas pada campuran beton aspal AC-WC.
D. Manfaat Penelitian
1. Untuk mendapatkan gambaran seberapa besar pengaruh genangan air laut
terhadap konstruksi jalan lapis aspal beton AC-WC.
2. Sebagai bahan referensi atau pertimbangan dalam penanganan masalah
jalan di daerah pesisir pantai.
E. Batasan Masalah
Batasan masalah dari penelitian ini antara lain :
1. Material agregat kasar, halus dan filler berasal dari Merak (Cilegon),
Provinsi Banten dan aspal yang digunakan adalah aspal keras dengannilai
Penetrasi 60/70 yang tersedia di Lab. Teknik Sipil Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
2. Campuran aspal yang digunakan yaitu campuran aspal panas
AsphaltConcrete-Wearing Course yang mengacu pada Spesifikasi Umum
yangdikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian
PekerjaanUmum Tahun 2010 Revisi 3 (2014).
3. saat perendaman benda uji yang menggunakan air laut,dan sebagai variasi
perendaman menggunakan garam dapur untuk membedakan kadar garam.
4. variasi kadar garam 3,5% (air laut), yang kemudian ditambahkan garam
dapur sebesar 0,5% per 1 liter air laut yang menjadi 4,0% dan 4,5%.
5. Pengujian yang dilakukan adalah Marshall test dan indirect tensile
strengthTest dengan variasi perendaman benda uji secara menerus selama
24jam dan 48jam.
6. Air yang digunakan dalam penelitian adalah sampel air laut yang
diambildari laut yang ada di Provinsi Banten, Kabupaten Cilegon yaitu
Merak.
7. Penelitian yang akan dilakukan dibatasi hanya pada pengujian di
dalamlaboratorium, yaitu dilakukan di Lab. Teknik Sipil Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa.
F. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang ”Analisis Pengaruh Air Laut Pasang (Rob) Terhadap
Kinerja Campuran Aspal Beton (AC-WC)” ini belum pernah ada yang
merencanakan sebelumnya, sehinngga benar-benar asli dan tanpa ada unsure
plagiat dari perencanaan sebelumnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perkerasan Lentur
Perkerasan lentur merupakan perkerasan jalan yang umum dipakai di
Indonesia. Konstruksi perkerasan lentur disebut “lentur” karena konstruksi ini
mengizinkan terjadinya deformasi vertikal akibat beban lalu lintas yang
terjadi. Perkerasan lentur biasanya terdiri dari 3 lapis material konstruksi
jalan diatas tanah dasar, yaitu lapis pondasi bawah, lapis pondasi atas, dan
lapis permukaan. (Silvia Sukirman, 2003)
Lapis permukaan merupakan lapisan yang letaknya berada paling atas dari
sebuah perkerasan lentur dan merupakan lapisan yang berhubungan langsung
dengan kendaraan sehingga lapisan ini rentan terhadap kerusakan akibat aus.
Oleh karena itu perencanaan dan pembuatan lapisan ini harus dibuat dengan
tepat agar mampu memberikan pelayanan yang baik kepada sarana
transportasi yang melewati jalan tersebut. (Silvia Sukirman, 2003)
b) Agregat Halus
Agregat halus merupakan hasil desintegrasi alami batuan atau pasir
yang dihasilkan oleh industri pemecah batu. Agregat halus adalah
material yang lolos saringan no.8 (2,36mm). Agregat dapat
meningkatkan stabilitas campuran dengan penguncian (interlocking)
Bahan ini dapat terdiri dari butir-butiran batu pecah atau pasir alam atau
campuran dari keduanya. Berikut ini adalah Tabel 2.3 yang berisi
tentang ketentuan mengenai agregat halus.
Tabel 3.3 Ketentuan Agregat Halus
4. Air Laut
Laut merupakan wilayah yang paling luas di permukaan dunia, dengan
luas mencapai 70% dari seluruh permukaan dunia, dan memiliki sifat
korosifitas yang sangat agresif. Secara umum Derajat keasaman air laut
pada umumnya berkisar antara 8,2 sampai dengan 8,4 dimana
mengandung air sebanyak 96,5 % sedangkan material terlarut dalam
bentuk molekul dan ion sebanyak 3,5 %. Material yang terlarut tersebut 89
% terdiri dari garam Chlor sedangkan sisanya 11 % terdiri dari unsur-
unsur lainnya.
Beberapa hal yang menyebabkan laut sangat bersifat agresif dan merusak
adalah sebagai berikut :
a) Laut merupakan elektrolit yang memiliki sifat konduktivitas tinggi
b) Kandungan oksigen terlarut cukup tinggi
c) Temperatur permukaan laut umumnya tinggi
d) Ion klorida pada air laut merupakan ion agresif
Dalam dunia konstuksi perkerasan jalan, sifat agresifitas lingkungan
laut juga memberi pengaruh yang buruk terhadap konstruksi perkerasan
dimana faktor penyebab dari kerusakan jalan khususnya pada jalan yang
berada pada daerah pantai selain dari adanya masalah teknis dalam
perencanaan maupun pelaksanaan juga akibat adanya pengaruh dari
genangan air laut.
Luapan air laut baik itu akibat banjir maupun akibat gelombang yang
tinggi karena pengaruh angin kencang yang terjadi pada siang hari
mengakibatkan banyak air laut yang menggenangi jalan baik itu dalam
waktu beberapa saat maupun dalam jangka waktu yang cukup lama.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Umum
Pada bagian ini akan dijelaskan bagaimana alur dari penelitian berlangsung.
Mulai dari persiapan bahan, pengujian sifat – sifat fisis bahan seperti pemeriksaan
agregat yaitu berat jenis agregat dan penyerapan, keausan agregat, analisa
saringan, untuk pemeriksaan aspal seperti penetrasi aspal, berat jenis aspal,
daktilitas dan pemeriksaan kadar garam dalam air laut seperti menambahkan
kadar garam 0,5% menggunakan garam dapur per 1 liter air laut. Penelitian ini
dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
dengan panduan standar pada Spesifikasi Umum Divisi 6 Bina Marga 2010.
Metode yang digunakan sebagai penguji campuran adalah metode Marshall,
dimana di pengujian Marshall tersebut didapatkan hasil-hasil yang berupa
komponen-komponen Marshall, yaitu stabilitas, flow, VIM, VFA, VMA, dan
kemudian dapat dihitung Marshall Quontient-nya.
1. Persiapan
Persiapan yang dilakukan yaitu meliputi studi pustaka dan persiapan alat
dan bahan yang digunakan. Persiapan bahan (aspal keras, agregat kasar,
agregat halus, dan filler) dilakukan dengan mendatangkan bahan dari
sumbernya ke Laboratorium Teknik Sipil Untirta dan menyiapkan bahan-
bahan tersebut sebelum digunakan dalam campuran beraspal.
2. Pemeriksaan Aspal
1) Pemeriksaan Penetrasi Aspal
2) Pemeriksaan Berat Jenis Aspal
3) Pemeriksaan Titik Lembek Aspal
4) Pemeriksaan Kehilangan Berat Akibat Pemanasan
5) Pengujian Viskositas
3. Pemeriksaan Agregat
Pemeriksaan agregat dimaksudkan untuk mengetahui apakah agregat
tersebut telah memenuhi standar dan dapat digunakan atau tidak sesuai
dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Pemeriksaan ini dilakukan di
Laboratorium Teknik Sipil Untirta dengan menggunakan metode SNI.
Pemeriksaan agregat yang dilakukan meliputi :
1) Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat kasar dan halus
2) Pemeriksaan analisa saringan agregat kasar dan halus
3) Pemeriksaan sand equivalent
4) Pemeriksaan keausan dengan mesin Los Angeles,
5) Pemeriksaan kelapukan
4. Rancangan Campuran Tahap Pertama
a. Pembuatan Benda Uji Campuran Beraspal
1) Menghitung perkiraan awal kadar aspal (Pb) sebagai berikut :
Pb = 0,035 (%CA) + 0,045 (%FA) + 0,18 (%FF) + Konstanta
Keterangan :
Pb : Kadar aspal tengah (ideal), persen terhadap berat campuran
CA : Persen agregat tertahan saringan No. 8
FA : Persen agregat lolos saringan No. 8 dan tertahan saringan No.
200
FF : Persen agregat minimal 75% lolos No. 200
K : Konstanta
Nilai konstanta kira-kira 0,5 sampai 1,0 untuk Laston dan 2,0 sampai
3,0 untuk Lataston. Untuk jenis campuran lain gunakan nilai 1,0
sampai 2,5.
2) Setelah didapat nilai kadar aspal, selanjutnya berat jenis maksimum
dihitung dengan mengambil data dari percobaan berat jenis agregat
halus dan agregat kasar.
3) Jika semua data telah didapatkan, yang dilakukan berikutnya adalah
mengitung berat sampel, berap aspal, dan berat agregat berdasarkan
persentase tertahan.
4) Mencampur agregat dengan aspal pada suhu dibawah 150 C.
5) Melakukan pemadatan terhadap sampel sebanyak 75 kali tumbukan
tiap sisi (atas dan bawah) dengan menggunakan alat penumbuk.
6) Mendiamkan benda uji terlebih dahulu agar mengeras sebelum
mengeluarkannya dari cetakan, dan kemudian mendiamkannya kurang
lebih 24 jam.
7) Mengukur ketebalan, menimbang, dan kemudian merendam benda uji
dalam air biasa pada suhu normal selama 24 jam.
8) Menimbang kembali benda uji untuk mendapatkan berat jenuh (SSD).
9) Sebelum menguji benda uji dengan alat Marshall, merendam benda
uji terlebih dahulu dalam waterbath selama 30 menit.
Benda uji dibuat sebanyak 3 buah pada masing-masing variasi kadar
aspal, pengujian ini menggunakan 5 variasi kadar aspal sehingga jumlah
benda uji yang dibuat sebanyak 15 buah. Berikut adalah Tabel 3.1 yang
berisi ketentuan pembagian pembuatan benda uji pada masing-masing
variasi kadar aspal.
b. Uji Marshall
Pengujian ini dilakukan dengan alat Marshall sesuai dengan
prosedur SNI 06-2489-1991 atau AASHTO T245-90 yaitu dengan
meletakan benda uji kedalam segmen bawah, waktu yang diperlukan dari
saat diangkat benda uji dari bak perendaman maksimum tidak boleh
melebihi 30 detik. Kemudian benda uji dibebani dengan kecepatan sekitar
50 mm per menit sampai pembebanan maksimum tercapai atau
pembebanan menurun seperti yang ditunjukan oleh alat pencatat.
Kemudian mencatat nilai stabilitas dan flow yang tertera pada alat
pencatat.
c. Analisa Data dan Penentuan KAO
Dari hasil penelitian di Laboratorium akan diperoleh nilai parameter
Marshall (Stabilitas, Flow, VMA, VIM, VFA, dan Marshall Quontient).
Dari hasil yang telah diperoleh maka dapat ditentukan nilai Kadar Aspal
Optimum (KAO) yang akan dipakai untuk mix design selanjutnya.
5. Rancangan Campuran Tahap Kedua
a. Pembuatan Benda Uji Campuran Beraspal
1) Nilai kadar aspal yang digunakan adalah nilai Kadar Aspal Optimum
(KAO), selanjutnya menghitung berat jenis maksimum.
2) Berikutnya adalah mengitung berat sampel, berap aspal, dan berat
agregat berdasarkan persentase tertahan.
3) Mencampur agregat dengan aspal pada suhu dibawah 150 C.
4) Melakukan pemadatan terhadap sampel sebanyak 75 kali tumbukan
tiap sisi (atas dan bawah) dengan menggunakan alat penumbuk.
5) Mendiamkan benda uji terlebih dahulu agar mengeras sebelum
mengeluarkannya dari cetakan, dan kemudian mendiamkannya kurang
lebih 24 jam.
6) Mengukur ketebalan, menimbang, dan kemudian merendam benda uji
dalam air laut (menggunakan air dengan campuran garam) pada suhu
normal dengan 2 variasi lama perendaman yaitu 12 jam dan 24 jam.
7) Selanjutnya, menimbang kembali benda uji untuk mendapatkan berat
jenuh (SSD).
8) Sebelum menguji benda uji dengan alat Marshall, merendam benda
uji terlebih dahulu dalam waterbath selama 30 menit.
Benda uji dibuat sebanyak 3 buah pada masing-masing variasi kadar
garam dan lama perendaman, pengujian ini menggunakan 3 variasi kadar
garam dan 2 durasi waktu sehingga jumlah benda uji yang dibuat
sebanyak 18 benda uji. Berikut adalah Tabel 3.2 yang berisi ketentuan
pembagian pembuatan benda uji pada variasi kadar garam dan durasi
perendaman.
Tabel 4.2 Ketentuan Pembuatan Benda Uji Campuran AC-WC dengan
KAO
b. Uji Marshall
Pengujian ini dilakukan dengan alat Marshall sesuai dengan
prosedur SNI 06-2489-1991 atau AASHTO T245-90 yaitu dengan
meletakan benda uji kedalam segmen bawah, waktu yang diperlukan dari
saat diangkat benda uji dari bak perendaman maksimum tidak boleh
melebihi 30 detik. Kemudian benda uji dibebani dengan kecepatan sekitar
50 mm per menit sampai pembebanan maksimum tercapai atau
pembebanan menurun seperti yang ditunjukan oleh alat pencatat.
Kemudian mencatat nilai stabilitas dan flow yang tertera pada alat
pencatat.
c. Analisa Data dan Penentuan KAO
Dari hasil penelitian di Laboratorium akan diperoleh nilai
parameter Marshall (Stabilitas, Flow, VMA, VIM, VFA, dan Marshall
Quontient). Dari hasil yang telah diperoleh maka dapat dilihat pengaruh
air laut terhadap campuran aspal AC-WC.
6. Analisis Data
Setalah penelitian ini dilakukan maka diperoleh nilai parameter Marshall
sehingga dapat dibandingkan nilai benda uji dengan perendaman di dalam air
tawar dan dengan perendaman air laut (dengan garam). Kemudian dapat
disimpulkan hasil yang didapat dari pengujian Marshall.
D. Diagram Alir Penelitian
Mulai
Studi Pustaka
Pemeriksaan Bahan
Pengujian Marshall
Pengujian Marshall
Analisa Data
Selesai