Anda di halaman 1dari 2

BAB IV

PEMBAHASAN

Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot polos uterus dan
jaringan ikat yang menumpanginya. Dikenal juga dengan sebutan leiomioma, fibromioma,
atau fibroid. Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita umur 35 - 45 tahun, namun
jarang ditemukan pada wanita 20 tahun dan wanita post menopause. Wanita yang sering
melahirkan, sedikit kemungkinannya untuk perkembangan mioma ini dibandingkan dengan
wanita yang tak pernah hamil atau hanya satu kali hamil. Prevalensi meningkat apabila
ditemukan riwayat keluarga, ras, kegemukan dan nullipara (Cunningham et al., 2012;
Wiknjosastro, 2012).
Pada kasus ini pasien mengalami nyeri bagian bawah abdomen hingga menembus ke
bagian belakang sejak satu setengah bulan yang lalu. Nyeri seperti tertusuk dirasakan
semakin hari semakin memberat terutama saat beraktifitas. Keluhan ini sesuai dengan salah
satu dari beberapa gejala dari mioma uteri, yaitu perdarahan uterus abnormal, rasa nyeri saat
menstruasi, nyeri abdomen, nyeri pinggang, serta gangguan miksi atau defekasi akibat efek
penekanan tumor ke ureter, vesika urinaria, dan rektum. Nyeri yang dirasakan pada pasien
dengan mioma uteri lebih banyak terjadi sebagai akibat dari proses degenerasi, infeksi torsio
tangkai mioma, atau kontraksi dari miometrium sebagai usaha untuk mengeluarkan mioma
uteri. Nyeri abdomen akut dapat terjadi bila torsio berlanjut menjadi infark atau degenerasi
merah yang mengiritasi peritoneum, sedangkan nyeri pinggang dapat terjadi akibat tekanan
mioma uteri terhadap persarafan yang berjalan pada tulang pelvis. Selain itu, keluhan pada
pasien dapat dipengaruhi oleh jenis mioma uteri yang diderita.
Beberapa faktor risiko terjadinya mioma uteri adalah usia reproduktif, riwayat keluarga
yang menderita mioma uteri, obesitas, paritas yang rendah atau tidak pernah hamil. Pada
kasus ini ditemukan faktor risiko yaitu pasien masih menstruasi sehingga stimulasi estrogen
yang menyebabkan terjadinya proliferasi di uterus pada mioma uteri masih dapat
berlangsung.
Diagnosis pada kasus ini dapat ditegakkan melalui anamnesis, gejala klinis,
pemeriksaan fisik dan juga pemeriksaan penunjang. Beberapa kasus mioma dapat ditemukan
adanya massa padat yang berbatas tegas pada pemeriksaan palpasi abdomen. Pada
pemeriksaan bimanual dapat ditemukan massa padat, kenyal, teraba licin. Pada kasus ini,
teraba massa di abdomen regio suprapubis, ukuran diameter 6 cm, terfiksir, padat dan
berbatas tegas. Pemeriksaan penunjang mioma uteri meliputi pemeriksaan laboratorium,
USG, Histeroskopi dan MRI. Pemeriksaan USG dilakukan pada kasus ini, dan didapatkan
kesan lesi hiperechoic di posterior uterus mengesankan massa di uterus suspek leiomioma.
Penanganan mioma uteri meliputi konservatif, pemberian medikamentosa dan
tindakan operatif. Pada kasus ini dilakukan penatalaksanaan konservatif, yakni pemberian
anti nyeri asam mefenamat 3 x 500 mg, biosanbe 1 x 1 tablet, dan direncanakan untuk
tindakan operatif laparotomi atas indikasi keluhan nyeri yang sangat mengganggu dan usia
pasien yang lebih dari 35 tahun (Cunningham et al., 2012).

Anda mungkin juga menyukai