Anda di halaman 1dari 1

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam beberapa dekade terakhir, kehamilan pada remaja telah menjadi masalah
kesehatan yang penting di sejumlah besar negara, baik maju maupun berkembang.1 The United
Nations Children’s Fund (UNICEF) mendefinisikan kehamilan pada masa remaja sebagai hamil
antara usia 13-19 tahun. Namun dalam istilah sehari-hari, kehamilan pada remaja sering
digunakan untuk menggambarkan wanita muda yang hamil ketika mereka belum mencapai
dewasa secara hukum, dengan usia yang bervariasi di seluruh dunia.2,3
Secara global, terdapat sekitar 16 juta kelahiran pada remaja setiap tahun atau sekitar
11% dari semua kelahiran. Lebih dari 90% kelahiran ini terjadi di negara-negara berpenghasilan
rendah dan menengah, dan lebih dari setengahnya terjadi di tujuh negara berikut, yaitu
Bangladesh, Brasil, Republik Demokratik Kongo, Ethiopia, India, Nigeria, dan Amerika
Serikat.2,4
Kehamilan pada masa remaja sama sekali bukan fenomena baru. Di beberapa negara,
misalnya Asia Selatan, Timur Tengah, dan Afrika Utara, menikah dan memiliki anak pada usia
muda merupakan suatu tradisi yang sudah dijalankan turun temurun. Dalam kasus seperti itu,
kebanyakan gadis menikah segera setelah menarche dan akibatnya banyak anak yang lahir dari
ibu dengan usia remaja.1
Kehamilan pada masa remaja yang terjadi bagi sebagian perempuan merupakan hal yang
positif, namun hal ini juga sering dikaitkan dengan masalah sosial dan kesehatan yang buruk
bagi ibu dan anak. Bagi ibu muda, masalah yang mungkin timbul adalah kemungkinan hidup
dalam kemiskinan, menjadi pengangguran, dan prestasi pendidikan yang lebih rendah daripada
perempuan seusianya. Selain itu, anak-anak yang lahir dari remaja lebih mungkin memiliki
outcome pendidikan, perilaku, dan kesehatan jangka panjang yang lebih buruk daripada anak-
anak lainnya. Oleh karena itu, kehamilan remaja sering kali menjadi penanda masalah fisik,
sosial, ekonomi, dan emosional bagi seorang ibu muda dan lingkungan sekitarnya.2,5,6

Anda mungkin juga menyukai