Anda di halaman 1dari 59

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek

perlindungan tenaga kerja sekaligus melindungi aset perusahaan. Hal ini

tercermin dalam pokok-pokok pikiran dan pertimbangan dikeluarkannya

Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, setiap tenaga

kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dalam melakukan

pekerjaan dan setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin

keselamatannya serta setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan

secara aman dan efisien sehingga proses produksi berjalan lancar. Hak atas

jaminan keselamatan ini membutuhkan persyaratan adanya lingkungan kerja

yang sehat dan aman bagi tenaga kerja dan masyarakat di sekitarnya

(Hendarto, 2013, h.47-48).

Keputusan Menteri Kesehatan No. 1405 Tahun 2002 tentang

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri

menjelaskan bahwa kebisingan merupakan salah satu parameter persyaratan

kesehatan lingkungan kerja perkantoran dan industri yang perlu diperhatikan.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang

Batas (NAB) Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja pada pasal 1

menjelaskan bahwa kebisingan termasuk faktor fisika di tempat kerja yang

1
dapat mengakibatkan penyakit atau gangguan apabila melebihi nilai ambang

batas.

Hipertensi merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan tekanan

darah meningkat. Seseorang dikatakan mempunyai tekanan darah meningkat

jika melebihi dari nilai normalnya. Adapun yang menjadi tolok ukur

kenormalan tekanan darah yakni bila catatan tekanan darah untuk sistolik <

140 mmHg dan diastolik < 90 mmHg . Dikatakan hipertensi jika salah satu

tekanan sistolik ataupun diastolik melebihi normalnya.

Tekanan darah dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor penyebab.

Salah satu faktor lingkungan yang menimbulkan terjadinya tekanan darah

naik adalah kebisingan. Kebisingan itu sendiri merupakan terjadinya bunyi

yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu dan atau membahayakan

kesehatan.

Pajanan kebisingan bisa dihubungkan dengan sejumlah efek kesehatan

seperti membedakan respon psikologis seperti annoyance, gangguan tidur,

gangguan aktivitas harian, dan respon fisik seperti hilangnya pendengaran,

hipertensi dan penyakit jantung ischemic. Tingkat kebisingan mencapai 60

desibel dapat meningkatkan kadar hormon stress, seperti epinerin, non-

epinerin dan kortisol tubuh yang mengakibatkan terjadinya perubahan irama

jantung dan tekanan darah. Bising yang terus–menerus diterima seseorang

akan menimbulkan gangguan proses fisiologis jaringan otot dalam tubuh dan

memicu emosi yang tidak stabil. Ketidakstabilan emosi tersebut dapat

memacu jantung untuk bekerja lebih keras memompa darah ke seluruh tubuh

2
dalam waktu yang lama tekanan darah akan naik sehingga menyebabkan

hipertensi.

Hartati (Surakarta, 2011) menyatakan bahwa pengukuran tekanan

darah tenaga kerja di unit boiler batu bara PT. Indo Acidatama, Tbk., sesudah

terpapar kebisingan melebihi standar NAB. Tekanan darah sistolik dari 20

subjek penelitian, 16 subjek penelitian (80%) mengalami peningkatan.

Pengukuran tekanan darah diastolik dari 20 subjek penelitian, 12 subjek

penelitian (60%) mengalami peningkatan. Penelitian yang dilakukan dalam

tesisnya oleh Eny Hastuti (Semarang, 2004) meneliti efek kebisingan pada 60

pekerja di Bandara Ahmad Yani Semarang. Beliau menemukan bahwa

kebisingan lebih atau sama dengan 85 dBA sebanyak 26,7% pekerja

mengalami kenaikan tekanan darah sistolik dan 33% pekerja mengalami

kenaikan tekanan darah diastolik.

Intensitas suara yang melebihi nilai ambang batas akan meningkatkan

kadar hormon stress, seperti epinephrine (adrenalin), nore epinephrine

(noreadrenalin) dan kortisol tubuh yang mengakibatkan terjadinya perubahan

irama jantung dan tekanan darah. Kebisingan dapat menimbulkan efek berupa

gangguan fisiologis, psikologis dan gangguan patologis organis, salah satu

contoh gangguan psikologis yang diakibatkan oleh kebisingan adalah stres

kerja (Depkes RI, 2003:36). Bising yang terus menerus diterima seseorang

akan menimbulkan gangguan proses fisiologis jaringan otot dalam tubuh dan

memicu emosi yang tidak stabil. Ketidakstabilan emosi tersebut dapat

memacu jantung untuk bekerja lebih keras memompa darah ke seluruh tubuh,

3
dalam waktu yang lama tekanan darah akan naik sehingga menyebabkan

hipertensi (Tambunan S., 2005).

Industri knalpot merupakan salah satu sektor industri terkenal di

Purbalingga yang terletak di Desa Sayangan Kecamatan Purbalingga Lor. Di

daerah Purbalingga Lor terdapat sekitar 5 tempat industri pembuatan knalpot

yang masing terdiri dari kurang lebih 15 orang pekerja. Proses mekanisme

pembuatan knalpot seharusnya dapat dilakukan dengan menggunakan mesin-

mesin dan alat-alat yang lebih modern dan efisien. Namun karena

keterbatasan biaya, pembuatan knalpot di Industri Knalpot Purbalingga

dilakukan dengan cara memukul-mukul besi. Hal ini yang mengakibatkan

kebisingan di lingkungan sekitar industri knalpot terutama bagi para

pekerjanya.

Terkait hal tersebut peneliti tertarik untuk mengambil judul

“Hubungan Intensitas Suara dan Lama Kerja dengan Tekanan Darah pada

Pekerja Pembuatan Knalpot di Desa Sayangan Kabupaten Purbalingga Tahun

2017”

B. Perumusan Masalah

Hasil studi pendahuluan pengukuran intensitas bunyi yang telah

dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga didapatkan bahwa

intensitas bunyi di Industri Kenalpot Purbalingga Lor di atas ambang batas

yaitu 105 dB dengan lama masa kerja 8 jam perhari dari pukul 07.30 sampai

dengan pukul 15.30.

4
Intensitas suara yang melebihi Nilai Ambang Batas (NAB)

menimbulkan perubahan frekuensi jantung dan tekanan darah. Sehingga

rumusan masalah ini yaitu adakah hubungan antara intensitas suara dan lama

kerja dengan tekanan darah pada pekerja pembuatan knalpot di Desa

Sayangan Kabupaten Purbalingga?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan intensitas suara dan lama kerja dengan tekanan

darah pada pekerja pembuatan knalpot di Desa Sayangan Kabupaten

Purbalingga tahun 2017.

2. Tujuan khusus

a. Mengkaji hubungan intensitas suara dengan tekanan darah pada

pekerja pembuatan knalpot di Desa Sayangan Kabupaten Purbalingga

tahun 2017.

b. Mengkajii hubungan lama kerja denga tekanan darah pada pekerja

pembuatan knalpot di Desa Sayangan Kabupaten Purbalingga tahun

2017.

c. Mengkajii hubungan intensitas suara dan lama kerja dengan tekanan

darah pada pekerja pembuatan knalpot di Desa Sayangan Kabupaten

Purbalingga tahun 2017.

5
D. Manfaat

1. Bagi karyawan

Memberi pengetahuan tentang pentingnya penggunaan APD untuk

melindungi telinga dari intensitas suara yang tinggi.

2. Bagi pemilik pabrik knalpot

Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam upaya memperbaiki dan

meningkatkan kondisi tempat kerja.

3. Bagi peneliti

Peneliti dapat menerapkan teori yang telah diperoleh selama mengikuti

perkuliahan dan untuk mengembangkan wawasan terutama mengenai

intensitas suara degan perubahan tekanan darah.

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Keaslian Penelitian Perbedaan Persamaan


.
1. Studi tentang Intensitas
Suara dan Upaya
Pengendalian Kebisingan
Bagian Utilities
50 PT. Pertamina
(Persero) Refinery Unit
IV Cilacap

a. Judul Penelitian Dilakukan di


PT. Pertamina Cilacap

b. Variable Upaya pengendalian Intensitas Suara


kebisingan

c. Jenis penelitian Deskripsi analitik

6
d.Popuasi (sampel) 50 pekerja

e. Metode Analisis Observasional dengan


analisis deskriptif
2. Studi
Pengendalian
Kebisingan pada
Bagian Produksi PT.
Wana Makmur
Sejahtera Purbalingga
a. Judul Penelitian dilakukan di
bagian produsi PT. Wana
Makmur Sejahtera
Purbalingga

a. Variable Pengendalian kebisingan Intensitas suara

b. Jenis penelitian Deskriptif

c. Populasi (sampel) 25 tenaga kerja

d. Metode analisis Observasional dengan


analisis deskriptif

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Suatu upaya untuk menciptakan suasana bekerja yang aman, nyaman,

dan tujuan akhirnya adalah mencapai produktivitas setinggi-tingginya.

Keselamatan kerja merupakan keselamatan yang bertalian dengan mesin,

pesawat, alat kerja, bahan dan pengolahannya, landasan tempat kerja dan

lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. (Suma’mur, 1989).

Hygiene perusahaan dan kesehatan kerja, sebagai suatu kesatuan

upaya dengan tujuan mewujudkan sumber daya manusia yang sehat dan

produktif dapat diterjemahkan dalam bahasa asing sebagai industrial hygiene

and occuuptional healt, yang cenderung diartikan sebagai lapangan kesehatan

yang mengurus problematic kesehatan tenaga kerja secara menyeluruh

(Suma’mur, 2009, h. 3).

B. Penyakit Penyakit Akibat Kerja

1. Pengertian Penyakit Akibat Kerja

Definisi Penyakit Akibat Kerja (PAK) menurut ILO tahun 1996 :

“Penyakit akibat kerja (Occupational disease) yaitu penyakit yang


diderita sebagai akibat pemajanan terhadap factor-faktor yang
timbul dari kegiatan bekerjayang diderita sebagai akibat pemajanan
terhadap factor-faktor yang timbul dari kegiatan bekerjayang
diderita sebagai akibat pemajanan terhadap factor-faktor yang
timbul dari kegiatan bekerja.”

8
Dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, terdapat dua

istilah dari penyakit akibat kerja yaitu :

a. Permennaker No. 01/Men/1981 tentang kewajiban melapor penyakit

akibat kerja : “Penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang

disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja”.

b. Penyakit yang timbul karena hubungan kerja (UU No. 3 tahun 1993

tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan Keppres RI No. tahun

1993): “Penyakit yang timbul karena hubungan kerja adalah penyakit

yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja”.

2. Faktor Penyakit Akibat Kerja

a. Faktor Fisisk

Faktor fisik misalnya karena suara yang tinggi bisa menyebabkan

ketulian, temperatur/suhu yang tinggi dapat menyebabkan berbagai

keluhan dan penyakit mulai dari yang ringan sampai berat, misalnya

heat stroke, hal ini diakibatkan oleh keluarnya cairan tubuh dan

elektrolit yang berlebihan dari tubuh tenaga kerja. Faktor lainnya

adalah radiasi sinar elektromagnetik misalnya sinyal infra merah

menyebabkan katarak, ultra violet menyebabkan conjungtivitas.

Penerangan mempengaruhi daya penglihatan sehingga mata mudah

lelah.

b. Faktor Kimia

Didalam berbagai jenis industry misalnya industry pupuk, pestisida

kertas, pengolahan minyak dan gas bumi, banyak mempergunakan

9
bahan kimia yang langsung dipakai oleh masyarakat. Penggunaan

bahan kimia tersebut berpotensi menimbulkan bahaya misalnya

kebakaran, iritasi dan keracunan. Masuknya bahan kimia ke dalam

tubuh dapat secara akut maupun kronis. Keracunan akut sebagai

akibat absorbsi bahan kimia dalam jumlah besar dan waktu yang

pendek dapat berupa keracunan gas, karbon monoksida (CO).

Keracunan kronis sebagai akibat absorbs zat kimia dalam bentuk

sedikit tetapi dalam waktu yang lama, dapat berupa keracunan

benzena, Pb (Plumbum) yang bisa berakibat leukemia, keracunan zat

karsinogenik dapat menyebabkan kanker.

c. Faktor Ergonomi

Akibat posisi/ cara kerja yang salah seperti bekerja dengan

membungkuk akan menyebabkan sakit otot, sakit pinggang dan cidera

punggung, juga dapat mengakibatkan perubahan bentuk tubuh. Para

konstruksi mesin yang kurang baik juga akan menyebabkan berbagai

penyakit akibat kerja.

3. Jenis-jenis PAK

Penyakit akibat kerja juga dapat menyebabkan gangguan pada seluruh

organ atau sebagian tubuh. Dengan demikian jenis-jenis PAK dapat

dibedakan berdasarkan organ yang terkena (target organ).

a. Penyakit kulit dan penyakit paru

Kulit dan paru dan organ pernafasan lainnya sering tmenjadi organ

sasaran PAK yang berupa penyakit alergi/ hipersensitivitas, antara lain

10
hidung dan rongga sekitar hidung berupa rhinitis, pada paru-paru dan

batang tenggorok berupa asma, pada kulit berupa dermatitis.

Dermatitis kontak merupakan penyakit kulit akibat hubungan kerja

yang paling sering ditemukan. Dermatitis kontak ada jenis yaitu

dermatitis kontak iritan dan alergi. Kedua jenis dermatitis ini dapat

menjadi kronik bila penyebabnya tidak diketahui.

b. Penyakit Hematologik (darah)

Meskipun jarang, bahan toksik di lingkungan kerja dapat

menimbulkan berbagai gangguan hematologic, kolik abdominal

(kejang perut), dan anemia dapat terjadi oleh paparan uap Pb

(Plumbum) diatas 40 ug/100 ml

c. Gangguan pada organ penglihatan (mata)

Gangguan pada mata antara lain adalah katarak akibat sinar infra

merah, radang selaput mata (conjungtyvitas) akibat sinar ultra violet

dan penurunan ketajaman penglihatan (visus) akibat tempat kerja

kurang pencahayaan.

d. Gangguan pada organ pendengaran (telinga)

Gangguan organ pendengaran sering terjadi akibat paparan kebisingan

yang tinggi. Kebisingan sangat tinggi dalam waktu singkat dapat

memecahkan selaput pendengaran. Paparan dalam jangka lama sering

mengakibatkan kehilangan pendengaran (noise induced hearing loss).

Kehilangan pendengaran akibat bising dapat bersifat sementara

11
(temporary) yang masih dapat disembuhkan dan bisa mempengaruhi

tekanan darah menjadi mengingkat.

C. Tekanan Darah

1. Pengertian Tekanan Darah

Darah termasuk golongan jaringan ikat dan merupakan media

komunikasi antar sel dari berbagai bagian tubuh dan dengan dunia luar

(Jan Tambayong dalam Tahang, 2004). Tekanan darah adalah

menunjukkan keadaan dimana tekanan yang dikenakan oleh darah pada

pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh anggota

tubuh, dengan kata lain tekanan darah juga berarti kekuatan yang

dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh

(Guyton dan Hall, 2008).

Tekanan darah dibedakan menjadi dua yaitu tekanan sistolik dan

tekanan diastolik. Tekanan sistolik adalah tekanan pada pembuluh darah

yang lebih besar ketika jantung berkontraksi. Tekanan yang terjadi bila

otot jantung berdenyut memompa untuk mendorong darah keluar melalui

arteri. Tekanan diastolik merupakan tekanan yang terjadi ketika jantung

rileks diantara tiap denyutan. Tekanan ini menyatakan tekanan terendah

selama jantung mengembang. Perbedaan tekanan antara sistolik dan

diastolik disebut tekanan nadi dan normalnya adalah 30-50 mmHg

(Pearce, 2009).

12
2. Penggolongan Tekanan Darah

Tabel 2.1 Standart Tekanan Darah Normal


No. Usia Diastole Sistole
1. Pada Masa Bayi 50 70-90
2. Pada Masa Anak 60 80-100
3. Masa Remaja 60-70 90-110
4. Dewasa Muda 60-70 110-125
5. Umur Lebih Tua 80-90 130-150
Sumber : Pearce, 2009

Sedangkan klasifikasi hipertensi menurut JNC-VII dalam Hermawati

(2005) adalah sebagai berikut :

a. Tekanan darah normal : tekanan sistolik <120 mmHg dan tekanan

diastolik 80 mmHg

b. Pre hipertensi : tekanan sistolik 120-139 mmHg dan tekanan diastolik

80-90 mmHg

c. Hipertensi ada dua macam yaitu :

1) Stadium I : tekanan sistolik 140-159 mmHg dan tekanan diastolik

90 mmHg.

2) Stadium II : tekanan sistolik 169 mmHg dan tekanan diastolik 100

mmHg.

Tabel 2.2 : Kategori Tekanan Darah


Kategori Sistolik Diastolik
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Normal Tinggi 130-139 85-89
Tingat I (hipertensi ringan) 140-159 90-99
Tingkat II (hipertensi sedang) 160-179 100-109
Tingkat III (hipertensi berat) >=180 >=110
Hpertensi sistolik terisolasi >=140 <90
Sumber : San, 2008

Ada dua ukuran yang digunakan dalam tekanan darah, yaitu tekanan

sitolik (bilangan atas) dan tekanan dan tekanan diastolik (bagian

bawah). Tekanan darah yang normal adalah antara 90/60 dan 140/90.

13
Penderita hipotensi memiliki tekanan darah di bawah 90/60 dan

disertai dengan gejala hipotensi. Sedangkan jika tekanan darah di atas

140/90 maka orang tersebut menderita tekanan darah tinggi/

hipertensi.

3. Tekanan Darah Rendah (Hipotensi)

Hipotensi adalah keadaan ketika tekanan darah di dalam arteri lebih

rendah dibandingkan normal dan biasa disebut dengan tekanan darah

rendah. Saat darah rendah mengalir melalui arteri, darah memberikan

tekanan pada dinding arteri, tekanan itulah yang dinilai sebagai ukuran

kekuatan aliran darah atau disebut dengan tekanan darah. Terhambat atau

terbatasnya jumlah darah yang mengalir ke otak dan organ vital ;ainnya

seperti ginjal dapat terjadi jika tekanan darah terlalu rendah, sehingga

dapat menyebabkan kepada terasa ringan dan pusing. Tubuh juga akan

terasa tidak stabil atau goyah, bahkan kehilangan kesadaran.

Tekanan darah biisa berubah sepanjang hari, tergantung kepada

kegiatan yang sedang dilakukan, beberapa faktor yang menyebabkan

tekanan darah seseorang rendah yaitu faktor usia, pengobatan dan kondisi

cuaca.

4. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)

Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar

dari 140 mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua

kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup

istirahat (tenang). Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committe

14
on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure sebagai

tekanan yang lebih tinggi dari 140/ 90 mmHg.

Hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi

berbagai faktor resiko yang dimiliki seseorang. Faktor pemicu hipertensi

dibedakan menjadi yang tidak dapat dikontrol seperti riwayat keluarga,

jenis kelamin, dan umur. Faktor yang dapat dikontrol seperti obesitas,

kurangnya aktifitas fisik, perilaku merokok, pola konsumsi makanan yang

mengandung natrium dan lemak jenuh.

Menurut WHO batas tekanan darah yang masih dianggap normal

adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama dengan lebih dari 160/95

mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Secara umum seseorang dikatakan

menderita hipertensi jika tekanan darah sistolik/ diastolik 140/90 mmHg

(normalnya 120/80 mmHg).

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Menurut Parsudi dalam Subagiya (2007) tekanan darah normal

sangat bervariasi tergantung pada :

a. Olahraga terutama yang menggunakan otot lengan

b. Latihan kerja yang lama akan menurunkan tekanan sistolik yang

progresif sehingga mudah lelah

c. Umur, semakin tua tekanan sistolik semakin tinggi biasanya

dihubungkan dengan timbulnya arteriosklerosis kira-kira

sepersepuluh dan orang tua meningkat di atas 200 mmHg.

15
d. Sex, pada wanita sebelum menopause 5-10 mmHg lebih rendah dari

pria seumurannya, tetapi setelah menopause tekanan darahnya tinggi.

e. Anemia berat akan menyebabkan viksositas darah turun 1-2,5 kali

viskositas normalnya 3 kali sehingga menyebabkan meningkatnya

beban kerja jantung yang akan menaikan tekanan arteri

f. Kondisi psikologis (emosi, cemas, dan takut) biasanya tekanan

darahnya naik.

g. Merokok, meskipun tidak terdapat hubungan merokok dalam

hipertensi namun merokok merupakan faktor resiko terhadap penyakit

kardiovaskuler.

h. Kafein dapat meningkatkan tekanan darah secara akut namun cepat

ditoleransi oleh processor effect. Menurut James D. Hartono (2011)

minum kopi yang mengandung kafein dapat menghasilkan perubahan

dalam hemodinamik diantaranya dapat meningkatkan tekanan darah.

i. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap tekanan darah seperti

suhu, kebisingan karena dapat mempengaruhi gangguan tidur dan efek

saraf otonom.

Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi memalui

beberapa cara sebagai berikut (Aditama, 2005) :

a. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak

cairan pada setiap detiknya.

b. Arteri besar kehilangan kelunturannya dan menjadi kaku, sehingga

mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah

16
melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung

dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan

menyebabkan naiknya tekanan darah. Inilah yang terjadi pada usia

lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena

arteriosclerosis. Dengan cara yang sama, tekaan darah juga meningkat

pada saat terjadi vasokonstriksi yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk

sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon

di dalam darah.

c. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan

meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan

fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan

air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga

tekanan darah juga meningkat. Sebaiknya jika aktivitas memompa

jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran dan banyak cairan

keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan menurun atau menjadi

lebih kecil. Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan

oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom

(bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi secara

otomatis).

Sistem saraf simpatis (Aditama, 2005) merupakan bagian dari

saraf otonom, yang untuk sementara waktu berfungsi untuk :

a. Meningkatkan tekanan darah selama respon fight-or-flight (reaksi

fisik tubuh terhadap ancaman dari luar)

17
b. Meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung, juga

mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar

arteriola di daerah tertentu (misalnya otot rangka, yang

memerlukan pasokan darah yang lebih banyak).

c. Mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga akan

meningkatkan volume darah dalam tubuh.

d. Melepaskan hormon epinephrime (adrenalin) dan nore

epinephrine (nore adrenalin) yang merangsang jantung dan

pembuluh darah.

D. Intensitas Suara

1. Suara/ Bunyi

Soeripto M, (2008m h.323) menjelaskan tentang bunyi atau suara

adalah :

“Bunyi atau suara adalah serangkaian gelombang yang merambat


dari suatu sumber getar sebagai akibat perubahan kerapatan dan juga
tekanan suara “

2. Karakteristik Suara

Suma’mur PK (2009, h.116) menjelaskan karakteristik utama yang

menentukan kualitas suara adalah :

a. Frekuensi

Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran per detik dengan

satuan Hertz (Hz) yaitu jumlah gelomban bunyi yang sampai di

telinga setiap detiknya. Soeripto M, (2008, h.324) menjelaskan bahwa

18
besarnya frekuensi akan menentukan nada suara. Bunyi yang dapat

didengar oleh manusia sangat terbatas yaitu terletak pada kisaran

frekuensi antara 20-20.000 Hz.

b. Intensitas

Intensitas atau arus energi per satuan luas biasanya dinyatakan

dalam satuan logaritmis yang disebut desibel (dB) dengan

memperbandingkannya dengan kekuatan standar 0,0002 dine (dyne)/

cm² yaitu kekuatan bunyi dengan frekuensi 1.000 Hz yang tepat

didengar oleh telinga normal. Desibel (dB) adalah ukuran energi

bunyi atau kuantitas yang dipergunakan sebagai unit-unit tingkat

tekanan suara berbobot A.

3. Pengertian Intensitas Suara

Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Liingkungan (K3LL)

dalam Buku Pedoman Program Konservasi Pendengaran (2003)

menjelaskan bahwa pengertian intensitas suara adalah kuat tekanan suara

yang dihasilkan oleh sumber bunyi dlaam satuan desibel (dB).

4. Pengertian Kebisingan

Menteri Kesehatan memutuskan dalam keputusan Menteri

Kesehatan RI No. 1405 tahun 2002 kebisingan adalah terjadinya bunyi

yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu atau membahayakan

kesehatan.

19
Bufiman C (2007,h.169) menjelaskan bahwa pengertian kebisingan

adalah :

“Kebisingan atau noise pollution sering disebut sebagai suara atau


bunyi yang tidak dikehendaki atau dapat diartikan pula sebagai
suara yang salah pada pada tempat dan waktu yang salah”.

5. Sumber Kebisingan

Menurut Dirjen PPM dan Pl, DEPKES dan KESSOS RI 2000

dalam Subaris dan Haryono (2008) sumber kebisingan dibedakan menjadi

tiga yaitu :

a. Bising Industri

Industri besar termasuk di dalamnya pabrik, bengkel dan

sejenisnya. Bising industri dapat dirasakan oleh karyawan maupun

masyarakat di sekitar industri dan juga setiap orang yang secara tidak

sengaja berada di sekitar industri tersebut. Sumber kebisingan bising

industri dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu :

1) Mesin

Kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin.

2) Vibrasi

Kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang

ditimbulkan akibat gesekan, benturan atau ketidakseimbangan

gerakan bagian mesin.

b. Bising Rumah Tangga

Bisingi disebabkan oleh rumah tangga dan tidak terlalu tinggi

tingkat kebisingannya, misalnya pada saat proses masak di dapur.

20
c. Bising Spesifik

Bising yang disebabkan oleh kegiaan-kegiatan khusus, misalnya

pemasangan tiang pancang tol atau bangunan.

6. Jenis Kebisingan

Secara umum kebisingan dapat dikelompokan berdasarkan

kontinuitas, intensitas dan spektrum frekuensi suara yang ada (Budiman

C, 2007, h.170)

a. Steady Sate and Narrow Band Noise

Kebisingan yang terus menerus dengan spekrum suara yang sempit

seperti suara mesin dan kipas angin.

b. Nonsteady State and Narrow Band Noise

Kebisingan yang tidak terus menerus dengan spektrum suara yang

ssempit seperti seuara mesin gergaji dan katup uap.

c. Kebisingan Intermitten

Kebisingan semacam ini terjadi sewaktu-waktu dan terputus-putus

seperti suara pesawat terbang dan kereta uap.

d. Kebisingan Implusif

Kebisingan yang implusif atau yang menekankan telinga seperti bunyi

tembakan, meriam dan ledakan bom.

7. Nilai Ambang Batas Kebisingan

Nilai Ambang Batas Kebisingan (NAB) kebisingan sebagai faktor bahaya

di tempat kerja adalah standart sebagai pedoman pengendalian agar

tenaga kerja dapat menghadapi kondisi bising tanpa mengakibatkan

21
penyakit atau gangguan kesehatan. NAB kebisingan untuk kegiatan

sehari-hari adalah tidak melebihi 8 jam sehari dan 5 hari kerja seminggu

(Suma’mur, 2009, h.129).

a. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER

13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan

Faktor Kimia di tempat kerja untuk kebisingan adalah :

Tabel 2.4 Nilai Ambang Batas Kebisingan

Waktu Pemajanan Satuan Intensitas Kebisingan


per Hari dB (A)
8,00 85
4,00 Jam 88
2,00 91
1,00 94
30,00 97
15,00 Menit 100
7,50 103
3,75 106
1,88 109
0,94 112
28,12 115
14,06 Detik 118
7,03 121
3,52 124
1,76 127
0,88 130
0,44 133
0,22 136
0,11 139
0,00 140
Catatan : Tidak boleh terpajan lebih dari 140 dBA, walaupun sesaat.
Sumber : Peraturan Menteri Tenaga Keja dan Transmigrasi No.
PER/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan
Kimia di Tempat Kerja

8. Pengukuran Intensitas Suara

Pengukuran bunyi diukur dengan satuan desibel yaitu mengukur

besarnya tekanan udara yang ditimbulkan oleh gelombang bunyi. Satuan

desibel diukur dari 0-140 atau bunyi terlemah yang masih didengar oleh

22
manusia. Desibel atau dB mempunyai skala A,B,C. Skala terdekat dengan

pendengaran manusia adalah skala A atau dBA (Anis, 2005,h.93)

Pengukuran kebisingan dilakukan dengan maksud untuk

memperoleh data tentang frekuensi dan intensitas kebisingan di

perusahaan atau tempat kerja terkait menggunakan data hasil pengukuran

untuk mengurangi intensitas kebisingan tersebut, sehingga tidak

menimbulkan gangguan (Suma’mur PK, 2009, h.118).

Metode pengukuran berdasarkan lampiran II Keputusan

Lingkungan Hidup No.48 Tahun 1996 menyatakan bahwa pengukuran

tingkat kebisingan dapat dilakukan melalui dua cara yaitu :

a. Cara sederhana

Sound Level Meter (SLM) digunakan untuk mengukur tingkat tekanan

bunyi dB (A) selama 10 menit untuk tiap pengukuran. Pembacaan

dilakukan setiap 5 detik.

b. Cara Langsung

Integrating Sound Level Meter yang mempunyai fasilitas pengukuran

Ltms yaitu Leq dengan waktu ukur setiap 5 detik dilakukan

pengukuran selama 10 menit. Waktu pengukuran dilakukan selama 24

jam dengan cara siang hari tingkat aktifitas paling tinggi selama 10

jam pada selang waktu 06.00-22.00 dan aktifitas malam hari pada

selang waktu 22.00-06.00. setiap pegukuran harus dapat mewakili

selang waktu tertentu dengan menetapkan paling sedikit 4 waktu

23
pengukuran pada siang hari dan malam hari minimal 3 waktu

pengukuran.

9. Pengaruh Kebisingan

Kebisingan dapat menimbulkan pengaruh yang luas. Bising tidak

hanya mempengaruhi kapasitas pendengaran tetapi juga fungsi-fungsi

tubuh yang lain. Menurut A. Siswanto (1990:22) menyebutkan bahwa

gangguan kebisingan dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :

a. Gangguan Pada Indera Pendengaran (Audiotori Effect)

1) Trauma Akustik

Trauma akustik merupakan gangguan pendengaran yang

disebabkan pemaparan tnggal (single exposure) terhadap intensitas

yang tinggi dan terjadi secara tiba-tiba. Contoh trauma akustik

adalah ketulian mendadak akibat ledakan bom. Hal ini

menyebabkan robeknya membran tympani dan kerusakan tulang-

tulang pendengaran.

2) Temporary Threshold Shift (TTS)

TTS adalah efek jangka pendek dari pemaparan kebisingan berupa

kenaikan ambang sementara yang kemudian setelah berakhirnya

pemaparan bising akan kembali normal.

3) Permanent Threshold Shift (PTS)

PTS adalah kenaikan ambang pendengaran yang bersifat

irreversible, sehingga tidak mungkin terjadi pemulihan. Hal ini

24
disebabkan oleh efek komulatif pemaparan terhadap bising yang

berulang selama bertahun-tahun.

b. Gangguan bukan pada indera pendengaran (Non Auditory Effect)

Soeripto M, (2008, h.340) menyebutkan bahwa kebisingan dapat

menyebabkan gangguan non auditorial terhadap tennaga kerja seperti :

pengaruh fisiologis, pengaruh psikologis berupa gangguan

(mengganggu atau annoying) dan pengaruh pada komunikasi.

Menurut Tambunan S, (2005) secara umum tingkat bahaya yang

ditimbulkan oleh kebisingan bagi pekerja dipengaruhi oleh beberapa

hal, seperti :

1) Intensitas dan frekuensi kebisingan

2) Jenis kebisingan (steady atau non steady noise)

3) Waktu kontrak harian dari tahunan (exposure duration)

4) Umur pekerja

5) Penyakit-penyakit atau ketidaksempurnaan pendengaran pada

pekerja (yang bukan disebabkan oleh kebisingan).

6) Kondisi lingkungan sseperti angin,suhu,kelembaban udara dimana

bahaya kebisigan tersebut berada.

7) Jarak antara pekerja dengan sumber kebisingan

8) Posisi telinga terhadap gelombang suara (kebisingan)

10. Upaya pengendalian kebisingan

Pemantauan bising di lingkungan kerja dimaksudkan untuk

mengetahui intensitas (kualitas dan kuantitas) bising di lingkungan kerja.

25
Pemantauan bising di lingkungan kerja akan menghasilkan titik-titik

sumber bising, analisa frekuensi sumber bising yang melebihi NAB dan

peta kebisingan yang akan memudahkan pihak pengelola untuk

mengambil kebijakan dalam upaya pengendalian kebisingan yang paling

sesuai (K3LL,2003).

Pengendalian terhadap intensitas kebisingan dilaksanakan dalam

rangka perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan tenaga kerja

melalui upaya pencegahan (Soeripto M, 2008, h.369).

a. Pengendalian secara teknis

1) Penggunaan pembatas atau tameng atau perisai yang

dikombinasikan dengan akustik (peredam suara) yang dipasang di

langit-langit

2) Memasang “partial enclosure” sekeliling mesin

3) Menggunakan “complete enclosure”

4) Memisahkan operator dalam “sound proof room” dari mesin yang

bising (remote control)

5) Mengganti bahan-bahan logam (yang menimbulkan intensitas

suara tinggi) dengan “dynamic dampers” karet atau “plastic

bumbers”,”fiber glass” dan lain sebagainya.

6) Memasang “muffler” pada katup penghisap, pada cerobong dan

sistem ventilasi.

7) Memperbaiki fondasi mesin, menjaga baut dan sambungan tidak

bergoyang

26
8) Memelihara dan servis secara teratur

b. Pengendalian Secara Administratif

1) Menggunakan tabel NAB

2) Apabila tenaga kerja dalam melaksanakan pekerjaaanya harus

berpindah-pindah dan terpajan kepada tingkat intensias bising

yang berbeda-beda maka perlu dipertimbangkan efek kombinasi

c. Pengendalian secara medis

1) Pengendalian secara medis dilaksanakan dengan pemeriksaan

kesehatan secara teratur, khususnya pemeriksaan audiometri yang

bertujaun untuk :

a) Mendeteksi secara dini adanya ketulian-ketulian

b) Memantau efektifitas program pengendalian secara teknis

Pemeriksaan audiometri dilaksanakan pada :

a) Sebelum bekerja (pre employment) hasil audiometri

merupakan data dasar dan dipakai sebagai pembanding

terhadap hasil audiometri pada pemeriksaan berkala sehingga

berguna untuk menilai adanya penurunan daya dengar atau

menentukan terjadinya ketulian akibat kerja serta untuk

menghitung besarnya kompensasi.

b) Berkala (periodik) setiap 1 tahun atau 6 bulan tergantung

tingkat intensitas kebisingan yang dihadapi. Pemerikssan ini

bertujuan untuk mendeteksi secara dini apakah ada pengaruh

pekerjaan terhapad fungsi pendengaran pekerja

27
c) Khusus pada waktu tertentu seperti saat terjadi keluhan dari

tenaga kerja atau untuk keperluan penelitian.

d) Akhir masa kerja agar dapat menentukan tingkat kesehatan

(pendengaran) pada akhir masa kerja

d. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Cara terakhir yang harus dilaksanakan apabila cara lain sulit

dilakukan. Jenis alat pelindung diri adalah ear plug dan ear muff.

Soeripto M, (2008, h.249) menjelaskan bahwa ear plug atau sumbat

telinga rata-rata dapat meredam intensitas suara sebesar 20-30 dB

pada frekuensi 2.000-4.000 Hz. Ear muff atau tutup telinga rata-rata

dapat meredam intensitas suara sebesar 25-40 dB pada frekuensi

2.000-4.000 Hz dengan catatan bahwa penutup telinga dapat dipasang

pas pada telinga sehingga tidak ada rembesan suara yang masuk.

A. Siswanto (1983) dalam Pedoman Program Konservasi

Pendengaran K3LL (Pedoman Program Konservasi Pendengaran,

2003) menjelaskan bahwa Kombinasi ear muff dan ear plug pada

frekuensi 8008.000 Hz dapat mereduksi intensitas suara sebesar 30-60

dB. Besarnya pengurangan terhadap intensitas suara/ bising yang

dapat dicapai tergantung dari design dan physical characteristic dari

pemakai.

K3LL (Pedoman Program Konservasi Pendengaran, 2003)

menjelaskan bahwa alat pelindung pendengaran wajib disediakan oleh

perusahaan dan dipergunakan oleh pekerja di daerah bising yang sama

28
atau melebihi NAB (85 dBA). Pekerja yang selama 8 jam kerja berada

di daerah bising yang melebihi 100 dBA diharuskan memakai ear

plug dan ear muff secara bersamaan

E. Lama Kerja

Lama seseorang bekerja berdasarkan Undang-Undang No. 13 tahun

2003 tentang ketenagakerjaan adalah waktu kerja yang ditentukan untuk 8

jam dalam 1 hari. Kemampuan seseorang bekerja dalam sehari 8-10 jam,

lebih dari itu kualitas dan efisiensi kerja akan menurun. Masa kerja sebagian

besar yang beresiko tinggi adalah > 3 tahun.

F. Masa Kerja

Pertambahan masa kerja seseorang yang terakumulasi cukup lama

akan mengakibatkan kelelahan pada otot mata dan otot penggerak bola mata

sehingga bisa berakibat daya kerja seseorang pada penglihatannya akan

semakin menurun. Hasil penelitian menyebutkan masa kerja sebagian besar

yang berisiko tinggi adalah >3 tahun.

G. Hubungan paparan intensitas suara yang melebihi NAB dengan

Tekanan Darah

Kebisingan di tempat kerja mempunyai efek terhadap pekerja.

Gangguan kesehatan merupakan salah satu efek negatif yang disebabkan oleh

kebisingan. Kebisingan dapat mempengaruhi kesehatan terhadap fungsi lain

29
tubuh selain fungsi pendengaran yang menyebabkan peningkatan tekanan

darah dan peningkatan sensitivitas terhadap epinefrin dan norepinefrin pada

sistem vaskular (Budiman C., 2007).

Terdapat perbedaan tekanan darah antara kebisingan yang tinggi dan

rendah. Pada umumnya kebisingan bernada tinggi sangat mengganggu, lebih-

lebih yang terputus atau yang datangnya secara tiba-tiba (mendadak) dan

tidak terduga dapat menimbulkan reaksi fisiologis berupa peningkatan

tekanan darah ± 10 mmHg (Soeripto M., 2008).

Intensitas suara yang melebihi nilai ambang batas akan meningkatkan

kadar hormon stress, seperti epinephrine (adrenalin), nore epinephrine (nore

adrenalin) dan kortisol tubuh yang mengakibatkan terjadinya perubahan

irama jantung dan tekanan darah. Bising yang terus menerus diterima

seseorang akan menimbulkan gangguan proses fisiologis jaringan otot dalam

tubuh dan memicu emosi yang tidak stabil. Ketidakstabilan emosi tersebut

dapat memacu jantung untuk bekerja lebih keras memompa darah ke seluruh

tubuh, dalam waktu yang lama tekanan darah akan naik sehingga

menyebabkan hipertensi (Tambunan S., 2005).

Reaksi peningkatan tekanan darah terjadi pada permulaan pemajanan

terhadap bising, yang kemudian akan kembali kepada keadaan semula.

Apabila terpajan bising terus-menerus maka akan terjadi adaptasi sehingga

perubahan tekanan darah tersebut tidak nampak lagi (Moeljosoedarmo, 2008).

Rangsangan (stimulasi) kebisingan bermula melalui serabut saraf yang secara

tidak langsung mengenai kardiovaskular yang akan menimbulkan konstriksi

30
pada pembuluh darah, tekanan sistole akan meningkat dan tekanan arteri

semakin kuat. Pengaruh tersebut bersifat sementara dan sampai derajat

tertentu terjadi adaptasi dan dari proses adaptasi tersebut adalah indikasi dari

adanya perubahan tekanan darah (Moeljosoedarmo, 2008).

H. Kerangka Teori

Intensitas Suara

Lama waktu kerja

Melebihi NAB Tidak Melebihi NAB

Pekerja aman dan sehat


Ketulian Vasodilatasi
pembuluh darah tepi
Produktifitas meningkat

Vasokontraksi
pembuluh darah
dalam Faktor eksternal :
1. Olahraga
2. Latihan kerja
Faktor internal : 3. Umur
Tekanan Darah Meningkat
Suhu 4. Jenis kelamin
5. Kondisi kesehatan dan
Produktifitas menurun riwayat penyakit (anemia
berat, penyakit ginjal,
hipertensi)
6. Kondisi psikologis
(cemas, takut, emosi)
7. Merokok
8. Mengkonsumsi alkohol
9. Kafein
10. Obat-obatan
Gambar 2.1
Kerangka Teori

31
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan antara konsep-

konsep atau variabel-variabel yang akan diamati (diukur) melalui penelitian

yang dimaksud (Notoatmodjo, 2010). Sesuai dengan tujuan penelitian yang

bersifat kuantitatif yaitu untuk mengidentifikasi adanya hubungan antara

intensitas suara dan lama kerja dengan tekanan darah pada pekerja pembuatan

knalpot di Desa Sayangan Kabupaten Purbalingga Tahun 2017, peneliti

membuat kerangka konsep sebagai berikut :

Variable Bebas
Variable Terikat
Intensitas suara dan
Tekanan Darah
lama kerja

Gambar 3.1 Kerangka konsep

32
B. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah atau

pertanyaan penelitian (Nursalam, 2008). Hipotesis dalam penelitian ini

adalah:

H1 : Ada hubungan intensitas suara dengan tekanan darah pada pekerja

pembuatan knalpot di Desa Sayangan Kabupaten Purbalingga

tahun 2017.

H2 : Ada hubungan lama kerja dengan tekanan darah pada pekerja

pembuatan knalpot di Desa Sayangan Kabupaten Purbalingga

tahun 2017.

H3 : Ada hubungan intensitas suara dan lama kerja dengan tekanan

darah pada pekerja pembuatan knalpot di Desa Sayangan

Kabupaten Purbalingga tahun 2017.

C. Variabel Penelitian

Variabel adalah karakteristik subjek penelitian yang berubah dari satu

subjek ke subjek lainnya (Hidayat, 2010). Variabel dalam penelitian ini terdiri

dari :

1. Variabel Independen (bebas)

Variabel Independen yaitu tipe variabel yang menjelaskan atau

mempengaruhi variabel lain, disebut juga variabel yang diduga sebagai

sebab dari variabel dependen (Notoadmojo, 2010). Variabel independen

dalam penelitian ini yaitu intensitas suara dan lama kerja.

33
2. Variabel Dependen (terikat)

Variabel dependent adalah variabel yang dijelaskan atau

dipengaruhi oleh variabel independent (Arikunto, 2010). Variabel

dependent dalam penelitian ini yaitu tekanan darah.

3. Variabel Pengganggu

Variabel pengganggu adalah variabel pengaruh yang tidak

termasuk kelompok variabel bebas yang diduga juga berpengaruh

terhadap variabel terikat. Dalam penelitian ini variabel penganggunya

adalah umur, jenis kelamin, kondisi kesehatan, riwayat penyakit (anemia,

ginjal, hipertensi), riwayat keturunan, konsumsi kafein (kopi)/ minuman

penambah stamina, kebiasaan merokok, konsumsi obat.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga peneliti dapat melakukan

pengukuran secara cermat terhadap suatu objek (Hidayat, 2010).

Tabel 3.1 Definisi Operasional


No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur Skala
dan Alat
Ukur
1. Intensitas Besarnya tekanan Pengukuran 1. < 85 dBA Ratio
suara (energi) yang menggunakan (Memenuhi
dipancarkan oleh suatu SLM Syarat)
2. > 85 dBA
sumber bunyi
(Tidak
Memenuhi
Syarat)

34
2. Tekanan Tekanan yang Pengukuran 1. >120/80 Interval
darah dikenakan oleh dengan (meningkat)
menggunakan 2. <120/80
darah pada (Normal)
pembuluh arteri Sphygmoman
ometer dan
ketika darah
stetoskop
dipompa oleh
jantung ke seluruh
anggota tubuh
3. Riwayat Riwayat penyakit Wawancara 1. Pernah Nominal
penyakit (anemia, ginjal, dengan 2. Tidak
hipertensi) yang kuesioner pernah
pernah dialami

4. Konsumsi Kebiasaan responden Wawancara 1. Sering Ordinal


kafein mengkonsumsi kopi menggunakan 2. Kadang-
kuesioner kadang
3. Tidak
pernah
5. Konsumsi Kebiasaan responden Wawancara 1. Sering Ordinal
penambah mengkonsumsi menggunakan 2.Kadang-
stamina penambah stamina kuesioner kadang
3. Tidak
pernah
6. Lama kerja Lamanya responden Wawancara 1. > 8 jam Ratio
bekerja dalam satu hari menggunakan 2. 8 jam
kuesioner

E. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang menggunakan

metode analitik observasional dengan desain penelitian cross sectional

(potong lintang). Dimana dalam penelitian ini variabel sebab dan variabel

akibat yang terjadi pada objek penelitian diukur dan akan dikumpulkan dalam

waktu bersamaan (sekali waktu) dan secara langsung (Notoatmodjo, 2010).

Variable independent dalam penelitian ini adalah intensitas suara, lama kerja

dan variable dependent dalam penelitian ini adalah tekanan darah. Tujuannya

untuk mengetahui hubungan antara intensitas suara dan lama kerja dengan

35
tekanan darah pada pekerja pembuatan knalpot di Desa Sayangan Kabupaten

Purbalingga tahun 2017.

F. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Pabrik Knalpot Desa Sayangan Kabupaten

Purbalingga pada bulan Agustus tahun 2017.

G. Populasi dan Sampel

1. Populasi adalah keseluruhan subyek oenelitian atau obyek yang diteliti

(Arikunto, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga

kerja di Pabrik Knalpot berjumlah 15 tenaga kerja setiap rumah, dan ada

5 rumah pembuat knalpot dengan total keseluruhan adalah 65 tenaga

kerja. pembuat pabrik knalpot di Desa Sayangan Kabupaten Purbalingga

Tahun 2017.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti

(Arikunto, 2010). Pada penelitian ini sampel adalah total populasi.

H. Sumber data

Sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan

data sekunder.

36
1. Data Primer

Data primer merupakan data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti

dan didapat langsung dari responden pada saat penelitian berlangsung bisa

dari hasil wawancara (Sugiyono, 2009). Data primer dalam penelitian ini

untuk lama kerja menggunakan wawancara berstruktur yaitu kuesioner.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti secara tidak

langsung berupa catatan, arsip yang tidak dipublikasikan maupun yang

dipublikasikan. Data sekunder dalam penelitian ini adalah menggunakan

penelusuran arsip dan dokumen pekerja pembuat knalpot di Desa Sayangan

Kabupaten Purbalingga tahun 2017.

I. Cara Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data ini terdiri dari beberapa tahap :

1. Tahap persiapan

a. Mengajukan pengajuan judul penelitian dan konsultasi penelitian

b. Studi pustaka, menyusun proposal dan seminar proposal

c. Mengurus surat ijin ke BAPELITBANGDA Kabupaten Purbalingga

d. Memberikan surat ijin dari BAPELITBANGDA ke pabrik

pembuatan knalpot

2. Tahap pelaksanaan

a. Melakukan pengumpulan data

37
Pengumpulan data dilakukan untuk mencari data pekerja pabrik

knalpot dengan prosedur berikut :

1) Menyerahkan surat ijin penelitian ke pabrik pembuatan knalpot

di Desa Sayangan Kabupaten Purbalingga.

2) Menjelaskan tujuan penelitian, kerahasiaan data dan hak

responden untuk bersedia berperan serta dalam penelitian.

3) Responden menyatakan bersedia menjadi responden penelitian

dengan menandatangani lembar persetujuan (informent consent).

a) Menyusun daftar pertanyaan wawancara

Menyusun daftar pertanyaan yang mewakili setiap variabel

dalam penelitian sehingga dapat terkumpul data yang

diinginkan.

b) Melakukan wawancara

Prosedur pengisian kuesioner meliputi :

1) Menjelaskan tatacara wawancara kepada responden

2) Memberikan pertanyaan kepada responden dan mengisi

lembar wawancara

3) Memeriksa kelengkapan dilanjutkan dengan pengolahan

data

3. Tahap akhir

a. Melakukan pengolahan dan analisis data

b. Menyusun laporan hasil penelitian dan kesimpulan

c. Mempresentasikan hasil penelitian

38
J. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Berdasarkan kerangka konsep dan

dari tabel penelitian kemudian disusun instrumen untuk mengumpulkan data.

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Kuesioner yaitu alat pengumpul data yang berisi daftar pertanyaan atau

pilihan jawaban yang diajukan kepada responden dan sudah tersusun

dengan baik, sehingga responden tinggal memberikan tanda-tanda yang

ada pada petunjuk pengisian kuesioner (Sugiyono, 2015).

2. Sound Level Meter (SLM) Pengukuran intensitas suara dilakukan

berdasarkan tata kerja alat pengukur intensitas suara, pengukuran

dilakukan sebelum mesin dinyalakan untuk mengetahui background

noise dan pada saat mesin dioperasikan.

3. Sphygmomanometer dan stetoskop Pengukuran Tekanan Darah

Pengukuran tekanan darah dilakukan berdasarkan tata kerja alat pengukur tekanan

darah. Pengukuran dilakukan sebelum dan setelah pekerja bekerja.

K. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan selanjutnya adalah

melakukan pengolahan data. Pengolahan data dapat dilakukan secara

komputerisasi dengan menggunakan program spss. Menurut Santjaka

(2011), langkah-langkah dari pengolahan data meliputi:

1. Pemeriksaan Data (Editing)

39
Editing adalah suatu kegiatan pengecekan terhadap kemungkinan adanya

kesalahan saat penelitian berlangsung.

2. Pemberian Kode (Coding)

Pengkodean data yaitu memeriksa kuesioner dengan mengklasifikasi data

dan memberi kode untuk masing-masing pertanyaan sesuai dengan

tujuan pengumpulan data. Coding data dalam penelitian ini yaitu:

a. Intensitas Suara

1) Tidak Memenuhi Syarat, jika hasil pengukuran > 85 dBA

2) Memenuhi Syarat, jika hasil pengukuran < 85 dBA

b. Tekanan Darah

1) Meningkat, jika pemeriksaan didapat hasil > 120/80 mmHg

2) Normal, jika pemeriksaan didapat hasil < 120/80 mmHg

c. Riwayat Penyakit

1) Pernah

2) Tidak pernah

d. Konsumsi kafein

1) Sering

2) Kadang-kadang

3) Tidak pernah

e. Konsumsi penambah stamina

1) Sering

2) Kadang-kadang

3) Tidak pernah

40
f. Lama Kerja

1) Jika waktu kerja sehari > 8 jam

2) Jika waktu kerja sehari 8 jam

3. Rekapitulasi

Rekapitulasi yaitu menghimpun data dalam satu tampilan lembar kerja

4. Procesing

Tahapan pengolahan data dimulai dari proses entry atu memasukan data

dan pemilihan jenis penyajian data.

5. Out Put

Upaya procesor data untuk menampilkan hasil pengolahan data dalam

bentuk lembar cetak, kemudian ditafsirkan peneliti.

L. Analisis Data

Adapun analisa data yang dilakukan antara lain :

1. Analisis Univariat

Analisis univariate adalah analisis yang dilakukan untuk

menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian (Notoadmodjo, 2010).

Analisis univariat dilakukan pada masing-masing variabel yang diteliti

yaitu intensitas suara dan lama kerja. Rumus yang digunakan untuk

mengetahui presentase masing-masing variabel sebagai berikut:

F
P = N x 100%

Keterangan:

P : Presentase

41
F : Jumlah frekuensi

N : Jumlah sampel

100% : konstanta

2. Analisis bivariate

Hasil analisis univariat ditampilkan dalam bentuk tabel analisis

bivariate menggunakan tabel silang untuk mengetahui dan menganalisis

perbedaan atau hubungan antara dua variabel. Sedangkan untuk menguji

ada tidaknya hubungan antara variabel terikat dan variabel bebas

digunakan analisis Chi Square dengan tingkat kemaknaan α = 0,05.

Rumus yang digunakan yaitu :

(0 − E)2
x2 = ∑
E

Keterangan :

x² : Chi squre

O : Frekuensi observasi

E : Frekuensi harapan

Untuk melihat kemaknaan perhitungan statistik di gunakan batas

signifikan 0,05 sehingga bila nilai P <0,05 maka hasil statistik bermakna

atau signifikan, jika nilai P >0,05 maka hasil hitungan statistik tidak

bermakna atau tidak signifikan. Apabila Chi Squre tidak signifikan antara

menggunakan koefesien asossiasi dengan koefisien Chi Squre untuk

menentukan kuat lemahnya hubungan dengan rumus (Santjaka, 2011).

42
M. Etika Penelitian

1. Informed Consent (lembar perijinan)

Lembar persetujuan ini diberikan kepada Pabrik Kanlpot di Kampung

Sayangan Kabupaten Purbalingga. untuk meminta ijin melakukan

penelitian. Peneliti tidak dapat melakukan penelitian apabila tidak

diberikan ijin oleh pemilik dan pengelola Pabrik Kanlpot di Kampung

Sayangan Kabupaten Purbalingga.

2. Annonimity (tanpa nama)

Kerahasiaan identitas responden perlu dijaga, peneliti tidak menuliskan

identitas responden secara lengkap di lembar penelitian. Nama

dicantumkan dalam inisial huruf kemudian lembar tersebut hanya diberi

nomor kode tertentu saja.

43
DAFTAR PUSTAKA

A., Siswanto, 1990, Kebisingan, Jawa Timur: Balai Hiperkes dan KK.

Aditama Tj. Y., 2005, Mayo Clinic Hipertensi, PT. Duta Prima, Jakarta: Indonesia
University Press.

, Tri Hastuti, 2006, Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Jakarta:


Universitas Indonesia Press.

Anis, 2005, Seri Kesehatan Umum PAK, Jakarta: Elex Media Komputindo.

Aris Santjaka, 2011, STATISTIK untuk Penelitian Kesehatan 1, Yogyakarta: Nuha


Medika.

Budiarto, Eko. 2001. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.


Jakarta : EGC.

Beevers, D.G. 2002. Seri Kesehatan Bimbingan Dokter Anda Tekanan Darah.
Jakarta : Dian Rakyat Jakarta.

Gunawan, Lany., 2001, Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi), Kanisius,


Yogyakarta.

Guyton, Hall., 2008, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Jakarta: EGC. p: 173

Hartati, 2011, Perbedaan Tekanan DarahTenaga Kerja Sebelum Dan Sesudah


Terpapar Kebisingan Melebihi NAB Di Unit Boiler Batubara PT. Indo
Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar, Surakarta.

Haryono, Subaris H., 2007, Hygene Lingkungan Kerja, Jogjakarta: Mitra


Cendekia Press.

Hermawati E., 2005, Perbedaan Tekanan Darah Tenaga Kerja Dengan Intensitas
Kebisingan Yang Berbeda, Universitas Negeri Semarang.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1405/MENKES/SK/XI/2002 Tentang


Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri,
Jakarta.

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 Tentang Baku Tingkat
Kebisingan, Jakarta.

44
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER.13/MEN/X/2011
Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat
Kerja, Jakarta.
Sasongko, Dwi P. 2000. Kebisingan Lingkungan. Semarang: Universitas
Diponegoro.

Suma’mur PK., 2009, Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, PT Gunung


Agung: Jakarta.

SK Dirjen P2M dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Departemen Kesehatan


RI Nomor 70-1/PD.03.04.Lp, (Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan
Kebisingan yang Berhubungan dengan Kesehatan Tahun 1992, 1994/
1995).

Soeripto M., 2008, Hygiene Industri, Jakarta: Penerbit buku FKUI.

Tambunan, S. 2005. Kebisingan Di Tempat Kerja. Yokyakarta : Andi.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan


Sosial Tenaga Kerja, Jakarta: Presiden.

Undang-Undang Republik Indoneisia Nomor 5 Tahun 1994 Tentang


Perindustrian, Jakarta: Presiden.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan


Kerja, Jakarta: Presiden.

Vitahealth, 2000, Hipertensi, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Wahyu, A. 2003. Higiene Perusahan. Makassar : FKM Univeritas Hasanuddin.

WHO. 2001. Pengendalian Hipertensi. Bandung : Institut Teknologi Bandung.

45
Lampiran 1

HUBUNGAN INTENSITAS SUARA DAN LAMA KERJA


DENGAN TEKANAN DARAH PADA PEKERJA PABRIK KNALPOT DI
DESA SAYANGAN KABUPATEN PURBALINGGA
TAHUN 2017

PROSEDUR PENGUKURAN KEBISINGAN

A. Alat

1. Sound Level Meter.

2. Alat tulis.

B. Bahan

Lokasi: Lingkungan Kerja Pabrik Kanlpot

C. Cara kerja

1. Persiapan alat

a. Siapkan alat.

b. Dibaca petunjuk penggunaan alat sebelum alat dioperasikan.

2. Pengoperasian alat

a. Tentukan titik sampling yang jauh dari medan magnet, getaran atau

faktor lain yang mengganggu.

b. Hidupkan Sound Level Meter dengan menekan tombol ON

kemudian alat diset pada respon F, filter A dan lakukan pengecekan

batu batteray kemudian lakukan kalibrasi.

46
c. Kalibrasi Sound Level Meter dengan menggeser saklar function dan

range ke cal sampai pada display muncul 94 dB.

d. Pegang Sound Level Meter dengan jarak 0,5 meter dari badan dan

ketinggian 1,2-1,5 meter dari permukaan tanah.

e. Lakukan pengukuran intensitas suara sebelum dimulainya pekerjaan

untuk mendapatkan background noise.

f. Pengukuran intenisitas suara di tempat kerja yang bertujuan untuk

melakukan pemantauan, dilaksanakan pengukuran pada saat mesin

Stone Crusher dan Asphalt Mixing Plant beroperasi.

g. Pengukuran di tempat kerja yang bertujuan untuk mengetahui

pengaruhnya untuk tenaga kerja dilakukan sesuai tempat dan jam

kerja (8 jam).

h. Pengukuran pada setiap titik sampel dilakukan selama 10 menit.

i. Pembacaan intensitas suara dilakukan setiap 5 detik, kemudian

dicatat pada lembar kerja.

j. Matikan Sound Level Meter jika pengukuran telah selesai dengan

menekan tombol OF.

k. Kemudian hitunglah selisih pengukuran dengan background noise

dan catat hasilnya.

l. Hitunglah hasil pengukuran dengan menggunakan rumus:

Leq : 10 log [(Ti/ Tn) x Ʃ(/)]

47
Leq : Tingkat kebisingan setara/ continue
Leq (1) : Kebisingan sinambung setara, kurun waktu 1
menit
Leq (10) : Kebisingan sinambung setara, kurun waktu 10
menit
Ti : Waktu pembacaan (5 detik) dan pada
perhitungan Leq
(10)
Ti : 1 menit
Tn : Total waktu (60 detik) dan pada perhitungan
Leq (10)
Tn : 10 menit
Li : Intensitas suara hasil pengukuran dan
pada perhitungan Leq (10)
Li : Leq (1)

48
Lampiran 2

Menentukan Angka Koreksi Hasil Pengukuran Intensitas Suara

Cara penggunaan chart sebagai berikut :

1. Mengukur total noise baik sumber bunyi maupun background noise.

2. Mematikan mesin dan mengukur Sound Pressure Level (SPL) background

noise.

3. Mengukur selisih kedua pengukuran tersebut. Bila selisih < 3 dB, pengaruh

background noise besar, bila selisih 3 – 10 dB perlu dikoreksi, bila > 10 dB

tidak perlu koreksi.

4. Untuk koreksi, selisih kedua SPL masuk pada sumbu x, tarik garis vertikal ke

atas memotong kurva dan menarik garis sejajar sumbu x memotong sumbu y,

sehingga didapat angka koreksi. Kemudian rata-rata SPL mesin dikurangi

dengan angka koreksi.

49
Lampiran 3

HUBUNGAN INTENSITAS SUARA DAN LAMA KERJA


DENGAN TEKANAN DARAH PADA PEKERJA PABRIK KNALPOT DI
KAMPUNG SAYANGAN KABUPATEN PURBALINGGA
TAHUN 2017

PROSEDUR PENGUKURAN TEKANAN DARAH

A. Alat

1. Sphygmomanometer dan stetoskop.

2. Alat tulis.

B. Bahan

Sampel : 15 pekerja.

C. Cara Kerja

1. Persiapan alat

a. Siapkan alat.

b. Dibaca petunjuk penggunaan alat sebelum alat dioperasikan.

2. Pengoperasian alat

a. Tenaga kerja dalam posisi duduk tegak, lengan kiri diletakan diatas

meja.

b. Lengan bagian atas dibalut dengan manset lalu digelembungkan

sampai nadi dalam lengan atas tidak terasa.

c. Dicari pembuluh darah arteri yang dekat dengan lengan yang dibalut

manset dan pada pembuluh darah arteri tersebut stetoskop diletakan.

50
d. Tekanan udara dalam manset dikeluarkan dengan memutar katup

pada bladder dengan perlahan lalu mendengarkan suara yang

dihasilkan dari aliran darah, waktu pertama kali terdengar suara

denyut itu disebut tekanan sistolik.

e. Manset terus dikempiskan secara perlahan sampai suara denyut

berhenti, inilah yang disebut tekanan diastolik.

51
Lampiran 4

HUBUNGAN INTENSITAS SUARA DAN LAMA KERJA


DENGAN TEKANAN DARAH PADA PEKERJA PABRIK KNALPOT DI
KAMPUNG SAYANGAN KABUPATEN PURBALINGGA
TAHUN 2017

KUESIONER UNTUK KEPALA PENGELOLA

Sehubungan dengan pengumpulan data penelitian untuk tugas akhir maka saya:

Nama :
NIM :

Memohon ketersediaan saudara untuk mengisi data berikut. Kesediaan


Saudara untuk mengisi kuesioner yang berhubungan dengan penyusunan skirpsi
ini sangat diharapkan. Terimakasih atas kerja sama Saudara hingga
terselesaikannya pengumpulan data dalam penelitian ini. Kejujuran Saudara
untuk mengisi kuesioner ini sangat membantu kami dalam proses pengumpulan
data. Kuesioner ini bertujuan untuk melihat paparan intensitas suara terhadap
tekanan darah pekerja di tempat kerja.

A. Data Umum
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Alamat :
5. No. hp :
6. Tanggal lahir :
7. Masa kerja : tahun
8. Pendidikan : SD SLTP SLTA D III S1

B. Data Khusus

1. Apakah di tempat ini terdapat Standar Operasional Prosedur bagi tenaga

kerja?

52
2. Apakah tenaga kerja dalam bekerja sudah sesuai prosedur yang ada?

3. Apakah di tempat ini terdapat pergantian shift kerja bagi tenaga kerja?

4. Apakah dilakukan pemeriksaan kesehatan bagi tenaga kerja pada awal

diterima bekerja?

5. Apakah ada pemeriksaan pendengaran saat pekerja mulai bekerja di

tempat ini?

6. Apakah dilakukan pemeriksaan kebisingan secara berkala di tempat ini?

7. Berapa kali dalam satu tahun dilkakukan pemeriksaan kebisingan?

8. Apakah terdapat pekerja yang mengeluh dengan kebisingan di tempat

ini?

9. Apakah ada pemeriksaan kesehatan secara berkala selama tenaga kerja

bekerja di tempat ini?

10. Berapa bulan sekali dilakukan pemeriksaan kesehatan bagi tenaga kerja?

11. Pemeriksaan kesehatan apa saja yang dilakukan?

12. Apakah ada pemeriksaan tekanan darah bagi tenaga kerja?

13. Apakah ada pekerja yang mengalami penyakit akibat kerja?

14. Apakah terdapat konsultasi masalah kesehatan lain bagi tenaga kerja di

tempat ini?

15. Apakah terdapat fasilitas kesehatan bagi tenaga kerja di tempat ini?

16. Apakah pihak perusahaan menyediakan alat pelindung diri bagi tenaga

kerja?

53
17. Apa saja alat pelindung diri yang disediakan bagi tenaga kerja?

18. Apakah alat pelindung diri yang digunakan dalam bekerja dalam kondisi

baik?

19. Berapa minggu sekali alat pelindung diri bagi tenaga kerja diperiksa

kondisinya?

20. Apakah pernah dilakukan pelatihan tata cara pemakaian alat pelindung

telinga?

21. Apakah pekerja selalu memakai Alat Pelindung Diri (APD) waktu

bekerja?

22. Apakah pihak perusahaan mewajibkan pekerja memakai alat pelindung

telinga?

23. Apakah terdapat sanksi bagi pekerja yang tidak memakai APD di tempat

kerja?

54
Lampiran 5

HUBUNGAN INTENSITAS SUARA DAN LAMA KERJA


DENGAN TEKANAN DARAH PADA PEKERJA PABRIK KNALPOT DI
KAMPUNG SAYANGAN KABUPATEN PURBALINGGA
TAHUN 2017

KUESIONER UNTUK PEKERJA

Memohon ketersediaan saudara untuk mengisi data berikut. Kesediaan


Saudara untuk mengisi kuesioner yang berhubungan dengan penyusunan skripsi
ini sangat diharapkan. Terimakasih atas kerja sama Saudara hingga
terselesaikannya pengumpulan data dalam penelitian ini. Kejujuran Saudara
untuk mengisi kuesioner ini sangat membantu kami dalam proses pengumpulan
data. Kuesioner ini bertujuan untuk melihat paparan intensitas suara terhadap
tekanan darah pekerja di tempat kerja.

Data Umum

a. Nama :
b. Jenis kelamin :
c. Sub Unit :
d. Alamat :
e. No. HP :
f. Tanggal Lahir :
g. Masa kerja : Tahun
h. Pendidikan : SD SLTP SLTA

i. Riwayat pekerjaan :

j. Jenis pekerjaan :

k. Lama kerja :

55
1. Data Khusus
Berilah tanda (√) pada jawaban yang Anda pilih. Pilihan diperbolehkan
lebih dari 1 jawaban.

a. Intensitas Suara
1) Apakah Anda mengetahui nilai intensitas suara yang terpapar di
tempat kerja?
g. Ya
h. Tidak
2) Apabila jawaban no. 2 “Ya”, berapa intensitas suara di tempat kerja:
a. Kurang dari NAB (<85 dBA)
b. Melebihi NAB (> 85 dBA)
3) Apakah Anda merasa terganggu dengan intensitas suara yang
ditimbulkan di tempat kerja?
a. Ya
b. Tidak
b. Kondisi kesehatan
4) Apakah pada saat ini anda dalam kondisi sehat?
a. Ya
b. Tidak
5) Jika jawabannya tidak apakah anda mengkonsumsi obat-obatan?
a. Ya, obat apa yang anda minum?
b. Tidak
6) Apakah anda memiliki riwayat penyakit darah tinggi?
a. Ya …… sejak kapan?
b. Tidak
7) Apakah anda memiliki riwayat penyakit anemia?
a. Ya …… sejak kapan?
b. Tidak

8) Apakah anda memiliki riwayat penyakit ginjal?


a. Ya …… kapan?
b. Tidak
9) Apakah orang tua anda memiliki riwayat penyakit darah tingggi?
a. Ya
b. Tidak
c. Perilaku/ kebiasaan responden
5) Apakah anda memiliki kebiasaan mengkonsumsi kafein (kopi)
a. Ya
b. Tidak

56
6) Apakah anda memiliki kebiasaan meminum penambah stamina
a. Ya
b. Tidak
7) Jika jawabannya ya apakah setiap hari anda mengkonsumsi kafein
(kopi) atau minuman penambah stamina?
a. Ya ……gelas (200ml)
b. Tidak
8) Apakah pada hari ini anda sudah mengkonsumsi kafein (kopi) atau
minuman penambah stamina)
a. Ya…….gelas (200ml)
b. Tidak
9) Apakah anda memiliki kebiasaan merokok?
a. Ya
b. Tidak
10) Jika jawabannya “Ya” apakah setiap hari anda merokok?
a. Ya …. Batang........bungkus
b. Tidak
d. Alat Pelindung Telinga (APT)
11) Apakah perusahaan menyediakan Alat Pelindung Telinga?
a. Ya
b. Tidak
12) Apakah perusahaan mewajibkan Anda menggunakan Alat Pelindung
Telinga?
a. Ya
b. Tidak
13) Jenis Alat Pelindung Telinga apa sajakah yang disediakan?
a. Ear Plug
b. Ear Muff
c. Kombinasi keduanya
14) Alat Pelindung Telinga apa yang anda gunakan saat bekerja?
a. Ear Plug
b. Ear Muff
c. Kombinasi keduanya

57
15) Apakah pimpinan ditempat kerja Anda akan menegur/ memberi sanksi
bila tidak menggunakan Alat Pelindung Telinga di lokasi kerja?
a. Ya
b. Tidak

58
HALAMAN PENGESAHAN

HUBUNGAN INTENSITAS SUARA DAN LAMA KERJA DENGAN


TEKANAN DARAH PADA PEKERJA PEMBUATAN KNALPOT DI DESA
SAYANGAN KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017

USULAN SKRIPSI
Disusun Oleh :
ARYANI KHOIRUN NISA
NIM 15.02263

Telah dipertahankan di Depan Panitia Penguji Usulan Skripsi Program Studi Stara
(S1) Kesehatan Masyarakat STIKes Bina Cipta Husada Purwokerto
Hari : Selasa
Tanggal : 15 Agustus 2017

Penguji 1 Taufik Hidayat, S.Si, M.Si


NIK. 11.07058

Penguji 2 Sonhaji, S.IP,S.Sos,M.Kes,MH,M.Sy


NIP. 19660626 198702 1 002

Penguji 3 Nurrudin Arif Gunawan, SKM,M.Kes


NIP. 19700419 199403 1 002

Mengetahui
STIKes Bina Cipta Husada Purwokerto
Ymt. Ketua

Drs. Cipto Santoso, M.M


NIK. 14.05069

59

Anda mungkin juga menyukai