Anda di halaman 1dari 61

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Meningkatnya arus globalisasi disegala bidang dengan perkembangan

teknologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan

gaya hidup pada masyarakat. Perubahan gaya hidup, sosial ekonomi, dapat

memacu meningkatnya penyakit seperti hipertensi. Hipertensi merupakan

penyebab utama gagal jantung, stroke dan ginjal. Disebut sebagai “pembunuh

diam-diam” karena orang hipertensi tidak menampakkan gejala (Suzanne &

Brenda, 2002)

Penelitian tentang kesehatan orang dewasa dan lansia yang dilakukan oleh

World Health Organization (WHO) tahun 2013 tentang tekanan darah pada

lebih dari 35 ribu orang di lima negara berpendapatan rendah dan menengah,

menemukan hasil Afrika Selatan sebagai negara dengan angka penduduk

hipertensi tertinggi (78%) selanjutnya diikuti Meksiko (58%) Ghana (57%)

China (53%) india (32%). Menurut survey tersebut, lebih banyak perempuan

yang mengidap tekanan darah tinggi dibandingkan laki-laki (who.int).

Di Indonesia tahun 2013 prevalansi penyakit hipertensi 25,8%. prevalensi

tertinggi yaitu di Bangka belitung sebanyak 30, 9 % dan prevalensi terendah

yaitu di Papua sebanyak 16,8 %. prevalensi peyakit hipertensi di Sumatera

Selatan sebanyak 30,1 % (depkes.go.id).

1
Di Provinsi Sumatera Selatan penderita Hipertensi pada bulan Januari – April

2013 diketahui bahwa penyakit Hipertensi adalah urutan ke enam dari sepuluh

penyakit terbesar dengan prevalensi sebanyak 30,1 % (Dinkes, Palembang).

Dari data Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Komering Ulu penyakit

hipertensi menempati urutan yang ke lima dari sepuluh penyakit terbesar di

Kab OKU selama 3 tahun berturut-turut , terdapat jumlah penderita yang

menderita penyakit hipertensi berjumlah 5.79 % pada tahun 2013, pada tahun

2014 berjumlah 13.46 % dan pada tahun 2015 sebanyak 3722 penderita

hipertensi.

Dari data UPTD Puskesmas Sukaraya pada tahun 2016 hipertensi urutan

kedua dari sepuluh penyakit terbanyak yang ada di UPTD Puskesmas

Sukaraya dengan jumlah laki – laki 265 orang dan perempuan 279 orang total

554 orang yang menderita hipertensi.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny’’S’’ dengan
Hipertensi di Kelurahan Sukaraya Wilayah kerja UPTD Puskesmas
Sukaraya diharapkan klien dapat memahami masalah kesehatan dan
akhirnya dapat mengatasi masalah kesehatannya sendiri.
2. Tujuan Khusus
a. Diharapkan kliena dapat mengenal masalah kesehatannya setelah
dilakukan pengkajian asuhan keperawatan gerontik.
b. Setelah klien mengenal masalah kesehatannya diharapkan klien
dapat berpartisipasi dalam memprioritaskan masalah
kesehatannya.
c. Diharapkan klien dapat proaktif merencanakan asuhan
keperawatan.

2
d. Diharapkan klien dapat proaktif melaksanakan asuhan
keperawatan.
e. Diharapkan klien mampu mengevaluasi kesehatan.
f. Diharapkan klien mampu mandiri memberikan asuhan
keperawatan.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup makalah ini membahas tentang konsep dasar secara
teoritis mengenai Hipertensi yang meliputi pengertian, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, dan penatalaksanaan.

D. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam laporan ini yaitu menggunakan
metode deskriptif yaitu metode kegiatan yang dimulai dari pengumpulan data
sampai dengan evaluasi.

E. Tempat Dan Waktu Pelaksanaan


Kegiatan Praktik Pembelajaran Klinik (PPK) Gerontik dilaksanakan
tanggal 17 April sampai dengan 29 April 2017 di UPTD Puskesmas Sukaraya
Kecamatan Baturaja Timur.

F. Sistematika Penulisan
1. Metode pendekatan yang sifatnya mengungkapkan peristiwa yang
terjadi.
2. Pengumpulan data dan pengolahan data melalui observasi, wawancara,
dan pemeriksaan fisik.
3. Sumber data primer dari klien dan data sekunder dari petugas
kesehatan.
4. Sumber teori dari literature

BAB II
KEADAAN UMUM LAHAN PRAKTEK

3
A. Visi,Misi dan Motto Puskesmas

Visi :”Tercapainya Kecamatan Sehat Menuju Terwujudnya Indonesia


Sehat”.

Misi:
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Sukaraya.
2. Mendorong kemendirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Sukaraya.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu,pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan di selenggarakan UPTD Puskesmas Sukaraya.
4. Meliharakan dan meningkatkan kesehatan perorangan,keluarga dan
smasyarakat berserta lingkungan.

Tugas Pokok:
Meningkatkan kesadaran,kemauan hidup sehat bagi setiap orang yang
bertempat tinggal diwilayah kerja puskesmas sukaraya agar terwujud
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Fungsi Puskesmas:
1. Sebagai pusat penggerakan pembangunan berwawasan kesehatan.
2. Sebagai pusat pemberdayaan masyarakaat
3. Sebagai pusat pelayanan kesehatan
a. Pelayanan kesehatan masyarakat
b. Pelayanan kesehatan perorgan.

Motto : “ Mencegah Lebih Baik Dari pada Mengobati “.

4
B. Histori
Pada awalnya yaitu tahun 1981,status puskesmas adalah Puskesmas
pembantu di pinpin oleh Hj.Yulizar Muslimin, Di bawah Naungan
puskesmas tanjung agung yang dipimpin oleh Dr.Rusli.
Pada tahun 1987, status berubah menjadi puskesmas sukaraya dipimpin
oleh Dr. RE.Komariah,tahun 1995 pimpinan puskesmas diganti oleh
Dr.Wanneeny,NB. Tahun 1999 pimpinan puskesmas di pimpin oleh
Drg.Erminda.2003 puskesmas sukaraya di pimpin oleh Dr.Yunita Fediani.
Tahun 2006 digantikan oleh Drg. Hj. Arini Maryam. Pada tahun 2009
puskesmas sukaraya di pimpin oleh H .M. Sufrin,SKM Dengan kepala tata
usaha Sapta marinti, SKM dan Rita Oktaria, SKM. Pada tahun 2013
puskesmas sukaraya di pimpin oleh Dr. Rynna Dyana Dengan kepala tata
usahanya Yusirizal. Pada taggal 27 januari 2015 kepala UPTD Puskesmas
Sukaraya Dipimpin oleh Hasymin, SKM dengan kepala tata usaha
Dinsi,Spd.I. pada tanggal 01 mei 2016 puskesmas sukaraya di pimpin oleh
Hj.Puspa Linda,SKM Dengan kepala tata usahanya Dinsi,Spd. I. Pada
tanggal 10 januari 2017 kepala tata usahanya Abi Muslim, SKM.
Dalam penyusunan profil ini dapat dijadikan panduan dan informasi dalam
mengenaal puskesmas sukaraya lebih jauh

C. Batasan dan wilayah kerja puskesmas


Wilayah kerja puskesmas sukaraya Kecamatan Baturaja Timur Seluas 46
Km2 dengan luas bangunan 192 M2 Yang menjakup keseluruhan
sukaraya,Kelurahan sukajadi, dan desa terusan. Batasan wilayah kerja
puskesmas sukaraya adalah sabagai berikut:
 Sebelah Utara : Perbatasan dengan wilatah kerja UPTD puskesmas
sekar jaya.
 Sebelah selatan :Berbatas dengan wilayah kerja UPTD puskesmas
Tanjung Baru.
 Sebelah Barat : Berbatasan dengan wilayah kerja UPTD
puskesmas Kemalaraja.

5
 Sebelah Timur : Berbatas dengan wilayah kerja UPTD puskesmas
sekar jaya.

Wilayah kerja puskesmas sukaraya meliputi 1 Desa 2 Kelurhan yaitu:


1. Kelurahan Sukaraya
2. Kelurahan Sukajadi
3. Desa Air paoh

D. Transportasi
Transportasi dari puskesmas sukaraya dapat dijangkau kendaraan
bermotor baik roda Empat maupun roda Dua.dari dua kelurahan dan satu
desa dalam wilayah kerja puskesmas sukaraya sebagian besar dilalui jalan
raya,selebihnya hanya jalan kecil yang dapat dilalui oleh kendaraan rada
dua.

E. Data Ketenagaan Berdasarkan Pendidikan Per 31 Desember 2016


UPTD Puskesmas Sukaraya

NO Jenis pendidikan STATUS KEPEGAWAIAN TOTAL


PNS PTT/HONDA TKS MAGANG
1 DOKTER 3 0 0 1 4
(2 tugas
belajar)
2 DOKTER GIGI 0 1 0 0 1
3 SKM 5 0 0 0 5
4 SKP 0 0 1 0 1
5 D.IV 1 2 0 2 5
KEBIDANAN
6 AKPER 17 1 10 3 31
7 AKBID 12 8 0 7 27
(1 Titipan)
8 AKZI 1 0 0 0 1
9 AKL/APK 1 0 0 1 2
10 AKFAR 1 0 0 0 1
11 AAK 0 0 0 0 0
12 AKG 2 0 0 0 2
13 BIDAN 2 0 0 0 2
D.1/PPB
14 SPK 4 0 0 0 4
15 SPRG 1 0 0 0 1
16 S.1 NONKES 1 0 0 0 1
17 SLA NONKES 6 0 0 0 1
18 SMF 1 0 0 0 1

6
19 SPPM 1 0 0 0 1
20 PAKET B 1 0 0 0 1
TOTAL 60 13 11 13 97
(2 titipan )

F. Struktur Organisasi UPTD Puskesmas Sukaraya Kecamatan Baturaja Timur


Kabupaten OKU

Kepala UPTD Puskesmas Sukaraya


Hj. Puspa Linda, SKM

Penanggung jawab
Manajemen Mutu Kepala Tata Usaha
Rita Octaria, SKM Dinsi, S.Pd.I

SIMPUS Kepegawaian Rumah Tangga Keuangan


Meily, AMK Muniarti Ari D, AMKG Yeni A, Am.Keb
Yeni Arpah, Am.Kep Evi K, Am.Keb Emiyati, Am.Kep Rita Octaria, SKM
Hj Elmahera Weni A, Am.Kep Yeti A, Am.Keb Evi K. Am.Keb
Rika D, Am.Kep Darmawanah
Evri W, Am.Keb Efrina S. Am.Keb

Penangguang Jawab Penanggung Penangguang Jawab Penangguang Jawab


UKM Esensial dan vv Jawab UKM UKP, kefarmasian jarinngan dan jejaring
Perkesmas pengembangan dan Laboratorium Puskesmas
Dr. Ria Yuniarti Dr. Ariyanti Drg. Fini Safitri Dwi Okta Dori S, Am.Keb

BAB III
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep keluarga

a. Pengertian

7
1. Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama

dengan keterikatan aturan dan emosional dari individu yang

mempunyai peran masing – masing yang telah merupakan bagian dari

keluarga (Fredman 1998).

2. Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung

karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan

mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain

dan didalam peranannya masing- masing dan menciptakan serta

mempertahankan suatu kebudayaan (Salvicion G.Bailon dan Aracelis

Maglaya, 1989).

b. Struktur Keluarga

Struktur keluarga menurut Parad dan Caplan (1965) yang diadopsi oleh

Friedman ada 4 elemen, yaitu :

1. Struktur peran keluarga

Menggambarkan peran masing – masing anggota keluarga sendiri dan

perannya dilingkungan masyarakat atau peran formal atau informal.

2. Nilai atau norma keluarga

Menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini oleh

keluarga, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan.

3. Pola komunikasi keluarga

Menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi ayah/ibu

(orangtua), orangtua dengan anak, anak dengan anak, dan anggota

keluarga lain (pada keluarga besar) dengan keluarga inti.

8
4. Struktur kekuatan keluarga

Menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk memengaruhi

dan mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang

mendukung kesehatan

Berdasarkan keempat elemen dalam struktur keluarga, diasumsikan

bahwa (Leslie dan Korman,1989;Parsons dan Bales,1955) :

1) Keluarga merupakan sistem sosial yang memiliki fungsi sendiri

2) Keluarga merupakan sistem sosial yang mampu menyelesaikan

msalah individu dan lingkungannya

3) Keluarga merupakan suatu kelompok kecil yang dapat

memengaruhi kelompok lain

4) Perilaku individu yang ditampakkan merupan gambaran dari

nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga.

c. Ciri – ciri keluarga

Ciri – ciri keluarga secara umum, yaitu :

1. Diikat dalam suatu tali perkawinan

2. Ada hubungan darah

3. AdA ikatan batin

4. Ada tanggung jawab masing- masing anggota keluarganya

5. Ada pengambilan keputusan

6. Kerja sama diantara anggota keluarga

7. Komunikasi interaksi diantara anggota kelurga

8. Tinggal dalam satu rumah

d. Tipe Keluarga

9
Menurut Frieman (1998) tipe keluarga dari dua tipe yaitu keluarga
tradisional dan keluarga non tradisional.
1. Tipe keluarga tradisional terdiri dari :
a. Nuclear family atau keluarga inti adalah suatu rumah tangga yang
terdiri dari suami, istri dan anak kandung atau anak adopsi.
b. Extended family atau keluarga besar adalah keluarga inti ditambah
dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya
kakek, nenek, bibi dan paman.
c. Dyad family adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang
tinggal dalam satu rumah tanpa anak.
d. Single parent family adalah suatu keluarga yang terdiri dari satu
orang tua dan anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat
disebabkan oleh perceraian atau kematian.
e. Single adult adalah satu rumah tangga yang terdiri dari satu orang
dewasa
f. Keluarga usia lanjut adalah keluarga yang terdiri dari suami dan
istri yang sudah lanjut usia.

2. Tipe keluarga non tradisional terdiri dari :


a. Keluarga communy yang terdiri dari satu keluarga tanpa pertalian
darah, hidup dalam satu rumah.
b. Orang tua (ayah, ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak
hidup bersama dalam satu rumah tangga.
c. Homo seksual dan lesbian adalah dua individu sejenis yang hidup
bersama dalam satu rumah dan berpefilaku layaknya suami istri.

e. Fungsi Keluarga

Secara umum fungsi keluarga adalah sebagai berikut : (Menurut

Friedman,1998 dalam Zulkahfi 2015).

1) Fungsi afektif (the Affective Function)

10
Adalah fungsi keluarga yang utama untukmengajarkan segala sesuatu
untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang
lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan
psikososial anggota keluarga.
2) Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialication and social
placement function)
Adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk
berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan
dengan orang lain di luar rumah.
3) Fungsi reproduksi (the reproduction function)
Adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga
kelangsungan keluarga.
4) Fungsi ekonomi (the economic function)
Adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara
ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu
meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5) Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the health care
function)
Adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga
agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi.

f. Peran Perawat Keluarga


Menurut Zulkahfi, 2015 peran perawat keluarga yaitu :
1. Perawat sebagai edukator
Perawat kesehatan keluarga harus mampu memberikan pendidikan
kesehatan kepada keluarga : keluarga mampu melaksanakan asuhan
kesehata keluarga.
Secara umum proses pembelajaran adalah untuk mendorong perilaku
sehat atau mengubah perilaku yang tidak sehat.
a. Pendidikan untuk peningkatan kesehatan dan penanganan penyakit
b. Membantu keluarga untuk mengembangkan keterampilan
menyelesaikan masalah yang sedang dialami atau dibutuhkan.

11
c. Perawat keluarga juga melakukan bimbingan antisipasi kepada
keluarga sehingga dapat terwujud keluarga yang sejahtera, memilki
tanggung jawab memberikan pendidikan tentang keperawatan
keluarga kepada sesama perawat dan tim kesehatan lain bila
diperlukan.
2. Perawat sebagai koordinator
Koordinasi merupakan salah satu peran utama perawat yang bekerja
dengan keluarga. Koordinasi dilakukan pada saat pasien pulang dari
RS baik berupa penanganan di rumah sakit serta pengobatan agar tidak
terjadi tumpah tindih dalam penanggulangan.
3. Perawat sebagai pelaksana perawatan dan pengawas perawatan
langsung
Kontak pertama perawat kepada keluarga dapat melalui anggota
keluarganya yang sakit. Perawat bertanggung jawab dalam
memberikan perawatan langsung atau mengawasi keluarga yang
memberikan perawatan pada anggota yang sakit dirumah sakit,
perawat melakukan perawatan langsung atau mendemonstrasikan
asuhan yang disaksikan oleh keluarga dengan harapan keluarga
mampu melakukan dirumah.
4. Perawat sebagai pengawas kesehatan
Perawat mempunyai tugas melakukan home visit yang teratur untuk
mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kesehatan
keluarga.
5. Perawat sebagai konsultan atau penasihat
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga didalam mengatasi masalah
kesehatan. Hubungan perawat keluarga harus dibina dengan baik,
perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya dengan demikian
keluarga mau meminta nasihat kepada perawat tentang masalah yang
bersifat pribadi. Pada situasi ini perawat sangat di percaya sebagai
narasumber dalam mengatasi masalah kesehatan keluarga.
6. Kolaborasi

12
Perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayanan rumah
sakit atau tim anggota kesehatan lain untuk mencapai tahap kesehatan
keluarga yang optimal.
7. Advokasi
Sebagai advokat pasien, perawat berkewajiban melindungi hak
keluarga, misalnya keluarga dengan sosial ekonomi lemah sehingga
keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhannya, perawat juga dapat
membantu keluarga mencari bantuan yang mungkin dapat memenuhi
kebutuhan keluarga.
8. Fasilitator
Peran perawat komunitas di sini adalah membantu keluarga didalam
menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatannya.
9. Penemu kasus
Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah
mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi
ledakan penyakit atau wabah.
10. Modifikasi lingkungan
Perawat komunitas juga harus dapat memodifikasi lingkungan baik
lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat agar dapat tercipta
lingkungan yang sehat

B. Konsep Hipertensi
a. Pengertian
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah secara terus menerus
hingga melebihi batas normal. Tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg
(Reeves, 2001 dalam Nixson Manurung 2016).
Hipertensi adalah tekanan sistolik lebih tinggi dari 140 mmHg menetap
atau tekanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg (Barbara Engram, 1999
dalam Nixson Manurung 2016)
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan

13
angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) (Kushariyadi,
2008 dalam Reny Yuli Aspiani, 2014).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang melebihi tekanan
darah normal seperti apa yang telah disepakati oleh para ahli yaitu
140/90mmHg (Sudoyo, 2006 dalam Reny Yuli Aspiani, 2014)
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya
140mmHg dan tekanan diastoliknya sedikitnya 90 mmHg (Price, 2005 dalam
Reny Yuli Aspiani, 2014).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90
mmHg (Smith Tom, 1995 dalam Padila 2013).
Hipertensi juga didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik ≥ 140
mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg yang terjadi pada
seorang klien pada tiga kejadian terpisah. Menurut WHO, batasan tekanan
darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg, sedangkan tekanan
darah ≥160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Tekanan darah di antara
normotensi dan hipertensi disebut borderline hypertension (Garis Batas
Hipertensi). Batasan WHO tersebut tidak membedakan usia dan jenis kelamin
(Udjianti, 2010)
Kaplan memberikan batasan hipertensi dengan memperhatikan usia dan jenis
kelamin (soeparman,1999;2005)
1. Pria berusia ≤45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darah pada
waktu berbaring ≥130/90 mmHg.
2. Pria berusia ≥45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darahnya
≥145/95 mmHg.
3. Wanita, hipertensi bila tekanan darahnya ≥160/95 mmHg.
(Udjianti, 2010)
b. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi Hipertensi pada klien ≥18 tahun oleh The Joint National
Commite on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure
(1988)
Batasan Tekanan Darah Kategori
(mmHg)

14
Diastolik
<85 Tekan darah normal
85>89 Tekanan darah normal-
tinggi
90-104 Hipertensi ringan
105-114 Hipertensi sedang
≥115 Hipertensi berat
Sistolik, saat diastolik < 90 mmHg
<140 Tekanan darah normal
140-159 Garis batas hipertensi
sistolik terisolasi
≥160 Hipertensi sistolik terisolasi
Tabel 2.1 Kriteria Hipertensi menurut JPC-V AS (Sumber : Dalaimartha &
Wijaya, 2004 dalam Aspiani 2014)

Klasifikasi Tekanan Darah Orang Dewasa Berusia 18 Tahun


Keatas :
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal <130 <85
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi
Stadium 1 (ringan) 140-159 90-99
Stadium 2 (sedang) 160-179 100-109
Stadium 3 (berat) 180-209 110-119
Stadium 4 (sangat berat) ≥210 ≥120

Tabel 2.2 Klasifikasi Tekanan Darah Orang Dewasa Berusia 18 Tahun


Keatas (Brunner & Suddart, 2002)

Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan


(Aspiani, 2014) :
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer.

15
Adalah hipertensi yang belum diketahui penyebabnya. Diderita oleh
sekitar 95% orang. Oleh sebab itu, penelitian dan pengobatan lebih
ditujukan bagi penderita ensensial.
Hipertensi primer diperkirakan disebabkan oleh faktor berikut ini.
1. Faktor keturunan
Dari data stastistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi.
2. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang memengaruhi timbulnya hipertensi adalah
umur (jika umur bertambah maka tekenan darah meningkat), jenis
kelamin (pria lebih tinggi dari perempuan), dan ras (ras kulit
hitam lebih banyak dari kulit putih).
3. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah konsumsi garam yang tinggi (lebih dari 30 g), kegemukan
atau makan berlebihan, stres, merokok, minum alkohol, minum
obat-obatan (efedrin, prednison, epinefrin).

b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas. Salah satu
contoh hipertensi sekunder adalah hipertensi vaskular renal, yang
terjadi akibat stenosis arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat
kongennital atau akibat aterosklerosis. Stenosis arteri renalis
menurunkan aliran darah ke ginjal sehingga terjadi pengaktifan
baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasan renim, dan pembentukan
angiotensin II. Angiotensin II secara langsung meningkatkan tekanan
darah, dan secara tidak langsung meningkatkan sintesis andosteron dan
reabsorpsi natrium. Apabila dapat dilakukan perbaikan pada stenosis,
atau apabila ginjal yang terkena di angkat, tekanan darah akan kembali
ke normal.
c. Etiologi

16
Penyebab lain hipertensi sekunder, antara lain feokromositoma, yaitu
tumor penghasil epinefrin di kelenjar adrenal, yang menyebabkan
peningkatan kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup, dan penyakit
Cushing, yang menyebabkan peningkatan volume sekuncup akibat retensi
garam dan peningkatan CTR karenahipersensivitas sistem saraf simpatis
aldosteronisme primer (peningkatan aldosteron tanpa diketahui
penyebabnya) dan hipertensi yang berkaitan dengan kontrasepsi oral juga
dianggap sebagai kontrasepsi sekunder.
Etiologi yang pasti dari hipertensi esensial belum diketahui. Namun,
sejumlah interaksi beberapa energy homeostatic saling terkait. Efek awal
diperkirakan pada mekanisme pengaturan cairan tubuh dan tekanan oleh
ginjal. Faktor hereditas berperan penting bilamana ketidakmampuan
genetik dalam mengelola kadar natrium normal. Kelebihan intake natrium
dalam diet dapat meningkatkan volume cairan dan curah jantung.
Pembuluh darah memberikan reaksi atas peningkatan aliran darah melalui
kontriksi atau peningkatan tahanan perifer. Tekanan darah tinggi adalah
hasil awal dari peningkatan curah jantung yang kemudian dipertahankan
pada tingkat yang lebih tinggi sebagai suatu timbal balik peningkatan
tahanan perifer (Udjianti, 2010).
Etiologi hipertensi sekunder atau non esensial pada umumnya
diketahui. Berikut ini beberapa kondisi yang menjadi penyebab terjadinya
hipertensi sekunder.
1. Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen)
Oral kontrasepsi yang berisi estrogen dapat menyebabkan hipertensi
melalui mekanisme rennin-aldosteron-mediated-volume expansion.
Dengan penghentian oral kontrasepsi, tekanan darah normal, tekanan
darah normal kembali setelah beberapa bulan.
2. Penyakit parenkim dan vascular ginjal
Merupakan penyebab utama hipertensi sekunder. Hipertensi renovaskular
berhubungan dengan penyempitan satu atau lebih arteri besar yang secara
langsung membawa darah ke ginjal. Sekitar 90% lesi arteri renal pada
klien dengan hipertensi disebabkan oleh aterosklerosis.

17
3. Gangguan endokrin
Disfungsi medula adrenal atau korteks adrenal dapat menyebabkan
hipertensi sekunder.
4. Neurogenik: tumor otak, enchepalitis, dan ganggian psikiatrik
5. Kehamilan
6. Luka bakar
7. Merokok
Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan katekolamin. Peningkatan
menyebabkan irribelitas miokardial, peningkatan denyut jantung, dan
menyebabkan vasokontriksi, yang mana pada akhirnya meningkatkan
tekanan darah (Udjianti, 2010).

d. Tanda dan Gejala Hipertensi


Klien yang menderita hipertensi terkadang tidak menampakkan gejala
hingga bertahun – tahun. Gejala jika ada menunjukkan adanya kerusakan
vaskular, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang
divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Perubahan patologis
pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi
pada malam hari) dan azetoma (peningkatan nitrogen urea darah dan
kreatinin).
Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau
serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara
pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan (Smeltzer,
2002 dalam Reni Yuli Aspiani, 2014).
Gejala umum yang ditimbulkan akibat menderita hipertensi tidak
sama pada setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa gejala. Secara
umum gejala yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai berikut :

1. Sakit kepala
2. Rasa pegal dan tidak nyaman ditengkuk
3. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh
4. Berdebar atau detak jantung terasa cepat

18
5. Telinga berdenging
Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi, yaitu
pusing, muka merah merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung
secara tiba –tiba, tengkuk terasa pegal dan lain – lain (Novianti, 2006
dalam Reni Yuli Aspiani, 2014).

e. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis
dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuoron pre-ganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan di lepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor, seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vaskonstiktor.
Klien dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun
tidak diketahui dengan jelas hal tersebut dapat terjadi.
Renin yang dilepaskan merangsang pembentukkan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, vasokontriktor kuat, yang pada
akhirnya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung
mencetuskan hipertensi (Brunner & Suddarth, 2002).

f. Pathways

Fator resiko hipertensi Merangsang saraf


Factor genetic, jenis kelamin,stress, simpatis

Tekanan pembuluh darah naik


Merangsang kelenjar adrenal
19
Angiostensin I
Penurunan aliran darah ke ginjal

Angiostensin II

Stimulus korteks adrenal Pembuluh darah

Produksi oldesteron Tekanan darah

Volume cairan ekstraseluler Kelebihan Tekanan arteri


volume cairan

Beban kerja jantung Sclerosis sistemik

Kontraksi vena Trombosisi pecahnya


vaskular
Ventrikel hipertensi Perdarahan cerebrum Perdarahan ginjal

Elastisitas ventrikel Lesi jaringan cerebral Ekserbasi

stroke
Kontraksi ventrikel
Cardiac output

Saluran cerna Jaringan Ginjal Jantung

Korosi saluran cerna Metabolism anaerob O2& CO2 Beban jantung

Nausea vomitus O2& CO2 Angka T1dan 2 Dekomkordis

Nutrisi < kebutuhan Stimulus peka Vasokontriksi


vaskuler Intoleran
nyeri kapiler
aktifitas
g. Pemeriksaan Penunjang
Nyeri kepala Otak Otot myalgia kelemahan
Pemeriksaan penunjang pada Klien Hipertensi adalah (Aspiani, 2014) :
1. Laboratorium
a. Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal

20
b. Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena
parenkim ginjal dengan gagal ginjal akut
c. Darah perifer lengkap
d. Kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa)
2. EKG
a. Hipertrofi ventrikel kiri
b. Iskemia atau infark miokard
c. Peninggian gelombang P
d. Gangguan konduksi
3. Foto Rontgen
a. Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta.
b. Pembendungan, lebarnya paru
c. Hipertropi parenkim ginjal
d. Hipertrofi vaskular ginjal
h. Penatalaksanaan Hipertensi
Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan
resiko penyakit kardiovaskuler dan mortalitas serta morbiditas yang
berkaitan. Tujuan perawatan adalah mencapai dan mempertahankan
tekanan sistolik di bawah 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di bawah
90 mmHg dan mengontrol faktor resiko (Aspiani, 2014).
a. Penatalaksanaan dengan non-farmakologis
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi
ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat.
Terapi tanpa obat ini meliputi ( Oktavianus, 2014) :
1. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
a) Rentriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr.
b) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh.
c) Penurunan berat badan.
d) Penurunan asupan etanol.
e) Diet kaya buah dan dayur.
2. Latihan fisik

21
Latihan fisik atau olahraga yang teratur dan terarah yang
dianjurkan untuk penderita adalah olahraga yang mempunyai
empat prinsip yaitu:
a) Macam olahraga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,
jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain.
b) Intensitas olahraga yang baik antara 60-80% dari kapasitas
aerobik atau 72-87% dari denyut nadi maksimal yang disebut
zona latihan.
c) Lamanya latihan berkisar antara 20-15 menit berada dalam
zona latihan.
d) Frekuensi latihan sebanyak 3 x perminggu dan paling baik 5
x perminggu.
3. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis penderita hipertensi meliputi :
a) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk
menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan
tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biodfeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migran, juga
untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan
ketegangan.
b) Tehnik Reklasasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang
bertujuan untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan,
dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat
otot-otot dalam tubuh menjadi rileks.

c) Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan)


Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan klien tentang penyakit hipertensi dan

22
pengelolaannya sehingga klien dapat mempertahankan
hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
4. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat
Berhenti merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol, penting
untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap
rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan
dapat meningkatkan kerja jantung.
a. Penatalaksanaan Farmakologis
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan
tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah
komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah
kuat (Oktavianus, 2014).
Penatalaksanaan medis yang diterapkan pada hipertensi
adalah sebagai berikut (Aspiani, 2014) :
1. Terapi oksigen
2. Pemantauan hemodinamik.
3. Pemantauan jantung.
4. Obat-obatan dapat di kolaborasikan dengan tim
kesehatan lain

i. Pencegahan Hipertensi
Pencegahan paling awal adalah dengan menerapkan pola hidup sehat. Pola
hidup sehat bertujuan menghilangkan atau mengurangi faktor resiko
hipertensi meliputi (Junaidi, 2011) :
1. Mengurangi asupan garam atau makanan yang asin
2. Menjaga berat badan tetap ideal atau tidak kegemukan
3. Senantiasa melakukan aktivitas fisik dan berolahraga secara teratur
4. Banyak mengkonsumsi buah dan sayur
5. Mengurangi makanan yang berlemak
6. Menghentikan kebiasaan merokok dan minuman beralkohol
7. Mengurangi menuman yang mengandung kafein
8. Mengkontrol kadar gula darah dan kolesterol

23
9. Mengelola stress

j. Komplikasi
Beberapa komplikasi dapat di temukan sebagai berikut (Reni Yuli Aspiani,
2014) :
1. Stroke dapat terjadi akibat hemoragi akibat tekanan darah tinggi di
otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh sselain otak
yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi
kronis apabila arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi
dan penebalan, sehingga aliran darah ke area otak yang diperdarahi
berkurang. Arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah
sehingga meningkatkan kemuningkinan terbentuknya aneurisme.
2. Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang
arterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium
atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah
melewati pembuluh darah. Pada hipertensi kronis dan hipertrofi
ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat
dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.
Demikian juga, hipertrofi ventrikel dapat menyebabkan perubahan
waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi distritmia,
hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan.
3. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus,
aliran darah ke nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi
hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus,
protein akan keluar melalui urine sehingga tekanan osmotik koloid
plasma berkurang dan menyebabkan edema, yang sering dijumpai
pada hipertensi kronis.
4. Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada hipertensi
maligna (hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan
yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan
tekanan kapiler mendorong cairan ke ruang interstisial di seluruh

24
susunan saraf pusat. Neuron disekitarnya kolaps dan terjadi koma
serta kematian.
5. Kejang dapat terjadi pada wanita preeklampsia. Bayi yang lahir
mungkin memiliki berat lahir kecil akibat perfusi plasenta yang tidak
adekuat, kemudian dapat mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu
mengalami kejang selama atau sebulan proses persalinan.

k. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

Diagnosa keperawatan adalah analisa data yang telah dikumpulkan untuk

mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien

serta respon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi. Berdasarkan pada

data pengkajian, diagnosis keperawatan yang mungkin muncul adalah

sebagai berikut (Aspiani, 2014) :

1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan

peningkatan afterload, vasokontriksi, hipertrofi ventrikel atau rigiditas

ventrikuler, iskemia miokard.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan,

ketidakseimbangan dan kebutuhan oksigen

3. Nyeri berhubungan dengan peningkatan vaskuler serebral

4. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan masukan berlebihan.

25
l. Rencana Tindakan Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)

1 Risiko penurunan curah jantung Setelah dilakukan asuhan keperawatan Perawatan jantung
berhubungan dengan peningkatan selama x24 jam klien menunjukkan a. Evaluasi adanya nyeri dada (
afterload, vasokonteriksi, hipertrofi curah jantung adekuat, dengan kriteria : intensitas, lokasi, radiasi, durasi,
atau rigiditas ventrikuler, iskemia a. Tekanan darah dalam rentang dan faktor pencetus nyeri).
normal b. Lakukan penilaian komprehensif
miokard (Domain 4 kelas 4 kode
b. Toleransi terhadap aktivitas terhadap sirkulasi perifer ( misal :
00240) cek nadi perifer, edema,
c. Nadi perifer kuat
d. Ukuran jantung normal pengisian kapiler, dan suhu
e. Tidak ada distensi vena jugularis ekstrimitas).
f. Tidak ada distrimia c. Dokumentasikan adanya
g. Tidak ada bunyi jantung abnormal disritmia jantung.
h. Tidak ada angina d. Catat tanda dan gejala penurunan
i. Tidak ada edema perifer curah jantung.
j. Tidak ada edema perifer e. Observasi tanda-tanda vital.
k. Tidak ada edema pulmonal f. Observasi status kardiovaskular.
l. Tidak ada diaporesis g. Observasi disritmia jantung
m. Tidak ada mual termasuk gangguan irama dan
n. Tidak ada kelelahan konduksi.
h. Observasi status respirasi
terhadap gejala gagal jantung.
i. Observasi abdomen untuk
mengindikasikan adanya
penurunan perfusi.
j. Observasi keseimbangan cairan (

26
asupan-haluaran dan berat badan
harian).
k. Observasi fungsi pacemaker
sesuai kebutuhan.
l. Kenali adanya perubahan tekanan
darah.
m. Kenali pengaruh psikologis yang
mendasari kondisi klien.
n. Evaluasi respons klien terhadap
disritmia.
o. Kolaborasi dalam pemberian
terapi antiaritmia sesuai
kebutuhan.
p. Obsevasi respons klien terhadap
pemberian terapi antiaritmia.
q. Instruksikan klien dan kelurga
tentang pembatasan aktivitas.
r. Tentukan periode latihan dan
istirahat untuk menghindari
kelelahan.
s. Observasi toleransi klien
terhadap aktivitas.
t. Observasi adanya dispnea,
kelelahan, takipnea, dan
ortopnea.
u. Anjurkan untuk mengurangi
stres.
v. Ciptakan hubungan yang saling

27
mendukung antara klien dan
keluarga.
w. Anjurkan klien untuk melaporkan
adanya katidaknyamanan dada.
x. Tawarkan dukungan spiritual
untuk klien dan keluarganya.
2 Intolerensi aktivitas berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Energi
dengan kelemahan, selama ...... x 24 jam klien dapat a. Tentukan keterbatasan klien
ketidakseimbangan dan kebutuhan menunjukkan toleransi terhadap aktivitas, terhadap aktivitas.
oksigen. (Domain 4 Kelas 4 Kode dengan kriteria : b. Tentukan penyebab lain
kelelahan.
00092) a. Klien dapat menentukan aktivitas
c. Motivasi klien untuk
yang sesuai dengan peningkatan
mengungkapkan perasaan
nadi, tekanan darah dan frekuensi
tentang keterbatasannya.
napas, mempertahankan irama
d. Observasi asupan nutrisi sebagai
dalam batas normal.
sumber energi yang adekuat.
b. Mempertahankan warna dan
e. Observasi respons jantung-paru
kehangatan kulit dengan aktivitas.
terhadap aktivitas ( misal :
c. EKG dalam batas normal.
takikardia, disritmia, dispnea,
d. Melaporkan peningkatan aktivitas
diaporesis, pucat, tekanan
harian.
hemodinamik dan frekuensi
pernapasan).
f. Batasi stimulus lingkungan (
misal : pencahayaan dan
kegaduhan).
g. Dorong untuk melakukan periode
istirahat dan aktivitas.
h. Rencanakan periode aktivitas

28
saat klien memiliki banyak
tenaga.
i. Hindari aktivitas selama periode
istirahat.
j. Bantu klien untuk bangun dar
tempat tidur atau duduk di
samping tempat tidur atau
berjalan.
k. Dorong klien untuk melakukan
aktivitas harian sesuai sumber
energi.
l. Ajarkan klien dan keluarga
teknik untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari yang dapat
meminimalkan penggunaan
oksigen.
m. Instruksikan klien atau keluarga
untuk mengenal tanda dan gejala
kelelahan yang memerlukan
pengurangan aktivitas.
n. Bantu klien atau keluarga untuk
menentukan tujuan aktivitasyang
realistis.
o. Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas
yanglebih disukai.
p. Dorong klien untuk memilih
aktivitas yang sesuai dengan

29
daya tahan tubuh.
q. Evaluasi program peningkatan
tingkat aktivitas.
Terapi Aktivitas
a. Tentukan komitmen klien untuk
peningkatan frekuensi atau
rentang untuk aktivitas.
b. Bantu klien untuk
mengungkapkan kebiasaan
aktivitas yang paling berarti
dan/atau aktivitas favorit di
waktu luang.
c. Bantu klien untuk memilih
aktivitas yang konsisten dengan
kemampuan fisik, psikologis, dan
sosial.
d. Bantu klien untuk memfokuskan
apa yang akan dilakukan
daripada apa kekurangannya.
e. Bantu klien mendapatkan
transportasi untuk beraktivitas
yang sesuai.
f. Bantu klien untuk
mengidentifikasi pilihan
aktivitas.
g. Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang
berarti.

30
h. Bantu klien untuk menjadwalkan
periode khusus untuk hiburan
diluar aktivitas rutin.
i. Bantu klien atau keluarga untuk
menyesuaikan lingkungan untuk
mengakomodasi keinginan
beraktivitas.
j. Berikan penguatan positif
terhadap pertisipasi klien dalam
beraktivitas.
k. Observasi respons emosi, fisik,
sosial, dan spiritual terhadap
aktivitas.
3 Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Nyeri
peningkatan tekanan vaskular selama ...... x 24 jam klien dapat a. Kaji nyeri secara komprehensif,
serebral. (Domain 12 Kelas 1 Kode mengontrol nyeri, dengan kriteria : meliputi lokasi, karakteristik dan
00132) a. Mengenal faktor penyebab nyeri. awitan, durasi, frekuensi,
b. Awitan nyeri. kualitas, intensitas/beratnya
c. Tindakan pencegahan. nyeri, dan faktor presipitasi.
d. Tindakan pertolongan non- b. Observasi isyarat non –verbal
analgetik. daei ketidaknyamanan,
e. Menggunakan analgetik dengan khususnya dalam
tepat. ketidakmampuan untuk
f. Mengenal tanda pencetus nyeri komunikasi secara efektif.
untuk mencari pertolongan. c. Berikan analgetik sesuai dengan
g. Melaporkan gejala kepada tenaga anjuran.
kesehatan ( perwat/dokter). d. Gunakan komunikasi terapeutik
h. Menunjukkan tingkat nyeri, agar klien dapat

31
dengan kriteria : mengekspresikan nyeri.
i. Melaporkan nyeri. e. Kaji latar belakang budaya klien.
j. Pengaruh pada tubuh. f. Tentukan dampak dari ekspresi
k. Frekuensi nyeri. nyeri terhadap kualitas hidup :
l. Lamanya episode nyeri. pola tidur, nafsu makan, aktivitas
m. Ekspresi nyeri. kognisi, mood, hubungan,
n. Posisi melindungi bagian tubuh pekerjaan, tanggung jawab peran.
yang nyeri. g. Kaji pengalaman individu
o. Kegelisahan. terhadap nyeri, keluarga dengan
p. Perubahan respirasi. nyeri kronis.
q. Perubahan nadi. h. Evaluasi efektivitas dari tindakan
r. Perubahan tekanan darah. mengontrol nyeri yang telah
s. Perubahan ukuran pupil. digunakan.
t. Perspirasi/berkeringat. i. Berikan dukungan terhadap klien
u. Kehilangan nafsu makan. dan keluarga.
j. Berikan informasi tentang nyeri,
seperti penyebab, berapa lama
terjadi, dan tindakan pencegahan.
k. Kontrol faktor lingkungan yang
dapat memengaruhi respons klien
terhadap ketidaknyamanan (
misal : temperatur ruangan,
penyinaran, dll).
l. Anjurkan klien untuk memonitor
sendiri nyeri.
m. Tingkatkan tidur/istirahat yang
cukup.
n. Ajarkan penggunaan teknik non-

32
farmakologi ( misal : relaksasi,
imajinasi terbimbing, terapi
musik, distraksi, terapi panas-
dingin, masase).
o. Evaluasi efektivitas tindakan
mengontrol nyeri.
p. Modifikasi tindakan mengontrol
nyeri berdasarkan respons klien.
q. Anjurkan klien untuk berdiskusi
tentang pengalaman nyeri secara
tepat.
r. Beritahu dokter jika tindakan
tidak berhasil atau terjadi
keluhan.
s. Informasikan kepada tim
kesehatan lainnya/anggota
keluarga saat tindakan non-
farmakologi dilakukan, untuk
pendekatan preventif.
t. Monitor kenyamanan klien
terhadap manajemen nyeri.
Pemberian Analgetik
a. Tentukan lokasi nyeri,
karakteristik, kualitas, dan
keparahan sebelum pengobatan.
b. Berikan obat dengan prinsip 5
benar.
c. Cek riwayat alergi obat.

33
d. Libatkan klien dalam pemilihan
analgetik yang akan digunakan.
e. Pilih analgetik secara tepat atau
kombinasi lebih dari satu
analgetik jika telah direseppkan.

34
m. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategis

keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan (Hidayat, 2001).

Tindakan keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan

yang spesifik. Pelaksanaan merupakan aplikasi dari perencanaan keperawatan oleh

perawat bersama klien. Hal – hal yang harus kita perhatikan ketika akan melakukan

implementasi adalah implementasi yang dilakukan sesuai dengan rencana (Nursalam,

2000).

n. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang

diharapkan dan respon pasien terhadap keefektifan intervensi keperawatan. Hasil yang

diharapkan (Aspiani, 2014) :

1. Diagnosa keperawatan : risiko penurunan curah jantung

- Klien melaporkan atau menunjukkan tidak ada tanda dispnea, angina dan

distrimia

2. Diagnosa keperawatan : intoleransi aktivitas

- Klien dapat menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas

- Klien mendemontrasikan penurunan tanda fisiologis intoleransi aktivitas

3. Diagnosa keperawatan : Nyeri akut

- Klien mengidentifikasi metode penghilangan nyeri

- Klien melaporkan nyeri hilang atau terkontrol

- Klien mendemontrasikan keterampilan teknik relaksasi dan distraksi sesuai

indikasi

35
BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn.Z DENGAN HIPERTENSI

A. Pengkajian Keluarga
Pengkajian
Hari / tanggal : Rabu, 19 April 2017
Jam : 11.30 WIB
1. Indentitas Umum Keluarga
a. Identitas kepala keluarga
Nama : Tn. Z
Umur : 64 tahun
Agama : Islam
Suku : Ogan
Pekerjaan : Pensiunan PNS PU
Pendidikan : SLTA
Alamat : Sukaraya

b. Komposisi Anggota Keluarga


N Nama J.K Umur Hub Pendid Pekerjaan Status
o dengan ikan Kesehatan
KK
1 Ny. Z P 60 Istri SLTA IRT Hipertensi

2 Tn.Z L 59 Saudara SLTA - Sehat

3 Tn.A L 25 Anak S1 Wiraswasta Sehat

36
Genogram

HT HT

Gambar 3.1 genogram keluarga tiga generasi


Keterangan :
X : Meninggal
: laki-laki
: Perempuan
: klien
----- : tinggal serumah
: hubungan perkawinan
: keturunan

c. Tipe keluarga
Keluarga tergolong dalam Extended family (keluarga Besar)
d. Suku bangsa
Ogan/Indonesia
e. Agama
Semua anggota keluarga Tn.Z beragama islam
f. Status sosial ekonomi keluarga
Penghasilan diperoleh dari hasil kerja Tn.Z sebagai pensiunan Rp. 3.400.000/
bulan dan anaknya Tn Z yang bekerja sebagai wiraswasta Rp.
2.000.000/bulan. Menurut pengakuan keluarga, penghasilan yang didapat
hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sehari – hari.
g. Aktivitas rekreasi keluarga
Aktivitas keluarga Tn.Z setiap hari bertugas sebagai ketua RT , namun kadang
– kadang Tn.Z keluar rekreasi bersama anggota keluarganya dan diwaktu
luang Tn.Z menyempatkan diri untuk berkumpul bersama anggota

37
keluarganya menonton TV ataupun duduk – duduk diteras bersama tetangga
sekitar rumah.
2. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Ny Z berada pada tahap keluarga tahap dewasa.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tidak ada tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi. Namun tugas
keluarga yang belum dapat dicapai saat ini adalah ingin menikahkan anak
terakhirnya yaitu Tn.A
c. Riwayat kesehatan keluarga inti
1) Riwayat kesehatan keluarga saat ini
Pada saat melakukan pengkajian terhadap Ny Z, klienmengeluh sakit
kepala seperti ditusuk – tusuk, dan mudah lelah.
2) Riwayat penyakit keturunan
Keluarga Ny.Z memiliki riwayat penyakit keturunan hipertensi dari ibu
Ny.Z dan bapak Tn.Z.
3) Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga :
Tabel 3.1 . riwayat kesehatan anggota keluarga
No. Nama Umur BB Keadaan Imunisasi Masalah Tindakan
kesehatan kesehatan
1 Tn Z 64 68 Sehat Tidak - Berobat ke
lengkap puskesmas
2 Ny Z 60 65 Sehat Tidak Ny Z mengatakan
lengkap nyeri kepala
seperti ditusuk –
tusuk, dan mudah
lelah
3
Tn.J 59 45 Sehat Tidak -

4 lengkap
Tn.A 25 55 Sehat Lengkap -

38
4) Sumber pelayanan yang dimanfaatkan
Tempat pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan oleh keluarga Ny.’’Z’’
adalah Puskesmas dan dokter praktek.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya
Ny.Z mengatakan pernah menderita reumatik.

3. Keadaan lingkungan
a. Karakteristik rumah
Luas rumah ditempati ( 20 x 15 meter) terdiri dari 5 kamar, dapur dan 5
kamar mandi, tipe bangunan rumah adalaah permanen, keadaan lantai
terbuat dari keramik, jumlah jendela 22 buah tetapi hanya sebagian yang
dibuka. Barang barang yang tidak terpakai ditempatkan disamping rumah.
Sumber air minum yang digunakan adalah air sumur gali.
Denah rumah

6 Dapur
5 7
Kamar 3
4 Ruang keluarga 8
Ruang makan Garasi
mobil
3
Kamar 2

1 2
Ruang tamu Kamar 1
Keterangan :
1. Ruang tamu
2. Kamar tidur 1 + kamar mandi
3. Kamar tidur 2 + kamar mandi
4. Ruang makan
5. Ruang keluarga
6. Dapur
7. Kamar tidur 3 + kamar mandi
8. Garasi mobil + kamar mandi
9. Teras

39
b. Karakteristik tetangga dan komunitas
Di lingkungan sekitar keluarga Ny Z tetangganya mayoritas dari suku
ogan, terdapat kebiasaan saling membantu dan berhubungan baik dengan
tetangga, ikut gotong royong dan kegiatan yang ada di tempatnya.
c. Mobilitas keluarga
Keluarga Ny Z tidak pernah pindah rumah ke tempat yang lain. Ny Z
mengatakan suka pergi ketempat lain untuk mengunjungi keluarganya.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Perkumpulan keluarga yang ada di lingkungan Ny Z ada pengajian rutin,
perkumpulan gotong – royong dan kegiatan kemasyarakatan yang lainnya.
e. Sistem pendukung keluarga
Keluarga mengatakan jika ada keluarga yang sakit, ia terlebih dahulu
dibawa ke Puskesmas Sukaraya. Apabila tidak ada perubahan, keluarga
membawa ke dokter praktek. Keluarga mengatakan jika berobat ke
puskesmas menggunakan kartu BPJS.

4. Struktur keluarga
a. Pola dan cara komunikasi keluarga
Keluarga Tn.Z dalam berkomunikasi antar anggota keluarga nya sehari – hari
menggunakan bahasa Ogan
b. Struktur kekuatan keluarga
Keluarga Tn.Z terutama anaknya mengingatkan Ny.Z untuk minum obat secara
teratur dan menjaga pola makan , tetap menjaga keberhasilan makanan dan
lingkungan sekitar rumahnya.
c. Anggota berperan sesuai dengan masing – masing :
a) Tn.Z sebagai kepala rumah tangga bekerja sebagai ketua RT dan pensiunan
PNS PU
b) Ny.Z sebagai ibu rumah tangga
c) Tn.A sebagai anak kandung dan bekerja sebagai wiraswasta
d) Tn.J sebagai saudara dan tidak bekerja
d. Nilai dan norma budaya
Keluarga Tn.Z memegang teguh nilai-nilai agama islam dan keluarga juga
menekankan untuk selalu menjalin silahturahmi dengan saudara serta tetangga, dan
40
keluarga Tn.Z dalam menghadapi masalah kesehatan selain mengatasi masalah
tersebut keluarga membawa ke puskesmas dan Dokter praktek.
5. Fungsi keluarga
a. Fungsi afeksi
Keluarga Tn.Z selalu mendidik dan mengajar anak – anaknya untuk selalu berbuat
baik dan selalu menghormati orang lain.
b. Fungsi sosial
Hubungan antara anggota keluarga baik dan hubungan dengan anggota keluarga yang
lain juga harmonis; tali silaturahmi dengan tetangga juga baik
c. Fungsi perawatan kesehatan
1) Pengetahuan dan persepsi keluarga tentang penyakit / masalah kesehatan
Keluarga Tn.Z mengatakan kurang mengetahui tentang penyakit yang
diderita Tn.Z dan menganggap penyakit yang dialami Tn.Z adalah penyakit
biasa.
2) Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan
Bila anggota keluarga Tn.Z sakit, keluarga segera membawa ke Puskesmas
sukaraya
3) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga sakit
Keluarga Tn.Z Kurang mampu merawat anggota keluarga yang sakit karena
kurangnya pengetahuan
4) Kemampuan keluarga merawat lingkungan rumah yang sehat
Kemampuan keluarga Tn.Z dalam merawat lingkungan rumah supaya
lingkungan rumah sehat sudah cukup namun hanya kurang rapi, Hal ini
terbukti dengan lantai rumah pasien bersih, jendela dibuka dan dibersihkan,
pencahayaan cukup.
5) Kemampuan menggunakan fasilitas kesehatan dimasyarakat
Berhubungan dengan pengetahuan keluarga yang kurang tentang pentingnya
hidup sehat, keluarga Tn.Z mampu menggunak fasilitas kesehatan. Hal ini
terbukti dengan Ny Z dibawa kontrol kepuskesmas.

d. Fungsi reproduksi
Tn.Z dan Ny.Z sudah memiliki anak 4 orang . Anak pertama sampai anak ketiga
sudah menikah dan ikut suaminya, sedangkan anak keempatnya belum menikah.

41
e. Fungsi ekonomi
1) Upaya pemenuhan kebutuhan sandang pangan
Dengan menjadi seorang ketua RT sekaligus pensiunan PNS PU , penghasilan
Tn.Z dalam memenuhi kebutuhan sandang pangan keluarga dengan dibantu
penghasilan anaknya dapat mencukupi kebutuhan sehari – hari
2) Pemanfaatan sumber dimasyarakat
Keluarga Tn.Z tergolong keluarga pra- sejahtera sehingga untuk memenuhi
kebutuhan kesehatannya selalu menggunakan kartu BPJS untuk berobat.

6. Stres dan koping keluarga


a. Stressor jangka pendek : Ny.Z sering pusing
b. Stressor jangka panjang : Ny.Z takut tekanan darahnya naik lagi
c. Respon keluarga terhadap masalah
Keluarga hanya bisa berusaha berobat ke puskesmas serta dokter praktek dan selalu
berdoa kepada Allah SWT
d. Strategi koping
Keluarga menerima keadaan ini apa adanya dan selalu melibatkan anak – anaknya
untuk mengambil keputusan yang terbaik bagi keluarga
e. Strategi adaptasi disfungsional
Tn.Z dan keluarganya menyerahkan kepada Allah SWT

7. Harapan keluarga terhadap asuhan keperawatan keluarga


1. Terhadap masalah kesehatan
Ny.Z berharap bisa sembuh
2. Petugas kesehatan yang ada
Ny. Z berharap dapat meningkatkan derajat kesehatan keluarga dan derajat
kesehatannya sehingga dapat hidup sejahtera.

8. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan fisik umum pada Tn.Z
1) Keadaan umum : Lemah
2) Kesadaran : Compos mentis

3) Tanda – tanda vital :


42
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 76x/menit
Suhu : 36.7 ̊ C
Respirasi : 20x/menit
4) Pemeriksaan head to toe
- Kepala : tidak terdapat adanya benjolan, bentuk kepala
normal, rambut lurus, tidak ada ketombe, rambut
beruban.
- Leher : pada leher tidak tampak adanya pembesaran
kelenjar tiroid maupun vena jugularis.
- Mata : konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, kelopak
mata tidak oedema, bentuk simetris.
- Telinga : simetris, pendengaran normal, bersih, tidak ada
serumen.
- Hidung : simetris, tidak polip, pernapasan cuping hidung
tidak ada.
- Mulut : bibir kering, tidak sariawan, tidak terdapat tanda –
tanda sianosis
- Dada : simetris, tidak ada terdapat suara Ronkhi ataupun
wheezing, bunyi jantung normal.
- Abdomen : tidak ada nyeri tekan, bising usus normal (14x/m),
rasa tidak enak diperut
- Ekstremitas : pada ekstremitas atas dan bawah tidak terdapat
oedema, refleks otot baik, bentuk simetris,
ekstremitas atas dan bawah lemas.
- Kulit : warna kulit sawo matang, turgor kulit menurun.

b. Pemeriksaan fisik pada Ny.Z


1) Keadaan umum : Baik
2) Kesadaran : Compos mentis

3) Tanda – tanda vital :

43
Tekanan darah : 160/100 mmHg
Nadi : 79x/menit
Suhu : 37 ̊ C
Respirasi : 18x/menit
4) Pemeriksaan head to toe
- Kepala :simetris, rambut pendek, kulit kepala bersih, tidak ada ketombe.
- Leher: pada leher tidak tampak adanya pembesaran kelenjar tiroid
danpembesaran kelenjar limfe.
- Mata: bentuk normal, sklera tidak ikterik, kongjungtiva tidak anemis,
penglihatan normal.
- Hidung: simetris, tidak polip, pernapasan cuping hidung tidak ada.
- Mulut: mukosa mulut lembab, tidak sariawan, gigi lengkap.
- Telinga : bentuk simetris, tidak ada serumen
- Dada: simetris, bunyi jantung normal.
- Abdomen: tidak ada nyeri tekan, bising usus normal (14x/m)
- Ekstremitas : pada ekstremitas atas dan bawah tidak terdapat oedema,
bentuk simetris.

c. Pemeriksaan fisik pada Tn.J


1) Keadaan umum : Baik
2) Kesadaran : Compos mentis
3) Tanda – tanda vital :
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 78x/menit
Suhu : 36,6 ̊ C
Respirasi : 20x/menit
4) Pemeriksaan head to toe
- Kepala : simetris, rambut hitam dan pendek, tidak ada lesi.
- Leher : pada leher tidak tampak adanya pembesaran kelenjar tiroid dan
pembesaran kelenjar limfe.
- Mata :bentuk simetris, sklera tidak ikterik, kongjungtiva tidak anemis,
penglihatan normal.
- Hidung : simetris, tidak polip, pernapasan cuping hidung tidak ada.

44
- Mulut : mukosa mulut lembab, tidak sariawan.
- Telinga : bentuk simetris, tidak ada serumen, pendengaran normal.
- Dada : simetris, tidak ada suara ronchi ataupun wheezing.
- Abdomen : tidak ada nyeri tekan, bising usus normal (16x/m)
- Ekstremitas : pada ekstremitas atas dan bawah tidak terdapat oedema,
bentuk simetris, tidak terdapat luka.
d. Pemeriksaan fisik pada Tn.A
1) Keadaan umum : Baik
2) Kesadaran : Compos mentis
3) Tanda – tanda vital :
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 36,5 ̊ C
Respirasi : 20x/menit
4) Pemeriksaan head to toe
- Kepala : simetris, rambut hitam dan pendek, tidak ada lesi.
- Leher : pada leher tidak tampak adanya pembesaran kelenjar
tiroid dan pembesaran kelenjar limfe.
- Mata : bentuk simetris, sklera tidak ikterik, kongjungtiva
tidak anemis, penglihatan normal.
- Hidung : simetris, tidak polip, pernapasan cuping hidung tidak
ada.
- Mulut : mukosa mulut lembab, tidak sariawan.
- Telinga : bentuk simetris, tidak ada serumen, pendengaran
normal.
- Dada : simetris, tidak ada suara ronchi ataupun wheezing.
- Abdomen : tidak ada nyeri tekan, bising usus normal (16x/m)
- Ekstremitas : pada ekstremitas atas dan bawah tidak terdapat
oedema, bentuk simetris, tidak terdapat luka.

45
A. Diagnosis Keperawatan Keluarga
1. Analisa Data

No Kelompok Data Penyebab Masalah


1 DS: Ketidakmampuan Gangguan rasa
a) Ny Z mengatakan nyeri keluarga merawat anggota aman nyeri
kepala keluarga dengan

b) Ny Z mengatakan nyeri hipertensi

seperti ditusuk – tusuk


c) Klien mengeluh
badannya lemas
DO:
a) Klien tampak meringis
b) Skala nyeri 3
c) TTV :
 TD :160/100 MmHg
 N : 82x/menit
 Suhu:36,6 oc
 RR: 20x/menit
2 Ketidakmampuan Ansietas
keluarga mengenal
DS :
masalah yang disebabkan
a) Ny Z mengatakan takut
oleh hipertensi
jika tensi nya naik lagi
dan nanti terkena stroke
DO :
a) Klien tampak cemas dan
banyak bertanya
b) TTV :
 TD : 160/100 mmHg
 N : 82 x/m
 RR : 20x/m
 S : 36.6 ͦ C

46
2. Penilaian (Skoring) Diagnosis Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
dengan hipertensi.

Tabel.Penilaian (Skoring) Diagnosis keperawatan


Dx Kriteria Skoring Pembenaran
1 a. Sifat masalah 3/3x1=2/3 Nyeri kepala yang
 Tidak / kurang sehat dirasakan klien
disebabkan karena
peningkatan tekanan
vaskuler serebral
2/
b. Kemungkinan masalah dapat 2 x2=1 Dengan kontrol yang
diubah teratur dapat

 Sebagian menurunkan tekanan


darah
c. Potensial masalah untuk dicegah 3/3x1=1 Dengan perawatan dan
 Tinggi pengobatan yang
lengkap akan dapat
mencegah terjadinya
komplikasi.
d. Menonjolnya masalah 2/2x1=1 Keluarga menyadari
 Masalah berat harus segera bahwa penyakit tifoid

ditangani merupakan masalah


yang perlu ditangani
segera.
Total 3 2/3

b. Ansietas terhadap komplikasi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam


mengenal masalah anggota keluarga dengan hipertensi
Tabel.Penilaian (Skoring) Diagnosis Keperawatan

47
Dx Kriteria Skoring Pembenaran
3 a. Sifat masalah 2/3x1=2/3 Kecemasan dan rasa
 Ancaman kesehatan takut menyebabkan
peningkatan tekanan
darah yang dapat
memperburuk keadaan.
b. Kemungkinan masalah dapat 2/2x2=2 Pemberian penjelasan
diubah yang tepat dapat

 Mudah membantu menurunkan


ras takut dan cemas.
c. Potensial masalah untuk diubah 2/3x1=2/3 Penjelasan dapat
 Sedang membantu mengurangi
rasa takut.
d. Menonjolnya masalah Keluarga tidak sadar
 Masalah tidak dirasakan 0/2x1=0 bahwa cemas yang
lama merupakan
kedaan yang dapat
memperberat keadaan.
Total 3 1/3

Prioritas Diagnosis Keperawatan Berdasarkan Skala

Prioritas Diagnosis Keperawatan Skor


1 Nyeri akutberhubungan dengan ketidakmampuan 3 2/3
merawat anggota keluarga dengan hipertensi.
2 Ansietas terhadap komplikasi berhubungan dengan 3 1/3
ketidak mampuan keluarga mengenal masalah
anggota keluarga dengan hipertensi.

48
Intervensi Keperawatan Keluarga
Tujuan Kriteria Evaluasi
No Dx. Kep Keluarga Intervensi
Umum Khusus Kriteria Standart
1 Nyeri akut Setelah Setelah dilakukan Demonstrasi Keluarga dapat 1. Berikan penjelasan pada keluarga
berhubungan dengan dilakukan kunjungan rumah mendemonstrasikan tentang cara mengurangi dan
ketidak mampuan tindakan 3x diharapkan cara mengurangi dan mencegah terjadinya nyeri
merawat anggota keperawatan keluarga mampu mencegah terjadinya 2. Demonstrasikan pada keluarga
keluarga dengan rasa nyeri memberikan nyeri dengan benar tentang cara mengurangi
hipertensi. teratasi/ keperawatan pada dengan : nyeri(teknik relaksasi dan teknik
Hilang Ny.Z dengan a. teknik relaksasi distraksi)
nyeri b. kompres dingin 3. Anjurkan pada keluarga untuk
pada kepala selalu mengingatkan Ny. Z untuk
bagian belakang minum obat secara teratur .
c. menghindari
perubahan posisi
secara mendadak
dan pengobatan
secara teratur

49
2 Ansietas terhadap Setelah Setelah dilakukan Demonstrasi - Adanya usaha untuk 1. Berikan penjelasan pada keluarga
komplikasi dilakukan kunjunngan tidur sesuai tentang diet yang sesuai untuk
berhubungan dengan tindakan rumah 3x kebutuhan periksa penderita hipertensi
ketidak mampuan keperawatan diharapakan secara teratur ke 2. Anjurkan pada keluarga untuk
keluarga mengenal diharapkan rasa keluarga mampu pelayanan kesehatan mengkonsumsi makanan sesuai
masalah anggota takut memberikan  Ungkapan Ny.Z dengan diet hipertensi
keluarga dengan teratasi/hilang perawatan pada tidak takut 3. Anjurkan kepada keluarga
hipertensi. Ny. Z  Wajah Ny.Z memeriksakan Ny Z secara teratur
tampak rileks

50
Evaluasi Catatan Perkembangan
No Tanggal Dx Keperawatan Implementasi Evaluasi
1 Rabu Nyeri akut berhubungan 1. Memberikan penjelasan pada keluarga S : Keluarga klien mengatakan Ny.Z sering
nyeri kepala.
19 April 2017 ketidakmampuan keluarga tentang cara mengurangi dan mencegah
10.00 WIB merawat anggota keluarga terjadinya nyeri O : Ny.Z tampak meringis dan pucat
TD : 160/100 mmHg
dengan hipertensi 2. Mendemonstrasikan pada keluarga
P : 79x/menit
tentang cara mengurangi nyeri dengan S : 37 ̊ C
kompres dingin pada kepala bagian RR : 18x/menit
belakang dan teknik relaksasi dan teknik A :Masalah belum teratasi.
distraksi :
P : Intervensi di lanjutkan
- Pada saat ada nyeri menarik nafas
1. Berikan penjelasan pada keluarga
panjang ditahan sebentar kemudian
tentang cara mengurangi dan
dikeluarkan secara perlahan-lahan, atau mencegah terjadinya nyeri
dengan teknik pengalihan menonton TV. 2. Demonstrasikan pada keluarga
tentang cara mengurangi nyeri
3. Menganjurkan pada keluarga untuk selalu
(teknik relaksasi dan teknik distraksi)
mengingatkan Ny. Z untuk minum obat 3. Anjurkan pada keluarga untuk selalu
secara teratur mengingatkan Ny. Z untuk minum
obat secara teratur .

51
2 Rabu Ansietas terhadap 1. Memberikan penjelasan pada keluarga S : Keluarga klien mengatakan Ny.Z sering
19 April 2017 komplikasi berhubungan tentang diet yang sesuai untuk penderita takut tensinya naik nanti terkena stroke
10.00 WIB dengan ketidak mampuan hipertensi yaitu diet rendah garam, rendah O : Ny.Z tampak cemas dan banyak
keluarga mengenal masalah lemak dan kolesterol bertanya
anggota keluarga dengan 2. Menganjurkan pada keluarga untuk TD : 160/100 mmHg
hipertensi. mengkonsumsi makanan sesuai dengan P : 79x/menit
S : 37 ̊ C
diet hipertensi
RR : 18x/menit
3. Menganjurkan kepada keluarga
A : Masalah belum teratasi
memeriksakan Ny Z secara teratur
P : Intervensi di lanjutkan
1. Berikan penjelasan pada keluarga
3.
tentang diet yang sesuai untuk
4
penderita hipertensi
2. Anjurkan pada keluarga untuk
mengkonsumsi makanan sesuai
dengan diet hipertensi
3. Anjurkan kepada keluarga
memeriksakan Ny Z secara teratur

52
1 Kamis Nyeri akut berhubungan 1. Memberikan penjelasan pada keluarga S : Keluarga klien mengatakan Ny.Z masih
nyeri kepala.
20 April 2017 ketidakmampuan keluarga tentang cara mengurangi dan mencegah
10.00 WIB merawat anggota keluarga terjadinya nyeri O : Ny.Z masih tampak meringis dan pucat
TD : 180/100 mmHg
dengan hipertensi 2. Mendemonstrasikan pada keluarga tentang
P : 84x/menit
cara mengurangi nyeri dengan kompres S : 37 ̊ C
RR : 18x/menit
dingin pada kepala bagian belakangdan
teknik relaksasi dan teknik distraksi : A : Masalah belum teratasi.
- Pada saat ada nyeri menarik nafas
P : Intervensi di lanjutkan
panjang ditahan sebentar kemudian 1. Berikan penjelasan pada keluarga
dikeluarkan secara perlahan-lahan, atau tentang cara mengurangi dan
dengan teknik pengalihan menonton TV. mencegah terjadinya nyeri
3. Menganjurkan pada keluarga untuk selalu 2. Demonstrasikan pada keluarga
mengingatkan Ny. Z untuk minum obat tentang cara mengurangi nyeri
secara teratur (teknik relaksasi dan teknik
distraksi)
3. Anjurkan pada keluarga untuk selalu
mengingatkan Ny. Z untuk minum
obat secara teratur .

53
2 Kamis Ansietas terhadap 1. Memberikan penjelasan pada keluarga S : Keluarga klien mengatakan Ny.Z sering
takut tensinya naik nanti terkena stroke
20 April 2017 komplikasi berhubungan tentang diet yang sesuai untuk penderita
10.00 WIB dengan ketidak mampuan hipertensi yaitu diet rendah garam, rendah O : Ny.Z tampak cemas dan banyak
bertanya
keluarga mengenal masalah lemak dan kolesterol
TD : 180/100 mmHg
anggota keluarga dengan 2. Menganjurkan pada keluarga untuk P : 84x/menit
S : 37 ̊ C
hipertensi. mengkonsumsi makanan sesuai dengan
RR : 18x/menit
diet hipertensi
A : Masalah belum teratasi
3. Menganjurkan kepada keluarga
memeriksakan Ny Z secara teratur P : Intervensi di lanjutkan
1. Berikan penjelasan pada keluarga
tentang diet yang sesuai untuk
penderita hipertensi
2. Anjurkan pada keluarga untuk
mengkonsumsi makanan sesuai
dengan diet hipertensi
3. Anjurkan kepada keluarga
memeriksakan Ny Z secara teratur

54
1 Jum’at Nyeri akut berhubungan 1. Memberikan penjelasan pada keluarga S:
- Keluarga klien mengatakan Ny.Z
21 April 2017 ketidakmampuan keluarga tentang cara mengurangi dan mencegah
masih nyeri kepala
10.00 WIB merawat anggota keluarga terjadinya nyeri - Keluarga klien mengatakan Ny.Z
tidak mau minum obat
dengan hipertensi. 2. Mendemonstrasikan pada keluarga
tentang cara mengurangi nyeri dengan O : Ny.Z masih tampak meringis dan pucat
TD : 160/80 mmHg
kompres dingin pada kepala bagian
P : 80x/menit
belakang dan teknik relaksasi dan teknik S : 37 ̊ C
RR : 20x/menit
distraksi :
- Pada saat ada nyeri menarik nafas A : Masalah belum teratasi.
panjang ditahan sebentar kemudian
P : Intervensi di lanjutkan
dikeluarkan secara perlahan-lahan, 1. Berikan penjelasan pada keluarga
tentang cara mengurangi dan
atau dengan teknik pengalihan
mencegah terjadinya nyeri
menonton TV. 2. Demonstrasikan pada keluarga
tentang cara mengurangi nyeri
3. Menganjurkan pada keluarga untuk
(teknik relaksasi dan teknik
selalu mengingatkan Ny. Z untuk distraksi)
3. Anjurkan pada keluarga untuk selalu
minum obat secara teratur
mengingatkan Ny. Z untuk minum
obat secara teratur .
4. Berikan penjelasan kepada Ny.Z
tentang pentingnya minum obat.

55
2 Jum’at Ansietas terhadap 1. Memberikan penjelasan pada keluarga S : Keluarga klien mengatakan Ny.Z sering
takut tensinya naik nanti terkena stroke
21 April 2017 komplikasi berhubungan tentang diet yang sesuai untuk penderita
10.00 wib dengan ketidak mampuan hipertensi yaitu diet rendah garam, rendah O : Ny.Z tampak cemas dan banyak
bertanya
keluarga mengenal masalah lemak dan kolesterol
TD : 180/100 mmHg
anggota keluarga dengan 2. Menganjurkan pada keluarga untuk P : 84x/menit
S : 37 ̊ C
hipertensi. mengkonsumsi makanan sesuai dengan
RR : 20x/menit
diet hipertensi
A : Masalah belum teratasi
3. Menganjurkan kepada keluarga
memeriksakan Ny Z secara teratur P : Intervensi di lanjutkan
1. Berikan penjelasan pada keluarga
tentang diet yang sesuai untuk
penderita hipertensi
2. Anjurkan pada keluarga untuk
mengkonsumsi makanan sesuai
dengan diet hipertensi
3. Anjurkan kepada keluarga
memeriksakan Ny Z secara teratur

56
1 Sabtu Nyeri akut berhubungan 1. Memberikan penjelasan pada keluarga S:
- Keluarga klien mengatakan Ny.Z
22 April 2017 ketidakmampuan keluarga tentang cara mengurangi dan mencegah
masih tidak nyeri kepala
08.00 WIB merawat anggota keluarga terjadinya nyeri - Keluarga klien mengatakan Ny. Z
sudah mau minum obat herbal
dengan hipertensi. 2. Mendemonstrasikan pada keluarga
tentang cara mengurangi nyeri dengan O:
- Ny.Z tampak rileks
kompres dingin pada kepala bagian
- Skala nyeri 0
belakang dan teknik relaksasi dan teknik  TD : 150/90 mmHg
distraksi :  P : 78x/menit
- Pada saat ada nyeri menarik nafas  S : 36 ̊ C
 RR : 20x/menit
panjang ditahan sebentar kemudian
dikeluarkan secara perlahan-lahan,
A : Masalah teratasi.
atau dengan teknik pengalihan
menonton TV. P : Intervensi di hentikan
3. Menganjurkan pada keluarga untuk
selalu mengingatkan Ny. Z untuk
minum obat secara teratur

57
2 Sabtu Ansietas terhadap 4. Memberikan penjelasan pada keluarga S:
- Keluarga klien mengatakan Ny.Z
22 April 2017 komplikasi berhubungan tentang cara mengurangi dan mencegah
masih takut jika tensinya tinggi lagi
08.00 WIB dengan ketidak mampuan terjadinya nyeri - Keluarga klien mengatakan Ny. Z
keluarga mengenal masalah 5. Mendemonstrasikan pada keluarga minum obat herbal
anggota keluarga dengan tentang cara mengurangi nyeri dengan O:
hipertensi. kompres dingin pada kepala bagian - Ny. Z tidak cemas lagi
- TTV :
belakang dan teknik relaksasi dan teknik
 TD : 150/90 mmHg
distraksi :
 P : 78x/menit
- Pada saat ada nyeri menarik nafas  S : 36 ̊ C
panjang ditahan sebentar kemudian  RR : 20x/menit
dikeluarkan secara perlahan-lahan,
atau dengan teknik pengalihan A : Masalah teratasi

menonton TV. P : Intervensi di hentikan


6. Menganjurkan pada keluarga untuk
selalu mengingatkan Ny. Z untuk
minum obat secara teratur

58
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan Keperawatan keluarga Tn Z khususnya pada Ny.Z dengan
penyakit Hipertensi di Kelurahan Sukaraya Wilayah kerja UPTD
Puskesmas Sukaraya pada saat pengkajian pada tanggal 19 April 2017,
didapatkan diagnosa keperawatan yang muncul yaitu Gangguan rasa aman
dan nyaman nyeri berhubungan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga dengan hipertensi dan Ansietas terhadap komplikasi
berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga mengenal masalah
anggota keluarga dengan hipertensi.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Ny.Z menunjukkan hasil


yang cukup baik, pada diagnosa keperawatan yang pertama klien sudah
dapat mengontrol rasa nyeri nya dan untuk masalah kedua, Ny.Z
mengatakan tidak cemas lagi dan sudah memahami akibat dari hipertensi.
Dari asuhan keperwatan di atas menunjukan perbandingan antara
teori dan praktek pada kasus hipertensi terdapat kesesuaian.
B. Saran

Saran– saran yang penulis berikan untuk perbaikan dalam


meningkatkan mutu asuhan keperawatan pada gerontik adalah sebagai
berikut :
1. Untuk teman sejawat yang akan memberikan asuhan keperawatan,
hendaknya perlu mempersiapkan diri dalam melakukan pengkajian
menggunakan komunikasi yang lugas, memberikan informasi yang
jelas tentang maksud dan tujuan meningkatkan kemampuan dalam
melihat masalah kesehatan serta dalam menentukan intervensi –
intervensi yang harus dipertimbangkan faktor-faktor hambatan yang
ada didalam keluarga.
2. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan keluarga hendaknya
melibatkan keluarga untuk mengambil keputusan.
3. Untuk klien diharapkan telah mendapatkan asuhan keperawatan secara
komprehensif.

59
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, Yuli Reni, 2014


Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien gangguan kardiovaskuler : Aplikasi
NIC & NOC . Jakarta: EGC

Hertman, T.Heather; alih bahasa, Budi Anna Keliat..[et al], 2015.


Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi
2015-2017 Edisi 10: Jakarta: ECG

Kusuma, Hardi. Huda, Amin. 2012


Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasaran NANDA NIC-NOC.
Jakarta:EGC
Profil UPTD Puskesmas Sukaraya tahun 2016

Smeltzer, Suzaane C dan Brenda G. Bare. 2002


Keperawatan Medikal Bedah vol. 2. Jakarta : EGC

Udjianti, Wajan Juni , 2010


Keperawatan KardioVaskular. Jakarta : Salemba Medika

60
DOKUMENTASI PENGKAJIAN

61

Anda mungkin juga menyukai