Anda di halaman 1dari 31

WALK THROUGH SURVEY DI PERUSAHAAN

PT. MARTINA BERTO TBK


22 JANUARI 2015
KESELAMATAN KERJA

Kelompok III

Boy Sandy Sunardhi S. Ked


Marelno Zakanito S. Ked
Reinita Arlin Puspita S. Ked
Savitri Sirait S. Ked
Anna Kautsaria Putri S. Ked
Gadista P. Annisa S. Ked
Katherine Rinova S. Ked
Indah Realita S. Ked
Firisha Virgidewi W S. Ked
Petrus Philipus Mekas S. Ked

PELATIHAN HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA


KEMENTRIAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA
PERIODE 19 JANUARI – 26 JANUARI 2015
JAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Perkembangan nasional disektor industri sekarang ini berkembang semakin pesat sejalan
dengan kemajuan teknologi. Perkembangan teknologi ini telah mendorong meningkatnya
penggunaan mesin-mesin, peralatan kerja dengan teknologi ini telah mendorong meningkatnya
penggunaan mesin-mesin, peralatan kerja dengan teknologi modren dan bahan-bahan kimia
dalam proses produksi. Di satu pihak perkembangan industri ini memberikan dampak yang
positif dengan terciptanya lapangan pekerjaan yang lebih luas. Namun, akibat percepatan proses
industrialisasi dengan sendirinya akan memperbesar resikonya bahaya yang terkandung dalam
industri, timbulnya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan potensi kecelakaan kerja semakin besar.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan standar kerja yang harus dipenuhi
oleh suatu perusahaan guna menciptakan tempat kerja yang aman, efisien dan produktif dengan
mengendalikan berbagai resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja. Ruang lingkup K3 terdiri
dari aspek tenaga kerja, sistem kerja, sarana dan prasarana perusahaan. Sistem manajemen K3
(SMK3) wajib diterapkan oleh perusahaan di Indonesia dan memiliki landasan hukum yang
diatur dalam UUD 45 pasal 27 ayat 2, Undang-undang No.1 tahun 1970, Undang-undang No.13
tahun 2003 dan Permenaker No. 05/Men/1996.
Berbagai macam permasalahan di bidang K3 masih banyak ditemukan terutama di
negara berkembang seperti Indonesia. Masalah yang masih ditemukan antara lain kurangnya
perhatian dari semua pihak akan pentingnya keselamatan kerja, masih tingginya angka
kecelakaan kerja dan rendahnya komitmen dari pemilik dan pengelola usaha. Hal ini juga
berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan untuk dapat bersaing secara global.
Salah satu kegiatan dalam pelatihan hiperkes yang diselenggarakan oleh Pusat K3
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI adalah melakukan kunjungan ke perusahaan
PT. Martina Berto Tbk yang memiliki jenis usaha dalam bidang kosmetik. Melalui laporan ini
kami menyampaikan hasil inspeksi secara obyektif dan subyektif pada PT. Martina Berto Tbk
beserta hasil analisa data dan pemecahan masalah yang kami temukan terkait penerapan SMK3
di perusahaan tersebut.

2
II. Dasar Hukum
1. UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
2. UU RI No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
3. UU Uap tahun 1930.
4. Peraturan Uap tahun 1930.
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per 01/MEN/1980 tentang
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja pada konstruksi bangunan.
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per 04/MEN/1980 tentang
syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan alat pemadam api ringan.
7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per 01/MEN/1982 tentang
bejana tekanan.
8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per 04/MEN/1985 tentang pesawat tenaga dan
produksi.
9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per 05/MEN/1985 tentang pesawat angkat-
angkut.
10. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per 02/MEN/1989 tentang pengawasan instalasi
penyalur petir.
11. Keputusan menteri tenaga kerja RI No. Kep 186/MEN/1999 tentang penanggulangan
kebakaran di tempat kerja.
12. Keputusan menteri tenaga kerja RI No. Kep 187/MEN/1999 tentang pengendalian
bahan kimia berbahaya.
13. Keputusan menteri tenaga kerja RI No. Kep 75/MEN/2002 tentang pemberlakuan SNI
No SNI 04-0225-2000 mengenai persyaratan umum instalasi listrik 2000 (PUIL 2000)
di tempat kerja.
14. Surat keputusan direktur jenderal pembinaan dan pengawasan ketenagakerjaan nomor
113 ahun 2006 tentang pedoman dna pembinaan teknis petugas K3 ruang terbatas
15. Surat keputusan direktur jenderal pembinaan dan pengawasan ketenagakerjaan nomor
45/DJPPK/IX/2008 tentang pedoman keselamatan dan kesehatan kerja bekerja pada
ketinggian dengan menggunakan akses tali (rope access).

3
III. Profil Perusahaan
a. Sejarah perusahaan
PT. Martina Berto Tbk merupakan perusahaan yang didirikan pada tahun 1977 oleh Dr HC.
Martha Tilaar, (alm) Pranata Bernard, dan Theresa Bu Harsini Setiady. Perusahaan ini berlokasi
di Jalan Pulokambing II no.1, kawasan Industri Pulogadung. Perusahaan ini bergerak di bidang
barang kosmetik, obat tradisional (jamu) dan pemasaran serta perdagangan kosmetik, perawatan
kecantikan dan barang-barang obat tradisional. Selain itu, perusahaan memiliki dukungan dari
kegiatan bisnis yang dilakukan oleh anak perusahaannya, PT Cedefindo, yang merupakan
kosmetik manufaktur kontrak atau makloon dengan kering, semi-padat, cairan, dan aerosol.
Pada tahun 1981 perusahaan ini mendirikan pabrik di kawasan industri Pulogadung dengan
partnership Grup Kalbe. Setelah dua tahun kemudian, mendirikan pabrik keduanya PT. Sari
Ayu Indonesia untuk mendukung distribusin kosmetik. Dari tahun 1988 - 1995 mereka
melakukan konsolidasi dari beberapa bisnis yang diperoleh oleh Martha Tilaar Group menjadi
PT. Martina Berto.
 Pada tahun 1999 PT. Martino Berto resmi menjadi perusahaan keluarga Martha Tilaar.
 Tahun 2006 - 2008 meluncurkan produk dalam keindahan dan segmen perawatan
pribadi. Jaringan ekspornya semakin meluas ke pasar Eropa (Yunani dan Ukraina) dan
Asia (Jepang, Hongkong, dan Taiwan).
 Tahun 2010, meluncurkan toko ritel baru. Martha Tilaar Shop (MTS), di luar Indonesia
untuk meraih pangsa pasar Internasional.

b. Visi dan misi perusahaan


Visi
Untuk menjadi salah satu perusahaan terkemuka dunia dalam perawatan kecantikan dan
industri spa dengan nuansa alam dan nilai timur, melalui teknologi modern, penelitian dan
pengembangan untuk mengoptimalkan nilai tambah kepada konsumen dan stakeholder
lainnya.
Misi
 Untuk mengembangkan, memproduksi, dan memasarkan produk-produk perawatan
kecantikan dan spa dengan nuansa alam & timur dan standar kualitas internasional untuk
memenuhi kebutuhan konsumen di berbagai segmen pasar dengan portofolio yang sehat
mampu mencapai peringkat tiga besar di setiap segmen di Indonesia.

4
 Untuk menyediakan layanan pelanggan yang sangat baik untuk semua pelanggan dalam
proporsi seimbang, termasuk pelanggan konsumen dan perdagangan;
 Untuk menjaga kondisi keuangan yang sehat dan pertumbuhan yang berkelanjutan;
 Untuk merekrut, melatih, dan mempertahankan tenaga kerja yang kompeten dan
produktif sebagai bagian dari aktiva Perusahaan;
 Untuk mempertahankan metode yang efisien dan efektif operasi, sistem, dan teknologi di
seluruh organisasi dan unit bisnis;
 Untuk menerapkan Good Corporate Governance secara konsisten untuk kepentingan
semua stakeholder;
 Untuk memberikan return atas investasi yang adil untuk dia pemegang saham;
 Untuk memperluas pasar internasional pada kosmetik dan produk herbal dengan fokus
jangka menengah pada kawasan Asia Pasifik dan fokus jangka panjang di pasar global
dengan produk yang dipilih dan merek.

c. Jumlah pegawai perusahaan


Jumlah pekerja sebanyak ± 1100 orang pekerja. Jam kerja pegawai dibagi menjadi 2 shift
utama.

d. Sektor usaha
Perusahaan ini bergerak di bidang barang kosmetik, obat tradisional (jamu) dan pemasaran
serta perdagangan kosmetik, perawatan kecantikan dan barang-barang obat tradisional.
1. Segment A Plus
Dewi Sri Spa Martha Tilaar, PAC Martha Tilaar, Martha Tilaar Solutions, Jamu Garden
Martha Tilaar
2. Segment A
Biokos Martha Tilaar, Rudi Hadisuwarno Martha Tilaar
3. Segment B
Sariayu Tilaar Martha, Martha Tilaar Caring Colours, Belia Martha Tilaar
4. Segment C
Mirabella, Cempaka,Pesona, Martina. Currently, Pesona and Martina products have been
sold in Malaysia through direct selling.

e. Jam kerja

5
Factory : Jam Kerja : 07.30 – 14.30 Shfit I dan Shift II 15.30 – 22.00
Office : Jam Kerja : 08.00 - 16.30

f. Asuransi
Karyawan Tetap Provider Asuransi AVIVA sesuai plafon Karyawan
BPJS Kesehatan : Karyawan Kontrak
Dalam menangani kasus emergensi perusahaan bekerjasama dengan RS Antam, RS
Jayakarta dan RS Persahabatan.

g. Sertifikasi perusahaan
Pada tahun 1996 menjadi pabrik kosmetik pertama di Indonesia yang mendapatkan
sertifikat ISO 9001. Tahun 2000 menjadi satu‐satunya pendiri UN Global Compact dari Asia,
mendapatkan sertifikat ISO 14001 dan sertifikat GMP: CPKB (Cara Produksi Kosmetika yang
Baik) dan CPOTB (Cara Produksi Obat Tradisional yang Baik).

h. Kelembagaan P2K3
Total P2k3 : 56 Orang
Pertugas K3 : 20 Orang
Pelatihan : Tanggap Darurat untuk DAMKAR
Emergency Respond Kecelakaan Kerja
Sertifikasi P3k : PMI dan Disnakertrans
Prose Kerjanya : Standby di masing masing Bagian
Bekerja sesuai kejadian darurat
PJK3 : Sesuai kualifikasinya masing :
AK3 Umum
AK 3 Kimia, DAMKAR

IV. Alur Produksi


Rencana produksi bulanan dihitung oleh bagian PPIC. Dari rencana produksi ini bagian
produksi akan menghitung jumlah jam orang yang diperlukan berdasarkan standar jam orang
yang telah ditetapkan oleh bagian IE (Industrial Engineering). Jam orang adalah jumlah jam
produksi dikali dengan jumlah orang yang diperlukan melaksanakan produksi tersebut. Hal ini
berkaitan dengan efisiensi dan produktifitas perusahaan.

6
Dalam pelaksanaanya, produksi akan meminta bahan baku ke gudang bahan baku
menggunakan dokumen PWO (Proccess Work Order). Gudang akan menyiapkan kebutuhan
sesuai dengan PWO dan hasil penimbangan akan diperiksa ulang oleh produksi. Jika semua
bahan telah siap, produksi akan mengolah bahan tersebut sesuai dengan LPP (Lembar Petunjuk
Proses). Tiap langkah LPP yang telah dilaksanakan kemudian diparaf oleh operator dan
pengawas yang bersangkutan dan setiap penyimpangan, adjusting, atau segala perbaikan yang
tidak tertera di LPP akan dicatat sebagai pedoman pemeriksaan dan penelusuran jika terjadi
kesalahan. Proses pencucian dan sanitasi mesin produksi dilakukan setiap pergantian batch
ataupun pergantian produk dengan prosedur yang telah ditetapkan.
Selama proses hingga dihasilkan produk ruahan, dibagian produksi terdapat tim dari QC
untuk melakukan pengawasan mutu pada tiap akhir proses sebelum pengemasan. QC akan
memeriksa kesesuain spesifikasi produk tersebut dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya. Jika telah memenuhi spesifikasi tersebut dapat diteruskan untuk pengemasan dan
jika kurang memenuhi, bagian produksi akan melakukan adjusting. Segala perbaikan yang
dilakukan terhadap produk harus dicatat LPP dan didokumentasikan. Produk ruahan yang telah
dinyatakan lulus oleh QC kemudian akan dikemas. Permintaan bahan kemas ke gudang
menggunakan dokumen PCO (Packing Order) dan pengemasan dilakukan berdasarkan prosedur
pengemasan dari R&D yang disebut LPK (Lembar Petunjuk Kemas).
Secara umum produksi kosmetik yang dilakukan di PT Martina Berto Tbk. ada 4 macam
yaitu produksi liquid, lipstik, make-up base, dan dekoratif. Masing- masing produksi tersebut
memiliki supervisor yang bertanggung jawab secara langsung pada manager produksi.

7
Gambar. Alur produksi PT Martina Berto Tbk

V. Landasan Teori
Keselamatan berasal dari bahasa Inggris yaitu kata ‘safety’ dan biasanya selalu dikaitkan
dengan keadaan terbebasnya seseorang dari peristiwa celaka (accident) atau nyaris celaka (near-
miss). Jadi pada hakekatnya keselamatan sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun sebagai
suatu pendekatan praktis mempelajari faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
kecelakaan dan berupaya mengembangkan berbagai cara dan pendekatan untuk memperkecil
resiko terjadinya kecelakaan (Syaaf, 2007).
Menurut Bennett N.B. Silalahi dan Rumondang (1991:22 dan 139) menyatakan
keselamatan merupakan suatu usaha untuk mencegah setiap perbuatan atau kondisi tidak
selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan sedangkan kesehatan kerja yaitu terhindarnya
dari penyakit yang mungkin akan timbul setelah memulai pekerjaannya. Sedangkan pendapat
Leon C Meggison yang dikutip oleh Prabu Mangkunegara (2000:161) bahwa istilah
keselamatan mencakup kedua istilah yaitu resiko keseamatan dan resiko kesehatan. Dalam
kepegawaian, kedua istilah tersebut dibedakan, yaitu Keselamatan kerja menunjukan kondisi
yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian ditempat kerja. Resiko
keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran,
ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh,

8
penglihatan, dan pendengaran. Semua itu sering dihubungan dengan perlengkapan perusahaan
atau lingkungan fisik dan mencakup tugas-tugas kerja yang membutuhkan pemeliharaan dan
latihan.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keselamatan adalah suatu usaha untuk
mencegah terjadinya kecelakaan sehingga manusia dapat merasakan kondisi yang aman atau
selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian terutama untuk para pekerja konstruksi. Agar
kondisi ini tercapai di tempat kerja maka diperlukan adanya keselamatan kerja. Keselamatan
kerja secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada
umumnya serta hasil budaya dan karyanya. Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu
pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja (Purnama, 2010).
Keselamatan kerja adalah faktor yang sangat penting agar suatu proyek dapat berjalan
dengan lancar. Dengan situasi yang aman dan selamat, para pekerja akan bekerja secara
maksimal dan semangat.Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko
kecelakaan dan kerusakan di tempat kerja yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi
mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja (Simanjuntak, 1994). Menurut Suma’mur
pada tahun 1993 keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat,
alat kerja, bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta
cara-cara melakukan pekerjaan. Kemudian pada tahun 2001 Suma’mur memperbaharui
pengertian dari keselamatan kerja yaitu rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang
aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.
Pengertian di atas hampir sama dengan pengertian yang dikemukakan oleh Mangkunegara
(2002), bahwa secara umum keselamatan kerja dapat dikatakan sebagai ilmu dan penerapannya
yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan
tempat kerja dan lingkungan kerja serta cara melakukan pekerjaan guna menjamin keselamatan
tenaga kerja dan aset perusahaan agar terhindar dari kecelakaan dan kerugian lainnya.
Keselamatan kerja juga meliputi penyediaan Alat Pelindung Diri (APD), perawatan mesin dan
pengaturan jam kerja yang manusiawi. Slamet (2012) juga mendefinisikan tentang keselamatan
kerja. Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai keadaan terhindar dari bahaya selama
melakukan pekerjaan. Dengan kata lain keselamatan kerja merupakan salah satu faktor yang
harus dilakukan selama bekerja, karena tidak yang menginginkan terjadinya kecelakaan di dunia
ini. Keselamatan kerja sangat bergantung .pada jenis, bentuk, dan lingkungan dimana pekerjaan
itu dilaksanakan.

9
Unsur-unsur penunjang keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
a) Adanya unsur-unsur keamanan dan kesehatan kerja
b) Adanya kesadaran dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja.
c) Teliti dalam bekerja
d)Melaksanakan prosedur kerja dengan memperhatikan keamanan dan kesehatan kerja.
Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan
dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja
semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja seperti pernyataan Jackson (1999)
bahwa keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang
terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan.
Dalam melaksanakan K3, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu:
1. Identifikasi potensi bahaya
Merupakan tahapan yang dapat memberikan informasi secara menyeluruh dan mendetail
mengenai risiko yang ditemukan dengan menjelaskan konsekuensi dari yang paling ringan
sampai dengan yang paling berat. Pada tahap ini harus dapat mengidentifikasi hazard yang
dapat diramalkan (foreseeable) yang timbul dari semua kegiatan yang berpotensi
membahayakan kesehatan dan keselamatan terhadap:
1. Karyawan
2. Orang lain yg berada ditempat kerja
3. Tamu dan bahkan masyarakat sekitarnya
Pertimbangan yang perlu diambil dalam identifikasi risiko antara lain :
1. Kerugian harta benda (Property Loss)
2. Kerugian masyarakat
3. Kerugian lingkungan
Identifikasi risiko dapat dilakukan dengan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Apa Yang Terjadi Hal ini dilakukan untuk mendapatkan daftar yang komprehensif
tentang kejadian yang mungkin mempengaruhi tiap-tiap elemen.
2. Bagaimana dan mengapa hal itu bisa terjadi Setelah mengidentifikasi daftar kejadian
sangatlah penting untuk mempertimbangkan penyebab-penyebab yang mungkin ada/terjadi.
3. Alat dan Tehnik Metode yang dapat digunakan untuk identifikasi risiko antara lain
adalah: a. Inspeksi b. Check list c. Hazops (Hazard and Operability Studies) d. What if e.
FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) f. Audits g. Critical Incident Analysis h. Fault
Tree Analysis i. Event Tree Analysis j. Dll Dalam memilih metode yang digunakan
tergantung pada type dan ukuran risiko.

10
2. Penilaian Risiko
Terdapat 3 ( tiga) sasaran yang akan dicapai dalam pelaksanaan penilaian risiko di tempat
kerja yaitu untuk :
a. mengetahui, memahami dan mengukur risiko yang terdapat di tempat kerja;
b. menilai dan menganalisa pengendalian yang telah dilakukan di tempat kerja;
c. melakukan penilaian finansial dan bahaya terhadap risiko yang ada.
d. mengendalikan risiko dengan memperhitungkan semua tindakan penanggulangan yang
telah diambil;
3. Pengendalian Risiko
Pengendalian dapat dilakukan dengan hirarki pengendalian risiko sebagai berikut:
1. Eliminasi Menghilangkan suatu bahan/tahapan proses berbahaya
2. Substitusi
a. Mengganti bahan bentuk serbuk dengan bentuk pasta
b. Proses menyapu diganti dengan vakum
c. Bahan solvent diganti dengan bahan deterjen
d. Proses pengecatan spray diganti dengan pencelupan
3. Rekayasa Teknik
a. Pemasangan alat pelindung mesin (mechin guarding)
b. Pemasangan general dan local ventilation
c. Pemasangan alat sensor otomatis
4. Pengendalian Administratif
a. Pemisahan lokasi
b. Pergantian shift kerja
c. Pembentukan sistem kerja
d. Pelatihan karyawan
5. Alat Pelindung Diri

11
BAB II
PELAKSANAAN

II. I Tanggal dan waktu


Kunjungan perusahaan ke PT Martina Berto Tbk ini dilakukan pada hari Kamis tanggal
22 Januari 2014 pukul 14.00-17.00.
II.II Lokasi pengamatan
PT Martina Berto Plant I, Jalan Pulokambing II no.1, kawasan Industri Pulogadung.

BAB III

12
HASIL PENGAMATAN

A. Mesin, pesawat, dan alat kerja yang digunakan terkait k3


1. High Speed Arc Melter

Keterangan :
One Electric Arc Furnace (EAF) dengan kapasitas 80 t, melingkupi :
1 Ultra High Power (UHP) Transformer dengan kapasitas 66 MVA yang mampu mempercepat
proses dan menghemat energi.
2 Oxygen Blowing Technology System untuk menghemat waktu Tap-ke-Tap.
Eccentric Bottom Tapping (EBT) untuk menuangkan baja cair yang telah bersih dari slag ke
ladle.

2. Metallurgical Treatment Station

13
Keterangan :
Ladle Furnace 80 t dilengkapi dengan Argon Stirring dan Alloys Addition System, menjamin
kesempurnaan proses produksi :
1. Penghematan biaya refraktori dengan mengurangi suhu tapping EAF.
2. Pemanfaatan maksimal untuk Ferro Alloy Additions.
3. Argon stirring memastikan kehomogenan dari suhu and bahan baku kimia sehingga membuat
besi menjadi bersih.
4. Akurasi yang baik dalam pengaturan suhu.
Pemanasan dengan electric Arc dapat menghemat energy

3. Continous Casting Machine

Keterangan :
One 5 - strands CCM unit supplied by Concast Standart AG of Zurich memiliki kemampuan
untuk menghasilkan diameter 100 - 150 mm billets dan panjang 4-12 m. CCM memiliki fitur :

14
1. A Ladle Turntable facilitates long casting sequences leading to higher operational efficiecy
and yield.
2. Automatic Mould Level Control System mengarah ke operasi dengan kinerja yang stabil
dan mencegah terjadinya kesalahan manusia.
3. Mengganti posisi Cooling Bed untuk memastikan billet lurus.
Semua ini untuk memastikan kualitas billet pada kualitas yang terbaik.
4. Anti-Polution Control

Keterangan :
PT. Jakarta Cakratunggal Steel Mills, telah berinvestasi dalam jumlah yang besar untuk
menangani masalah polusi.
Bagian dari pengontrol polusi meliputi satu "dust collection" dan "fume extraction system"
dengan kapasitas 960.000 m3/hour of gas and asap. Asap primer dan sekunder yang diambil
dan disaring melalui 17,0252 m2 Tas Filter.

15
5. Re-Cyclability

Keterangan :
PT. Jakarta Cakratunggal Steel Mills menggunakan peralatan penanganan slag dengan:
2 unit Shovel Dozers
2 unit Excavators
2 unit Excavators dengan magnet dimana dengan cepat memisahkan potongan besi dari slag
sehingga dapat di daur ulang.

6. Reheating Furnace

Keterangan :
Sistem Kontrol Pembakaran otomatis pada kedua tungku pemanasan billet membuat
terjaganya akurasi, hemat energi dan menghilangkan cacat dalam produk akhir.

7. Full Tandem Rolling Mill Driven By DC Motors

16
Keterangan :
Teknologi terbaru di proses Rolling Mill memiliki beberapa keunggulan seperti, Efisiensi
Operasional yang maksimal, Pengendalian atas toleransi dimensi, Penyelesaian akhir yang
cepat.

8. Computerized Flying Shear

Keterangan :
Akurat dan mudah menyesuaikan dalam memberikan panjang tertentu.

9. Sliting Facilities

17
Keterangan :
Sebuah sistem membagi baja manjadi 2 baris sebelum memasuki Stand Finishing.
Meningkatkan kapasitas proses di Rolling.

B. Bahan dan proses kerja terkait K3


Bahan baku terkait K3 terdapat terdapat beberapa jenis bahan baku yg telah tersertifikasi
oleh dinas kesehatan. Namun rincian bahan baku tersebut tidak dapat diuraikan oleh pihak
perusahaan dikarenakan membutuhkan waktu panjang untuk mendapatkan data-data
tersebut.

18
Proses kerja

Dari hasil pengamatan sudah sesuai dengan yang dijelaskan dari system kerja perusahaan
tersebut.

C. Landasan kerja, SOP kerja


Perusahaan dalam mencapai komitment dan tekat dimaksud, Manajemen terus menerus
meningkatkan kinerja Perusahaan dengan menerapkan sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) berbasis SMK3 sesuai dengan Kepmenaker 05 tahun 1996 dan
Peraturan Pemerintah No 50 Tahun 2012 serta OHSAS 18001 secara konsisten dan
berkesinambungan, oleh karena itu Perusahaan berkomitment untuk :
1. Menjamin keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) seluruh karyawan termasuk
orang lain (Kontraktor, Supplier, Pengunjung dan Tamu) di tempat kerja.

19
2. Menjamin pengendalian dampak lingkungan operasional.
3. Memenuhi semua perundangan dan peraturan yang berlaku yang berkaitan
dengan K3.
4. Melakukan perbaikan berkelanjutan guna meningkatkan K3 Perusahaan.
Dalam mencapai komitment tersebut kami akan :
1. Menyusun dan memelihara Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3) berkelanjutan.
2. Membentuk Organisasi / Unit K3 dalam lingkungan Manajemen Perusahaan.
3. Mengidentifikasi dan mengendalikan semua sumber bahaya dan aspek
lingkungan operasi Perusahaan.
4. Memberikan pelathan pelatihan K3 bagi karyawan untuk meningkatkan Budaya
K3 Perusahaan.
5. Mengajak seluruh Karyawan untuk berperan serta meningkatkan K3 Perusahaan.
Kebijakan K3 ini akan ditinjai ulang minimal 1 tahun sekali mengikuti tinjauan SMK3.

D. Instalasi listrik, prasarana kerja lainnya seperti lift, penangkal petir VITRI
Sarana
Tangga : untuk orang
Genset : 1 Buah berkapasitas 5000 kva
Maintenance : Reguler setiap minggu
Intstalasi listrik
1. Jenis instalasi listrik : 3 phase ; 50 Hz ; 220/380 volt
2. Sumber tenaga listrik :
- PLN dengan daya : 1200 KVA
- Untuk 2 motor Diesel : 1200 KVA
Motor Diesel
Data Umum :
1. Nama dan alamat perusahaan/ Gedung : PT.Martina Berto
Jl. Pulo kambing II/1 KIP Jakarta Timur
2. Jenis pesawat tenaga dan produksi : Motor Diesel Pembangkit Tenaga Listrik
3. Ijin/pengesahan pemakaian : SI.767/W.26-06/XII/K/M/93
4. Jenis pemeriksaan : Berkala/Ulang
5. Pelaksaan pemeriksaan dan pengujian : 23 Agustus 2013

20
Data Teknis :
1. Jenis pesawat tenaga dan produksi : Motor Diesel Pembangkit Tenaga Listrik
2. Nama pabrik pembuat/tahun : Cummins, USA Tahun 1992
3. Nomor seri/type : D 920463122
4. Kapasitas / daya : 750 HP
5. Penggunaan : Back up/Spare power PLN
Tanggal pemeriksaan : 10 November 2014
Lift
Terdapat pesawat angkat (lift barang), pesawat angkut barang, lift barang, pesawat angkat
jenis chain hoist, pesawat angkat jenis traksi yang masih dalam keadaan baik, spesifikasi alat
terdapat dalam pembahasan di bagian mesin.
Instalasi Penyalur Petir
Data Teknis :
1. Jenis/Type : Electrostatic
2. Luas bangunan : -M2
3. Tinggi bangunan : 16 m
4. Luas Penampang Hantaran : Coaxcial Cable 50 mm2
5. Tinggi Penerima : kurang lebih 7 m
6. Jumlah penerima : 1 buah
7. Jumlah Hantaran Penyalur : 1 buah
8. Sambungan Ukur/Joint Test : 1 buah
9. Jumlah Elektroda Tanah : 1 buah
10. Tahanan sebaran tanah : < 5 ohm
11. Pelaksana pemasang :-
12. Pelaksaan Pemeriksaan dan Pengujian : Desember 2014
Pada saat kunjungan terlihat semua mesin dapat menyala dan mempunyai penerangan
yang baik. Tidak terdapat permasalahan dalam hal listrik. Walaupun begitu, PT. Martina Berto
tetap menyediakan Generator Set (Genset)/motor diesel yang berjumlah satu buah berkapasitas
5000 kva. Sehingga dalam segi listrik, PT. Martina Berto tidak ada permasalahan.
Selain itu, PT. Martina Berto mempunyai prasarana lift pengangkut barang berjumlah 7
buah yang mampu mengangkut lebih dari 8000 kg barang. Data tersebut diambil dari sumber
informasi terpercaya disana, karena kami tidak sempat untuk melihat lift tersebut. Selama ini,
lift tersebut tidak ada masalah dan dirawat secara berkala.

21
Cuaca yang tidak diprediksi seperti akhir-akhir ini mempunyai resiko untuk terkena
sambaran petir. Tetapi PT. Martina Berto sudah memikirkan ini sebelumnya dan sudah
membuat instalasi penyalur petir, sehingga tidak ada kejadian tersambar petir di PT tersebut.
Kami tidak sempat melihat instalasi penyalur petir tersebut, tetapi kami mendapatkan informasi
terpercaya dari perwakilan PT. Martina Berto tersebut.
Dari peninjauan kami ke PT. Martina Berto, kami dapat menyimpulkan bahwa tidak
terdapat permasalahan mengenai Instalasi listrik, instalasi penyalur petir dan lift barang pada
perusahaan tersebut.

E. Konstruksi tempat kerja


o Akses keluar-masuk ruangan terdiri dari 1 (satu) lobi utama dan 2 (satu) pintu. Pada lobi
utama terdapat akses pintu manual.
o Penerangan pada tempat kerja dan lingkungan kerja telah sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Tempat-tempat kerja ini terdiri dari tangga-tangga, lorong-lorong dan gang-
gang tempat orang bekerja atau yang sering dilalui, telah dilengkapi dengan penerangan
yang cukup sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
o Tempat kerja pada bagian produksi tidak memiliki akses ventilasi ke ruang terbuka,
tetapi tempat kerja telah dilengkapi dengan exhaust internal yang dianggap cukup
sehingga dapat mengurangi bahaya debu, uap dan bahaya lainnya. Filter yang berfungsi
menyaring debu yang mengganggu. Filter ini kemudian di ganti setiap 2 jam sekali yaitu
setiap perputaran shift pekerja.
o Gedung memiliki tata ruang yang tidak berantakan dan rapi tidak ada barang barang
yang berantakan menghalangi akses jalan.
o Tidak didapatkan informasi akan adanya jaminan keselamatan peralatan, bahan, dan
benda-benda dalama ruangan.
o Tampak tanda-tanda peringatan pada tempat-tempat tertentu yang merupakan tempat
dengan resiko tinggi. Tanda peringatan juga terdapat pada alat-alat yang dapat memberi
resiko bahaya tertentu.
o Tidak dapat dilakukan penilaian mengenai perancah karena sedang tidak dibuat.

F. Sarana penanggulangan kebakaran


Pada PT. Martina Berto tbk. terdapat beberapa alat pemadan api ringan (APAR) yaitu alat
pemadam api berbentuk tabung (berat maksimal 16kg) yang mudah dilayani atau dioperasikan
oleh satu orang untuk pemadam api pada awal terjadi kebakaran dan juga terdapat beberapa

22
Hydrant yaitu suatu system pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadam air
bertekanan, yang dialirkan melaui pipa-pipa dan slang kebakaran, inti dari keduanya berfungsi
sebagai upaya pencegahan dan penangulangan kebakaran di area PT. Martina Berto tbk.
Alat pemadam api ringan (APAR) pada PT. Martino Berto tbk ini adalah tipe Tabung Gas
yaitu pemadam yang bahan pemadamnya didorong keluar oleh gas bertekanan yang dilepas dari
tabung gas dan termasuk jenis Busa (foam). Seperti yang telah diketahui pemasangan dan
pemeliharaan dari alat pemadam api ringan (APAR) telah ditentukan oleh peraturan mentri
tenaga kerja dan transmigrasi, pemasangan dari alat pemadam api ringan (APAR) pada PT.
Martino Berto tbk. telah sesuai dengan peraturan tersebut misalnya, pemadam api ringan telah
ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat dijangkau menggantung pada tembok, tinggi
pemberian tanda pemasangan tersebut tidak melebihi 125cm dari dasar lantai, jarak antara
pemasangan satu dan lainnya sekitar kurang lebih 15m, semua tabung alat berwarna merah,
bentuk dari tabung tersebut tidak berlubang ataupun cacat. Namun adapun yang belum sesuai
dengan peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi tersebut, salah satunya adalah tidak
terdapat adanya lemari atau peti untuk penyimpan tabung tersebut. Seperti peraturan mentri
tenaga kerja dan transmigrasi tentang pemeliharaan dari pemadam api ringan dibagi menjadi
dua yaitu pemeriksaan dalam jangka waktu 6 bulan dan 12 bulan. Pada PT. Martina Berto tbk.
ini telah sesuai dengan peraturan tersebut yaitu dilakukan pemeriksaan setiap 12 bulan
diperiksa isi, pipa, tabung, dll. Namun berdasarkan pengamatan pada kunjungan kami, masih
kami temukan adanya tabung yang telah kadarluarsa yaitu pada bulan desember 2014 sebanyak
2 buah.
Berdasarkan jenis dan lokasi penempatan, Hydrant pada PT. Martino Berto tbk ini termasuk
Hydrant Gedung dan berdasarkan ukuran pipa termasuk Hydrant kelas II dengan diameter
selang 1,5inch. Hydrant itu sendiri diletakkan pada setiap 1000m2 berjumlah 1 buah, sumber
persediaan air berasal dari PDAM, sumber tenaga listrik untuk pompa berasal dari PLN. Selain
dari alat pemadam api ringan (APAR) dan Hydrant, PT. Martina Berto tbk. ini juga memiliki
alat detektor asap pada setiap bagian ruangannya. Alat detektor asap tersebut berfungsi untuk
memberikan peringatan dini dan pelindungi para pekerja dari bahaya kebakaran sebab sebagian
besar bahaya kebakaran berasal dari asap.
Pekerja dari PT. Martina Berto tbk. hampir seluruhnya telah mengetahui letak dari alat
pemadam api ringan (APAR) dan Hydrant oleh karena telah diletakkan pada posisi yang mudah
dilihat dan dicapai juga berwarna merah.

G. Alat pelindung diri

23
Pada saat masuk ke bagian produksi perusahaan dapat dilihat bahwa alat pelindung diri
yang dipakai tenaga kerja berupa:
4. Penutup kepala
Penutup kepala yang digunakan terbuat dari kain, dan tidak semua tenaga kerja
menggunakan penutup kepala tersebut.
5. Baju dinas (seragam perbagian)
Penggunaan baju dinas ataupun seragam berkancing ini memang digunakan oleh semua
tenaga kerja, namun masih ada beberapa yg tidak menggunakan. Hal ini bisa saja
menimbulkan terjadinya kecelakaan kerja yang diakibatkan akrena baju mereka tidak
sesuai dengan tempat kerja ataupun mengenai mesin dan bahan produksi yang
digunakan.
6. Masker
Masker yang digunakan tenaga kerja terbuat dari kain, tidak semua tenaga kerja
mennggunakan masker tersebut, cara pemakaiannyapun masih belum sesuai standar.
7. Sarung tangan
Tenaga kerja menggunakan sarung tangan sebatas pergelangan tangan ,apdahal tenaga
kerja tersebut ada beberapa yang memasukan bahan produksi dengna menggunakan
sarung tangan dan tangan tersebut masuk kea lat pencampur bahan produksi.
8. Sepatu
Sepatu yang digunakan tenaga kerja sepertinya terbuat dari kain dengan sedikit bagian
karet dibawahnya.
5. Pelindung telinga
Para pekerja banyak yang tidak menggunakan pelindung telinga pada saat bekerja pada
tempat yang bising dengan frekuensi diatas 85db bahkan di beberapa tempat dengan
suara bising 103db masih banyak yang tidak mengggunakan.
6. Kacamata anti UV
Kacamata anti UV seharusnya digunakan tidak dilepas di tempat tempat pengaturan
mesih=n dengan mengeluarkan percikan api dengan panas 1500 drajat. Hamper semua
pekerja sudah menggunakannya walaupun masih ada yang lalai menggunakan.

H. Tanggap darurat dan jalur evakuasi


Sistem di semua ruangan : Fire Alarm, Emergency Lamp
Jalur evakuasi : Disetiap ruanngan sdh dibuat routemap evakuasi
: Petujuk Evakuasi

24
: Tempat berkumpul Titik Point 3 tempat
: Petugasnya : 20 Orang dan 31 Petugas Security
Kejadian Darurat ; Sesuai prosedur tanggap darurat
Di setiap ruangan yang kami kunjungi di PT. Martina Berto terdapat jalur – jalur evakuasi
yang terdiri dari tangga darurat dan tangga umum. Untuk tangga darurat, terdapat pintu – pintu
jalur evakuasi yang yang dilengkapi dengan rambu – rambu yang cukup jelas. Pintu – pintu
jalur evakuasi terdapat ditempat – tempat yang mudah terlihat dan semuanya tidak ada yang
ditemui dalam keadaan terkunci.
Rambu – rambu yang menunjukan lokasi jalur evakuasi cukup jelas, berwarna hijau dengan
kondisi yang cukup baik. Hanya saja rambu – rambu ini kurang besar, letaknya terlalu tinggi
sehingga dapat tertutup asap saat terjadi kebakaran. Selain itu, tulisan yang terdapat pada rambu
– rambu ditulis dalam 2 bahasa yaitu bahasa inggris dengan ukuran tulisan yang besar dan
bahasa Indonesia dengan ukuran tulisan yang kecil. Jalur evakuasinya sendiri terawat dengan
baik, terbuka, tidak terdapat benda yang membahayakan disekitar area evakuasi, cukup lebar,
dan untuk menuju titik area evakuasi dapat menggunakan jalur yang sudah ditandai dengan
garis- garis kuning.

Gambar. Peta jalur evakuasi

Setiap bagian / divisi di PT. Martina Berto memiliki tim yang bertanggung jawab dalam
keadaan darurat. Tim ini dilengkapi dengan HT, peralatan P3K, absensi pekerja, dan bertugas
untuk menyisir bagian / divisi masing – masing untuk keluar dari gedung serta mengevakuasi

25
dokumen – dokumen penting saat terjadi keadaan darurat dan memastikan tidak adanya pekerja
yang tertinggal. Tim ini juga yang bertugas untuk segera melakukan absen di titik area evakuasi
yang terdapat di luar gedung. Seluruh Tim tanggap darurat rutin diberi pelatihan K3 dan
pelatihan keadaan darurat sekali dalam setahun, sedangkan pekerja lainnya, dilakukan pelatihan
keadaan darurat secara bergiliran setiap tahunnya. Selain itu Tanggap darurat juga dilengkapi
dengan telepon internal.

I. Kejadian kecelakaan keerja


PT. Martina Berto Tbk mengaku bahwa angka kejadian kecelakaan kerja sangan sedikit.
Hal ini dapat terjadi dikarenakan para pegawai perusahaan yang taat terhadap peraturan yang
berkaitan dengan keselamatan kerja sebagai salah satu contohnya yaitu penggunaan alat
pelindung diri. Sehingga tidak didapatkan data yang menggambarkan tingkat angka kejadian
kecelakaan di perusahaan tersebut.
setelah dilakukan kunjungan perusahaan, kami menilai dan melihat bahwa memang sudah
dipasang spanduk-spanduk tentang keselamatan kerja dan juga peraturan tentang penggunaan
alat pelindung diri di setiap bidang perusahaan. Namun, dilihat dari tata cara penggunaan alat
pelindung diri, masih banyak pegawai yang belum tepat menggunakannya sehingga
memungkinan resiko terjadinya kecelakaan kerja di perusahaan tersebut. Sehingga menurut
kami, perlu dilakukan penyuluhan atau tata cara penggunaan alat pelindung diri yang baik dan
benar sehingga tidak terjadi kecelakaan kerja baik yang ringan maupun yang berat

J. Personil keselamatan kerja


Pada perusahaan ini personil keselamatan kerja dibuat dalam bentuk panitia yang di sebut
dengan P2K3 yaitu Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Panitia ini memiliki
spesifisikasi seperti berikut ini:
o Total P2k3 : 56 Orang
o Petugas P3K : 20 Orang
o Pelatihan : Tanggap Darurat untuk DAMKAR (Pemadam Kebakaran)
Emergency Respond Kecelakaan Kerja
o Sertifikasi P3K : PMI dan Disnakertrans
o Prose Kerjanya : Standby di masing masing Bagian
o Bekerja sesuai kejadaian darurat
o PJK3 : Sesuai kualifikasinya masing :
 AK3 Umum

26
 AK 3 Kimia, DAMKAR

BAB IV
PEMECAHAN MASALAH

No Unit Kerja Permasalahan Dasar hukum Saran


1 Konstruksi tempat Dari segi keselamatan Undang-undang dasar Ditambahkan adanya
kerja konstruksi semuanya no 1 tahun 1970, informasi keselamatan
sudah baik, namun undang-undang no 18 peralatan, bahan, dan
masih belum terdapat tahun 1999 tentang jasa benda-benda dalama
adanya informasi konstruksi ruangan.
mengenai keselamatan
peralatan, bahan, dan
benda-benda dalama
ruangan.

2 Sarana Tidak semua pekerja Permenakertrans No Dilakukannya


penanggulangan dari PT. Martina Berto 4/MEN/tahun 1980 sosialisasi dari
kebakaran tbk. tersebut mengetahui perusahaan terhadap
cara penggunaan alat- para perkerja tentang
alat penanggualangan penaggulangan
kebakaran, dan masih kebakaran dan cara
terdapat APAR yang penggunaan alat
kadaluarsa. pemadam api ringan
(APAR) dan Hydrant.
Selain itu alangkah
lebih baik lagi apabila
APAR yang telah
kadaluarsa diganti

27
dengan yang baru.
3 Alat pelindung Dari perusahaan Peraturan menteri Perusahaan bersedia
diri tersebut belum tenaga kerja dan menyediakan APD
ditemukan dokumen transmigrasi RI nomor yang sesuai dengan
tertulis (tertulis dalam PER.08/MEN/VII/2010 standard an hazard
SOP) standar APD yang tentang Alat Pelindung yang ada di lingkungan
digunakan untuk Diri tempat kerja. Selain itu
masing-masing lebih baik lagi apabila
pekerjaan., belum ada sebelum memulai
penjelasan (briefing) pekerjaan diberikan
mengenai APD suatu briefing singkat
mengenai pentingnya
APD dan cara
penggunaan APD yang
baik dan benar.
4 Tanggap darurat Secara umum untuk Undang-undang no 18 Posisi rambu-rambu
dan jalur evakuasi jalur dan rambu tahun 1999 tentang jasa diletakan secara teratur
evakuasi di PT. konstruksi agar tetap terlihat pada
Martina berto sudah Undang-undang dasar saat terjadi kebakaran.
cukup baik. Hanya no 1 tahun 1970 Selain itu lebih baik
saja, akan lebih baik Undang-undang No 28 menggunakan kata –
jika rambu yang tahun 2002 tentang kata “ KELUAR ”
tersedia tidak hanya bangunan gedung. daripada “ EXIT ”.
diletakkan diatas pintu
atau tempat yang tinggi
karena kemungkinan
akan tertutup asap jika
terjadi kebakaran.
5 Personil Personil Keselamatan peraturan perundangan masukan untuk
keselamatan kerja kerja pada persuhaan ini UU No. 1 tahun 1970 perusahaan yang
sudah tergolong baik, (Pasal 10 ayat 1, 2) terkait dengan masalah
namun belum ada data yang mewajibkan personil keselamatan
mengenai latihan yang perusahaan untuk kerja ini yaitu
diadakan oleh personil membentuk P2K diharapkan bagian
keselamatan kerja. personil ini lebih
sering mengadakan
evaluasi (siding-
sidang) yang terkait
dengan masalah
keselamatan kerja atau
program keselamatan
kerja dan juga lebih
meningkatkan upaya-
upaya promosi tentang
keselamatan kerja pada
tenaga-tenaga kerja di
perusahaan tersebut.

28
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Secara umum penatalaksanaan sistem K3 di PT.Martina Berto Tbk dari penilaian
keselamatan kerja sudah berjalan cukup baik, namun masih ada beberapa hal yang masih harus
diperbaiki lagi. Antara lain:
1. Belum tersedia SOP yang memadai untuk mencegah kecelakaan kerja dari masing-masing
kegiatan kerja
2. Tidak dilakukan briefing rutin sebelum melakukan kerja yang mengingatkan tentang
pentingnya perhatian dan kehati-hatian setiap pekerja agar terhindar dari kecelakaan kerja
(safety induction)
3. Dari segi keselamatan konstruksi semuanya sudah baik, namun alangkah lebih baiknya
apabila ditambahkan adanya informasi keselamatan peralatan, bahan, dan benda-benda
dalama ruangan.

29
4. Tidak semua pekerja dari PT. Martina Berto tbk. tersebut mengetahui cara penggunaan alat-
alat penanggualangan kebakaran.

B. SARAN
5. Menyediakan SOP yang memadai untuk mencegah kecelakaan kerja dari masing-masing
kegiatan kerja
6. Melakukan briefing rutin sebelum melakukan kerja yang mengingatkan tentang pentingnya
perhatian dan kehati-hatian setiap pekerja agar terhindar dari kecelakaan kerja (safety
induction)
7. Ditambahkan adanya informasi keselamatan peralatan, bahan, dan benda-benda dalama
ruangan.
8. Jadwal rutin pelatihan penggunaan APAR dan evakuasi

BAB VI
PENUTUP

Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kesehatan dan
keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan dan keamanan
dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja,
perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi kesehatan dan keselamatan kerja tidak melulu
berkaitan dengan masalah fisik pekerja, tetapi juga mental, psikologis dan emosional.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang penting dalam
ketenagakerjaan. Oleh karena itulah sangat banyak berbagai peraturan perundang-undangan
yang dibuat untuk mengatur nmasalah kesehatan dan keselamatan kerja. Meskipun banyak
ketentuan yang mengatur mengenai kesehatan dan keselamatan kerja, tetapi masih banyak faktor
di lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja yang disebut sebagai bahaya
kerja dan bahaya nyata. Masih banyak pula perusahaan yang tidak memenuhi standar
keselamatan dan kesehatan kerja sehingga banyak terjadi kecelakaan kerja.

30
Oleh karena itu, perlu ditingkatkan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja
yang dalam hal ini tentu melibatkan peran bagi semua pihak. Tidak hanya bagi para pekerja,
tetapi juga pengusaha itu sendiri, masyarakat dan lingkungan sehingga dapat tercapai
peningkatan mutu kehidupan dan produktivitas nasional.

31

Anda mungkin juga menyukai