Identitas Pasien
Nama : Ny. Rohayati
Umur : 35 tahun
Jenis Kelamin : Wanita
Alamat : Pameumpeug
Agama : Islam
Pekerjaan : Tukang kredit di sekitar rumah
Tanggal Masuk RS : 15 Juni 2015
Anamnesis
Keluhan Utama : Benjolan pada leher kiri
Anamnesis Khusus :
Pasien datang ke RSU dr. Slamet Garut dengan keluhan benjoan dileher depan bagian
kiri yang ikut bergerak saat pasien menelan yang sudah diderita sejak kurang lebih 6 tahun
sebelum masuk rumah sakit. Benjolan awalnya dapat di raba sebesar kelereng kemudian
kurang lebih 3 tahun sebelum masuk rumah sakit kemudian semakin membesar menjadi
seukuran bola pimpong sejak dibawa ke orang pintar. Benjolan tidak terasa nyeri, daerah
sekitar benjolan dan leher juga tidak pernah terasa nyeri, benjolan juga teraba mobile, Pasien
mengaku benjolan tidak mengganggu aktivitas seperti bernapas dan makan / minum.
Perubahan suara menjadi serak (-), nyeri (-), susah menelan (-), sesak nafas (-), demam (-),
benjolan di tempat lain (-), jantung berdebar-debar (-), tangan gemetar (-), tangan berkeringat
(-), rasa penuh di ulu hati (-).
Status Generalis
Kepala
-Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, refleks pupil +/+
-Hidung : epistaksis -/-, deviasi septum -/-
-Mulut : tidak ada kelainan
-Leher : KGB tidak teraba,
JVP tidak meningkat,
Massa a/r colli anterior kiri, lain-lain lihat status lokalis
Thorax
Inspeksi : hemithorax kanan dan kiri simetris dalam keadaan statis dan dinamis
Palpasi : fremitus taktil dan vokal simetris kanan dan kiri
Perkusi : sonor pada kedua hemithorax
Auskultasi
Pulmo : VBS kanan = kiri normal, rhonki -/-, wheezing -/-
Cor : Bunyi jantung I/II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : agak cembung dan lembut
Palpasi : NT (-), NL (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani di keempat kuadran
Auskultasi : bising usus (+) normal
Ekstremitas :
- Atas
Tonus : normal
Massa : -/-
Gerakan : aktif/aktif
Kekuatan : 5/5
Edema : -/-
Sianosis : -/-
- Bawah
Tonus : normal
Massa : -/-
Gerakan : aktif/aktif
Kekuatan : 5/5
Edema : -/-
Sianosis : -/-
Status lokalis
1. ROTGEN THORAX
Hasil Ekspertise :
Tidak tampak struma intrathorakal
Tidak tampak pembesaran jantung
Tidak tampak TB paru aktif
3. LAB :
HEMATOLOGI
Masa pendarahan/ BT : 2 menit
Masa pembekuan/CT : 8 menit
DARAH RUTIN
Hemoglobin : 15,3 g/dL
Hematokrit : 47 %
Leukosit : 6.530 /mm3
Trombosit : 202.000 /mm3
Eritrosit : 5.31 juta/mm3
KIMIA KLINIK
AST (SGOT) : 17 U/L
ALT (SGPT) : 24 U/L
Ureum : 21 mg/dL
Kreatinin : 0.9 mg/dL
Glukosa Darah Puasa : 103 mg/dL
Diagnosa Kerja
Struma Nodular Non Toksik
Diagnosis banding
• Simple goiter
• Struma endemic
• Struma nodusa toksis
• Karsinoma tiroid
• Limfoma
Rencana terapi
Medikamentosa: -
Operatif : Isthmolobektomi / subtotal lobektomi
Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad fungsionam : ad bonam
FOLLOW UP PASIEN
DO : Di temukan massa atau nodul tiroid kiri, konsistensi kenyal lunak bergerak mobile,
dengan ukuran : 5x4x3cm, berwarna kemerahan.
TO : 1. Di lakukan tindakan a & antiseptic daerah sekitar operasi
2. Di lakukan insisi tranversal 2jari diatas sternal notch
3. Kutis subkutis sampai dengan platisma di insisi secara tajam
4. Dilakukan flap ke arah kranio kaudal
5. Fascia colli superfisial dibuka kearah kranio kaudal
6. Ditemukan DO
7. Luka operasi di tutup lapis demi lapis dengan meninggalkan 1 buah vacuum drain
8. Operasi selesai
1.1 ANATOMI
Kelenjar tiroid terletak di leher, antara fascia colli media dan fascia
prevertebralis. Didalam ruang yang sama terletak trakhea, esophagus, pembuluh darah
besar, dan saraf. Kelenjar tiroid melekat pada trakea sambil melingkarinya 2/3
lingkaran. Arteri carotis komunis, A.jugularis interna, dan N.vagus terletak bersama di
dalam sarung penutup di laterodorsal tiroid. N.rekurens terletak di dorsal tiroid,
sebelum masuk laring. N.frenikus dan trunkus simpatikus tidak masuk ke dalam ruang
antara fascia media dan prevertebralis.
Kelenjar tiroid dengan berat rata-rata 15-20 gr (orang dewasa) berbentuk
konveks pada anterior dan konkaf pada bagian posterior, terletak di regio colli anterior
setinggi kartilago tiroid sampai cincin ke-VI trakhea. Kelenjar tiroid terdiri dari 2
lobus yang keduanya dihubungkan dengan isthmus setinggi cincin ke-IV trakhea.
Walaupun sukar ditemukan, lobus piramidalis biasanya terletak di sebelah kiri linea
mediana dan meluas ke kranial sampai setinggi os hyoid.
Kelenjar tiroid terbungkus dalam suatu jaringan pengikat dan difiksasi oleh
fascia pretrakheal ke tulang rawan tiroid dan cricoid.
Vaskularisasi kelenjar thyroid dari :
- A.thyroidea inferior yang merupakan cabang trunkus tirocervicalis dari
A.subclavia.
- A.thyroidea superior yang merupakan cabang dari A. carotis externa.
- A.thyroidea ima yang merupakan cabang dari arkus aorta.
A.thyroidea inferior sangat penting sebagai petunjuk lokasi N.laryngeus
reccurent. Saraf ini kadang-kadang bercabang tepat di bawah laring dan sering
mengalami cedera waktu operasi dan terikat pada waktu mengikat A.thyroidea inferior.
1.2 FISIOLOGI
a. DEFINSI
Struma adalah pembesaran kelenjar gondok baik pada satu atau kedua lobus akibat
berbagai sebab dengan atau tanpa gangguan produksi hormon.
b. ETIOLOGI
Penyebab pasti pembesaran kelenjar tiroid pada struma nodosa tidak diketahui, namun
sebagian besar penderita menunjukkan gejala-gejala tiroiditis ringan; oleh karena itu, diduga
tiroiditis ini menyebabkan hipotiroidisme ringan, yang selanjutnya menyebabkan peningkatan
sekresi TSH (thyroid stimulating hormone) dan pertumbuhan yang progresif dari bagian
kelenjar yang tidak meradang. Keadaan inilah yang dapat menjelaskan mengapa kelenjar ini
biasanya nodular, dengan beberapa bagian kelenjar tumbuh namun bagian yang lain rusak
akibat tiroiditis.
c. KLASIFIKASI
a. Definsi
Adalah pembesaran dari kelenjar tiroid yang berbatas jelas tanpa gejala-gejala
hipertiroid.
b. Etiologi
Penyebab paling banyak dari struma non toxic adalah kekurangan iodium. Akan tetapi
pasien dengan pembentukan struma yang sporadis, penyebabnya belum
diketahui. Struma non toxic disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :
Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan
hormon tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus, masuk ke dalam sirkulasi
darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar tyroid..
Dalam kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang distimuler oleh
Tiroid Stimulating Hormon kemudian disatukan menjadi mol ekul tiroksin yang terjadi pada
fase sel koloid. Senyawa yang terbentuk dalam molekul diyodotironin membentuk tiroksin
(T4) dan molekul yoditironin (T3).
Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan umpan balik negatif dari sekresi Tiroid
Stimulating Hormon dan bekerja langsung pada tirotropihypofisis, sedang tyrodotironin (T3)
merupakan hormon metabolik tidak aktif.
Beberapa obat dan keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan metabolisme
tyroid sekaligus menghambat sintesis tiroksin (T4) dan melalui rangsangan umpan balik
negatif meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar hypofisis. Keadaan ini menyebabkan
pembesaran kelenjar tyroid.
Gangguan pada jalur TRH - TSH hormon tiroid ini menyebabkan perubahan dalam
struktur dan fungsi kelenjar tiroid gondok. Rangsangan TSH reseptor tiroid oleh TSH, TSH-
Resepor Antibodi atau TSH reseptor agonis, seperti chorionic gonadotropin, akan
menyebabkan struma diffusa. Jika suatu kelompok kecil sel tiroid, sel inflamasi, atau sel
maligna metastase ke kelenjar tiroid, akan menyebabkan struma nodusa.
Defesiensi dalam sintesis atau uptake hormon tiroid akan menyebabkan peningkatan
produksi TSH. Peningkatan TSH menyebabkan peningkatan jumlah dan hiperplasi sel
kelenjar tyroid untuk menormalisir level hormon tiroid. Jika proses ini terus menerus, akan
terbentuk struma. Penyebab defisiensi hormon tiroid termasuk inborn error sintesis hormon
tiroid, defisiensi iodida dan goitrogen.
Struma mungkin bisa diakibatkan oleh sejumlah reseptor agonis TSH. Yang termasuk
stimulator reseptor TSH adalah reseptor antibodi TSH, kelenjar hipofise yang resisten
terhadap hormon tiroid, adenoma di hipotalamus atau di kelenjar hipofise, dan tumor yang
memproduksi human chorionic gonadotropin.
d. Manifestasi Klinis
1. Berdasarkan jumlah nodul : bila jumlah nodul hanya satu disebut struma nodosa
soliter (uninodosa) dan bila lebih dari satu disebut multinodosa.
Pada umumnya pasien struma nodosa datang berobat karena keluhan kosmetik atau ketakutan
akan keganasan. Sebagian kecil pasien, khususnya yang dengan struma nodosa besar,
mengeluh adanya gejala mekanis, yaitu penekanan pada esophagus (disfagia) atau trakea
(sesak napas).Gejala penekanan ini data juga oleh tiroiditis kronis karena konsistensinya yang
keras . Biasanya tidak disertai rasa nyeri kecuali bila timbul perdarahan di dalam nodul.
Keganasan tiroid yang infiltrasi nervus rekurens menyebabkan terjadinya suara parau.
Kadang-kadang penderita datang dengan karena adanya benjolan pada leher sebelah lateral
atas yang ternyata adalah metastase karsinoma tiroid pada kelenjar getah bening, sedangkan
tumor primernya sendiri ukurannya masih kecil. Atau penderita datang karena benjolan di
kepala yang ternyata suatu metastase karsinoma tiroid pada kranium.
e. Diagnosis
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
1. jumlah nodul
2. konsistensi
Inspeksi
Dilihat dari depan penderita, nampak suatu benjolan pada leher bagian depan bawah
yang bergerak ke atas pada waktu penderita menelan ludah. Diperhatikan kulit di atasnya
apakah hiperemi, seperti kulit jeruk, ulserasi.
Palpasi
Dilakukan dari belakang penderita dengan ibu jari kedua tangan pada tengkuk
penderita dan jari-jari lain meraba benjolan pada leher penderita.
lokalisasi benjolan terhadap trakea (mengenai lobus kiri, kanan atau keduanya)
konsistensi
mobilitas
apakah batas bawah benjolan dapat diraba (bila tak teraba mungkin ada bagian
yang masuk ke retrosternal)
Meskipun keganasan dapat saja terjadi pada nodul yang multiple, namun pada
umumnya pada keganasan nodulnya biasanya soliter dan konsistensinya keras sampai sangat
keras. Yang multiple biasanya tidak ganas kecuali bila salah satu nodul tersebut lebih
menonjol dan lebih keras dari pada yang lainnya.
Harus juga diraba kemungkinan pembesaran kelenjar getah bening leher, umumnya
metastase karsinoma tiroid pada rantai juguler.
Hasil pemeriksaan dengan radioisotop adalah teraan ukuran, bentuk lokasi, dan yang utama
ialah fungsi bagian-bagian tiroid. Pada pemeriksaan ini pasien diberi Nal peroral dan setelah
24 jam secara fotografik ditentukan konsentrasi yodium radioaktif yang ditangkap oleh tiroid.
Dari hasil sidik tiroid dibedakan 3 bentuk :
Nodul panas bila penangkapan yodium lebih banyak dari pada sekitarnya.
Keadaan ini memperlihatkan aktivitas yang berlebih.
Nodul hangat bila penangkapan yodium sama dengan sekitarnya.Ini berarti
fungsi nodul sama dengan bagian tiroid yang lain.
Pemeriksaan ini dapat membedakan antara padat, cair, dan beberapa bentuk kelainan, tetapi
belum dapat membedakan dengan pasti ganas atau jinak. Kelainan-kelainan yang dapat
didiagnosis dengan USG :
kista
adenoma
kemungkinan karsinoma
tiroiditis
4. Dapat mendeteksi adanya jaringan kanker tiroid residif yang tidak menangkap
iodium, yang tidak terlihat dengan sidik tiroid.
5. Pada kehamilan di mana pemeriksaan sidik tiroid tidak dapat dilakukan, pemeriksaan
USG sangat membantu mengetahui adanya pembesaran tiroid.
6. Untuk mengetahui lokasi dengan tepat benjolan tiroid yang akan dilakukan biopsi
terarah
Mempergunakan jarum suntik no. 22-27. Pada kista dapat juga dihisap cairan secukupnya,
sehingga dapat mengecilkan nodul.
Dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu keganasan. Biopsi aspirasi jarum
halus tidak nyeri, hampir tidak menyababkan bahaya penyebaran sel-sel ganas. Kerugian
pemeriksaan ini dapat memberika hasil negatif palsu karena lokasi biopsi kurang tepat, teknik
biopsi kurang benar, pembuatan preparat yang kurang baik atau positif palsu karena salah
interpretasi oleh ahli sitologi.
4. Termografi
Metode pemeriksaan berdasarkan pengukuran suhu kulit pada suatu tempat dengan
memakai Dynamic Telethermography. Pemeriksaan ini dilakukan khusus pada keadaan yang
mencurigakan suatu keganasan. Hasilnya disebut panas apabila perbedaan panas dengan
sekitarnya > 0,9o C dan dingin apabila <>o C. Pada penelitian Alves didapatkan bahwa pada
yang ganas semua hasilnya panas. Pemeriksaan ini paling sensitif dan spesifik bila dibanding
dengan pemeriksaan lain.
5. Petanda Tumor
Pada pemeriksaan ini yang diukur adalah peninggian tiroglobulin (Tg) serum. Kadar Tg
serum normal antara 1,5-3,0 ng/ml, pada kelainan jinak rataa-rata 323 ng/ml, dan pada
keganasan rata-rata 424 ng/ml.
5. Rotgen
Pemeriksaan radiologis dengan foto rontgen dapat memperjelas adanya deviasi trakea, atau
pembesaran struma retrosternal yang pada umumnya secara klinis pun sudah bisa diduga,
foto rontgen leher [posisi AP dan Lateral diperlukan untuk evaluasi kondisi jalan nafas
sehubungan dengan intubasi anastesinya, bahkan tidak jarang intuk konfirmasi diagnostik
tersebut sampai memelukan CT-scan leher.
f. Diagnosis Banding
• Simple goiter
• Struma endemic
• Struma toksik
• Karsinoma tiroid
• Limfoma
g. Tatalaksana
Indikasi operasi pada struma nodosa non toksika ialah:
1. keganasan
2. penekanan
3. kosmetik
Tindakan operasi yang dikerjakan tergantung jumlah lobus tiroid yang terkena. Bila
hanya satu sisi saja dilakukan subtotal lobektomi dan isthmolobectomi, sedangkan kedua
lobus terkena dilakukan subtotal tiroidektomi. Bila terdapat pembesaran kelenjar getah
bening leher maka dikerjakan juga deseksi kelenjar leher funsional atau deseksi kelenjar leher
radikal/modifikasi tergantung ada tidaknya ekstensi dan luasnya ekstensi di luar kelenjar
getah bening.
1. inoperabel
2. kontraindikasi operasi
Hormonal terapi dengan ekstrak tiroid diberikan selain untuk suplemen juga sebagai
supresif untuk mencegah terjadinya kekambuhan pada pasca bedah karsinoma tiroid
diferensiasi baik (TSH dependence). Terapai supresif ini juga ditujukan terhadap metastase
jauh yang tidak resektabel dan terapi adjuvan pada karsinoma tiroid diferensiasi baik yang
inoperabel.
h. Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad fungsionam : ad bonam
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1994., Struma Nodusa Non Toksik., Pedoman Diagnosis dan Terapi., Lab/UPF
Ilmu Bedah., RSUD Dokter Sutomo., Surabaya
De Jong. W, Sjamsuhidajat. R., 1998., Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi., EGC.,
Jakarta
Sadler GP., Clark OH., van Heerden JA., Farley DR., 1999., Thyroid and Parathyroid., In
: Schwartz. SI., et al., 1999., Principles of Surgery. Vol 2., 7th Ed., McGraw-Hill.,
Newyork.