Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan percobaan


 Mengetahui proses pengeringan dan membuat kurva laju pengeringan
dengan suhu konstan.
 Mempelajari pengaruh variasi laju alir terhadap perilaku pengeringan
padatan basah dengan suhu konstan
 Membuat kurva kadar air vs waktu
 Membuat kurva kecepatan pengeringan vs kadar air
 Menghitung waktu pengeringan

1.2 Dasar Teori


1.2.1 Pengeringan
Pengeringan zat padat berarti pemisahan sejumlah kecil air atau zat cair
lain dari bahan padat, sehingga mengurangi kandungan sisa zat cair didalam zat
padat itu sampai suatu nilai terendah yang dapat diterima. Pengeringan biasanya
merupakan alat terakhir dari sederetan operasi, dan hasil pengeringan biasanya
siap untuk dikemas (McCabe, 1993).
Secara umum perbedaan pengeringan (drying) dengan penguapan
(evaporation) adalah jumlah air yang diuapkan dari material. Pada proses
pengeringan hanya mengurangi sejumlah kecil kadar air dari material sementara
penguapan mengurangi kadar air dari material dalam jumlah yang besar. Pada
beberapa kasus kadar air dalam padatan dikurangi secara mekanik dengan proses
pemerasan, sentrifuging, dan berbagai cara lain (Geankoplis, 1993).
Proses pengeringan dipengaruhi oleh suhu, tekanan, kelembaban udara
lingkungan, kecepatan aliran udara pengering, energi pengering, kapasitas
pengering, dan luas permukaan kontak antara padatan dengan fluida panas.
Pengeringan yang terlampau cepat dapat merusak bahan, oleh karena permukaan
bahan terlalu cepat kering sehingga kurang bisa diimbangi dengan kecepatan
gerakan air di dalam bahan yang menuju permukaan bahan tersebut. Adanya
pengeringan cepat menyebabkan pengerasan pada permukaan bahan, selanjutnya
air di dalam bahan tersebut tidak dapat lagi menguap karena terhambat.
Tujuan dari proses pengeringan adalah menurunkan kadar air bahan
sehingga bahan menjadi lebih awet, mengecilkan volume bahan sehingga
memudahkan dan menghemat biaya pengangkutan, pengemasan dan
penyimpanan. Di samping itu banyak bahan hasil pertanian yang hanya digunakan
setelah dikeringkan terlebih dahulu seperti tembakau, kopi dan biji-bijian.
Meskipun demikian ada kerugian yang ditimbulkan selama pengeringan yaitu
terjadinya perubahan sifat fisik dan kimiawi bahan serta terjadinya penurunan
mutu bahan.
Dasar pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena
perbedaan kandungan uap air antara udara dengan bahan yang dikeringkan.
Dalam hal ini, kandungan uap air udara lebih sedikit atau udara mempunyai
kelembaban nisbi yang rendah sehingga terjadi penguapan. Kemampuan udara
membawa uap air bertambah besar jika perbedaan antara kelembaban nisbi udara
pengering dengan udara sekitar bahan semakin besar.
Salah satu faktor yang mempercepat proses pengeringan adalah kecepatan
angin atau udara yang mengalir. Udara yang tidak mengalir menyebabkan
kandungan uap air di sekitar bahan yang dikeringkan semakin jenuh sehingga
pengeringan semakin lambat.
Pengertian proses pengeringan berbeda dengan proses penguapan
(evaporasi). Proses penguapan atau evaporasi adalah proses pemisahan uap air
dalam bentuk murni dari suatu campuran berupa larutan (cairan) yang
mengandung air dalam jumlah yang banyak. Lama proses pengeringan tergantung
dari bahan yang dikeringkan dan cara pemanasan. Jika suatu benda padat
mongering, maka berlangsung dua proses, yaitu:
- Pemindahan panas untuk menguapkan cairan yang terdapat pada bahan padat
tersebut.
- Pemindahan massa, yaitu dalam bentuk cair bahan atau dalam bentuk uap.
Pemindahan atau perambatan panas dapat terjadi melalui 3 cara, yaitu
konveksi, konduksi, radiasi dan kombinasi ketiganya.

A. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pengeringan


Faktor yang mempengaruhi pengeringan ada 2 golongan, yaitu
faktor yang berhubungan dengan udara pengeringan ( suhu, kecepatan volumetrik
aliran udara pengering, kelembaban udara ) dan faktor yang berhubungan dengans
ifat bahan ( ukuran bahan, kadar air awal, tekanan parsial dalam bahan ). Selain
yang disebutkan diatas, ada pula:
1) Luas Permukaan
Makin luas permukaan bahan makin cepat bahan menjadi kering Air
menguap melalui permukaan bahan, sedangkan air yang ada di bagian tengah
akan merembes ke bagian permukaan dan kemudian menguap. Untuk
mempercepat pengeringan umumnya bahan pangan yang akan dikeringkan
dipotong-potong atau di iris-iris terlebih dulu. Hal ini terjadi karena:
- Pemotongan atau pengirisan tersebut akan memperluas permukaan bahan dan
permukaan yang luas dapat berhubungan dengan medium pemanasan
sehingga air mudah keluar.
- Potongan-potongan kecil atau lapisan yang tipis mengurangi jarak dimana
panas harus bergerak sampai ke pusat bahan pangan. Potongan kecil juga
akan mengurangi jarak melalui massa air dari pusat bahan yang harus keluar
ke permukaan bahan dan kemudian keluar dari bahan tersebut.
2) Perbedaan Suhu dan Udara Sekitarnya
Semakin besar perbedaan suhu antara medium pemanas dengan bahan
pangan makin cepat pemindahan panas ke dalam bahan dan makin cepat pula
penghilangan air dari bahan.
Air yang keluar dari bahan yang dikeringkan akan menjenuhkan udara
sehingga kemampuannya untuk menyingkirkan air berkurang. Jadi dengan
semakin tinggi suhu pengeringan maka proses pengeringan akan semakin cepat.
Akan tetapi bila tidak sesuai dengan bahan yang dikeringkan, akibatnya akan
terjadi suatu peristiwa yang disebut "Case Hardening", yaitu suatu keadaan
dimana bagian luar bahan sudah kering sedangkan bagian dalamnya masih basah.
3) Kecepatan Aliran udara
Makin tinggi kecepatan udara, makin banyak penghilangan uap air dari
permukaan bahan sehinngga dapat mencegah terjadinya udara jenuh di permukaan
bahan. Udara yang bergerak dan mempunyai gerakan yang tinggi selain dapat
mengambil uap air juga akan menghilangkan uap air tersebut dari permukaan
bahan pangan, sehingga akan mencegah terjadinya atmosfir jenuh yang akan
memperlambat penghilangan air. Apabila aliran udara disekitar tempat
pengeringan berjalan dengan baik, proses pengeringan akan semakin cepat, yaitu
semakin mudah dan semakin cepat uap air terbawa dan teruapkan.
4) Tekanan Udara
Semakin kecil tekanan udara akan semakin besar kemampuan udara untuk
mengangkut air selama pengeringan, karena dengan semakin kecilnya tekanan
berarti kerapatan udara makin berkurang sehingga uap air dapat lebih banyak
tetampung dan disingkirkan dari bahan pangan. Sebaliknya jika tekanan udara
semakin besar maka udara disekitar pengeringan akan lembab, sehingga
kemampuan menampung uap air terbatas dan menghambat proses atau laju
pengeringan.
5) Kelembapan Udara
Makin lembab udara maka makin lama kering sedangkan makin kering
udara maka makin cepat pengeringan. Karena udara kering dapat mengabsobsi
dan menahan uap air Setiap bahan mempunyai keseimbangan kelembaban nisbi
masing-masing. kelembaban pada suhu tertentu dimana bahan tidak akan
kehilangan air (pindah) ke atmosfir atau tidak akan mengambil uap air dari
atmosfir.
B. Klasifikasi Pengeringan
Ditinjau dari pergerakkan bahan padatnya, pengeringan dapat dibagi
menjadi dua, yaitu:
a. Pengeringan Batch
Pengeringan dimana bahan yang dikeringkan dimasukkan ke dalam alat
pengeringan dan didiamkan selama waktu tertentu.
b. Pengeringan Kontinyu
Pengeringan dimana bahan basah masuk secara sinambungan dan bahan
keluar secara sinambungan dari alat pengeringan.
Untuk mengurangi suhu pengering, beberapa pengering beroperasi dalam
vakum. Beberapa pengering dapat menangani segala jenis bahan, tetapi ada pula
yang sangat terbatas dalam hal umpan yang ditanganinya. Pembagian pokok
pengering (dryer):
a. Pengering (dryer) dimana zat yang dikeringkan bersentuhan langsung
dengan gas panas (biasanya udara) disebut pengering adiabatic (adiabatic
dryer) atau pengering langsung (direct dryer).
b. Pengering (dryer) dimana kalor berpindah dari zat ke medium luar,
misalnya uap yang terkondensasi, biasanya melalui permukaan logam
yang bersentuhan disebut pengering non adiabatik (non adiabatik dryer)
atau pengering tak langsung (indirect dryer).
Proses pengeringan berdasarkan kondisi fisik yang digunakan untuk
memeberikan panas pada system dan memindahkan uap air dapat dibagi
menjadi tiga, yaitu:
a. Pengeringan kontak langsung
Menggunakan udara panas sebagai medium pengeringan pada tekanan
atmoserik. Pada proses ini, uap yang terbentuk terbawa oleh udara.
b. Pengeringan vakum
Menggunakan logam sebagai medium pengontak atau menggunakan efek
radiasi. Pada proses ini penguapan air berlangsung cepat pada tekanan
rendah.
c. Pengeringan beku
Pengeringan yang melibatkan proses sublimasi air dari suatu material
beku.
1.2.2 Kadar Air
Kadar air adalah sejumlah air yang terkandung di dalam suatu benda,
seperti tanah (yang disebut juga kelembaban tanah), bebatuan, bahan pertanian,
dan sebagainya. Kadar air digunakan secara luas dalam bidang ilmiah dan teknik
dan diekspresikan dalam rasio, dari 0 (kering total) hingga nilai jenuh air dimana
semua pori terisi air. Nilainya bisa secara volumetrik ataupun gravimetrik
(massa), basis basah maupun basis kering.
Kadar air bahan menunjukkan banyaknya kandungan air persatuan bobot
bahan. Dalam hal ini terdapat dua metode untuk menentukan kadar air bahan
tersebut yaitu berdasarkan bobot kering (dry basis) dan berdasarkan bobot basah
(wet basis).
Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan
sejumlah sample dalam oven pada suhu 105-110oC selama 3 jam atau hingga
didapat berat yang konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan adalah
banyaknya air yang diuapkan.
1.2.3 Laju Pengeringan
Beberapa bahan yang memiliki kadar air awal yang relatif tinggi,
pengurangan kadar air awal secara linear dapat dihitung berdasarkan fungsinya
berdasarkan waktu pada interval waktu tertentu, yang disebut dengan "periode
laju pengeringan konstan". Biasanya pada periode ini, kadar air permukaan di luar
partikel sedang berpindah dari bahan. Laju pengeringan pada periode ini
bergantung pada laju pindah panas dari bahan. Jika pengeringan dilanjutkan,
kemiringan kurva akan berubah menjadi lebih landai (laju pengeringan berkurang)
dan tidak menjadi linear, hingga akhirnya kurva menjadi datar. Kadar air produk
lalu berada pada kondisi konstan yang disebut dengan kadar air kesetimbangan.
Selama periode berkurangnya laju pengeringan, perpindahan air dari bagian dalam
ke permukaan bahan terjadi secara difusi molekular di mana bagian yang lebih
basah (bagian dalam) memindahkan air ke bagian yang lebih kering (bagian
permukaan). Bahan yang dikeringkan umumnya akan mengalami perubahan
bentuk dan ukuran yang signifikan, kecuali pada proses pengeringan beku. Kurva
pengaruh air yang menguap dan berpindah keudara melawan waktu perpindahan
kadar air yang menguap keudara dapat dilihat pada gambar 1 berikut.

Dimana tahapan-tahapan pada gambar 1 sebagai berikut:

1. Tahap A – B, tahap ini merupakan periode pemanasan (warming up period),


terjadi selama kondisi permukaan bahan menuju keseimbangan dengan udara
pengering. Pada periode ini tidak banyak terjadi perubahan kadar air dari bahan
yang akan dikeringkan.

2. Tahap B – C, tahap ini dikenal sebagai periode laju pengeringan tetap (constant
rate period). Selama periode ini permukaan bahan tetap jenuh dengan air karena
pergerakan air dalam bahan menuju permukaan seimbang dengan penguapan air
dari permukaan bahan.

3. Titik C adalah titik kadar air kritis (critical moisture content). Titik kadar air
terendah di mana laju pergerakan air bebas dari dalam bahan ke permukaan bahan
sama dengan laju penguapan air maksimum dari permukaan bahan.
4. Tahap C – E, tahap ini dikenal sebagai periode laju pengeringan menurun
(falling rate period), periode ini terdiri dari dua bagian yaitu periode laju
pengeringan menurun pertama (first falling rate period) dan periode laju
pengeringan menurun kedua (second falling rate period). Di dalam periode laju
pengeringan menurun terdapat dua proses yaitu pergerakan air dari dalam bahan
ke permukaan bahan dan penguapan air dari permukaan bahan.

Hubungan antara kandungan air (x) dan waktu (t) dapat dikembangkan
menjadi perhitungan kecepatan pengeringan (N). Perhitungan dilakukan dengan
menghitung garis singgung atau gradien pada periode waktu tertentu. Hubungan
antara kecepatan pengeringan dengan kadar air dapat digambarkan seperti pada
gambar 3.

Gambar 2. hubungan antara kecepatan pengeringan dan kandungan air

Gambar 2 menunjukan bahwa pada umumnya kecepatan pengeringan suatu bahan


terbagi dalam empat peroide, yaitu:
1. Initial adjustment, yaitu periode awal dimana kecepatan pengeringan naik
atau turun dengna cepat.
2. Constan rate, yaitu periode dimana panas yang keluar dari sekeliling
permukaan pengeringan sama dengan panas yang diserap bahan sehingga
kecepatan pengeringa tetap.
3. Unsaturated surface drying, yaitu periode dimana kecepatan pengeringan
turun secara linier.
4. Internal movement of moisture control, yaitu periode dimana kecepatan
pengeringan turun secara tajam atau tidak beraturan (Tryball,1981)

1.2.4 Kelembaban Udara

Kelembaban udara relatif (RH/ Relative Humidity), adalah rasio


antara tekanan uap air aktual pada temperatur tertentu dengan tekanan uap air
jenuh pada temperatur tersebut. Pengertian lain dari RH adalah perbandingan
antara jumlah uap air yang terkandung dalam udara pada suatu waktu tertentu
dengan jumlah uap air maksimal yang dapat ditampung oleh udara tersebut pada
tekanan dan temperatur yang sama. Alat yang digunakan untuk mengukur
kelembapan disebut dengan Higrometer.

Ketika kelembaban mencapai 100%, suhu titik embun selalu sama suhu
udara. Semakin besar perbedaan suhu udara dan suhu titik embun, semakin rendah
pula kelembaban udara. Prinsip kelembaban udara (RH) yaitu memanfaatkan
perbedaan suhu antara thermometer bola kering (suhu lingkungan) dan
thermometer bola basah. Untuk mengetahui nilai Rh dilakukan dengan
Perhitungan atau menggunakan table Rh.
1.2.5 Titik Embun (Dew Point)
Dew point (titik embun) adalah temperatur dimana tetesan cairan pertama
kali terbentuk dari dalam uap/gas yang didinginkan sesuai dengan tekanan yang
diberikan. Atau dapat dinyatakan sebagai suhu dimana uap/gas mulai mengembuh
sesuai dengan tekanan yang diberikan.
Suhu dimana uap air yang terkandung di udara menjadi saturasi disebut
sebagai suhu titik embun dari udara (dew point temperature). Suhu titik embun
udara atmosfer selalu suhu saturasi sesuai dengan tekanan parsial yang diterima
uap air. Jadi, bila tekanan saturasi parsial dari uap air diketahui. Sebaliknya bila
suhu titik embun udara diketahui, maka tekanan parsial uap airnya juga dapat
diketahui.

1.2.6 Temperatur Bola Basah (Wet Bulb Temperature)

Wet bulb temperature (temperatur bola basah), yaitu suhu bola basah.
Sesuai dengan namanya “wet bulb”, suhu ini diukur dengan menggunakan
termometer yang bulbnya (bagian bawah thermometer) dilapisi dengan kain yang
telah basah kemudian dialiri udara yang ingin diukur suhunya.Perpindahan kalor
terjadi dari udara ke kain basah tersebut. Kalor dari udara akan digunakan untuk
menguapkan air pada kain basah tersebut, setelah itu baru digunakan untuk
memuaikan cairan yang ada dalam termometer.

Untuk menjelaskan apa itu wet bulb temperature, dapat kita gambarkan
jika ada suatu kolam dengan panjang tak hingga diatasnya ditutup. Kemudian
udara dialirka melalui permukaan air. Dengan adanya perpindahan kalor dari
udara ke permukaan air maka terjadilah penguapan.Udara menjadi jenuh diujung
kolam air tersebut. Suhu disinilah yang dinamakan wet bulb temperature.Untuk
mengukur dua sifat (dry dan wet bulb temperature) ini sekaligus biasanya
menggunkan alat yang namanya sling, yaitu dua buah termometer yang disatukan
pada sebuah tempat yang kemudian tempat tersebut dapat diputar.Satu termometer
biasa dan yang lainnya termometer dengan bulb diselimuti kain basah.
1.2.7 Temperatur Bola Kering (Dry Ball Temperature)
Dry bulb temperature (temperatur bola kering),yaitu suhu yang
ditunjukkan dengan termometer bulb biasa dengan bulb dalam keadaan kering.
Satuan untuk suhu ini biasa dalam celcius, kelvin, dan fahrenheit. Seperti yang
diketahui bahwa termometer menggunakan prinsip pemuaian zat cair dalam
termometer. Jika kita ingin mengukur suhu udara dengan termometer biasa maka
terjadi perpindahan kalor dari udara ke bulb termometer. Karena mendapatkan
kalor maka zat cair (misalkan: air raksa) yang ada di dalam thermometer
mengalami pemuaian sehingga tinggi air raksa tersebut naik. Kenaikan ketinggian
cairan ini yang di konversika dengan satuan suhu (celcius, fahrenheit, dll)

1.2.8 Tray Dryer


Pengering rak (tray dryer) disebut juga pengering baki, pengering rak atau
pengering kabinet, dapat digunakan untuk mengeringkan padatan bergumpal atau
pasta, yang ditebarkan pada baki logam dengan ketebalan 10 - 100 mm. Tray
dryer digunakan untuk mengeringkan bahan-bahan yang tidak boleh diaduk
dengan cara termal, sehingga didapatkan hasil berupa zat padat yang kering.
Tray dryer sering digunakan untuk laju produksi kecil. Pengeringan jenis
baki atau wadah adalah dengan meletakkan material yang akan dikeringkan pada
baki yang langsung berhubungan dengan media pengering. Cara perpindahan
panas yang umum digunakan adalah konveksi dan perpindahan panas secara
konduksi juga dimungkinkan dengan memanaskan baki tersebut.
Rangka bak pengering terbuat dari besi, rangka bak pengering di bentuk
dan dilas, kemudian dibuat dinding untuk penyekat udara dari bahan plat seng
dengan tebal 0,3 mm. Dinding tersebut dilengketkan pada rangka bak pengering
dengan cara di revet serta dilakukan pematrian untuk menghindari kebocoran
udara panas. Kemudian plat seng dicat dengan warna hitam buram,agar dapat
menyerap panas dengan lebih cepat. Pada bak pengering dilengkapi dengan pintu
yang berguna untuk memasukan dan mengeluarkan produk yang dikeringkan. Di
pintu tersebut dibuat kaca yang mamungkinkan kita dapat mengetahui
temperature tiap rak, dengan cara melihat thermometer yang sengaja
digantungkan pada setiap rak pengering. Di bagian atas bak pengering dibuat
cerobong udara, bertujuan untuk memperlancar sirkulasi udara pada proses
pengeringan.

Gambar 3. Tray dryer tampak dari samping.

Prinsip kerja tray dryer adalah udara panas disirkulasikan pada kecepatan
7-15 ft/det diantara rak dengan bantuan kipas dan motor, mengalir melalui
pemanas. Sekat-sekat membagikan udara itu secara seragam diatas susunan rak.
Sebagian udara basah diventilasikan keluar melalui rak pembuang, sedangkan
udara segar masuk melalui pemasuk.
Pengering ini dapat beroperasi dalam vakum dan dengan pemanasan
tak langsung. Uap dari zat padat dikeluarkan dengan ejector atau pompa vakum.
Pengeringan dengan sirkulasi udara menyilang lapisan zat padat memerlukan
waktu sangat lama dan siklus pengeringan panjang yaitu 4-8 jam per tumpak.
Selain itu dapat juga digunakan sirkulasi tembus, tetapi tidak ekonomis karena
pemendekan siklus pengeringan tidak akan mengurangi biaya tenaga kerja yang
diperlukan untuk setiap tumpak.
Alat tersebut juga digunakan untuk mengeringkan hasil pertanian berupa
biji-bijian. Bahan diletakkan pada suatu bak yang dasarnya berlubang-lubang
untuk melewatkan udara panas. Bentuk bak yang digunakan ada yang persegi
panjang dan ada juga yang bulat. Bak yang bulat biasanya digunakan apabila alat
pengering menggunakan pengaduk, karena pengaduk berputar mengelilingi bak.
Kecepatan pengadukan berputar disesuaikan dengan bentuk bahan yang
dikeringkan, ketebalan bahan, serta suhu pengeringan. Biasanya putaran pengaduk
sangat lambat karena hanya berfungsi untuk menyeragamkan pengeringan.
Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengeringan bahan
(kadar air akhir), yaitu:
a. Struktur bahan beserta parameter pengeringan
b. Dimensi bahan yang akan dikeringkan
c. Suhu medium pemanas
d. Berbagai laju perpindahan pada permukaan
e. Kesetimbangan kadar air
Keuntungan dari alat pengering jenis itu sebagai berikut:
a. Laju pengeringan lebih cepat
b. Kemungkinan terjadinya Over Drying lebih kecil
c. Tekanan udara pengering yang rendah dapat melalui lapisan bahan yang
dikeringkan.

Gambar 4. Tray dryer

Alat pengering tipe rak (tray dryer) mempunyai bentuk persegi dan di
dalamnya berisi rak-rak yang digunakan sebagai tempat bahan yang akan
dikeringkan. Terdiri dari sebuah ruang dari logam lembaran yang berisi dua buah
truk yang mengandung rak-rak (H), setiap rak memiliki sebuah rak dangkal,
sekitar 30 in persegi dan tebal 2 - 6 in, yang penuh dengan bahan yang akan
dikeringkan. Udara panas disirkulasikan pada kecepatan 7 - 15 ft/det diantara rak
dengan bantuan kipas dan motor kemudian mengalir melalui pemanas. Sekat-
sekat membagikan udara itu secara seragamdiatas susunan rak. Sebagian udara
basah diventilasikan keluar melalui rak pembuang, sedangkan udara segar masuk
melalui pemasuk. Rak-Rak itu disusun diatas roda truk sehingga ada akhir siklus
pengeringan truk didapat ditarik keluar dari kamar dan dibawa ke stasiun
penumpahan rak. Pada umumnya rak tidak dapat dikeluarkan. Beberapa alat
pengering jenis itu rak-raknya mempunyai roda sehingga dapat dikeluarkan dari
alat pengering. Ikan-ikan diletakkan di atas rak yang terbuat dari logam dengan
alas yang berlubang-lubang. Kegunaan dari lubang tersebut untuk mengalirkan
udara panas dan uap air.
Ukuran rak yang digunakan bermacam-macam, ada yang luasnya 200
cm2 dan ada juga yang 400 cm2. Luas rak dan besar lubang-lubang rak tergantung
pada bahan yang akan dikeringkan. Selain alat pemanas udara, biasanya juga
digunakan kipas (fan) untuk mengatur sirkulasi udara dalam alat pengering. Kipas
yang digunakan mempunyai kapasitas aliran 7 - 15 feet per detik. Udara setelah
melewati kipas masuk ke dalam alat pemanas, pada alat tersebut udara dipanaskan
lebih dahulu kemudian dialirkan diantara rak-rak yang sudah berisi bahan. Arah
aliran udara panas di dalam alat pengering dapat dari atas ke bawah dan juga dari
bawah ke atas. Suhu yang digunakan serta waktu pengeringan ditentukan menurut
keadaan bahan. Biasanya suhu yang digunakan berkisar antara 80 - 180 0C. Tray
dryer dapat digunakan untuk operasi dengan keadaan vakum dan seringkali
digunakan untuk operasi dengan pemanasan tidak langsung. Uap air dikeluarkan
dari alat pengering dengan pompa vakum.
Tray Dryer dapat digunakan untuk mengeringkan segala macam bahan,
Pengering Rak ini digunakan untuk pengeringan bahan bernilai tinggi seperti zat-
zat warna dan bahan farmasi.
Alat pengering tipe bak terdiri atas beberapa komponen sebagai berikut :
a. Bak Pengering yang lantainya berlubang-lubang serta memisahkan bak
pengering dengan ruang tempat penyebaran udara panas (Plenum Chamber).
b. Kipas, digunakan untuk mendorong udara pengering dari sumbernya ke Plenum
Chamber dan melewati tumpukan bahan di atasnya.
c. Unit pemanas, digunakan untuk memanaskan udara pengering agar kelembapan
nisbi udara pengering menjadi turun sedangkan suhunya naik.
Jenis-jenis Tray Dryer
Pengering Rak (Tray Dryer ) terdiri dari dua jenis yaitu :
a. Parallel Flow Tray
Parallel Flow Tray atau disebut Compartment Dryer adalah terdiri dari
satu ruang atau Cabinet yang didalamnya tersusun atas Rak-rak yang digunakan
untuk tempat meletakkan bahan yang akan dikeringkan. Parallel Flow Tray ini
dilengkapi dengan Fan atau pemanas uap (Steam Heater). Bahan yang
dikeringkan berbentuk Sheet (lembaran) atau Cake hasil filtrasi yang diletakkakn
diatas Rak-rak yang dapat diambil dan dipasang kembali. Udara pengering
disirkulasikan dan mengalir Parallel atau sejajar dengan permukaan Rak. Tebal
pengisian bahan, Tray Spacing dan kecepatan media pengering harus dibuat
seragam pada tiap Tray. Tebal pengisian bahan pada tiap Tray antara 2 - 10 cm
dengan kecepatan gas 1 - 10 m/det. Makin tebal pengisian bahan pada Tray akan
menguarangi ongkos tenaga kerja tetapi kapasitas pengeringan secara keseluruhan
akan turun karena dengan bertambahnya tebal akan menyebabkan Critical
Moisture Content naik sehingga waktu pengeringan akan bertambah. Bahan Rak
terbuat dari logam akan membantu perpindahan panas melalui bagian bawah Rak.
Laju pengeringan total sekitar 0,2 - 2 kg air yang diuapkan tiap jam tiap m2
permukaan bahan. Effisiensi Thermal dari pengering ini adalah 20 - 50.
b. Through Circulation Tray.
Pada Through Circulation Tray hampir mirip dengan Parallel Flow Tray
tetapi pada Through Circulation Tray arah aliran media pengering tegak lurus
terhadap permukaan Tray. Pada Tray ini bentuknya berlubang atau merupakan
saringan yang dilengkapi dengan sekat (Baffle) sehingga gas dapat menembus
bahan. Pengering ini dapat digunakan untuk mengeringkan bahan makanan Filter
Cake. Laju pengeringan total dalam 1 – 10 kg air yang diuapkan tiap jam tiap m2
luas permukaan Tray. Effisiensi Thermal = 50.
1.2.9 Batu Bara
Batu bara adalah bahan tambang non logam yang sifatnya seperti arang
kayu, tetapi panas yang dihasilkan lebih besar. Batubara adalah fosil dari tumbuh-
tumbuhan yang mengalami perubahan kimia akibat tekanan dan suhu yang tinggi
dalam kurun waktu lama. Komposisi penyusun batu bara terdiri dari campuran
hidrokarbon dengan komponen utama karbon. Di samping itu juga mengandung
senyawa dari oksigen, nitrogen, dan belerang. Batu bara diklasifikasikan menurut
kadar kandungan karbon yang ada di dalamnya, yaitu berturut-turut makin besar
kadarnya lignite, bitumen, dan antrasit.
Pembentukan batu bara berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang sudah
menjadi fosil dan mengendap selama jutaan tahun. Secara umum, tahapan
pembentukan batu bara yaitu:

 Lapisan tumbuhan menyerap air dan tertekan, membentuk materi cokelat


berpori yang disebut gambut.
 Lapisan sedimen lain menumpuk di atas gambut, menguburnya makin
dalam.
 Tekanan dan panas tinggi mengubah gambut menjadi batu bara cokelat
(lignit).
 Panas dan tekanan yang lebih besar mengubah lignit menjadi batu bara
hitam yang halus (bitumen).
 Bitumen akhirnya menjadi batu bara yang lebih keras dan berkilau
(antrasit).
Daftar Pustaka
Geankoplis, C.J. 1993. Transport Process and Unit Operationb 3rd edition.
Prentice-Hall Inc. USA.
Mc Cabe, W.L., Smith, J.C, and Harriot, P. 1993. Unit Operation of Chemical
Engineering 5th edition. Mc Graw-Hill. USA.

Anda mungkin juga menyukai