Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

PENINGKATAN KEDISIPLINAN PADA PM “M”

Disusun oleh

NUR KHALIMAH

P.17420713012

RAMA

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PRODI D IV KEPERAWATAN MAGELANG

2016
BAB I

A. Latar Belakang
Menurut Soetjiningsih (1994) dikutip Muttaqin (2008) tuna grahita atau retardasi
mental adalah suatu kondisi yang ditandai oleh inteligensi yang rendah yang
menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap
tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal.

Tuna grahita adalah anak dimana perkembangan mental tidak berlangsung secara
normal,sehingga sebagai akibatnya terdapat ketidakmampuan dalam bidang
intelektual,kemauan,rasa,penyesuaian sosial dan sebagainya
(A.Salim Choiri dan Ravik Karsidi 1999 :47 )

Batasan tuna grahita adalah keterbatasan substansial dalam memfungsikan diri.


Keterbatasan ini ditandai dengan terbatasnya kemampuan fungsi kecerdasan yang
terletak dibawah rata-rata (IQ 70 atau kurang) dan ditandai dengan terbatasnya
kemampuan tingkah laku adaptif minimal di 2 area atau lebih. (tingkah laku adaptif
berupa kemampuan komunikasi, merawat diri, menyesuaikan dalam kehidupan rumah,
ketrampilan sosial, pemanfaatan sarana umum, mengarahkan diri sendiri, area
kesehatan dan keamanan, fungsi akademik, pengisisan waktu luang,dan kerja) Disebut
Tuna Grahita bila manifestasinya terjadi pada usia dibawah 18 tahun (Wibowo, 2009).

BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Disiplin berasal dari bahasa latin Discere yang berarti belajar,dari kata ini timbul kata
Disciplina yang berarti pengajaran atau pelatihan. Dan sekarang kata disiplin
mengalami perkembangan makna dalam beberapa pengertian.
Pertama, disiplin diartikan sebagai kepatuhan terhadap peratuaran atau tunduk pada
pengawasan, dan pengendalian. Kedua, disiplin sebagai latihan yang bertujuan
mengembangkan diri agar dapat berperilaku tertib.
Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya
termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang menjadi tanggung jawabnya.
Dengan disiplin, seseorang itu diharapkan bersedia untuk tunduk dan mengikuti
peraturan tertentu dan menjauhi larangan tertentu baik disekolah, dirumah dan
dimasyarakat. Kedisiplinan tidak bertujuan untuk mengurangi kebebasan dan
kemerdekaan seseorang, tetapi ingin memberikan kemerdekaan yang lebih besar
kepadanya dalam batas-batas kemampuannya. Akan tetapi, jika kebebasan itu
terlampau dikurangi, dikekang dengan peraturan yang sangat ketat maka seseorang itu
akan memberontak dan mengalami frustasi serta melanggar HAM.
B. Klasifikasi
1. Disiplin rumah
Pada dasarnya, penanaman disiplin yang dilakukan oleh orang tua dirumah
bertujuan untuk mengatur perilaku anak agar menjadi anak yang baik. Namun
kenyataannya, sering kali disiplin diterapkan secara kaku tanpa melihat kebutuhan
perkembangan anak. Dengan pengertian lain, dalam menanamkan disiplin, sering
kali dipakai ukuran-ukuran orang dewasa. Terkadang disiplin diterapkan secara
tidak konsisten, misalnya anak dihukum karena melakukan perbuatan yang salah,
namun pada kesempatan lain si anak dibiarkan saja walaupun melakukan perbuatan
yang sama. Anak memerlukan gambaran yang jelas tentang tingkah laku yang
diperbolehkan dan yang dilarang,menjalankan disiplin harus dengan suasana
tenang. Penyampaian atau penjelasan arti disiplin harus dilakukan dengan lemah
lembut dan akrab. Hal tersebut akan menolong si anak untuk menyadari
kesalahannya dan mendorong dia memperbaikinya

2. Disiplin sekolah
Kedisiplinan siswa dapat dilihat dari ketaatan (kepatuhan) siswa terhadap aturan
(tata tertib) yang berkaitan dengan jam belajar di sekolah, yang meliputi jam masuk
sekolah dan keluar sekolah, kepatuhan siswa dalam berpakaian, kepatuhan siswa
dalam mengikuti kegiatan sekolah, dan lain sebagainya. Semua aktifitas siswa yang
dilihat kepatuhannya adalah berkaitan dengan aktifitas pendidikan di sekolah, yang
juga dikaitkan dengan kehidupan di lingkungan luar sekolah. Dalam pelaksanaan
disiplin, harus berdasarkan dari dalam diri siswa. Karena tanpa sikap kesadaran
dari diri sendiri, maka apapun usaha yang dilakukan oleh orang di sekitarnya hanya
akan sia-sia. Kedisiplinan mesti diterapkan secara tegas, adil dan konsisten.
3. Disiplin masyarakat
Disiplin dimasyarakat memang harus dilaksanakan,karena dimasyarakatlah
mulainya proses interaksi antara seseorang dengan orang lain. Jika kita tidak
disiplin dirumah maka kita juga akan tidak disiplin dimasyarakat. Disinilah orang
akan menilai perilaku kita. Dengan mengikuti segala aturan yang ada didalam
masyarakat berarti kita sudah disiplin dimasyarakat. Mampu untuk hidup disiplin
dimasyarakat berarti kita bisa mengendalikan diri untuk tidak berbuat sesuka hati.
C. Faktor yang mempengaruhi disiplin
1. Pendidikan
Sekolah yang kurang menerapkan disiplin, maka siswa biasanya kurang bertanggung
jawab karena siswa menganggap tidak melaksanakan tugas pun di sekolah tidak
dikenakan sanksi, tidak dimarahi guru.
2. Teman bergaul
Anak yang bergaul dengan anak yang kurang baik perilakunya akan berpengaruh
terhadap anak yang diajaknya berintraksi sehari hari
3. Lingkungan
Anak yang tinggal di lingkungan hidupnya kurang baik, maka anak akan cendrung
bersikap dan berperilaku kurang baik pula.
4. Sikap orang tua
Anak yang dimanjakan oleh orang tuanya akan cendrung kurang bertanggung jawab
dan takut menghadapi tantangan dan kesulitan kesulitan, begutu pula seballiknya
anak yang sikap orang tuanya otoriter, maka anak akan menjadi penakut dan tidak
berani mengambil keputusan dalam bertindak.
5. Keluarga yang tidak harmonis
Anak yang tumbuh dikeluarga yang kurang harmonis ( home broken ) biasanya akan
selalu mengganggu teman dan sikapnya kurang disiplin.
D. Tindakan untuk mengatasi tidak disiplin
1. Pendekatan Religius
Anak di dekatkan pada aturan-aturan agama dan kegiatan-kegiatan yang bersifat
agamis seperti kegiatan pengajian, kelompok remaja masjid dsb. Orang tua selalu
mengingatkan pada pm untuk melaksanakan kewajibannya seperti sholat lima
waktu
2. Teguran secara lisan
Teguran secara lisan terbatas dalam hal mengingatkan untuk kesalahan yang kecil
dan baru pertama kali dilakukan. Sebagai suatu tindakan koreksi, biasanya teguran
dilakukan secara pribadi dengan cara yang bersahabat dengan tetap memperhatikan
situasi dan kondisi lingkungan.
3. Peringatan
Peringatan diberikan kepada seseorang yang telah beberapa kali melakukan
pelanggaran dan telah diberikan teguran pula atas pelanggarannya. Dalam
memberikan peringatan ini biasanya disertai dengan ancaman akan sangsinya,
bilamana terjadi pelanggaran lagi.
4. Hukuman
Hukuman ialah tindakan yang paling akhir diambil apabila teguran dan peringatan
belum mampu untuk mencegah seseorang itu bertindak disiplin.
E. Hasil yang diharapkan
1. Anak dapat lebih displin dalam menjalankan tugas / kewajibannya
2. Anak bisa menghargai waktu
3. Anak tidak berperilaku seenaknya sendiri

Kesimpulan
An.”M”sebenarnya adalah anak yang berprestasi dan bagus dalam gerakan
motoriknya hanya saja An”M”ketika mempunyai suatu tugas/kegiatan susah diatur
dan kurang disiplin(seenaknya sendiri).

DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, A. (2008). Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Wibowo, S.M. (2009). Penanganan Anak Tuna Grahita. Dari


http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/10/penanganan_tuna_grahita.pdf
Diambil pada tanggal 19
mei 2016.

https://id.wikipedia.org/wiki/Disiplin diakses pada tanggal 19 mei 2016


Edy Prasetiyo, SST
NIP. 196707221992031006

Anda mungkin juga menyukai