Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan di indonesia terlalu sempit menilai dan mengartikan tentang apa itu
Kecerdasan. Individu atau peserta didik dianggap memiliki satu kecerdasan yang mereka
ukur dengan Logika-Matematika,padahal pengukuran kecerdasan manusia dapat dilakukan
denga tes IQ yang bisa menghasilkan hasil yang sesuai dengan kebenaran.
Lembaga pendidikan di indonesia masih mempraktekkan metode lama, yaitu
pembelajaran berorientas kepada keinginan kurikulum dan guru, serta prestasi akademik
adalah menjadi tolak ukur proses pembelajaran di satuan pendidikan. Dari proses itulah maka
output lembaga pendidikan akan bersifat kurang berinisiatif, menunggu intruksi, nervus, tidak
responsibilty, not convident dan tidak memiliki rasa sosial terhadap lingkungannya, nah hal
itu adalah dampak dari proses pembelajaran yang hanya terpaku kepada guru dan kurikulum
tidak melihat dari aspek kecerdasan yang dimiliki oleh setiap peserta didik.
Dewas ini telah muncul sebuah kajian teori tentang kecerdasan majmuk ( Multiple
Intelligency), menurutnya teori kecerdasan majmuk bahwa perbedaan individu adalah penting. 1
Dari hal itu menunjukkan bahwa setiap manusia memilki kecerdasan atau pikiran yang berbeda
tidak sama antara setiap individu sekalipun mereka mampu di Logika-Matemika.
Dalam Al-qur’an disebutkan surat Al-Tiin ayat 4:

َ ‫سانَ فِي أَ ْح‬


‫س ِن تَ ْق ِويم‬ ِ ْ ‫لَقَ ْد َخلَ ْقنَا‬
َ ‫اْل ْن‬
“ sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”
Dari ayat diatas menunjukkan Allah menciptakan manusia dengan sesemputna mungkin
sudah melengkapi kesempurnaan terhadap manusia, baik dengan kecerdasannya dan potensi
yang bisa dikembangkannya serta diaplikasikannya melalui proses pendidikan agar apa yang
dikembangkan menjadi optimal.
Sehingga PAI memeliki tujuan pembelajaran yaitu menjadi muslim yang bertqwa
kepadaAllah SWT dan mampu mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya.2

1
Julia Jasmine, mengajar Berbasis Multiple Intelligency, (Bandung: Penerbit Nuansa, 2007), hlm,13
2
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Kalam Mulia, 2005), hlm. 22.

1
Dari hal tersebut diharapkan selain memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi juga
mampu berintraksi, sosialisasi dengan lingkungannya, sehingga pengembangan dalam dirinya
bisa tersalurkan terhadap masyarakat lingkungannya.
Dalam hal ini teori humanistik beranggapan belajar adalah proses dalam diri manusia yang
diikuti oleh seluruh aspek. Artinya pendekatan ini menekankan tentang bagaiamana menjaga
perasaan atau emosional, komonikasi dan nilai prilaku yang dimiliki oleh peserta didik. 3
Oleh karena itu kajian makalah ini tertuju kepada kajian teori multiple intelligent dan
teori humanistik dalam pengengembangan metodelogi pembelajran Pendidikan Agama Islam.
Dengan latar belakang seperti yang kami tulis diatas timbullah beberapa rumusan masalah
yang kami angkat menjadi topik permasalahan.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Teori Multiple Intelligency
1. Definisi Teori Multiple Intelligency
2. Tokoh Teori Multiple Intelligency
3. Implikasi Pembelajaran Multiple Intelligency dalam PAI
b. Teori Humanistik
1. Arti Teori Humanistik
2. Tokoh Teori Humanistik
3. Penerapan Pembelajaran Teori Humanistik dalam PAI
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui hasil dari penerapan teori Multiple Intelligency pada
pembelajaran PAI
2. Agar mengetahui hasil dari penerapan teori Humanistik pada Pembelajran PAI

3
Baharuddin & Eza, Pendiidikan Humanistik,....hlm, 11

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. TEORI MULTIPLE INTELLIGENCY
1. Pengertian Multiple Intelligency
Dalam istilah kecerdasan (Intelligency) yang populer adalah kemampuan mental yang
umum untuk belajar dan menerapkan pengetahuan dalam lingkungannya. Dan kemampuan
untuk berfikir secara abstrak. Pengertian tentang kecerdasan yaitu bisa beradaptasi dengan
masyarakat sekitar (lingkungan) menilai dan mengevaluasi serta dapat memahami ide-ide,
pikiran yang broduktif dan kemampuan belajar cepat. 4
Konsep atau teori Kecerdasan majmuk (Multiple Intelligency) diawali oleh karyanya
Howard Gardner dengan judul Frames of Mind 1983). Dalam buku penilitiannya Howard
berasumsi bahwa dalam diri manusia memiliki kecerdasan yang majmuk dalam artian
Horward menolak anggapan kognisi manusia merupakan satu dalam diri dan memiliki satu
kecerdasan.5
Intelligency/kecerdasan adalah kemampuan dalam memecahkan problem atau
menciptakan kebutuhan atau teori di dalam latar budaya tertentu. Sesorang dapat
dikategorikan memiliki kecerdasan yang tinggi ketika indivu tersebut mampu memecahkan
masalahnya serta memiliki kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang bemanfaat dan
bagi dirinya dan kepada khalayak umum atau ligkungannya.
2. Tokoh Teori Multiple Intelligency
Teori Multiple Intelligency ini dicetuskan oleh pakar psikologi universitas harvard,
beliau bernama Howad Eard Gardner lahir tanggal 11 Juli 1943 di Scranton, Pennsilvania.
Ia adalah co-director pada project Zero, sebuah kelompok penelitian (riset) di Havard
School Graduate School of Education.6
Teori Multiple Intelligency ini di inspirasi oleh bukunya jean piaget dengan judul
Psiokologi perkemabngan, neuropsikologi dari Norman Geschwind dan belajar
psikolinguistik dari Roger Brown. Selama menyelesaikan gelar kesarjanaanya. Howard
Gardner mendapatkan gelar sarjana muda pada tahun 1965 di universitas Harvard dengan
bidang perhubungan sosial. tesisnya berjudul the Retirement Community in America.

4
Zainal Arif, Teori Pembelajaran Bahasa (Suatu Singkatan Singkat), (Yogjakarta: Penerbit Garudhawaca,
2015), hlm, 257
5
Julia Jasmine, mengajar Berbasis Multiple Intelligency, (Bandung: Penerbit Nuansa, 2007), hlm,14
6
Ladidlaus Naisaban, Para Psikolog Terkemuka Dunia:Riwayat Hidup, Pokok Pikiran, dan Karya ( Jakarta:
Grasindo, 2004),hlm, 158-159

3
Filsafat dan sosiologi beliau tempuh pada tahun 1965-1966 di school of Economic
London. Pada tahun 1971 beliau mendapatkan gelar PhD dari Harvard Universty dengan
dalam bidang sosial dan psikologi.7
3. Penerapan Teori Multiple Intelligency dalam pembelajaran PAI
Secara umum Multiple Intelligency atau kecerdasan ganda yang terdapat dalam
individu dapat berkembang dengan melatih dan melakukan prinsip-prinsip teori Multiple
Intelligency. Beberapa prinsip menjadi pedoman untuk pengembangan Multiple
Intelligency yang dilimiliki oleh peserta didik. dalam hal ini Haggery mengunggakpkan ada
beberap prinsip untuk membantu mengembangkan kecerdasan majmuk diantaranya adalah:
- Pendidikan wajib memerhatikan seluruh kemampuan intelektual siswa. dalam proses
pembelajaran, seorang guru harus melihat dari banyak jenis kemampuan yang dimiliki
oleh peserta didik, pendidik jangan hanya melihat kepada satu kecerdasan/kemampuan
saja, jika hanya melihat satu kemampuan saja maka hal tersebut tidak akan mampu
memberikan kemampuan kepada peserta didik dalam menyelesaikan problem yang
meyeluruh.
- Pendidikan harus terpisah (invididu). Setiap karekteristik pada diri siswa seharusnya
mendaptkan perhatian yang sangat besar dari seorang pendidik. jangan hanya mengacu
kepada materi, melainkan setaip guru memberikan stimulus untuk mengembangkan
kemampuan siswa.
- Pendidikan seharusnya menjadi motivasi peserta didik untuk memilih dan menjalankan
tujuan dan program belajar. Memberikan siswa sebuah kebebasan untuk memilih cara
belajar sesuai bakat yang dimiliki oleh setiap individu adalah proses pembelajaran yang
baik.
- Lembaga pendidikan (sekolah) memfasilitasi terhadap peserta didik agar inteligensi
gandanya dapat dikembangkan, misalnya, peralatan olah raga, seni dan musik, dll.
- Penilaian atau evaluasi pembelajaran harus lebih mengarah kontekstual dan bukan
hanya ter-tulis. Dikarenakan hal itu menilai dan menekankan penampilan pelajar dalam
belajar.
- Tidak dibatasinya proses pembelajaran. Artinya proses pembalajaran tidak hanya di
dalam ruangan saja melainkan proses pembelajaran bisa dilakukan di luar ruangan atai

7
https://id.wikipedia.org/wiki/Howard_Gardner

4
bahkan bisa langsung berkomonikasi dengan lingkungan, semisal juga penambahan
kegiatan ekstra. 8
Pada dasarnya, semua orang memiliki banyak kecerdasan/ kecerdasan ganda, namun
tidak semua berkembang dan ditingkatkan pada level yang sama diantara individual
mengakibatkan tidak bisa digunakan secara maksimal. Sebab pada umumnya kecerdasan
yang dimiliki setiap manusia akan muncul hanya satu saja, akan tetapi untuk
mengembangkan yang lain tergantung bagaimana kita lingkungan, lembaga pendidikan dan
proses pembelajaran mengaktifkannya.
Gardner merancang dasar-dasar “tes” untuk memberi dasar terhadap teori yang
dikemukakannya tentang kecerdasan majmuk. Menurutnya ada bebeapa hal yang perlu di
pikirkan sebagai intelligency, yang tidak disebut sebagai talent diiataranya adalah:
1. Manusia memiliki kecerdasan majmuk
2. Setiap orang bisa mengembangkan kecerdasannya dengan baik.
3. Intelligency melakukan proses dengan sesuatu yang unik
4. Untuk mengembangkan pikirannya (cerdas) kita bisa melakukan berbagai cara.9
Motivasi didalam kelas akan menjadi pengalaman yang menyenangkan dan tak
terlupakan untuk proses pengembangan ketahap selanjutnya. Sedangkan pengalaman yang
membuatnya takut, males, menyebabkan marah, memalukan dan pengalaman negatif maka
hal itu akan mengakibatkan penghambatan terhadap perkebambangan kecerdasan dalam
setiap peserta didik.
Seorang pendidik jika ingin mengetahui bagaimana arah perkembangan kecerdasan
anak didik dapat diketahui dengan indikator-indikator tertentu. misalnya, seorang peserta
didik disuruh menulis kegiatan apa yang dilakukan ketika waktunya luang, seorang guru
juga bisa menilai dengan mencatat dari cara siswa berlingkungan, maupun dalam proses
pembelajaran.
The devolepment of Intelligency juga bisa dikerjakan dengan teknik pemberian
bimbingan (konseling) sebaya/tutor sebaya. metodenya, pendidik memilih diantara siswa
yang memiliki keunggulan disetiap mata pelajaran. Misalnya siswa yang unggul pelajaran
Al-qura’an hadis membimbing temennya yang kurang paham dalam pelajaran tersebut dan
seterusnya. Dalam teknik ini dapat terjadi dari berbagai aspek dalam diri anak untuk
berkembang. berkelompok seperti itu akan berpotensi untuk mengembangakan kecerdasan

8
Baharuddin & Eza Nur Wahyuni, Teori Belajar & Pembelajaran,(Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA GROUP,
2007), hlm, 145
9
Muhammad Thobroni & Arif Mustafa, Belajar & Pembelajaran Pengembangan Wacana Dan Praktik
Pembelajaran Dalam Pembengunan Nasional, (jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2011), hlm, 246

5
interpersonal dan kecerdasan intrapersonal. Dalam hal ini pendidik diharuskan untuk
menentukan anak yang memiliki kecerdasan unggul dan membentuk kelompok sesuai
dengan kebutuhan.
Menurut Garner setiap sesorang memiliki banyak Kecerdasan, menurutnya ada
delapan kecerdasan yang dimiliki setiap individu:
1. Kecerdasasn Bahasa ( Verbal-Linguistik-Intelligency) yaitu kemampuan untuk
bercakap dan memahami bahasa orang lain serta memaknainya dengan komplek,
semisal: Penulis, Ahli Bahasa, Sastrawan dan Jurnalis.
2. Kecerdasan Matematis ( Logical-Matematice Intelligency) yaitu kemampuan
dalam menghitung,mengualitatif, mengukur, dan hipotesis yang dimiliki oleh
setiap manusia. Misalnya : Para Ilmuwan, Ahli Matematika, Akuntan, Insinyur
dan Pemrograman Komputer.
3. Kecerdasan Ruang ( Visual-Spital Intelligency) yaitu kemampuan dalam ruang
3dimensi, biasanya sesorang yang memiliki kecerdasan ini akan mamu
menangkap bayangan ruangan internal dan eksternah untuk menentukan arah
dirirnya ataupun benda yang dikendalikannya, dan kecerdasan ini biasanya
dimiliki oleh Pilot, Nahkoda, Astronot, pelukis, dan Arsitek.
4. Kecerdasan Kinestetik/Gerak Fisik ( Kinesthetic Intelligency) yaitu kecakapan
melakukan gerakan fisik semisal menari dan berolahraga, biasanya kecerdasan
ini dimiliki oleh, Penari, Olah ragawan, Perajin Profesional
5. Kecerdasan Musik ( Musical Intelligency ) yaitu seseorang yang memiliki ability
dan peka terhadap bunyi-bunyian musik , sensitif terhadap melodi, gitar, piano
dan alat musik lainnya, dan biasanya kecerdasan ini dimilki oleh Penyanyi,
Pembuat Instrumen, Komposer dan lain-lain.
6. Kecerdasan social reletionship (Interpersonal Intelligency) yaitu kemampuan
memahami dan merespon serta berintraksi dengan lingkungan sekitarnya,
semisal, Pendidik, Konselator, Aktor, dan Politikus.
7. Kecerdasan Keruhanian ( IntraPersonal Intelligency ) yaitu mampu untuk
memahami kehidupan emosionalny, membedakan emosi orang-orang,seperti:
Psikolog, Psikiater, Filsuf da Ruhaniawan.
8. Kecerdasan Alami yaitu kepekaan untuk mengetahui, memperlainkan,
melingkapkan dan mengkategorikan temuan-temunaya di lingkungan.

6
Intelligency ini secara umum agar bisa mengenali tanaman, hewan, dan segala
ciptaan Allah dimuka Bumi ini.10
Jadi pendapat Gardner diatas adalah setiap manusia sebenarnya sudah memiliki
banyak kecerdasan akan tetapi kecerdasan itu semua ada tingkatan level yang mengungguli.
Selain itu untuk memiliki kemampuan kecerdasan diatas maka seorang guru harus benar-
benar paham terhadap siswanya sehingga seorang guru memberikan stimulus terhadap
peserta didik untuk mampu mengesplorasikan keunikan yang dimilikinya.
B. TEORI HUMANISTIK
Konsep teori belajar Humanistik adalah sebuah proses memanusiakan manusi, yaitu
setiap individu mampu mengaktualisasikan dirinya terhadap lingkungannya, artinya mampu
menggali kemampuannya dan diaplikasikannya terhadap masyarakat lingkungan sekitar.
Dalam teori ini peserta didik diharapkan mampu menganalisi apa yang dimiliki sebab dalam
teori humanistik adalah memusatkan terhadap kebebasan individu dalam hal ini adalah
peserta didik,
Menurut Teori Humanistik proses belajar dikatakan sukses apabila peserta didik
mampu memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.11 Teori ini menekankan terhadap
peserta didik untuk mengasah dan memahami sendiri dari lingkungan belajarny maupun
dari aspek lainnya. Artinya teori humanistik memfokuskan dan mengarah kepada peserta
didik bukan kepada seorang pendidik yang hanya sebagai fasilitator.
Menurut abraham dalam tulisannya yang berjudul some educational Implications of
the Humanistic psychologies, bahwa yang terpenting dari melihat manusia adalah dari
potensinya.12 Humanistik berorientasi kepada problem bagaimana setiap pribadi affacted
and guidded by them yang menghubungkan dengan pengalamannya.
Bagi para penganut teori Humanistik, proses belajar harus bermuara pada sesorang.
Sedangkan pendidik harus membantu peserta didik untuk mengembangkan potensinya
dengan rangsangan dan stimulus sehingga membantu siswa mempermudah
mengembangkan dirinya sendiri.

10
Muhammad Thobroni & Arif Mustafa, Belajar & Pembelajaran....hlm, 235
11
Amos Neolaka & Grace Amelia, Landasan Pendidikan Dasar Pengenalan Diri Sendiri Menuju Perbahan
Hidup, (Depok: Kencana, 2017) hlm, 163
12
http://ocw.metu.edu.tr/pluginfile.php/9045/mod_resource/content/1/fulltext.pdf

7
1. Tokoh-Tokoh teori Humanistik
1. ABRAHAM MASLOW
Abraham Maslow adalah toko psikologi humanistik, karya beliau dibidang
pemenuhan kebutuhan sangat berpengaruh dalam mengupayakan memberikan motivasi
terhadap manusia.
Teori Maslow memberikan asumsi bahwa diri manusia terdapat dua hal yaitu:
1. Usaha untuk berkembang
2. Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Maslow menjelaskan setiap prilaku manusia mengupayakan untuk memenuhi
kebutuhan hirarkis. Pada diri seseorang mempunyai rasa, seperti rasa takut untuk
berkembang, takut mengambil kesempatan, akan tetapi disisi lain seseorang juga memiliki
rasa keinginan untuk maju dan berkembang ke arah keutuhan, keunikan diri, kearah
berfungsi kemampuan, kearah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu
juga seseorang dapat menerima diri sendiri (self).13
2. ARTHUR COMBS
Artuhur Combs adalah Ilmuan yang banyak mencurahkan tentang pendidikan.
Konsep dasar yang sering digunakan Arthur adalah arti atau makna (Meaning).
Menurut Arthur dalam teorinya, belajar terjadi bila mempunyai arti bagi
individunya.14
Dalam hal ini guru harus memahami perilaku siswa dengan mencoba memahami
dunia persepsi siswa, sehingga apabila ingin mengubah perilakunya, guru harus berusaha
mengubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Dengan demikian dalam hal yang
paling penting adalah bagaimana membawa siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya
dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.
Maka akan keliru jika seorang pengajar beranggapan, peserta didik akan mudah
belajar jika pelajarannya ditumpuk dengan teratur dan disampaikan dengan baik. Karena
arti atau maknanya tidak melekat pada bahann ajar tersebut kedalam dirinya. Probelmnya
dalam proses pembelajaran adalah bukan bagaiaman bahan ajar disampaikan melainkan
bagaiman help to murid mengambil makna didalam kandungan pembelajaran tersebut lalu
diaplikasikannya dalam kehiduan sehari-harinya.

13
Muhammad Thobrani & Arif Mustafa, Belajar & Pembelajaran...hlm, 166
14
Muhammad Thobrani & Arif Mustafa, Belajar & Pembelajarn....hlm, 165

8
3. CARL RANSON ROGERS
Carls Ranson Rogers (08 januari 1902), Rogers adalah seorang Psikologi. Dalam
bukunya yang berjudul Counseling And Psychotherapy Rogers membedakan dua tipe
belajar yaitu:
1. Kognitif (kebermaknaan)
2. Experiental (pengalaman atau signifkansi).
Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah guru perlu
memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, sehingga Rogers membagikan prinsip
Humanistik pembelajaran dalam beberapa bagian diantaranya adalah:
1. Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami
2. Belajar yang signifikansi adalah ketika materi pelajaran dirasakan oleh siswa
mempunyai relevansi dalam kehidupan sehari-harinya
3. Belajar yang bermakna ketika materi pelajaran dapat diperoleh oleh siswa dan
diterapkannya.
4. Belajar akan lancar apabila pesrta didik diikutsertakan dalam pembelajaran dan
bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran.
5. Belajar inisiataif, yaitu siswa berperan aktif didalamya, artinya siswa melibatkan
dirinya seutuhnya didalam kelas, baik perasaan maupun pikirannya. 15
2. Implikasi Teori Humanistik Dalam Pembelajaran Pai
Teori Humanisme dalam Islam sebenarnya sudah terumuskan dalam Al-Quran Surat
Al-Baqarah ayat 30-32 yaitu tentang konsep khalifatullah fil ard (manusia sebagai utusan
tuhan), sempurna dalam berfikir, bertindak dan lain sebagainya.16 Dalam ayat tersebut ada
tiga keterangan yang dapat dipetik. (1). Manusia adalah pilihan tuhan. (2). Keberadaan
manusia dengan segala kelebihannya (khalifatullah Filard).(3). Sesorang merupakan
individu yang menanggung segala resiko dari perbuatannya dengan bebas.
Jika dihubungkan konsep diatas dengan sistem pengajaran dilembaga pendidikan
maka ada beberapa hal aplikasi teori humanistik diantaranya adalah :
1. Open Education ( pendidkan Terbuka ) yaitu proses pendidikan yang
memberikan kebebasan dan kesempatan untuk beraktifitas dengan sekeliling kelas baik
dengan sesama temannya. Dalam artian mereka memilih aktifitas belajar sendiri dengan
teman-temannya. Dalam proses ini mensyaratkan adanya pusat-pusat belajar atau pusat

15
Calvib dkk, Psikologi Kepribadian 3 Teori-Teori sifat dan Behavioristik, (Yogjyakarta: Kanisius, 1993), hlm.
397
16
http://id.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarticle&article=356610

9
kegiatan kelas yang memungkinkan siswa mengekspor pengetahuannya dari bidang
pelajaran. Topik-topik, keterampilan, atau minat tertentu.
2. Independent Learning ( Pembelajaran Mandiri) yaitu proses pembelajaran
yang menuntut murid menjadi subyek planing, mengatur, dan controlling aktifitasnya secara
responsible. Motede ini sepenuhnya bergantung kepada peserta didik untuk memutuskan
apa yang akan dijalaninya selama belajar.17
3. The Accelerated ( pembelajaran Cepat) adalah proses pembelajaran yang di
percepat. Dalam teori ini seorang guru dianjurkan menggunakan pendekatan simontik,
auditory, visual, dan intellectual. Simontik dimaksudkan learning by moving and doing
(belajar dengan bergerak dan berbuat), auditory sebagai learning by talking and hearing (
belajar dengan berbicara dan mendengarkan), visual sebagai learning by observing picturing
(belajar dengan mengamati dan menggambar) dan intellectual yaitu learning by problem
solving and reflecting ( belajar dengan memecahkan masalah dan refleksi).
4. Quantum Learning ( pembelajaran quantum) merupakan cara pengubahan
intraksi. Hubungan dan inspirasiyang ada di lingkungan sekitar. implikasinya, quantum
learning ini menggabungkan sugetolodi teknik pemercepatan belajar dan neurelinguistik
dengan teori keyakinan tertentu. Menurut teori bahwa jika seorang siswa mampu
menggunakan potensi nalar dan emosinya secara maksimal maka seorang siswa akan
menghasilkan loncatan prestasi yang gemilang dan tidak bisa diduga sebelumnya. 18
Dalam buku Belajar & Pembelajaran yang ditulis oleh Muhammad Thobroni dan
arif Mustafa bahwa dalam Implikdasi teori Belajar Humanistik adalah guru sebagai
fasilitator terhadap peserta didik, dan mereka menjelaskan ada beberapa cara dan langkah
untuk mempermudah proses belajar dan berbagai kualitas menjadi fasilitator.19
1. Guru sebagai Fasilitator yaitu memberi perhatian kepada penciptaan suasana belajar
yang nyaman dan kondusif, serta help to get dan memperjelas tujuan perorngan di
dalam ruangan kelas dan juga tujuan kelompok yang bersifat umum.
2. Pendidik mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang bisa
membantu siswa untuk mencapai tujuan belajar.
3. Guru menjadi sumber yang fleksibel bagi siswa sehingga bisa dimanfaatkan oleh
mereka.

17
Rumini S. dkk, Psikologi Pendidikan (Yogjakarta: UIN SUKA, 2000)
18
https://www.scribd.com/document/339730555/Teori-Belajar-Humanistik-Dan-Penerapannya-Dalam-
Pembelajaran
19
Muhammad Thobroni & Arif Mustafa, Belajar & Pembelajaran, hlm, 179

10
4. Didalam berperan sebagai fasilitator, pimpinan harus mencoba mengenali dan
menerima keterbatasn dirinya.
Teori humanistik menik bertkan kepada bagaimana memberikan pengaruh dan stimulus
kepada tiap individu dipengaruhi dan dibimbing untuk mengarah kepada pengalaman
mereka sendiri.
Menurut para ahli humanistik, seorang pendidik hendaknya melihat kebutuhan tinggir
dari peserta didik lalu merencanakan pendidikan dan kurikulum untuk memenuhi kebutuhan
para peserta didik.
Krischenboum menyatakan “what is humanistic Education”, , sekolah, kelas dan
lingkungannya dapat dikatakan humanistik dalam pendidikan.20
Menghargai pendapat orang lain, perasaan, dan sebagainya membuat timbulnya
penerimaan akan satu dengan yang lainnya dan itu semua adalah impilikasi humanistik.

20
http://www.jstor.org/stable/24008792Humanistic education, Secular humanism, Academic learning,
Democracy, Private education, Children, Parents

11
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Orang berfikri menggunakan pikiran, cepat dan terpecahkan sebuah probel tergantung
kepada kemampuan pikiran atau kecerdasannya itulah yang disebut dengan Intelleggency.
Begitulah dalam diri yang dimiliki manusia selain juga sebagai makhluk yang bebas dan
mandiri (Humanistik) memiliki kemajmukan dalam kecerdasannya dan ini yang
membedakan dengan makhluk lain ciptaan Allah SWT.
Dalam diri seseorang ada beberapa kecerdasan menurut Gardner, yaitu, (a).
kecerdasan bahasa, (b). Kecerdasan Matematis, (c). Kecerdasan Ruang, (d). Kecerdasan
Kinestik dan kecerdasan musik. Itu semua kata Gardner adalah kecerdasan yang dimilki
oleh setiap manusia, untuk menampakkan dan menunjukkan kecerdasan itu semua
tergantung bagaiamana seseorang mengembangkannya dan memanfaatkannya.
Begitu pula dengan teori Humanistik yang mendorong setiap orang atau peserta didik
untuk memajukan kualitasnya melalui penghargaan nilai potensi positif yang ada pada
setiap insan.
Pendidikan adalah institusi sosial yang mengahasilkan dan mencetak manusia melalui
proses tertentu menuju kearah tujuan yang diinginkan. Manusia adalah kesatuan antara
jiwa dan raga. Didasari bahwa untuk mengembangkan potensial manusia serta sosialisasi
dan nilai-nilai, keterampilan dan sebagaianya maka pendidikan adalah jembatan untuk
menuju tujuan tersebut. Maka penyelenggara praktik pendidikan yang menjunjung nilai-
nilai kemanusian (Humanistik) adalah salah satu jawaban dari problem yang dihadapi
masyarakat tentang nilai dan karakter.

12
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Amos Neolaka & Grace Amelia, 2017, Landasan Pendidikan Dasar Pengenalan Diri
Sendiri Menuju Perbahan Hidup, (Depok: Kencana)
Arif Mustafa &Muhammad Thobroni, 2011, Belajar & Pembelajaran Pengembangan
Wacana Dan Praktik Pembelajaran Dalam Pembengunan Nasional, (jogjakarta: AR-RUZZ
MEDIA)
Baharuddin & Eza Nur Wahyuni, 2007, Teori Belajar & Pembelajaran,(Jogjakarta: AR-
RUZZ MEDIA GROUP)
Calvib dkk, 1993, Psikologi Kepribadian 3 Teori-Teori sifat dan Behavioristik,
(Yogjyakarta: Kanisius)
Jasmine Julia,2007, Mengajar Berbasis Multiple Intelligency, (Bandung: Penerbit Nuansa)
Ramayulis,2005, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Kalam Mulia)
Ladidlaus Naisaban, 2004, Para Psikolog Terkemuka Dunia: Riwayat Hidup, Pokok Pikiran,
Dan Karya, (Jakarta: Grasindo)
Sri Esti Wuryani Djiwandono, 2002, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Graindo)
Rumini S. dkk, 2000, Psikologi Pendidikan (Yogjakarta: UIN SUKA FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN )
Zainal Arif, 2015, Teori Pembelajaran Bahasa (Suatu Singkatan Singkat), (Yogjakarta:
Penerbit Garudhawaca)

JURNAL
http://id.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarticle&article=356610
http://ocw.metu.edu.tr/pluginfile.php/9045/mod_resource/content/1/fulltext.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Howard_Gardner
http://www.jstor.org/stable/24008792Humanistic education, Secular humanism, Academic learning,
Democracy, Private education, Children, Parents
https://www.scribd.com/document/339730555/Teori-Belajar-Humanistik-Dan-Penerapannya-Dalam-
Pembelajaran

13

Anda mungkin juga menyukai