Anda di halaman 1dari 22

1

Diskusi Jumat

PSYCHOSOCIAL-INFLUENCE HEALTH

Oleh:

Bella Yanita 1618012087


Delvi Rusitaini Putri 1618012015
Rahma Amtiria 1618012004
Ulima Mazaya Ghaisani 1618012078

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT pada akhirnya penulis dapat


menyelesaikan makalah diskusi jumat dengan judul “Psychosocial Influence
Health” dalam rangka menyelesaikan tugas kepaniteraan klinik Ilmu Kedokteran
Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini tim penulis mengucapkan banyak terima kasih


kepada para para pembimbing baik dari pihak fakultas maupun luar fakultas yang
telah memberikan bantuan, saran, serta kerjasama sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna


sehingga setiap kritik dan saran untuk pengembangan makalah ini sangat
diharapkan demi kesempurnaan laporan hasil studi kasus ini dan sebagai bekal
penulis di masa yang akan datang. Akhir kata penulis juga berharap kiranya
makalah dan diskusi jumat ini dapat berguna dan bermanfaat bagi mahasiswa,
dan semua pihak yang membutuhkannya.

Bandar Lampung, Februari 2018

Tim Penulis
3

BAB I
PENDAHULUAN

Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan menerapkan


system terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha untuk
mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan
oleh setiap individu untuk dapat menyesuaikan diri dari lingkungannya, keadaan
ini disebut dengan sehat. Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila gagal
dalam mempertahankan keseimbangan diri dan lingkungannya. Sebagai makhluk
sosial, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka harus membina
hubnungan interpersonal positif. (Mirzal Tawi, 2008).

Kesehatan menurut WHO adalah suatu keadaan sejahteraan meliputi fisik,


mental, dan sosial, tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Secara analogi
kesehatan jiwa pun mengandung berbagai karakteristik positif yang
menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan
kedewasaan dari kepribadian individu. Ini berarti kebutuhan akan adanya quality
of life yang lebih tinggi dari sebelumnya makin terasa untuk masa sekarang dan
akan datang Seorang individu dikatakan sakit apabila gagal dalam
mempertahankan keseimbangan diri dan lingkungannya. Kondisi ini sangat
rentan terhadap stres, anxietas, konflik , ketergantungan terhadap
N A P Z A (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya) dan
p e r i l a k u seksual yang menyimpang, yang dapat digolongkan sebagai
masalah psikososial (WHO, 2010).

Faktor-faktor psikososial dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan


faktor eksternal. Faktor internal meliputi genetik, hormon dan kesehatan mental.
Sedangkan faktor eksternal meliputi keluarga dan lingkungan. Faktor-faktor
tersebut memiliki hubungan yang cukup erat dengan kesehatan fisik. Beberapa
penelitian mengatakan bahwa faktor psikososial menjadi penyebab penting dari
4

ketidaksetaraan kesehatan. Faktor psikososial juga dapat menjadi penyebab yang


dapat mempengaruhi kesehatan fisik melalui mekanisme psikologis. Terdapat
penelitian observasional yang juga membuktikan bahwa terdapat hubungan antara
faktor psikososial dan kesehatan fisik (Maclead and Smith, 2013).
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Psikososial


Psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik yang
bersifat psikologik maupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik. masala
h kejiwaan dan kemasyarakatan yang mempunyai pengaruh timbal balik, sebagai
akibat terjadinya perubahan sosial dan atau gejolak sosial dalam masyarakat yang
dapat menimbulkan gangguan jiwa (Depkes, 2011).

Definisi yang dapat menggambarkan psikososial juga adalah suatu kondisi


yang terjadi pada individu yang mencakup aspek psikis dan sosial atau sebaliknya
secara terintegrasi. Psikososial berasal dari gabungan dua kata, psiko dan sosial.
Kata “psiko” mengacu pada aspek psikologis dari individu (pikiran, perasaan, dan
perilaku), sedangkan “sosial” mengacu pada hubungan eksternal individu dengan
orang-orang di lingkungannya. Berdasarkan asal katanya, psikososial menunjuk
pada hubungan yang dinamis antara faktor psikis dan sosial, yang saling
berinteraksi dan memengaruhi satu sama lain. (Gerungan WA, 2004).

Dengan demikian dampak psikososial adalah suatu perubahan psikis dan


sosial yang terjadi setelah adanya bencana atau peristiwa traumatik. Masalah
psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu baik yang bersifat
psikis ataupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik dan dianggap
berpotensi cukup besar sebagai faktor penyebab terjadinya gangguan jiwa (atau
gangguan kesehatan) secara nyata, atau sebaliknya masalah kesehatan jiwa yang
berdampak pada lingkungan sosial. (Gerungan WA, 2004)
6

2.2. Aspek Psikososial


2.2.1 Aspek Internal
a. Genetik
Keberadaan atau ketiadaan gen tertentu tidak secara otomatis
mengakibatkan perilaku tertentu, tetapi gen lebih memberi predisposisi untuk
merespon lingkungan dengan cara tertentu dan bahkan mencari jenis
lingkungan tertentu pula. Namun hingga saat ini belum diketahui secara pasti
sejauh mana gen mengendalikan tingkah laku.

Gen adalah unit informasi pembawa sifat yang ada dalam kromosom.
Penurunan sifat pada manusia kebanyakan lebih bersifat poligenik, yaitu satu
sifat merupakan produk dari interaksi beberapa gen. Genetika perilaku
mempelajari pengaruh hereditas terhadap perilaku.Para peneliti genetika
perilaku telah menemukan bukti-bukti yang meningkat bahwa hingga taraf
tertentu, kemampuan kognitif, sifat kepribadian, orientasi seksual dan
gangguan kejiwaan dipengaruhi oleh faktor genetik. Pengaruh genetik bersifat
heredo-konstitusional yang artinya bahwa bentuk untuk konstitusi seseorang
ditentukan oleh faktor keturunan. Faktor genetik akan berpengaruh pada
kecepatan pertumbuhan, kematangan tulang, gizi, alat seksual, dan saraf
(Taylor, 2010).

Menurut penelitian yag telah dilakukan mengenai sifat kepribadian,


terdapat hasil konsisten yang menunjukkan bahwa kepribadian tertentu dan
sifat sosial banyak dipengaruhi oleh komponen genetik, misalnya sifat
intorvert dan ekstrovert-secara umum heritabilitas (besarnya penurunan sifat)
kepribadian lebih rendah daripada inteligensi (Taylor, 2010).

b. Hormonal
Sejak masa pranatal yakni saat janin berumur 4 bulan hormon dapat
berpengaruh terhadap aspek psikososial. Pada saat itu, terjadi pertumbuhan
yang cepat dan kelenjar pituitary dan tiroid mulai bekerja. Hormon yang
7

berpengaruh terutama adalah hormon pertumbuhan somatotropin yang


dikeluarkan oleh kelenjar pituitary (Taylor, 2010).

2.2.2 Aspek Eksternal


a. Keluarga
Keluarga adalah salah satu mata rantai kehidupan yang paling esensial
dalam sejarah perjalanan hidup manusia. Lingkungan yang terdekat yang
paling awal dan yang terlama dialami seseorang adalah lingkungan keluarga.
Keluarga sebagai pranata sosial pertama dan utama, mempunyai arti paling
strategis dalam mengisi dan membekali nilai-nilai kehidupan yang dibutuhkan
oleh anak yang sedang mencari makna kehidupannya. Dengan kata lain,
pranata keluarga adalah titik awal keberangkatan, sekaligus sebagai modal
awal perjalanan hidup anak yang kemudian dilengkapi dengan rambu-rambu
perjalanan yang digariskan pranata sosial lainnya di lingkungan pergaulan
sehari-hari. Keluarga yang hubungan antar anggotanya tidak harmonis, penuh
konflik dapat memicu timbulnya berbagai masalah kesehatan mental bagi
anak (Baihaqi, 2005).

Pengalaman-pengalaman yang dilalui anak ketika kecil, termasuk


perilaku orang tua dan sikap mereka terhadap anak mempunyai pengaruh yang
besar dalam kehidupan anak nantinya. Karena kepribadian terbentuk dari
pengalaman sejak kecil, terutama pada tahun- tahun pertama kehidupan anak.
Pengalaman itu termasuk pendidikan, perlakuan orang tua, sikap orang tua
terhadap anak atau sikap orang tua satu sama lain (ayah dan ibu).Pengalaman-
pengalaman pada tahun-tahun pertama itulah yang menentukan kesehatan
mental seseorang, bahagia atau tidaknya di kemudian hari (Baihaqi, 2005).

Kondisi keluarga yang tidak baik (yaitu sikap orang tua) juga dapat
menyebabkan perubahan psikososial individu, misalnya :
a. Komunikasi antara orang tua dan anak yang tidak baik (communication
gap).
8

b. Kedua orangtua jarang di rumah dan tidak ada waktu untuk bersama
dengan anak-anak.
c. Hubungan kedua orang tua yang dingin, atau penuh ketegangan, atau acuh
tak acuh.
d. Orang tua dalam pendidikan anak kurang sabar, pemarah, keras dan
otoriter
e. Kedua orang tua berpisah (separate) atau bercerai (divorce).
f. Salah satu orang tua menderita gangguan jiwa/kepribadian (Taylor, 2010).

b. Lingkungan
Dalam kehidupan sehari-hari, kontak sosial paling sering individu
tersebut lakukan dengan lingkungan yang paling dekat dengannya dan yang
paling sering ia temui, yaitu lingkungan tempat dirinya bergaul dengan
individu lain terutama yang sebaya dengan dirinya dengan alasan, memiliki
tujuan dan latar belakang yang serupa. Individu pada umumnya banyak
menghabiskan waktunya untuk melakukan kontak sosial dengan orang lain
dalam hal ini bertujuan untuk mencapai kepuasannya dalam berinteraksi
dengan lingkungan sekitarnya. Contohnya, setiap hari seseorang akan
melakukan aktivitas-aktivitas umum seperti sekolah dan bekerja yang
membuatnya berada pada suatu lingkungan tertentu dan berakhir pada
aktivitasnya bergaul dengan individu-individu dalam lingkungan tersebut,
dalam hal ini teman sekolah dan rekan kerja. Rasa tercekam dan tidak merasa
aman ini amat mengganggu ketenangan dan ketentraman hidup, sehingga
tidak jarang orang jatuh kedalam depresi dan kecemasan Kondisi lingkungan
yang buruk besar pengaruhnya bagi kesehatan seseorang, misalnya soal
perumahan, pindah tempat tinggal, penggusuran, hidup dalam lingkungan
yang rawan (kriminalitas) dan lain sebagainya. (Feldman, 2003).

2.3. Pengaruh Psikososial terhadap Kesehatan


Salah satu dari aspek psikososial yang dapat mempengaruhi kesehatan
individu adalah faktor dukungan keluarga. Dukungan keluarga merupakan bentuk
pemberian dukungan terhadap anggota keluarga lain yang mengalami
9

permasalahan. Faktor psikososial dapat menjadi penyebab yang dapat


mempengaruhi kesehatan fisik melalui mekanisme psikologis. Terdapat penelitian
observasional yang membuktikan bahwa terdapat hubungan antara faktor
psikososial dan kesehatan fisik (Maclead and Smith, 2013). Dukungan keluarga
menurut Sarafino (2006), adalah sebagai suatu proses hubungan antara keluarga
dengan lingkungan sosial. Sedangkan keluarga juga dapat diartikan suatu keadaan
yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat
dipercaya, sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang lain yang
memperhatikan, menghargai dan mencintainya. Dari uraian tersebut diatas maka
dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga adalah suatu keadaan atau proses
hubungan antara keluarga yang memberi manfaat kepada orang lain. Jenis
dukungan keluarga ada enam, yaitu:
a. Dukungan penilaian (apprasial), yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah
umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai
sumber dan validator identitas keluarga.
b. Dukungan emosional, yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan
damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap
emosi.
c. Dukungan finansial, stress finansial biasanya mempengaruhi sistem keluarga
dan mengakibatkan hancumya keluarga. Tagihan - tagihan medis
mengharuskan ibu bekerja Jana ayah melakukan pekerjaan sambilan, sehingga
liburan dan aktivitas-aktivitas waktu Luang hilang, ketegangan perkawinan
memuncak sehingga mengancam hubungan keluarga. Perceraian, pisah, anak-
anak yang berandal, masalah-masalah psikosomatis, penyalahgunaan
obatobatan merupakan gejala dari efek-efek kacau balau jangka panjang yang
ditimbulkan oleh stres finansial.
d. Dukungan Instrumental, yaitu keluarga merupakan sumber pertolongan praktis
dan konkrit.
e. Dukungan spiritual, sesungguhnya kepercayan terhadap Tuhan dan berdoa
diidentifikasikan oleh keluarga sebagai paling penting bagi keluarga untuk
mengatasi suatu 4 stressor yang berkaitan dengan kesehatan atau sebagai suatu
10

metode dan sangat penting dan sangat sering digunakan, karena agama
sebagai cara paling penting untuk menanagani kanker (Sarafino, 2006).
f. Dukungan informasional, yaitu keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor
dan diseminator (penyebar informasi).

Terdapat tiga tipe mekanisme dukungan, yaitu:


a. Dukungan emosional, jika stress mengurangi perasaan seseorang akan hal
yang dimiliki dan dicintai, dukungan emosional dapat menggantikanya atau.
menguatkan perasaan-perasaan ini. Stress yang tidak terkontrol dapat
berakibat pada hilangnya harga diri. Jika hat ini terjadi, jaringan pendukung
memainkan peran yang berarti dalam meningkatkan pendapat yang rendah
terhadap diri sendiri. Kejadian-kejadian yang berakibat seseorang merasakan
hilang perasaan memilki dapat diperbaiki dengan bentuk dukungan yang
mengembangkan hubungan personal yang relatif.
b. Dukungan pengharapan, kelompok. dukungan dapat mempengaruhi persepsi
individu akan ancaman dukungan sosial menyangga orang-orang untuk
melawan stress dengan membantu mereka mendefinisikan kembali situasi
tersebut sebagai ancaman kecil, bagaimanapun dukungan sosial hanya
membantu jika stressor tersebut dapat diterima, pasien kanker umumnya tidak
ingin mendiskusikan penyakitnya karena cacat yang didapat pada kondisi
tersebut dan tidak mencari bantuan dari pasien kanker lain agar terhindar dari
ucapan umum bahwa mereka mengalami kanker.
c. Dukungan nyata, mekispun sebenamya setiap orang dengan sumber-sumber
yang tercukupi dalam bentuk uang atau perhatian, dukungan nyata merupakan
paling etktif bila dihargai oleh penerima dengan tepat. Pemberian dukungan
nyata yang berakibat pada perasaan ketidakadekuatan dan berhutang akan
benar-benar menambah stress individu.

Ada 4 jenis dukungan keluarga yaitu dukungan informasional dengan


memberikan penjelasan tentang penyakit individu tersebut dari cara pengobatan,
Kedua ada dukungan penilaian dengan memberikan support dalam menjalani
pengobatan atas penyakit tersebut, memperhatikan untuk selalu mengingatkan
11

dalam minum obat serta mengikut sertakan setiap ada acara keluarga, yang ketiga
ada dukungan instrumental diwujudkan berupa mengantarkan saat kontrol serta
menyediakan alat makan, alat mandi dan menyediakan sarana prasarana
kebutuhan individu. Terakhir ada dukungan emosional diwujudkan dengan
mendengarkan keluh kesah yang dirasakan individu dalam menjalani pengobatan
secara emosional untuk mencapai kesejahteraan anggota keluarga dan memenuhi
kebutuhan psikososial. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang mengatakan bahwa
individu menafsirkan setiap orang lain melakukan sesuatu hal terhadap dirinya
berupa informasi maupun nasehat secara verbal atau nonverbal, memberikan
sarana prasarana, perhatian emosional yang akan membuat individu merasa
diperhatikan (Safarino, 2006).

Aspek psikososial lainnya yang juga dapat mempengaruhi kesehatan


individu adalah dukungan sosial. Definisi dukungan sosial yaitu mengacu pada
kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang diberikan orang lain,
atau kelompok terhada individu. Sementara dukungan sosial didefinisikan sebagai
peran yang dimainkan oleh teman-teman dan relasi dalam memberikan nasihat,
bantuan, dan beberapa antaranya untuk menceritakan perasaan pribadi (Lahey,
2007).

Namun, terdapat pula dukungan keluarga yang tergolong kurang baik,


contohnya individu menganggap bahwa keluarga tidak memberikan saran atau
anjuran pengobatan dari pelayanan kesehatan, keluarga tidak meminta pendapat
individu terdahulu dalam rencana pengobatan, keluarga menegur individu saat ada
keperluan saja, dan keluarga tidak menanyakan keluhan yang individu rasakan.
Sehingga, untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan individu yang sakit
sangatlah membutuhkan peran keluarga dalam kesembuhan yang berupa
memberikan sarana prasanan, menyediakan dana pengobatan, meluangkan waktu
untuk mendampingi berobat dan saat dirumah maupun bergaul dilingkungan
sekitarnya. Faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga diantaranya
menerapkan fungsi keluarga yaitu sejauh mana keluarga mempengaruhi anggota
12

keluarga lain saat mengalami masalah kesehatan serta membantu dalam


memenuhi kebutuhan (Maclead and Smith, 2013).

Salah satu aspek psikososial yang memiliki peranan penting adalah


dukungan keluarga. Laura et al telah melakukan systematic review pada sebanyak
36 studi yang melingkupi 19 intervesi. Terdapat bukti yang kuat mengenai
besarnya pengaruh intervensi psikososial pada keluarga yang memiliki orang tua
menderita kanker baik intervensi yang bersifat family interventions, parent-
centred interventions, atau children-centred intervention (Inhestern et al, 2016).

Contohnya pada penyakit kardiovaskular, promosi kesehatan merupakan


bagian terpenting, dimana tujuan dari promosi kesehatan dapat dicapai dengan
manajemen penyakit yang baik seperti mencegah atau menunda kemunculan
penyakit kronik, atau mengurangi perburukan penyakit atau mengurangi
munculnya komplikasi. Promosi kesehatan ditujukan baik pada individu,
keluarga, maupun lingkungan. Dimana lingkungan itu sendiri dapat memengaruhi
perilaku seorang individu. Pengaruh lingkungan sosial dalam kesehatan dapat
dilihat dari tempat individu tersebut hidup dan bekerja, seperti merokok,
penggunaan alkohol, diet yang tidak sehat (Masic, 2013).

2.4 Peran Puskesmas Pada Upaya Pencegahan Akibat Masalah Psikososial


Peran Puskesmas dalam upaya pencegahan dan penanggulangan
permasalahan psikososial yang ada di masyarakat adalah dengan meningkatkan
pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan perilaku (practice) petugas
puskesmas terhadap setiap permasalahan psikososial yang timbul. Peningkatan
pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dalam pencegahan dan
penanggulangan permasyalahan psikososiaal tersebut, ditinjau berdasarkan
masing-masing masalah psikososial yang ada, adalah sebagai berikut : Penjelasan
Peran Puskesmas dalam Pengetahuan, Sikap dan Perilaku yang perlu diketahui
oleh Petugas Kesehatan di Puskesmas diuraikan dibawah ini : Mampu mengenal
kasusnya kasusnya yaitu : orang dengan tubuh yang kotor sekali , rambut seperti
sapu ijuk, pakaian compang – camping. Membawa bungkusan yang berisikan
13

macam-macam barang bertingkah laku aneh seperti tertawa sendiri bergumam


serta sukar diajak berkomunikasi.
14

BAB III
TELAAH KRITIS PENELITIAN

Pengaruh Stressor Psikososial, Depresi, dan Demensia terhadap Insomnia


pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia II Jakarta

Latar belakang:

Depresi, demensia, dan insomnia adalah masalah klinis dan kesehatan umum yang
sering dijumpai pada lanjut usia (lansia) yang dapat menimbulkan penderitaan
bermakna, mengeksaserbasi morbiditas dan disabilitas. Gangguan tersebut
dipengaruhi oleh faktor biologis dan stressor psikososial. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh stressor psikososial, depresi, dan
demensia terhadap kejadian insomnia pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Mulia II Jakarta.

Bahan dan Metode Penelitian:

Penelitian cross-sectional pada 103 lansia secara random sampling di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulia II, Jakarta, bulan Juli-Desember 2014. Pengumpulan
data dengan wawancara dan kuesioner demografi, penyakit fisik kronis, stressor
psikososial, Geriatric Depression Scale 15 (GDS 15), Mini Mental State
Examination (MMSE), dan Insomnia Severity Index (ISI). Analisis dengan
analisis univariat dan multavariat Stepwise Logistic Regression.

Hasil Penelitian:

Sejumlah 103 lansia dengan rerata usia 70,8 tahun dan sebanyak 52,4%-nya
perempuan. Sebagian besar (57,3%) dengan penyakit fisik kronis seperti
hipertensi, diabetes melitus, artitis rematoid, dengan stressor psikososial tinggi
(43,7%), depresi (45,6), demensia (83,5%), dan insomnia (42,7%). Pada analisis
15

regresi logistik multivariat, faktor signifikan yang berperan terhadap insomnia


pada lansia adalah depresi, penyakit fisik kronis, dan stressor psikososial
(p<0.05); paling dominan adalah depresi (p= 0,000; OR 16,18).

Kesimpulan Penelitian:

Depresi memiliki penyaruh paling bermakna terhadap terjadinya insomnia pada


lansia.

Telaah Jurnal VIA

 Validity
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode penelitian cross-
sectional pada 103 lansia secara random sampling, yang dilakukan pada bulan
Juli-Desember 2014 di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia II berusia ≥ 60
tahun, laki-laki dan perempuan, bersedia menjadi responden, dan menandatangani
informed consent. Kritera eksklusi adalah mengalami gangguan mental berat
seperti psikotik dan retardasi mental. Pengumpulan data dengan wawancara
responden dan isian kuesioner:
1) Kuesioner demografi terdiri dari umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
dan status pernikahan.
2) Kuesioner penyakit fisik kronis untuk menilai ada atau tidaknya penyakit fisik
kronis, seperti hipertensi, diabetes melitus, artritis reumatoid, dan lainnya,
selama lebih dari enam bulan sebelumnya.
3) Kuesioner stressor psikososial digunakan untuk menilai stressor psikososial
selama tiga bulan sebeumnya, terdiri dari sepuluh items dan telah divalidasi
oleh peneiti sendiri dengan nilai Cronbach’s apha adalah 0,836. Stressor
psikososial dikategorikan menjadi stressor psikososial rendah (skor ≤4) dan
stressor psikososial tinggi (skor ≥5).
4) Kuesioner Geriatric Depression Scale 15 (GDS 15) untuk menilai ada
tidaknya depresi. Instrumen ini menilai perasaan yang dialami subjek
penelitian selama dua minggu terakhir, terdiri dari 15 pertanyaan, skor 0-4
(tidak depresi), skor 5-9 (depresi ringan), skor ≥10 (depresi berat).
16

5) Kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) sebagai skrining


gangguan fungsi kognitif dengan menilai lima komponen kognitif, yaitu
orientasi, registrasi, atensi dan kalkulasi, mengenal kembali, serta bahasa.
Total skor adalah 30. Fungsi kognitif dikategorikan menjadi fungsi kognitif
normal (skor 27-30) dan terganggu, yaitu fungsi kognitif ringan (skor 21-26),
sedang (skor 11-20), dan berat (skor 0-10).
6) Kuesioner Insomnia Severity Index (ISI) untuk melihat ada atau tidaknya
gangguan tidur selama sebulan sebelumnya. Gangguan tidur dikategorikan
menjadi tidak ada insomnia (skor 0-7) dan ada insomnia, yaitu insomnia
ringan (skor 8-14), insomnia sedang (skor 15-21), dan insomnia berat (skor
22-28).
Analisis penelitian adalah analisis univariat dan mutivariat Stepwise Logistic
Regression. Oleh karena itu, untuk validitas dalam pengolahan data pada jurnal ini
cukup terpercaya.

 Importance
Hal ini menjadi sangat penting, dikarenakan dengan mengetahui faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap insomnia pada lanjut usia dapat dijadikan
rencana intervensi pada pusat layanan primer yang pada akhirnya dapat mengubah
perilaku penderita lansia yang insomnia. Pada penelitian dalam jurnal ini, peneliti
mengatakan bahwa faktor signifikan yang berperan terhadap insomnia pada lansia
adalah depresi.
Faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah stressor psikososial,
penyakit fisik kronis, dan depresi, selain itu peneliti juga membandingkan faktor-
faktor lainnya, seperti usia, tingkat pendidikan, jenis kelamin, status perkawinan,
jumah anak, agama, dan suku. Sehingga tujuan yang baik dalam penelitian ini
dapat tercapai, yaitu terjabarkannya faktor-faktor yang mempengaruhi insomnia
pada lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia II Jakarta.

 Applicability
Pada jurnal ini mengandung berbagai macam unsur penting yang dapat
digunakan untuk membantu memberikan informasi tambahan terbaru mengenai
17

masalah-masalah psikososial pada lansia dengan insomnia sehingga dapat


meningktakan kualitas dan mutu mini project posyandu lansia pada LKTP
(Layanan Kesehatan Tingkat Primer) yang tidak lain adalah puskesmas. Selain itu,
dapat pula memberikan arahan kepada petugas puskesmas dalam menghadapi
lansia dengan insomnia, bahwa bukan hanya mempromosikan/ menjelaskan
mengenai prilaku hidup yang sehat,namun juga mengedukasikan pada keluarga
lansia tentang pentingnya merangkul lansia dengan cara tidak merubah pola
keluarga besar ke pola keluarga kecil yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak.
18

BAB IV
PEMBAHASAN

Puskesmas Satelit terletak di Jl. Jendral Sudirman No. 64, Pahoman,


Kedamaian, Kota Bandar Lampung, wilayah kerja Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD) Unit Pelayanan Teknis (UPT) Puskesma Rawat Inap Satelit seluas 853
Ha dan mempunyai 7 Kelurahan di Kecamatan Kedamaian yaitu:
1. Kelurahan Tanjung Gading
2. Kelurahan Tanjung Raya
3. Kelurahan Kedamaian
4. Kelurahan Bumi Kedamaian
5. Kelurahan Tanjung Baru
6. Kelurahan Kali Balau Kencana
7. Kelurahan Tanjung Agung Raya

Batas wilayah kerja BLUD UPT Puskesmas Rawat Inap Satelit:


1. Sebelah Utara: berbatas dengan Kecamatan Way Halim dan Sukarame
2. Sebelah Selatan: berbatas dengan Kecamatan Bumi Waras dan Enggal
3. Sebelah Barat: berbatas dengan Kecamatan Tanjung Karang Timur
4. Sebelah Timur: berbatas dengan Kecamatan Sukabumi
Secara topografi merupakan dataran rendah dan berbukit.

Berdasarkan teori dan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti


sebelumnya, menunjukkan bahwa faktor psikososial memiliki pengaruh terhadap
kesehatan dan kehidupan terutama untuk golongan lanjut usia. Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 67 Tahun 2015 pada pasal 2 menyebutkan bahwa pengaturan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan lanjut usia di Puskesmas bertujuan untuk:
a.) Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan tenaga kesehatan di Puskesmas
dan sumber daya manusia lainnya dalam melaksanakan pelayanan kesehatan
Lanjut Usia; b.) Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan tenaga kesehatan
19

dalam merujuk pasien Lanjut Usia yang membutuhkan penanganan lebih lanjut di
fasilitas pelayanan kesehatan tingkat lanjutan; c.) Meningkatkan pemberdayaan
masyarakat melalui pengembangan Upaya Kesehatan Bersumber Daya
Masyarakat (UKBM) bagi kesehatan Lanjut Usia; dan d.) Menyelenggarakan
pelayanan kesehatan Lanjut Usia secara terkoordinasi dengan lintas program,
organisasi kemasyarakatan, dan dunia usaha dengan asas kemitraan.

Pelayanan kesehatan bagi lanjut usia meliputi pengkajian paripurna lanjut


usia, pelayanan kesehatan bagi lanju usia sehat, dan pelayanan kesehatan bagi
pasien geriatri. Untuk mencapai lanjut usia yang sehat, mandiri dan aktif dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan lanjut usia di Puskesmas, perlu dilakukan
koordinasi lintas program dan lintas sektor meliputi kesehatan jiwa, keperawatan
kesehatan masyarakat, kesehatan gigi dan mulut, kesehatan inteligensia, gizi,
kesehatan tradisional dan komplementer, kesehatan olah raga, dan promosi
kesehatan.

Puskesmas Satelit pada tahun 2016 memiliki target cakupan lansia


sebanyak 1071 dengan program posyandu yang bertujuan untuk mengurangi
masalah kesehatan yang ada pada pasien lansia. Dari 1071 lansia, 899 (83,94%)
telah berhasil dicapai. Pada program posyandu telah dilakukan pemeriksaan
kesehatan jasmani setiap bulannya, hanya saja untuk lintas sektor terutama lintas
sektor bagian kejiwaan untuk mengatasi masalah psikososial belum terlaksana.
Makalah ini diharapkan dapat dijadikan jembatan untuk diadakannya lintas
program kesehatan jiwa pada lansia untuk saling memberikan dukungan, berbagi
pengetahuan akan pentingnya keadaan dan dukungan keluarga, dan interaksi
dengan lingkungan. Sehingga dengan memperhatikan setiap aspek tersebut, kita
harapkan dapat terwujudnya kesehatan, kehidupan, dan tercapainya segala
rencana terapi dan menyingkirkan paradigma bahwa penyakit hanya dapat
disembuhkan dengan menggunakan obat-obatan.
20

BAB V
KESIMPULAN

1. Psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik yang


bersifat psikologik maupun sosial yang mempunyai hubungan timbal-balik,
masalah kejiwaan dan kemasyarakatan, sebagai akibat terjadinya perubahan
sosial dan atau gejolak sosial dalam masyarakat.
2. Faktor-faktor psikososial dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.
3. Faktor internal terdiri dari genetik dan hormonal, sedangkan faktor eksternal
terdiri dari keluarga dan lingkungan.
4. Pengaruh psikososial berperan penting terhadap kesehatan individu.
21

DAFTAR PUSTAKA

Baihaqi, MIF., Sunardi, Akhlan, R. N. R., Heryati, E. 2005. Psikiatri (Konsep


Dasar dan Gangguan-gangguan). PT. Refika Aditama. Bandung

Feldman, S., Geisler C., and Silberling, L. 2003. Moving targets: displacement,
improverishment, and development. ISSJ. 55(175): 7-13.

Hawari, Dadang. 2006. Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : Gaya Baru.

Inhestern L, Haller A-C, Wlodarczyk O, Bergelt C. 2016. Psychosocial


Interventions for Families with Parental Cancer and Barriers and Facilitators
to Implementation and Use – A Systematic Review. PLoS ONE 11(6):
e0156967. doi:10.1371/journal.pone.0156967

Lahey, B. B. 2007. Psychology: An Introduction, Ninth Edition. New York: The


McGraw-Hill Companies.

Lazarus, R. S. 1998. From psychological stress to the emotions: A history of


changing outlooks. Fifty Years of the Research and Theory of RS Lazarus:
An Analysis of Historical and Perennial Issues, 349.

Maramis,W.F. 2009. Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press:


Surabaya.

Masic, Izet. 2013. The Significance of the Psychosocial Factors Influence in


Pathogenesis of Cardiovascular Disease.
www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3883260/#__FFN_SECTITLE

Macleod J, Smith GD, Heslop P, Metcalfe C, Carroll D, et al. 2013. Psychological


stress and cardiovascular disease: empirical demonstration of bias in a
prospective observational study of Scottish men. BMJ 324: 1247.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan : Teori dan Aplikasi. Jakarta:


Rineka Cipta

Ojo OS, Malomo SO, Sogunle PT. 2016. Blood pressure (BP) control and
perceived family support in patients with essential hypertension seen at
primary case clinic in Western Nigeria. J Family. Med Prim Care. 5:569-75.

Pinel, J. P. 2011. Biopsychology of Emotion, Stress, and Health. Biopsychology


(8th ed., Pearson new international ed., p. 458). Boston: Pearson.
22

Sadock, B. J., Kaplan, H. I. dan Sadock, V. A. 2007. Psychological Factors


Affecting Physical Conditions. Kaplan & Sadock's synopsis of psychiatry:
behavioral sciences/clinical psychiatry. (10th ed., p. 814). Philadelphia:
Wolter Kluwer/Lippincott Williams & Wilkins.

Sarafino, E. P. dan Smith, T. W. 2011. Health psychology: biopsychosocial


interactions (7th ed.). Hoboken, N.J.: Wiley.

Surilena, dkk. 2016. Pengaruh Stressor Psikososial, Depresi, dan Demensia


terhadap Insomnia pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Mulia II Jakarta. Jakarta: CDK-240 Vol. 43 No. 5

Taylor, S. E. 2010. Mechanisms linking early life stress to adult health


outcomes. Proceedings of the National Academy of Sciences, 107(19),
8507-8512.

Anda mungkin juga menyukai