Penanggungjawab:
Ketua Forum Ilmiah Kesehatan
Pemimpin Redaksi:
Subagyo, S.Pd, M.M.Kes
Penyunting Pelaksana:
Budi Joko Santosa, S.K.M, M.Kes
Handoyo, S.S.T
Suparji, S.S.T, M.Pd
Sekretariat:
Hery Koesmantoro, S.T, M.T
Ayesha Hendriana Ngestiningrum, S.S.T
Sri Martini, A.Md
Alamat:
Jl. Cemara RT 01 RW 02 Ds./Kec. Sukorejo, Ponorogo
Kode Pos: 63453 Telepon: 085235004462
Jl. Danyang-Sukorejo RT 05 RW 01 Serangan, Sukorejo, Ponorogo
Kode Pos: 63453 Telepon: 081335718040
Redaksi
DAFTAR JUDUL
9 PANDANGAN IBU TENTANG RESPON SIBLING ANAK USIA 1-5 TAHUN 106 – 110
TERHADAP KELAHIRAN ADIK BARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
NGASEM KABUPATEN KEDIRI
Suwoyo, Siti Asiyah, Rumandany
10 HUBUNGAN MUTU LAYANAN ANC DENGAN KEPUASAN PASIEN PERIKSA 111 – 116
ANC DI BPS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN KOTA KEDIRI
Shinta Kristianti, Indah Rahmaningtyas, Ribut Eko Wijanti
PENDAHULUAN
Latar Belakang
FAKTOR–FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA Menurut organisasi kesehatan dunia
MALNUTRISI PADA BALITA DI WILAYAH World Health Organization (WHO)
KERJA PUSKESMAS BELAWAN menyebutkan angka kejadian gizi buruk dan
TAHUN 2010 – 2011 gizi kurang pada balita pada tahun 2002
masing-masing meningkat menjadi 8, 3
Irma Linda persen dan 27, 5 persen serta pada tahun
(Jurusan Kebidanan 2005 naik lagi menjadi masing-masing 8, 8
Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan) persen dan 28 persen. Di dunia, kasus gizi
buruk pada anak paling banyak di India,
jumlahnya mencapai 100 juta, setelah itu di
negara Cina dengan jumlah 40 juta anak.
ABSTRAK Ditempat lain juga tercatat kasus kurang gizi
yaitu Asia sebanyak 50%, di Afrika 30%, dan
Latar belakang: Optimalisasi program 20% Amerika Latin (Moris, 2007).
ASI eksklusif bukan hal yang baru jika Berdasarkan data UNICEF (United
manfaat ASI jauh lebih baik dibandingkan Children Foundation) setiap tahunnya anak
dengan susu formula. Kenyataannya, yang meninggal 11.000.000 jiwa, ironisnya
banyak ibu yang kurang sadar arti 56 % disebabkan karena gizi rendah (gizi
pentingnya menyusui (Pertiwi, 2012). kurang dan gizi buruk). kemudian pada
Tujuan: Penelitian ini bertujuan mengetahui tahun 2010 Indonesia menempati urutan
faktor–faktor yang berhubungan dengan kelima di dunia sebagai negara dengan
terjadinya malnutrisi pada balita. Metode: jumlah balita yang menderita gizi kurang
Jenis penelitian adalah survei analitik terbanyak dengan jumlah balita terhambat
dengan desain cross sectional yang pertumbuhannya yaitu sebanyak 7.800.000
dilakukan di wilayah kerja Puskesmas jiwa.
Belawan Kecamatan Medan Belawan sejak Angka kejadian gizi buruk di Indonesia
bulan Oktober 2012 sampai dengan menduduki peringkat ke 142 dari 170 negara
Desember 2012. Populasi dalam penelitian dan terendah di ASEAN. Tahun 2007 lalu
ini adalah balita dengan besar sampel 56 tercatat sebanyak 4 juta balita di Indonesia
balita. Pengambilan sampel dilakukan mengalami gizi kurang dan 700ribu anak
dengan metode simple random sampling. dalam kategori gizi buruk. Direktorat Bina
Untuk menganalisis faktor – faktor yang Gizi, Kementerian Kesehatan, melaporkan
berhubungan dengan terjadinya malnutrisi hasil pemantauannya menunjukkan pada
pada balita digunakan uji Chi-Square. Hasil: tahun 2010 tercatat 43616 anak balita gizi
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan buruk yang ditemukan dan telah dirawat
yang signifikan antara berat badan lahir (Ramdan, 2011).
dengan malnutrisi pada balita dimana nilai Berdasarkan Depkes RI, (2010), jumlah
2 hitung > 2 tabel yaitu 6,404 > 5,991, tidak balita yang menderita gizi kurang terendah di
ada hubungan yang signifikan antara Indonesia adalah Daerah Istimewa
pemberian ASI eksklusif dengan malnutrisi Yogyakarta dengan angka prevelansi 10,9%,
pada balita dimana nilai hasil hitung < sedangkan daerah yang memiliki prevelansi
2 2
tabel yaitu 2,561 < 5,991, dan ada gizi kurang tertinggi di Indonesia adalah
hubungan yang signifikan antara penyakit nusa Tenggara timur dengan angka
infeksi dengan malnutrisi pada balita, dimana prevalensi 31,6%, dimana total pencapainya
nilai hitung > tabel yaitu 6,776 > 5,991.
2 2 gizi kurang rata-rata nasional pada tahun
Saran: Diharapkan pada petugas kesehatan 2010 sebesar 18,4% (Depkes, 2010).
di Puskesmas Belawan Kecamatan Medan Sementara pada awal tahun 2005, menurut
Belawan dapat meningkatkan pelaksanaan Survei Sosial Ekonomi Nasional
program promosi kesehatan khususnya (SUSENAS), jumlah kasus gizi buruk dan
tentang kebutuhan nutrisi pada balita. gizi kurang berturut-turut 8,8 persen dan
19,20 persen. Jumlah balita yang menderita
Kata Kunci: BBLR, ASI ekslusif, penyakit gizi kurang dikatakan menurun menjadi 4,6
infeksi, malnutrisi, balita. juta balita. Demikian pula balita yang
menderita gizi buruk menurun menjadi 1,2
juta balita, dan balita yang menderita gizi
buruk tingkat berat (busung lapar) menurun
menjadi 120.000 balita (Masidu, 2008).
Sebanyak 2050 anak mengalami gizi pentingnya menyusui. Padahal, ASI sangat
kurang selama tahun 2010, tahun 2009 gizi penting untuk menciptakan ketahanan fisik,
kurang sedikitnya menyerang 2806 anak dan ketahanan penyakit, serta peningkatan
ditemukan 163 anak penderita gizi buruk di intelegensi. Sosialisasi yang komprehensif
Kota Medan, dengan temuan kasus tentang manfaat ASI harus digalakkan untuk
terbanyak ada di Kecamatan Medan membangkitkan kembali semangat menyusui
Belawan, Medan Labuhan dan Medan para ibu. (Pertiwi, 2012).
Tembung, sedangkan tahun 2010, gizi buruk Anak yang lahir dengan BBLR (Berat
telah menyerang 170 anak di Medan Badan Lahir Rendah), pertumbuhan dan
(Satriadi, 2011). Sesuai laporan dan perkembangannya lebih lambat. Keadaan ini
monitoring yang dilakukan KGM (Kelompok lebih buruk lagi jika bayi BBLR kurang
Gizi Masyarakat) Belawan Bahagia, jumlah mendapat asupan energi dan zat gizi, pola
balita kurang gizi tahun 2009 terdapat 88 asuh yang kurang baik dan sering menderita
balita dan menurun tahun 2010 sebanyak 82 penyakit infeksi. Pada akhirnya bayi BBLR
balita. Sedangkan hingga Oktober 2011 cenderung mempunyai status gizi kurang
terdapat 58 balita, berdasarkan data dari 19 dan gizi buruk. Bayi yang dilahirkan dengan
Posyandu yang terdapat pada sejumlah ling- berat badan lahir kurang dari 2.500 gram,
kungan di wilayah Kelurahan Belawan pertumbuhan dan faal (function) dari seluruh
Bahagia, sejak Januari hingga akhir Oktober anggota badannya belum sempurna dan
2011 terdapat 58 balita kurang gizi, Namun daya tahan tubuh terhadap bermacam –
memasuki minggu pertama November saat macam rangsangan (iklim, kuman) disekitar
berlangsung kegiatan Posyandu Bawal Ke- masih rendah. (William, 2010 ).
nanga di Lingkungan 19, ditemukan seorang Hasil survei pendahuluan yang dilakukan
balita ku-rang gizi menjadi penderita gizi penulis di Puskesmas Belawan tahun 2010 –
buruk (Jurnas, 2011). 2011 ditemukan balita yang mengalami
Pada tahun 2011 kasus tertinggi gizi malnutrisi sebanyak 125 balita. Berdasarkan
buruk di Medan adalah Kecamatan Medan beberapa masalah di atas, perlu dilakukan
Labuhan (12 orang), dan dalam tahun 2011 penelitian Faktor – Faktor yang
kota Medan memiliki 124 anak gizi buruk Berhubungan dengan Terjadinya Malnutrisi
dan 1896 anak gizi kurang, yaitu di 14 pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
kelurahan dari 21 kecamatan di Kota Medan, Belawan Tahun 2010 – 2011.
dimana hampir separuhnya kecamatan di
Medan Utara adalah penyumbang gizi buruk Tujuan Penelitian
tertinggi. Pada tahun 2010 dan 2011, ada 9
kecamatan yang ada di Medan merupakan 1. Untuk mengetahui Hubungan Berat
rawan gizi buruk, tiga diantaranya adalah Badan Lahir dengan terjadinya malnutrisi
berasal dari Medan Utara yakni Medan pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Marelan, Medan Labuhan dan Medan Belawan tahun 2010–2011.
Belawan (Muslim, 2012). 2. Untuk mengetahui Hubungan Pemberian
Balita yang kurang gizi akan sering ASI Eksklusif dengan terjadinya
terserang sakit, terutama penyakit infeksi Malnutrisi pada Balita di Wilayah Kerja
akut. Penyakit infeksi kronik yang sering Puskesmas Belawan tahun 2010–2011.
menyerang anak kurang gizi, di negara – 3. Untuk mengetahui Hubungan Penyakit
negara terbelakang dan yang sedang Infeksi dengan terjadinya malnutrisi pada
berkembang seperti Indonesia, adalah Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
tuberkulosis paru (TB paru). Hal ini dipicu Belawan tahun 2010–2011.
karena kurangnya kesadaran akan
kebersihan (personal hygiene) dan tingginya METODE PENELITIAN
tingkat endemisitas penyakit ini. Kondisi
infeksi kronik akan menyebabkan kurang gizi Jenis penelitian yang dilakukan adalah
dan kondisi malnutrisi sendiri akan survei analitik dengan pendekatan
memberikan dampak buruk pada sistem explanatory research serta desain penelitian
pertahanan sehingga memudahkan restrospektif yang bertujuan menganalisis
terjadinya infeksi (Zein, 2010). faktor–faktor yang berhubungan dengan
Optimisme pemerintah untuk terjadinya malnutrisi pada balita di wilayah
menurunkan prevalensi gizi buruk dan gizi kerja Puskesmas Belawan tahun 2010–
kurang, banyak aspek yang perlu dibenahi 2011.
salah satunya optimalisasi program Air Susu Lokasi penelitian ini di lakukan di wilayah
Ibu (ASI) eksklusif. Bukan hal yang baru jika kerja Puskesmas Belawan. Alasan pemilihan
manfaat ASI jauh lebih baik dibandingkan lokasi, berdasarkan survei awal ditemukan
dengan susu formula. Kenyataannya, balita yang mengalami malnutrisi sebanyak
banyak ibu yang kurang sadar arti 125 balita. Waktu yang digunakan untuk
Tabel 5. Hubungan Berat Badan Lahir besar mengalami malnutrisi ringan (37,50%),
dengan Malnutrisi pada Balita sedangkan bayi yang tidak mendapatkan
di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan ASI eksklusif, sebagian besar mengalami
Tahun 2010–2011. malnutrisi berat (52,50%). Hasil uji statistik
dengan uji chi-square menunjukkan bahwa
Berat Malnutrisi tidak ada hubungan yang signifikan antara
Badan Jumlah pemberian ASI eksklusif dengan malnutirsi,
Lahir Berat Sedang Ringan
dimana hitung < tabel (2,561 < 5,991).
2 2
<2500 18 10 4 32
gram (56,25%) (31,25%) (12,25%) (100%)
Hubungan Penyakit Infeksi dengan
>2500 8 6 10 24 Malnutrisi pada Balita
gram (33,33%) (25,00%) (41,67%) (100%)
Jumlah 26 16 14 56 Hubungan penyakit infeksi dengan
(46,4%) (28,6%) (25,0%) (100%) malnutrisi pada balita dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel = 5,991, Hitung = 6,404
2 2
pertumbuhan, pemanfaatan ASI, imunisasi penyakit infeksi akut. Penyakit infeksi kronik
dan penyakit infeksi. Bayi lahir dengan berat yang sering menyerang anak kurang gizi, di
badan lahir rendah (BBLR) akan berdampak negara – negara terbelakang dan yang
yang kurang baik seperti rendahnya daya sedang berkembang seperti indonesia,
tahan tubuh terhadap penyakit infeksi, adalah tuberkulosis paru ( TB paru ). Hal ini
tumbuh kembang tubuh lebih lamban. Berat dipicu karena kurangnya kesadaran akan
badan lahir sangat erat kaitannya dengan kebersihan ( personal hygiene ) dan
pertumbuhan anak selanjutnya, bayi yang tingginya tingkat endemisitas penyakit ini.
lahir dengan berat badan kurang dari 2500 Kondisi infeksi kronik akan menyebabkan
gram harapan untuk hidup sampai usia 12 kurang gizi dan kondisi malnutrisi sendiri
bulan hanya 46%. Karena itu pemeliharaan akan memberikan dampak buruk pada
gizi dan pengaturan makanan ibu semasa sistem pertahanan sehingga memudahkan
hamil merupakan periode awal pemeliharaan terjadinya infeksi.
gizi anak.
Berat badan lahir sangat mempengaruhi SIMPULAN DAN SARAN
gizi kurang pada balita, karena berat lahir <
2500 gram akan rentan terhadap penyakit Simpulan
dan pertumbuhannya akan lamban. Pada
bayi berat badan lahir rendah fungsi organ Ada hubungan yang signifikan antara
tubuh tidak seperti bayi yang berat badannya berat badan lahir dengan terjadinya
malnutrisi pada balita diperoleh hasil nilai
2
normal, seperti lambung akan sedikit
hitung > tabel yaitu 6,404 > 5,991. Tidak
2
kapasitasnya dan penyerapan pada usus
tidak akurat, sehingga asupan gizi pada bayi ada hubungan yang signifikan antara
tidak tercukupi dan laju metabolisme tidak pemberian ASI eksklusif dengan terjadinya
malnutrisi pada balita diperoleh hasil nilai
sama dengan yang normal sehingga bayi 2
akan rentan penyakit. hitung < tabel yaitu 2,561 < 5,991. Ada
2
PENDAHULUAN
1. Bagi orang tua terutama ibu yang Narendra Moersintowati, (2002), Tumbuh
mempunyai anak, disarankan untuk Kembang Anak dan Remaja, buku ajar I,
selalu memantau perkembangan Sagung Seto, Jakarta.
anaknya agar anak senantiasa baik.
2. Diharapkan kepada petugas pelayanan Nursalam, (2003), Konsep dan Penerapan
kesehatan untuk memberikan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan,
penyuluhan kepada ibu tentang Jakarta, Salemba Medika.
pentingnya memantau perkembangan
anak dengan menggunakan instrumen Notoatmojo S, (2005), Metodologi Penelitian,
KPSP. Yogyakarta, Rineka cipta.
3. Diharapkan hasil penelitian ini dapat
dikembangkan untuk penelitian lebih Soetjiningsih, (1995), Tumbuh Kembang
lanjut, dan dilakukan lebih dari satu Anak, Jakarta, EGC.
tempat yang berbeda yang belum
dilakukan dalam penelitian ini. Supartini Yupi, (2004), Buku Ajar Konsep
Dasar Keperawatan Anak, Jakarta. EGC.
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
PENGARUH DUKUNGAN SUAMI
TERHADAP KUNJUNGAN PEMERIKSAAN Latar Belakang
KEHAMILAN DI KLINIK BERSALIN
DI WILAYAH KERJA Keberhasilan pembangunan kesehatan
PUSKESMAS MEDAN JOHOR dapat dilihat dari peningkatan atau
penurunan derajat kesehatan. Salah satu
Suswati indikator derajat kesehatan tersebut adalah
(Jurusan Kebidanan Angka Kematian Ibu (AKI). AKI di Indonesia
Poltekkes Kemenkes Medan) menunjukkan penurunan dari tahun ke
Dewi Meliasari tahun, data SDKI tahun 2007 AKI
(Jurusan Kebidanan menunjukkan 228/100.000 KH, sementara
Poltekkes Kemenkes Medan) target MDGs tahun 2015 diharapkan AKI
mencapai 102/100.000 KH.
ABSTRAK Persoalan kematian ibu yang terjadi
disebabkan oleh perdarahan, eklamsia,
aborsi dan infeksi. Selain masalah medis,
Latar belakang: Pemeriksaan kehamilan tingginya kematian ibu juga karena
merupakan salah satu pintu untuk pemberdayaan perempuan yang kurang
menurunkan angka kematian ibu. Dengan baik, latar belakang pendidikan perempuan,
pemeriksaan kehamilan yang sesuai dengan masalah ketidaksetaraan gender, nilai
standar diharapkan dapat menghasilkan budaya, perekonomian serta rendahnya
kondisi bayi dan ibu yang sejahtera. perhatian laki-laki terhadap ibu hamil dan
Pemeriksaan kehamilan yang dilakukan melahirkan. Oleh karena itu, pandangan
selama ini cenderung lebih menitikberatkan yang menganggap bahwa kehamilan adalah
peran dari istri sebagai calon ibu padahal peristiwa alamiah perlu diubah secara
peran suami sebagai calon seorang ayah sosiokultural. Sangat diperlukan upaya
tidak kalah pentingnya sebagai faktor yang peningkatan pelayanan perawatan ibu baik
perlu dilihat. Tujuan: Penelitian ini bertujuan oleh pemerintah, swasta, maupun
untuk menganalisis pengaruh karakteristik masyarakat.
ibu dan dukungan suami terhadap Menurut YPKP (Yayasan Pendidikan
pemeriksaan kehamilan di klinik bersalin Kesehatan Perempuan) (2006), ada dua
wilayah kerja Puskesmas Medan Johor penyebab kematian ibu, yaitu penyebab
tahun 2012. Metode: Jenis penelitian ini langsung dan penyebab tidak langsung.
merupakan studi analitik observasional Penyebab langsung mempunyai persentase
dengan desain cross-sectional, populasi terbesar di seluruh dunia mencapai 70%,
semua ibu hamil yang ada di wilayah sedangkan di Negara berkembang berkisar
Puskesmas Medan Johor, sampel penelitian 95%. Di Indonesia lebih dari 90% kematian
adalah ibu hamil yang datang ke klinik ibu disebabkan oleh penyebab langsung
bersalin untuk memeriksa kehamilannya (86 (perdarahan, infeksi dan eklamsi), persalinan
orang) pengambilan sampel secara lama (lebih dari 12 jam), dan aborsi tidak
accidental sampling, analisis dengan uji chi aman.
square dan uji regression logistic.Hasil: Upaya menurunkan AKI pada dasarnya
Hasil uji bivariat, karakteristik ibu hanya mengacu pada intervensi strategi “Empat
pekerjaan yang berpengaruh terhadap Pilar Safe Motherhood” yang salah satunya
pemeriksaan kehamilan (p=0,021), dan adalah akses terhadap pelayanan
dukungan suami, dukungan informasional pemeriksaan kehamilan yang mutunya yang
p=0,003, dukungan penilaian/penghargaan masih perlu ditingkatkan terus. Pemeriksaan
p=0,002, dan dukungan emosional p=0,001. kehamilan dan tersedianya fasilitas rujukan
Hasil uji multivariat, dukungan emosional bagi kasus risiko tinggi dapat menurunkan
adalah variabel yang dominan berpengaruh angka kematian ibu. Petugas kesehatan
dengan p=0,002 dan exp (B) 8,447. Saran: seyogyanya dapat mengidentifikasi faktor-
Kepada petugas klinik untuk faktor risiko yang berhubungan dengan usia,
mengikutsertakan para suami dari ibu hamil paritas, riwayat kehamilan yang buruk, dan
dalam pemeriksaan kehamilan, perdarahan selama kehamilan. Kematian ibu
mengoptimalkan kembali Suami Siaga dan juga dipengaruhi oleh hal non teknis
menambahkan materi dukungan suami termasuk kategori mendasar seperti taraf
dalam program Konseling Pra Pernikahan. pengetahuan, sikap dan perilaku ibu hamil
masih rendah, serta tidak melakukan
Kata kunci: dukungan suami, ANC pemeriksaan kehamilan atau kunjungan
ANC (antenatal care) (Prawiroharjdo, 2002).
Antenatal care (ANC) merupakan unsur ini termasuk kategori pencapaian yang baik.
penting dalam upaya menurunkan angka Tetapi selama ini tidak didapatkan data
kematian ibu maupun perinatal. Ibu yang tentang bagaimana dukungan suami dari ibu
memeriksakan kehamilannya secara teratur hamil dalam hal pemeriksaan kehamilan.
akan berpengaruh terhadap kesehatan ibu
dan perkembangan janinnya, serta dapat Tujuan Penelitian
dilakukan deteksi dini risiko melahirkan
BBLR. Namun masih ada anggapan Untuk menganalisis pengaruh dukungan
masyarakat bahwa pelayanan antenatal suami (dukungan informasional, dukungan
cukup dilakukan setelah mendekati penilaian/penghargaan, dukungan
persalinan saja (Istiarti, 2000). Dengan instrumental dan dukungan emosional)
melakukan pemeriksaan kehamilan minimal terhadap pemeriksaan kehamilan di klinik
4 kali selama kehamilan dapat diketahui bersalin wilayah Puskesmas Medan Johor
secara dini adanya kelainan atau komplikasi
yang menyertai kehamilan, sehingga METODE PENELITIAN
penanganan dapat dilakukan dengan tepat
untuk mencegah kematian ibu dan janin Tempat dan Waktu Penelitian
(Saifuddin, 2002).
Hasil dari Seminar Ilmiah Srikandi Penelitian ini dilaksanakan di Klinik
Kesehatan Sari Husada pada bulan Bersalin yang ada di wilayah Puskesmas
Desember 2011, bahwa diharapkan ANC Medan Johor dan waktu penelitian bulan
yang dilakukan adalah merupakan ANC Juni s/d Oktober 2012, pengambilan data
yang berkualitas. Maksudnya adalah ANC dilakukan pada bulan Agustus s/d
yang terfokus, yang terintegrasi dan September 2012.
berdasarkan eviden based. ANC berkualitas
tidak hanya terfokus pada keadaan fisik ibu, Desain Penelitian
tetapi salah satu faktor yang penting adalah
status emosional ibu hamil. Hasil penelitian Penelitian ini merupakan studi analitik
menujukkan bahwa gangguan emosional observasional dengan desain cross-
terbukti mempengaruhi perkembangan janin sectional. Desain penelitian ini dipilih karena
dan bisa berefek jangka panjang. Status data diambil secara bersamaan dalam satu
emosional ibu bisa berpengaruh terhadap waktu, selanjutnya dinilai pengaruh antara
pertumbuhan janin karena adanya variabel independen (dukungan suami)
peningkatan cortisol, yang terjadi pada ibu terhadap variabel dependen (pemeriksaan
hamil yang depresi. kehamilan). Data dikumpulkan langsung oleh
Dukungan suami merupakan bentuk peneliti dengan menggunakan alat angket.
peran serta dan hubungan baik yang
memberi kontribusi penting bagi kesehatan Instrumen Penelitian
ibu hamil. Adanya kehadiran orang terdekat
dapat mempengaruhi emosional atau efek Pengumpulan data dilakukan dengan
perilaku bagi ibu dalam menerima kehamilan cara pengisian kuesioner oleh ibu hamil yang
serta akses terhadap pelayanan kesehatan datang ke klinik bersalin untuk
(Salmah dkk, 2007). Bentuk dukungan suami memeriksakan kahamilannya, dengan
bisa dalam bentuk sikap ataupun upaya terlebih dulu dijelaskan tentang cara
dalam bentuk tindakan, bahkan dalam pengisian kuesioner tersebut dan ibu
bentuk emosionalnya. Semua bentuk mengisi kuesioner kemudian dikumpulkan
dukungan suami tersebut sangat berarti dan kembali kepada petugas.
bermanfaat untuk kelangsungan proses
kehamilan sehingga mencapai hasil yang Populasi dan Sampel Penelitian
baik.
Bentuk kepedulian dan keterlibatan Populasi pada penelitian ini adalah
suami dalam menjaga kehamilan isterinya seluruh ibu hamil yang ada wilayah
dimanifestasikan dalam tindakan-tindakan Puskesmas Medan Johor yang memiliki
seperti memperhatikan gizi/makanan ibu buku KIA berjumlah 358. Sampel penelitian
hamil, mengingatkan untuk periksa ini adalah ibu hamil yang memeriksakan
kehamilan sejak dini, menjaga kesehatan kehamilannya di klinik bersalin wilayah
fisik dan mental ibu hamil, berdoa kepada puskesmas Medan Johor. Penentuan besar
Tuhan, mengusahakan agar persalinan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan
ditolong oleh tenaga kesehatan dan menggunakan rumus Slovin (2005).
mengikuti tradisi (Beni, 2000). Teknik pengambilan sampel dilakukan
Angka cakupan K4 di Puskesmas Medan dengan menggunakan accidental sampling,
Johor mencapai 92% pada tahun 2008, hal yaitu mengambil sampel dengan cara
menjaring ibu hamil yang datang pada buku KIA yang dimiliki oleh ibu hamil.
memeriksakan kehamilannya ke klinik Buku tersebut selalu dibawa oleh ibu hamil
bersalin selama bulan Agustus – September pada saat melakukan pemeriksaan
2012. Sampel yang diambil adalah ibu hamil kehamilan, karena perkembangan kondisi
yang datang ke klinik bersalin untuk ibu dan bayi selama hamil harus
memeriksakan kehamilannya dan hanya terdokumentasi didalam buku tersebut.
satu kali dijadikan responden, untuk Pada hasil penelitian ini didapatkan
memastikannya dengan melihat buku KIA mayoritas ibu yang melakukan pemeriksaan
yang dibawa oleh ibu. kehamilan termasuk kedalam kategori tidak
sesuai standar, yaitu sebanyak 47
Teknik Analisa Data responden (54,7%).
Pengaruh Dukungan Suami terhadap Tabel 5. Hasil Uji Regresi logistik Pengaruh
Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan Dukungan Suami Terhadap Kunjungan
Pemeriksaan Kehamilan di Klinik Bersalin
Wilayah Puskesmas Medan Johor
Tabel 4. Pengaruh Dukungan Suami Tahun 2012
terhadap Kunjungan Pemeriksaan
Kehamilan di Klinik Bersalin Wilayah
Exp P-
Puskesmas Medan Johor Tahun 2012 Variabel B
(B) Value
Pemeriksaan Kehamilan Pekerjaan 1,443 4,232 0,015
Dukungan
Tidak Dukungan 1,752 5,766 0,016
Suami Sesuai Total
sesuai informasional
Dukungan Informasional Dukungan penilaian/ 1,688 5,406 0,032
1. Baik penghargaan
35 40,7 29 33,7 64 74,4
Dukungan 2,134 8,447 0,014
2. Kurang 4 4,7 18 20,9 22 25,6 emosional
Constant -1,797 0,166 0,002
Dukungan penilaian/penghargaan
1. Baik 36 41,9 30 34,9 66 76,7 Tabel diatas merupakan hasil akhir
2. Kurang analisis multivariat dengan uji regresi logistik
3 3,5 17 19,8 20 23,3 dengan variabel pekerjaan, dukungan
Dukungan instrumental informasional, dukungan
1. Baik 35 40,7 34 39,5 69 80,2 penilaian/penghargaan dan dukungan
emosional memperolah nilai p<0,05, artinya
2. Kurang 4 4,7 13 15,1 17 19,8 variabel tersebut tidak dikeluarkan dari
Dukungan emosional model dan merupakan variabel yang
1. Baik berpengaruh terhadap pemeriksaan
37 43,0 30 34,9 67 77,9 kehamilan.
2. Kurang 2 2,3 17 19,8 19 19,8 Berdasarkan nilai coeffisien beta (B)
yang tertinggi adalah variabel dukungan
emosional yaitu 2,134. Ini menunjukkan
bahwa variabel tersebut merupakan variabel
Hasil uji statistic chi square untuk
yang paling dominan memengaruhi
variabel dukungan suami terhadap pemeriksaan kehamilan. Besar pengaruh
pemeriksaan kehamilan, diperoleh hasil variabel tersebut dapat dilihat pada nilai Exp
bahwa tiga variabel menunjukkan signifikan (B), yaitu 8,447, artinya variabel dukungan
karena p value < 0,05, yaitu dukungan
emosional mempunyai pengaruh 8 kali
informasional p=0,003, dukungan
terhadap pemeriksaan kehamilan pada ibu
penilaian/penghargaan p=0,002 dan
hamil. Hal ini dapat diartikan bahwa ibu yang
dukungan emosional p=0,001, yang berarti
mempunyai dukungan emosional yang baik
bahwa ada pengaruh antara dukungan dari suami mempunyai peluang 8 kali untuk
informasional, dukungan penilaian/ melakukan pemeriksaan kehamilan
penghargaan dan dukungan emosional dibandingkan dengan ibu yang mendapat
terhadap pemeriksaan kehamilan pada taraf dukungan emosional tidak memadai.
kepercayaan 95%.
Untuk mengetahui pengaruh antara PEMBAHASAN
semua variabel yang bermakna terhadap
pemeriksaan kehamilan, maka dilakukan uji Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan
regresi logistik. Tahap pertama adalah
dengan melakukan pemilihan model untuk uji Dari hasil penelitian diketahui bahwa dari
regresi logistik. Berdasarkan uji chi square 86 responden, sebanyak 39 orang (45,3%)
diperoleh bahwa variabel pekerjaan, melakukan kunjungan pemeriksaan
dukungan informasional, dukungan kehamilan sesuai dengan standar dan 47
penilaian/penghargaan, dukungan orang (54,7%) melakukan kunjungan
instrumental dan dukungan emosional pemeriksaan kehamilan tidak sesuai dengan
memenuhi syarat untuk masuk kedalam standar.
model regresi logistik karena mempunyai Pemeriksaan kehamilan atau yang lebih
nilai p <0,25. sering disebut antenatal care adalah
kegiatan yang diberikan untuk ibu sebelum
melahirkan atau dalam masa kehamilan.
Pemeliharaan kehamilan merupakan suatu
upaya yang dilakukan dalam pemeliharaan
terhadap kesehatan ibu dan kandungannya.
Asuhan kehamilan ini diperlukan karena harus periksa hamil (79,1%), suami memberi
walaupun pada umumnya kehamilan informasi tentang pentingnya minum tablet
berkembang dengan normal dan besi (70,9%), suami memberii informasi
menghasilkan kelahiran bayi yang sehat bahwa ibu hamil harus banyak istirahat
cukup bulan melalui jalan lahir, namun (89,5%), dan suami memberii informasi
kadang-kadang tidak sesuai dengan yang harus periksa hamil ke tenaga kesehatan
diharapkan. Sulit diketahui sebelumnya (94,2%). Dari hasil kuesioner tersebut
bahwa kehamilan akan menjadi masalah menggambarkan bahwa informasi yang
(Saifuddin, 2001). diberikan oleh para suami sangat membantu
Berdasarkan hasil penelitian, ternyata kepada ibu dalam melakukan pemeriksaan
lebih banyak yang melakukan pemeriksaan kehamilan.
tidak sesuai dengan standar, hal ini
disebabkan karena sampel penelitian Pengaruh Dukungan Penilaian/
adalah semua ibu hamil yang datang Penghargaan terhadap Kunjungan
memeriksakan kehamilannya ke klinik Pemeriksaan Kehamilan
bersalin, tanpa melihat umur kehamilan.
Sehingga tidak semua sampel penelitian Berdasarkan hasil chi square dukungan
adalah ibu hamil yang telah masuk penilaian/penghargaan terhadap kunjungan
kehamilan di trimester ketiga. pemeriksaan kehamilan, diperoleh nilai
p=0,002 (< 0,05), artinya ada pengaruh
Pengaruh Dukungan Informasional antara dukungan penilaian/penghargaan
terhadap Kunjungan Pemeriksaan terhadap kunjungan pemeriksaan kehamilan.
Kehamilan Ibu hamil dengan dukungan
penilaian/penghargaan baik mayoritas
Hasil uji chi square pada variabel melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai
dukungan informasional, diperoleh nilai p = dengan standar, yaitu sebanyak 36 orang
0,003 (< 0,05), yang artinya ada pengaruh (41,9%).
dukungan informasional terhadap Dukungan penilaian/penghargaan dalam
pemeriksaan kehamilan. Ibu hamil dengan penelitian ini adalah upaya darii suami untuk
dukungan informasional baik cenderung memberikan umpan balik berupa pujian,
melakukan kunjungan pemeriksaan bimbingan dan perhatian kepada ibu dalam
kehamilan sesuai standar, yaitu sebanyak 35 melakukan pemeriksaan kehamilan. Dalam
orang (40,7%). penelitian didapatkan hasil bahwa dari
Dukungan informasional adalah semua pernyataan dalam kuesioner lebih
dukungan yang diberikan suami berupa dari 50% menyatakan ya, bahkan pada
pemberian informasi tentang pentingnya pernyataan suami menanyakan hasil
pemeriksaan kehamilan, (termasuk tablet fe, pemeriksaan pada saat dia tidak ikut
Immunisasi TT, buku KIA), jumlah mengantar, 84,9% menyatakan “ya”.
pemeriksaan dan tempat pemeriksaan Hasil penelitian ini berbeda dengan
kehamilan. Secara statistik dukungan penelitian Fitriani (2011) yang menyatakan
informasional berpengaruh terhadap tidak ada pengaruh antara dukungan
pemeriksaan kehamilan yang dilakukan oleh penilai/penghargaan terhadap pemeriksaan
ibu. Dari tabel silang dapat diketahui bahwa kehamilan (p=0.064). Hal ini mungkin
ibu hamil yang mendapat dukungan dipengaruhi oleh lokasii penelitian yang
informasional baik mayoritas melakukan dilakukan karena berhubungan dengan
pemeriksaan kehamilan sesuai budaya masing-masing. Masyarakat Medan
standar(40,7%) , dan ibu yang mendapat umumnya lebih terbuka bila dibandingkan
dukungan informasional kurang sangat dengan orang Aceh, yang biasanya
sedikit sekali melakukan pemeriksaan mempunyai sifat tertutup, sehingga tidak
kehamilan sesuai standar (4,7%). terbiasa mengungkapkan perasaannya
Hasil berbeda dikemukakan dari secara terbuka, bahkan kepada istrinya
penelitian Fitriani (2011), yang menunjukkan sendiri.
bahwa tidak ada pengaruh antara dukungan
informasional terhadap pemeriksaan Pengaruh Dukungan Instrumental
kehamilan dengan nilai p=0,114. Hasil terhadap Kunjungan Pemeriksaan
berbeda juga didapat dari penelitian Maulina Kehamilan
(2010), yang menyatakan tidak ada
hubungan antara dukungan keluarga dengan Pada uji chi square variabel dukungan
kelengkapan pemeriksaan kehamilan. instrumental menunjukkan nilai p=0,058 (>
Besarnya dukungan informasional 0,05), yang berarti bahwa tidak ada
ditunjukkan pada tabel 4.2, misalnya pengaruh antara dukungan instrumental
menyataan “ya” suami memberi informasi terhadap pemeriksaan kehamilan. Ibu hamil
dengan dukungan instrumental baik lebih Hasil penelitian ini sesuai dengan
banyak yang melakukan pemeriksaan penelitian Fitriani (2011), yang menyatakan
kehamilan sesuai standar, sebanyak 35 bahwa dukungan emosional berpengaruh
orang (40,7%). terhadap pemeriksaan kehamilan dengan p
Dukungan instrumental dalam penelitian value 0,025. Hasil ini juga sesuai dengan
ini berupa upaya dari suami untuk penelitian Ercii (2003), social support
memberikan bantuan dalam bentuk dana, berpengaruh secara signifikan terhadap
waktu dan memfasilitasi ibu untuk jumlah kunjungan antenatal care. Dukungan
melakukan pemeriksaan kehamilan. sosial yang tidak memadai merupakan
Sehingga dengan didapatkannya dukungan hambatan untuk memperoleh pelayanan
instrumental dari suami, istri melakukan pemeriksaan kehamilan. Dukungan sosial
pemeriksaan kehamilan sesuai dengan yang diterima dari keluarga meningkatkan
standar yang ada. Hampir pada semua jumlah kunjungan dan ibu hamil melakukan
masyarakat Indonesia, tidak terkecuali kunjungan lebih awal.
masyarakat Medan, suami adalah pengambil
keputusan yang utama. Oleh karena itu Variabel Paling Dominan yang
dukungan instrumental dari suami sangat Berpengaruh terhadap Kunjungan
besar dampaknya terhadap keputusan ibu Pemeriksaan Kehamilan
untuk melakukan pemeriksaan kehamilan.
Hasil berbeda ditunjukkan pada Berdasarkan uji regresi logistik berganda,
penelitian Fitriani (2011), yang menyatakan diketahui variabel independen yang paling
ada pengaruh antara dukungan instrumental berpengaruh terhadap kunjungan
terhadap pemeriksaan kehamilan. Hal ini pemeriksaan kehamilan adalah dukungan
mungkin disebabkan karena tidak terlalu emosional dengan p value 0,002 (p <0,05)
jauh perbedaan pada ibu yang mendapatkan dan nilai exp (B) 8,447 yang berartii bahwa
dukungan baik antara yang melakukan ibu hamil yang mendapatkan dukungan
pemeriksaan kehamilan sesuai standar dan emosional yang baik dari suami mempunyai
yang tidak sesuai standar. peluang 8 kali untuk melakukan pemeriksaan
kehamilan sesuai standar dibandingkan
Dukungan Emosional terhadap dengan ibu hamil yang mendapat dukungan
Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan emosional kurang baik dari suaminya.
Menurut Henderson (2005), ada
Berdasarkan hasil uji chi square pada beberapa faktor yang berperan dalam
variabel dukungan emosional terhadap meningkatkan kemampuan wanita dalam
pemeriksaan kehamilan diperoleh nilai beradaptasi dengan kehamilannya.,
p=0,001 (< 0,05), artinya ada pengaruh misalnya lingkungan sosial, dukungan sosial
antara dukungan emosional terhadap dan dukungan dari pemberi asuhan.
pemeriksaan kehamilan. Responden dengan Dukungan yang diberikan oleh suami dan
dukungan emosional baik cenderung keluarga dapat mempengaruhi persepsii
melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai tentang kehamilan dan tingkat kecemasan
standar, yaitu sebanyak 37 responden yang ibu alami.
(43,0%). Dukungan suami adalah bentuk
Dukungan emosional dalam penelitian dukungan dan hubungan baik yang
adalah adanya upaya dari suamii untuk mempunyai kontribusi besar bagi kesehatan.
membantu kenyamanan dan ketenangan Dukungan emosional yang mendasari
emosi, yang mencakup mendengarkan pemberian dukungan sosial. Adanya orang
keluhan, empati, menunjukkan kasih sayang terdekat dapat mempengaruhi emosional
dan motivasi pada ibu dalam melakukan atau efek perilaku bagi penerimanya.
pemeriksaan kehamilan. Dengan adanya dukungan emosional ibu
Penelitian Carter dalam Fitriani (2011), merasa lebih percaya diri dalam melakukan
menyatakan bahwa dukungan suami pemeriksaan kehamilan. Dukungan
memberikan kontribusi penting bagi emosional membuat ibu merasa dihargai,
kesehatan. Dukungan sosial yang nyaman, aman dan disayangi.
dibutuhkan adalah berupa dukungan
emosional yang mendasari tindakan. SIMPULAN DAN SARAN
Dengan dukungan tersebut ibu akan merasa
diperhatikan, dicintai, dimuliakan dan Simpulan
dihargai. Adanya kehadiran orang terdekat
dapat mempengaruhi emosional atau efek Variabel dukungan suami paling dominan
perilaku bagi penerimanya. Dukungan suami adalah dukungan emosional yang
selama kehamilan berpengaruh terhadap berpengaruh terhadap pemeriksaan
hasil kehamilan. kehamilan, dengan p value 0,002 dan nilai
exp (B) 8,447. Ibu yang mempunyai Sjofiatun, N. (2000). Pengaruh Karakteristik
dukungan emosional yang baik mempunyai Wanita dan Rumah Tangga Terhadap
peluang 8 kali lebih untuk melakukan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Ibu
kunjungan pemeriksaan kehamilan sesuai di Indonesia (Analisis Data SDKI 1997).
standar. Thesis. Universitas Indonesia.
PENDAHULUAN
KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN
PROBLEM BASED LEARNING UNTUK Latar Belakang
MENINGKATKAN PENGETAHUAN
MAHASISWA PADA MATA AJAR Ilmu pengetahuan dan teknologi terus
ASUHAN KEBIDANAN IV DENGAN TOPIK berkembang pesat, namun proses
PRE-EKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA pembelajaran mengalami kelambanan dalam
DI POLITEKNIK KESEHATAN pembelajaran. Metode pembelajaran
SURAKARTA teacher-centered masih diterapkan di
Lembaga Pendidikan Tinggi (LPT). Hal ini
Kirana Dewi Pertiwi dapat membentuk karakteristik mahasiswa
(Alumnus Poltekkes Kemenkes Surakarta) yang apatis dan menunjukan sikap tidak
Sih Rini Handajani tertarik terhadap proses pembelajaran.
(Poltekkes Kemenkes Surakarta) Untuk mengatasinya diperlukan perubahan,
Agus Winarso dari pendidikan tradisional menjadi sesuatu
(Poltekkes Kemenkes Surakarta) yang berbeda dan inovatif yaitu paradigma
Suroso baru menjadi student-centered (Harsono,
(Poltekkes Kemenkes Surakarta) 2005). Problem Based Learning (PBL)
merupakan salah satu strategi pembelajaran
ABSTRAK yang bersifat student centered. Metode PBL
terbukti mampu meningkatkan clinical
Latar belakang: Pembelajaran Problem reasoning, knowledge acquisition dan self
Based Learning (PBL) merupakan salah satu directed learning (Wood, 2003).
strategi pembelajaran yang bersifat student Saat ini di Indonesia telah berdiri lebih
centered. Metode PBL terbukti mampu dari tujuh ratus institusi pendidikan DIII
meningkatkan clinical reasoning, knowledge Kebidanan. Namun, perkembangan Program
acquisition dan self directed learning DIII Kebidanan yang sedemikian pesat
(Wood,2003). Tujuan: Penelitian ini nyatanya belum mampu menjawab
bertujuan menganalisis keefektifan tantangan kebutuhan bidan yang kompeten.
pembelajaran PBL terhadap peningkatan (Anjelia, 2011). Angka Kematian Ibu (AKI) di
pengetahuan mahasiswa pada mata ajar Indonesia masih cukup tinggi. Menurut
asuhan kebidanan IV dengan topik pre- Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia
eklampsia dan eklampsia. Metode: (SDKI) Tahun 2007, AKI untuk periode 2003-
Penelitian ini merupakan studi quasi 2007 sebesar 228 per 100.000 kelahiran
eksperiment design dengan rancangan non hidup dengan Case Fatality Rate untuk 50%
randomized control group pretest postest penyebab kematian tertinggi di Indonesia
design. Teknik pengembilan sampel dalam adalah 0,7% untuk kasus perdarahan, dan
penelitian ini menggunakan total sampling. 3,6% untuk kasus eklampsia yang ada di
Sampel untuk penelitian eksperimen PBL rumah sakit (Hernawati, 2011). Salah satu
adalah kelas NRA dengan jumlah hal yang mempengaruhi adalah strategi
mahasiswa 39, sedangkan sampel kontrol pembelajaran yang diterapkan ketika kuliah.
adalah kelas NRB dengan jumlah Jika metode PBL ini terbukti baik jika
mahasiswa 37. Jenis data yang didapatkan diterapkan pada kurikulum kedokteran, maka
pada penelitian ini adalah data primer pembelajaran institusi kesehatan lain seperti
dengan instrumen penelitian berupa kebidanan dan keperawatan juga dirasa
kuesioner. Analisis data dengan uji perlu untuk mencoba dan
Dependen Sample T-test. Hasil: Tingkat mengembangkannya sehingga kajian ini
pengetahuan responden sebelum penelitian penting untuk dilakukan.
sebagian besar dalam kategori cukup
(76,9% kelas NRA dan 70,3% kelas NRB). Tujuan
Setelah diberikan pembelajaran, sebagian 1. Mendeskripsikan karakteristik mahasiswa
besar mahasiswa memiliki pengetahuan semester V Jurusan Kebidanan
berkategori baik (61,5% NRA dan 100% Poltekkes Surakarta, yang meliputi umur,
NRB). Simpulan: Pembelajaran dengan motivasi, dan tempat tinggal.
metode Problem Based Learning efektif 2. Mendeskripsikan pengetahuan
untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa sebelum dan sesudah
mahasiswa, p-value 0,000 (p<0,05). pembelajaran Problem Based Learning
dan konvensional pada mata ajar asuhan
Kata Kunci: Problem Based Learning, kebidanan IV dengan topik pre-eklampsia
Metode pembelajaran dan eklampsia.
3. Menguji efektifitas metode problem
based learning (dibandingkan dengan
Sebelum Setelah
Tabel 1. Distribusi Umur Responden
PBL Konven- PBL Konven-
sional sional
Kelas NRA Kelas NRB
Umur (PBL) (Konvensional) Pemu- Mean 54,68 47,59 67,92 76
f % f % satan Median 55 43 67 77
19 tahun 9 23,0% 7 18,9% Modus 50 40 67 70
20 tahun 26 66,7% 25 67,6%
21 tahun 3 7,7% 4 10,8 % Standar 8,2 11,95 8,5 7,2
22 tahun 1 2,6 % 0 0% Penye- Deviasi
26 tahun 0 0% 1 2,7% baran Maksimum 40 30 53 60
Total 39 100 % 37 100% Minimun 73 73 87 90
Hasil Uji Wilcoxon menunjukan bahwa 100% Pengetahuan Responden Sebelum dan
mahasiswa mengalami peningkatan Sesudah
pengetahuan sebelum dan sesudah
pembelajaran. Nilai signifikansi 0,000 Sebelum Diberikan Pembelajaran
(p<0,05) sehingga dapat disimpulkan
terdapat perbedaan pengetahuan yang Peneliti membagikan handout yang
bermakna antara sebelum dan sesudah berupa informasi tentang materi kuliah pre-
pembelajaran konvensional. eklampsia dan eklampsia 4 hari sebelum
kegiatan pre-test agar mahasiswa memiliki
PEMBAHASAN bahan belajar yang sama sebelum mengikuti
perkuliahan. Selain itu, tujuan pemberian
Sebagian besar mahasiswa semester V informasi sebelum pre-test adalah
berusia 20 tahun (NRA = 66,7% dan NRB = memberikan kemudahan mahasiswa untuk
67,6%), memiliki minat dari diri sendiri untuk memperoleh informasi sehingga diharapkan
mengikuti kuliah (NRA = 97,4% dan NRB = dapat mempercepat mahasiswa dalam
86,5%) dan tinggal di kos (NRA = 59% dan memiliki pengetahuan yang baru.
NRB = 75,7%). Ketegori pengetahuan responden
Pertambahan umur seseorang sebelum penelitian sebagian besar dalam
mempengaruhi perubahan pada aspek fisik kategori cukup (76,9% kelas NRA dan 70,3%
dan psikologis (mental). Pada aspek kelas NRB). Beberapa mahasiswa ada yang
psikologis atau mental taraf berpikir berpengetahuan baik dan kurang. Hal ini
seseorang semakin matang dan dewasa sesuai dengan pendapat yang menyatakan
(Mubarak 2007). Sebagian besar mahasiswa bahwa pengetahuan seseorang terhadap
semester V berusia 20 tahun (66,7% NRA obyek mempunyai intensitas atau tingkat
dan 67,7% NRB) dan 19 tahun (23 % NRA yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2005).
dan 18,9% NRB). Hal ini disebabkan karena Pengetahuan mahasiswa dapat dipengaruhi
kebanyakan input mahasiswa berasal dari oleh proses belajar mandiri. Mahasiswa yang
lulusan SMA. Kedewasaan berpikir dan usia masih dalam kategori kurang dapat
yang masih muda diharapkan mahasiswa disebabkan karena proses belajar mandiri
menjadi lebih mudah untuk menerima sebelum perkuliahan yang belum maksimal.
informasi baru. Sedangkan beberapa mahasiswa yang
Minat merupakan kecenderungan atau memiliki nilai baik dapat dikarenakan belajar
keinginan yang tinggi terhadap sesuatu yang mandiri lebih banyak dari yang lain atau
menjadikan seseorang untuk mencoba dan telah mempunyai pengalaman sebelumnya.
menekuni suatu hal dan pada akhirnya
diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam Sesudah Diberikan Pembelajaran
(Mubarak, 2007). Sebagian besar
mahasiswa kelas NRA dan NRB memiliki Kategori pengetahuan mahasiswa
minat dari diri sendiri untuk mengikuti setelah diberikan pembelajaran meningkat.
perkuliahan di jurusan kebidanan (97,4% Sebagian besar mahasiswa memiliki
kelas NRA dan 86,5% kelas NRB). Minat pengetahuan berkategori baik (61,5% NRA
dapat menjadikan mahasiswa lebih tekun dan 100% NRB). Sedangkan 38,5
dan akhirnya memperoleh pengetahuan mahasiswa kelas NRA dalam kategori cukup
yang lebih dalam. Menurut penelitian Yuliati dan tidak ada yang berkategori kurang.
(2011) ada pengaruh motivasi belajar Kenaikan pengetahuan mahasiswa
terhadap prestasi mahasiswa yang diberi dikarenakan adanya proses belajar selama
perlakuan dengan metode Problem Based pembelajaran sehingga nilai post-test lebih
Learning dan konvensional. baik daripada nilai pre-test. Hal ini sesuai
Tempat tinggal merupakan salah satu dengan teori yang dipaparkan oleh
unsur lingkungan. Lingkungan dimana kita Notoatmojo (2007), dimana belajar ialah
hidup mempunyai pengaruh besar terhadap proses memperoleh sesuatu yang baru,
pembentukan sikap (Mubarak, 2007). yang semula belum diketahui, sekarang
Mahasiswa semester V sebagian besar menjadi diketahui, yang dahulu belum
tinggal di kos (59% kelas NRA dan 75,7% dimengerti sekarang dimengerti. Belajar
kelas NRB). Tempat tinggal yang kondusif terjadi apabila suatu stimulus bersama
sebagai tempat belajar dapat membentuk dengan isi ingatan mempengaruhi siswa
sikap mahasiswa yang lebih rajin dan giat sedemikian rupa sehingga perbuatannya
belajar. berubah dari waktu sebelum ia mengalami
situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami
situasi tadi (Gagne cit Mubarak, 2007).
Emilia, Ova. 2008, Promosi Kesehatan Thornburg, H.D. 1984, Learning Theory,
dalam Ruang Lingkup Kesehatan Instruction Psychology, West Publishing
Reproduksi, Pustaka Cendekia, Company, St Paul
Yogyakarta
Wood, D., et al. 2003, ABC of Learning and
Fartena, S. 2005, Pengetahuan dan Sikap Teaching in Medicine, London : BMJ
Mahasiswa dalam Pembelajaran Mata books, dari : www.bmjbooks.com diunduh
Kuliah KB-Kesehatan Reproduksi tanggal 22 Maret 2011
Sebelum dan Sesudah Metode PBL
(Problem Based Learning) pada Akademi Wood EJ., 2004, “Problem Based Learning
Kebidanan di Jawa tenggah dan Jawa : Exploiting Knowledge of How People
Timur, (Tesis). Program Magister Learn to Promote Effective Learning”.
Kesehatan Masyarakat Universitas Diunduh dari
Gadjah Mada, Yogyakarta http://bio.itsn.ac.uk/journal/vol3 pada
tanggal 11 Oktober 2012.
Harsono. 2005, ‘Kearifan dalam
Transformasi Pembelajaran : dari Yuliati, N. 2011, Pengaruh Model
Teacher-centered ke Student-centered Pembelajaran Problem Based Learning
Learning’, in Seminar Implementasi Nilai Ditinjau dari Motivasi Belajar Mahasiswa
Kearifan dalam Proses Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar dalam Materi
Berorientasi Student-Centred Learning, Etika Profesi di Fakultas Kedokteran Gigi
UGM, 30 November 2004 , Yogyakarta IIK Kediri, (Tesis). Magister Kedokteran
Keluarga Universitas Sebelas Maret,
Hernawati, I. 2011, Analisis Kematian Ibu di Surakarta
Indonesia, in Pertemuan Teknik
Kesehatan Ibu, Bandung, 6 April 2011
PENDAHULUAN
Latar Belakang
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN
KADER POSYANDU TENTANG Peningkatan kualitas pelayanan
SISTEM 5 MEJA DENGAN posyandu bertujuan untuk menjangkau
PELAKSANAANNYA DI POSYANDU semua lapisan masyarakat. Peningkatan
kualitas pelayanan kader posyandu menjadi
tonggak penting yang harus diperhatikan.
Ribut Eko Wijanti Dengan peningkatan pengetahuan dan
(Jurusan Kebidanan pemahaman, diharapkan kader posyandu
Poltekkes Kemenkes Malang) tahu proses tatalaksana posyandu yang
Dwi Estuning Rahayu efektif, kondisi kesehatan balita dan deteksi
(Jurusan Kebidanan dini kasus gizi buruk pada balita (Irma
Poltekkes Kemenkes Malang) Handayani, 2010).
Iftitah Humul Qoirilia Posyandu mempunyai tujuan utama yaitu
(Jurusan Kebidanan menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB),
Poltekkes Kemenkes Malang) Angka Kematian Ibu (AKI) termasuk ibu
hamil, melahirkan dan nifas, karena Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
ABSTRACT Bayi (AKB) masih cukup tinggi, meskipun
dari tahun ke tahun sudah dapat diturunkan
(Cahyo Ismawati,dkk, 2010). Secara
Objective: The Objective of this research idealnya layanan posyandu meliputi
is to know the relationship between the pemantauan pertumbuhan balita, pendidikan
posyandu cadre‘s knowledge and the atau penyuluhan gizi, serta pemberian
implementation of five table system in each makanan tambahan, kesehatan ibu dan
of posyandu in Sidomulyo Village Semen anak, pengontrolan terhadap diare, imunisasi
Sub district. Method: The method which is serta keluarga berencana. Secara
used in this research is cross sectional pelaksanaan pelayanan tersebut dilakukan
analytic. The population of this research is all dengan konsep lima meja yaitu 1) meja
posyandu cadre in Sidomulyo Village with pendaftaran balita dan ibu hamil, 2) meja
the total 28 and then just only 26 of them penimbangan balita, 3) meja pencatatan
who is stipulated by using propotionate buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) dan
stratified random sampling and the sample KMS (Kartu Menuju Sehat), 4) meja
technique used is simple random sampling penyuluhan dan 5) meja pelayanan
technic. The collection of data is carried out kesehatan (Budi Rahaju, 2007). Untuk meja I
by using closed quessionare to identify the sampai IV kegiatan dilaksanakan oleh kader
posyandu cadre knowledge and observation posyandu dan untuk meja V dilaksanakan
sheet to report and know detailly about the oleh petugas kesehatan di antaranya dokter,
implementation of five table system in each bidan, dan juru imunisasi.Sebelum
posyandu. After all data is collected then it is melaksanakan tugas tersebut, yaitu tugas
being tabulated and tested by using dari meja I sampai meja IV para kader
Spearman Rho Formula. Result: The terlebih dahulu mendapatkan pendidikan dan
research result shown that the posyandu pelatihan yang dilaksanakan oleh
cadre’s knowledge about five table system Puskesmas dan sektor terkait guna
and its implementation in posyandu can be menghindari terjadinya kesalahan dalam
categorized enough. And also there are melaksanakan tugasnya, agar tugas yang
relationship between the posyandu cadre’s diemban oleh para kader posyandu dapat
knowledge with the implementation of five terlaksana sesuai dengan apa yang
table system in each posyandu in Sidomulyo diharapkan, maka petugas kesehatan harus
Village. Suggestion: By this research, We terus melakukan pembinaan khususnya
do hope the posyandu cadre be able to menyangkut teknis pelaksanaanya
improve their knowledge about the five table (Antoabadi, 2010).
system in each posyandu so that they can Tidak semua posyandu mau melakukan
give optimal services. konsep 5 meja tersebut dengan berbagai
alasan mulai dari keterbataan sarana
Keywords: Knowledge, Posyandu cadre, danprasarana hingga keterbatasan sumber
five table system. daya manusia, khususnya untuk
pelaksanaan meja penyuluhan dan layanan
kesehatan. Meja penyuluhan banyak yang
tidak berjalan karena kurangnya
didukung oleh sarana dan prasarana serta balita dipulangkan. Menurut Budi Rahaju,dkk
tempat yang memadai untuk kegiatan sistem (2007) menyebutkan bahwa pelayanan meja
5 meja di posyandu. Budi Rahaju (2007) 4 dilakukan tidak hanya memberi makanan
menyebutkan syarat dasar untuk tambahan, tetapi masih banyak kegiatan lain
terlaksananya posyandu agar berfungsinya yang perlu dilakukan pada meja 4
secara baik setiap posyandu harus tersedia diantaranya: memberi penyuluhan kepada
seperti meja dan kursi, timbangan dacin dan ibu, sesuai dengan hasil pencatatan di buku
tiang penyangga, celana atau sarung KIA/KMS serta pengamatan terhadap
timbangan, sistem informasi posyandu, anaknya, penyuluhan tidak hanya diberikan
daftar hadir kader, buku kegiatan, paket kepada balita yang tidak naik atau turun
pertolongan gizi (oralit, vitamin A, kapsul timbanganya, tetapi juga yang timbangannya
yodium, tablet fe), sarana penyuluhan naik pun perlu diberi penyuluhan untuk dapat
(lembar balik, buku pegangan kader, KMS menjaga kesehatanya, di meja 4 kader dapat
atau buku KIA), bahan penyuluhan, alat melakukan rujukan ke tenaga kesehatan
peraga, sarana PMT. seperti bidan,atau Puskesmas pada kasus-
Kader yang pelaksanaan pada masing- kasus yang perlu dirujuk, topik penyuluhan
masing meja masih kurang ada 2 kader yang diberikan sesuai dengan permasalahan
(7,7%) karena sebagian besar mereka yang ada, kader juga dapat memberikan
melaksanakan meja tidak sesuai dengan penyuluhan gizi, atau pertolongan dasar,
prosedur sistem 5 meja, misalnya pada meja (misalnya pemberian makanan tambahan,
1 kader hanya meminta buku KMS balita vitamin A, oralit), berikan pujian pada balita
kemudian mendaftar balita dalam buku atau ibunya, bila mereka rajin menimbang
register kemudian langsung dipersilahkan dan bagus hasil timbangannya atau
menuju meja 2. Pada meja 2 kader perkembangannya.
melakukan pengecekan bandul dan Irma Handayani (2010) mengungkapkan
menimbang balita sampai jarum tegak lurus. bahwa perlu diupayakan peningkatan
Pada meja 3 kader hanya menulis buku KMS kualitas pelayanan posyandu untuk
balita kemudian menghubungkan dari bulan menjangkau semua lapisan masyarakat,
kemarin, untuk meja 4 kader hanya memberi maka peningkatan kualitas layanan kader
jatah PMT tanpa memberikan penjelasan posyandu menjadi tonggak penting yang
apa-apa pada balita maupun ibu hamil. harus diperhatikan. Jadi apabila kader
Padahal menurut Budi Rahaju (2007) Secara posyandu sudah memiliki pengetahuan dan
pelaksanaan pelayanan posyandu dilakukan pemahaman yang baik mengenai kegiatan
dengan konsep lima meja yaitu meja posyandu serta apabila kader posyandu
pendaftaran balita dan ibu hamil, meja sudah melaksanakan perannya sebagai
penimbangan balita, meja pencatatan buku kader maka kualitas pelayanan posyandu
KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) dan KMS juga akan semakin baik.
(Kartu Menuju Sehat), meja penyuluhan dan
meja pelayanan kesehatan. SIMPULAN DAN SARAN
Analisa data Spearman rho menunjukkan
ρ hitung lebih besar dari ρ tabel. Jadi ada Simpulan dari penelitian ini adalah lebih
hubungan antara pengetahuan kader dari setengah responden memiliki tingkat
posyandu tentang sistem 5 meja dengan pengetahuan cukup tentang sistem 5 meja
pelaksanaan. Karena ada hubungan maka dan lebih dari setengah responden memiliki
arah korelasinya positif (+) yakni makin baik kategori cukup dalam pelaksanakan sistem 5
pengetahuan kader posyandu tentang meja. Ada hubungan pengetahuan kader
sistem 5 meja, maka makin baik pula posyandu tentang sistem 5 meja dengan
pelaksanaannya di posyandu. pelaksanaannya di posyandu Wilayah Desa
Penelitian menunukkan lebih dari Sidomulyo Kecamatan Semen Kabupaten
setengah kader di Desa Sidomulyo Kediri.
mempunyai pengetahuan cukup dan Saran yang disampaikan, kader
pelaksanaan dimasing-masing meja juga diharapkan mampu meningkatkan
cukup. Hal ini ditunjukkan dari kader yang pengetahuannya dengan cara aktif dalam
melaksanakan mejanya dengan cukup baik mengikuti pembinaan maupun pelatihan-
mereka yang sering mengikuti pelatihan dan pelatihan kader yang disampaikan oleh
sebagian ada yang lulusan SMA/PT Puskesmas ataupun Dinas Kesehatan,
sehingga masih mudah menerima informasi. sehingga pelaksanaan sistem 5 meja bisa
Namun dalam pelaksanaan, sistem 5 meja berjalan secara optimal.
tetap kurang diperhatikan khususnya pada
meja 4 (penyuluhan), hampir semua
posyandu melaksanakannya hanya sebatas
memberi makanan tambahan kemudian
PENDAHULUAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU POST
PARTUM TENTANG PEMBERIAN ASI Latar Belakang
DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI
DI KLINIK BERSALIN Hj. HENDRAYATNI ASI mengandung semua nutrisi penting
Tahun 2012 yang diperlukan untuk tumbuh kembang
bayi, serta antibodi yang bisa membantu
Nenny Aurelia Parhusip bayi membangun sistem kekebalan tubuh
(Alumnus Jurusan Kebidanan dalam masa pertumbuhannya.
Poltekkes Kemenkes Medan) Sesungguhnya, lebih dari 100 jenis zat gizi
Tiamin Simbolon terdapat dalam ASI. Diantaranya ialah AA,
(Jurusan Kebidanan DHA, taurin, dan spingomyelin yang tidak
Poltekkes Kemenkes Medan) terkandung dalam susu sapi (Yuliarti, 2010).
World Health Organization (WHO) pada
ABSTRAK tahun 2001 menyatakan bahwa pemberian
ASI diberikan mulai bayi lahir sampai usia 6
Latar belakang: Setelah wanita bulan disebut dengan pemberian ASI secara
melahirkan, akan terjadi proses laktasi eksklusif. Setelah ASI eksklusif 6 bulan
dimana payudara akan memproduksi ASI tersebut bayi tetap diberi ASI sampai usia 2
sebanyak mungkin. Namun terkadang Ibu tahun seiring dengan pengenalan makanan
sering mengabaikan atau kurang bayi.
mengetahui untuk memberikan ASI kepada Sebuah analisis oleh Hellen tahun 2002,
bayi sehingga payudara penuh, bengkak, menerangkan bahwa memberikan ASI
sakit dan terjadilah bendungan ASI. Tujuan: selama 6 bulan dapat menyelamatakan 1,3
Tujuan penelitian ini adalah untuk juta jiwa diseluruh dunia, termasuk 22%
mengetahui Hubungan Pengetahuan Ibu nyawa yang melayang setelah kelahiran.
Postpartum tentang pemberian ASI dengan Sementara itu, menurut United Nations
kejadian bendungan ASI di Klinik Bersalin Hj. Children’s Funds (UNICEF), menyatakan
Hendrayatni Periode Desember 2011 - Mei bahwa 30.000 kematian bayi di Indonesia
2012. Metode: Jenis penelitian bersifat dan 10 juta kematian anak balita di dunia
analitik dengan rancangan cross sectional. setiap tahun bisa dicegah melalui pemberian
Populasi penelitian ini adalah Ibu Postpartum ASI eksklusif selama enam bulan sejak
sebanyak 40 orang yang bersalin di Klinik Hj. sejam pertama setelah kelahirannya tanpa
Hendrayatni. Data yang digunakan adalah memberikan makanan dan minuman
data primer. Metode disajikan dalam bentuk tambahan kepada bayi. (Prasetyono, 2009).
tabel distribusi. Pengolahan data dilakukan Dan saat ini, jumlah Ibu yang
dengan program SPSS untuk mengetahui memberikan ASI kepada bayinya sampai
sejauh mana Hubungan pengetahuan Ibu berumur 6 bulan masih rendahnya, yaitu
Postpartum tentang pemberian ASI dengan kurang dari 2 % dari jumlah total Ibu
kejadian bendungan ASI. Hasil: Hasil melahirkan. Hal tersebut lebih disebabkan
penelitian menunjukkan bahwa dari 40 Ibu, oleh beberapa alasan, antara lain karena
29 (72,5%) Ibu diantaranya mengalami pengetahun Ibu tentang pentingnya ASI
bendungan ASI. Berdasarkan pengetahuan masih rendah, tata laksana Rumah Sakit
Ibu mayoritas Tidak Baik sebanyak 19 yang salah, dan banyaknya Ibu yang
(47,5%) Ibu. Dan pemberian ASI mayoritas mempunyai pekerjaan diluar rumah. (Yuliarti,
Tidak baik sebanyak 18 (45%) Ibu. Uji chi 2010).
square pengetahuan Ibu Postpartum tentang Setelah wanita melahirkan, akan terjadi
pemberian ASI dengan kejadian bendungan proses laktasi dimana payudara akan
ASI diperoleh p = 0,041 sehingga lebih kecil memproduksi ASI sebanyak mungkin.
dari (α) = 0,05 dan nilai chi-square hitung = Namun terkadang Ibu sering mengabaikan
13,150. Simpulan: Sehingga menunjukkan atau kurang mengetahui untuk memberikan
adanya hubungan pengetahuan Ibu ASI kepada bayi sehingga payudara penuh,
Postpartum tentang pemberian ASI dengan bengkak, sakit dan terjadilah bendungan
kejadian bendungan ASI. Saran: Diharapkan ASI. Pembengkakan ini terjadi karena ASI
Ibu Postpartum lebih meningkatakan tidak disusui secara adekuat sehingga sisa
pengetahuan tentang pemberian ASI agar ASI terkumpul pada sistem duktus yang
mencegah terjadinya bendungan ASI. mengakibatkan terjadinya pembengkakan.
(Anggraini, 2010).
Kata kunci: Pengetahuan, postpartum, Menurut SDKI (Survei Demografi
Pemberian ASI, Bendungan ASI Kesehatan Indonesia) tahun 2002 cakupan
ASI eksklusif 6 bulan menurun dari 42,4%
menjadi 36,5%. Sedangkan penggunaan
susu formula meningkat tiga kali lipat dari Tabel 2. Distribusi Pengetahuan Ibu
10,8% menjadi 32,5% dan tanpa disadari hal Postpartum Tentang Manfaat ASI
ini memicu terjadinya bendungan ASI. di Klinik Bersalin Hj. Hendrayatni
Menurut Balai Pengobatan Swasta (BPS) Periode Desember 2011 - Mei 2012
hampir 50 % Ibu post partum mengalami
bendungan ASI (Primadasa, 2007). Pengetahuan Ibu
Frekuensi %
Tentang Manfaat ASI
Berdasarkan hasil survei awal peneliti Sangat Baik 6 15
yang dilakukan pada tanggal 28 Februari Baik 19 47.5
2012 di Klinik bersalin Hj. Hendrayatni, Tidak Baik 12 30
terdapat 24 Ibu Postpartum pada bulan Sangat Tidak Baik 3 7.5
Februari 2012. Berdasarkan Tanya jawab
Total 40 100%
yang peneliti lakukan kepada 8 orang Ibu
Postpartum didapat 6 orang Ibu Postpartum
Tabel 3. Distribusi Pengetahuan Ibu
yang kurang mengetahui tentang pemberian
Postpartum Tentang Komposisi ASI
ASI dan mengalami bendungan ASI. Mereka
di Klinik Bersalin Hj. Hendrayatni
mengatakan pada keadaan ini seringkali
Periode Desember 2011`- Mei 2012
menghentikan proses menyusui karena
payudaranya terasa sakit. Mereka juga Pengetahuan Ibu Tentang
Frekuensi %
menganggap jika payudara mengalami Komposisi ASI
masalah, maka harus menghentikan Sangat Baik 7 17.5
menyusui bayinya karena rasa sakit yang Baik 8 20
dialami dan agar tidak menularkan penyakit Tidak Baik 10 25
kepada bayinya tersebut. Sangat Tidak Baik 15 37.5
Total 40 100%
Tujuan Penelitian
Tabel 4. Distribusi Pengetahuan Ibu
Untuk mengetahui hubungan Postpartum Tentang Teknik Menyusui
pengetahuan Ibu postpartum tentang di Klinik Bersalin Hj. Hendrayatni
pemberian ASI dengan kejadian bendungan Periode Desember 2011`- Mei 2012
ASI di Klinik Bersalin Hj. Hendrayatni
Pengetahuan Ibu Tentang
Periode Desember 2011 – Mei 2012. Teknik Menyusui
Frekuensi %
Sangat Baik 3 7.5
METODE PENELITIAN Baik 11 27,5
Tidak Baik 14 35
Jenis penelitian ini bersifat analitik, yaitu Sangat Tidak Baik 12 30
untuk mengetahui hubungan antara Total 40 100%
pengetahuan ibu postpartum tentang
pemberian ASI dengan kejadian bendungan Tabel 5. Distribusi Pengetahuan Ibu
ASI melalui uji hipotessa dengan rancangan Postpartum Tentang Waktu Menyusui
penelitian cross sectional. di Klinik Bersalin Hj. Hendrayatni
Populasi penelitian ini adalah Ibu yang Periode Desember 2011 - Mei 2012
masih dalam masa postpartum dan menyusi
bayinya bersalin di Klinik Bersalin Hj. Pengetahuan Ibu Tentang
Frekuensi %
Hendrayatni. Pada bulan Desember 2011 – Waktu Menyusui
Mei 2012 sebanyak 40 orang. Sangat Baik 6 15
Baik 16 40
Tidak Baik 16 40
HASIL PENELITIAN
Sangat Tidak Baik 2 5
Tabel 1. Distribusi Pengetahuan Ibu Total 40 100%
Postpartum Tentang Pengertian ASI
Tabel 6. Distribusi Pengetahuan Ibu
di Klinik Bersalin Hj. Hendrayatni
Postpartum Tentang Perawatan Payudara di
Periode Desember 2011`- Mei 2012
Klinik Bersalin Hj. Hendrayatni Periode
Desember 2011 - Mei 2012
Pengetahuan Ibu
Frekuensi %
Tentang Definisi ASI Pengetahuan Ibu Tentang
Sangat Baik 22 55 Frekuensi %
Perawatan Payudara
Baik 6 15 Sangat Baik 4 10
Tidak Baik 8 20 Baik 7 17.5
Sangat Tidak Baik 4 10 Tidak Baik 16 40
Total 40 100 Sangat Tidak Baik 13 32,5
Total 40 100%
Tabel 7. Distribusi Bendungan ASI pada Ibu ASI tertinggi adalah kategori Baik 19 orang
Postpartum di Klinik Bersalin Hj. Hendrayatni (47,5%) dan terendah adalah kategori tidak
Periode Desember 2011- Mei 2012 baik sebanyak 12 orang (30%).
Berdasarkan Tabel 3 di atas dapat dilihat
Bendungan ASI Frekuensi % dari 40 responden yang di data ditemukan
Mengalami 29 72.5 bahwa pengetahuan Ibu tentang komposisi
TIdak Mengalami 11 27.5 ASI tertinggi adalah kategori Sangat Tidak
Total 40 100% Baik 15 orang (37,5%) dan terendah adalah
kategori Sangat Baik sebanyak 7 orang
Tabel 8. Distribusi Pengetahuan Ibu (17,5%).
Postpartum Tentang Pemberian ASI di Klinik Berdasarkan Tabel 4 di atas dapat dilihat
Bersalin Hj. Hendrayatni Periode Desember dari 40 responden yang di data ditemukan
2011 - Mei 2012 bahwa pengetahuan Ibu tentang Teknik
Menyusui tertinggi adalah kategori Tidak
Pengetahuan Ibu Tentang Baik 14 orang (35%) dan terendah adalah
Frekuensi %
Pemberian ASI kategori Sangat Baik sebanyak 3 orang
Sangat Baik 3 7.5 (7,5%).
Baik 18 45 Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat dilihat
Tidak Baik 18 45 dari 40 responden yang di data ditemukan
Sangat Tidak Baik 1 2.5 bahwa pengetahuan Ibu tentang Waktu
Total 40 100% Menyusui tertinggi adalah kategori Baik dan
Tidak Baik sebanyak 16 orang (40%) dan
Tabel 9. Hubungan Pengetahuan Ibu terendah adalah kategori Sangat Tidak Baik
Postpartum Tentang Pemberian ASI dengan sebanyak 2 orang (5%).
Kejadian Bendungan ASI Berdasarkan Tabel 6 di atas dapat dilihat
di Klinik Bersalin Hj. Hendrayatni dari 40 responden yang di data ditemukan
Periode Desember 2011 - Mei 2012 bahwa pengetahuan Ibu tentang Perawatan
Payudara tertinggi adalah kategori Tidak
Pemberian Baik 16 orang (40%) dan terendah adalah
ASI kategori Sangat Baik sebanyak 4 orang
(10%).
Sangat Tidak Baik
Tidak Baik
Total
Tidak Baik 0 2 14 1 17
kategori Baik 18 orang (45%) dan terendah
Sangat Tidak Baik 0 0 1 0 1
adalah kategori Sangat Tidak Baik sebanyak
1 orang (2,5%).
Total 0 10 18 1 29
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat
dari 40 responden yang di data ditemukan
Sangat Baik 3 2 0 0 5
bahwa Ibu yang mengalami bendungan ASI
Tidak mengalami
Baik 0 4 0 0 4
Pengetahuan Ibu
Dari hasil penelitian ini, bahwa Ibu yang Alasan pemberian ASI kepada bayi
memiliki pengetahuan Tidak Baik dan karena ASI mengandung manfaat dan
Sangat Tidak Baik tentang waktu menyusui kelebihan, diantaranya ialah menurunkan
akan menyusui bayinya dengan waktu yang resiko terjadinya penyakit infeksi, misalnya
tidak baik yang kemudian akan lebih infeksi saluran pencernan (diare), infeksi
cenderung mengalami bendungan ASI saluran pernafasan dan infeksi telinga. ASI
dibandingkan dengan Ibu yang menyusui juga bias menurunkan dan mencegah
dengan waktu menyusui yang tepat karena terjadinya penyakit non-infeksi, seperti alergi,
sudah mengetahui tentang waktu menyusui obesitas, kurang gizi dan asma. Selain itu,
yang baik. ASI dapat pula meningkatkan IQ dan EQ
Dari analisa data pada tabel 6 diketahui anak.
bahwa dari 40 Ibu mayoritas Sebagian besar pertumbuhan dan
berpengetahuan Tidak Baik sebanyak 16 perkembangan bayi ditentukan oleh
orang (40%), dan minoritas berpengetahuan pemberian ASI. Pemberian ASI dapat
Sangat Baik sebanyak 4 orang (10%). mengurangi tingkat kematian bayi yang
Perawatan payudara bisa dilakukan dikarenakan berbagai penyakit yang
secara sederhana. Kegiatan ini bisa menimpanya, serta mempercepat pemulihan
dilakukan saat mandi dan setelah mandi. bila sakit dan membantu menjarangkan
Bila putting susu dan aerola kering dan kelahiran. (Presetyono, 2009)
pecah-pecah, gunakna pelembab ringan Hal ini dapat menjelaskan bahwa
atau minyak baby oil untuk menjaga pengetahuan Ibu dapat menjadi faktor
kesehatan dan kelembapannya. Sehingga terjadinya bendungan ASI. Ibu yang
mencegah putting lecet dan bengkak. berpengetahuan baik tentang ASI maka
(Kristiyanasari, 2009) pemberian ASI menjadi baik dan resiko
Faktor yang menyebabkan terjadinya terjadinya bendungan ASI dapat dicegah.
bendungan ASI ialah posisi bayi pada Namun jika pengetahuan Ibu tidak baik
payudara salah sehingga proses menyusui apalagi sangat tidak baik maka pemberian
tidak benar dan juga disebabkan oleh ASI juga Tidak baik, hal inilah dapat menjadi
perawatan payudara pada saat menyusui akibat terjadinya bendungan ASI.
yang kurang diperhatikan. (Nugroho, 2011) Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui
Dari analisa tabel 7 diketahui bahwa dari bahwa dari 40 Ibu Postpartum, 29
40 responden, ibu postpartum. Terdapat 29 diantaranya mengalami Bendungan ASI
(72,5%) Ibu yang mengalami kejadian dimana pengetahuan Ibu mayoritas
bendungan ASI dan 11 (27,5%) Ibu yang dikategorikan berpengetahuan Tidak Baik
tidak mengalami. sebanyak 17 (58,6%) dan juga pemberian
Bendungan ASI adalah terjadinya ASI mayoritas dikategorikan Tidak Baik
pembengkakan pada payudara karena sebanyak 18 (62,1%) Ibu. Sedangakan Ibu
peningkatan aliran vena dan limfe sehingga yang tidak mengalami bendungan ASI
menyebabkan bendungan ASI dan rasa mayoritas berpengetahuan Baik sebanyak 5
nyeri dan kadang-kadang disertai dengan (45,5%) Ibu dan juga pemberian ASI
kenaikan suhu badan. mayoritas Baik sebanyak 8 (72,7%) Ibu.
Menurut hasil penelitian bahwa payudara Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa
penuh sering terjadi. Bila Ibu tidak menyusui ada hubungan yang signifikan antara
secara eksklusif, dimana Ibu tidak pengetahuan Ibu tentang pemberian ASI
menyusukan bayinya setiap bayi dengan kejadian bendungan ASI.
membutuhkan. Sementara produksi ASI Menurut asumsi penulis ASI Ekslusif erat
tetap berlangsung, akibatnya payudara akan kaitannya dengan pemberiaan ASI karena
penuh dengan ASI. Bila tidak langsung pengetahuan merupakan suatu hal yang
diberikan kepada bayi maka inilah menjadi sangat dibutuhkan dalam rangka perubahan
bendungan ASI (Prawirohardjo, 2008) pola piker dan perilaku Ibu.
Faktor-faktor yang menyebabkan Hal ini sesuai juga dengan pendapat
bendungan ASI adalah bayi tidak menyusu (Notoatmojo, 2003) bahwa pengetahuan
dengan kuat, posisi bayi pad apayudara beberapa tingkat yaitu tahu dalam aarti
salah sehingga proses menyusui tidak hanya sebatas mengetahui, memahami yaitu
benar, serta terdapat putting susu yang datar mampu menjelaskan, analisa yaitu mampu
atau terbenam (Taufan, 2011) menganalisa yang diketahuinya, dan sintesis
Dari analisa data pada tabel 8 diketahui yaitu mampu menyusun formula baru.
bahwa dari 40 Ibu mayoritas pemberian ASI Oleh karena itu sangat perlu diberikan
Baik dan Tidak Baik sebanyak 18 orang pendidikan kesehatan mengenai pemberian
(45%), dan minoritas Sangat Tidak Baik ASI yang berkesinambungan sehingga Ibu
sebanyak 1 orang (2,5%). Postpartum mampu memahami dan
mengaplikasikan serta dapat menganalisa
keuntungan menyusui dan segera menyusui Kristiyanasari, Weni, 2009, ASI, Menyusui
bayinya dengan baik dan menjaga dan SADARI, Penerbit Nuha Medika,
kesehatan payudara Ibu untuk mencegah Yogyakarta.
terjadinya bendungan ASI.
Marimbi, Hanum, 2010, Tumbuh Kembang,
SIMPULAN DAN SARAN Status Gizi, dan Imunisasi Dasar Pada
Balita, Penerbit Nuha Medika.
Simpulan penelitian adalah: 1) Ada
hubungan antara pengetahuan Ibu Notoatmodjo, Soekidjo, 2003, Ilmu
postapartum dengan pemberian ASI, 2) Ada Kesehatan Masyarakat, Penerbit Rineka
hubungan antara pengetahuan Ibu Cipta, Jakarta.
Postapartum dengan kejadian bendungan
ASI, 3) Ada hubungan antara pengetahuan , 2010, Metode
Ibu Postapartum tentang pemberian ASI Penelitian Kesehatan, Penerbit Rineka
dengan kejadian bendungan ASI. Cipta, Jakarta.
Berdasarkan kesimpulan penelitian
disarankan agar, 1. Diharapkan bagi Ibu Nugroho, Taufan, 2011, ASI dan Tumor
untuk mengetahui dan lebih meningkatkan Payudara, Penerbit Nuha Medika,
pengetahuan pentingnya ASI Ekslusif Yogyakarta.
diberikan kepada bayi dengan mencari
informasi yang lebih dari bidan atau dokter, Primadasa N, 2007, Penerapan ASI
media elektronik, media cetak, dan di tempat Eksklusif, www.asiku.wordpress.com, 16
pelayanan kesehatan yang dapat diperoleh April 2009.
secara gratis, 2. Diharapkan tenaga
kesehatan khususnya bidan sebaiknya dapat Prasetyono, Sunar, 2009, Buku Pintar ASI
memberikan pelayanan yang sebaik Eksklusif, Penerbit Diva Press,
mungkin dalam pemeberian informasi Yogyakarta.
kesehatan tentang ASI dan memeberikan
penyuluhan kesehatan pada Ibu postpartum Prawirohardjo, Sarwono, 2008, Ilmu
tentang pemberian ASI 3. Meningkatkan Kebidanan, Penerbit Yayasan Bina
adanya keterbatasan dalam penelitian ini Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
diharapkan dapat melakukan penelitian
selanjutnya pada aspek yang lebih luas Ramaiah, Savitri, 2007, ASI dan Menyusui,
dengan metode lebih lengkap untuk Penerbit PT. Bhuana Ilmu Populer,
menyempurnakan penelitian ini, khususnya Jakarta.
Hubungan pengetahuan Ibu postpartum
tentang pemberian ASI dengan kejadian Roesli, Hj Utami, 2009, Mengenal ASI
bendungan ASI. Eksklusif, Penerbit Trubus Agriwidya.
Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Sulistyawati, Ari, 2009, Buku Ajar Asuhan
Arif, Nurhaeni, 2009, Panduan Ibu Cerdas Kebidanan Pada Ibu Nifas, Penerbit Andi,
(ASI dan Tumbuh kembang Bayi), Yogyakarta.
Penerbit Media Pressindo. Yogyakarta.
Varney, Kriebs, J.M., Gegor, 2008, Buku
Anggraini, Yetti, 2010, Asuhan Kebidanan Ajar Asuhan Kebidanan, Penerbit ECG,
Masa Nifas, Penerbit Pustaka Rinama, Jakarta.
Yogyakarta.
Walsh, Linda, 2008, Buku Ajar Kebidanan
Budiasih Kun Sari, 2008, Handbook Ibu Komunitas, Penerbit EGC, Jakarta.
Menyusui, Penerbit Karya Kita, Bandung.
Yuliarti, Nurheti, 2010, Keajaiban ASI,
Hidayat, AAA, 2009, Metode Penelitian Penerbit Andi, Yogyakarta.
Kebidanan dan Teknik Analisa Data,
Salemba Medika, Jakarta.
PENDAHULUAN
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PASIEN
DENGAN KEJADIAN KONJUNGTIVITIS Latar belakang
DI RUMAH SAKIT MATA CICENDO
BANDUNG Konjungtivitis merupakan penyakit infeksi
pada conjungtiva mata yang disebabkan
Siti Nurhayati oleh bakteri atau virus, menyerang berbagai
Ali Hamzah tingkat usia, dan sangat mudah menular
(Jurusan Keperawatan terutama melalui tangan yang dicuci kurang
Poltekkes Kemenkes Bandung) bersih atau melalui benda yang telah
Ade Tika digunakan oleh seseorang yang mengalami
mata merah. (Sidarta Ilyas, 1998; Chaerani,
2006; Indriana, 2012). Menurut Susilo
ABSTRAK (2008) penularan penyakit konjungtivitis bisa
terjadi melalui sentuhan dengan penderita
Latar belakang: Angka kejadian atau sesuatu yang telah dipakai oleh
konjungtivitis di Rumah Sakit Mata Cicendo penderita, seperti tissue/ sapu tangan,
Bandung tahun 2008 s/d 2009 cukup tinggi, penggunaan handuk secara bersama
selalu masuk ke dalam 10 besar penyakit dengan penderita atau berenang bersama
dan cenderung menunjukkan peningkatan penderita dan melalui cairan dari mulut atau
yaitu dari 7176 orang pasien pada tahun hidung penderita (seperti ketika batuk dan
2008 meningkat menjadi 7228 pada tahun bersin).
2009. Berdasarkan hasil wawancara dengan Data dari Dinas Kesehatan Jawa Barat
pasien konjungtivitis sebagian besar tahun (2009) menyatakan bahwa persentase
responden berperilaku kurang baik penyakit yang sering terjadi pada
diantaranya: tidak cuci tangan dulu masyarakat yaitu ISPA (33,36%), Penyakit
sebelum/sesudah memegang mata yang kulit (23,97%), Diare (3,72%), dan
sakit, menggunakan handuk secara Konjungtivitis (2,16%). (http://www.ppk-
bersama-sama, menggunakan sapu tangan depkes.org/english-content/recent-news/
bergantian, dan menggunakan bantal/sarung 1787-data-kasus-penyakit-di-prov-jawa-barat
bantal bersama-sama dengan anggota -22-februari-2010.html. Diperoleh pada
keuarga yang lain. Tujuan: Penelitian ini tanggal 17 November 2009). Sedangkan
bertujuan untuk mengetahui hubungan data yang penulis dapatkan dari Rumah
antara perilaku pasien dengan kejadian Sakit Mata Cicendo Bandung tahun 2008
konjungtivitis di Rumah Sakit Mata Cicendo dan 2009 angka kejadian konjungtivitis ini
Bandung tahun 2010. Metode: Jenis cenderung menunjukkan peningkatan yaitu
penelitian adalah case control. Besar sampel dari 7176 orang pasien pada tahun 2008
adalah 85 kasus dan 170 control dengan meningkat menjadi 7228 pada tahun 2009.
teknik pengambilan sampel purposive non Berkaitan dengan konjungtivitis, salah
random sampling. Pengumpulan data satu faktor yang berhubungan dengan
menggunakan kuesioner, analisis data penularan dari satu pasien kepada pasien
menggunakan uji chi scquare. Hasil: Hasil lain adalah faktor perilaku pasien. Menurut
penelitian menunjukan ada hubungan antara Bloom dalam Notoatmodjo, (2003), perilaku
perilaku: mencuci tangan sebelum/sesudah merupakan faktor terbesar kedua setelah
memegang mata yang sakit, menggunakan faktor lingkungan yang mempengaruhi
handuk secara bersama, mengunakan sapu kesehatan individu, kelompok, atau
tangan bergantian, menggunakan masyarakat. Berkenaan dengan faktor
bantal/sarung bantal secara bersama perilaku yang dapat menyebabkan penyakit
dengan derajat hubungan rendah serta nilai konjungtivitis, (Sidarta Ilyas, 1998; Chaerani,
odds ratio 3,347. Saran: berdasarkan hasil 2006; Indriana, 2012) menyatakan bahwa
penelitian tersebut maka disarankan pada sumber penularan konjungtivitis adalah
petugas pelayanan kesehatan lebih cairan yang keluar dari mata yang sakit yang
meningkatkan dalam memberikan konseling mengandung bakteri atau virus. Tangan
dan pengetahuan terutama dalam hal yang terkontaminasi cairan infeksi dapat
berperilaku khususnya pada penderita menjadi media penularan, misalnya melalui
konjungtivitis dan umumnya pada seluruh jabatan tangan. Bisa pula melalui cara tidak
pasien yang datang dan berobat ke RS langsung, misalnya tangan yang
Cicendo Bandung. terkontaminasi memegang benda yang
kemudian terpegang oleh orang lain,
Kata kunci: konjungtivitis, perilaku penggunaan handuk secara bersama-sama,
penggunaan sapu tangan/tissue secara
dengan uji koefisien contingensi dari Chi sebagian besar responden (72,9%)
square. menggunakan sarung bantal bersama/
bergantian sesudah sakit mata sedangkan
HASIL PENELITIAN sisanya mereka tidak memiliki kebiasaan-
kebiasaan yang beresiko untuk terjadinya
konjungtivitis. Untuk lebih jelas distribusinya
Tabel 1. Distribusi Perilaku Pasien dapat dilihat pada Tabel 2.
Konjungtivitis Secara Umum
di Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung Tabel 3. Distribusi Frekuensi Perilaku Pasien
Yang Menderita Penyakit Mata Selain
Perilaku Pasien Frekuensi Persentase Konjungtivitis (Kelompok Control)
Beresiko 70 82.4% di Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung
Tidak Beresiko 15 17.6%
Total 85 100.0% Perilaku Pasien Frekuensi Persentase
Beresiko 99 58,2%
Gambaran perilaku pasien pada Tidak Beresiko 71 41,8%
kelompok kasus menunjukan bahwa hampir Total 170 100,0%
seluruh (82,4 %) responden perilakunya
beresiko terjadi konjungtivitis dan sebagian Sedangkan gambaran perilaku pasen
kecil (17,6 %) responden perilakunya tidak pada kelompok kontrol menunjukan bahwa
beresiko. Distribusi secara lengkap dapat pada pasien yang menderita penyakit mata
dilihat pada Tabel 1. selain konjungtivitis (kelompok control)
tampak bahwa sebagian besar (58,2 %)
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Perilaku Pasien responden perilakunya beresiko terjadi
Konjungtivitis Berdasarkan Kritikal Poin konjungtivitis dan hampir sebagian (41,8 %)
di Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung responden perilakunya tidak beresiko.
Distribusi secara lengkap dapat dilihat pada
Perilaku pasien Beresiko Tidak Jum- Tabel 3.
Beresiko lah
F % F % Tabel 4. Distribusi Frekuensi Perilaku Pasien
Sebelum 53 62,4 32 37,6 85 (Kelompok Kontrol) di Rumah Sakit Mata
Mencuci sakit mata
Cicendo Bandung Berdasarkan Kritikal Poin
Tangan Sesudah 48 56,5 37 43,5 85
sakit mata
Perilaku pasien Beresiko Tidak Jum-
Mengguna- Sebelum 28 32,9 57 67,1 85
Beresiko lah
kan handuk sakit mata
secara F % F %
Sesudah 53 62,4 32 37,6 85
bersama sakit mata Sebelum 74 43,5 96 56,5 170
Mencuci sakit mata % %
Mengguna- Sebelum 49 57,6 36 42,4 85
Tangan Sesudah 68 40 % 102 60 % 170
kan sakit mata
saputangan Sesudah sakit mata
37 43,5 48 56,5 85
bergantian sakit mata Mengguna- Sebelum 83 48,8 87 51,2 170
kan handuk sakit mata % %
Mengguna- Sebelum 42 49,4 43 50,6 85
secara Sesudah 64 37,6 106 62,4 170
kan bantal/ sakit mata
bersama sakit mata % %
sarung 62 72,9 23 27,1 85
Sesudah Mengguna- Sebelum 73 42,9 97 57,1 170
bantal
sakit mata kan sakit mata % %
bersama
saputangan Sesudah 49 28,8 121 71,2 170
bergantian sakit mata % %
Untuk memperjelas tentang perilaku yang Mengguna- Sebelum 52 30,6 118 69,4 170
beresiko pada kelompok kasus, berikutnya kan bantal/ sakit mata % %
akan dipaparkan perilaku pasen yang sarung 82 48,2 88 51,8 170
dianggap sebagai kritikal point untuk Sesudah
bantal % %
sakit mata
terjadinya conjungtivitis, yaitu sebagian bersama
besar responden memiliki perilaku yang
beresiko terkena konjungtivitis yaitu tidak Untuk memperjelas tentang perilaku yang
mencuci tangannya dengan sabun setelah beresiko pada kelompok kontrol, berikutnya
memegang mata yang sakit (56,5%), akan dipaparkan perilaku pasen yang
sebagian besar responden menggunakan dianggap sebagai kritikal point untuk
handuk bersama dengan anggota keluarga terjadinya conjungtivitis, yaitu pada pasien
yang lain sesudah sakit mata (62.4%), yang sakit mata selain konjungtivitis
hampir sebagian responden (43,5%) (kelompok control) memiliki kebiasaan yang
menggunakan saputangan secara tidak beresiko untuk terkena konjungtivitis
bergantian sesudah sakit mata, dan yaitu sebagian besar responden (60,0%)
biasa mencuci tangannya dengan sabun perilakunya tidak memiliki resiko, mereka
sesudah memegang mata yang sakit, tidak menderita konjungtivitis tetapi
kemudian sebagian besar (57,1%) dari menderita sakit mata yang lain. Selanjutnya
mereka tidak biasa menggunakan handuk berdasarkan pengolahan SPSS versi 17 juga
dengan anggota keluarga lain sesudah sakit didapatkan nilai P-Value = 0,000 karena nilai
mata (62,4%), sebagian besar (71,2%) dari P-Value lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak,
mereka tidak biasa menggunakan berarti terdapat hubungan antara perilaku
saputangan secara bergantian sesudah sakit pasien dengan terjadinya konjungtivitis
mata, dan tidak biasa menggunakan sarung Kemudian dari hasil analisa data diatas
bantal bersama/ bergantian sebelum sakit didapatkan nilai koefisien kontingensi
mata (51,8%) tidak biasa menggunakan sebesar 0,234 yang artinya derajat
sarung bantal bersama/ bergantian sesudah hubungan antara perilaku pasien dengan
sakit mata, sedangkan sisanya dari mereka kejadian konjungtivitis dikategorikan kedalam
memiliki kebiasaan yang beresiko untuk hubungan rendah. Berikutnya dari hasil
terjadinya konjungtivitis. Untuk lebih jelas analisis tersebut didapatkan juga nilai Odd
dapat dilihat pada Tabel 4. Ratio yaitu 3,347 sehingga hal ini dapat
diartikan bahwa responden yang memiliki
Tabel 5 Distribusi Frekuensi pasien yang perilaku beresiko yaitu tidak mencuci tangan
menderita penyakit mata baik konjungtivitis sebelum dan sesudah pegang mata,
maupun selain konjungtivitis menggunakan handuk secara bersama,
di Rumah Sakit Mata Cicendo menggunakan saputangan secara
BandungTahun 2010 bergantian dan menggunakan bantal/ sarung
bantal bersama memiliki kemungkinan
Kejadian konjungtivitis f % menderita konjungtivitis sebesar 3,347 kali
Penderita konjungtivitis lebih tinggi dari pada responden yang tidak
85 33% memiliki perilaku beresiko tersebut.
(kelompok kasus)
Penderita bukan
konjungtivitis 170 67% PEMBAHASAN
(kelompok kontrol)
Total 255 100% Perilaku Pasien dan Kejadian
Konjungtivitis
Selanjutnya untuk melihat distribusi
Perilaku kesehatan adalah respon
frekuensi perbandingan antara pasien
seseorang (organisme) terhadap stimulus
konjungtivitis dan non konjungtivitis sampel
atau objek yang berkaitan dengan sakit dan
dari penelitian adalah hampir sebagian
penyakit, system pelayanan kesehatan,
responden (33%) menderita konjungtivitis
makanan dan minuman, serta lingkungan
dan sebagian besar (67%) adalah kelompok
(Notoatmodjo, 2003). Masyarakat dengan
control, seperti terlihat pada Tabel 5.
perilaku yang sehat dapat mendukung untuk
melakukan pencegahan dan merawat
Tabel 6 Hubungan Antara Perilaku Pasien
konjungtivitis, sedangkan masyarakat
Dengan Kejadian Konjungtivitis
dengan perilaku yang tidak sehat justru akan
di Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung
menjadi penyebab terjadinya konjungtivitis
dan sekaligus menyebarkan pada orang lain
Kejadian konjungtivitis sehingga akan berdampak pada peningkatan
Terjadi Tidak Terjadi kasus konjungtivitis. Menurut Sidarta Ilyas
Perilaku Pasien Konjungtivitis Konjungtivitis (1998), Chaerani (2006) dan Indriana (2012),
(kelompok (kelompok menyatakan bahwa sumber penularan
kasus) kontrol) konjungtivitis adalah cairan yang keluar dari
Beresiko 70 (82,4%) 99 (58,4%) mata yang sakit yang mengandung bakteri
atau virus. Tangan yang terkontaminasi
Tidak Beresiko 15 (17,6%) 71 (41,6%) cairan infeksi dapat menjadi media
Jumlah 85 (100%) 170 (100%) penularan, misalnya melalui jabatan tangan.
P-Value= 0,000, C/cmax= 0,234 OR= 3,347 Bisa pula melalui cara tidak langsung,
misalnya tangan yang terkontaminasi
Berikutnya untuk mengetahui hubungan memegang benda yang kemudian terpegang
antara variabel perilaku pasien dengan oleh orang lain. Penggunaan kosmetik
kejadian konjungtivitis dapat dilihat pada secara bergantian, demikian juga dengan
Tabel 6. Tampak bahwa seluruh responden penggunaan tissue, bantal/sarung bantal,
(82,4%) yang perilakunya beresiko, mereka sapu tangan dan handuk.
mengalami konjungtivitis, dan hampir Hasil penelitian yang dilakukan oleh
sebagian responden (41,6%) yang peneliti di Rumah Sakit Mata Cicendo
PENDAHULUAN
hubungan dengan penyakit yang dapat peroleh skor 97%. Hasil observasi
ditimbulkan dari kontaminasi peralatan dilapangan, dilihat dari kebersihan lantai
makan, tempat dan cara menggolah bahwa masih terdapat bekas jejak alas kaki
makanan sehingga akan mencemari petugas penjamah makanan dan sebagian
makanan yang akan dikonsumsi pasien. permukaan lantai ada yang tidak rata serta
beberapa dari lantai terlihat retak. Ditinjau
Tujuan Penelitian dari kondisi dinding masih terdapat bekas
noda dan sudut dinding yang tidak konus,
Penelitian ini bertujuan mengetahui kondisi dinding yang demikian sangat sulit
perilaku penjamah makanan terhadap untuk dibersihkan, sedangkan untuk kondisi
hygiene sanitasi makanan di instalasi gizi di pintu di instalasi gizi menutup ke arah luar
RS Gatoel Mojokerto Tahun 2012 dan tidak dapat menutup dengan sendirinya
(otomatis) selain itu tidak dilengkapi dengan
METODE PENELITIAN peralatan anti serangga, akan tetapi kondisi
lantai lebih tinggi dari pada lantai teras
Jenis penelitian ini adalah penelitian dapur. Tersedianya meja kerja tetapi masih
deskripsi yang menggambarkan suatu ada bekas minyak sisa dari makanan yang
keadaan objektif mengenai perilaku selesai di olah, seharusnya meja dilakukan
penjamah makanan pada tahap pengolahan pembersihan khusus karena meja tempat
makanan. Objek penelitian adalah penjamah kerja tersebut terbuat dari keramik.
makanan yang ada di ruang Instalasi Gizi
(dapur) di RS. Gatoel Mojokerto sebanyak 6 Hygiene Perorangan (Personal Hygiene)
orang. Variabel bebas adalah perilaku Penjamah Makanan
penjamah makanan yang terdiri dari
pengetahuan, sikap, dan tindakan penjamah Hasil penilaian terhadap hygiene perorangan
makanan. Variabel terikatnya adalah hygiene sebagai berikut:
sanitasi makanan. Pengumpulan data
dilakukan dengan cara wawancara dan Tabel 2. Hygiene Perorangan (Personal
observasi. Analisis data dilakukan secara Hygiene) Penjamah Makanan di Instalasi
deskriptif. Gizi RS.Gatoel Mojokerto Tahun 2012
dengan nilai sebesar 66% - 81%. Oleh kuman sebaiknya penjamah makanan rutin
karena itu sikap yang baik perlu di tunjang membersihkan kuku agar selalu bersih,
dengan adanya tingkat pengetahuan untuk pemakaian tutup kepala masih terlihat
penjamah makanan yang baik. karena hal penjamah makanan yang tidak memakai
tersebut dapat mencegah adanya tutup kepala, fungsi pemakaian tutup kepala
kontaminasi terhadap makanan, selain itu untuk menghindari rambut agar tidak jatuh
kualitas makanan yang diolah terjamin kedalam makanan, selain itu masih terlihat
kebersihan dan kesehatanya. penjamah makanan yang mencicipi
makanan tanpa alat yang bersih dan baru
Rekapitulasi hasil penilaian tindakan melainkan menggunakan alat yang
penjamah makanan Di Instalasi Gizi digunakan untuk mengolah makanan.
RS.Gatoel Mojokerto Tahun 2012 Dikhawatirkan jika tidak menggunakan alat
yang bersih maka makanan yang dimasak
Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Penilaian akan terkontaminasi makanan dari mulut
Tindakan Penjamah Makanan di Instalasi atau tangan penjamah makanan, sebaiknya
Gizi RS.Gatoel Mojokerto Tahun 2012 di sediakan alat tersendiri untuk mencicipi
atau menngambil makanan.
Komponen penilaian Responden
1 2 3 4 5 6 SIMPULAN DAN SARAN
Sehat,tidak sakit (contoh:
pilek.sakit kulit,dan tidak 1 1 1 1 1 1
sakit mata) Simpulan
Kuku pendek dan bersih 1 1 1 1 0 1
Cuci tangan sebelum
1 1 0 1 1 1 Hygiene sanitasi makanan (tahap
bekerja pengolahan makanan) di Instalasi gizi
Cuci tangan setelah
keluar dari kamar mandi
1 1 1 1 1 1 RS.Gatoel Mojokerto tahun 2012 dinyatakan
Pakaian kerja bersih dan memenuhi persyaratan. Hygiene
1 1 1 1 1 1
rapi perorangan pada penjamah makanan tidak
Memakai celemek 1 1 1 1 1 1 memenuhi syarat dapat dilihat dari tingkat
Memakai tutup kepala 1 1 1 0 0 0
Tidak memakai kosmetik
pengetahuan 50 % baik, tindakan 60 %
1 0 0 1 0 0 baik.
dan perhiasan
Tidak bicara yang
berlebihan saat mengolah 0 0 1 1 0 0 Saran
makanan
Tidak merokok di tempat
1 1 1 1 1 1 Disarankan untuk disusun standart
kerja
Tidak makanan di tempat
1 1 1 1 1 1
operational procedur tentang penjagaan
kerja kesehatan makanan, kesehatan perilaku di
Tidak menggaruk
kulit,rambut,lubang
tempat kerja, dibuat poster tentang perilaku
0 0 1 1 0 0 yang harus dihindarkan ketika bekerja,
hidung,telinga dan sela –
sela gigi peningkatan pengetahuan penjamah
Menutup mulut jika batuk makanan, dan adanya kerja sama dalam
0 1 1 1 1 1
dan bersin
Tidak memegang dan
pengawasan pelayanan makanan.
mencicipi makanan
0 1 0 1 1 1
matang dengan tangan DAFTAR PUSTAKA
(tanpa alat)
Membuang sampah pada
tempatnya
1 1 1 1 1 1 Amsyari, Fuad, Tanpa Tahun. Membangun
Persentase Total 12 12 12 14 10 11 Lingkungan Sehat. Airlangga Universit
Kriteria B B B B C C Press.
, 2011. Permenkes RI
NO.1096/Menkes/PER/VI/2011 Tentang
Hygiene Sanitasi Jasaboga
PENDAHULUAN
Latar Belakang
PANDANGAN IBU TENTANG RESPON
SIBLING ANAK USIA 1-5 TAHUN Persaingan antar saudara (sibling
TERHADAP KELAHIRAN ADIK BARU DI rivalry), akan dialami oleh semua anak yang
WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGASEM akan memiliki adik baru. Kakak akan
KABUPATEN KEDIRI merasakan kekaguman dan rasa sayang
untuk adik baru, tapi juga merasakan
kekesalan atau kecemburuan. Perasaan
Suwoyo yang bertentangan ini dapat
(Jurusan Kebidanan membingungkan anak (Admin,2010). Orang
Poltekkes Kemenkes Malang) tua yang dulunya memberi perhatian dan
Siti Asiyah kasih sayang secara total kemudian berubah
(Jurusan Kebidanan membuat anak bereaksi dengan berbagai
Poltekkes Kemenkes Malang) cara misalnya mengalami regresi seperti
Rumandany mengompol lagi (Ester, 2006), marah atau
(Jurusan Kebidanan melakukan perilaku yang bersifat mencari
Poltekkes Kemenkes Malang) perhatian (Penny, 2007:414). Selain itu bila
orang tua terlalu memberi perhatian kepada
bayi, maka anak akan menarik diri atau bisa
ABSTRACT menjadi agresif (memukul,menggigit)
terhadap orang tua maupun bayi (Penny,
2007:414).
Background: To a child that will be sister Berdasarkan Jurnal Penganiayaan Anak
or brother (sibling), new childbirth will evoke Amerika Serikat mengemukakan bahwa 35%
reaction/ response that variably. Happened anak-anak pernah memukul atau diserang
response can in responses postal form oleh saudaranya (Butler,2006), sebuah
positive and also negative one usually penelitian di Jakarta dalam kompas (2009)
subtracted get attention by parent. menyatakan bahwa 70% adik-kakak
Population or this research target is age child memang lebih sering bertengkar dari pada
1-5 years old that have baby sister (0-28 dengan temannya. Hal itu wajar namun jika
days). With population amount as much 12 sikap itu selalu muncul akan mengganggu
age child 1-5 years old that have baby sister perkembangan anak (Reni, 2008). Pada
or brother’s (0-28 days) at territorial’s job of dasarnya tiap tahap perkembangan
Society Health Center Ngasem of Kediri mempunyai potensi gangguan
Regency. To the effect this research is perkembangan berbeda-beda (Kristinawati,
subject to know sibling’s response picture 2007), angka kejadian keterlambatan
child 1-5 years old to the new sister or perkembangan pada anak adalah 5-10%
brother natal territorial’s job of Society Health (NN, 2010). Penelitian di Bandung oleh
Center Ngasem of Kediri Regency. Method: Samalin (2003) pada 15 ibu yang
Method that used in this research is memperkenalkan bayinya sejak dalam
descriptive. Sample take is performed with kandungan kepada calon kakak, ada 12
take saturate sample. Observational data anak (80%) memberikan respon negative
result analyzed by range statistic. Result: dan menolak kehadiran adik bayinya,
Observational result sibling’s response sedangkan 3 anak (20%) lainnya dapat
picture age 1-5 years old to the new sister or menerimanya (Samalin, 2003). Sebuah
brother natal is a large part (66,67%) having penelitian di Malang Jatim oleh Noviani
positive response. Suggestion: Health (2007) menyatakan bahwa 60% orang tua
officer or midwife more regular gives mengetahui bahwa terdapat fenomena
attention or counseling for family who has slibling rivalry, 56% paham dan 42% orang
near natal distance possibility its happened tua yang dapat menanganinya. Penelitian di
negative response or sibling rivalry even can Kab. Kediri tepatnya di kecamatan Mojo oleh
be avoided. Ro’ufun (2004) pada 15 ibu yang
mengetahui fenomena sibling rivalry, 14 ibu (
93,30 %) menyikapi sibling dengan sikap
Key words:Response, Sibling is age 1-5 negative dan 6, 70% yang menyikapi sibling
years old, new sister or brother dengan sikap positif, juga disebutkan bahwa
aspek negatif ibu tentang respon sibling
terhadap bayi baru lahir adalah 86,70 %.
Berdasarkan data dinas kesehatan
kabupaten Kediri, puskesmas Ngasem
PENDAHULUAN
sampai dengan jam 11 atau 12, 60% merasa melaksanakan ANC di wilayah Dinas
waktu tunggu cukup lama dan 50% merasa Kesehatan Kota Kediri yang memenuhi
respon bidan terhadap pelayanan kriteria inklusi sejumlah 99 orang. Alat ukur
dibutuhkan masih lambat. Selain itu, peneliti yang dipakai adala dengan menggunakan
juga mengamati fenomena banyak ibu hamil kuesioner. Analisa data secara univariat dan
yang tidak memanfaatkan Puskesmas atau bivariat dengan uji chi Square untuk
Posyandu untuk memeriksakan kehamilan, mendapatkan hubungan bermakna (α=0,05).
mereka lebih banyak datang ke BPS, hal ini
dimungkinkan karena ibu merasa lebih puas HASIL PENELITIAN
periksa di BPS daripada memanfaatkan
fasilitas Puskesmas atau Posyandu. Usia Responden
Selain itu masyarakat Kota Kediri
termasuk masyarakat transisi atau Tabel 1. Distribusi Usia Responden
mengalami perubahan dari suatu
masyarakat pedesaan ke arah kebiasaan Usia (Tahun) Frekuensi Persentase
masyarakat perkotaan. Masyarakat transisi < 25 7 7
umumnya bersifat suka menerobos, mudah 20-35 85 86
tersinggung, kurang memperhatikan adat >35 7 7
dalam bergaul, sikap individual mulai Total 99 100
menonjol, dalam mencapai tujuan bersama
kurang menjunjung etika gotong royong, Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui
rasa saling membutuhkan mulai memudar bahwa sebagian besar responden berusia
dan mulai kehilangan nilai dan norma yang 20-35 tahun, yakni sebesar 86%
asli (Ayu Ahmad, 2011). Begitu pula dengan
kepuasan masyarakat terhadap layanan Pendidikan Responden
kesehatan, tentunya pasti akan mengalami
pergeseran nilai-nilai kepuasan, khususnya Tabel 2. Distribusi Pendidikan Responden
kepuasan ibu hamil terhadap layanan ANC
pada sarana layanan kebidanan. Pendidikan Frekuensi Persentase
Dari uraian diatas tampak kesenjangan
antara kondisi pelayanan yang seharusnya SD 6 6
diberikan ditinjau dari dimensi mutu layanan SMP 35 35
dengan layanan pemeriksaan kehamilan SMA 42 42
yang diberikan oleh bidan sebagai provider. DIPLOMA 4 4
Kesesuaian antara mutu layanan yang SARJANA 12 12
diberikan dengan harapan pasien maka akan Total 99 100
menimbulkan kepuasan pada pasien. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui
hubungan mutu layanan ANC dengan bahwa sebagian besar responden
kepuasan pasien ANC di BPS Wilayah Dinas berpendidikan SMA , yakni sebesar 43%
Kesehatan Kota Kediri.
Pekerjaan Responden
METODE PENELITIAN
Tabel 3. Distribusi Pekerjaan Responden
Penelitian ini menggunakan metode
korelasional asosiatif dengan pendekatan Pekerjaan Frekuensi Persentase
cross sectional, untuk mengetahui hubungan Ibu Rumah Tangga 74 75
mutu layanan KIA dengan kepuasan pasien Swasta 17 17
ANC di BPS wilayah dinas kesehatan kota Wiraswasta 7 7
Kediri. Penelitian ini dilakukan pada tanggal PNS 1 1
1-30 Agustus 2012 di BPS wilayah Dinas Total 99 100
Kesehatan Kota Kediri. BPS tempat
penelitian dipilih dengan melakukan cluster Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui
berdasarkan Puskesmas, adapun di wilayah bahwa sebagian besar pekerjaan responden
kota Kediri terdapat 9 Puskesmas, sehingga adalah sebagai ibu rumah tangga , yakni
diambil 9 BPS. Pemilihan 9 BPS sebesar 75%
menggunakan sistem acak, sehingga
diperoleh 1 Puskesmas diwakili 1 BPS. Gravida Responden
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
ibu hamil yang melaksanakan ANC di BPS Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui
wilayah Dinas Kesehatan Kota Kediri. bahwa sebagian besar responden adalah
Sampelnya yaitu sebagian ibu hamil yang primigravida, yakni sebesar 45%
Efektivitas
No Pernyataan Ya Tidak
1 Proses pendaftaran dan 98 1
pelayanan yang tidak rumit
2 kepraktisan dalam 98 1
mendapatkan obat
3 pemeriksaan cepat dan hasil 99 0
Gambar 1. Mutu Layanan ANC tepat
di BPS Kota Kediri Tahun 2012 4 Obat sesuai dengan keluhan 98 1
5 Nasehat Bidan sesuai 99 0
Berdasarkan Gambar 1, dapat diketahui dengan kebutuhan
bahwa sebagian besar responden
berpendapat bahwa mutu layanan ANC di Tabel 7 menunjukkan bahwa terdapat 1
BPS Kota Kediri adalah baik, yakni 63%. responden yang menjawab bahwa proses
pendaftaran dan pelayanan di BPS rumit, hal
Kompetensi Teknis ini dimungkinkan responden tersebut adalah
pasien baru sehingga dia mengalami
Tabel 5 menunjukkan bahwa masih kebingungan pada saat datang di BPS untuk
terdapat 1 responden yang menjawab bahwa mendapatkan layanan di BPS. Terdapat 1
layanan ANC yang diberikan oleh Bidan di responden yang menjawab untuk
BPS tidak sesuai. mendapatkan obat di BPS tidak praktis,
dimungkinkan karena responden
Tabel 5. Distribusi Jawaban Responden mendapatkan obat tertentu yang harus di
Tentang Kompetensi Teknis Bidan beli di apotik karena tidak tersedia di BPS.
Serta terdapat 1 responden yang menjawab
No Pernyataan Ya Tidak bahwa bidan tidak memberikan obat sesuai
1 Kesesuaian pelayanan ANC 98 1 dengan keluhan responden, hal ini
2 Keahlian Bidan dalam 99 0 dimungkinkan karena keluhan responden
memberikan layanan ANC
3 Pelayanan sesuai kebutuhan 99 0 adalah ketidaknyamanan fisiologis selama
4 Bidan mengetahui kondisi klien 99 0 hamil dan bidan tidak memberikan respon
atas keluhan responden tersebut.
No Pernyataan Ya Tidak
1 Bidan ramah dan sopan 99 0 Gambar 2. Kepuasan Pasien pada layanan
2 bidan bersikap bersahabat 99 0 ANC di BPS Kota Kediri tahun 2012
3 Bidan komunikatif 99 0
4 Bidan memberi perhatian pada 99 0 Hubungan antara Mutu Layanan ANC
kliennya dengan Kepuasan Pasien
5 Bidan menghormati kliennya 99 0
6 Bidan menjaga rahasia klien 98 1 Dari Tabel 12 diketahui bahwa mutu
layanan ANC yang baik paling banyak
Tabel 10 menunjukkan bahwa sebanyak 1 memberikan rasa puas pada responden
responden berpendapat bahwa Bidan tidak ketika mendapatkan layanan ANC di BPS
kota Kediri, yaitu sebesar 85%. Sedangkan praktek swasta dimana mereka melakukan
mutu layanan ANC yang kurang baik juga ANC tidak mengingat keluhan mereka pada
memberikan rasa puas pada responden, kunjungan yang lalu, serta menurut
yaitu sebesar 78%. responden banyak Bidan yang tidak
menggunakan sarung tangan pada waktu
Tabel 12. Tabulasi silang mutu layanan ANC memeriksa mereka serta tidak mencuci
dengan Kepuasan Pasien tangan sebelum maupun sesudah
memberikan pelayanan ANC pada
Kepuasan Pasien Total
Mutu Layanan responden. Selain itu, karakteristik
Tidak Puas Puas
ANC responden yang dari latar belakang yang
f % f % f %
Kurang Baik 8 22 29 78 37 100
berbeda juga menyebabkan penilaian mutu
layanan kebidanan sangat multi dimensional.
Baik 9 15 53 85 62 100
p = 0,823 Ho= diterima Kepuasan Pasien ANC Terhadap
Pelayanan ANC
Setelah dilakukan uji hubungan Chi
Square dengan tingkat kepercayaan 95% Hasil penelitian yang dilakukan
value = 0,823, menunjukkan lebih dari setengah responden
karena p value merasa puas dengan pelayanan ANC di BPS
Ha di tolak, sehingga tidak ada hubungan Kota Kediri yaitu 83%. Harapan atas kinerja
antara mutu layanan ANC dengan kepuasan produk berlaku sebagai standar
pasien. perbandingan terhadap kinerja aktual
produk. Beberapa pakar mengidentifikasi
PEMBAHASAN tiga macam pendekatan dalam
mengonseptualisasikan harapan pra
Mutu Layanan ANC pembelian atas kinerja produk (Tjiptono,
2006).
Hasil penelitian yang dilakukan Sesuai dengan teori diatas nampak
menunjukkan bahwa sebagian besar bahwa hal ini terkait dengan harapan yang
responden menilai bahwa mutu layanan diberikan oleh responden tidak terlalu tinggi
ANC di BPS Kota Kediri adalah baik yaitu sehingga saat memperoleh pelayanan yang
63%. Mutu layanan hanya padat diketahui ada pasien sudah merasa puas. Untuk
apabila sebelumnya telah dilakukan mencapai tingkat kepuasan yang lebih baik
penilaian terhadap tingkat kesempurnaan, sebaiknya pihak BPS yang ada di kota Kediri
sifat, wujud serta ciri-ciri prlayanan melakukan survey kepuasan pasien sesuai
kesehatan dan ataupun terhadap kepatuhan dengan perspektif pasien sehingga
terhadap standar pelayanan. Dan penilaian kepuasan yang terukur benar-benar
mutu tidak mudah karena bersifat multi kepuasan pasien.
dimensional. Penelitian yang dilakukan oleh
Roberts dan Prevost (1987) telah berhasil Hubungan Mutu Layanan ANC Dengan
membuktikan adanya perbedaan dimensi, Kepuasan Pasien
dimana bagi pemakai jasa pelayanan
kesehatan, mutu pelayanan lebih terkait Hasil penelitian yang dilakukan
pada dimensi ketanggapan petugas menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
memenuhi kebutuhan pasien, kelancaran mutu layanan ANC dengan kepuasan pasien
komunikasi petugas dengan pasien, ANC di BPS kota Kediri. Responden banyak
keprihatianan serta keramahtamahan yang merasa puas terhadap layanan ANC
petugas dalam melayani pasien dan atau yang diberikan bidan walaupun mereka
kesembuhan penyakit yang sedang diderita berpendapat bahwa kualitas pelayanan ANC
oleh pasien. (Azwar, 1996) Walaupun di BPS tersebut baik ataupun kurang baik
menurut perspektif pasien, mutu layanan mutunya. Kepuasan konsumen berkaitan
ANC di BPS kota Kediri menunjukkan lebih erat dengan kualitas (mutu). Dalam tahun-
dari setengah pasien memberikan nilai baik tahun belakangan ini, banyak perusahaan
tetapi masih terdapat pasien yang yang mengadopsi program total quality
memberikan nilai kurang. Hal ini disebabkan management (TQM), yang dirancang untuk
karena pasien mempunyai perspektif atau melakukan perbaikan kualitas (mutu) produk
pandangan yang berbeda tentang mutu mereka. Kualitas (mutu) mempunyai dampak
layanan ANC yang mereka terima. 33 langsung pada prestasi produk dan
responden berpendapat bahwa BPS tidak kepuasan konsumen (Tjiptono, 2006).
dapat memberikan pelayanan ANC pada hari Sehingga teori tersebut bertentangan
libur, 12 responden berpendapat Bidan dengan hasil penelitian ini, hal ini dapat
disebabkan karena penilaian tentang mutu