Anda di halaman 1dari 61

Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

i Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

JURNAL PENELITIAN KESEHATAN SUARA FORIKES


Diterbitkan oleh:
FORUM ILMIAH KESEHATAN (FORIKES)

Penanggungjawab:
Ketua Forum Ilmiah Kesehatan

Pemimpin Redaksi:
Subagyo, S.Pd, M.M.Kes

Anggota Dewan Redaksi:


H. Trimawan Heru Wijono, S.K.M, S.Ag, M.Kes
H. Sukardi, S.S.T, M.Pd
Hj. Rudiati, A.P.P, S.Pd, M.M.Kes

Penyunting Pelaksana:
Budi Joko Santosa, S.K.M, M.Kes
Handoyo, S.S.T
Suparji, S.S.T, M.Pd

Sekretariat:
Hery Koesmantoro, S.T, M.T
Ayesha Hendriana Ngestiningrum, S.S.T
Sri Martini, A.Md

Alamat:
Jl. Cemara RT 01 RW 02 Ds./Kec. Sukorejo, Ponorogo
Kode Pos: 63453 Telepon: 085235004462
Jl. Danyang-Sukorejo RT 05 RW 01 Serangan, Sukorejo, Ponorogo
Kode Pos: 63453 Telepon: 081335718040

E-mail dan Website:


suaraforikes@gmail.com dan www.suaraforikes.webs.com

Terbit setiap tiga bulan, terbit perdana bulan Januari 2010


Harga per-eksemplar Rp. 25.000,00

Jurnal Penelitian Kesehatan Volume Nomor Halaman April ISSN


Suara Forikes IV 2 60 - 116 2013 2086-3098

ii Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

EDITORIAL PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL


Salam dari Redaksi Kami menerima artikel asli berupa hasil penelitian atau
tinjauan hasil penelitian kesehatan, yang belum pernah
Para pembaca yang berbahagia, dipublikasikan, dilengkapi dengan: 1) surat ijin atau
halaman pengesahan, 2) jika peneliti lebih dari 1 orang,
selamat berjumpa kembali dengan
harus ada kesepakatan urutan peneliti yang
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara ditandatangani oleh seluruh peneliti. Dewan Redaksi
Forikes. Sekarang ini adalah berwenang untuk menerima atau menolak artikel yang
penerbitan Volume IV Nomor 2, masuk, dan seluruh artikel tidak akan dikembalikan
alhamdulillah bisa diterbitkan kepada pengirim. Dewan Redaksi juga berwenang
secara tepat waktu. mengubah artikel, namun tidak akan mengubah makna
yang terkandung di dalamnya. Artikel berupa karya
Pada bulan April 2013 ini disajikan mahasiswa (karya tulis ilmiah, skripsi, tesis, disertasi, dsb.)
harus menampilkan mahasiswa sebagai peneliti.
sepuluh judul artikel hasil penelitian
karya para sejawat dari berbagai Persyaratan artikel adalah sebagai berikut:
penjuru tanah air, antara lain dari
Surabaya, Malang, Bandung, 1. Diketik dengan huruf Arial 9 dalam 2 kolom, pada
Surakarta, dan Medan. Terimakasih kertas HVS A4 dengan margin kiri, kanan, atas, dan
bawah masing-masing 3,5 cm.
kami sampaikan para sejawat yang 2. Jumlah maksimum adalah 10 halaman, berbentuk
telah turut serta menumbuh- softcopy (flashdisk, CD, DVD atau e-mail).
suburkan jurnal ini hingga saat ini.
Isi artikel harus memenuhi sistematika sebagai berikut:
Semoga kehadiran publikasi ini
1. Judul ditulis dengan ringkas dalam Bahasa Indonesia
dapat memperkaya perbendaraan atau Bahasa Inggris tidak lebih dari 14 kata,
karya ilmiah di tanah air kita, menggunakan huruf kapital dan dicetak tebal pada
khususnya dalam bidang bagian tengah.
2. Nama lengkap penulis tanpa gelar ditulis di bawah
kesehatan. Jika ingin mendapatkan judul, dicetak tebal pada bagian tengah. Di bawahnya
keterangan lebih jauh, para ditulis institusi asal penulis.
pembaca dapat menghubungi kami 3. Abstrak ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa
Inggris dicetak miring. Judul abstrak menggunakan
melalui surat, faksimil, telepon, atau huruf kapital di tengah dan isi abstrak dicetak rata kiri
e-mail. dan kanan dengan awal paragraf masuk 1 cm. Di
bawah isi abstrak harus ditambahkan kata kunci.
Para pembaca dapat pula 4. Pendahuluan ditulis dalam Bahasa Indonesia rata kiri
dan kanan dan paragraf masuk 1 cm.
menikmati isi jurnal ini melalui 5. Metode ditulis dalam Bahasa Indonesia rata kiri dan
publikasi website kami kanan, paragraf masuk 1 cm. Isi bagian ini disesuaikan
www.suaraforikes.webs.com, portal dengan bahan dan metode penelitian yang diterapkan.
6. Hasil Penelitian ditulis dalam Bahasa Indonesia rata kiri
garuda dikti, serta portal PDII LIPI. dan kanan, paragraf masuk 1 cm. Kalau perlu, bagian
ini dapat dilengkapi dengan tabel maupun gambar (foto,
Terimakasih, semoga bisa diagram, gambar ilustrasi dan bentuk sajian lainnya).
Judul tabel berada di atas tabel dengan posisi di
berjumpa kembali dalam penerbitan
tengah, sedangkan judul gambar berada di bawah
berikutnya pada bulan Juli 2013. gambar dengan posisi di tengah.
7. Pembahasan ditulis dalam Bahasa Indonesia rata kiri
dan kanan, paragraf masuk 1 cm. Pada bagian ini, hasil
penelitian ini dibahas berdasarkan referensi dan hasil
Redaksi penelitian lain yang relevan .
8. Simpulan dan Saran ditulis dalam Bahasa Indonesia
rata kiri dan kanan, paragraf masuk 1 cm. Simpulan
dan saran disajikan secara naratif.
9. Daftar Pustaka ditulis dalam Bahasa Indonesia, bentuk
paragraf menggantung (baris kedua dan seterusnya
masuk 1 cm) rata kanan dan kiri. Daftar Pustaka
mengacu pada Sistim Harvard.

Redaksi

iii Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

DAFTAR JUDUL

No Judul dan Penulis Halaman

1 FAKTOR–FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA 60 - 65


MALNUTRISI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BELAWAN
TAHUN 2010 – 2011
Irma Linda

2 PERBEDAAN PERKEMBANGAN BALITA USIA 12-15 BULAN ANTARA ANAK 66 - 69


SULUNG DENGAN ANAK BUNGSU DI DESA PINGKUK KECAMATAN
BENDO KABUPATEN MAGETAN TAHUN 2008
Nurlailis Saadah

3 PENGARUH DUKUNGAN SUAMI TERHADAP KUNJUNGAN PEMERIKSAAN 70 – 76


KEHAMILAN DI KLINIK BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
MEDAN JOHOR
Suswati, Dewi Meliasari

4 KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK 77 – 83


MENINGKATKAN PENGETAHUAN MAHASISWA PADA MATA AJAR ASUHAN
KEBIDANAN IV DENGAN TOPIK PRE-EKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA DI
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
Kirana Dewi Pertiwi, Sih Rini Handajani, Agus Winarso, Suroso

5 HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KADER POSYANDU TENTANG 84 – 88


SISTEM 5 MEJA DENGAN PELAKSANAANNYA DI POSYANDU
Ribut Eko Wijanti, Dwi Estuning Rahayu, Iftitah Humul Qoirilia

6 HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU POST PARTUM TENTANG PEMBERIAN 89 – 94


ASI DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI DI KLINIK BERSALIN Hj.
HENDRAYATNI TAHUN 2012
Nenny Aurelia Parhusip, Tiamin Simbolon

7 HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PASIEN DENGAN KEJADIAN 95 – 100


KONJUNGTIVITIS DI RUMAH SAKIT MATA CICENDO BANDUNG
Siti Nurhayati, Ali Hamzah, Ade Tika

8 PERILAKU PENJAMAH MAKANAN TERHADAP HYGIENE SANITASI 101 – 105


MAKANAN (TAHAP PENGOLAHAN BAHAN MAKANAN) DI INSTALASI GIZI
RS.GATOEL MOJOKERTO TAHUN 2012
Soedjarwo, Umi Rahayu, Widyanita Alfaria Aritmatika

9 PANDANGAN IBU TENTANG RESPON SIBLING ANAK USIA 1-5 TAHUN 106 – 110
TERHADAP KELAHIRAN ADIK BARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
NGASEM KABUPATEN KEDIRI
Suwoyo, Siti Asiyah, Rumandany

10 HUBUNGAN MUTU LAYANAN ANC DENGAN KEPUASAN PASIEN PERIKSA 111 – 116
ANC DI BPS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN KOTA KEDIRI
Shinta Kristianti, Indah Rahmaningtyas, Ribut Eko Wijanti

iv Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

PENDAHULUAN

Latar Belakang
FAKTOR–FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA Menurut organisasi kesehatan dunia
MALNUTRISI PADA BALITA DI WILAYAH World Health Organization (WHO)
KERJA PUSKESMAS BELAWAN menyebutkan angka kejadian gizi buruk dan
TAHUN 2010 – 2011 gizi kurang pada balita pada tahun 2002
masing-masing meningkat menjadi 8, 3
Irma Linda persen dan 27, 5 persen serta pada tahun
(Jurusan Kebidanan 2005 naik lagi menjadi masing-masing 8, 8
Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan) persen dan 28 persen. Di dunia, kasus gizi
buruk pada anak paling banyak di India,
jumlahnya mencapai 100 juta, setelah itu di
negara Cina dengan jumlah 40 juta anak.
ABSTRAK Ditempat lain juga tercatat kasus kurang gizi
yaitu Asia sebanyak 50%, di Afrika 30%, dan
Latar belakang: Optimalisasi program 20% Amerika Latin (Moris, 2007).
ASI eksklusif bukan hal yang baru jika Berdasarkan data UNICEF (United
manfaat ASI jauh lebih baik dibandingkan Children Foundation) setiap tahunnya anak
dengan susu formula. Kenyataannya, yang meninggal 11.000.000 jiwa, ironisnya
banyak ibu yang kurang sadar arti 56 % disebabkan karena gizi rendah (gizi
pentingnya menyusui (Pertiwi, 2012). kurang dan gizi buruk). kemudian pada
Tujuan: Penelitian ini bertujuan mengetahui tahun 2010 Indonesia menempati urutan
faktor–faktor yang berhubungan dengan kelima di dunia sebagai negara dengan
terjadinya malnutrisi pada balita. Metode: jumlah balita yang menderita gizi kurang
Jenis penelitian adalah survei analitik terbanyak dengan jumlah balita terhambat
dengan desain cross sectional yang pertumbuhannya yaitu sebanyak 7.800.000
dilakukan di wilayah kerja Puskesmas jiwa.
Belawan Kecamatan Medan Belawan sejak Angka kejadian gizi buruk di Indonesia
bulan Oktober 2012 sampai dengan menduduki peringkat ke 142 dari 170 negara
Desember 2012. Populasi dalam penelitian dan terendah di ASEAN. Tahun 2007 lalu
ini adalah balita dengan besar sampel 56 tercatat sebanyak 4 juta balita di Indonesia
balita. Pengambilan sampel dilakukan mengalami gizi kurang dan 700ribu anak
dengan metode simple random sampling. dalam kategori gizi buruk. Direktorat Bina
Untuk menganalisis faktor – faktor yang Gizi, Kementerian Kesehatan, melaporkan
berhubungan dengan terjadinya malnutrisi hasil pemantauannya menunjukkan pada
pada balita digunakan uji Chi-Square. Hasil: tahun 2010 tercatat 43616 anak balita gizi
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan buruk yang ditemukan dan telah dirawat
yang signifikan antara berat badan lahir (Ramdan, 2011).
dengan malnutrisi pada balita dimana nilai Berdasarkan Depkes RI, (2010), jumlah
2 hitung > 2 tabel yaitu 6,404 > 5,991, tidak balita yang menderita gizi kurang terendah di
ada hubungan yang signifikan antara Indonesia adalah Daerah Istimewa
pemberian ASI eksklusif dengan malnutrisi Yogyakarta dengan angka prevelansi 10,9%,
pada balita dimana nilai hasil  hitung <  sedangkan daerah yang memiliki prevelansi
2 2

tabel yaitu 2,561 < 5,991, dan ada gizi kurang tertinggi di Indonesia adalah
hubungan yang signifikan antara penyakit nusa Tenggara timur dengan angka
infeksi dengan malnutrisi pada balita, dimana prevalensi 31,6%, dimana total pencapainya
nilai  hitung >  tabel yaitu 6,776 > 5,991.
2 2 gizi kurang rata-rata nasional pada tahun
Saran: Diharapkan pada petugas kesehatan 2010 sebesar 18,4% (Depkes, 2010).
di Puskesmas Belawan Kecamatan Medan Sementara pada awal tahun 2005, menurut
Belawan dapat meningkatkan pelaksanaan Survei Sosial Ekonomi Nasional
program promosi kesehatan khususnya (SUSENAS), jumlah kasus gizi buruk dan
tentang kebutuhan nutrisi pada balita. gizi kurang berturut-turut 8,8 persen dan
19,20 persen. Jumlah balita yang menderita
Kata Kunci: BBLR, ASI ekslusif, penyakit gizi kurang dikatakan menurun menjadi 4,6
infeksi, malnutrisi, balita. juta balita. Demikian pula balita yang
menderita gizi buruk menurun menjadi 1,2
juta balita, dan balita yang menderita gizi
buruk tingkat berat (busung lapar) menurun
menjadi 120.000 balita (Masidu, 2008).

60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

Sebanyak 2050 anak mengalami gizi pentingnya menyusui. Padahal, ASI sangat
kurang selama tahun 2010, tahun 2009 gizi penting untuk menciptakan ketahanan fisik,
kurang sedikitnya menyerang 2806 anak dan ketahanan penyakit, serta peningkatan
ditemukan 163 anak penderita gizi buruk di intelegensi. Sosialisasi yang komprehensif
Kota Medan, dengan temuan kasus tentang manfaat ASI harus digalakkan untuk
terbanyak ada di Kecamatan Medan membangkitkan kembali semangat menyusui
Belawan, Medan Labuhan dan Medan para ibu. (Pertiwi, 2012).
Tembung, sedangkan tahun 2010, gizi buruk Anak yang lahir dengan BBLR (Berat
telah menyerang 170 anak di Medan Badan Lahir Rendah), pertumbuhan dan
(Satriadi, 2011). Sesuai laporan dan perkembangannya lebih lambat. Keadaan ini
monitoring yang dilakukan KGM (Kelompok lebih buruk lagi jika bayi BBLR kurang
Gizi Masyarakat) Belawan Bahagia, jumlah mendapat asupan energi dan zat gizi, pola
balita kurang gizi tahun 2009 terdapat 88 asuh yang kurang baik dan sering menderita
balita dan menurun tahun 2010 sebanyak 82 penyakit infeksi. Pada akhirnya bayi BBLR
balita. Sedangkan hingga Oktober 2011 cenderung mempunyai status gizi kurang
terdapat 58 balita, berdasarkan data dari 19 dan gizi buruk. Bayi yang dilahirkan dengan
Posyandu yang terdapat pada sejumlah ling- berat badan lahir kurang dari 2.500 gram,
kungan di wilayah Kelurahan Belawan pertumbuhan dan faal (function) dari seluruh
Bahagia, sejak Januari hingga akhir Oktober anggota badannya belum sempurna dan
2011 terdapat 58 balita kurang gizi, Namun daya tahan tubuh terhadap bermacam –
memasuki minggu pertama November saat macam rangsangan (iklim, kuman) disekitar
berlangsung kegiatan Posyandu Bawal Ke- masih rendah. (William, 2010 ).
nanga di Lingkungan 19, ditemukan seorang Hasil survei pendahuluan yang dilakukan
balita ku-rang gizi menjadi penderita gizi penulis di Puskesmas Belawan tahun 2010 –
buruk (Jurnas, 2011). 2011 ditemukan balita yang mengalami
Pada tahun 2011 kasus tertinggi gizi malnutrisi sebanyak 125 balita. Berdasarkan
buruk di Medan adalah Kecamatan Medan beberapa masalah di atas, perlu dilakukan
Labuhan (12 orang), dan dalam tahun 2011 penelitian Faktor – Faktor yang
kota Medan memiliki 124 anak gizi buruk Berhubungan dengan Terjadinya Malnutrisi
dan 1896 anak gizi kurang, yaitu di 14 pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
kelurahan dari 21 kecamatan di Kota Medan, Belawan Tahun 2010 – 2011.
dimana hampir separuhnya kecamatan di
Medan Utara adalah penyumbang gizi buruk Tujuan Penelitian
tertinggi. Pada tahun 2010 dan 2011, ada 9
kecamatan yang ada di Medan merupakan 1. Untuk mengetahui Hubungan Berat
rawan gizi buruk, tiga diantaranya adalah Badan Lahir dengan terjadinya malnutrisi
berasal dari Medan Utara yakni Medan pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Marelan, Medan Labuhan dan Medan Belawan tahun 2010–2011.
Belawan (Muslim, 2012). 2. Untuk mengetahui Hubungan Pemberian
Balita yang kurang gizi akan sering ASI Eksklusif dengan terjadinya
terserang sakit, terutama penyakit infeksi Malnutrisi pada Balita di Wilayah Kerja
akut. Penyakit infeksi kronik yang sering Puskesmas Belawan tahun 2010–2011.
menyerang anak kurang gizi, di negara – 3. Untuk mengetahui Hubungan Penyakit
negara terbelakang dan yang sedang Infeksi dengan terjadinya malnutrisi pada
berkembang seperti Indonesia, adalah Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
tuberkulosis paru (TB paru). Hal ini dipicu Belawan tahun 2010–2011.
karena kurangnya kesadaran akan
kebersihan (personal hygiene) dan tingginya METODE PENELITIAN
tingkat endemisitas penyakit ini. Kondisi
infeksi kronik akan menyebabkan kurang gizi Jenis penelitian yang dilakukan adalah
dan kondisi malnutrisi sendiri akan survei analitik dengan pendekatan
memberikan dampak buruk pada sistem explanatory research serta desain penelitian
pertahanan sehingga memudahkan restrospektif yang bertujuan menganalisis
terjadinya infeksi (Zein, 2010). faktor–faktor yang berhubungan dengan
Optimisme pemerintah untuk terjadinya malnutrisi pada balita di wilayah
menurunkan prevalensi gizi buruk dan gizi kerja Puskesmas Belawan tahun 2010–
kurang, banyak aspek yang perlu dibenahi 2011.
salah satunya optimalisasi program Air Susu Lokasi penelitian ini di lakukan di wilayah
Ibu (ASI) eksklusif. Bukan hal yang baru jika kerja Puskesmas Belawan. Alasan pemilihan
manfaat ASI jauh lebih baik dibandingkan lokasi, berdasarkan survei awal ditemukan
dengan susu formula. Kenyataannya, balita yang mengalami malnutrisi sebanyak
banyak ibu yang kurang sadar arti 125 balita. Waktu yang digunakan untuk

61 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

penelitian dilakukan mulai bulan Oktober Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui,


2012 sampai dengan bulan Desember 2012. mayoritas balita malnutrisi tidak diberikan
Populasi penelitian adalah semua balita ASI ( 71,4% ).
yang mengalami malnutrisi (gizi kurang) di
wilayah kerja Puskesmas Belawan tahun
2010–2011 dengan populasi 125 balita. Penyakit Infeksi
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian
balita yang mengalami malnutrisi di wilayah Penyakit infeksi pada balita malnutrisi di
kerja Puskesmas Belawan tahun 2011-2012 wilayah kerja Puskesmas Belawan tahun
sebanyak 56 orang. Pengambilan sampel 2010–2011 dapat diuraikan sebagai berikut:
dilakukan dengan metode simple random
sampling yaitu mengambil sampel
menggunakan rumus acak sederhana Tabel 3. Distribusi Malnutrisi Pada Balita
dengan teknik mengundi atau mengacak. Berdasarkan Penyakit Infeksi
Analisis data yang dilakukan analisis di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan
univariat dan bivariat dengan menggunakan Tahun 2010–2011
uji statistik chi-square (α = 0,05).
Penyakit Infeksi Jumlah (%)
HASIL PENELITIAN Ya 35 62,5
Tidak 21 37,5
Berat Badan Lahir Jumlah 56 100,0
Berat badan Lahir pada balita malnutrisi
di wilayah kerja Puskesmas Belawan Tahun
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui,
2010–2011 dapat dikelompokkan atas <2500
mayoritas balita malnutrisi dengan penyakit
gram dan >2500 gram dapat diuraikan
infeksi (62,5%).
sebagai berikut:

Tabel 1. Distribusi Malnutrisi Pada Balita Malnutrisi Pada Balita


Berdasarkan Berat Badan Lahir
di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan
Tahun 2010–2011
Malnutrisi pada balita di wilayah kerja
Puskesmas Belawan tahun 2010–2011
Berat Badan Lahir Jumlah % dapat diuraikan sebagai berikut:
< 2500 gram 32 57,1
> 2500 gram 24 42,9
Jumlah 56 100,0 Tabel 4. Distribusi Malnutrisi Pada Balita
di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan
Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa Tahun 2010–2011.
mayoritas balita malnutrisi dengan berat
badan lahir < 2500 gram (57,1%). Balita Malnutrisi Jumlah (%)
Berat 26 46,4
Pemberian ASI Eksklusif Sedang 16 28,6
Ringan 14 25,0
Pemberian ASI eksklusif pada balita Jumlah 56 100,0
malnutrisi di wilayah kerja Puskesmas
Belawan tahun 2010–2011 dapat diuraikan
sebagai berikut: Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui,
mayoritas balita malnutrisi dalam kategori
Tabel 2. Distribusi Malnutrisi Pada Balita berat (46,4%).
Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif
di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan
Tahun 2010–2011 Hubungan Berat Badan Lahir dengan
Malnutrisi pada Balita
Pemberian ASI Jumlah (%)
Eksklusif Hubungan Berat Badan Lahir dengan
Ya 16 28,6 Malnutrisi pada Balita dapat dilihat pada
Tidak 40 71,4 tabel berikut:
Jumlah 56 100,0

62 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

Tabel 5. Hubungan Berat Badan Lahir besar mengalami malnutrisi ringan (37,50%),
dengan Malnutrisi pada Balita sedangkan bayi yang tidak mendapatkan
di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan ASI eksklusif, sebagian besar mengalami
Tahun 2010–2011. malnutrisi berat (52,50%). Hasil uji statistik
dengan uji chi-square menunjukkan bahwa
Berat Malnutrisi tidak ada hubungan yang signifikan antara
Badan Jumlah pemberian ASI eksklusif dengan malnutirsi,
Lahir Berat Sedang Ringan
dimana  hitung <  tabel (2,561 < 5,991).
2 2
<2500 18 10 4 32
gram (56,25%) (31,25%) (12,25%) (100%)
Hubungan Penyakit Infeksi dengan
>2500 8 6 10 24 Malnutrisi pada Balita
gram (33,33%) (25,00%) (41,67%) (100%)
Jumlah 26 16 14 56 Hubungan penyakit infeksi dengan
(46,4%) (28,6%) (25,0%) (100%) malnutrisi pada balita dapat dilihat pada
tabel berikut:
 Tabel = 5,991,  Hitung = 6,404
2 2

Tabel 7. Hubungan Penyakit Infeksi dengan


Tabel 5 menunjukkan bahwa terdapat Malnutrisi pada Balita
perbedaan tingkat malnutrisi secara di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan
mencolok antara bayi dengan berat badan Tahun 2010–2011
lahir <2500 gram dan bayi dengan berat
badan lahir >2500 gram. Bayi dengan berat Penyakit Malnutrisi
badan lahir <2500 gram, sebagian besar Infeksi Jumlah
Berat Sedang Ringan
mengalami malnutrisi berat (56,25%),
sedangkan bayi dengan berat badan lahir 17 13 5 35
>2500 gram, sebagian besar mengalami Ya (48,57%) (37,14%) (14,29%) (100%)
malnutrisi ringan (41,67%). Hasil uji statistik 9 3 9 21
dengan uji chi-square menunjukkan ada Tidak (42,86%) (14,29%) (42,86%) (100%)
hubungan yang signifikan antara berat
badan lahir dengan malnutirsi dimana  Jumlah 26 16 14 56
2
(46,4%) (28,6%) (25,0%) (100%)
hitung >  tabel (6,404 > 5,991).
2

 Tabel = 5,991,  Hitung = 6,776


2 2
Hubungan Pemberian ASI Eksklusif
dengan Malnutrisi pada Balita
Tabel 7 menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan tingkat malnutrisi secara
Hubungan pemberian ASI eksklusif
mencolok antara bayi dengan penyakit
terhadap malnutrisi pada balita dapat dilihat
infeksi dan bayi tidak dengan penyakit
pada tabel berikut:
infeksi. Bayi dengan penyakit infeksi,
sebagian besar mengalami malnutrisi berat
Tabel 6. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif
(48,57%), sedangkan bayi tidak dengan
dengan Malnutrisi pada Balita
penyakit infeksi, sebagian besar mengalami
di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan
malnutrisi ringan dan berat, masing-masing
Tahun 2010–2011.
42,86%. Hasil uji statistik dengan uji chi-
square menunjukkan ada hubungan yang
Pemberi- Malnutrisi
an ASI Jumlah signifikan antara penyakit infeksi dengan
malnutirsi dimana  hitung >  tabel (6,776
2 2
Eksklusif Berat Sedang Ringan
5 5 6 16 > 5,991).
Ya (31,25%) (31,25%) (37,50%) (100%)
21 11 8 40 PEMBAHASAN
Tidak (52,50%) (27,50%) (20,00%) (100%)
Hubungan Berat Badan Lahir dengan
Jumlah 26 16 14 56 Malnutrisi pada Balita
(46,4%) (28,6%) (25,0%) (100%)
Hasil uji chi-square menunjukkan ada
 Tabel = 5,991,  Hitung = 2,561
2 2
hubungan yang signifikan antara berat
badan lahir dengan malnutirsi pada balita.
Tabel 6 menunjukkan bahwa terdapat Hal ini sejalan dengan pendapat (Sjahmien,
perbedaan tingkat malnutrisi secara antara 2009) bahwa faktor yang mempengaruhi
bayi yang mendapat ASI eksklusif dan bayi status gizi pada anak bersumber dari anak
yang tidak mendapat ASI eksklusif. Bayi itu sendiri yaitu: jarak lahir terhadap
yang mendapat ASI eksklusif, sebagian kakaknya, berat badan lahir, laju

63 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

pertumbuhan, pemanfaatan ASI, imunisasi penyakit infeksi akut. Penyakit infeksi kronik
dan penyakit infeksi. Bayi lahir dengan berat yang sering menyerang anak kurang gizi, di
badan lahir rendah (BBLR) akan berdampak negara – negara terbelakang dan yang
yang kurang baik seperti rendahnya daya sedang berkembang seperti indonesia,
tahan tubuh terhadap penyakit infeksi, adalah tuberkulosis paru ( TB paru ). Hal ini
tumbuh kembang tubuh lebih lamban. Berat dipicu karena kurangnya kesadaran akan
badan lahir sangat erat kaitannya dengan kebersihan ( personal hygiene ) dan
pertumbuhan anak selanjutnya, bayi yang tingginya tingkat endemisitas penyakit ini.
lahir dengan berat badan kurang dari 2500 Kondisi infeksi kronik akan menyebabkan
gram harapan untuk hidup sampai usia 12 kurang gizi dan kondisi malnutrisi sendiri
bulan hanya 46%. Karena itu pemeliharaan akan memberikan dampak buruk pada
gizi dan pengaturan makanan ibu semasa sistem pertahanan sehingga memudahkan
hamil merupakan periode awal pemeliharaan terjadinya infeksi.
gizi anak.
Berat badan lahir sangat mempengaruhi SIMPULAN DAN SARAN
gizi kurang pada balita, karena berat lahir <
2500 gram akan rentan terhadap penyakit Simpulan
dan pertumbuhannya akan lamban. Pada
bayi berat badan lahir rendah fungsi organ Ada hubungan yang signifikan antara
tubuh tidak seperti bayi yang berat badannya berat badan lahir dengan terjadinya
malnutrisi pada balita diperoleh hasil nilai 
2
normal, seperti lambung akan sedikit
hitung >  tabel yaitu 6,404 > 5,991. Tidak
2
kapasitasnya dan penyerapan pada usus
tidak akurat, sehingga asupan gizi pada bayi ada hubungan yang signifikan antara
tidak tercukupi dan laju metabolisme tidak pemberian ASI eksklusif dengan terjadinya
malnutrisi pada balita diperoleh hasil nilai 
sama dengan yang normal sehingga bayi 2

akan rentan penyakit. hitung <  tabel yaitu 2,561 < 5,991. Ada
2

hubungan yang signifikan antara penyakit


Hubungan Pemberian ASI Eksklusif infeksi dengan terjadinya malnutrisi pada
Terhadap Malnutrisi pada Balita balita diperoleh hasil nilai  hitung >  tabel
2 2

yaitu 6,776 > 5,991.


Hasil uji chi-square menunjukkan tidak
ada hubungan yang signifikan antara Saran
pemberian ASI eksklusif dengan malnutrisi
pada balita. Sebelum usia enam bulan Diharapkan pada petugas kesehatan di
sistem pencernaan bayi belum dapat Puskesmas Belawan Kecamatan Medan
mencerna makanan atau minuman selain Belawan dapat meningkatkan pelaksanaan
ASI, sehingga apabila dipaksakan maka bayi program promosi kesehatan khususnya
berpotensi menderita infeksi terutama pada tentang kebutuhan nutrisi pada balita.
sistem pencernaan. Anak-anak yang
mengalami infeksi sangat mudah mengalami DAFTAR PUSTAKA
penurunan status gizi. Perilaku pemberian
ASI kepada bayi merupakan salah satu Arikunto,S, 2010, Prosedur Penelitian Suatu
faktor yang berhubungan dengan kejadian Pendekatan Praktik, Edisi Revisi Cet 14,
gangguan gizi pada bayi dan balita. Formula Rineka Cipta, Jakarta.
makan dan minum yang terbaik bagi balita
terutama bayi adalah ASI. Kebiasaan
Ahmaddardiri, 04-10-2010, Analisis
menyusui pada bayi, terutama ASI eksklusif
Sistematis Pemecahan Masalah
akan meningkatkan daya tahan tubuh serta
Kelaparan dan Malnutrisi di Indonesia,
membantu pertumbuhan bayi dan balita.
http://ahmaddardiri.wordpress.com.
Bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif
memiliki risiko lebih besar mengalami status
gizi kurang/ buruk dibandingakan dengan Bambang, 2009. Status gizi.
bayi yang mendapat ASI eksklusif. http://dinkes.probolinggokota.go.id.

Hubungan Penyakit Infeksi Terhadap Depkes, 2010, Profil Kesehatan Sumatera


Malnutrisi Pada Balita Utara, http://www.depkes.go.id/
downloads/profil/prov%20sumut%202008
Hasil uji chi-square menunjukkan ada .pdf
hubungan yang signifikan antara pemberian
ASI eksklusif dengan malnutirsi pada balita. Fahrudin, 2005, Busung Lapar Dalam Visi
Menurut Zein (2010), balita yang kurang gizi Kepemimpinan, http://www.mail-
akan sering terserang sakit, terutama archive.com/

64 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

Hidayat, A. Aziz Alimul, 2011, Ilmu


Kesehatan Anak, Salemba Medika,
Jakarta.

Karwo, B, Jumat, 28 Januari 2011 08:4,


Monitoring dan Evaluasi
Penanggulangan Gizi Buruk dan Kurang
Pada Balita http://birohumas. jatimprov.
go.id.

Kurniati S, 2010, Tanda Kurang Gizi,


http://doktersehat.com/kurang-gizi-anak-
faktor-seba/

Lusa, 2009, Gizi Buruk.


http://www.kebidanan.net/gizi/gizi-buruk/

Maryuni, A, 2010, Ilmu Kesehatan Anak


Dalam Kebidanan, Trans Info Media,
Jakarta.

Jurnas. Medan, 07 November 2011 13:56.


Ditemukan 58 Balita Kurang Gizi di
Belawan Bahari, http://posyandu.org/
warta-posyandu/602-ditemukan-58-
balita-kurang-gizi-di-belawan-bahari-.html

Mitayani. Dan Sartika Wiwi, 2010, Buku


Saku Ilmu Gizi, TIM, Jakarta

Moehji, S, 2009, Ilmu Gizi 2. Bhatara Niaga


Media, Jakarta

Moris, 2007, Setiap Hari Anak – Anak Mati


Akibat Kelaparan Dan Gizi Buruk.

Notoatmodjo, S, 2010, Metodologi Penelitian


Kesehatan, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Nurachmah, E, 2001, Nutrisi Dalam


Keperawatan, CV.Sagung Seto, Jakarta
Pemko Medan Anak Tirikan Medan,
http://muslimmaksum.wordpress.com/201
2/01/29/pemko-medan-anak-tirikan-
medan-utara/

Siswono, 2009, Kurang Gizi Pada Anak.


http://www.gizi.net/cgi-

Supariasa N, 2002, Penilaian Status Gizi,


EGC, Jakarta

Satriadi. 25 January 2011 22:38. Medan Gizi


Kurang, http://www.waspada.anak-di-
medan-kurang-gizi.co.id

Zein, Umar, 2010, Ilmu Kesehatan Umum,


USU Press, Medan.

65 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

PENDAHULUAN

PERBEDAAN PERKEMBANGAN BALITA Latar Belakang


USIA 12-15 BULAN ANTARA ANAK
SULUNG DENGAN ANAK BUNGSU Posisi anak dalam keluarga dapat
DI DESA PINGKUK KECAMATAN BENDO mempengaruhi perkembangan khususnya
KABUPATEN MAGETAN dalam kepribadian. Anak sulung didalam
TAHUN 2008 keluarga mempunyai nilai tersendiri, anak
sulung dalam keluarga biasanya menjadi
Nurlailis Saadah pusat perhatian kedua orang tua. Sedangkan
(Jurusan Kebidanan anak bungsu adalah anak yang manja
Poltekkes Kemenkes Surabaya) karena menjadi pusat perhatian keluarga,
baik dari orang tua maupun kakak-kakaknya,
terlebih jika kakaknya berbeda usia cukup
ABSTRAK besar sehingga kedudukan anak bungsu
benar-benar menjadi obyek kesenangan
Latar belakang: Kegiatan yang anggota keluarga dirumahnya (EYP,2005).
dilaksanakan di Posyandu Desa Pingkuk Anak bungsu tergolong anak yang sulit
biasanya lebih diprioritaskan memantau untuk berkembang karena mempunyai kakak
pertumbuhan anak dengan melakukan yang dijadikan model, kerap merasa inferior
penimbangan berat badan untuk mengetahui (rendah diri), tidak sehebat kakak-kakaknya
status gizi dan kondisi kesehatan fisiknya. (Kompas Cyber Media,2005).
Tujuan: Penelitian ini bertujuan Jumlah balita pada Posyandu di Desa
menganalisis perbedaan perkembangan Pingkuk Kecamatan Bendo sampai dengan
balita usia 12-15 bulan antara anak sulung bulan Februari 2008 tercatat sebanyak 96
dengan anak bungsu di Desa Pingkuk balita, dari jumlah tersebut balita usia 12-15
Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan. bulan sebanyak 30 balita (31,2%). Jumlah
Metode: Rancangan penelitian adalah anak sulung 16 balita (53,3%) dan 14 balita
crossectional Populasi penelitian adalah (46,6%) tercatat sebagai anak bungsu dalam
semua balita anak sulung dan anak bungsu keluarga. Dari hasil studi awal yang
usia 12-15 bulan di Desa Pingkuk dilakukan oleh peneliti bulan Februari 2008
Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan. yang dilakukan terhadap 6 balita
Sampel diambil dengan proposional simple menunjukkan 3 balita (50%) mempunyai
random sampling sebanyak 28 balita. Data perkembangan tidak normal, sedangkan 3
dikumpulkan dengan KPSP, kemudian balita (50%) mempunyai perkembangan
dianalisis dengan T-test. Hasil: Sebanyak 15 normal. Balita yang mempunyai
balita usia 12-15 bulan yang berkedudukan perkembangan tidak normal adalah 2 balita
sebagai anak sulung, sebanyak 5 balita (66,6%) anak bungsu dan 1 balita (33,3%)
(33,3%) adalah perkembangannya tidak anak sulung. Kegiatan yang dilaksanakan
normal, dan sebanyak 10 balita (66,7%) biasanya lebih diperioritaskan untuk
perkembangannya normal. Dari 13 balita memantau pertumbuhan anak dengan
usia 12-15 bulan yang berkedudukan melakukan penimbangan berat badan
sebagai anak bungsu sebanyak 3 balita dengan tujuan untuk mengetahui status gizi
(23,1%) perkembangannya tidak normal, atau kondisi kesehatan fisiknya. Apabila
sedangkan 10 balita (76,9%) diketahui pertumbuhan anak terjadi
perkembangannya normal. Dari hasil uji gangguan baru dilakukan upaya-upaya untuk
statistik diperoleh nilai p = 0,741 yang berarti mengatasinya. Sedangkan kegiatan untuk
tidak ada perbedaan perkembangan balita memantau perkembangan anak sesuai
usia 12-15 bulan antara anak sulung dengan dengan usia belum pernah dilakukan oleh
anak bungsu di Desa Pingkuk Kecamatan petugas maupun orang tuanya. Untuk
Bendo Kabupaten Magetan. Dari hasil penilaian perkembangan balita pada
penelitian ini disarankan pemantau Posyandu di Desa Pingkuk Kecamatan
perkembangan balita dilakukan dari usia 3 Bendo sampai saat ini belum pernah
bulan sampai usia 72 bulan baik pada anak dilakukan baik oleh petugas kesehatan
sulung maupun anak bungsu disamping maupun oleh orang tua dengan
memantau pertumbuhan. menggunakan instrumen yang telah
dibakukan.
Kata kunci: Perkembangan, balita, anak
sulung, anak bungsu

66 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

Tujuan Penelitian Dilanjutkan dengan analisis perbedaan


perkembangan pada balita usia 12-15 bulan
1. Mengidentifikasi perkembangan anak antara anak sulung dengan anak bungsu
sulung usia 12-15 bulan di Desa Pingkuk menggunakan independent sample T-test
Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan. dengan α = 0,05.
2. Mengidentifikasi perkembangan anak
bungsu usia 12-15 bulan di Desa Pingkuk HASIL PENELITIAN
Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan.
3. Menganalisis perbedaan perkembangan Jenis kelamin
balita usia 12-15 bulan antara anak
sulung dengan anak bungsu di Desa Dari 28 balita usia 12-15 bulan sebanyak
Pingkuk Kecamatan Bendo Kabupaten 18 balita (36%) mempunyai jenis kelamin
Magetan. perempuan, sedangkan 10 balita (64%)
mempunyai jenis kelamin laki-laki.
METODE PENELITIAN
Usia
Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah survey analitik dengan Dari 28 balita usia 12-15 bulan sebanyak
tujuan untuk membuktikan adanya 3 balita (11%) berusia 13 bulan, dan
perbedaan perkembangan balita usia 12-15 sebanyak 12 balita (43 %) berusia 15
bulan antara anak sulung dengan anak bulan. Balita yang diteliti rata-rata berusia
bungsu di Desa Pingkuk Kecamatan Bendo 13,82 bulan. Balita yang diteliti usia termuda
Kabupaten Magetan. Rancangan yang 12 bulan sedangkan tertua 15 bulan.
digunakan adalah cross sectional.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kedudukan balita usia 12-15 bulan dalam
Pingkuk Kecamatan Bendo Kabupaten keluarga
Magetan, pada bulan April 2008.
Populasi penelitian adalah seluruh balita Dari 28 balita usia 12-15 bulan sebanyak
usia 12-15 bulan di Desa Pingkuk 15 balita (54%) mempunyai kedudukan
Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan dalam keluarga sebagai anak sulung,
sebanyak 30 balita. Sampel dalam penelitian sedangkan 13 balita (46%) mempunyai
ini adalah balita usia 12-15 bulan di Desa kedudukan dalam keluarga sebagai anak
Pingkuk Kecamatan Bendo Kabupaten bungsu.
Magetan.
Data yang dikumpulkan adalah data Pengasuh
tentang perkembangan balita usia 12-15
bulan yang diperoleh dengan instrumen Dari 28 balita usia 12-15 bulan sebanyak
KPSP yang disesuaikan dengan usia balita 2 balita (7%) diasuh bukan orang tuanya
yang diteliti. Data diperoleh dengan cara sendiri sedangkan sebanyak 26 balita (93%)
pengamatan langsung pada balita selama 1 diasuh orang tuanya sendiri.
(satu) bulan di Desa Pingkuk untuk
mengetahui kemampuan apa yang sudah Pendidikan ibu
dikuasai oleh balita sesuai dengan usianya
serta mengadakan tanya jawab dengan ibu Dari 28 ibu yang mempunyai balita usia
tersebut dengan menggunakan lembar 12-15 bulan sebanyak 13 ibu (47%)
KPSP sesuai dengan usia balita. berpendidikan SMA, ibu yang berpendidikan
Apabila penilaian KPSP: 10 atau 9 tinggi sebanyak 4 ibu (14%).
jawaban Ya berarti perkembangan anak
’sesuai’, apabila penilaian KPSP: 7 atau 8 Pekerjaan ibu
jawaban Ya berarti ’meragukan’ dan anak
perlu diperiksa ulang 1 minggu kemudian, Dari 28 ibu yang mempunyai balita usia
dan apabila penilaian KPSP: kurang dari 7 12-15 bulan sebanyak 14 ibu (50%) pekerja
berarti ’penyimpangan’. wiraswasta, sedangkan yang bekerja
Selanjutnya data dianalisis secara sebagai PNS sebanyak 1 ibu (4%).
deskriptif tentang karakteristik ibu meliputi :
pekerjaan, dan pendidikan. Karakteristik Perkembangan balita usia 12-15 bulan
balita meliputi: usia, jenis kelamin, anak sulung
kedudukan anak dalam keluarga, pengasuh
dan perkembangan balita usia 12-15 bulan Dari 15 balita usia 12-15 bulan yang
anak sulung dan anak bungsu, yang akan kedudukan sebagai anak sulung dalam
disajikan peneliti dengan menggunakan keluarga yang perkembangannya sesuai
tabel/diagram. sebanyak 10 balita (67%) dan yang

67 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

mempunyai perkembangan tidak sesuai balita yang mempunyai balita kedudukan


sebanyak 5 balita (33%). sebagai anak bungsu dalam keluarga
sebanyak 1 balita (14,3%)
Perkembangan balita usia 12-15 bulan perkembangannya tidak sesuai, sedangkan
anak bungsu 6 balita (85,7%) perkembangannya sesuai.
Dari 4 ibu balita pendidikan Perguruan Tinggi
Dari 13 balita usia 12-15 bulan anak yang mempunyai kedudukan sebagai anak
bungsu yang mempunyai perkembangan sulung dalam keluarga sebanyak 2 balita
sesuai sebanyak 10 balita (77%) dan (100%) perkembangannya sesuai,
mempunyai perkembangan tidak sesuai sedangkan 2 ibu balita yang mempunyai
sebanyak 3 balita (23%). balita kedudukan sebagai anak bungsu
dalam keluarga 2 balita (100%)
Perbedaan perkembangan anak sulung perkembangannya sesuai. Hal ini sesuai
dan anak bungsu dengan pendapat Soetjiningsih (1995), yang
menyatakan bahwa pendidikan orang tua
Hasil independent sample t-test adalah merupakan salah satu faktor yang penting
p=0,741, nilai ini >α (0,05). Jadi Ho diterima, dalam tumbuh kembang anak. Karena
berarti tidak ada perbedaan perkembangan dengan pendidikan yang baik maka ibu
balita usia 12-15 bulan antara anak sulung dapat menerima segala informasi dari luar
dengan anak bungsu di Desa Pingkuk terutama tentang cara pengasuhan balita
Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan yang baik, serta bagaimana menjaga
tahun 2008. kesehatan dan merawat balitanya. Balita
usia 12-15 bulan antara anak sulung dengan
PEMBAHASAN anak bungsu mempunyai buku KIA. Melalui
buku ini ibu lebih mudah memantau
Dari hasil uji statistik untuk menganalisa pertumbuhan dan perkembangkan anak
perbedaan perkembangan balita usia 12-15 sesuai dengan usianya. Demikian pula apa
bulan antara anak sulung dengan anak yang harus dilakukan oleh ibu apabila
bungsu diperoleh nilai probability (p) sebesar pertumbuhan dan perkembangan anak tidak
0,741 > α 0,05 yang berarti tidak ada sesuai dengan apa yang tertera pada buku.
perbedaan perkembangan balita usia 12-15 Dengan perbedaan tingkat pendidikan
bulan antara anak sulung dengan anak tersebut menyebabkan ibu yang mempunyai
bungsu. tingkat pendidikan lebih tinggi akan lebih
Hasil penelitian ini tidak sama dengan mudah memahami segala sesuatu yang
yang dilakukan oleh EYP (2005), yang dimaksudkan oleh buku KIA tersebut. Selain
menyatakan bahwa anak sulung dengan tidak membedakan anak sulung dan anak
anak bungsu ada perbedaan karakter yang bungsu, sehingga perkembangan
mengakibatkan posisi / urutan anak dalam balitanyapun baik.
keluarga mempengaruhi perkembangan Dari 8 ibu balita pekerja wiraswasta yang
khususnya pada kepribadian anak. mempunyai balita kedudukan sebagai anak
Perkembangan anak sulung dan anak sulung dalam keluarga sebanyak 2 balita
bungsu tidak jauh berbeda karena orang tua (25%) perkembangannya tidak sesuai,
sudah menyadari secara penuh mengenai sedangkan sebanyak 6 balita (75%)
peranan menjadi orang tua, banyaknya perkembangannya sesuai, sedangkan 6 ibu
pengetahuan dan pengalaman dari orang tua balita yang mempunyai kedudukan sebagai
akan membawa akibat tersendiri dalam diri anak bungsu dalam keluarga sebanyak 2
anak. Sedangkan menurut Sahabatnestle balita (33,3%) perkembangannya tidak
(2008), menyatakan bahwa urutan kelahiran sesuai, sedangkan 4 balita (66,7%)
sesungguhnya tidak memberikan pengaruh perkembangannya sesuai. Dari 14 balita usia
langsung pada kepribadian dan perilaku 12-15 bulan anak sulung dan anak bungsu
seorang anak. Akan tetapi lebih ditentukan yang ibunya bekerja wiraswasta sebanyak
oleh bagaimana orang tua memberi makna 10 balita perkembangannya sesuai.
pada urutan kelahiran tersebut. Biasanya
juga terkait dengan jenis kelamin anak, SIMPULAN DAN SARAN
pengalaman, pendidikan orang tua, latar
belakang budaya dan sosial ekonomi. Simpulan
Dari 6 ibu balita pendidikan SMA yang
mempunyai kedudukan sebagai anak sulung 1. Dari 15 balita anak sulung usia 12-15
dalam keluarga sebanyak 2 balita (33,3%) bulan terdapat 10 balita (66,7%) dengan
perkembangannya tidak sesuai, sedangkan perkembangan sesuai dan 5 balita
sebanyak 4 balita (66,7%) (33,3%) dengan perkembangan tidak
perkembangannya sesuai, sedangkan 7 ibu sesuai

68 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

2. Dari 13 balita anak bungsu usia 12-15 rakyat.com/cetak/0503/24/hikmah/lainnya


bulan terdapat 10 balita (76,9%) dengan 05.htm (diakses 1 November 2007).
perkembangan sesuai dan 3 balita
(32,1%) dengan perkembangan tidak Harlock, (1980), Psikologi Perkembangan,
sesuai Jakarta, PT Erlangga.
3. Hasil penelitian ditemukan tidak ada
perbedaan perkembangan balita usia 12- ---------, (2002), Psikologi Perkembangan,
15 bulan antara anak sulung dengan Jakarta, PT Erlangga.
anak bungsu di Desa Pingkuk
Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan
Nasir, Moh, (1999), Metodologi Penelitian,
Jakarta, Galia Indonesia
Saran

1. Bagi orang tua terutama ibu yang Narendra Moersintowati, (2002), Tumbuh
mempunyai anak, disarankan untuk Kembang Anak dan Remaja, buku ajar I,
selalu memantau perkembangan Sagung Seto, Jakarta.
anaknya agar anak senantiasa baik.
2. Diharapkan kepada petugas pelayanan Nursalam, (2003), Konsep dan Penerapan
kesehatan untuk memberikan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan,
penyuluhan kepada ibu tentang Jakarta, Salemba Medika.
pentingnya memantau perkembangan
anak dengan menggunakan instrumen Notoatmojo S, (2005), Metodologi Penelitian,
KPSP. Yogyakarta, Rineka cipta.
3. Diharapkan hasil penelitian ini dapat
dikembangkan untuk penelitian lebih Soetjiningsih, (1995), Tumbuh Kembang
lanjut, dan dilakukan lebih dari satu Anak, Jakarta, EGC.
tempat yang berbeda yang belum
dilakukan dalam penelitian ini. Supartini Yupi, (2004), Buku Ajar Konsep
Dasar Keperawatan Anak, Jakarta. EGC.
DAFTAR PUSTAKA

Adler, Kompas Cyber Media, (2005)


Kesehatan: Urutan Kelahiran
Berpengaruh pada Pencarian Identitas,
Update: Jumat, 20 Mei 2005, 13; 32 WIB.

Anonim, Urutan kelahiran & karakter Anak,


http://www..sahabatnestle.co.id/homev2/
main/dunia-dancow/tksk_balita.asp?id-
1510

Anonim, Urutan Kelahiran & personality,


http://namae_wa_dina_blogsport_/2007/0
4/.htm/,dakses: tanggal 23 Desember
2007.

Bambang, Kedudukan anak dalam keluarga,


http://www1.bpkpenabur.or.id/kps-
jkt/p4/ava/bambang/tunggal.htm,diaskses
tanggal 23 desember 2007.

Budiarto, Eko (2002), Biostatistika untuk


Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat,
Jakarta, EGC.

Dep.Kes.RI, (1997), Pedoman Deteksi Dini


Tumbuh Kembang Balita, Jakarta

EYP, Aji, “PR”,Jalu, (2005), Bedanya Si


sulung dan Si bungsu, http/www.pikiran

69 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

PENDAHULUAN
PENGARUH DUKUNGAN SUAMI
TERHADAP KUNJUNGAN PEMERIKSAAN Latar Belakang
KEHAMILAN DI KLINIK BERSALIN
DI WILAYAH KERJA Keberhasilan pembangunan kesehatan
PUSKESMAS MEDAN JOHOR dapat dilihat dari peningkatan atau
penurunan derajat kesehatan. Salah satu
Suswati indikator derajat kesehatan tersebut adalah
(Jurusan Kebidanan Angka Kematian Ibu (AKI). AKI di Indonesia
Poltekkes Kemenkes Medan) menunjukkan penurunan dari tahun ke
Dewi Meliasari tahun, data SDKI tahun 2007 AKI
(Jurusan Kebidanan menunjukkan 228/100.000 KH, sementara
Poltekkes Kemenkes Medan) target MDGs tahun 2015 diharapkan AKI
mencapai 102/100.000 KH.
ABSTRAK Persoalan kematian ibu yang terjadi
disebabkan oleh perdarahan, eklamsia,
aborsi dan infeksi. Selain masalah medis,
Latar belakang: Pemeriksaan kehamilan tingginya kematian ibu juga karena
merupakan salah satu pintu untuk pemberdayaan perempuan yang kurang
menurunkan angka kematian ibu. Dengan baik, latar belakang pendidikan perempuan,
pemeriksaan kehamilan yang sesuai dengan masalah ketidaksetaraan gender, nilai
standar diharapkan dapat menghasilkan budaya, perekonomian serta rendahnya
kondisi bayi dan ibu yang sejahtera. perhatian laki-laki terhadap ibu hamil dan
Pemeriksaan kehamilan yang dilakukan melahirkan. Oleh karena itu, pandangan
selama ini cenderung lebih menitikberatkan yang menganggap bahwa kehamilan adalah
peran dari istri sebagai calon ibu padahal peristiwa alamiah perlu diubah secara
peran suami sebagai calon seorang ayah sosiokultural. Sangat diperlukan upaya
tidak kalah pentingnya sebagai faktor yang peningkatan pelayanan perawatan ibu baik
perlu dilihat. Tujuan: Penelitian ini bertujuan oleh pemerintah, swasta, maupun
untuk menganalisis pengaruh karakteristik masyarakat.
ibu dan dukungan suami terhadap Menurut YPKP (Yayasan Pendidikan
pemeriksaan kehamilan di klinik bersalin Kesehatan Perempuan) (2006), ada dua
wilayah kerja Puskesmas Medan Johor penyebab kematian ibu, yaitu penyebab
tahun 2012. Metode: Jenis penelitian ini langsung dan penyebab tidak langsung.
merupakan studi analitik observasional Penyebab langsung mempunyai persentase
dengan desain cross-sectional, populasi terbesar di seluruh dunia mencapai 70%,
semua ibu hamil yang ada di wilayah sedangkan di Negara berkembang berkisar
Puskesmas Medan Johor, sampel penelitian 95%. Di Indonesia lebih dari 90% kematian
adalah ibu hamil yang datang ke klinik ibu disebabkan oleh penyebab langsung
bersalin untuk memeriksa kehamilannya (86 (perdarahan, infeksi dan eklamsi), persalinan
orang) pengambilan sampel secara lama (lebih dari 12 jam), dan aborsi tidak
accidental sampling, analisis dengan uji chi aman.
square dan uji regression logistic.Hasil: Upaya menurunkan AKI pada dasarnya
Hasil uji bivariat, karakteristik ibu hanya mengacu pada intervensi strategi “Empat
pekerjaan yang berpengaruh terhadap Pilar Safe Motherhood” yang salah satunya
pemeriksaan kehamilan (p=0,021), dan adalah akses terhadap pelayanan
dukungan suami, dukungan informasional pemeriksaan kehamilan yang mutunya yang
p=0,003, dukungan penilaian/penghargaan masih perlu ditingkatkan terus. Pemeriksaan
p=0,002, dan dukungan emosional p=0,001. kehamilan dan tersedianya fasilitas rujukan
Hasil uji multivariat, dukungan emosional bagi kasus risiko tinggi dapat menurunkan
adalah variabel yang dominan berpengaruh angka kematian ibu. Petugas kesehatan
dengan p=0,002 dan exp (B) 8,447. Saran: seyogyanya dapat mengidentifikasi faktor-
Kepada petugas klinik untuk faktor risiko yang berhubungan dengan usia,
mengikutsertakan para suami dari ibu hamil paritas, riwayat kehamilan yang buruk, dan
dalam pemeriksaan kehamilan, perdarahan selama kehamilan. Kematian ibu
mengoptimalkan kembali Suami Siaga dan juga dipengaruhi oleh hal non teknis
menambahkan materi dukungan suami termasuk kategori mendasar seperti taraf
dalam program Konseling Pra Pernikahan. pengetahuan, sikap dan perilaku ibu hamil
masih rendah, serta tidak melakukan
Kata kunci: dukungan suami, ANC pemeriksaan kehamilan atau kunjungan
ANC (antenatal care) (Prawiroharjdo, 2002).

70 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

Antenatal care (ANC) merupakan unsur ini termasuk kategori pencapaian yang baik.
penting dalam upaya menurunkan angka Tetapi selama ini tidak didapatkan data
kematian ibu maupun perinatal. Ibu yang tentang bagaimana dukungan suami dari ibu
memeriksakan kehamilannya secara teratur hamil dalam hal pemeriksaan kehamilan.
akan berpengaruh terhadap kesehatan ibu
dan perkembangan janinnya, serta dapat Tujuan Penelitian
dilakukan deteksi dini risiko melahirkan
BBLR. Namun masih ada anggapan Untuk menganalisis pengaruh dukungan
masyarakat bahwa pelayanan antenatal suami (dukungan informasional, dukungan
cukup dilakukan setelah mendekati penilaian/penghargaan, dukungan
persalinan saja (Istiarti, 2000). Dengan instrumental dan dukungan emosional)
melakukan pemeriksaan kehamilan minimal terhadap pemeriksaan kehamilan di klinik
4 kali selama kehamilan dapat diketahui bersalin wilayah Puskesmas Medan Johor
secara dini adanya kelainan atau komplikasi
yang menyertai kehamilan, sehingga METODE PENELITIAN
penanganan dapat dilakukan dengan tepat
untuk mencegah kematian ibu dan janin Tempat dan Waktu Penelitian
(Saifuddin, 2002).
Hasil dari Seminar Ilmiah Srikandi Penelitian ini dilaksanakan di Klinik
Kesehatan Sari Husada pada bulan Bersalin yang ada di wilayah Puskesmas
Desember 2011, bahwa diharapkan ANC Medan Johor dan waktu penelitian bulan
yang dilakukan adalah merupakan ANC Juni s/d Oktober 2012, pengambilan data
yang berkualitas. Maksudnya adalah ANC dilakukan pada bulan Agustus s/d
yang terfokus, yang terintegrasi dan September 2012.
berdasarkan eviden based. ANC berkualitas
tidak hanya terfokus pada keadaan fisik ibu, Desain Penelitian
tetapi salah satu faktor yang penting adalah
status emosional ibu hamil. Hasil penelitian Penelitian ini merupakan studi analitik
menujukkan bahwa gangguan emosional observasional dengan desain cross-
terbukti mempengaruhi perkembangan janin sectional. Desain penelitian ini dipilih karena
dan bisa berefek jangka panjang. Status data diambil secara bersamaan dalam satu
emosional ibu bisa berpengaruh terhadap waktu, selanjutnya dinilai pengaruh antara
pertumbuhan janin karena adanya variabel independen (dukungan suami)
peningkatan cortisol, yang terjadi pada ibu terhadap variabel dependen (pemeriksaan
hamil yang depresi. kehamilan). Data dikumpulkan langsung oleh
Dukungan suami merupakan bentuk peneliti dengan menggunakan alat angket.
peran serta dan hubungan baik yang
memberi kontribusi penting bagi kesehatan Instrumen Penelitian
ibu hamil. Adanya kehadiran orang terdekat
dapat mempengaruhi emosional atau efek Pengumpulan data dilakukan dengan
perilaku bagi ibu dalam menerima kehamilan cara pengisian kuesioner oleh ibu hamil yang
serta akses terhadap pelayanan kesehatan datang ke klinik bersalin untuk
(Salmah dkk, 2007). Bentuk dukungan suami memeriksakan kahamilannya, dengan
bisa dalam bentuk sikap ataupun upaya terlebih dulu dijelaskan tentang cara
dalam bentuk tindakan, bahkan dalam pengisian kuesioner tersebut dan ibu
bentuk emosionalnya. Semua bentuk mengisi kuesioner kemudian dikumpulkan
dukungan suami tersebut sangat berarti dan kembali kepada petugas.
bermanfaat untuk kelangsungan proses
kehamilan sehingga mencapai hasil yang Populasi dan Sampel Penelitian
baik.
Bentuk kepedulian dan keterlibatan Populasi pada penelitian ini adalah
suami dalam menjaga kehamilan isterinya seluruh ibu hamil yang ada wilayah
dimanifestasikan dalam tindakan-tindakan Puskesmas Medan Johor yang memiliki
seperti memperhatikan gizi/makanan ibu buku KIA berjumlah 358. Sampel penelitian
hamil, mengingatkan untuk periksa ini adalah ibu hamil yang memeriksakan
kehamilan sejak dini, menjaga kesehatan kehamilannya di klinik bersalin wilayah
fisik dan mental ibu hamil, berdoa kepada puskesmas Medan Johor. Penentuan besar
Tuhan, mengusahakan agar persalinan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan
ditolong oleh tenaga kesehatan dan menggunakan rumus Slovin (2005).
mengikuti tradisi (Beni, 2000). Teknik pengambilan sampel dilakukan
Angka cakupan K4 di Puskesmas Medan dengan menggunakan accidental sampling,
Johor mencapai 92% pada tahun 2008, hal yaitu mengambil sampel dengan cara

71 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

menjaring ibu hamil yang datang pada buku KIA yang dimiliki oleh ibu hamil.
memeriksakan kehamilannya ke klinik Buku tersebut selalu dibawa oleh ibu hamil
bersalin selama bulan Agustus – September pada saat melakukan pemeriksaan
2012. Sampel yang diambil adalah ibu hamil kehamilan, karena perkembangan kondisi
yang datang ke klinik bersalin untuk ibu dan bayi selama hamil harus
memeriksakan kehamilannya dan hanya terdokumentasi didalam buku tersebut.
satu kali dijadikan responden, untuk Pada hasil penelitian ini didapatkan
memastikannya dengan melihat buku KIA mayoritas ibu yang melakukan pemeriksaan
yang dibawa oleh ibu. kehamilan termasuk kedalam kategori tidak
sesuai standar, yaitu sebanyak 47
Teknik Analisa Data responden (54,7%).

Analisa data bertujuan untuk Tabel 2. Distribusi Pemeriksaan Kehamilan


membuktikan apakah ada pengaruh antara di Klinik Bersalin Wilayah Puskesmas Medan
variabel independen dan variabel dependen Johor Tahun 2012
dengan dilakukan analisa menggunakan uji
Chi-Square dan dilanjutkan uji regresi Pemeriksaan
logistic dengan tingkat kepercayaan 95% Jumlah Persentase
Kehamilan
HASIL PENELITIAN Sesuai standar 39 45,3
Tidak sesuai standar 47 54,7
Karakteristik Responden (Ibu) Jumlah 86 100

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden


di Klinik Bersalin Wilayah Medan Johor
Dukungan suami
Tahun 2012
Dukungan suami pada variabel ini terdiri
Karakteristik Jumlah Persentase atas, dukungan informasional, dukungan
Umur penilaian/penghargaan, dukungan
1. Resiko rendah 76 88,4 instrumental dan dukungan emosional.
2. Resiko tinggi 10 11,6 Dari empat subvariabel dukungan diukur
Pendidikan dengan menggunakan kuesioner yang terdiri
1.Pendidikan 9 10,5 atas 7 sampai 9 point penilaian. Dibawah ini
tinggi (PT) adalah distribusi dukungan suami yang
2.Pendidikan 67 77,9 terbagi dalam kategori baik dan kurang.
sedang (SMA
sederajat)
3.Pendidikan 10 11,6 Tabel 3. Distribusi Responden berdasarkan
rendah (SMP, Dukungan Suami di Klinik Bersalin Wilayah
SD) Puskesmas Medan Johor Tahun 2012
Paritas
1. Paritas rendah 83 96,5 Persen-
Dukungan Suami Jumlah
2. Paritas tinggi 3 3,5 tase
Bekerja Dukungan Informasional
1. Bekerja 28 32,6  Baik 64 74, 4
2. Tidak Bekerja 58 67,4  Kurang 22 25,6
Total 86 100 Dukungan
penilaian/penghargaan 66 76,4
Dari Tabel 1 diketahui bahwa proporsi  Baik 20 23,3
terbesar dari responden kategori umur resiko  Kurang
rendah (20-35 tahun) sebanyak 76 orang Dukungan Instrumental
(88,4%), termasuk kategori pendidikan  Baik 69 80,2
sedang (SMA sederajat), sebanyak 67 orang  Kurang 17 19,8
(77,9%), paritas rendah (jumlah anak ≤ 3) Dukungan Emosional
sebanyak 83 orang (96,5%) dan tidak  Baik 67 77,9
bekerja yaitu sebanyak 58 orang (67,4%)  Kurang 19 19,8
Total 86 100
Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan

Variabel pemeriksaan kehamilan


merupakan variabel dependen yang dilihat

72 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

Pengaruh Dukungan Suami terhadap Tabel 5. Hasil Uji Regresi logistik Pengaruh
Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan Dukungan Suami Terhadap Kunjungan
Pemeriksaan Kehamilan di Klinik Bersalin
Wilayah Puskesmas Medan Johor
Tabel 4. Pengaruh Dukungan Suami Tahun 2012
terhadap Kunjungan Pemeriksaan
Kehamilan di Klinik Bersalin Wilayah
Exp P-
Puskesmas Medan Johor Tahun 2012 Variabel B
(B) Value
Pemeriksaan Kehamilan Pekerjaan 1,443 4,232 0,015
Dukungan
Tidak Dukungan 1,752 5,766 0,016
Suami Sesuai Total
sesuai informasional
Dukungan Informasional Dukungan penilaian/ 1,688 5,406 0,032
1. Baik penghargaan
35 40,7 29 33,7 64 74,4
Dukungan 2,134 8,447 0,014
2. Kurang 4 4,7 18 20,9 22 25,6 emosional
Constant -1,797 0,166 0,002
Dukungan penilaian/penghargaan
1. Baik 36 41,9 30 34,9 66 76,7 Tabel diatas merupakan hasil akhir
2. Kurang analisis multivariat dengan uji regresi logistik
3 3,5 17 19,8 20 23,3 dengan variabel pekerjaan, dukungan
Dukungan instrumental informasional, dukungan
1. Baik 35 40,7 34 39,5 69 80,2 penilaian/penghargaan dan dukungan
emosional memperolah nilai p<0,05, artinya
2. Kurang 4 4,7 13 15,1 17 19,8 variabel tersebut tidak dikeluarkan dari
Dukungan emosional model dan merupakan variabel yang
1. Baik berpengaruh terhadap pemeriksaan
37 43,0 30 34,9 67 77,9 kehamilan.
2. Kurang 2 2,3 17 19,8 19 19,8 Berdasarkan nilai coeffisien beta (B)
yang tertinggi adalah variabel dukungan
emosional yaitu 2,134. Ini menunjukkan
bahwa variabel tersebut merupakan variabel
Hasil uji statistic chi square untuk
yang paling dominan memengaruhi
variabel dukungan suami terhadap pemeriksaan kehamilan. Besar pengaruh
pemeriksaan kehamilan, diperoleh hasil variabel tersebut dapat dilihat pada nilai Exp
bahwa tiga variabel menunjukkan signifikan (B), yaitu 8,447, artinya variabel dukungan
karena p value < 0,05, yaitu dukungan
emosional mempunyai pengaruh 8 kali
informasional p=0,003, dukungan
terhadap pemeriksaan kehamilan pada ibu
penilaian/penghargaan p=0,002 dan
hamil. Hal ini dapat diartikan bahwa ibu yang
dukungan emosional p=0,001, yang berarti
mempunyai dukungan emosional yang baik
bahwa ada pengaruh antara dukungan dari suami mempunyai peluang 8 kali untuk
informasional, dukungan penilaian/ melakukan pemeriksaan kehamilan
penghargaan dan dukungan emosional dibandingkan dengan ibu yang mendapat
terhadap pemeriksaan kehamilan pada taraf dukungan emosional tidak memadai.
kepercayaan 95%.
Untuk mengetahui pengaruh antara PEMBAHASAN
semua variabel yang bermakna terhadap
pemeriksaan kehamilan, maka dilakukan uji Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan
regresi logistik. Tahap pertama adalah
dengan melakukan pemilihan model untuk uji Dari hasil penelitian diketahui bahwa dari
regresi logistik. Berdasarkan uji chi square 86 responden, sebanyak 39 orang (45,3%)
diperoleh bahwa variabel pekerjaan, melakukan kunjungan pemeriksaan
dukungan informasional, dukungan kehamilan sesuai dengan standar dan 47
penilaian/penghargaan, dukungan orang (54,7%) melakukan kunjungan
instrumental dan dukungan emosional pemeriksaan kehamilan tidak sesuai dengan
memenuhi syarat untuk masuk kedalam standar.
model regresi logistik karena mempunyai Pemeriksaan kehamilan atau yang lebih
nilai p <0,25. sering disebut antenatal care adalah
kegiatan yang diberikan untuk ibu sebelum
melahirkan atau dalam masa kehamilan.
Pemeliharaan kehamilan merupakan suatu
upaya yang dilakukan dalam pemeliharaan
terhadap kesehatan ibu dan kandungannya.

73 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

Asuhan kehamilan ini diperlukan karena harus periksa hamil (79,1%), suami memberi
walaupun pada umumnya kehamilan informasi tentang pentingnya minum tablet
berkembang dengan normal dan besi (70,9%), suami memberii informasi
menghasilkan kelahiran bayi yang sehat bahwa ibu hamil harus banyak istirahat
cukup bulan melalui jalan lahir, namun (89,5%), dan suami memberii informasi
kadang-kadang tidak sesuai dengan yang harus periksa hamil ke tenaga kesehatan
diharapkan. Sulit diketahui sebelumnya (94,2%). Dari hasil kuesioner tersebut
bahwa kehamilan akan menjadi masalah menggambarkan bahwa informasi yang
(Saifuddin, 2001). diberikan oleh para suami sangat membantu
Berdasarkan hasil penelitian, ternyata kepada ibu dalam melakukan pemeriksaan
lebih banyak yang melakukan pemeriksaan kehamilan.
tidak sesuai dengan standar, hal ini
disebabkan karena sampel penelitian Pengaruh Dukungan Penilaian/
adalah semua ibu hamil yang datang Penghargaan terhadap Kunjungan
memeriksakan kehamilannya ke klinik Pemeriksaan Kehamilan
bersalin, tanpa melihat umur kehamilan.
Sehingga tidak semua sampel penelitian Berdasarkan hasil chi square dukungan
adalah ibu hamil yang telah masuk penilaian/penghargaan terhadap kunjungan
kehamilan di trimester ketiga. pemeriksaan kehamilan, diperoleh nilai
p=0,002 (< 0,05), artinya ada pengaruh
Pengaruh Dukungan Informasional antara dukungan penilaian/penghargaan
terhadap Kunjungan Pemeriksaan terhadap kunjungan pemeriksaan kehamilan.
Kehamilan Ibu hamil dengan dukungan
penilaian/penghargaan baik mayoritas
Hasil uji chi square pada variabel melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai
dukungan informasional, diperoleh nilai p = dengan standar, yaitu sebanyak 36 orang
0,003 (< 0,05), yang artinya ada pengaruh (41,9%).
dukungan informasional terhadap Dukungan penilaian/penghargaan dalam
pemeriksaan kehamilan. Ibu hamil dengan penelitian ini adalah upaya darii suami untuk
dukungan informasional baik cenderung memberikan umpan balik berupa pujian,
melakukan kunjungan pemeriksaan bimbingan dan perhatian kepada ibu dalam
kehamilan sesuai standar, yaitu sebanyak 35 melakukan pemeriksaan kehamilan. Dalam
orang (40,7%). penelitian didapatkan hasil bahwa dari
Dukungan informasional adalah semua pernyataan dalam kuesioner lebih
dukungan yang diberikan suami berupa dari 50% menyatakan ya, bahkan pada
pemberian informasi tentang pentingnya pernyataan suami menanyakan hasil
pemeriksaan kehamilan, (termasuk tablet fe, pemeriksaan pada saat dia tidak ikut
Immunisasi TT, buku KIA), jumlah mengantar, 84,9% menyatakan “ya”.
pemeriksaan dan tempat pemeriksaan Hasil penelitian ini berbeda dengan
kehamilan. Secara statistik dukungan penelitian Fitriani (2011) yang menyatakan
informasional berpengaruh terhadap tidak ada pengaruh antara dukungan
pemeriksaan kehamilan yang dilakukan oleh penilai/penghargaan terhadap pemeriksaan
ibu. Dari tabel silang dapat diketahui bahwa kehamilan (p=0.064). Hal ini mungkin
ibu hamil yang mendapat dukungan dipengaruhi oleh lokasii penelitian yang
informasional baik mayoritas melakukan dilakukan karena berhubungan dengan
pemeriksaan kehamilan sesuai budaya masing-masing. Masyarakat Medan
standar(40,7%) , dan ibu yang mendapat umumnya lebih terbuka bila dibandingkan
dukungan informasional kurang sangat dengan orang Aceh, yang biasanya
sedikit sekali melakukan pemeriksaan mempunyai sifat tertutup, sehingga tidak
kehamilan sesuai standar (4,7%). terbiasa mengungkapkan perasaannya
Hasil berbeda dikemukakan dari secara terbuka, bahkan kepada istrinya
penelitian Fitriani (2011), yang menunjukkan sendiri.
bahwa tidak ada pengaruh antara dukungan
informasional terhadap pemeriksaan Pengaruh Dukungan Instrumental
kehamilan dengan nilai p=0,114. Hasil terhadap Kunjungan Pemeriksaan
berbeda juga didapat dari penelitian Maulina Kehamilan
(2010), yang menyatakan tidak ada
hubungan antara dukungan keluarga dengan Pada uji chi square variabel dukungan
kelengkapan pemeriksaan kehamilan. instrumental menunjukkan nilai p=0,058 (>
Besarnya dukungan informasional 0,05), yang berarti bahwa tidak ada
ditunjukkan pada tabel 4.2, misalnya pengaruh antara dukungan instrumental
menyataan “ya” suami memberi informasi terhadap pemeriksaan kehamilan. Ibu hamil

74 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

dengan dukungan instrumental baik lebih Hasil penelitian ini sesuai dengan
banyak yang melakukan pemeriksaan penelitian Fitriani (2011), yang menyatakan
kehamilan sesuai standar, sebanyak 35 bahwa dukungan emosional berpengaruh
orang (40,7%). terhadap pemeriksaan kehamilan dengan p
Dukungan instrumental dalam penelitian value 0,025. Hasil ini juga sesuai dengan
ini berupa upaya dari suami untuk penelitian Ercii (2003), social support
memberikan bantuan dalam bentuk dana, berpengaruh secara signifikan terhadap
waktu dan memfasilitasi ibu untuk jumlah kunjungan antenatal care. Dukungan
melakukan pemeriksaan kehamilan. sosial yang tidak memadai merupakan
Sehingga dengan didapatkannya dukungan hambatan untuk memperoleh pelayanan
instrumental dari suami, istri melakukan pemeriksaan kehamilan. Dukungan sosial
pemeriksaan kehamilan sesuai dengan yang diterima dari keluarga meningkatkan
standar yang ada. Hampir pada semua jumlah kunjungan dan ibu hamil melakukan
masyarakat Indonesia, tidak terkecuali kunjungan lebih awal.
masyarakat Medan, suami adalah pengambil
keputusan yang utama. Oleh karena itu Variabel Paling Dominan yang
dukungan instrumental dari suami sangat Berpengaruh terhadap Kunjungan
besar dampaknya terhadap keputusan ibu Pemeriksaan Kehamilan
untuk melakukan pemeriksaan kehamilan.
Hasil berbeda ditunjukkan pada Berdasarkan uji regresi logistik berganda,
penelitian Fitriani (2011), yang menyatakan diketahui variabel independen yang paling
ada pengaruh antara dukungan instrumental berpengaruh terhadap kunjungan
terhadap pemeriksaan kehamilan. Hal ini pemeriksaan kehamilan adalah dukungan
mungkin disebabkan karena tidak terlalu emosional dengan p value 0,002 (p <0,05)
jauh perbedaan pada ibu yang mendapatkan dan nilai exp (B) 8,447 yang berartii bahwa
dukungan baik antara yang melakukan ibu hamil yang mendapatkan dukungan
pemeriksaan kehamilan sesuai standar dan emosional yang baik dari suami mempunyai
yang tidak sesuai standar. peluang 8 kali untuk melakukan pemeriksaan
kehamilan sesuai standar dibandingkan
Dukungan Emosional terhadap dengan ibu hamil yang mendapat dukungan
Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan emosional kurang baik dari suaminya.
Menurut Henderson (2005), ada
Berdasarkan hasil uji chi square pada beberapa faktor yang berperan dalam
variabel dukungan emosional terhadap meningkatkan kemampuan wanita dalam
pemeriksaan kehamilan diperoleh nilai beradaptasi dengan kehamilannya.,
p=0,001 (< 0,05), artinya ada pengaruh misalnya lingkungan sosial, dukungan sosial
antara dukungan emosional terhadap dan dukungan dari pemberi asuhan.
pemeriksaan kehamilan. Responden dengan Dukungan yang diberikan oleh suami dan
dukungan emosional baik cenderung keluarga dapat mempengaruhi persepsii
melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai tentang kehamilan dan tingkat kecemasan
standar, yaitu sebanyak 37 responden yang ibu alami.
(43,0%). Dukungan suami adalah bentuk
Dukungan emosional dalam penelitian dukungan dan hubungan baik yang
adalah adanya upaya dari suamii untuk mempunyai kontribusi besar bagi kesehatan.
membantu kenyamanan dan ketenangan Dukungan emosional yang mendasari
emosi, yang mencakup mendengarkan pemberian dukungan sosial. Adanya orang
keluhan, empati, menunjukkan kasih sayang terdekat dapat mempengaruhi emosional
dan motivasi pada ibu dalam melakukan atau efek perilaku bagi penerimanya.
pemeriksaan kehamilan. Dengan adanya dukungan emosional ibu
Penelitian Carter dalam Fitriani (2011), merasa lebih percaya diri dalam melakukan
menyatakan bahwa dukungan suami pemeriksaan kehamilan. Dukungan
memberikan kontribusi penting bagi emosional membuat ibu merasa dihargai,
kesehatan. Dukungan sosial yang nyaman, aman dan disayangi.
dibutuhkan adalah berupa dukungan
emosional yang mendasari tindakan. SIMPULAN DAN SARAN
Dengan dukungan tersebut ibu akan merasa
diperhatikan, dicintai, dimuliakan dan Simpulan
dihargai. Adanya kehadiran orang terdekat
dapat mempengaruhi emosional atau efek Variabel dukungan suami paling dominan
perilaku bagi penerimanya. Dukungan suami adalah dukungan emosional yang
selama kehamilan berpengaruh terhadap berpengaruh terhadap pemeriksaan
hasil kehamilan. kehamilan, dengan p value 0,002 dan nilai

75 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

exp (B) 8,447. Ibu yang mempunyai Sjofiatun, N. (2000). Pengaruh Karakteristik
dukungan emosional yang baik mempunyai Wanita dan Rumah Tangga Terhadap
peluang 8 kali lebih untuk melakukan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Ibu
kunjungan pemeriksaan kehamilan sesuai di Indonesia (Analisis Data SDKI 1997).
standar. Thesis. Universitas Indonesia.

Saran Manuaba, IBG. 1998. Ilmu Kebidanan.


Penyakit Kandungan dan Keluarga
Kepada petugas di klinik bersalin untuk Berencana Untuk Pendidikan Bidan.
lebih mengikut sertakan suami dari ibu hamil EGC. Jakarta.
pada saat pemeriksaan kehamilan, sehingga
suami bisa menjadi suami yang siaga Muchtar, A. 2004. Memaknai Hari Ibu
sampai saat melahirkan serta menambahkan dengan Menghormati Hak
materi tentang Dukungan suami menjadi Reproduksinya. http :// situs.kesrepro.
salah satu unsur dalam program Konseling info/gendervaw02.htm (dikutip tanggal 10
Pra Pernikahan Juli 2009).
DAFTAR PUSTAKA
Notoadmodjo, S., (2003). Pendidikan dan
Prilaku Kesehatan Masyarakat. PT
Admin. 2008. Peran Suami Dalam Persiapan
Rineka Citta. Jakarta.
Persalinan Aman. http/www. Departemen
Kesehatan, Indonesia.htm (dikutip
tanggal 10 Juli 2009). --------------------, (2002). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
Jakarta.
Beni, R., 2000. Keterlibatan Suami pada
Masa Kehamilan : Menuju Kesetaraan
Gender dalam proses Reproduksi Sehat. Prawiroharjdo., 2002. Pelayanan Kesehatan
Warta Demografi Vol 30 no 04 2006 Maternal dan Neonatal YBP-SP. Jakarta.
(http://lib.atmadjaya.ac.id)
Sjofiatun, N. (2000). Pengaruh Karakteristik
BKKBN. (2004). Diskriminasi Kerja Wanita dan Rumah Tangga Terhadap
Perempuan, Kekerasan Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Ibu
Perempuan. http;//www bkkbn.go.id di Indonesia (Analisis Data SDKI 1997).
Thesis. Universitas Indonesia.
------------. 2007. Bahan Pembelajaran
Peningkatan Partisipasi Pria dalam KB Wikjosastro. H, Saifuddin A.B,
dan Kesehatan Reproduksi. Rachimhadi.T, (1997), Ilmu Kebidanan,
BKKBN.Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta.
Caplin, J.P., 2006, Kamus Lengkap Psikologi
Alih Bahasa Kartini Kartono, Raja ---------------------, (2002), Ilmu Kebidanan,
Grafindo Persada, Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta.
Depkes RI. 1999. Upaya Akselerasi
Penurunan Angka Kematian Ibu, Depkes
RI Jakarta.

---------------, 1995, Pembangunan Kesehatan


Masyarakat di Indonesia, Jakarta.

---------------, 2001, Yang Perlu Diketahui


Petugas Kesehatan Tentang Kesehatan
Reproduksi. Depkes RI. Jakarta.

Kemalahayati. (2008). Dukungan Suami


Terhadap Kesiapan Ibu Primigravida
Menghadapi Persalinan di Daerah
Pedesaan Langsa Nanggroe Aceh
Darussalam. Thesis. Universitas
Indonesia.

76 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

PENDAHULUAN
KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN
PROBLEM BASED LEARNING UNTUK Latar Belakang
MENINGKATKAN PENGETAHUAN
MAHASISWA PADA MATA AJAR Ilmu pengetahuan dan teknologi terus
ASUHAN KEBIDANAN IV DENGAN TOPIK berkembang pesat, namun proses
PRE-EKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA pembelajaran mengalami kelambanan dalam
DI POLITEKNIK KESEHATAN pembelajaran. Metode pembelajaran
SURAKARTA teacher-centered masih diterapkan di
Lembaga Pendidikan Tinggi (LPT). Hal ini
Kirana Dewi Pertiwi dapat membentuk karakteristik mahasiswa
(Alumnus Poltekkes Kemenkes Surakarta) yang apatis dan menunjukan sikap tidak
Sih Rini Handajani tertarik terhadap proses pembelajaran.
(Poltekkes Kemenkes Surakarta) Untuk mengatasinya diperlukan perubahan,
Agus Winarso dari pendidikan tradisional menjadi sesuatu
(Poltekkes Kemenkes Surakarta) yang berbeda dan inovatif yaitu paradigma
Suroso baru menjadi student-centered (Harsono,
(Poltekkes Kemenkes Surakarta) 2005). Problem Based Learning (PBL)
merupakan salah satu strategi pembelajaran
ABSTRAK yang bersifat student centered. Metode PBL
terbukti mampu meningkatkan clinical
Latar belakang: Pembelajaran Problem reasoning, knowledge acquisition dan self
Based Learning (PBL) merupakan salah satu directed learning (Wood, 2003).
strategi pembelajaran yang bersifat student Saat ini di Indonesia telah berdiri lebih
centered. Metode PBL terbukti mampu dari tujuh ratus institusi pendidikan DIII
meningkatkan clinical reasoning, knowledge Kebidanan. Namun, perkembangan Program
acquisition dan self directed learning DIII Kebidanan yang sedemikian pesat
(Wood,2003). Tujuan: Penelitian ini nyatanya belum mampu menjawab
bertujuan menganalisis keefektifan tantangan kebutuhan bidan yang kompeten.
pembelajaran PBL terhadap peningkatan (Anjelia, 2011). Angka Kematian Ibu (AKI) di
pengetahuan mahasiswa pada mata ajar Indonesia masih cukup tinggi. Menurut
asuhan kebidanan IV dengan topik pre- Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia
eklampsia dan eklampsia. Metode: (SDKI) Tahun 2007, AKI untuk periode 2003-
Penelitian ini merupakan studi quasi 2007 sebesar 228 per 100.000 kelahiran
eksperiment design dengan rancangan non hidup dengan Case Fatality Rate untuk 50%
randomized control group pretest postest penyebab kematian tertinggi di Indonesia
design. Teknik pengembilan sampel dalam adalah 0,7% untuk kasus perdarahan, dan
penelitian ini menggunakan total sampling. 3,6% untuk kasus eklampsia yang ada di
Sampel untuk penelitian eksperimen PBL rumah sakit (Hernawati, 2011). Salah satu
adalah kelas NRA dengan jumlah hal yang mempengaruhi adalah strategi
mahasiswa 39, sedangkan sampel kontrol pembelajaran yang diterapkan ketika kuliah.
adalah kelas NRB dengan jumlah Jika metode PBL ini terbukti baik jika
mahasiswa 37. Jenis data yang didapatkan diterapkan pada kurikulum kedokteran, maka
pada penelitian ini adalah data primer pembelajaran institusi kesehatan lain seperti
dengan instrumen penelitian berupa kebidanan dan keperawatan juga dirasa
kuesioner. Analisis data dengan uji perlu untuk mencoba dan
Dependen Sample T-test. Hasil: Tingkat mengembangkannya sehingga kajian ini
pengetahuan responden sebelum penelitian penting untuk dilakukan.
sebagian besar dalam kategori cukup
(76,9% kelas NRA dan 70,3% kelas NRB). Tujuan
Setelah diberikan pembelajaran, sebagian 1. Mendeskripsikan karakteristik mahasiswa
besar mahasiswa memiliki pengetahuan semester V Jurusan Kebidanan
berkategori baik (61,5% NRA dan 100% Poltekkes Surakarta, yang meliputi umur,
NRB). Simpulan: Pembelajaran dengan motivasi, dan tempat tinggal.
metode Problem Based Learning efektif 2. Mendeskripsikan pengetahuan
untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa sebelum dan sesudah
mahasiswa, p-value 0,000 (p<0,05). pembelajaran Problem Based Learning
dan konvensional pada mata ajar asuhan
Kata Kunci: Problem Based Learning, kebidanan IV dengan topik pre-eklampsia
Metode pembelajaran dan eklampsia.
3. Menguji efektifitas metode problem
based learning (dibandingkan dengan

77 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

metode konvensional) untuk NRB berusia 20 tahun (67,7%) dan 19 tahun


meningkatkan pengetahuan mata ajar (18,9%).
asuhan kebidanan IV dengan topik pre-
eklampsia dan eklampsia. Minat

METODE PENELITIAN Tabel 2. Distribusi Frekuensi Minat


Responden Mengikuti Kuliah
Penelitian ini merupakan studi quasi
eksperiment design dengan rancangan non Kelas NRA Kelas NRB
randomized control group pretest postest Minat (PBL) (Konvensional)
design. Variabel bebas dalam penelitian ini f % f %
adalah pembelajaran Problem Based Pilihan Sendiri 38 97,4% 32 86,5 %
Learning dan pembelajaran konvensional. Pilihan Orang Lain 1 2,6% 5 13,5 %
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Total 39 100% 37 100%
pengetahuan tentang pre-eklampsia.
Populasi dalam penelitian ini adalah Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa
mahasiswa nonreguler semester V Jurusan sebagian besar mahasiswa kelas NRA
Kebidanan Politeknik Kesehatan Surakarta (97,4%) dan kelas NRB (86,5%) mengikuti
tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 77 kuliah di kebidanan karena minat sendiri.
mahasiswa. Sampel dari penelitian ini adalah
seluruh mahasiswa kelas Non Reguler A dan Tempat Tinggal
Non Reguler B yang bersedia menjadi
sampel penelitian. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden
Teknik pengembilan sampel dalam Berdasarkan Tempat Tinggal
penelitian ini menggunakan total sampling..
sehingga jumlah sampel untuk penelitian Kelas NRA Kelas NRB
eksperimen PBL adalah kelas NRA dengan Tempat Tinggal (PBL) (Konvensional)
jumlah mahasiswa 39, sedangkan sampel f % f %
kontrol adalah kelas NRB dengan jumlah Asrama 8 20,5% 2 5,4%
mahasiswa 37. Jenis data yang didapatkan Kos 23 59,0% 28 75,7%
pada penelitian ini adalah data primer Rumah Keluarga 8 20,5% 7 18,9%
Total 39 100% 37 100%
dengan instrumen penelitian berupa
kuesioner. Data disajikan secara deskriptif
dalam tabel distribusi frekuensi. Analisis data Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa
dengan uji independent Sample T-test. sebagian besar mahasiswa kelas NRA
tinggal di kos, yaitu 23 mahasiswa (59%)
HASIL PENELITIAN dan sebagian besar mahasiswa kelas NRB
tinggal di kos, yaitu 28 mahasiswa (75,7%).
Hasil penelitian tanggal 21-28 September
Pengetahuan Responden Sebelum dan
2012, dengan responden 76 mahasiswa (39
Sesudah Diberikan Pembelajaran
mahasiswa kelas Non Reguler A (NRA) dan
37 mahasiswa kelas Non Reguler B (NRB)
adalah sebagai berikut: Tabel 4. Pemusatan dan Penyebaran Data
Responden Sebelum dan Setelah Diberikan
Umur Pembelajaran PBL

Sebelum Setelah
Tabel 1. Distribusi Umur Responden
PBL Konven- PBL Konven-
sional sional
Kelas NRA Kelas NRB
Umur (PBL) (Konvensional) Pemu- Mean 54,68 47,59 67,92 76
f % f % satan Median 55 43 67 77
19 tahun 9 23,0% 7 18,9% Modus 50 40 67 70
20 tahun 26 66,7% 25 67,6%
21 tahun 3 7,7% 4 10,8 % Standar 8,2 11,95 8,5 7,2
22 tahun 1 2,6 % 0 0% Penye- Deviasi
26 tahun 0 0% 1 2,7% baran Maksimum 40 30 53 60
Total 39 100 % 37 100% Minimun 73 73 87 90

Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa Kelas Problem Based Learning


sebagian besar mahasiswa kelas NRA
berusia 20 tahun (66,7 %) dan 19 tahun Nilai pre-test rata-rata kelas NRA (PBL)
(23%) dan sebagian besar mahasiswa kelas adalah 54,68 dengan standar deviasi 8,2.

78 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

Nilai maksimum kelas NRA (PBL) adalah 73 Keefektifan Pembelajaran Terhadap


dan nilai minimumnya 40. Pengetahuan Mahasiswa

Problem Based Learning


Tabel 5. Distribusi Frekuensi Pengetahuan
Responden Kelas NRA Sebelum dan Uji normalitas data pre dan post
Setelah Diberikan Pembelajaran PBL pembelajaran PBL menunjukan bahwa data
berdistribusi normal dengan nilai signifikasi
Pengetahuan Sebelum Setelah PBL Shapiro-Wilk pre PBL 0,056 (p>0,05) dan
PBL nilai signifikansi post PBL 0,87 (p>0,05).
f % f % Sehingga analisis yang digunakan adalah
Baik 6 15.4 24 61.5 analisis parametrik uji dependen t-test.

Cukup 30 76.9 15 38.5 Tabel 10 Hasil Uji Statistik Keefektifan


Kurang 3 7.7 0 0 Pembelajaran PBL terhadap Pengetahuan
Total 39 100.0 39 100.0 Responden Kelas NRA

Dari Tabel 5 diketahui bahwa pengetahuan Independen t-test


mahasiswa sebelum diberikan pembelajaran IK 95% Sig.
Mean t df
dengan strategi PBL paling banyak pada Upper Lower (2-tailed)
kategori cukup, yaitu 30 responden (76,9%). -13,237 -11,333 -15,140 -14,090 37 0,000
Mahasiswa yang berpengetahuan kurang
yaitu 3 responden (7,7%) dan
Dari nilai signifikansi 0,000 (p<0,05)
berpengetahuan baik 6 responden (15,4%).
dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
Setelah diberikan pembelajaran sebagian
rerata nilai mahasiswa yang bermakna
besar mahasiswa berpengetahuan dengan
sebelum dan sesudah pembelajaran PBL.
kategori baik, yaitu 24 mahasiswa (61,5%),
Perbedaan rerata ini sebesar 13,237%
berpengetahuan cukup 15 responden
dengan interval kepercayaan 11,333 -
(38,5%) dan tidak ada yang berpengetahuan
15,140 pada taraf 95%.
kurang.
Konvensional
Kelas Konvensional
Uji normalitas data pre dan post
Nilai pre-test rata-rata kelas NRB
pembelajaran konvensional menunjukan
(Konvensional) adalah 47,6 dengan standar
bahwa data berdistribusi tidak normal
deviasi 11,96. Nilai maksimum kelas NRB
dengan nilai signifikasi Shapiro-Wilk pre
(Konvensional) adalah 73 dan nilai
konvensional 0,04 (p<0,05) dan nilai
minimumnya 30.
signifikansi post konvensional 0,049
(p<0,05). Sehingga analisis yang digunakan
adalah analisis non-parametrik uji Wilcoxon
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Pengetahuan
test.
Responden Kelas NRB Sebelum dan
Setelah Pembelajaran Konvensional
Tabel 11 Hasil Uji Statistik Keefektifan
Pembelajaran Konvensional terhadap
Pengetahuan Sebelum Setelah PBL Pengetahuan Responden Kelas NRB
PBL
f % f % Wilcoxon test
Baik 7 18.9 37 100.0
Cukup 26 70.3 0 0 N
Kurang 4 10.8 0 0 Pre – Post Negative 0
Total 37 100.0 37 100.0 Konvensional Positif 37
Ties 0
Dari Tabel 6 diketahui bahwa Total 37
pengetahuan mahasiswa sebelum diberikan
pembelajaran dengan strategi konvensional Pre-post
paling banyak pada kategori cukup, yaitu 26 Konvensional
responden (70,3%), sedangkan setelah Z -5,309
diberikan pembelajaran seluruh mahasiswa
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000
berpengetahuan dengan kategori baik
(100%).

79 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

Hasil Uji Wilcoxon menunjukan bahwa 100% Pengetahuan Responden Sebelum dan
mahasiswa mengalami peningkatan Sesudah
pengetahuan sebelum dan sesudah
pembelajaran. Nilai signifikansi 0,000 Sebelum Diberikan Pembelajaran
(p<0,05) sehingga dapat disimpulkan
terdapat perbedaan pengetahuan yang Peneliti membagikan handout yang
bermakna antara sebelum dan sesudah berupa informasi tentang materi kuliah pre-
pembelajaran konvensional. eklampsia dan eklampsia 4 hari sebelum
kegiatan pre-test agar mahasiswa memiliki
PEMBAHASAN bahan belajar yang sama sebelum mengikuti
perkuliahan. Selain itu, tujuan pemberian
Sebagian besar mahasiswa semester V informasi sebelum pre-test adalah
berusia 20 tahun (NRA = 66,7% dan NRB = memberikan kemudahan mahasiswa untuk
67,6%), memiliki minat dari diri sendiri untuk memperoleh informasi sehingga diharapkan
mengikuti kuliah (NRA = 97,4% dan NRB = dapat mempercepat mahasiswa dalam
86,5%) dan tinggal di kos (NRA = 59% dan memiliki pengetahuan yang baru.
NRB = 75,7%). Ketegori pengetahuan responden
Pertambahan umur seseorang sebelum penelitian sebagian besar dalam
mempengaruhi perubahan pada aspek fisik kategori cukup (76,9% kelas NRA dan 70,3%
dan psikologis (mental). Pada aspek kelas NRB). Beberapa mahasiswa ada yang
psikologis atau mental taraf berpikir berpengetahuan baik dan kurang. Hal ini
seseorang semakin matang dan dewasa sesuai dengan pendapat yang menyatakan
(Mubarak 2007). Sebagian besar mahasiswa bahwa pengetahuan seseorang terhadap
semester V berusia 20 tahun (66,7% NRA obyek mempunyai intensitas atau tingkat
dan 67,7% NRB) dan 19 tahun (23 % NRA yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2005).
dan 18,9% NRB). Hal ini disebabkan karena Pengetahuan mahasiswa dapat dipengaruhi
kebanyakan input mahasiswa berasal dari oleh proses belajar mandiri. Mahasiswa yang
lulusan SMA. Kedewasaan berpikir dan usia masih dalam kategori kurang dapat
yang masih muda diharapkan mahasiswa disebabkan karena proses belajar mandiri
menjadi lebih mudah untuk menerima sebelum perkuliahan yang belum maksimal.
informasi baru. Sedangkan beberapa mahasiswa yang
Minat merupakan kecenderungan atau memiliki nilai baik dapat dikarenakan belajar
keinginan yang tinggi terhadap sesuatu yang mandiri lebih banyak dari yang lain atau
menjadikan seseorang untuk mencoba dan telah mempunyai pengalaman sebelumnya.
menekuni suatu hal dan pada akhirnya
diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam Sesudah Diberikan Pembelajaran
(Mubarak, 2007). Sebagian besar
mahasiswa kelas NRA dan NRB memiliki Kategori pengetahuan mahasiswa
minat dari diri sendiri untuk mengikuti setelah diberikan pembelajaran meningkat.
perkuliahan di jurusan kebidanan (97,4% Sebagian besar mahasiswa memiliki
kelas NRA dan 86,5% kelas NRB). Minat pengetahuan berkategori baik (61,5% NRA
dapat menjadikan mahasiswa lebih tekun dan 100% NRB). Sedangkan 38,5
dan akhirnya memperoleh pengetahuan mahasiswa kelas NRA dalam kategori cukup
yang lebih dalam. Menurut penelitian Yuliati dan tidak ada yang berkategori kurang.
(2011) ada pengaruh motivasi belajar Kenaikan pengetahuan mahasiswa
terhadap prestasi mahasiswa yang diberi dikarenakan adanya proses belajar selama
perlakuan dengan metode Problem Based pembelajaran sehingga nilai post-test lebih
Learning dan konvensional. baik daripada nilai pre-test. Hal ini sesuai
Tempat tinggal merupakan salah satu dengan teori yang dipaparkan oleh
unsur lingkungan. Lingkungan dimana kita Notoatmojo (2007), dimana belajar ialah
hidup mempunyai pengaruh besar terhadap proses memperoleh sesuatu yang baru,
pembentukan sikap (Mubarak, 2007). yang semula belum diketahui, sekarang
Mahasiswa semester V sebagian besar menjadi diketahui, yang dahulu belum
tinggal di kos (59% kelas NRA dan 75,7% dimengerti sekarang dimengerti. Belajar
kelas NRB). Tempat tinggal yang kondusif terjadi apabila suatu stimulus bersama
sebagai tempat belajar dapat membentuk dengan isi ingatan mempengaruhi siswa
sikap mahasiswa yang lebih rajin dan giat sedemikian rupa sehingga perbuatannya
belajar. berubah dari waktu sebelum ia mengalami
situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami
situasi tadi (Gagne cit Mubarak, 2007).

80 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

Keefektifan Pembelajaran Terhadap yang dijalankan selama proses PBL.


Pengetahuan Mahasiswa Dalam pembelajran PBL dilakukan diskusi
dan saling memberikan informasi (teach
Problem Based Learning each other) sesama peserta didik, praktek
Hasil penelitian menunjukkan bahwa langsung menyelesaikan kasus, dan diskusi.
sebelum diberikan pembelajaran dengan Aktifitas-aktifitas inilah yang menurut
metode PBL, 76,9% mahasiswa mempunyai Kushartanti (2007) merupakan upaya-upaya
pengetahuan tentang pre-eklampsia dan intelektual pada pembelajaran PBL yang
eklampsia dengan kategori cukup. Setelah dapat membuat mahasiswa memiliki level
peneliti bersama tim memberikan materi yang lebih tinggi dalam taksonomi Bloom,
tentang pre-eklampsia dan eklampsia yaitu sampai pada tahapan aplikasi,
dengan metode pembelajaran PBL, bagaimana menggunakan pengetahuan,
pengetahuan mahasiswa kelas NRA mendemonstrasikan, dan mempraktikannya.
meningkat menjadi kategori baik 61,5% dan Pendekatan "Problem Based Learning"
berkategori cukup 38,5%. Hasil perhitungan merupakan metode yang menggunakan
dengan uji Paired Sample T-test dalam materi yang bersifat kontekstual yang berupa
penelitian ini menunjukkan responden yang kasus dunia nyata. Kasus kontekstual ini
diberikan perlakuan berupa pembelajaran berhubungan dengan penelitian Thornburg
dengan metode PBL mengalami peningkatan (1984) tentang retensi yang antara lain
skor pengetahuan secara statistik (p- mengatakan bahwa retensi akan lebih baik
value=0,000). Hasil ini menunjukan bahwa pada materi yang bersifat kontekstual. Hal ini
pembelajaran dengan metode PBL dapat diperkuat dengan penelitian Santoso (2006)
meningkatkan pengetahuan mahasiswa yaitu dalam kurun waktu dua minggu setelah
tentang pre-eklampsia dan eklampsia. dilaksanakan PBL kompetensi aspek-aspek
Peningkatan pengetahuan mahasiswa keterampilan mahasiswa meningkat dan
secara statistik bermakna bahwa responden pada nilai ujian tulis tidak menurun secara
memahami materi dan mampu menyerap signifikan. Pendekatan ini sangat tepat
materi yang diberikan pada saat digunakan sebagai strategi mengajar pada
pembelajaran. Hal ini sesuai dengan mata kuliah terapan yang bertujuan untuk
pendapat yang menyatakan bahwa membantu mahasiswa agar siap
responden telah menyimpan pengetahuan memasuki dunia kerja maupun praktek
yang diberikan pada saat perlakuan (Sullivan lahan.
et al, 1998). Sebagai calon bidan, mahasiswa
Selain dapat meningkatkan pengetahuan, diharapkan mampu memahami berbagai
pembelajaran PBL juga mampu membuat konsep dasar yang menjadi pegangan untuk
peserta didik mempunyai kemampuan memecahkan masalah/kasus di dunia nyata
adaptasi, problem solving, membuat yang bahkan belum pernah ditemui
pertimbangan yang rasional melakukan sebelumnya, serta lebih siap untuk terjun di
pendekatan yang menyeluruh dan universal, lahan. Hal ini sangat sesuai dengan proses
mengembangkan empati, dan bekerja dalam PBL yang dituturkan Wood (2004) yaitu
tim (Kushartanti, 2007). Hal ini disebabkan pelajar didorong untuk menggabungkan
karena mahasiswa PBL dikelompokkan berbagai informasi. Pada tahap awal mereka
dalam kelompok kecil yang berisi 4-5 orang perlu mengecek apakah informasi yang
dan dihadapkan pada suatu masalah. mereka dengar atau baca itu benar dan
Kelompok kecil tersebut didampingi oleh mencoba untuk menggabungkan informasi
seorang fasilitator dari tim peneliti yang baru dengan pengetahuan yang sebelumnya
tugasnya mengarahkan, memberi saran, dan sudah mereka miliki (konsolidasi). Dengan
menjaga diskusi tetap berada dalam topik kemampuan konsolidasi mereka lebih
tetapi tidak memberikan informasi karena percaya diri tentang apa yang sudah mereka
informasi harus didapatkan sendiri oleh pahami dan dapat berbagi dengan teman
mahasiswa. lain atau bahkan dapat mengembangkannya.
Keefektifan berbagai metode pengajaran Sehingga pada akhirnya mahasiswa memiliki
disarikan dalam bentuk piramida kemampuan menyelesaikan masalah. Hasil
pembelajaran Edgar Dale (1954) yang penelitian Fartena (2005) juga menunjukan
dikembangkan berdasarkan evidence oleh bahwa mahasiswa yang belajar dengan
Bligh (1998). Metode pembelajaran di metode PBL memiliki sikap dan
dasar piramid lebih efektif, yaitu dengan pengetahuan yang lebih baik dibandingkan
saling membagi informasi di antara dengan mahasiswa yang diajar dengan cara
peserta didik (teach each other) dengan konvensional.
retensi 90%, belajar dengan melakukan
praktik langsung (75%) dan diskusi
kelompok (50%). Aktivitas-aktivitas inilah

81 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

Konvensional SIMPULAN DAN SARAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Simpulan


sebelum diberikan pembelajaran dengan
metode konvensional, 70,3% mahasiswa Karakteristik responden: sebagian besar
mempunyai pengetahuan tentang pre- responden berusia 20 tahun (66,7% NRA
eklampsia dan eklampsia dengan kategori dan 67,7% NRB) dan 19 tahun (23 % NRA
cukup. Setelah peneliti bersama dengan tim dan 18,9% NRB). Sebagian besar
memberikan materi pre-eklampsia dan responden (97,4% kelas NRA dan 86,5%
eklampsia dengan metode pembelajaran kelas NRB). memiliki minat dari diri sendiri
konvensional, pengetahuan mahasiswa untuk mengikuti perkuliahan di jurusan
kelas NRB meningkat menjadi kategori baik kebidanan Sebagian besar responden
100%. tinggal di kos (59% kelas NRA dan 75,7%
Peningkatan kategori pengetahuan kelas NRB).
sebelum dan sesudah diberikan Tingkat pengetahuan responden sebelum
pembelajaran tersebut dapat terjadi karena penelitian sebagian besar dalam kategori
sebelum diberikan pembelajaran, sebagaian cukup (76,9% kelas NRA dan 70,3% kelas
besar mahasiswa memiliki pengetahuan NRB). Setelah diberikan pembelajaran,
sebatas pengertian pre-eklampsia dan sebagian besar mahasiswa memiliki
eklampsia saja. Setelah mendapat pengetahuan berkategori baik (61,5% NRA
pembelajaran, mahasiswa mengetahui dan 100% NRB). Sedangkan 38,5
materi pre-eklampsia dan eklampsia meliputi mahasiswa kelas NRA dalam kategori cukup
banyak hal, yaitu pengertian, teori dan tidak ada yang berkategori kurang.
patofisiologi, perubahan organ dan sistem Pembelajaran dengan metode PBL efektif
faal tubuh yang penting, pencegahan, untuk meningkatkan pengetahuan
diagnosis, perawatan, sikap terhadap mahasiswa. Nilai p-value 0,000 (p<0,05).
kehamilan, dan pemberian obat pada
perawatan pre-eklampsia eklampsia. Saran
Hasil perhitungan dengan uji Paired
Sample T-test dalam penelitian ini Bagi mahasiswa DIV pendidik dan dosen
menunjukkan responden yang diberikan agar menjadikan penelitian ini sebagai
perlakuan berupa pembelajaran dengan bahan pertimbangan salah satu metode
metode konvensional mengalami pembelajaran student center learning,
peningkatan skor pengetahuan secara sehingga dapat mengembangkan metode
statistik (p-value=0,000). Kondisi ini belajar yang efektif untuk mengajarkan suatu
mengindikasikan bahwa pembelajaran mata kuliah kepada mahasiswa. Penelitian
dengan metode konvensional dapat tindakan kelas perlu untuk dikembangkan
meningkatkan pengetahuan mahasiswa karena penerimaan mahasiswa terhadap
tentang pre-eklampsia dan eklampsia. suatu mata kuliah berbeda-beda, salah satu
Piramida Edgar Dale menggambarkan faktor yang mempengaruhi adalah metode
bahwa kuliah metode konvensional yang pembelajaran yang digunakan.
memiliki retensi paling rendah, yaitu 5%. Hal Bagi mahasiswa diharapkan mahasiswa
ini dikarena umumnya mahasiswa mencatat tertarik dengan metode pembelajaran PBL
dan mengulanginya sesaat sebelum ujian, sehingga dapat menerapkan untuk mata
menyimpan dalam ingatan jangka pendek kuliah lain. Dengan melaksanakan metode
untuk mengerjakan ujian dan melupakan PBL yang 7 langkah, mahasiswa diharapkan
apa yang sudah mereka pelajari dalam memiliki kemauan berfikir kritis, rajin mencari
waktu singkat (Wood, 2004). Menurut Emilia sumber informasi sendiri dan
(2008), meskipun keefektifan ceramah mengembangkan forum diskusi .
sebagai metode pendidikan hanya memiliki Bagi peneliti selanjutnya diharapkan
retensi 5%, akan tetapi penggunaan metode dapat melakukan penelitian eksperimen
ceramah dapat ditingkatkan yang tidak hanya mengukur pengetahuan
keefektivitasannya bila digabung dengan tetapi juga keterampilan dan pengukuran
program audiovisual yang mendukung. dilakukan hingga retensi pengetahuan.
Selain itu, keuntungan metode ceramah- Faktor/fasilitas yang dapat mempengaruhi
diskusi (konvensional) adalah mudah pembelajaran konvensional dan PBL lebih
digunakan, dapat menyampaikan informasi, dikendalikan, antara lain tutor, referensi,
mempengaruhi pendapat, merangsang jaringan internet, dan ruangan yang
pikiran dan kritis. kondusif.

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

DAFTAR PUSTAKA Santoso, S. 2006, Efektivitas pembelajaran


Problem Based Learning untuk
Anjelia, L.O. 2011, Pendidikan Kebidanan Meningkatkan Kompetensi Mahasiswa
Tumbuh Pesat Namun Kebutuhan Bidan pada Mata Ajaran Asuhan Kebidanan
berkualitas Masih Belum Terpenuhi, Kehamilan Lanjut dan Pascapersalinan,
Universitas Padjajaran, Bandung, dari : (Tesis). Program Magister Kesehatan
http://www.unpad.ac.id/archives/42107 Masyarakat Universitas Gadjah Mada,
diunduh tanggal 21 Maret 2011 Yogyakarta
Sullivan, P.H. (ed.). 1998, Profiting from
Bligh D.A. 1998, What's the Use of Lectures, Intellectual Capital, John Wiley, New
Intellect, Exeter York

Emilia, Ova. 2008, Promosi Kesehatan Thornburg, H.D. 1984, Learning Theory,
dalam Ruang Lingkup Kesehatan Instruction Psychology, West Publishing
Reproduksi, Pustaka Cendekia, Company, St Paul
Yogyakarta
Wood, D., et al. 2003, ABC of Learning and
Fartena, S. 2005, Pengetahuan dan Sikap Teaching in Medicine, London : BMJ
Mahasiswa dalam Pembelajaran Mata books, dari : www.bmjbooks.com diunduh
Kuliah KB-Kesehatan Reproduksi tanggal 22 Maret 2011
Sebelum dan Sesudah Metode PBL
(Problem Based Learning) pada Akademi Wood EJ., 2004, “Problem Based Learning
Kebidanan di Jawa tenggah dan Jawa : Exploiting Knowledge of How People
Timur, (Tesis). Program Magister Learn to Promote Effective Learning”.
Kesehatan Masyarakat Universitas Diunduh dari
Gadjah Mada, Yogyakarta http://bio.itsn.ac.uk/journal/vol3 pada
tanggal 11 Oktober 2012.
Harsono. 2005, ‘Kearifan dalam
Transformasi Pembelajaran : dari Yuliati, N. 2011, Pengaruh Model
Teacher-centered ke Student-centered Pembelajaran Problem Based Learning
Learning’, in Seminar Implementasi Nilai Ditinjau dari Motivasi Belajar Mahasiswa
Kearifan dalam Proses Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar dalam Materi
Berorientasi Student-Centred Learning, Etika Profesi di Fakultas Kedokteran Gigi
UGM, 30 November 2004 , Yogyakarta IIK Kediri, (Tesis). Magister Kedokteran
Keluarga Universitas Sebelas Maret,
Hernawati, I. 2011, Analisis Kematian Ibu di Surakarta
Indonesia, in Pertemuan Teknik
Kesehatan Ibu, Bandung, 6 April 2011

Kushartanti, B.M.W. 2007, “Pendekatan


Problem Based Learning dalam
Pembelajaran Praktik Kerja Lapangan
Terapi Fisik”, Diunduh dari
http://journal.uny.ac.id/index.php/cp/articl
e/view/221 pada tanggal 11 oktober 2012

Mubarak, W.I., et al. 2010, Promosi


Kesehatan: Sebuah Pengantar Proses
Belajar Mengajar dalam Pendidikan,
Graha Ilmu, Yogyakarta

Notoatmodjo, S. 2005, Promosi Kesehatan


Teori dan Aplikasi, Rineka cipta, Jakarta

Notoatmodjo, S. 2007, Promosi Kesehatan


dan Ilmu Perilaku, Rineka cipta, Jakarta

Rusmono. 2012, Strategi Pembelajaran


dengan Problem Based Learning Itu
Perlu, Ghalia Indonesia, Bogor

83 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

PENDAHULUAN

Latar Belakang
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN
KADER POSYANDU TENTANG Peningkatan kualitas pelayanan
SISTEM 5 MEJA DENGAN posyandu bertujuan untuk menjangkau
PELAKSANAANNYA DI POSYANDU semua lapisan masyarakat. Peningkatan
kualitas pelayanan kader posyandu menjadi
tonggak penting yang harus diperhatikan.
Ribut Eko Wijanti Dengan peningkatan pengetahuan dan
(Jurusan Kebidanan pemahaman, diharapkan kader posyandu
Poltekkes Kemenkes Malang) tahu proses tatalaksana posyandu yang
Dwi Estuning Rahayu efektif, kondisi kesehatan balita dan deteksi
(Jurusan Kebidanan dini kasus gizi buruk pada balita (Irma
Poltekkes Kemenkes Malang) Handayani, 2010).
Iftitah Humul Qoirilia Posyandu mempunyai tujuan utama yaitu
(Jurusan Kebidanan menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB),
Poltekkes Kemenkes Malang) Angka Kematian Ibu (AKI) termasuk ibu
hamil, melahirkan dan nifas, karena Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
ABSTRACT Bayi (AKB) masih cukup tinggi, meskipun
dari tahun ke tahun sudah dapat diturunkan
(Cahyo Ismawati,dkk, 2010). Secara
Objective: The Objective of this research idealnya layanan posyandu meliputi
is to know the relationship between the pemantauan pertumbuhan balita, pendidikan
posyandu cadre‘s knowledge and the atau penyuluhan gizi, serta pemberian
implementation of five table system in each makanan tambahan, kesehatan ibu dan
of posyandu in Sidomulyo Village Semen anak, pengontrolan terhadap diare, imunisasi
Sub district. Method: The method which is serta keluarga berencana. Secara
used in this research is cross sectional pelaksanaan pelayanan tersebut dilakukan
analytic. The population of this research is all dengan konsep lima meja yaitu 1) meja
posyandu cadre in Sidomulyo Village with pendaftaran balita dan ibu hamil, 2) meja
the total 28 and then just only 26 of them penimbangan balita, 3) meja pencatatan
who is stipulated by using propotionate buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) dan
stratified random sampling and the sample KMS (Kartu Menuju Sehat), 4) meja
technique used is simple random sampling penyuluhan dan 5) meja pelayanan
technic. The collection of data is carried out kesehatan (Budi Rahaju, 2007). Untuk meja I
by using closed quessionare to identify the sampai IV kegiatan dilaksanakan oleh kader
posyandu cadre knowledge and observation posyandu dan untuk meja V dilaksanakan
sheet to report and know detailly about the oleh petugas kesehatan di antaranya dokter,
implementation of five table system in each bidan, dan juru imunisasi.Sebelum
posyandu. After all data is collected then it is melaksanakan tugas tersebut, yaitu tugas
being tabulated and tested by using dari meja I sampai meja IV para kader
Spearman Rho Formula. Result: The terlebih dahulu mendapatkan pendidikan dan
research result shown that the posyandu pelatihan yang dilaksanakan oleh
cadre’s knowledge about five table system Puskesmas dan sektor terkait guna
and its implementation in posyandu can be menghindari terjadinya kesalahan dalam
categorized enough. And also there are melaksanakan tugasnya, agar tugas yang
relationship between the posyandu cadre’s diemban oleh para kader posyandu dapat
knowledge with the implementation of five terlaksana sesuai dengan apa yang
table system in each posyandu in Sidomulyo diharapkan, maka petugas kesehatan harus
Village. Suggestion: By this research, We terus melakukan pembinaan khususnya
do hope the posyandu cadre be able to menyangkut teknis pelaksanaanya
improve their knowledge about the five table (Antoabadi, 2010).
system in each posyandu so that they can Tidak semua posyandu mau melakukan
give optimal services. konsep 5 meja tersebut dengan berbagai
alasan mulai dari keterbataan sarana
Keywords: Knowledge, Posyandu cadre, danprasarana hingga keterbatasan sumber
five table system. daya manusia, khususnya untuk
pelaksanaan meja penyuluhan dan layanan
kesehatan. Meja penyuluhan banyak yang
tidak berjalan karena kurangnya

84 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

pengetahuan, kepercayaan diri kader dan sistem 5 meja dengan pelaksanaan di


kurang menguasai materi dalam melakukan masing-masing meja di Posyandu Wilayah
penyuluhan gizi dan kesehatan (Trias, 2007), Desa Sidomulyo.
sehingga aktifitas pendidikan gizi menjadi Hasil penelitian ini diharapkan dapat
macet. Akhirnya balita yang datang hanya dipergunakan sebagai masukan untuk
ditimbang, dicatat hasil penimbangan di KMS menyusun rencana program revitalisasi
kemudian mengambil jatah PMT (Pemberian posyandu.
Makanan Tambahan) dan pulang tanpa
dimaknakan. Balita yang sudah selesai METODE PENELITIAN
mendapatkan imunisasi lengkap tidak mau
lagi datang di posyandu, karenamerasa tidak Desain penelitian yang digunakan adalah
memperoleh manfaat apa-apa (Cahyo observasional analitik dengan menggunakan
Ismawati,dkk, 2010). Sedangkan hambatan pendekatan cross sectional. Populasi adalah
untuk pelaksanaan meja kelima adalah kader posyandu di Wilayah Desa Sidomulyo
ketergantungan terhadap staff medis dari sebanyak 28 orang. Sampel dihitung
pihak Puskesmas yang tidak selalu dapat menggunakan rumus
hadir setiap pelaksanaan posyandu,
sehingga fungsi posyandu lebih mengarah n=. N .
2
kepada monitoring kesehatan dan gizi dan 1 + N.d
bukan memberikan layanan medis.
Menurut tingkat perkembangannya di diperoleh 26 orang. Sampel diambil secara
Indonesia pada tahun 2010 tercatat ada propotionate stratified random sampling
269.655 unit posyandu yang tersebar pada masing-masing posyandu sehingga
diseluruh Indonesia.Di Kabupaten Kediri ada diperoleh:
1715 posyandu yang tersebar diseluruh
Wilayah Kabupaten Kediri dengan jumlah Posyandu Suro = 5/28 x 26 = 5
kader seluruhnya 8290 orang (Laporan Posyandu Jabang Utara = 4/28 x 26 = 3
Dinkes Kabupaten Kediri, 2010). Data yang Posyandu Jabang Selatan = 5/28 x 26 = 5
didapat dari Puskesmas Semen Kabupaten Posyandu Klepu = 5/28 x 26 = 5
Kediri pada tahun 2010 menunjukkan ada 56 Posyandu Klodran = 5/28 x 26 = 5
Posyandu di Wilayah Puskesmas Semen Posyandu Wonorejo = 4/28 x 26 = 3
dan dengan jumlah kader 280 orang.
Berdasarkan studi pendahuluan di Wilayah Penelitian dilaksanakan di Posyandu
Desa Sidomulyo terdapat 6 posyandu yaitu Wilayah Desa Sidomulyo (6 Posyandu)
Posyandu Suro,Posyandu Jabang Utara, kecamatan Semen kabupaten Kediri pada
Posyandu Jabang Selatan, Posyandu Klepu, tanggal 1-8 Juni 2011. Data dikumpulkan
Posyandu Klodran. Untuk Posyandu Suro, dengan menggunakan kuesioner tertutup
Posyandu Jabang Selatan, Posyandu Klepu yang berisi pertanyaan mengenai
dan Posyandu Klodran masing-masing pengetahuan kader tentang sistem 5 meja
memiliki 5 kader, sedangkan untuk dan lembar observasi dalam bentuk cheklist
Posyandu Wonorejo dan Posyandu Jabang yang diisi peneliti dari hasil pengamatan
Utara hanya memiliki 4 kader posyandu, tentang pelaksanaan di masing-masing
keseluruhan kader yang sudah mendapat meja. Analisa data dengan korelasi tata
pelatihan 90%. jenjang (Spearman rho)
Berdasarkan latar belakang diatas
peneliti tertarik untuk mengambil penelitian HASIL PENELITIAN
dengan judul “Hubungan pengetahuan kader
posyandu tentang sistem 5 meja dengan Data pengetahuan kader posyandu
pelaksanaan di masing-masing meja di tentang sistem 5 meja, dan pelaksanaan
Posyandu Wilayah Desa Sidomulyo”. sistem 5 meja di masing-masing meja
disajikan pada tabel berikut.
Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat
Penelitian Tabel 1. Distribusi Pengetahuan Kader
Posyandu Tentang Sistem 5 Meja
Rumusan masalah yang disampaikan
yaitu “Adakah hubungan antara Pengetahuan Jumlah Persentase
pengetahuan kader posyandu tentang sistem Baik 10 38,5%
5 meja dengan pelaksanaan di masing- Cukup 13 50,0%
masing meja di Posyandu Wilayah Desa Kurang 3 11,5%
Sidomulyo?” Jumlah 26 100%
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan pengetahuan kader tentang

85 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

Tabel 2. Distribusi Pelaksanaan Sistem 5 hidup terutama dalam memotivasi untuk


Meja oleh Kader Posyandu sikap berperan serta dalam pembangunan,
dan apabila seseorang yang semakin cukup
Pelaksanaan Jumlah Persentase umur, tingkat kematangan dan kekuatan
Baik 8 30,8% seseorang akan lebih matang dalam berfikir
Cukup 16 61,5% dan bekerja.
Kurang 2 7,7% Kader yang mempunyai pengetahuan
Jumlah 26 100% kurang ada 3 orang (11,5%). Diketahui
bahwa ada kader yang masih lulusan dari
Sekolah Dasar, dan usianya relatif sudah tua
Hasil uji hubungan pengetahuan kader
juga, kader tersebut tidak mengikuti
posyandu tentang sistem 5 Meja dengan
pembinaan dan pelatihan sehingga membuat
pelaksanaan di masing-masing meja pengetahuan mereka kurang. Sebagian
diperoleh ρ hitung = 0,589 dengan interval kader ada juga yang bekerja sehingga
kepercayaan 95%, harga ρ tabel didapatkan membuat mereka lebih mengutamakan
0,392 (ρ hitung > ρ tabel). Artinya ada
bekerja mencari uang daripada mengikuti
hubungan antara pengetahuan kader
pelatihan maupun kegiatan posyandu.
posyandu tentang sistem 5 meja dengan Nursalam (2003) dalam Wawan dan Dewi
pelaksanaannya di posyandu Wilayah Desa (2010) bahwa pekerjaan adalah kebutuhan
Sidomulyo Kecamatan Semen Kabupaten
yang harus dilakukan terutama untuk
Kediri.
menunjang kehidupannya dan kehidupan
keluarga. Irma Handayani (2010)
PEMBAHASAN
berpendapat bahwa untuk menjadikan
posyandu yang berkualitas perlu terus
Hasil penelitian yang dilakukan di Desa
ditunjang dengan peningkatan pengetahuan
Sidomulyo Kecamatan Semen Kabupaten dan pemahaman, sehingga diharapkan
Kediri terhadap 26 kader sebagai responden kader posyandu tahu proses tata laksana
diketahui 10 orang (38,5%) memiliki
posyandu yang efektif.
pengetahuan baik, 13 orang (50,0%)
Dua puluh enam responden yang
berpengetahuan cukup dan yang memiliki pelaksanaan baik pada masing-
berpengetahuan kurang baik sebanyak 3 masing meja sebanyak 8 orang (30,8%),
orang (11,5%). Kader yang mempunyai
pelaksanaan cukup sebanyak 16 orang
pengetahuan baik ada 10 orang (38,5%). Hal
(61,5%) dan 2 orang (7,7%) mempunyai
ini karena mereka aktif dalam mengikuti pelaksanaan kurang. Hasil observasi yang
pelatihan kader, sering mengikuti pembinaan dilakukan pada saat posyandu ada 8 orang
kader, aktif dalam kegiatan posyandu,
(30,8 %) yang melaksanakan mejanya
sehingga banyak informasi yang
dengan baik karena mereka yang sering
diperolehnya, serta sebagian besar dari mengikuti pelatihan maupun pembinaan
mereka sudah menjadi kader lebih dari 5 sehingga mereka mempunyai pengetahuan
tahun, disamping itu ada juga yang lulusan
dan pengalaman yang baik, namun
dari SMA dan Perguruan Tinggi.
mayoritas pada setiap posyandu yang
Dikemukakan oleh Nursalam (2003) dalam pelaksanaan mejanya baik yaitu meja 1,
Wawan dan Dewi(2010) bahwa faktor yang meja 2, dan meja 3. Pada meja 4
mempengaruhi pengetahuan salah satunya
pelaksanaan penyuluhan masih kurang hal
yaitu pendidikan karena pada umumnya
ini dikarenakan kader yang bertugas di meja
makin tinggi pendidikan seseorang makin 4 kadang membantu pada meja 1, meja 2,
mudah menerima informasi. dan meja 3. Sesuai pendapat Trias (2007)
Sebagian besar kader mempunyai untuk pelaksanaan meja penyuluhan banyak
pengetahuan cukup yaitu 13 orang (50,0%),
yang tidak berjalan karena kurangnya
hal ini dikarenakan terlihat sebagian dari
pengetahuan, kepercayaan diri kader dan
mereka ada yang lulusan dari SMP , kurang menguasai materi dalam melakukan
sehingga informasi yang diperoleh kurang penyuluhan gizi dan kesehatan sehingga
dimengerti dan dipahami, dan juga
aktifitas pendidikan gizi menjadi macet.
kemungkinan dipengaruhi oleh faktor usia
Terdapat 16 orang (61,5%) yang
yang rata-rata diatas 35 tahun. Kader melaksanakan sistem 5 meja dengan cukup
tersebut juga aktif dalam kegiatan posyandu baik, hal ini karena kader masih cukup aktif
maupun pelatihan namun pendidikan dan
dalam kegiatan posyandu dan sering
usia yang mereka miliki sangat berpengaruh
mengikuti pelatihan maupun pembinaan
terhadap pengetahuan. Nursalam (2003) kader. Namun apa yang diperoleh dari
dalam Wawan dan Dewi (2010) mengatakan pembinaan maupun pelatihan tersebut masih
pendidikan dapat mempengaruhi seseorang
sering diabaikan dan tidak diterapkan dalam
termasuk juga perilaku seseorang akan pola
kegiatan posyandu. Disamping itu tidak

86 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

didukung oleh sarana dan prasarana serta balita dipulangkan. Menurut Budi Rahaju,dkk
tempat yang memadai untuk kegiatan sistem (2007) menyebutkan bahwa pelayanan meja
5 meja di posyandu. Budi Rahaju (2007) 4 dilakukan tidak hanya memberi makanan
menyebutkan syarat dasar untuk tambahan, tetapi masih banyak kegiatan lain
terlaksananya posyandu agar berfungsinya yang perlu dilakukan pada meja 4
secara baik setiap posyandu harus tersedia diantaranya: memberi penyuluhan kepada
seperti meja dan kursi, timbangan dacin dan ibu, sesuai dengan hasil pencatatan di buku
tiang penyangga, celana atau sarung KIA/KMS serta pengamatan terhadap
timbangan, sistem informasi posyandu, anaknya, penyuluhan tidak hanya diberikan
daftar hadir kader, buku kegiatan, paket kepada balita yang tidak naik atau turun
pertolongan gizi (oralit, vitamin A, kapsul timbanganya, tetapi juga yang timbangannya
yodium, tablet fe), sarana penyuluhan naik pun perlu diberi penyuluhan untuk dapat
(lembar balik, buku pegangan kader, KMS menjaga kesehatanya, di meja 4 kader dapat
atau buku KIA), bahan penyuluhan, alat melakukan rujukan ke tenaga kesehatan
peraga, sarana PMT. seperti bidan,atau Puskesmas pada kasus-
Kader yang pelaksanaan pada masing- kasus yang perlu dirujuk, topik penyuluhan
masing meja masih kurang ada 2 kader yang diberikan sesuai dengan permasalahan
(7,7%) karena sebagian besar mereka yang ada, kader juga dapat memberikan
melaksanakan meja tidak sesuai dengan penyuluhan gizi, atau pertolongan dasar,
prosedur sistem 5 meja, misalnya pada meja (misalnya pemberian makanan tambahan,
1 kader hanya meminta buku KMS balita vitamin A, oralit), berikan pujian pada balita
kemudian mendaftar balita dalam buku atau ibunya, bila mereka rajin menimbang
register kemudian langsung dipersilahkan dan bagus hasil timbangannya atau
menuju meja 2. Pada meja 2 kader perkembangannya.
melakukan pengecekan bandul dan Irma Handayani (2010) mengungkapkan
menimbang balita sampai jarum tegak lurus. bahwa perlu diupayakan peningkatan
Pada meja 3 kader hanya menulis buku KMS kualitas pelayanan posyandu untuk
balita kemudian menghubungkan dari bulan menjangkau semua lapisan masyarakat,
kemarin, untuk meja 4 kader hanya memberi maka peningkatan kualitas layanan kader
jatah PMT tanpa memberikan penjelasan posyandu menjadi tonggak penting yang
apa-apa pada balita maupun ibu hamil. harus diperhatikan. Jadi apabila kader
Padahal menurut Budi Rahaju (2007) Secara posyandu sudah memiliki pengetahuan dan
pelaksanaan pelayanan posyandu dilakukan pemahaman yang baik mengenai kegiatan
dengan konsep lima meja yaitu meja posyandu serta apabila kader posyandu
pendaftaran balita dan ibu hamil, meja sudah melaksanakan perannya sebagai
penimbangan balita, meja pencatatan buku kader maka kualitas pelayanan posyandu
KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) dan KMS juga akan semakin baik.
(Kartu Menuju Sehat), meja penyuluhan dan
meja pelayanan kesehatan. SIMPULAN DAN SARAN
Analisa data Spearman rho menunjukkan
ρ hitung lebih besar dari ρ tabel. Jadi ada Simpulan dari penelitian ini adalah lebih
hubungan antara pengetahuan kader dari setengah responden memiliki tingkat
posyandu tentang sistem 5 meja dengan pengetahuan cukup tentang sistem 5 meja
pelaksanaan. Karena ada hubungan maka dan lebih dari setengah responden memiliki
arah korelasinya positif (+) yakni makin baik kategori cukup dalam pelaksanakan sistem 5
pengetahuan kader posyandu tentang meja. Ada hubungan pengetahuan kader
sistem 5 meja, maka makin baik pula posyandu tentang sistem 5 meja dengan
pelaksanaannya di posyandu. pelaksanaannya di posyandu Wilayah Desa
Penelitian menunukkan lebih dari Sidomulyo Kecamatan Semen Kabupaten
setengah kader di Desa Sidomulyo Kediri.
mempunyai pengetahuan cukup dan Saran yang disampaikan, kader
pelaksanaan dimasing-masing meja juga diharapkan mampu meningkatkan
cukup. Hal ini ditunjukkan dari kader yang pengetahuannya dengan cara aktif dalam
melaksanakan mejanya dengan cukup baik mengikuti pembinaan maupun pelatihan-
mereka yang sering mengikuti pelatihan dan pelatihan kader yang disampaikan oleh
sebagian ada yang lulusan SMA/PT Puskesmas ataupun Dinas Kesehatan,
sehingga masih mudah menerima informasi. sehingga pelaksanaan sistem 5 meja bisa
Namun dalam pelaksanaan, sistem 5 meja berjalan secara optimal.
tetap kurang diperhatikan khususnya pada
meja 4 (penyuluhan), hampir semua
posyandu melaksanakannya hanya sebatas
memberi makanan tambahan kemudian

87 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

DAFTAR PUSTAKA Soekidjo, Notoatmodjo. (2003) Pendidikan


dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT
Antoabadi. (2010)Keaktifan kader posyandu Rineka Cipta
<http://antoabadi.com/2010/05/>accesse
d in 3 February 2011 at 09.37 a.m . (2002) Metode Penelitian
Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta
Ari, Setiawan dan Saryono. (2010)
Metodologi Penelitian Kebidanan. Suharsimi, Arikunto. (2006) Prosedur
Yogyakarta : Nuha Medika Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : PT Rineka Cipta
Aziz, Alimul Hidayat. (2007) Metode
Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Trias. (2007) Posyandu. <http://gizikesmas.
Data. Jakarta: Salemba Medika multiply.com/journal/item/4>accessed in
3 February 2011 at 11.13 a.m
Budi, Rahaju, dkk. (2007) Buku Pegangan
Kader Posyandu. Surabaya: Dinkes Wawan dan Dewi. (2010) Teori dan
Propinsi Jawa Timur Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha
Cahyo, Ismawati, dkk. (2010). Posyandu dan Medika
Desa Siaga. Yogyakarta : Nuha Medika
Zulkifli. (2003) Posyandu dan kader
Data Posyandu Tahun 2010 tentang Data kesehatan<http://library.usu.ac.id>access
Jumlah Posyandu dan Kader di ed in 3 February 2011 at 09.54 a.m
Kabupaten Kediri. (2010). Kediri : Dinkes
Kabupaten Kediri

Departemen Kesehatan RI. (2009) Undang-


Undang R.I Nomor 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan, Surabaya: Depkes
R.I

. (2006) Pedoman Umum


Pengelolaan Posyandu. Jakarta : Depkes
R.I

Eny Retna.A dan Sriati R. (2009) Asuhan


Kebidanan Komunitas. Yogyakarta :
Nuha Medika

Irham, Machfoedz. (2008) Metodologi


Penelitian. Yogyakarta : Fitramaya

Irma, Handayani. (2010) Gambaran


pengetahuan dan sikap kader dalam
kegiatan Posyandu di Kelurahan Urug
Kota Tasikmalaya<http://irma.wordpress.
com/2010/08/15/> accessed in 3
February 2011 at 09.38 a.m

Niken, Meilani,dkk, (2009) Kebidanan


Komunitas. Yogyakarta : Fitramaya

Nursalam. (2008) Konsep dan Penerapan


Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta :Salemba Medika

R.Fallen dan R.Budi. (2010) Keperawatan


Komunitas. Yogyakarta : Nuha Medika

Saifuddin, Azwar. (2010) Penyusunan Skala


Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

88 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

PENDAHULUAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU POST
PARTUM TENTANG PEMBERIAN ASI Latar Belakang
DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI
DI KLINIK BERSALIN Hj. HENDRAYATNI ASI mengandung semua nutrisi penting
Tahun 2012 yang diperlukan untuk tumbuh kembang
bayi, serta antibodi yang bisa membantu
Nenny Aurelia Parhusip bayi membangun sistem kekebalan tubuh
(Alumnus Jurusan Kebidanan dalam masa pertumbuhannya.
Poltekkes Kemenkes Medan) Sesungguhnya, lebih dari 100 jenis zat gizi
Tiamin Simbolon terdapat dalam ASI. Diantaranya ialah AA,
(Jurusan Kebidanan DHA, taurin, dan spingomyelin yang tidak
Poltekkes Kemenkes Medan) terkandung dalam susu sapi (Yuliarti, 2010).
World Health Organization (WHO) pada
ABSTRAK tahun 2001 menyatakan bahwa pemberian
ASI diberikan mulai bayi lahir sampai usia 6
Latar belakang: Setelah wanita bulan disebut dengan pemberian ASI secara
melahirkan, akan terjadi proses laktasi eksklusif. Setelah ASI eksklusif 6 bulan
dimana payudara akan memproduksi ASI tersebut bayi tetap diberi ASI sampai usia 2
sebanyak mungkin. Namun terkadang Ibu tahun seiring dengan pengenalan makanan
sering mengabaikan atau kurang bayi.
mengetahui untuk memberikan ASI kepada Sebuah analisis oleh Hellen tahun 2002,
bayi sehingga payudara penuh, bengkak, menerangkan bahwa memberikan ASI
sakit dan terjadilah bendungan ASI. Tujuan: selama 6 bulan dapat menyelamatakan 1,3
Tujuan penelitian ini adalah untuk juta jiwa diseluruh dunia, termasuk 22%
mengetahui Hubungan Pengetahuan Ibu nyawa yang melayang setelah kelahiran.
Postpartum tentang pemberian ASI dengan Sementara itu, menurut United Nations
kejadian bendungan ASI di Klinik Bersalin Hj. Children’s Funds (UNICEF), menyatakan
Hendrayatni Periode Desember 2011 - Mei bahwa 30.000 kematian bayi di Indonesia
2012. Metode: Jenis penelitian bersifat dan 10 juta kematian anak balita di dunia
analitik dengan rancangan cross sectional. setiap tahun bisa dicegah melalui pemberian
Populasi penelitian ini adalah Ibu Postpartum ASI eksklusif selama enam bulan sejak
sebanyak 40 orang yang bersalin di Klinik Hj. sejam pertama setelah kelahirannya tanpa
Hendrayatni. Data yang digunakan adalah memberikan makanan dan minuman
data primer. Metode disajikan dalam bentuk tambahan kepada bayi. (Prasetyono, 2009).
tabel distribusi. Pengolahan data dilakukan Dan saat ini, jumlah Ibu yang
dengan program SPSS untuk mengetahui memberikan ASI kepada bayinya sampai
sejauh mana Hubungan pengetahuan Ibu berumur 6 bulan masih rendahnya, yaitu
Postpartum tentang pemberian ASI dengan kurang dari 2 % dari jumlah total Ibu
kejadian bendungan ASI. Hasil: Hasil melahirkan. Hal tersebut lebih disebabkan
penelitian menunjukkan bahwa dari 40 Ibu, oleh beberapa alasan, antara lain karena
29 (72,5%) Ibu diantaranya mengalami pengetahun Ibu tentang pentingnya ASI
bendungan ASI. Berdasarkan pengetahuan masih rendah, tata laksana Rumah Sakit
Ibu mayoritas Tidak Baik sebanyak 19 yang salah, dan banyaknya Ibu yang
(47,5%) Ibu. Dan pemberian ASI mayoritas mempunyai pekerjaan diluar rumah. (Yuliarti,
Tidak baik sebanyak 18 (45%) Ibu. Uji chi 2010).
square pengetahuan Ibu Postpartum tentang Setelah wanita melahirkan, akan terjadi
pemberian ASI dengan kejadian bendungan proses laktasi dimana payudara akan
ASI diperoleh p = 0,041 sehingga lebih kecil memproduksi ASI sebanyak mungkin.
dari (α) = 0,05 dan nilai chi-square hitung = Namun terkadang Ibu sering mengabaikan
13,150. Simpulan: Sehingga menunjukkan atau kurang mengetahui untuk memberikan
adanya hubungan pengetahuan Ibu ASI kepada bayi sehingga payudara penuh,
Postpartum tentang pemberian ASI dengan bengkak, sakit dan terjadilah bendungan
kejadian bendungan ASI. Saran: Diharapkan ASI. Pembengkakan ini terjadi karena ASI
Ibu Postpartum lebih meningkatakan tidak disusui secara adekuat sehingga sisa
pengetahuan tentang pemberian ASI agar ASI terkumpul pada sistem duktus yang
mencegah terjadinya bendungan ASI. mengakibatkan terjadinya pembengkakan.
(Anggraini, 2010).
Kata kunci: Pengetahuan, postpartum, Menurut SDKI (Survei Demografi
Pemberian ASI, Bendungan ASI Kesehatan Indonesia) tahun 2002 cakupan
ASI eksklusif 6 bulan menurun dari 42,4%
menjadi 36,5%. Sedangkan penggunaan

89 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

susu formula meningkat tiga kali lipat dari Tabel 2. Distribusi Pengetahuan Ibu
10,8% menjadi 32,5% dan tanpa disadari hal Postpartum Tentang Manfaat ASI
ini memicu terjadinya bendungan ASI. di Klinik Bersalin Hj. Hendrayatni
Menurut Balai Pengobatan Swasta (BPS) Periode Desember 2011 - Mei 2012
hampir 50 % Ibu post partum mengalami
bendungan ASI (Primadasa, 2007). Pengetahuan Ibu
Frekuensi %
Tentang Manfaat ASI
Berdasarkan hasil survei awal peneliti Sangat Baik 6 15
yang dilakukan pada tanggal 28 Februari Baik 19 47.5
2012 di Klinik bersalin Hj. Hendrayatni, Tidak Baik 12 30
terdapat 24 Ibu Postpartum pada bulan Sangat Tidak Baik 3 7.5
Februari 2012. Berdasarkan Tanya jawab
Total 40 100%
yang peneliti lakukan kepada 8 orang Ibu
Postpartum didapat 6 orang Ibu Postpartum
Tabel 3. Distribusi Pengetahuan Ibu
yang kurang mengetahui tentang pemberian
Postpartum Tentang Komposisi ASI
ASI dan mengalami bendungan ASI. Mereka
di Klinik Bersalin Hj. Hendrayatni
mengatakan pada keadaan ini seringkali
Periode Desember 2011`- Mei 2012
menghentikan proses menyusui karena
payudaranya terasa sakit. Mereka juga Pengetahuan Ibu Tentang
Frekuensi %
menganggap jika payudara mengalami Komposisi ASI
masalah, maka harus menghentikan Sangat Baik 7 17.5
menyusui bayinya karena rasa sakit yang Baik 8 20
dialami dan agar tidak menularkan penyakit Tidak Baik 10 25
kepada bayinya tersebut. Sangat Tidak Baik 15 37.5
Total 40 100%
Tujuan Penelitian
Tabel 4. Distribusi Pengetahuan Ibu
Untuk mengetahui hubungan Postpartum Tentang Teknik Menyusui
pengetahuan Ibu postpartum tentang di Klinik Bersalin Hj. Hendrayatni
pemberian ASI dengan kejadian bendungan Periode Desember 2011`- Mei 2012
ASI di Klinik Bersalin Hj. Hendrayatni
Pengetahuan Ibu Tentang
Periode Desember 2011 – Mei 2012. Teknik Menyusui
Frekuensi %
Sangat Baik 3 7.5
METODE PENELITIAN Baik 11 27,5
Tidak Baik 14 35
Jenis penelitian ini bersifat analitik, yaitu Sangat Tidak Baik 12 30
untuk mengetahui hubungan antara Total 40 100%
pengetahuan ibu postpartum tentang
pemberian ASI dengan kejadian bendungan Tabel 5. Distribusi Pengetahuan Ibu
ASI melalui uji hipotessa dengan rancangan Postpartum Tentang Waktu Menyusui
penelitian cross sectional. di Klinik Bersalin Hj. Hendrayatni
Populasi penelitian ini adalah Ibu yang Periode Desember 2011 - Mei 2012
masih dalam masa postpartum dan menyusi
bayinya bersalin di Klinik Bersalin Hj. Pengetahuan Ibu Tentang
Frekuensi %
Hendrayatni. Pada bulan Desember 2011 – Waktu Menyusui
Mei 2012 sebanyak 40 orang. Sangat Baik 6 15
Baik 16 40
Tidak Baik 16 40
HASIL PENELITIAN
Sangat Tidak Baik 2 5
Tabel 1. Distribusi Pengetahuan Ibu Total 40 100%
Postpartum Tentang Pengertian ASI
Tabel 6. Distribusi Pengetahuan Ibu
di Klinik Bersalin Hj. Hendrayatni
Postpartum Tentang Perawatan Payudara di
Periode Desember 2011`- Mei 2012
Klinik Bersalin Hj. Hendrayatni Periode
Desember 2011 - Mei 2012
Pengetahuan Ibu
Frekuensi %
Tentang Definisi ASI Pengetahuan Ibu Tentang
Sangat Baik 22 55 Frekuensi %
Perawatan Payudara
Baik 6 15 Sangat Baik 4 10
Tidak Baik 8 20 Baik 7 17.5
Sangat Tidak Baik 4 10 Tidak Baik 16 40
Total 40 100 Sangat Tidak Baik 13 32,5
Total 40 100%

90 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

Tabel 7. Distribusi Bendungan ASI pada Ibu ASI tertinggi adalah kategori Baik 19 orang
Postpartum di Klinik Bersalin Hj. Hendrayatni (47,5%) dan terendah adalah kategori tidak
Periode Desember 2011- Mei 2012 baik sebanyak 12 orang (30%).
Berdasarkan Tabel 3 di atas dapat dilihat
Bendungan ASI Frekuensi % dari 40 responden yang di data ditemukan
Mengalami 29 72.5 bahwa pengetahuan Ibu tentang komposisi
TIdak Mengalami 11 27.5 ASI tertinggi adalah kategori Sangat Tidak
Total 40 100% Baik 15 orang (37,5%) dan terendah adalah
kategori Sangat Baik sebanyak 7 orang
Tabel 8. Distribusi Pengetahuan Ibu (17,5%).
Postpartum Tentang Pemberian ASI di Klinik Berdasarkan Tabel 4 di atas dapat dilihat
Bersalin Hj. Hendrayatni Periode Desember dari 40 responden yang di data ditemukan
2011 - Mei 2012 bahwa pengetahuan Ibu tentang Teknik
Menyusui tertinggi adalah kategori Tidak
Pengetahuan Ibu Tentang Baik 14 orang (35%) dan terendah adalah
Frekuensi %
Pemberian ASI kategori Sangat Baik sebanyak 3 orang
Sangat Baik 3 7.5 (7,5%).
Baik 18 45 Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat dilihat
Tidak Baik 18 45 dari 40 responden yang di data ditemukan
Sangat Tidak Baik 1 2.5 bahwa pengetahuan Ibu tentang Waktu
Total 40 100% Menyusui tertinggi adalah kategori Baik dan
Tidak Baik sebanyak 16 orang (40%) dan
Tabel 9. Hubungan Pengetahuan Ibu terendah adalah kategori Sangat Tidak Baik
Postpartum Tentang Pemberian ASI dengan sebanyak 2 orang (5%).
Kejadian Bendungan ASI Berdasarkan Tabel 6 di atas dapat dilihat
di Klinik Bersalin Hj. Hendrayatni dari 40 responden yang di data ditemukan
Periode Desember 2011 - Mei 2012 bahwa pengetahuan Ibu tentang Perawatan
Payudara tertinggi adalah kategori Tidak
Pemberian Baik 16 orang (40%) dan terendah adalah
ASI kategori Sangat Baik sebanyak 4 orang
(10%).
Sangat Tidak Baik

Berdasarkan Tabel 7 diatas dapat dilihat


Sangat Baik

Tidak Baik

Total

Bendungan ASI bahwa dari 40 responden didata, ditemukan


Baik

tertinggi mengalami bendungan ASI


sebanyak 29 orang (72,5%) dan terendah
tidak mengalami bendungan ASI sebanyak
11 orang (27,5).
Berdasarkan Tabel 8 di atas dapat dilihat
Sangat Baik 0 3 0 0 3 dari 40 responden yang di data ditemukan
Pengetahuan Ibu

Baik 0 5 3 0 8 bahwa Pemberian ASI tertinggi adalah


Mengalami

Tidak Baik 0 2 14 1 17
kategori Baik 18 orang (45%) dan terendah
Sangat Tidak Baik 0 0 1 0 1
adalah kategori Sangat Tidak Baik sebanyak
1 orang (2,5%).
Total 0 10 18 1 29
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat
dari 40 responden yang di data ditemukan
Sangat Baik 3 2 0 0 5
bahwa Ibu yang mengalami bendungan ASI
Tidak mengalami

Baik 0 4 0 0 4
Pengetahuan Ibu

Tidak Baik 0 2 0 0 2 mayoritas berpengetahuan Tidak Baik dan


Sangat Tidak Baik 0 0 0 0 0 pemeberian ASI Tidak Baik juga, sedangkan
Ibu yang tidak mengalami bendungan ASI
mayoritas berpengetahuan Sangat Baik dan
Total 3 8 0 0 11 pemberian ASI Baik juga.
Hasil uji chi square terhadap
pengetahuan Ibu Postpartum tentang
Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat dilihat pemberian ASI dengan kejadian bendungan
dari 40 responden yang di data, ditemukan ASI kemudian diperoleh hasil probabilitas =
bahwa pengetahuan Ibu tentang pengertian 0,041 sehingga lebih kecil dari (α) = 0,05 dan
ASI terrtinggi adalah kategori sangat baik 22 nilai chi-square = 13,150. Ini berarti hipotesis
orang (55%) dan terendah adalah kategori nol ditolak, sehingga dapat disimpulkan
sangat tidak baik sebanyak 4 orang (10%). bahwa ada hubungan yang signifikan antara
Berdasarkan Tabel 2 di atas dapat dilihat pengetahuan Ibu tentang pemberian ASI
dari 40 responden yang di data ditemukan dengan kejadian bendungan ASI.
bahwa pengetahuan Ibu tentang manfaat

91 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

berpengetahuan Sangat Tidak Baik


PEMBAHASAN sebanyak 15 orang (37,5%), dan minoritas
Sangat baik sebanyak 7 orang (17,5%).
Dari analisa data pada tabel 1 diketahui ASI mengandung berbagai macam
bahwa dari 40 Ibu, mayoritas unsure-unsur yang berguna untuk
berpengetahuan Sangat baik sebanyak 22 pertumbuhan bayi antara lain : kolostrum,
orang (55%), dan minoritas Sangat Tidak karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan
Baik 4 orang (10%). mineral. (Budiasih, 2008).
Air Susu Ibu (ASI) bukan minuman. Banyak sekali zat gizi yanga da di dalam
Namun, ASI merupakan satu-satunya ASI sehingga makanan “ajaib” tersebut tidak
makanan tunggal paling sempurna bagi bayi boleh dilewatkan. Dimana ASI mengandung
hingga berusia 6 bulan. ASI cukup 88, 1% air, sehingga ASI yang diminum bayi
mengandung seluruh zat gizi yang selama pemberian ASI Ekslusif sudah
dibutuhkan bayi. Selain itu, secara ilmiah ASI mencukupi kebutuhan bayi dan sesuai
“dibekali “ enzim pencerna susu sehingga dengan kesehatan bayi.
organ pencernaan bayi mudah mencerna Selain itu, ASI juga mengandung bahan
dan menyerap gizi ASI (Arif, 2009). larut yang rendah. Bahan larut tersebut
ASI Eksklusif adalah makanan terbaik terdiri dari 3,8% lemak, 0,9% protein, 7 %
yang harus diberikan kepada bayi karena di laktosa dan 0,2% bahan-bahan lainnya.
dalamnya terkandung hamper semua zat gizi (Yuliarti, 2010).
yang dibutuhkan oleh bayi. (Yuliarti, 2010). Dari hasil penelitian ini ditemukan
Dalam hal pengetahuan Ibu tentang tingginya presentase Ibu yang
pengertian ASI masih ada Ibu yang berpengetahuan Sangat Tidak Baik dapat
berpengetahuan tidak baik dan sangat tidak diketahui memberiakan kerugian bagi
baik. Dan menurut asumsi penulis hal ini banyak bayi dan juga Ibu sesuai dengan
menyebabkan kurang nya pemberian ASI teori yang diatas yang menyatakan bahwa
kepada bayi sehingga terjadi pembendungan ASI mengandung unsur-unsur pokok seperti
ASI kepada Ibu. lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dan zat
Dari analisa data pada tabel 2 diketahui kekebalan tubuh.
bahwa dari 40 Ibu mayoritas Dari analisa data pada tabel 4 diketahui
berpengetahuan Baik sebanyak 19 orang bahwa dari 40 Ibu mayoritas
(47,5%), dan minoritas berpengetahuan berpengetahuan Tidak Baik sebanyak 14
Sangat Tidak baik sebanyak 3 orang (7,5%). orang (35%), dan minoritas berpengetahuan
Manfaat ASI mendatangkan keuntungan Sangat Baik sebanyak 3 orang (7,5%).
bagi bayi, ibu, keluarga, masyrakat, dan Teknik dalam menyusui sangat berperan
Negara. Sebagai makanan bayi yang paling dalam menentukan kesuksesan dalam
sempurna, ASI mudah dicerna dan diserap menyusui di antaranya yang perlu
karena mengandung enzim pencernaan. ASI diperhatikan ialah : posisi bayi saat menyusu
juga dapat mencegah penyakit iinfeksi dan perlekatan mulut bayi pada payudara,
lantaran mengandung zat penangkal karena bila teknik menyusui Ibu salah, maka
penyakit, yakni immunoglobulin. ASI bersifat bayi tidak dapat menghisap ASI secara
praktis, mjudah diberikkan kepada bayi, efektif, sehingga bayi menjadi malas
murah serta bersih. (Prasetyono, 2009) menyusu dan payudara akan penuh.
Manfaat ASI untuk mengurangi resiko (Ramaiah, 2007)
kanker payudara mungkin jarang diketahui Dari hasil penelitian ini bahwa Ibu
orang. Pada tahun 2000, penelitian di 6 postpartum memiliki presentasi tertinggi
negara berkembang yang melibatkan 147 berpengetahuan Tidak baik. Sehingga Ibu
orang ibu menunjukkan bahwa minimal 20 % tidak memperhatikan teknik menyusui bayi
Ibu yang menyusui akan terhindar dari dengan benar dan sebahagian mengamali
bendungan ASI yang kemudian berkembang bendungan ASI.
menjadi kanker payudara. (Yuliarti, 2010). Dari analisa data pada tabel 5 diketahui
Dari hasil penelitian ini masih ada Ibu bahwa dari 40 Ibu mayoritas
yang berpengetahuan Tidak baik dan Sangat berpengetahuan Baik dan Tidak Baik
Tidak Baik. Hal ini disebabkan kurangnya sebanyak 16 orang (40%), dan minoritas
pengetahuan Ibu tentang manfaat ASI berpengetahuan Sangat Tidak Baik
sehingga masih banyak Ibu yang tidak sebanyak 2 orang (5%).
menyusui bayinya. Sesuai dengan teori yang Pemberian ASI sebaiknya tidak
di atas bahwa Ibu yang tidak menyusukan dijadwalkan (on demand) kapan pun bayi
bayi nya akan bisa mengalami bendungan membutuhkan ASI, Ibu harus siap
ASI. memberikan ASI nya sampai bayi merasa
Dari analisa data pada tabel 3 diketahui puas menyusu. (Khasanah, 2011)
bahwa dari 40 Ibu mayoritas

92 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

Dari hasil penelitian ini, bahwa Ibu yang Alasan pemberian ASI kepada bayi
memiliki pengetahuan Tidak Baik dan karena ASI mengandung manfaat dan
Sangat Tidak Baik tentang waktu menyusui kelebihan, diantaranya ialah menurunkan
akan menyusui bayinya dengan waktu yang resiko terjadinya penyakit infeksi, misalnya
tidak baik yang kemudian akan lebih infeksi saluran pencernan (diare), infeksi
cenderung mengalami bendungan ASI saluran pernafasan dan infeksi telinga. ASI
dibandingkan dengan Ibu yang menyusui juga bias menurunkan dan mencegah
dengan waktu menyusui yang tepat karena terjadinya penyakit non-infeksi, seperti alergi,
sudah mengetahui tentang waktu menyusui obesitas, kurang gizi dan asma. Selain itu,
yang baik. ASI dapat pula meningkatkan IQ dan EQ
Dari analisa data pada tabel 6 diketahui anak.
bahwa dari 40 Ibu mayoritas Sebagian besar pertumbuhan dan
berpengetahuan Tidak Baik sebanyak 16 perkembangan bayi ditentukan oleh
orang (40%), dan minoritas berpengetahuan pemberian ASI. Pemberian ASI dapat
Sangat Baik sebanyak 4 orang (10%). mengurangi tingkat kematian bayi yang
Perawatan payudara bisa dilakukan dikarenakan berbagai penyakit yang
secara sederhana. Kegiatan ini bisa menimpanya, serta mempercepat pemulihan
dilakukan saat mandi dan setelah mandi. bila sakit dan membantu menjarangkan
Bila putting susu dan aerola kering dan kelahiran. (Presetyono, 2009)
pecah-pecah, gunakna pelembab ringan Hal ini dapat menjelaskan bahwa
atau minyak baby oil untuk menjaga pengetahuan Ibu dapat menjadi faktor
kesehatan dan kelembapannya. Sehingga terjadinya bendungan ASI. Ibu yang
mencegah putting lecet dan bengkak. berpengetahuan baik tentang ASI maka
(Kristiyanasari, 2009) pemberian ASI menjadi baik dan resiko
Faktor yang menyebabkan terjadinya terjadinya bendungan ASI dapat dicegah.
bendungan ASI ialah posisi bayi pada Namun jika pengetahuan Ibu tidak baik
payudara salah sehingga proses menyusui apalagi sangat tidak baik maka pemberian
tidak benar dan juga disebabkan oleh ASI juga Tidak baik, hal inilah dapat menjadi
perawatan payudara pada saat menyusui akibat terjadinya bendungan ASI.
yang kurang diperhatikan. (Nugroho, 2011) Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui
Dari analisa tabel 7 diketahui bahwa dari bahwa dari 40 Ibu Postpartum, 29
40 responden, ibu postpartum. Terdapat 29 diantaranya mengalami Bendungan ASI
(72,5%) Ibu yang mengalami kejadian dimana pengetahuan Ibu mayoritas
bendungan ASI dan 11 (27,5%) Ibu yang dikategorikan berpengetahuan Tidak Baik
tidak mengalami. sebanyak 17 (58,6%) dan juga pemberian
Bendungan ASI adalah terjadinya ASI mayoritas dikategorikan Tidak Baik
pembengkakan pada payudara karena sebanyak 18 (62,1%) Ibu. Sedangakan Ibu
peningkatan aliran vena dan limfe sehingga yang tidak mengalami bendungan ASI
menyebabkan bendungan ASI dan rasa mayoritas berpengetahuan Baik sebanyak 5
nyeri dan kadang-kadang disertai dengan (45,5%) Ibu dan juga pemberian ASI
kenaikan suhu badan. mayoritas Baik sebanyak 8 (72,7%) Ibu.
Menurut hasil penelitian bahwa payudara Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa
penuh sering terjadi. Bila Ibu tidak menyusui ada hubungan yang signifikan antara
secara eksklusif, dimana Ibu tidak pengetahuan Ibu tentang pemberian ASI
menyusukan bayinya setiap bayi dengan kejadian bendungan ASI.
membutuhkan. Sementara produksi ASI Menurut asumsi penulis ASI Ekslusif erat
tetap berlangsung, akibatnya payudara akan kaitannya dengan pemberiaan ASI karena
penuh dengan ASI. Bila tidak langsung pengetahuan merupakan suatu hal yang
diberikan kepada bayi maka inilah menjadi sangat dibutuhkan dalam rangka perubahan
bendungan ASI (Prawirohardjo, 2008) pola piker dan perilaku Ibu.
Faktor-faktor yang menyebabkan Hal ini sesuai juga dengan pendapat
bendungan ASI adalah bayi tidak menyusu (Notoatmojo, 2003) bahwa pengetahuan
dengan kuat, posisi bayi pad apayudara beberapa tingkat yaitu tahu dalam aarti
salah sehingga proses menyusui tidak hanya sebatas mengetahui, memahami yaitu
benar, serta terdapat putting susu yang datar mampu menjelaskan, analisa yaitu mampu
atau terbenam (Taufan, 2011) menganalisa yang diketahuinya, dan sintesis
Dari analisa data pada tabel 8 diketahui yaitu mampu menyusun formula baru.
bahwa dari 40 Ibu mayoritas pemberian ASI Oleh karena itu sangat perlu diberikan
Baik dan Tidak Baik sebanyak 18 orang pendidikan kesehatan mengenai pemberian
(45%), dan minoritas Sangat Tidak Baik ASI yang berkesinambungan sehingga Ibu
sebanyak 1 orang (2,5%). Postpartum mampu memahami dan
mengaplikasikan serta dapat menganalisa

93 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

keuntungan menyusui dan segera menyusui Kristiyanasari, Weni, 2009, ASI, Menyusui
bayinya dengan baik dan menjaga dan SADARI, Penerbit Nuha Medika,
kesehatan payudara Ibu untuk mencegah Yogyakarta.
terjadinya bendungan ASI.
Marimbi, Hanum, 2010, Tumbuh Kembang,
SIMPULAN DAN SARAN Status Gizi, dan Imunisasi Dasar Pada
Balita, Penerbit Nuha Medika.
Simpulan penelitian adalah: 1) Ada
hubungan antara pengetahuan Ibu Notoatmodjo, Soekidjo, 2003, Ilmu
postapartum dengan pemberian ASI, 2) Ada Kesehatan Masyarakat, Penerbit Rineka
hubungan antara pengetahuan Ibu Cipta, Jakarta.
Postapartum dengan kejadian bendungan
ASI, 3) Ada hubungan antara pengetahuan , 2010, Metode
Ibu Postapartum tentang pemberian ASI Penelitian Kesehatan, Penerbit Rineka
dengan kejadian bendungan ASI. Cipta, Jakarta.
Berdasarkan kesimpulan penelitian
disarankan agar, 1. Diharapkan bagi Ibu Nugroho, Taufan, 2011, ASI dan Tumor
untuk mengetahui dan lebih meningkatkan Payudara, Penerbit Nuha Medika,
pengetahuan pentingnya ASI Ekslusif Yogyakarta.
diberikan kepada bayi dengan mencari
informasi yang lebih dari bidan atau dokter, Primadasa N, 2007, Penerapan ASI
media elektronik, media cetak, dan di tempat Eksklusif, www.asiku.wordpress.com, 16
pelayanan kesehatan yang dapat diperoleh April 2009.
secara gratis, 2. Diharapkan tenaga
kesehatan khususnya bidan sebaiknya dapat Prasetyono, Sunar, 2009, Buku Pintar ASI
memberikan pelayanan yang sebaik Eksklusif, Penerbit Diva Press,
mungkin dalam pemeberian informasi Yogyakarta.
kesehatan tentang ASI dan memeberikan
penyuluhan kesehatan pada Ibu postpartum Prawirohardjo, Sarwono, 2008, Ilmu
tentang pemberian ASI 3. Meningkatkan Kebidanan, Penerbit Yayasan Bina
adanya keterbatasan dalam penelitian ini Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
diharapkan dapat melakukan penelitian
selanjutnya pada aspek yang lebih luas Ramaiah, Savitri, 2007, ASI dan Menyusui,
dengan metode lebih lengkap untuk Penerbit PT. Bhuana Ilmu Populer,
menyempurnakan penelitian ini, khususnya Jakarta.
Hubungan pengetahuan Ibu postpartum
tentang pemberian ASI dengan kejadian Roesli, Hj Utami, 2009, Mengenal ASI
bendungan ASI. Eksklusif, Penerbit Trubus Agriwidya.
Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Sulistyawati, Ari, 2009, Buku Ajar Asuhan
Arif, Nurhaeni, 2009, Panduan Ibu Cerdas Kebidanan Pada Ibu Nifas, Penerbit Andi,
(ASI dan Tumbuh kembang Bayi), Yogyakarta.
Penerbit Media Pressindo. Yogyakarta.
Varney, Kriebs, J.M., Gegor, 2008, Buku
Anggraini, Yetti, 2010, Asuhan Kebidanan Ajar Asuhan Kebidanan, Penerbit ECG,
Masa Nifas, Penerbit Pustaka Rinama, Jakarta.
Yogyakarta.
Walsh, Linda, 2008, Buku Ajar Kebidanan
Budiasih Kun Sari, 2008, Handbook Ibu Komunitas, Penerbit EGC, Jakarta.
Menyusui, Penerbit Karya Kita, Bandung.
Yuliarti, Nurheti, 2010, Keajaiban ASI,
Hidayat, AAA, 2009, Metode Penelitian Penerbit Andi, Yogyakarta.
Kebidanan dan Teknik Analisa Data,
Salemba Medika, Jakarta.

Khasanah, Nur, 2011, ASI atau Susu


Formula Ya?, Penerbit Diva Press,
Jakarta.

94 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

PENDAHULUAN
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PASIEN
DENGAN KEJADIAN KONJUNGTIVITIS Latar belakang
DI RUMAH SAKIT MATA CICENDO
BANDUNG Konjungtivitis merupakan penyakit infeksi
pada conjungtiva mata yang disebabkan
Siti Nurhayati oleh bakteri atau virus, menyerang berbagai
Ali Hamzah tingkat usia, dan sangat mudah menular
(Jurusan Keperawatan terutama melalui tangan yang dicuci kurang
Poltekkes Kemenkes Bandung) bersih atau melalui benda yang telah
Ade Tika digunakan oleh seseorang yang mengalami
mata merah. (Sidarta Ilyas, 1998; Chaerani,
2006; Indriana, 2012). Menurut Susilo
ABSTRAK (2008) penularan penyakit konjungtivitis bisa
terjadi melalui sentuhan dengan penderita
Latar belakang: Angka kejadian atau sesuatu yang telah dipakai oleh
konjungtivitis di Rumah Sakit Mata Cicendo penderita, seperti tissue/ sapu tangan,
Bandung tahun 2008 s/d 2009 cukup tinggi, penggunaan handuk secara bersama
selalu masuk ke dalam 10 besar penyakit dengan penderita atau berenang bersama
dan cenderung menunjukkan peningkatan penderita dan melalui cairan dari mulut atau
yaitu dari 7176 orang pasien pada tahun hidung penderita (seperti ketika batuk dan
2008 meningkat menjadi 7228 pada tahun bersin).
2009. Berdasarkan hasil wawancara dengan Data dari Dinas Kesehatan Jawa Barat
pasien konjungtivitis sebagian besar tahun (2009) menyatakan bahwa persentase
responden berperilaku kurang baik penyakit yang sering terjadi pada
diantaranya: tidak cuci tangan dulu masyarakat yaitu ISPA (33,36%), Penyakit
sebelum/sesudah memegang mata yang kulit (23,97%), Diare (3,72%), dan
sakit, menggunakan handuk secara Konjungtivitis (2,16%). (http://www.ppk-
bersama-sama, menggunakan sapu tangan depkes.org/english-content/recent-news/
bergantian, dan menggunakan bantal/sarung 1787-data-kasus-penyakit-di-prov-jawa-barat
bantal bersama-sama dengan anggota -22-februari-2010.html. Diperoleh pada
keuarga yang lain. Tujuan: Penelitian ini tanggal 17 November 2009). Sedangkan
bertujuan untuk mengetahui hubungan data yang penulis dapatkan dari Rumah
antara perilaku pasien dengan kejadian Sakit Mata Cicendo Bandung tahun 2008
konjungtivitis di Rumah Sakit Mata Cicendo dan 2009 angka kejadian konjungtivitis ini
Bandung tahun 2010. Metode: Jenis cenderung menunjukkan peningkatan yaitu
penelitian adalah case control. Besar sampel dari 7176 orang pasien pada tahun 2008
adalah 85 kasus dan 170 control dengan meningkat menjadi 7228 pada tahun 2009.
teknik pengambilan sampel purposive non Berkaitan dengan konjungtivitis, salah
random sampling. Pengumpulan data satu faktor yang berhubungan dengan
menggunakan kuesioner, analisis data penularan dari satu pasien kepada pasien
menggunakan uji chi scquare. Hasil: Hasil lain adalah faktor perilaku pasien. Menurut
penelitian menunjukan ada hubungan antara Bloom dalam Notoatmodjo, (2003), perilaku
perilaku: mencuci tangan sebelum/sesudah merupakan faktor terbesar kedua setelah
memegang mata yang sakit, menggunakan faktor lingkungan yang mempengaruhi
handuk secara bersama, mengunakan sapu kesehatan individu, kelompok, atau
tangan bergantian, menggunakan masyarakat. Berkenaan dengan faktor
bantal/sarung bantal secara bersama perilaku yang dapat menyebabkan penyakit
dengan derajat hubungan rendah serta nilai konjungtivitis, (Sidarta Ilyas, 1998; Chaerani,
odds ratio 3,347. Saran: berdasarkan hasil 2006; Indriana, 2012) menyatakan bahwa
penelitian tersebut maka disarankan pada sumber penularan konjungtivitis adalah
petugas pelayanan kesehatan lebih cairan yang keluar dari mata yang sakit yang
meningkatkan dalam memberikan konseling mengandung bakteri atau virus. Tangan
dan pengetahuan terutama dalam hal yang terkontaminasi cairan infeksi dapat
berperilaku khususnya pada penderita menjadi media penularan, misalnya melalui
konjungtivitis dan umumnya pada seluruh jabatan tangan. Bisa pula melalui cara tidak
pasien yang datang dan berobat ke RS langsung, misalnya tangan yang
Cicendo Bandung. terkontaminasi memegang benda yang
kemudian terpegang oleh orang lain,
Kata kunci: konjungtivitis, perilaku penggunaan handuk secara bersama-sama,
penggunaan sapu tangan/tissue secara

95 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

bergantian, dan penggunaan bantal/sarung penyakit konjungtivitis, dengan rancangan


bantal secara bersama-sama. case control. Hipotesis dalam penelitian ini
Berdasarkan hasil studi pendahuluan adalah terdapat hubungan antara perilaku
dengan cara wawancara kepada 10 orang pasien dengan kejadian konjungtivitis di
pasien konjungtivitis yang datang dan Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung.
berobat ke Rumah Sakit Mata Cicendo Sedangkan variabel nya yaitu: perilaku
Bandung diperoleh data bahwa 5 orang pasien sebagai variabel independent, dan
(50%) dari mereka umumnya tidak biasa cuci kejadian kongtivitis sebagai variabel
tangan dulu sebelum dan sesudah dependent.
memegang mata yang sakit, menggunakan Populasi dalam penelitian ini adalah
handuk secara bersama-sama yaitu seluruh pasien yang menderita konjungtivitis
sebanyak 2 orang (20 %), menggunakan yang datang berobat ke Rumah Sakit Mata
sapu tangan bergantian yaitu sebanyak 1 Cicendo Bandung dalam satu tahun terakhir
orang (10 %), dan menggunakan (tahun 2009) yaitu sebanyak 7228 atau rata-
bantal/sarung bantal bersama-sama yaitu rata 602 orang pasien per bulan. Sedangkan
sebanyak 2 orang (20 %). Merujuk pada sampel nya terdiri dari 2 kelompok yaitu: 1)
fenomena di atas peneliti tertarik untuk sampel kasus adalah sebagian pasien yang
meneliti tentang “Hubungan antara perilaku datang ke Rumah Sakit Mata Cicendo
pasien dengan kejadian konjungtivitis di Bandung karena menderita konjungtivitis
Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung tahun yang berjumlah 85 orang pasien, dan 2)
2010”. sampel kontrol adalah pasien yang
menderita penyakit mata selain konjungtivitis
Rumusan Masalah yang berjumlah 170 orang pasien, dengan
menggunakan teknik non random sampling:
Rumusan masalah dalam penelitian ini purposive sampling, sehingga jumlah sampel
adalah “Bagaimanakah hubungan antara secara keseluruhan adalah 255 pasien.
Perilaku Pasien Dengan Kejadian Dalam penelitian ini data yang digunakan
Konjungtivitis di Rumah Sakit Mata Cicendo adalah data primer yang didapat langsung
Bandung Tahun 2010”? dari responden (sampel) melalui
angket/kuasioner dan lembar observasi.
Tujuan Penelitian Angket/ Kuesioner yang digunakan dalam
penelitian ini adalah angket terstruktur
Tujuan penelitian ini adalah: 1) berbentuk pilihan dimana angket dibuat
mengidentifikasi gambaran perilaku pasien dengan tegas dan konkret dengan jawaban
sebelum dan sesudah menderita konjuntivitis yang telah disediakan, yang didalamnya
(pada kelompok kasus) dan perilaku pasien terdapat beberapa pertanyaan yang menjadi
yang menderita sakit mata selain kritikal point. Sedangkan lembar observasi
conjungtivitis (kelompok kontrol) yang berdasarkan pada hasil pemeriksaan fisik
meliputi: kebiasaan cuci tangan, dokter dengan melihat tanda dan gejala
penggunaan handuk secara bersama- sama, pasien yang menderita penyakit konjugtivitis
penggunaan sapu tangan secara bergantian tersebut. Lembar observasi ini menggunakan
dan penggunaan bantal/sarung bantal format baku yang ada di Rumah Sakit Mata
secara bersama- sama, 2) mengidentifikasi Cicendo Bandung. Untuk instrumen angket
gambaran kejadian konjungtivitis di Rumah dibuat oleh peneliti sendiri dengan
Sakit Mata Cicendo Bandung, dan 3) berpedoman pada teori, definisi operasional
mengidentifikasi hubungan antara perilaku dan deskripsi dari setiap kisi-kisi yang dibuat.
pasien dengan kejadian konjungtivitis di Sebelum dipergunakan, instrumen sudah
Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung. dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan
nilai validitasnya yaitu antara 0.750 sampai
METODE PENELITIAN dengan 0.856, dan reliabilitasnya adalah
0.971.
Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Sebelum data diolah dan dianalisa,
Infeksi Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung, peneliti terlebih dahulu melakukan editing,
dilaksanakan dari tanggal 26 Juli 2010 cleaning, coding dan analizing. Analisa yang
sampai dengan tanggal 3 Agustus 2010. digunakan pada penelitian ini adalah: 1)
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analisa univariat, meliputi gambaran perilaku
deskriptif korelasional yaitu untuk pasien sebelum dan sesudah menderita
mengetahui hubungan antara perilaku conjungtivitis serta perilaku pasien sebelum
pasien dengan kejadian konjungtivitis di dan sesudah menderita sakit mata selain
Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung, conjungtivitis dengan menggunakan
terutama lebih fokus menyoroti perilaku distribusi frekuensi, 2) analisa bivariat: untuk
pasien sebelum dan sesudah menderita menguji hubungan antara ke dua variabel

96 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

dengan uji koefisien contingensi dari Chi sebagian besar responden (72,9%)
square. menggunakan sarung bantal bersama/
bergantian sesudah sakit mata sedangkan
HASIL PENELITIAN sisanya mereka tidak memiliki kebiasaan-
kebiasaan yang beresiko untuk terjadinya
konjungtivitis. Untuk lebih jelas distribusinya
Tabel 1. Distribusi Perilaku Pasien dapat dilihat pada Tabel 2.
Konjungtivitis Secara Umum
di Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung Tabel 3. Distribusi Frekuensi Perilaku Pasien
Yang Menderita Penyakit Mata Selain
Perilaku Pasien Frekuensi Persentase Konjungtivitis (Kelompok Control)
Beresiko 70 82.4% di Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung
Tidak Beresiko 15 17.6%
Total 85 100.0% Perilaku Pasien Frekuensi Persentase
Beresiko 99 58,2%
Gambaran perilaku pasien pada Tidak Beresiko 71 41,8%
kelompok kasus menunjukan bahwa hampir Total 170 100,0%
seluruh (82,4 %) responden perilakunya
beresiko terjadi konjungtivitis dan sebagian Sedangkan gambaran perilaku pasen
kecil (17,6 %) responden perilakunya tidak pada kelompok kontrol menunjukan bahwa
beresiko. Distribusi secara lengkap dapat pada pasien yang menderita penyakit mata
dilihat pada Tabel 1. selain konjungtivitis (kelompok control)
tampak bahwa sebagian besar (58,2 %)
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Perilaku Pasien responden perilakunya beresiko terjadi
Konjungtivitis Berdasarkan Kritikal Poin konjungtivitis dan hampir sebagian (41,8 %)
di Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung responden perilakunya tidak beresiko.
Distribusi secara lengkap dapat dilihat pada
Perilaku pasien Beresiko Tidak Jum- Tabel 3.
Beresiko lah
F % F % Tabel 4. Distribusi Frekuensi Perilaku Pasien
Sebelum 53 62,4 32 37,6 85 (Kelompok Kontrol) di Rumah Sakit Mata
Mencuci sakit mata
Cicendo Bandung Berdasarkan Kritikal Poin
Tangan Sesudah 48 56,5 37 43,5 85
sakit mata
Perilaku pasien Beresiko Tidak Jum-
Mengguna- Sebelum 28 32,9 57 67,1 85
Beresiko lah
kan handuk sakit mata
secara F % F %
Sesudah 53 62,4 32 37,6 85
bersama sakit mata Sebelum 74 43,5 96 56,5 170
Mencuci sakit mata % %
Mengguna- Sebelum 49 57,6 36 42,4 85
Tangan Sesudah 68 40 % 102 60 % 170
kan sakit mata
saputangan Sesudah sakit mata
37 43,5 48 56,5 85
bergantian sakit mata Mengguna- Sebelum 83 48,8 87 51,2 170
kan handuk sakit mata % %
Mengguna- Sebelum 42 49,4 43 50,6 85
secara Sesudah 64 37,6 106 62,4 170
kan bantal/ sakit mata
bersama sakit mata % %
sarung 62 72,9 23 27,1 85
Sesudah Mengguna- Sebelum 73 42,9 97 57,1 170
bantal
sakit mata kan sakit mata % %
bersama
saputangan Sesudah 49 28,8 121 71,2 170
bergantian sakit mata % %
Untuk memperjelas tentang perilaku yang Mengguna- Sebelum 52 30,6 118 69,4 170
beresiko pada kelompok kasus, berikutnya kan bantal/ sakit mata % %
akan dipaparkan perilaku pasen yang sarung 82 48,2 88 51,8 170
dianggap sebagai kritikal point untuk Sesudah
bantal % %
sakit mata
terjadinya conjungtivitis, yaitu sebagian bersama
besar responden memiliki perilaku yang
beresiko terkena konjungtivitis yaitu tidak Untuk memperjelas tentang perilaku yang
mencuci tangannya dengan sabun setelah beresiko pada kelompok kontrol, berikutnya
memegang mata yang sakit (56,5%), akan dipaparkan perilaku pasen yang
sebagian besar responden menggunakan dianggap sebagai kritikal point untuk
handuk bersama dengan anggota keluarga terjadinya conjungtivitis, yaitu pada pasien
yang lain sesudah sakit mata (62.4%), yang sakit mata selain konjungtivitis
hampir sebagian responden (43,5%) (kelompok control) memiliki kebiasaan yang
menggunakan saputangan secara tidak beresiko untuk terkena konjungtivitis
bergantian sesudah sakit mata, dan yaitu sebagian besar responden (60,0%)

97 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

biasa mencuci tangannya dengan sabun perilakunya tidak memiliki resiko, mereka
sesudah memegang mata yang sakit, tidak menderita konjungtivitis tetapi
kemudian sebagian besar (57,1%) dari menderita sakit mata yang lain. Selanjutnya
mereka tidak biasa menggunakan handuk berdasarkan pengolahan SPSS versi 17 juga
dengan anggota keluarga lain sesudah sakit didapatkan nilai P-Value = 0,000 karena nilai
mata (62,4%), sebagian besar (71,2%) dari P-Value lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak,
mereka tidak biasa menggunakan berarti terdapat hubungan antara perilaku
saputangan secara bergantian sesudah sakit pasien dengan terjadinya konjungtivitis
mata, dan tidak biasa menggunakan sarung Kemudian dari hasil analisa data diatas
bantal bersama/ bergantian sebelum sakit didapatkan nilai koefisien kontingensi
mata (51,8%) tidak biasa menggunakan sebesar 0,234 yang artinya derajat
sarung bantal bersama/ bergantian sesudah hubungan antara perilaku pasien dengan
sakit mata, sedangkan sisanya dari mereka kejadian konjungtivitis dikategorikan kedalam
memiliki kebiasaan yang beresiko untuk hubungan rendah. Berikutnya dari hasil
terjadinya konjungtivitis. Untuk lebih jelas analisis tersebut didapatkan juga nilai Odd
dapat dilihat pada Tabel 4. Ratio yaitu 3,347 sehingga hal ini dapat
diartikan bahwa responden yang memiliki
Tabel 5 Distribusi Frekuensi pasien yang perilaku beresiko yaitu tidak mencuci tangan
menderita penyakit mata baik konjungtivitis sebelum dan sesudah pegang mata,
maupun selain konjungtivitis menggunakan handuk secara bersama,
di Rumah Sakit Mata Cicendo menggunakan saputangan secara
BandungTahun 2010 bergantian dan menggunakan bantal/ sarung
bantal bersama memiliki kemungkinan
Kejadian konjungtivitis f % menderita konjungtivitis sebesar 3,347 kali
Penderita konjungtivitis lebih tinggi dari pada responden yang tidak
85 33% memiliki perilaku beresiko tersebut.
(kelompok kasus)
Penderita bukan
konjungtivitis 170 67% PEMBAHASAN
(kelompok kontrol)
Total 255 100% Perilaku Pasien dan Kejadian
Konjungtivitis
Selanjutnya untuk melihat distribusi
Perilaku kesehatan adalah respon
frekuensi perbandingan antara pasien
seseorang (organisme) terhadap stimulus
konjungtivitis dan non konjungtivitis sampel
atau objek yang berkaitan dengan sakit dan
dari penelitian adalah hampir sebagian
penyakit, system pelayanan kesehatan,
responden (33%) menderita konjungtivitis
makanan dan minuman, serta lingkungan
dan sebagian besar (67%) adalah kelompok
(Notoatmodjo, 2003). Masyarakat dengan
control, seperti terlihat pada Tabel 5.
perilaku yang sehat dapat mendukung untuk
melakukan pencegahan dan merawat
Tabel 6 Hubungan Antara Perilaku Pasien
konjungtivitis, sedangkan masyarakat
Dengan Kejadian Konjungtivitis
dengan perilaku yang tidak sehat justru akan
di Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung
menjadi penyebab terjadinya konjungtivitis
dan sekaligus menyebarkan pada orang lain
Kejadian konjungtivitis sehingga akan berdampak pada peningkatan
Terjadi Tidak Terjadi kasus konjungtivitis. Menurut Sidarta Ilyas
Perilaku Pasien Konjungtivitis Konjungtivitis (1998), Chaerani (2006) dan Indriana (2012),
(kelompok (kelompok menyatakan bahwa sumber penularan
kasus) kontrol) konjungtivitis adalah cairan yang keluar dari
Beresiko 70 (82,4%) 99 (58,4%) mata yang sakit yang mengandung bakteri
atau virus. Tangan yang terkontaminasi
Tidak Beresiko 15 (17,6%) 71 (41,6%) cairan infeksi dapat menjadi media
Jumlah 85 (100%) 170 (100%) penularan, misalnya melalui jabatan tangan.
P-Value= 0,000, C/cmax= 0,234 OR= 3,347 Bisa pula melalui cara tidak langsung,
misalnya tangan yang terkontaminasi
Berikutnya untuk mengetahui hubungan memegang benda yang kemudian terpegang
antara variabel perilaku pasien dengan oleh orang lain. Penggunaan kosmetik
kejadian konjungtivitis dapat dilihat pada secara bergantian, demikian juga dengan
Tabel 6. Tampak bahwa seluruh responden penggunaan tissue, bantal/sarung bantal,
(82,4%) yang perilakunya beresiko, mereka sapu tangan dan handuk.
mengalami konjungtivitis, dan hampir Hasil penelitian yang dilakukan oleh
sebagian responden (41,6%) yang peneliti di Rumah Sakit Mata Cicendo

98 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

Bandung didapatkan hampir seluruh Environmental Services Program tahun 2006


responden pada kelompok kasus memiliki yang menunjukkan bahwa kebiasaan
kebiasaan yang beresiko untuk terjadinya mencuci tangan menggunakan sabun pada
konjungtivitis, sedangkan pada kelompok waktu - waktu yang penting dalam
kontrol hanya sebagian besar responden masyarakat kita masih sangat rendah,
yang memiliki perilaku beresiko. Dari 255 Kategori hubungan rendah menandakan
orang yang memiliki kebiasaan tidak bahwa kejadian konjungtivitis tidak hanya
mencuci tangan baik sebelum maupun dipengaruhi oleh perilaku saja melainkan
sesudah memegang mata yang sakit seluruh ada faktor lain yang mempengaruhinya
responden beralasan karena tidak terbiasa seperti yang telah penulis dapatkan ditinjau
dan merasa tidak perlu cuci tangan. dari karakteristik pasiennya didapatkan
Kemudian pada responden kelompok kasus sebagian besar responden berjenis kelamin
yang memiliki kebiasaan menggunakan laki-laki dan hampir seluruh responden
handuk secara bersama baik berusia 25-64 tahun, kemudian
sebelum/sesudah sakit konjungtivitis hampir pendidikannya sebagian besar responden
sebagian responden beralasan karena tingkat pendidikannya SD/SMP serta
merasa malas membawa handuk sendiri. sebagian besar responden memiliki
Selanjutnya pada pasien kelompok kasus pekerjaan sebagai wiraswasta/buruh.
yang memiliki kebiasaan menggunakan sapu Demikian pula dari hasil analisis tersebut
tangan secara bergantian baik didapatkan Odd Ratio = 3,347 sehingga hal
sebelum/sesudah sakit mata didapatkan ini dapat diartikan bahwa responden yang
seluruh responden beralasan karena mudah memiliki perilaku (tidak mencuci tangan
dan praktis serta dari responden yang sebelum dan sesudah pegang mata,
memiliki kebiasaan menggunakan menggunakan handuk secara bersama,
bantal/sarung bantal secara bersama menggunakan saputangan secara
didapatkan sebagian besar responden bergantian dan menggunakan bantal/ sarung
beralasan karena kebiasaan sejak lama. bantal bersama) memiliki kemungkinan
Oleh karena itu, hal ini dapat menyebabkan menderita konjungtivitis sebesar 3,347 kali
banyaknya angka kejadian konjungtivitis dan lebih tinggi dari responden yang tidak
mempercepat penularan pada orang lain. memiliki perilaku beresiko. Berkaitan dengan
Disamping itu Menurut Susilo (2008) hal ini perlu ada upaya-upaya yang
penyebab penularan penyakit konjungtivitis dilakukan untuk mengurangi makin
adalah: 1) Bila bersentuhan dengan meluasnya penularan konjungtivitis, seperti
penderita atau sesuatu yang telah dipakai yang disampaikan oleh Keiska (2009) yaitu:
oleh penderita, seperti tissue/ sapu tangan. jangan tidak megang-megang wajah (kecuali
2) Penggunaan handuk secara bersama - untuk keperluan tertentu), dan hindari
sama dengan penderita atau berenang mengucek-ngucek mata, harus mengganti
bersama penderita. 3) Cairan dari mulut atau sarung bantal dan handuk dengan yang
hidung penderita (seperti ketika batuk dan bersih setiap hari, hindari berbagi bantal,
bersin). Penyakit konjungtivitis ini lebih handuk dan sapu tangan dengan orang lain,
banyak disebabkan oleh infeksi bakteri dan mencuci tangan sesering mungkin terutama
virus sedangkan perilaku berperan sebagai setelah kontak (jabat tangan, berpegangan,
faktor yang berkonstribusi pada proses dll) dengan penderita konjungtivitis,
penularan dalam satu keluarga. Misalnya jika kemudian bagi penderita konjungtivitis
seorang anak tertular dari teman hendaknya segera membuang tissue atau
sekolahnya, maka ia dapat saja menulari ibu sejenisnya setelah membersihkan kotoran
dan ayahnya serta seluruh keluarganya jika mata, selanjutnya sebelum dan sesudah
tidak menjaga kebersihan dan kesehatan membersihkan atau mengoleskan obat
seluruh anggota keluarga, sehingga penderita harus mencuci tangannya bersih-
penularan dalam keluarga seringkali ditemui. bersih, serta usahakan untuk tidak
(Wahyuni, 2009). menyentuh mata yang sehat sesudah
menangani mata yang sakit.
Hubungan Antara Perilaku Pasien Dan
Kejadian Konjungtivitis SIMPULAN DAN SARAN

Hasil penelitian ini menunjukan adanya Simpulan


hubungan antara perilaku dengan kejadian
konjungtivitis dengan derajat hubungan 1. Pada pasien yang menderita
kategori rendah. Hasil penelitian ini sesuai konjungtivitis: hampir seluruh responden
dengan data hasil penelitian yang memiliki perilaku yang beresiko untuk
dikemukakan oleh Wijaya (2009) terjadi konjungtivitis dan hanya sebagian
berdasarkan hasil Survei Baseline kecil responden yang tidak memiliki

99 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

resiko untuk menderita konjungtivitis.


Sedangkan pada pasien mata yang Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung 2010.
menderita sakit mata selain konjungtivitis Laporan tahunan Rumah Sakit Mata
(kelompok control) hanya sebagian besar Cicendo tahun 2008 dan tahun 2009.
dari mereka memiliki perilaku yang
beresiko menderita konjungtivitis dan Sidarta Ilyas, 1998. Ilmu Penyakit Mata,
hampir setengahnya tidak memiliki Jakarta: FKUI.
perilaku tidak beresiko terjadinya
konjungtivitis. Stollery R., Shaw M., and Lee A. 2005.
2. Hampir setengahnya pasien yang Opthalmic Nursing, Victoria-Australia:
berobat ke Rumah Sakit Mata Cicendo Blackwell Publishing.
Bandung adalah mereka yang menderita
konjungtivitis dan sebagian besar dari Sugiyono, 2006. Statistika Untuk Penelitian.
mereka yang menderita sakit mata selain Bandung, CV Alfabeta.
konjungtivitis (kelompok control)
3. Terdapat hubungan antara perilaku Annathaya Keishka. 2009. Sekilas
pasien dengan kejadian konjungtivitis Kojungtivitis.
dengan derajat hubungan rendah serta http://forum.dudung.net/index.php?topic=
nilai odds ratio 3,347. 15451.0, diperoleh pada tanggal 17
November 2009.
Saran
Anonim. 2009. Perkembangan Kasus
1. Diharapkan petugas pelayanan Penyakit Provinsi Jawa Barat.
kesehatan lebih meningkatkan http://www.ppk-depkes.org/english-
pemberian pengetahuan dan melakukan content/recent-news/1787-data-kasus-
konseling pada pasien conjungtivitis penyakit-di-prov-jawa-barat-22-februari-
untuk memonitor kesehatan dalam 2010.html. diperoleh pada tanggal 17
berperilaku mengenai kebiasaan dalam November 2009.
hal cuci tangan, menggunakan handuk,
sapu tangan dan bantal/sarung bantal Chaerani Dian. 2006. Mata Merah Tidak
secara bersama pada pasien Hanya Mengganggu Secara Pisik.
konjungtivitis untuk meminimalisir http://www.rumahzakat.org/english/detail.
terjadinya penyebaran konjungtivitis. php?id=1954&kd=A, diperoleh pada
2. Dalam penelitian ini peneliti hanya tanggal 17 November 2009.
meneliti tentang perilaku pasien yang
meliputi : kebiasaan cuci tangan, Susilo Joko. 2008. Konjungtivitis Lebih
menggunakan handuk, sapu tangan dan Dikenal Sebagai Pink eye .
bantal/sarung bantal secara bersama. http://dokteranakku.com/?p=103,
Oleh karena itu, bagi peneliti selanjutnya diperoleh pada tanggal 17 November
disarankan untuk menggali faktor-faktor 2009.
lain yang berhubungan dengan
konjungtivitis seperti faktor lingkungan, Wahyuni Sri, 2009. Conjungtivitis dan Daya
cuaca, sarana kesehatan, dan Tahan Tubuh.
sebagainya yang mempengaruhi terjadi http://www.jurnalbogor.com/?p=31233.
konjungtivitis. Diperoleh pada tanggal 17 November
2009.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul A. 2007. Riset Keperawatan dan


Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta:
Salemba medika.

Elizabeth J. Corwin. 2001. Buku Saku


Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Indriana N. Istiqomah, 2012. Asuhan


Keperawatan Klien Gangguan Mata,
Jakarta: EGC.

Notoatmodjo . 2003. Perilaku Kesehatan.


Edisi Revisi . Jakarta: Rineka Cipta.

100 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

PENDAHULUAN

PERILAKU PENJAMAH MAKANAN Latar Belakang


TERHADAP HYGIENE SANITASI
MAKANAN (TAHAP PENGOLAHAN Kegiatan penyehatan makanan di rumah
BAHAN MAKANAN) DI INSTALASI GIZI sakit menekankan terwujudnya keamanan
RS.GATOEL MOJOKERTO TAHUN 2012 dan kebersihan makanan dalam jalur
pemajanan sebelum dikonsumsi manusia.
Soedjarwo Berbagai bentuk pelayanan makanan yang
(Poltekkes Kemenkes Surabaya) diupayakan harus dapat menjamin tidak
Umi Rahayu adanya pengotoran secara fisik, kimia, dan
Widyanita Alfaria Aritmatika bakteriologis yang dapat menyebabkan
keracunan terhadap pasien yang sedang
menjalani perawatan, ataupun terjadinya
ABSTRACT infeksi nosokomial yaitu penyakit yang terjadi
akibat infeksi silang pada diri seseorang
Background: Activity restructuring of akibat adanya faktor lingkungan atau
food in hospital stressed the realization of interaksi antara faktor host, agent,
security and especially food in a expossure environment. Secara umum kuman
line before consumed by humans. Various penyebab penyakit yang ditularkan melalui
forms of services food tried must be able to penjamah makanan antara lain salmonella,
guarantee the absence of physically, streptococcus, virus hepatitis,
chemistry, and bacteriology that can cause staphylococcus aureus, clostridium
food poisoning. The role of food handler very perferingens, botulinum, pseudomonas
large as someone who gives food aerogenusa (Ditjen PPM & PLP 1995).
contamination againts. Knowledge, attitude, Penyakit yang erat kaitannya dengan
and the act of a food handler intensely penyediaan makanan yang tidak hygienis
affecting the quality of food. Purpose: dan sering terjadi adalah diare,
Research purposes are assess efforts gastroenteritis, dan keracunan. Infeksi dapat
hygiene sanitation food processing (stage terjadi pada saat makanan mulai diolah
foodstuffs), judging hygiene individuals sampai dilakukan pendistribusian. Peranan
(personal hygiene), judging knowledge, penjamah makanan sangat penting dalam
attitude, and act of food handler in menjamin keamanan makanan dalam hal
processing food. Method: This research kontaminasi makanan, penularan berbagai
including research observational with the macam penyakit dari penjamah makanan
cross sectional approach. Collecting data by yang tidak menjaga kebersihan perorangan,
interview to obtain data knowledge and dan penerapan upaya hygiene sanitasi
observation to obtain data attitudes and makanan. Pengetahuan, sikap, dan tindakan
action. Population are six food handler. Data seorang penjamah makanan akan
obtained by analyzed in descriptive. Result: mempengaruhi kualitas makanan.
Research results in food handler behavior RS. GatoeL Mojokerto merupakan rumah
get qualified hygiene sanitation of food 97 sakit yang berdiri di bawah naungan PT.
%, personal hygiene not qualified 34,5%, Perkebunan Nusantara X (Persero) yang
good knowledge 50 %, the food handler menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan.
attitude in get good behavior 100 %, the Dari data survey bahwa perilaku penjamah
good action food handler 66,7 %, and the makanan masih kurang, hal ini dapat dilihat
enough action 33.3 %. Suggestion: The dari kurangnya kesadaran dalam pemakaian
suggested to make and install stadart alat pelindung diri seperti topi, celemek, dan
operating procedures about behavior pakaian kerja karena kondisinya yang harus
hygiene sanitation food at work, put up di ganti. Selain itu kesadaran penjamah
posters that contains about behavior that makanan akan kebersihan peralatan
should be avoided at the time of work, apply memasak seperti halnya sendok sayur yang
misgiving confirmative for food handler that diletakkan di tempat yang digunakan untuk
is not to the rules, increase of knowledge, memotong dan meracik bahan makanan
cooperate with local dept to the supervision sehingga di mungkinkan adanya kontaminasi
of food service. oleh bakteri. Untuk perilaku bersih juga
masih kurang, sering kali penjamah
Keywords: food processing, sanitation, makanan mencicipi masakan tidak
hygiene, food handler, behavior menggunakan sendok yang bersih dan baru,
sehingga dapat mempengaruhi kontaminasi
terhadap makanan. Peranan penjamah
makanan berperan sangat penting dalam

101 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

hubungan dengan penyakit yang dapat peroleh skor 97%. Hasil observasi
ditimbulkan dari kontaminasi peralatan dilapangan, dilihat dari kebersihan lantai
makan, tempat dan cara menggolah bahwa masih terdapat bekas jejak alas kaki
makanan sehingga akan mencemari petugas penjamah makanan dan sebagian
makanan yang akan dikonsumsi pasien. permukaan lantai ada yang tidak rata serta
beberapa dari lantai terlihat retak. Ditinjau
Tujuan Penelitian dari kondisi dinding masih terdapat bekas
noda dan sudut dinding yang tidak konus,
Penelitian ini bertujuan mengetahui kondisi dinding yang demikian sangat sulit
perilaku penjamah makanan terhadap untuk dibersihkan, sedangkan untuk kondisi
hygiene sanitasi makanan di instalasi gizi di pintu di instalasi gizi menutup ke arah luar
RS Gatoel Mojokerto Tahun 2012 dan tidak dapat menutup dengan sendirinya
(otomatis) selain itu tidak dilengkapi dengan
METODE PENELITIAN peralatan anti serangga, akan tetapi kondisi
lantai lebih tinggi dari pada lantai teras
Jenis penelitian ini adalah penelitian dapur. Tersedianya meja kerja tetapi masih
deskripsi yang menggambarkan suatu ada bekas minyak sisa dari makanan yang
keadaan objektif mengenai perilaku selesai di olah, seharusnya meja dilakukan
penjamah makanan pada tahap pengolahan pembersihan khusus karena meja tempat
makanan. Objek penelitian adalah penjamah kerja tersebut terbuat dari keramik.
makanan yang ada di ruang Instalasi Gizi
(dapur) di RS. Gatoel Mojokerto sebanyak 6 Hygiene Perorangan (Personal Hygiene)
orang. Variabel bebas adalah perilaku Penjamah Makanan
penjamah makanan yang terdiri dari
pengetahuan, sikap, dan tindakan penjamah Hasil penilaian terhadap hygiene perorangan
makanan. Variabel terikatnya adalah hygiene sebagai berikut:
sanitasi makanan. Pengumpulan data
dilakukan dengan cara wawancara dan Tabel 2. Hygiene Perorangan (Personal
observasi. Analisis data dilakukan secara Hygiene) Penjamah Makanan di Instalasi
deskriptif. Gizi RS.Gatoel Mojokerto Tahun 2012

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN No Komponen Bobot Skor


yang dinilai Observasi
Penilaian Upaya Hygiene Sanitasi 1 Kepemilikan surat 2 2
Makanan (tahap pengolahan bahan keterangan sehat
makanan) 2 perilaku penjamah 2 14
makanan
3 pakaian kerja 2 6
Hasil penilaian upaya hygiene sanitasi penjamah makanan
makanan sebagai berikut: Jumlah 6 22
Persentase 38%
Tabel 1. Penilaian Upaya Hygiene Sanitasi
Makanan (tahap pengolahan bahan Penilaian hygiene penjamah makanan di
makanan) di Instalasi Gizi RS.Gatoel instalasi gizi RS.Gatoel Mojokerto Tahun
Mojokerto Tahun 2012 2012 di peroleh skor 38%, Hal ini
dikarenakan penjamah makanan tidak
No Komponen Bobot Skor mempunyai sertifikat serta tidak pernah
yang dinilai Observasi
mengikuti kursus hygiene sanitasi makanan.
1 Tempat pengolahan 2 20
bahan makanan
Sehingga penjamah makanan tidak mengerti
2 Lantai 1 9 pentingnya penggunaan alat pelindung diri
3 Dinding 1 7 berupa penutup kepala, dengan alasan
4 Pintu 1 4 penjamah makanan merasa kurang nyaman
5 Langit – langit 1 10 saat bekerja. Dari observasi selanjutnya
6 Alat pengolahan 2 20 telihat penjamah makanan yang memiliki
makanan kuku tangan panjang, dimana dengan kuku
7 Penghawaan 1 10 yang panjang dimungkinkan sebagai sarang
8 Cara pengolahan 2 20 berbagai macam kuman penyebab penyakit
makanan selain itu dengan memiliki kuku panjang
Jumlah 11 100 tersebut sangat sulit untuk dibersihkan. Saat
Persentase 97% bekerja ada beberapa petugas yang
menggunakan perhiasan dan petugas
Penilaian Hygiene Sanitasi Makanan
(tahap pengolahan bahan makanan) di

102 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

penjamah makanan tidak dilengkapi dengan NO.1096 /PER/VI/2011 tentang Hygiene


alat pelindung sepatu kedap air. Sanitasi Jasa Boga. Hal tersebut dapat
berpengaruh terhadap kualitas makanan
Rekapitulasi hasil penilaian pengetahuan yang dihasilkan karena kurangnya
penjamah makanan Di Instalasi Gizi pengetahuan penjamah makanan akan
RS.Gatoel Mojokerto Tahun 2012 bahaya kontaminasi yang dapat ditimbulkan
dari penjamah makanan, cara pengolahan
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Penilaian makanan yang kurang baik dan syarat
Tingkat Pengetahuan Penjamah Makanan tempat pengolahan makanan. Selanjutnya
di Instalasi Gizi RS.Gatoel Mojokerto akan berpengaruh terhadap kesembuhan
Tahun 2012 pasien yang sedang menjalani perawatan di
rumah sakit.
Komponen penilaian Responden
1 2 3 4 5 6 Rekapitulasi hasil penilaian sikap
Tujuan memakai tutup kepala 5 5 5 5 5 5 penjamah makanan Di Instalasi Gizi
Manfaat mencuci tangan RS.Gatoel Mojokerto Tahun 2012
3 5 5 5 5 5
dengan sabun
Tujuan memotong kuku 5 5 5 5 5 5
Merokok dan makan saat Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Penilaian Sikap
5 5 5 5 5 5
bekerja Penjamah Makanan di Instalasi Gizi
Sumber pencemaran penting RS.Gatoel Mojokerto Tahun 2012
5 3 5 5 5 5
dalam pengolahan makanan
Keadaan panca indra
5 5 3 5 5 5 Komponen penilaian Responden
pengolah makanan
Waktu untuk mencuci tangan 1 2 3 4 5 6
3 5 1 5 1 5 Sertifikat kesehatan dimiliki
dengan sabun 5 5 5 5 5 4
Hal yang tidak boleh semua pengolah makanan
dilakukan saat mengolah 4 5 5 5 5 - Pemeriksaan kesehatan
makanan untuk pengolah makanan 5 5 5 5 5 4
Syarat tempat pengolah dilakukan 6 bulan sekali
1 5 3 5 5 5 Pakaian kerja hanya boleh
makanan 5 5 5 5 5 5
Maanfaat mencuci peralatan dipakai ditempat kerja
5 5 5 5 5 5 Celemek diganti setiap hari 5 5 5 5 5 4
masak dengan air panas
Jenis penyakit yang Tidak ada alasan untuk tidak
5 5 2 2 5 2
ditularkan oleh kontaminasi 3 3 5 5 3 1 memakai tutup kepala
makanan Setiap selesai bekerja wajib
Sebaiknya peralatan memelihara kebersihan dan 5 5 5 5 5 5
3 3 3 3 3 1 kerapian peralatan
pengolahan dalam keadaan
Cara penyimpanan bahan Penyimpanan sementara di
3 3 3 5 3 3 ruang distribusi perlu 5 5 5 5 5 5
makanan dan makanan jadi
Cara pembuangan sampah dilengkapi tutup
3 3 3 3 3 3 Bekerja sambil mengobrol
dapur 5 5 4 5 4 5
Dampak membuang sampah adalah tidak baik
1 5 3 1 5 5 Seorang penjamah makanan
yang tidak pada tempatnya
Penggolah makanan batuk dapat menyebabkan 5 5 4 5 4 5
5 5 5 5 5 5 kontaminasi makanan
dikatakan profesional apabila
Penggolah makanan harus Mencuci tangan dengan
5 3 3 5 5 5 sabun sebelum bekerja
bebas dari penyakit 5 5 4 5 4 5
Sertifikat yang harus dimiliki adalah perlu meskipun
1 - 5 1 1 1 tangan tidak kotor
penggolah makanan
Tujuan memiliki sertifikat bagi Menggambil tiap jenis
penggolah makanan 1 3 5 5 5 3 makanan menggunakan alat 5 5 4 5 4 5
yang bersih
Minimal waktu untuk Pengolah makanan yang
pemeriksaan kesehatan 1 5 5 5 1 5 sakit dapat menjadi sumber
5 5 4 5 4 4
penularan bagi konsumen
Persentase Total 81 81 81 79 76 76
makanan
Kriteria B B B C C C
Pengetahuan,sikap dan
tindakan mempengaruhi 5 5 4 5 4 4
Penilaian tingkat pengetahuan di instalasi kualitas makanan
gizi RS.Gatoel Mojokerto Tahun 2012 Kulit yang terluka dapat
menjadi tempat perkembang
diperoleh penjamah makanan yang memiliki biakan mikroorganisme dan
5 5 4 5 4 4
pengetahuan baik sebanyak 3 responden sumber kontaminasi
(50%), untuk pengetahuan cukup sebanyak Batuk dan bersin di tempat
5 5 4 5 4 5
kerja menyebabkan penyakit
3 responden (50%). Untuk pengetahuan
Persentase Total 75 75 64 72 67 67
yang cukup dikarenakan penjamah makanan Kriteria B B B B B B
tidak pernah mengikuti kursus, pelatihan dan
penyuluhan untuk Hygiene Sanitasi
Makanan. Penjamah makanan juga tidak Sikap penjamah makanan di Instalasi
memiliki sertifikat kursus hygiene sanitasi Gizi RS.Gatoel Mojokerto Tahun 2012
makanan sesuai dengan Permenkes RI semuanya (100%) memiliki sikap baik

103 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

dengan nilai sebesar 66% - 81%. Oleh kuman sebaiknya penjamah makanan rutin
karena itu sikap yang baik perlu di tunjang membersihkan kuku agar selalu bersih,
dengan adanya tingkat pengetahuan untuk pemakaian tutup kepala masih terlihat
penjamah makanan yang baik. karena hal penjamah makanan yang tidak memakai
tersebut dapat mencegah adanya tutup kepala, fungsi pemakaian tutup kepala
kontaminasi terhadap makanan, selain itu untuk menghindari rambut agar tidak jatuh
kualitas makanan yang diolah terjamin kedalam makanan, selain itu masih terlihat
kebersihan dan kesehatanya. penjamah makanan yang mencicipi
makanan tanpa alat yang bersih dan baru
Rekapitulasi hasil penilaian tindakan melainkan menggunakan alat yang
penjamah makanan Di Instalasi Gizi digunakan untuk mengolah makanan.
RS.Gatoel Mojokerto Tahun 2012 Dikhawatirkan jika tidak menggunakan alat
yang bersih maka makanan yang dimasak
Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Penilaian akan terkontaminasi makanan dari mulut
Tindakan Penjamah Makanan di Instalasi atau tangan penjamah makanan, sebaiknya
Gizi RS.Gatoel Mojokerto Tahun 2012 di sediakan alat tersendiri untuk mencicipi
atau menngambil makanan.
Komponen penilaian Responden
1 2 3 4 5 6 SIMPULAN DAN SARAN
Sehat,tidak sakit (contoh:
pilek.sakit kulit,dan tidak 1 1 1 1 1 1
sakit mata) Simpulan
Kuku pendek dan bersih 1 1 1 1 0 1
Cuci tangan sebelum
1 1 0 1 1 1 Hygiene sanitasi makanan (tahap
bekerja pengolahan makanan) di Instalasi gizi
Cuci tangan setelah
keluar dari kamar mandi
1 1 1 1 1 1 RS.Gatoel Mojokerto tahun 2012 dinyatakan
Pakaian kerja bersih dan memenuhi persyaratan. Hygiene
1 1 1 1 1 1
rapi perorangan pada penjamah makanan tidak
Memakai celemek 1 1 1 1 1 1 memenuhi syarat dapat dilihat dari tingkat
Memakai tutup kepala 1 1 1 0 0 0
Tidak memakai kosmetik
pengetahuan 50 % baik, tindakan 60 %
1 0 0 1 0 0 baik.
dan perhiasan
Tidak bicara yang
berlebihan saat mengolah 0 0 1 1 0 0 Saran
makanan
Tidak merokok di tempat
1 1 1 1 1 1 Disarankan untuk disusun standart
kerja
Tidak makanan di tempat
1 1 1 1 1 1
operational procedur tentang penjagaan
kerja kesehatan makanan, kesehatan perilaku di
Tidak menggaruk
kulit,rambut,lubang
tempat kerja, dibuat poster tentang perilaku
0 0 1 1 0 0 yang harus dihindarkan ketika bekerja,
hidung,telinga dan sela –
sela gigi peningkatan pengetahuan penjamah
Menutup mulut jika batuk makanan, dan adanya kerja sama dalam
0 1 1 1 1 1
dan bersin
Tidak memegang dan
pengawasan pelayanan makanan.
mencicipi makanan
0 1 0 1 1 1
matang dengan tangan DAFTAR PUSTAKA
(tanpa alat)
Membuang sampah pada
tempatnya
1 1 1 1 1 1 Amsyari, Fuad, Tanpa Tahun. Membangun
Persentase Total 12 12 12 14 10 11 Lingkungan Sehat. Airlangga Universit
Kriteria B B B B C C Press.

Rekapitulasi penilaian tindakan penjamah Depkes RI, 2004, Keputusan Menteri


makanan di Instalasi Gizi RS.Gatoel Kesehatan RI
Mojokerto Tahun 2012. diperoleh data No.1204/Menkes/SK/IX/2004,Tentang
bahwa penjamah makanan yang memiliki Persyaratan Kesehatan Lingkungan
tindakan baik sebanyak 4 responden Rumah sakit, Jakarta.
(66,7%) sedangkan untuk tindakan cukup
sebanyak 2 responden (33,3%). Untuk __________, Direktorat Jendral PPM&PLP,
tindakan baik diperoleh nilai sebesar 12-14 2003, Keputusan Menteri Kesehatan RI
dan tindakan cukup sebesar 10-11. No. 715/Menkes/SK/V/2003, Tentang
Hasil observasi dilapangan masih terlihat Persyaratan Hygiene Sanitasi Jasaboga,
penjamah makanan yang memiliki kuku Jakarta.
panjang, kuku yang panjang akan sulit
dibersihkan dan dapat menjadi sarang __________, 2001. Kumpulan Modul Kursus
Penyehatan Makanan Bagi Pengusaha

104 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

Makanan dan Minuman. Jakarta: Depkes


RI dan Yayasan Pesan.

__________, 1998. Peraturan Menteri


Kesehatan RI No.362/Menkes/PER/IV
/1998 Tanggal 8 April 1998 Tentang
Perubahan Menteri Kesehatan RI No.
712/Menkes/PER/X/1986 Tentang
Persyaratan Kesehatan Jasaboga.
Jakarta.

__________, Soekidjo, 2005. Pendidikan


dan Perilaku Kesehatan. Jakarta, Rineka
Cipta. Edisi Revisi.

, 2011. Permenkes RI
NO.1096/Menkes/PER/VI/2011 Tentang
Hygiene Sanitasi Jasaboga

Sundari, Siti, 2000. Perubahan Perilaku


Pengolahan Makanan Di Rumah Sakit
Melalui Pelatihan Sanitasi
(Riset Operasional di Rumkital dan RS
Haji Sukolilo), Surabaya,Program Pasca
Sarjana Universitas Airlangga.

World Health Organization, 1996. Surveilan


Kesehatan dan Prosedur Manajemen
Bagi Petugas Penanganan Makanan.
Jakarta, Universitas Indonesia.

105 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

PENDAHULUAN

Latar Belakang
PANDANGAN IBU TENTANG RESPON
SIBLING ANAK USIA 1-5 TAHUN Persaingan antar saudara (sibling
TERHADAP KELAHIRAN ADIK BARU DI rivalry), akan dialami oleh semua anak yang
WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGASEM akan memiliki adik baru. Kakak akan
KABUPATEN KEDIRI merasakan kekaguman dan rasa sayang
untuk adik baru, tapi juga merasakan
kekesalan atau kecemburuan. Perasaan
Suwoyo yang bertentangan ini dapat
(Jurusan Kebidanan membingungkan anak (Admin,2010). Orang
Poltekkes Kemenkes Malang) tua yang dulunya memberi perhatian dan
Siti Asiyah kasih sayang secara total kemudian berubah
(Jurusan Kebidanan membuat anak bereaksi dengan berbagai
Poltekkes Kemenkes Malang) cara misalnya mengalami regresi seperti
Rumandany mengompol lagi (Ester, 2006), marah atau
(Jurusan Kebidanan melakukan perilaku yang bersifat mencari
Poltekkes Kemenkes Malang) perhatian (Penny, 2007:414). Selain itu bila
orang tua terlalu memberi perhatian kepada
bayi, maka anak akan menarik diri atau bisa
ABSTRACT menjadi agresif (memukul,menggigit)
terhadap orang tua maupun bayi (Penny,
2007:414).
Background: To a child that will be sister Berdasarkan Jurnal Penganiayaan Anak
or brother (sibling), new childbirth will evoke Amerika Serikat mengemukakan bahwa 35%
reaction/ response that variably. Happened anak-anak pernah memukul atau diserang
response can in responses postal form oleh saudaranya (Butler,2006), sebuah
positive and also negative one usually penelitian di Jakarta dalam kompas (2009)
subtracted get attention by parent. menyatakan bahwa 70% adik-kakak
Population or this research target is age child memang lebih sering bertengkar dari pada
1-5 years old that have baby sister (0-28 dengan temannya. Hal itu wajar namun jika
days). With population amount as much 12 sikap itu selalu muncul akan mengganggu
age child 1-5 years old that have baby sister perkembangan anak (Reni, 2008). Pada
or brother’s (0-28 days) at territorial’s job of dasarnya tiap tahap perkembangan
Society Health Center Ngasem of Kediri mempunyai potensi gangguan
Regency. To the effect this research is perkembangan berbeda-beda (Kristinawati,
subject to know sibling’s response picture 2007), angka kejadian keterlambatan
child 1-5 years old to the new sister or perkembangan pada anak adalah 5-10%
brother natal territorial’s job of Society Health (NN, 2010). Penelitian di Bandung oleh
Center Ngasem of Kediri Regency. Method: Samalin (2003) pada 15 ibu yang
Method that used in this research is memperkenalkan bayinya sejak dalam
descriptive. Sample take is performed with kandungan kepada calon kakak, ada 12
take saturate sample. Observational data anak (80%) memberikan respon negative
result analyzed by range statistic. Result: dan menolak kehadiran adik bayinya,
Observational result sibling’s response sedangkan 3 anak (20%) lainnya dapat
picture age 1-5 years old to the new sister or menerimanya (Samalin, 2003). Sebuah
brother natal is a large part (66,67%) having penelitian di Malang Jatim oleh Noviani
positive response. Suggestion: Health (2007) menyatakan bahwa 60% orang tua
officer or midwife more regular gives mengetahui bahwa terdapat fenomena
attention or counseling for family who has slibling rivalry, 56% paham dan 42% orang
near natal distance possibility its happened tua yang dapat menanganinya. Penelitian di
negative response or sibling rivalry even can Kab. Kediri tepatnya di kecamatan Mojo oleh
be avoided. Ro’ufun (2004) pada 15 ibu yang
mengetahui fenomena sibling rivalry, 14 ibu (
93,30 %) menyikapi sibling dengan sikap
Key words:Response, Sibling is age 1-5 negative dan 6, 70% yang menyikapi sibling
years old, new sister or brother dengan sikap positif, juga disebutkan bahwa
aspek negatif ibu tentang respon sibling
terhadap bayi baru lahir adalah 86,70 %.
Berdasarkan data dinas kesehatan
kabupaten Kediri, puskesmas Ngasem

106 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

adalah puskesmas dengan sasaran dan METODE PENELITIAN


pencapain K4 terbanyak yaitu dengan
sasaran 1.271 bumil dan pencapaian selama Desain penelitian hakekatnya merupakan
satu tahun 1180 bumil (92,8%). Dari data suatu strategi untuk mencapai tujuan
tersebut sekitar 42,8 % merupakan penelitian yang telah ditetapkan dan
kehamilan multipara. Dengan demikian berperan sebagai pedoman atau penuntun
resiko terjadinya sibling rivalry akan lebih peneliti pada seluruh proses penelitian
besar. Sedangkan survei pada tanggal 8 (Nursalam, 2003:81).
februari 2010 di beberapa daerah kecamatan Pada penelitian ini desain penelitian yang
Ngasem telah diperoleh data bahwa ada 8 digunakan adalah rancangan penelitian
ibu yang mempunyai anak balita dengan deskriptif yaitu metode penelitian yang
adik yang masih bayi, 5 ibu (62,5%) digunakan dengan tujuan utama untuk
diantaranya mengaku bahwa tingkah laku membuat gambaran atau deskripsi tentang
anaknya berubah saat kelahiran adiknya. respon sibling anak usia 1-5 tahun terhadap
Pertengkaran atau rasa cemburu kelahiran adik baru di wilayah kerja
merupakan sebuah peristiwa alami yang puskesmas Ngasem Kab. Kediri
memberikan kontribusi besar terhadap Populasi dalam penelitian ini adalah
proses belajar sosial anak. Namun, jika semua ibu yang mempunyai anak usia 1-5
perilaku tersebut muncul tanpa adanya tahun dengan adik bayi (0-28 hari) di wilayah
pendampingan dari orang tua maka hal kerja puskesmas Ngasem Kabupaten Kediri.
tersebut menjadi tidak alamiah lagi atau Sampel adalah sebagian ibu yang
menjadi tidak sehat sehingga mengganggu mempunyai anak usia 1-5 tahun dengan adik
perkembangan psikologis anak (Reni, bayi (0-28 hari) di wilayah kerja puskesmas
2008). Reaksi cemburu yang dialami kakak Ngasem Kabupaten Kediri. Teknik
yang tidak dikelola dengan baik pengambilan sampel menggunakan
menimbulkan iri dan dengki pada sesama sampling jenuh yaitu teknik penentuan
saudara sehingga hubungan adik kakak sampel apabila semua populasi digunakan
tidak erat bahkan bisa jadi saling bermusuh sebagai sampel dan dikenal juga dengan
(Hanifa, 2009). Dampak yang paling fatal istilah sensus (Riduwan,2009:64). Pada
dari sibling rivalry adalah putusnya tali waktu penelitian peneliti mengambil semua
persaudaraan jika kelak orang tua meninggal ibu yang mempunyai anak usia 1-5 tahun
(Hargianto, 2008). dengan adik bayi (0-28 hari) untuk dijadikan
Seiring dengan Perkembangan anak sebagai sampel.
peran penting dari orang tua sangat Lokasi penelitian adalah wilayah kerja
dibutuhkan (Sanjayamario, 2009). Orang tua puskesmas Ngasem Kab. Kediri. Waktu
adalah kunci bagi munculnya sibling rivalry penelitian adalah tanggal 10 s/d 29 Mei
dan juga berperan memperkecil munculnya 2010.
hal tersebut. Beberapa peran yang dapat Variabel adalah suatu ukuran atau ciri
dilakukan adalah antara lain memberikan yang dimiliki oleh anggota suatu kelompok
kasih sayang dan cinta yang adil bagi anak (Orang, benda, situasi) yang berbeda
ataupun mempersiapkan anak yang lebih tua dengan yang dimiliki oleh kelompok tersebut
menyambut kehadiran adik baru (Setiowati, (Nursalam, 2003:214).Variabel yang
2008). digunakan dalam penelitian ini adalah
Perilaku anak saat munculnya adik baru, respon sibling anak usia 1-5 tahun terhadap
sangat menarik untuk diteliti dan ditelaah kelahiran adik baru.
lebih lanjut. Demikian penulis ingin meneliti Dalam penelitian ini peneliti
mengenai respon sibling anak usia 1-5 tahun menggunakan checklist sebagai instrumen
terhadap kehadiran adik baru di wilayah penelitian yaitu 16 pernyataan yang terdiri
kerja puskesmas Ngasem Kab. Kediri. atas 8 pernyataan positif dan 8 pernyataan
negatif.
Tujuan Penelitian Alat pengumpulan data yang digunakan
adalah melalui Wawancara berstruktur atau
1. Mendeskripsikan frekuensi respon positif terpimpin yaitu dalam wawancara ini
oleh sibling anak usia 1-5 tahun terhadap pertanyaan diajukan menurut daftar
kelahiran adik baru pertanyaan yang telah disusun. Daftar yang
2. Mendeskripsikan frekuensi respon negatif dibuat dalam bentuk checklist berisi tentang
oleh sibling anak usia 1-5 tahun terhadap pernyataan yang berhubungan dengan
kelahiran adik baru respon atau perilaku anak usia 1-5 tahun
terhadap kelahiran adik barunya.
Data yang terkumpul melalui checklist
akan dilakukan pengolahan data sebagai
berikut. Dari pertanyaan yang tergolong

107 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

dalam kategori respon positif maupun Berdasarkan Tabel 1, sebagian besar


negative yang ada dalam checklist diberikan responden (66,67%) memberikan respon
skor 2 apabila selalu, skor 1 untuk kadang – positif.
kadang, dan skor 0 untuk tidak pernah.
Kemudian untuk masing-masing kategori PEMBAHASAN
seluruh jawaban responden dihitung dengan
menggunankan rumus: Secara umum gambaran respon sibling
anak 1-5 tahun dalam kelahiran adik baru
P = A/B x 100% sebagian besar (66,67%) responden
memberikan respon positif. Data hasil
penelitian menunjukan bahwa respon-respon
Keterangan: positif yang selalu muncul pada sibling
P: Prosentase hasil adalah senang dan bahagia saat adik lahir,
A: Nilai yang diperoleh selalu ingin mendekati adik, mau berbagi
B: Nilai yang diharapkan dengan adik, membantu tugas kecil untuk
adik, merasa bahagia karena mempunyai
Untuk pernyataan dengan kategori positif teman bermain yang baru.
dari hasil pengolahan data di atas, kemudian Respon positif yang mengatakan
data akan diinterpretasikan ke dalam merasa senang dan bahagia saat adik
kualitatif sebagai berikut : lahir dikarenakan sibling merasa bahwa
1. Sibling sering memberikan respon positif: dirinya bisa terlepas dari rasa
100% - 76% kesendiriannya. Sebelum memiliki adik,
2. Sibling cukup memberikan respon positif: sibling selalu bermain dan lebih banyak
75% - 56% menghabiskan waktu sendiri, harapannya
3. Sibling kurang memberikan respon positi: setelah memiliki adik baru sibling memiliki
< 56% teman untuk bermain, yang akan
Untuk pernyataan dengan kategori menjadikan suasana bermain menjadi
negatif dari hasil pengolahan data, kemudian baru pula. Samalin, (2003)
data akan diinterpretasikan ke dalam mengatakan bahwa salah satu bentuk
kualitatif sebagai berikut : dari respon positif adalah perasaan senang
1. Sibling sering memberikan respon dan bahagia yang dirasakan sibling karena
negatif: 100% - 76% mendapat teman baru yang cenderung
2. Sibling cukup memberikan respon akan memberikan harapan pada sibling
negatif: 75% - 56% bahwa kehadiran adik barunya akan
3. Sibling kurang memberikan respon memberikan suasana bermain yang baru.
negatif: < 56% Keinginan untuk selalu dekat dengan
adik dan kemauan untuk berbagi dengan
HASIL PENELITIAN adik adalah respon positif yang juga selalu
Dari penelitian yang dilaksanakan di muncul pads semua responden. Reaksi ini
wilayah kerja Puskesmas Ngasem merupakan suatu reaksi positif yang
Kabupaten Kediri tanggal 10-23 Mei ditunjukan sibling supaya sibling tidak
2010 dengan 12 responden sibling usia merasa tersisih. Sibling mencoba
1-5 tahun yang mempunyai adik Baru (0-28 menyesuaikan diri dengan keadaan
hari) didapatkan hasil sebagai berikut : barunya dengan mendekati dan berbagi
kasih sayang, makanan ataupun tempat
Respon Sibling dengan adiknya. Penny, (2007)
berpendapat bahwa proses penyesuaian
Berdasarkan penelitian secara umum dalam kelahiran adik bare oleh sibling
gambaran respon sibling anak usia 1-5 merupakan usaha sibling menyesuaikan
tahun dalam kelahiran adik baru diri dalam cara yang sehat dan positif,
ditunjukan pada Tabel 1. belajar dengan kesabaran dan seiring
dengan berlalunya waktu, sibling dapat
Tabel 1. Respon Sibling Anak Usia 1-5 menemukan jalan untuk menyesuaikan diri
Tahun dalam Kelahiran Adik Baru dengn kelahiran adiknya.
di Wilayah Kerja Puskesmas Ngasem Bentuk respon positif lainnya adalah
Kabupaten Kediri sibling mau membantu tugas kecil untuk
adik, yaitu mengambilkan pakaian maupun
No Kriteria Jumlah Persentase popok bayi dan sibling selalu ingin ambil
1 Positif 8 66,67 % bagian pada setiap persiapan untuk adik
2 Negatif 4 33,34 % bare. Dari sini tercermin bahwa seorang
Jumlah 12 100% sibling mulai mencoba untuk melakukan
perannya sebagai kakak. Dengan

108 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

menyertakan sibling merawat adik, bersikap mencari perhatian dari


memperbolehkan sibling untuk membatu lingkungan sekitarnya.
membawakan popok dan menghargai Seorang sibling juga bisa menjadi
bantuannya akan membantu sibling dalam seorang anak yang sensitif, menjadi
melaksanakan perannya sebagai seorang mudah menangis dan tersinggung bahkan
kakak. Akan tetapi tidak memaksa sibling bisa menjadi pemurung.
membantu jika sibling tidak mau menolong Menurut Hurlock dalam Setiawati dan
(Admin2, 2010). Zulkaida (2007), respon sibing rivalry ada
Dari hasil penelitian, respon negatif beberapa macam dan salah satunya
yang selalu muncul (100%) adalah bersifat langsung yang dapat dimunculkan
sibling tidak pernah bercerita tentang adik dalam bentuk perilaku agresif mengarah
barunya kepada orang lain, tidak ingin ke fisik seperti atau usaha yang dapat
mendekati adik, tidak mau berbagi dengan diterima secara sosial untuk mengalahkan
adik, tidak mau membantu tugas kecil saingannya.
untuk adik, terdapat perubahan sikap, Pertengkaran atau rasa cemburu
sibling mengganggu ibu saat menyusui merupakan sebuah peristiwa alami yang
bahkan melarang ibu untuk menyusui memberikan kontribusi besar terhadap
adiknya. Sibling menjadi pemurung/ rewel proses belajar sosial anak. Namun, jika
dan terdapat perubahan pola makan dan perilaku tersebut muncul tanpa adanya
tidur. pendampingan dari orang tua maka hal
Respon-respon negatif dapat juga tersebut menjadi tidak alamiah lagi atau
menunjukan kemunduran perilaku atau menjadi tidak sehat sehingga mengganggu
kemampuan yang sudah dimilikinya. perkembangan psikologis anak (Reni,
Seperti sibling yang dulunya sudah bisa 2008). Reaksi cemburu yang dialami
buang air kecil ke kamar mandi sendiri kini kakak yang tidak dikelola dengan baik
menjadi mengompol kembali, ingin menimbulkan iri dan dengki pada sesama
menghisap dot, ingin makan dari botol saudara sehingga hubungan adik kakak
maupun memiliki kembali kebiasaan tidak erat bahkan bisajadi sating
menghisap ibu jari. Hal ini dikarenakan benmusuh (Hanifa, 2009)
kehadiran seorang saudara barn akan Selain itu respon-respon yang terjadi
memberikan kontribusi bagi dapat dipengaruhi oleh berbagai macam
perkembangan sosial dan emosional faktor yang tumbuh dan berkembang
seorang anak. Apabila kontribusi yang dalam diri anak itu sendiri maupun dari
didapat itu dirasakan anak sebagai hal luar. Adanya keinginan anak untuk
yang memberikan ketidaknyamanan dalam menggambarkan siapa dirinya, bakat,
hidupnya/ tekanan maka dengan aktifitas, dan minat maupun menunjukan
sendirinya akan menimbulkan respon yang bahwa mereka berbeda dari saudara
mengganggu perkembangan seorang kandungnya membuat mereka bereaksi
anak/ sibling (regresi). berbeda. Perhatian, disiplin, dan
Setiawan dalam Setiawati dan Zulkaida kemampuan reaksi orang tua yang
(2007) mengatakan bahwa dalam berkurang terhadap dirinya bisa
perkembangan jiwa terdapat periode- menyebabkan anggapan dari seorang
periode kritis yang berarti bahwa bila sibling bahwa kedatangan adik bare
periode-periode ini tidak dapat dilalui merupakan suatu ancaman bagi dirinya.
dengan baik, maka akan timbul Hal ini sesuai dengan pendapat Priatna
gejalagejala yang ditunjukan misalnya dalam Setiawati dan Zulkaida (2007)
keterlambatan (regresi), ketegangan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
maupun kesulitan dalam penyesuaian diri. respon sibling yaitu diantaranya adalah
Respon negatif lain yang muncul yaitu faktor internal yaitu faktor yang tumbuh
mengganggu bahkan melarang ibu dan berkembang dalam diri anak itu
menyusui bayi, tiba-tiba suka menggigit, sendiri seperti temperamen, sikap masing-
mencakar, menendang atau melempar masing anak mencari perhatian orang tua,
barang, ingin memukul/melukai adik, perbedaan usia atau jenis kelamin, dan
berpura-pura sakit (sering mengeluh sakit ambisi anak untuk mengalahkan anak
kepala, sakit perut atau keluhan-keluhan yang lain. Semakin jauh jarak usia anak
fisik lainnya), sibling menjadi pemurung, dengan bayi, akan membuat anak mudah
suka membantah, mudah menangis, menerima kehadiran bayi, urutan kelahiran
mudah tersinggung dan menjadi manja. dalam keluarga, maupun jenis kelamin
Ketika seorang anak (sibling) merasa yaitu jika jenis kelamin berbeda dengan
memiliki seorang saingan maka seorang anak maka akan bereaksi berbeda. Faktor
sibling dapat melakukan perilaku atau hal- eksternal faktor yang disebabkan karena
hal yang dapat mengarah ke fisik seperti orang tua yang salah dalam mendidik

109 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

anaknya, seperti sikap membanding- Hidayat, A.Aziz Alimul. (2007). Metode


bandingkan, dan adanya anak emas Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa
diantara anak yang lain. Dimana pada Data. Jakarta: Salemba Medika
tahap perkembangan dari sibling
mendapatkan perhatian yang tidak adil _____________ ,(2008). Kabar Indonesia.
dari orang tua. 05 February 2010 5:12:22 PM
<http://www.kabarindonesia.com/berita.php?
SIMPULAN DAN SARAN pil=13&jd=Pertengkaran+Antar+Saudara%2
C+Sehatkah%3F&dn=20080721230040>
Simpulan February 2010 3:49:23 PM<http://kesehatan.
Respon sibling anak usia 1-5 tahun kompas.com/read/2010/02/03/14242248/
terhadap kelahiran adik baru sebagian Anak.Susah.Makan..Sumber.Kecemasan
besar memberikan respon positif. .Ibu>

Saran Lansky, (2000) Tips Praktis Untuk Orang


Tua. Jakarta: Arcan
1. Bidan hendaknya lebih sering
memberikan perhatian, konseling atau McCall, (2000). Pertumbuhan Anak Anda di
penyuluhan terhadap keluarga dengan Tahun Pertama. Jakarta: Rineka
jarak kelahiran dekat tentang cara Notoatmodjo, Sukidjo. (2001). Metode
meminimalkan terjadinya respon negatif Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT
pada sibling sehingga kemungkinan Rineka Cipta
terjadinya sibling rivalry bisa dihindari.
2. Peneliti selanjutnya mengembangkan Nursalam. (2001). Pendekatan Praktis
penelitian ini mengenai faktor-faktor Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta :
yang berpengaruh terhadap respon- Sagung Seta
respon yang akan timbulkan sibling <http://www.tabloidnakita.com/artikel.php
terhadap kelahiran adik baru. 3?edisi=08392&rubrik=prasekolah>

DAFTAR PUSTAKA Riduwan. (2009). Metode dan Teknik


Menyusun Tesis. Bandung : Alfabeta
Admin, (2008) Home Page. 4 February 2010,
3:29:27 PM <http://www.parenting- Samalin, (2003). 123 Sayang Semuanya.
ed.org/handouts/sibling%20rivalry%20& Bandung: Kaifa
%20baby.pdf> Sanjayamario.(2009). Wordpress. 04
Beth, Mary. (2006). Tata Laksana Ibu dan February 2010 . 3:24:22
Bayi Paska Melahirkan. Jakarta : Prestasi <http://sanjayamario.wordpress.com/200
Pustakaraya 9/10/13/peran-orang-tua-terhadap-
perkembangan-anak-dan-remaja>
_____________ ,(2008). Dunia psikologi. 04
February 2010 3:42:23 PM Setiowati, Reni. Home page. 04 February
<http://duniapsikologi.dagdigdug.com/2008/1 2010 3:14:04 PM
1/25/kekerasan-orang-tua-pada-anak/> Suherni, Hesty Widyasih. (2009). Perawatan
Eccefaw. (2008). Hakuna. February 04, Masa Nifas. Yogjakarta : Fitramaya
2010, 3:27:05 <PMhttp://findarticles.com/ Simkin, Penny. (2007). Kehamilan,
p/articles/mi_m0FSZ/is_n3_v23/ai_n1860 Melahirkan dan Bayi. Jakarta : Arcan
7408/?tag=content;col1>
Handojo,Jeanne (2008). Indonesia Media
Online. February 04, 2010, 3:17:34
<http://www.jakarta.go.id/v70/pkk/index.p
hp?option=com_content&view=article&id
=148:adik-kakak-berantem-dipisah-atau-
dibiarkan&catid=38:tips-
keluarga&Itemid=58>
Hasan, Ismail. (2009) Kabar Indonesia . 04
February 2010 3:33:24 PM
<http://hasanismailr.blogspot.com/2009/0
6/pengertian-respon.html>

110 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

PENDAHULUAN

Kualitas pelayanan KIA, seperti halnya


HUBUNGAN MUTU LAYANAN ANC kualitas pelayanan secara umum ditentukan
DENGAN KEPUASAN PASIEN PERIKSA dalam 5 dimensi mutu layanan yaitu bukti
ANC DI BPS WILAYAH KERJA DINAS langsung (tangibles) yaitu penampilan fisik,
KESEHATAN KOTA KEDIRI peralatan, personil dan materi komunikasi,
kehandalan (reliability) yaitu kemampuan
untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan
Shinta Kristianti dengan terpercaya dan akurat, daya tanggap
(Jurusan Kebidanan (responsiveness) yaitu kemauan untuk
Poltekkes Kemenkes Malang) membantu pasien dan memberikan jasa
Indah Rahmaningtyas dengan cepat, jaminan (assurance) yaitu
(Jurusan Kebidanan pengetahuan dan kesopanan pemberi
Poltekkes Kemenkes Malang) layanan dan kemampuan mereka untuk
Ribut Eko Wijanti menimbulkan kepercayaan dan keyakinan
(Jurusan Kebidanan dan empathy, kesediaan untuk peduli,
Poltekkes Kemenkes Malang) memberi perhatian pribadi bagi pasien
(Parasuraman, 1988 dalam Kotler, 2004).
Pelayanan KIA yang didasarkan pada 5
ABSTRACT dimensi pelayanan diharapkan akan
memberikan muara akhir yaitu kepuasan
pasien. Pasien akan terpuaskan jika harapan
Background: Quality of service in pasien dapat terpenuhi. Day dalam Tjiptono,
Private Practice Midwife (PPM) and patient (2003) menyatakan bahwa kepuasan
satisfaction leads to customer loyalty. konsumen adalah respon terhadap evaluasi
Purpose: The purpose of this study was kesesuaian yang dirasakan antara harapan
determine the relationship of quality service sebelumnya (atau norma kinerja lainnya) dan
with patient satisfaction on ante natal care in kinerja aktual produk yang dirasakan setelah
Private Practice Midwife of Kediri. Method: pemakaiannya, termasuk didalamnya adalah
Correlational research design using produk jasa.
associative with cross sectional approach. Pernyataan Direktur Jenderal Bina
The population was all women who carry the Kesehatan Masyarakat yang menyatakan
ANC in the PPM region of Health bahwa salah satu faktor penting dalam
Department of Kediri, the sample was mostly upaya penurunan angka kematian ibu,
women who met the study criteria. Sampling adalah penyediaan pelayanan maternal dan
used purposive sampling at 9 PPM with neonatal yang berkualitas dekat dengan
selection using cluster systems based health masyarakat difokuskan pada tiga pesan
centers and a random system. Measurement kunci Making Pregnancy Safer, yaitu setiap
of variables using questionnaires. Data persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
analysis using Chi Square test. Result: The terlatih, setiap komplikasi obstetri dan
results of this research is that the majority of neonatal mendapat pelayanan yang adekuat
respondents believed that the quality of ANC dan setiap wanita usia subur mempunyai
services in the town of Kediri is good (63%), akses terhadap pencegahan kehamilan yang
and most respondents were satisfied with the tidak diinginkan dan penanganan komplikasi
services provided on the BPS (83%), but keguguran. Untuk dapat memberikan
after the analysis of the test results obtained pelayanan kesehatan maternal dan neonatal
no relationship between service quality and yang berkualitas dibutuhkan tenaga
satisfaction of the respondents. Suggestion: kesehatan terampil yang didukung
Midwives have to improve and maintain the tersedianya sarana dan prasarana yang
quality of ANC services that have good memadai. (Depkes RI, 2002).
quality so that it can always give the client Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan
satisfaction. oleh Azis Slamet Wiyono dan M. Wahyuddin
(2007), di Rumah Sakit Islam Manisrenggo
Klaten menunjukkan semua variabel kualitas
Keywords: Quality of Service, Ante Natal pelayanan memiliki pengaruh signifikan
Care (ANC), Patient Satisfaction terhadap kepuasan konsumen.Sedangkan
dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan
di Puskesmas Semen kabupaten Kediri
terhadap 10 responden, diketahui 80%
merasa rentang waktu pelayanan harian
kurang lama yaitu hanya antara jam 8

111 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

sampai dengan jam 11 atau 12, 60% merasa melaksanakan ANC di wilayah Dinas
waktu tunggu cukup lama dan 50% merasa Kesehatan Kota Kediri yang memenuhi
respon bidan terhadap pelayanan kriteria inklusi sejumlah 99 orang. Alat ukur
dibutuhkan masih lambat. Selain itu, peneliti yang dipakai adala dengan menggunakan
juga mengamati fenomena banyak ibu hamil kuesioner. Analisa data secara univariat dan
yang tidak memanfaatkan Puskesmas atau bivariat dengan uji chi Square untuk
Posyandu untuk memeriksakan kehamilan, mendapatkan hubungan bermakna (α=0,05).
mereka lebih banyak datang ke BPS, hal ini
dimungkinkan karena ibu merasa lebih puas HASIL PENELITIAN
periksa di BPS daripada memanfaatkan
fasilitas Puskesmas atau Posyandu. Usia Responden
Selain itu masyarakat Kota Kediri
termasuk masyarakat transisi atau Tabel 1. Distribusi Usia Responden
mengalami perubahan dari suatu
masyarakat pedesaan ke arah kebiasaan Usia (Tahun) Frekuensi Persentase
masyarakat perkotaan. Masyarakat transisi < 25 7 7
umumnya bersifat suka menerobos, mudah 20-35 85 86
tersinggung, kurang memperhatikan adat >35 7 7
dalam bergaul, sikap individual mulai Total 99 100
menonjol, dalam mencapai tujuan bersama
kurang menjunjung etika gotong royong, Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui
rasa saling membutuhkan mulai memudar bahwa sebagian besar responden berusia
dan mulai kehilangan nilai dan norma yang 20-35 tahun, yakni sebesar 86%
asli (Ayu Ahmad, 2011). Begitu pula dengan
kepuasan masyarakat terhadap layanan Pendidikan Responden
kesehatan, tentunya pasti akan mengalami
pergeseran nilai-nilai kepuasan, khususnya Tabel 2. Distribusi Pendidikan Responden
kepuasan ibu hamil terhadap layanan ANC
pada sarana layanan kebidanan. Pendidikan Frekuensi Persentase
Dari uraian diatas tampak kesenjangan
antara kondisi pelayanan yang seharusnya SD 6 6
diberikan ditinjau dari dimensi mutu layanan SMP 35 35
dengan layanan pemeriksaan kehamilan SMA 42 42
yang diberikan oleh bidan sebagai provider. DIPLOMA 4 4
Kesesuaian antara mutu layanan yang SARJANA 12 12
diberikan dengan harapan pasien maka akan Total 99 100
menimbulkan kepuasan pada pasien. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui
hubungan mutu layanan ANC dengan bahwa sebagian besar responden
kepuasan pasien ANC di BPS Wilayah Dinas berpendidikan SMA , yakni sebesar 43%
Kesehatan Kota Kediri.
Pekerjaan Responden
METODE PENELITIAN
Tabel 3. Distribusi Pekerjaan Responden
Penelitian ini menggunakan metode
korelasional asosiatif dengan pendekatan Pekerjaan Frekuensi Persentase
cross sectional, untuk mengetahui hubungan Ibu Rumah Tangga 74 75
mutu layanan KIA dengan kepuasan pasien Swasta 17 17
ANC di BPS wilayah dinas kesehatan kota Wiraswasta 7 7
Kediri. Penelitian ini dilakukan pada tanggal PNS 1 1
1-30 Agustus 2012 di BPS wilayah Dinas Total 99 100
Kesehatan Kota Kediri. BPS tempat
penelitian dipilih dengan melakukan cluster Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui
berdasarkan Puskesmas, adapun di wilayah bahwa sebagian besar pekerjaan responden
kota Kediri terdapat 9 Puskesmas, sehingga adalah sebagai ibu rumah tangga , yakni
diambil 9 BPS. Pemilihan 9 BPS sebesar 75%
menggunakan sistem acak, sehingga
diperoleh 1 Puskesmas diwakili 1 BPS. Gravida Responden
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
ibu hamil yang melaksanakan ANC di BPS Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui
wilayah Dinas Kesehatan Kota Kediri. bahwa sebagian besar responden adalah
Sampelnya yaitu sebagian ibu hamil yang primigravida, yakni sebesar 45%

112 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

Tabel 6. Distribusi Jawaban Responden


Tabel 4. Distribusi Gravida Responden Tentang Akses Terhadap Layanan ANC oleh
Bidan di BPS
Gravida Frekuensi Persentase
Kesatu 44 45 No Pernyataan Ya Tidak
Kedua 33 33 1 Kemudahan menjangkau BPS 99 0
Ketiga 14 14 2 Jam buka pelayanan panjang 87 12
Keempat 8 8
Total 99 100 3 Lokasi BPS dapat dilalui 98 1
kendaraan roda 4
4 Biaya pemeriksaan terjangkau 99 0
Mutu Layanan ANC di BPS Kota Kediri
5 Kemudahan memahami 99 0
informasi yang disampaikan
bidan
6 Perlakuan yang baik dari 99 0
Bidan

Efektivitas

Tabel 7 Distribusi Jawaban Responden


Tentang Efektifitas Layanan ANC
Oleh Bidan di BPS

No Pernyataan Ya Tidak
1 Proses pendaftaran dan 98 1
pelayanan yang tidak rumit
2 kepraktisan dalam 98 1
mendapatkan obat
3 pemeriksaan cepat dan hasil 99 0
Gambar 1. Mutu Layanan ANC tepat
di BPS Kota Kediri Tahun 2012 4 Obat sesuai dengan keluhan 98 1
5 Nasehat Bidan sesuai 99 0
Berdasarkan Gambar 1, dapat diketahui dengan kebutuhan
bahwa sebagian besar responden
berpendapat bahwa mutu layanan ANC di Tabel 7 menunjukkan bahwa terdapat 1
BPS Kota Kediri adalah baik, yakni 63%. responden yang menjawab bahwa proses
pendaftaran dan pelayanan di BPS rumit, hal
Kompetensi Teknis ini dimungkinkan responden tersebut adalah
pasien baru sehingga dia mengalami
Tabel 5 menunjukkan bahwa masih kebingungan pada saat datang di BPS untuk
terdapat 1 responden yang menjawab bahwa mendapatkan layanan di BPS. Terdapat 1
layanan ANC yang diberikan oleh Bidan di responden yang menjawab untuk
BPS tidak sesuai. mendapatkan obat di BPS tidak praktis,
dimungkinkan karena responden
Tabel 5. Distribusi Jawaban Responden mendapatkan obat tertentu yang harus di
Tentang Kompetensi Teknis Bidan beli di apotik karena tidak tersedia di BPS.
Serta terdapat 1 responden yang menjawab
No Pernyataan Ya Tidak bahwa bidan tidak memberikan obat sesuai
1 Kesesuaian pelayanan ANC 98 1 dengan keluhan responden, hal ini
2 Keahlian Bidan dalam 99 0 dimungkinkan karena keluhan responden
memberikan layanan ANC
3 Pelayanan sesuai kebutuhan 99 0 adalah ketidaknyamanan fisiologis selama
4 Bidan mengetahui kondisi klien 99 0 hamil dan bidan tidak memberikan respon
atas keluhan responden tersebut.

Akses Terhadap Pelayanan Kontinuitas

Tabel 6 menunjukkan bahwa terdapat 12 Tabel 8 menunjukkan bahwa sejumlah 33


responden yang menjawab bahwa jam buka responden menyatakan bahwa Bidan di BPS
pelayanan pendek, pelayanan ANC tidak memberikan layanan ANC pada waktu
diberikan pada saat jam tertentu saja, tidak hari libur. Pada hari libur Bidan tidak
selama 24 jam. menyediakan layanan ANC, namun untuk
layanan persalinan di buka selama 24 jam.

113 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

Dan sebanyak 12 responden menyatakan menjaga rahasia/privasi responden, dan


bahwa bidan tidak mengingat keluhan seluruh responden menyatakan bahwa bidan
responden pada kunjungan sebelumnya. bersikap ramah dan sopan, bersahabat,
Tabel 8. Distribusi Jawaban Responden komunikatif, menghormati klien dan memberi
Tentang Kontinuitas Layanan ANC perhatian pada kliennya.
oleh Bidan
Kenyamanan
No Pernyataan Ya Tidak
1 Bidan selalu dapat memberikan 66 33 Tabel 11. Distribusi Frekuensi Jawaban
layanan, kecuali hari libur Responden Tentang Kenyamanan
2 Hasil pemeriksaan lalu masih 95 4 Layanan ANC oleh Bidan di BPS
tersimpan dengan baik
3 bidan melihat hasil pemeriksaan 98 1
yang lalu No Pernyataan Ya Tidak
4 Bidan masih ingat keluhan yang 87 12 1 Ruang tunggu nyaman 98 1
lalu 2 Kebersihan ruang tunggu terjamin 99 0
5 Bidan menanyakan vitamin pada 97 2 3 Tempat pemeriksaan menjaga 97 3
kunjungan yang lalu sudah habis privasi klien
atau belum 4 Ruang periksa bersih 99 0
5 Waktu tunggu untuk periksa tidak 97 3
terlalu lama
Keamanan
Tabel 11 menunjukkan bahwa sebanyak 3
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Jawaban responden berpendapat bahwa tempat
Responden Tentang Akses pemeriksaan di BPS tidak menjaga privasi
Terhadap Layanan ANC pasien dan waktu tunggu untuk
mendapatkan layanan pemeriksaan ANC
No Pernyataan Ya Tidak membutuhkan waktu yang cukup lama hal ini
1 Bidan menggunakan sarung 45 54 dimungkinkan karena ruang praktek bidan
tangan dalam memeriksa pasien
yang kurang memadai dan pasien bidan
2 Peralatan yang digunakan cukup 99 0
bersih yang banyak sehingga antriannya cukup
3 Tempat pemeriksaan cukup 99 0 panjang.
bersih
4 Pasien merasa aman waktu 99 0 Kepuasan Pasien
diperiksa di tempat tidur
5 Sebelum memeriksa, Bidan 90 0 Berdasarkan Gambar 2 dapat diketahui
mencuci tangan dulu bahwa sebagian besar responden
6 Setelah memeriksa, Bidan 93 6
berpendapat bahwa mereka puas terhadap
mencuci tangan
layanan ANC yang diberikan Bidan di BPS,
yakni sebesar 83%
Tabel 9 menunjukkan bahwa sebanyak 54
responden berpendapat bahwa bidan tidak
menggunakan sarung tangan dalam
melakukan pemeriksaan ANC, dan 6
responden berpendapat bahwa bidan tidak
mencuci tangannya setelah memeriksa
pasiennya.

Hubungan Antar Manusia


Tabel 10. Distribusi Frekuensi Jawaban
Responden Tentang
Hubungan Antar Manusia

No Pernyataan Ya Tidak
1 Bidan ramah dan sopan 99 0 Gambar 2. Kepuasan Pasien pada layanan
2 bidan bersikap bersahabat 99 0 ANC di BPS Kota Kediri tahun 2012
3 Bidan komunikatif 99 0
4 Bidan memberi perhatian pada 99 0 Hubungan antara Mutu Layanan ANC
kliennya dengan Kepuasan Pasien
5 Bidan menghormati kliennya 99 0
6 Bidan menjaga rahasia klien 98 1 Dari Tabel 12 diketahui bahwa mutu
layanan ANC yang baik paling banyak
Tabel 10 menunjukkan bahwa sebanyak 1 memberikan rasa puas pada responden
responden berpendapat bahwa Bidan tidak ketika mendapatkan layanan ANC di BPS

114 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

kota Kediri, yaitu sebesar 85%. Sedangkan praktek swasta dimana mereka melakukan
mutu layanan ANC yang kurang baik juga ANC tidak mengingat keluhan mereka pada
memberikan rasa puas pada responden, kunjungan yang lalu, serta menurut
yaitu sebesar 78%. responden banyak Bidan yang tidak
menggunakan sarung tangan pada waktu
Tabel 12. Tabulasi silang mutu layanan ANC memeriksa mereka serta tidak mencuci
dengan Kepuasan Pasien tangan sebelum maupun sesudah
memberikan pelayanan ANC pada
Kepuasan Pasien Total
Mutu Layanan responden. Selain itu, karakteristik
Tidak Puas Puas
ANC responden yang dari latar belakang yang
f % f % f %
Kurang Baik 8 22 29 78 37 100
berbeda juga menyebabkan penilaian mutu
layanan kebidanan sangat multi dimensional.
Baik 9 15 53 85 62 100
p = 0,823 Ho= diterima Kepuasan Pasien ANC Terhadap
Pelayanan ANC
Setelah dilakukan uji hubungan Chi
Square dengan tingkat kepercayaan 95% Hasil penelitian yang dilakukan
value = 0,823, menunjukkan lebih dari setengah responden
karena p value merasa puas dengan pelayanan ANC di BPS
Ha di tolak, sehingga tidak ada hubungan Kota Kediri yaitu 83%. Harapan atas kinerja
antara mutu layanan ANC dengan kepuasan produk berlaku sebagai standar
pasien. perbandingan terhadap kinerja aktual
produk. Beberapa pakar mengidentifikasi
PEMBAHASAN tiga macam pendekatan dalam
mengonseptualisasikan harapan pra
Mutu Layanan ANC pembelian atas kinerja produk (Tjiptono,
2006).
Hasil penelitian yang dilakukan Sesuai dengan teori diatas nampak
menunjukkan bahwa sebagian besar bahwa hal ini terkait dengan harapan yang
responden menilai bahwa mutu layanan diberikan oleh responden tidak terlalu tinggi
ANC di BPS Kota Kediri adalah baik yaitu sehingga saat memperoleh pelayanan yang
63%. Mutu layanan hanya padat diketahui ada pasien sudah merasa puas. Untuk
apabila sebelumnya telah dilakukan mencapai tingkat kepuasan yang lebih baik
penilaian terhadap tingkat kesempurnaan, sebaiknya pihak BPS yang ada di kota Kediri
sifat, wujud serta ciri-ciri prlayanan melakukan survey kepuasan pasien sesuai
kesehatan dan ataupun terhadap kepatuhan dengan perspektif pasien sehingga
terhadap standar pelayanan. Dan penilaian kepuasan yang terukur benar-benar
mutu tidak mudah karena bersifat multi kepuasan pasien.
dimensional. Penelitian yang dilakukan oleh
Roberts dan Prevost (1987) telah berhasil Hubungan Mutu Layanan ANC Dengan
membuktikan adanya perbedaan dimensi, Kepuasan Pasien
dimana bagi pemakai jasa pelayanan
kesehatan, mutu pelayanan lebih terkait Hasil penelitian yang dilakukan
pada dimensi ketanggapan petugas menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
memenuhi kebutuhan pasien, kelancaran mutu layanan ANC dengan kepuasan pasien
komunikasi petugas dengan pasien, ANC di BPS kota Kediri. Responden banyak
keprihatianan serta keramahtamahan yang merasa puas terhadap layanan ANC
petugas dalam melayani pasien dan atau yang diberikan bidan walaupun mereka
kesembuhan penyakit yang sedang diderita berpendapat bahwa kualitas pelayanan ANC
oleh pasien. (Azwar, 1996) Walaupun di BPS tersebut baik ataupun kurang baik
menurut perspektif pasien, mutu layanan mutunya. Kepuasan konsumen berkaitan
ANC di BPS kota Kediri menunjukkan lebih erat dengan kualitas (mutu). Dalam tahun-
dari setengah pasien memberikan nilai baik tahun belakangan ini, banyak perusahaan
tetapi masih terdapat pasien yang yang mengadopsi program total quality
memberikan nilai kurang. Hal ini disebabkan management (TQM), yang dirancang untuk
karena pasien mempunyai perspektif atau melakukan perbaikan kualitas (mutu) produk
pandangan yang berbeda tentang mutu mereka. Kualitas (mutu) mempunyai dampak
layanan ANC yang mereka terima. 33 langsung pada prestasi produk dan
responden berpendapat bahwa BPS tidak kepuasan konsumen (Tjiptono, 2006).
dapat memberikan pelayanan ANC pada hari Sehingga teori tersebut bertentangan
libur, 12 responden berpendapat Bidan dengan hasil penelitian ini, hal ini dapat
disebabkan karena penilaian tentang mutu

115 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes


Volume IV Nomor 2, April 2013 ISSN: 2086-3098

layanan ANC sangat multi dimensional, _________. 2003. Keluarga Berencana,


seperti yang disampaikan oleh penelitian Kesehatan Reproduksi, Gender dan
Roberts dan Prevost (1987). Karakteristik Pembangunan Kependudukan. Jakarta :
responden yang bervariasi dari pendidikan, BKKBN.
pekerjaan, usia, pengalaman atas kehamilan
maupun pengalaman mereka dalam _________, 2001, Standar Pelayanan
melakukan ANC pada kehamilan yang lalu Kebidanan, Jakarta : Depkes RI.
ataupun pengalaman pertama ANC pada _________. 2002. Making Pregnancy Safer.
kehamilan pertamanya dapat menyebabkan Jakarta : Depkes RI.
perbedaan penilaian kualitas layanan ANC di
BPS. Responden kebanyakan melakukan Djoko Wijono,. 2000. Manajemen Mutu
ANC di BPS karena dekat dengan rumah Pelayanan Kesehatan. Surabaya:
mereka tanpa memperhatikan kualitas Airlangga University Press.
pelayanan bidan BPS, sehingga dengan
apapun situasi dan kondisi layanan yang Fandy Tjiptono, 2006. Pemasaran Jasa.
bidan berikan responden pun juga merasa Jakarta : Penerbit Erlangga.
puas atas layanan ANC tersebut.
Kotler, Philip. 2004. Manajemen Pemasaran.
SIMPULAN DAN SARAN Jakarta : Penerbit Erlangga.
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan
Simpulan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.
Kesimpulan dalam penelitian ini bahwa
mutu layanan ANC di BPS kota Kediri adalah Philip Kotler & Garry Amstrong. 2003.
baik dan responden merasa puas terhadap Manajemen Pemasaran. Jakarta :
layanan ANC yang diberikan Bidan di BPS Penerbit Erlangga.
Kota Kediri, namun tidak ada hubungan
antara mutu layanan ANC dengan kepuasan Philip Kotler dan A.B. Susanto. 2002.
layanan ANC. Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta :
Penerbit Erlangga.
Saran Saifudin Abdul Bari, 2002. Buku Acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
Bidan diharapkan mempertahankan mutu dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bidan
layanan yang sudah baik dan terus Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
menciptakan pelayanan yang lebih baik lagi
agar pasien lebih merasa puas. Bagi peneliti Purwanto Erwan A dan Sulistyastuti Dyah R.
selanjutnya diharapkan dapat melakukan 2007. Metode Penelitian Kuantitatif.
penelitian tentang kepuasan pasien terhadap Yogyakarta: Gaya Media.
layanan kesehatan/kebidanan oleh tenaga
kesehatan bukan saja secara kuantitatif Sarwono Prawirohardjo. 2006. Pelayanan
tetapi juga dengan menggunakan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.
pendekatan secara kualitatif. Jakarta : YBP-SP.
Soekidjo Notoatmojo,. 2002. Metodologi
DAFTAR PUSTAKA Penelitian Masyarakat. Jakarta : Rineka
Ahmad Watik Pratiknya, 2003, Dasar-dasar Cipta.
Metodologi Penelitian Kedokteran dan ___________. 2005. Promosi Kesehatan .
Kesehatan, Jakarta : PT Raja Grafindo Jakarta : PT. Rhineka Cipta.
Persada.
Sugiyono. 2009. Statistika Untuk Penelitian.
Ayu Ahmad. 2011. Masyarakat Transisi.
Bandung: Alfabeta.
http.masyarakattransisi.blogspot.com
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur
Azis Alimul. 2007. Metode Penelitian
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Kebidanan dan Teknik Analisa Data.
Yogya: Rineka Cipta.
Jakarta: Salemba Medika.
Sugiyono. 2005. Statistik Untuk Penelitian.
Azis Slamet Wiyono. 2007. Studi Tentang
Bandung : Alfabeta.
Kualitas Pelayanan dan Kepuasan
Konsumen di Rumah Sakit Islam Supranto, 2007. Teknik Sampling untuk
Manisrenggo Klaten. eprints.ums.ac.id/ Survey dan Experiment. Jakarta: Rineka
894/1/Jurnal_daya_saing Cipta

116 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

Anda mungkin juga menyukai