Anda di halaman 1dari 29

BAB III

METODE PELAKSANAAN

3.1 Pemeriksaan Kandungan Lumpur Dalam Agregat

3.1.1 Cara Volume Endapan Ekivalen Untuk Agregat Halus

3.1.1.1 Maksud dan Tujuan

Menetukan persentase lumpur dalam agregat halus.

Kandungan lumpur >5%, merupakan ketentuan dalam

peraturan bagi penggunaan agregat untuk pembuatan beton.

3.1.1.2 Peralatan

1. Gelas ukur

2. Alat pengaduk

3.1.1.3 Bahan

Contoh pasir secukupnya dalam kondisi lapangan dengan

bahan pelarut air biasa.

3.1.1.4 Langkah kerja

1. Contoh benda uji dimasukkan kedalam Gelas ukur

2. Tambahkan air kedalam gelas ukur guna melarutkan lumpur

3. Gelas dikocok untuk memisahkan pasir dari lumpur

4. Simpan gelas pada tempat yang datar dan biarkan lumpur

mengendap setelah 24 jam

5. Ukur tinggi pasir (V1) dan tinggi lumpur (V2)

3.1.1.5 Perhitungan

𝑣2
𝑥 100%
𝑣1 + 𝑣2
3.1.2 Cara Butir-Butir Yang Lewat Ayakan Nomor 200

3.1.2.1 Maksud dan Tujuan

Menentukan persentase berat bahan dalam agregat halus yang

lolos saringan no.200 dengan cara pencucian

3.1.2.2 Peralatan

1. Ayakan nomor 16 (lubang 1,19 mm) dan nomor 200

2. Nampan yang cukup besar sehingga cukup untuk merendam

pasir/kerikil dan mengguncang-guncangnya tanpa tumpah.

3. Oven/tungku pemanas dengan temperature sekitar 105ºC

4. Timbangan dengan ketelitian 0.1% berat contoh

5. Nampan cukup besar untuk mengeringkan pasir/kerikil.

3.1.2.3 Benda uji

Berat contoh agregat kering (pasir/kerikil) dengan berat

minimum tergantung pada ukuran maksimum sesuai dengan

Tabel. 1

Tabel 3. 1 Berat Minimum Agregat


Ukuran maksimum agregat Berat minimum
Sampai 2,36 mm 100 gram

Sampai 4,80 mm 500 gram

Sampai 9,60 mm 2000 gram

Sampai 19,10 mm 2500 gram

Sampai 38,00 mm 5000 gram

Sumber : Modul Praktikum Beton Universitas Muhammadiyah


Metro
3.1.2 Langkah Kerja

1. Masukkan contoh agregat (pasir/kerikil) ±1,25 kali berat benda uji

yang tercantum dalam Tabel 2.1 kedalam cawan dan keirngkan dalam

oven dengan suhu sekitar 100± 5ºC sampai beratnya tetap.

2. Masukkan benda uji agregat kedalam wadah, dan diberi air pencuci

secukupnya sehingga benda uji terendam

3. Guncang-guncang wadah dan tuangkan air cucian kedalam susunan

sarigan no. 16 dan no. 200

4. Masukkan air yang baru dan ulangi langkah (3) sampai air cucian

tampak jernih

5. Semua bahan yang tertahan sarigan No. 16 dan No.200 kembalikan

kedalam talam, kemudian masukkan seluruh bahan tersebut kedalam

talam yang telah diketahui beratnya (W2). Keringkan dalam oven,

dengan suhu 100±5 ºC sampai mencapai berat tetap

6. Setelah kering timbang dan catatlah bahan kering tersebut (W3)

7. Hitunglah berat bahan kering tersebut (W4 = W3-W2)

3.1.3 Perhitungan

Jumlah butiran/kadar butir halus yang lewat ayakan No. 200 :

𝑤1−𝑤2
x 100%
𝑤1

Dengan :

W1 : berat benda uji semula (gram)

W2 : berat bahan tertahan saringan N0.200


3.2 Analisis Saringan Agregat Halus Dan Kasar

3.2.1 Tujuan

Menentukan pembagian butiran (gradasi) agregat dan modulus

kehalusan. Data distribusi butiran pada agregat diperlukan dalam

perencanaan adukan beton. Pelaksanaan penentuam gradasi ini

dilakukan pada agregat halus dan agregat kasar. Alat yang digunakan

adalah seperangkat saringa dengan ukuran jaring-jaring tertentu.

3.2.2 Peralatan

1. Timbangan dengan ketelitian 0,2% dari berat benda uji

2. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi

sampai (110±50ºC)

3. Mesin penggetar/pengguncang ayakan (sieve sacker)

4. Alat pemisah contoh

5. Talam-talam

6. Ayakan standard untuk agregat :

a. Ayakan standard untuk agregat halus 9,5 mm (3/8”), 4,7 mm

(No. 4), 2,36 mm (No.8), 1,18 mm (No. 16), 0,60 mm (No. 30),

0,30 mm (No. 50), dan 0,15 mm (No.100). lubang ayakan

berbentuk lubang bujur sangkar.

b. Ayakan standard untuk agregat kasar 37,5 mm (3”), 19,1 mm

(3/4”), 12,5 mm (1/2”), 9,5 mm (3/8”), 4,75 mm (No. 4), 2,36

mm (No.8). lubang ayakan berbentuk lubang bujur sangkar.


Ayakan agregat dengan lubang Diameter ayakan sebaiknya

tidak lebih besar dari 20 cm.

7. alat pemisah (sample saplitter)

8. kuas, sikat kuningan, sendok, dan alat-alat lainnya.

3.2.3 Bahan

Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempatan.

Berat dari contoh disesuaikan dengan ukuran maksimum diameter

agregat kasar yang digunakan, seperti yang diuraikan pada tabel

perangkat saringan.

3.2.4 Langkah Kerja

1. Benda uji dikeringkan dalam oven dengan suhu (110 ± 5)˚C, sampai

berat contoh tetap.

2. Contoh dicurahkan pada seperangkat saringan. Susunan saringan

dimulai dengan saringan paling besar dari atas ke bawah. Perangkat

saringan diguncang dengan tangan atau mesin guncang selama 15

menit.

3.2.5 Perhitungan

hitunglah persentase benda uji yang tertahan pada masing-masing

saringan terhadap berat total benda uji.


3.3 Pengujian Kadar Air Agregat

3.3.1. Tujuan

Menentukan kadar air agregat dengan cara pengeringan. Kadar air

agregat adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam

agregat dengan berat agregat dalam keadaan kering. Nilai kadar air ini

digunakan untuk koreksi takaran air pada adukan beton yang

disesuaikan dengan kondisi agregat di lapangan.

3.3.2. Peralatan

Peralatan yang digunakan untuk pengujian kadar air sebagai berikut :

1. Timbangan dengan ketelitian 0,1 % berat contoh

2. Oven yang suhunya dapat diatur sampai (110 ± 5)˚C

3. Talam logam tahan karat bekapasitas cukup besar bagi

tempat pengeringan contoh benda uji

3.3.3 Benda Uji

Berat minimum contoh agregat tergantung pada berat maksimum,

dengan batasan sebagai berikut:

Ukruran Maksimum:

1. 6,30 mm (1/4”) = 0,50 kg

2. 9,50 mm (3/8”) = 1,50 kg

3. 12,70 mm (0,5”) = 2,00 kg

4. 19,10 mm (3/4”) = 3,00 kg

5. 25,40 mm (1,0”) = 4,00 kg


6. 38,10 mm (1,5”) = 6,00 kg

7. 50,80 mm (2,0”) = 8,00 kg

8. 63,50 mm (2,5”) = 10,00 kg

9. 76,20 mm (3,0”) = 13,00 kg

10. 88,90 mm (3,5”) = 16,00 kg

11. 101,60 mm (4,0”) = 25,00 kg

12. 152,40 mm (6,0”) = 50,00 kg

3.3.4. Langkah Kerja

a. Timbang dan catatlah berat cawan ( W1 )

b. Benda uji dimasukkan kedalam cawan dan beratnya di timbang ( W

2)

c. Hitunglah berat benda uji ( W 3 = W 2 – W 1)

d. Benda uji berikut cawan di keringkan dealam oven dengan suhu ( 110

±5 )

e. Setelah kering timbang dan catat berat benda uji beserta talam ( W 4)

f. Hitunglah berat benda uji kering ( W5 = W4 – W1 )

3.3.5. Perhitungan
W3−W5
Kadar air agregat = x 100%
W5

Dengan :

W3 = berat benda uji semula (gram) : W3 = berat benda uji kering

(gram)
3.4. Pemeriksaan Berat Jenis (Specific Gravity) Dan Penyerapan Air Agregat

Halus

3.4.1. Tujuan

Menetukan bulk dan apparent specific gravityserta penyerapan

(absorption) dari agregat halus menurut prosedur ASTM C-128. Nilai

ini diperlukan untuk menetapkan besarnya komposisi volume agregat

dalam adukan beton.

3.4.2. Peralatan

1. Timbangan, kapasitas 1 kg atau lebih dengan ketelitian 0,5 gram

2. Piknometer dengan kapasitas 500 gram

3. Kerucut terpancung, diameter bagian atas ( 40 ± 3 ) mm, diameter

bagian bawah ( 90 ± 3 ) mm dan tinggi ( 75 ± 3 ) mm dibuat dari logam

tebal minimum 0,8 mm.

4. Batang Penumbuk yang mempunyai bidang penumbuk rata berat (

340 ± 15 ) gram, diameter merupakan penumbuk ( 25 ± 3 ) mm.

3.4.3. Bahan

Berat contoh agregat halus di siapkan sebanyak 1000 gram. Contoh

diperoleh dari bahan yang diproses melalui alat pemisah atau dengan

cara perempatan.

3.4.4. Langkah Kerja

Agregat halus dikeringkan sampai diperoleh kondisi SSD dengan

indikasi contoh agregat tersebut tercurah dengan baik, sesuai dengan:


1. prosedur pekerjaan : sebagian dari contoh dimasukkan pada “metal

sand cone”, lalu benda uji tersebut dipadatkan dengan tongkat

pemadat (teper), diiringi dengan tumbukan sebanyak 25 kali.

Kondisi SSD contoh diperoleh apabila cetakan tersebut diangkat

maka butiran-butiran pasir longsor / runtuh, kemudian timbang

benda uji dalam keadaan SSD sebanyak 500 g (B).

2. Contoh benda uji dikeringkan pada suhu (212-130)˚F lalu ditimbang

(E).

3. Contoh kering dimasukkan ke dalam piknometer dengan air sampai

90 % penuh. Bebaskan gelembung-gelembung udara dengan cara

menggoyang-goyangkan piknometer. Rendamlah piknometer

dengan suhu air (73.4 ± 3˚F) selama 24 jam. Timbang berat

piknometer yang berisi contoh dan air (C).

4. Timbanglah berat piknometer yang berisi air sesuai dengan kapasitas

kalibrasi pada temperatur (73.4 ± 3˚F) dengan ketelitian 0.1 gram

(D).

3.4.5. Perhitungan.

Apparent Spesific Gravity =E/(E+D–C)

Bulk Spesific Gavity kondisi kering = E / ( B + D – C)

Bulk Spesific Grafity kondisi SSD =B/(B+D-C)

Persentase penyerapan (% absorpsi) = [( B-E ) / E ] x 100%


Dimana :

A = berat piknometer

B = berat contoh kondisi SSD

C = berat piknometer + contoh + air

D = berat piknometer + air

E = berat contoh kering


3.5. Pemeriksaan Berat Jenis Dan Penyerapan Agregat Kasar

3.5.1. Tujuan

Menentukan “Bulk dan Apparent” specific gravity dan penyerapan

(absorption) dari agregat kasar menurut prosedur ASTM C-127. Nilai

ini diperlukan untuk menentukan besarnya komposisi volume agregat

dalam adukan beton.

3.5.2. Peralatan

a. Timbangan dengan ketelitian 0.5 gram yang mempunyai kapasitas 5

kg.

b. Keranjang besi diameter 203.2 mm (8”) dan tinggi 63.5 (2.5”)

c. Alat penggantung keranjang.

d. Oven.

e. Handuk.

3.5.3. Bahan

Berat contoh agregat disiapkan sebanyak 11 liter dalam keadaan kering

muka (SSD = Surface Saturated Dry). Contoh diperoleh dari bahan yang

didapatkan melalui alat pemisah atau cara perempatan. Butiran agregat

lolos saringan No.4 tidak dapat digunakan sebagai benda uji.

3.5.4. Langka Kerja

a. Benda uji direndam selama 24 jam.


b. Contoh benda uji dimasukkan ke dalam keranjang dan direndam

kembali dalam air. Temperatur air dijaga (73.4 ± 3˚F) dan kemudian

ditimbang setelah keranjang digoyang-goyangkan dalam air untuk

melepaskan udara yang terperangkap.

c. Hitung berat contoh kondisi jenuh (B).

d. Benda uji dikeringkan pada bagian permukaannya (kondisi SSD)

dengan menggulungkan handuk pada butiran agregat.

e. Timbang berat contoh kering dalam kondisi SSD (A).

f. Contoh dikeringkan pada temperature (212 – 130)˚F. setelah

didinginkan kemudian ditimbang dan hitung berat contoh pada

kondisi kering (C).

3.5.5. Perhitungan
𝐶
1. Apparent Spesific Gravity = ( 𝐶−𝐷 )

𝐶
2. Bulk Spesific Gavity kondisi kering = ( 𝐴−𝐵 )

𝐴
3. Bulk Spesific Grafity kondisi SSD = ( 𝐴−𝐵 )

𝐴− 𝐶
4. Persentase penyerapan (% absorpsi) = 𝑥 100 %
𝐶
3.6 Pemeriksaan Berat Volume Agregat

3.6.1 Tujuan

Menentukan berat isi agregat halus, kasar atau campuran.

3.6.2 Peralatan

a. Timbangan dengan ketelitian 0,1 % dari berat kerikil

b. Talam dengan kapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh

agregat.

c. Tongkat pemadat diameter 15 mm, panjang 60 cm, yang ujungnya

bulat, terbat dari baja tahan karat.

d. Mistar perata.

e. Skop

f. Wadah baja yang cukup kaku berbentuk silinder dengan alat

pemegang berkapasitas sebagai berikut :

Tabel 3.2 Berat Volume Agregat

Tebal wadah
Ukuran
minimum
Kapasitas Diameter maksimum
Tinggi (mm) (mm)
(liter) (mm) agregat
(mm)
Dasar Sisi

2.832 154.9 ± 2.5 154.9 ± 2.5 5.08 2.54 12.7

9.435 203.2 ± 2.5 292.1 ± 2.5 5.08 2.54 25.4

14.158 279.4 ± 2.5 279.4 ± 2.5 5.08 3.00 38.1

28.136 355.6 ± 2.5 284.4 ± 2.5 5.08 3.00 101.6


Sumber : Modul Praktikum Beton Universitas Muhammadiyah Metro
3.6.3 Benda Uji

Agregat

3.6.4 Langkah Kerja

Masukkan agregat kedalam talam sekurang-kurangnya sebanyak

kapasitas wadah sesuai Daftar No.1 keringkan dengan oven dengan suhu

(110 ± %)˚C sampai berat tetap untuk digunakan sebagai benda uji.

Berat isi agregat ukuran butir maksimum 38.10 mm (1.5”) dengan cara

Berat Isi Lepas :

1. Timbang dan catat berat wadah (W1).

2. Masukkan benda uji dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan

butiran-butiran, dari ketinggian 5 cm diatas wadah dengan

menggunakan sendok atau skop sampai penuh.

3. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar

perata.

4. Timbang dan catat berat wadah beserta benda uji (W2).

5. Timbang dan catat berat benda uji (W3 = W2 – W1)

Berat isi agregat ukuran butir maksimum 38.10 mm (1.5”) dengan cara

penusukan (Rodding Metods) :

1. Timbang dan catat berat wadah (W1)

2. Isilah wadah dengan benda uji dalam 3 lapis yang sama tebal.

Setiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat yang ditusukkan

sebanyak 25 kali secara merata.

3. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar

perata.
4. Timbang dan catat berat wadah serta benda uji (W2)

5. Hitung berat benda uju (W3 = W2 – W1).

Berat isi agregat ukuran butir 38,10 mm (1,5”) sampai 101,10 mm (4”)

dengan cara penggoyangan (Jigging Methods) :

1. Timbangan dan catat berat wadah (W1)

2. Isilah benda uji dengan tiga lapis yang sama tebal

3. Padatkan benda uji dengan menggoyang-goyang wadah dengan

prosedur sebagai berikut:

4. Letakkan wadah di tempat yang kokoh dan datar, angkatlah salah

satu sisi kira-kira 5 cm kemudian lepaskan

5. Ulangi hal ini pada sisi berlawanan. Padatkan lapisan sebanyak

25 kali untuk setiap sisi.

6. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar

perata.

7. Timbang dan catat berat wadah beserta benda uji (W2)

8. Hitung berat benda uji ( W3 = W1 –W2 )

3.6.5 Hitungan

Berat isi agregat = W3 / V (kg/m3)

Keterangan :

Dimana V adalah isi wadah (dm3)


3.7 Pemeriksaan Keausan Agregat dengan Mesin Los Angeles

3.7.1 Tujuan

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menetukan ketahanan agregat

kasar terhadap keausan dengan menggunakan mesin Los Angeles.

Keausan adalah perbandingan antara berat bahan aus lewat saringan No.

12 terhadap berat semula yang dinyatakan dalam persen.

3.7.2 Peralatan

1. Mesin Los Angeles

Mesin terdiri dari silinder baja tertutup pada kedua sisinya dengan

diameter 71 cm (28”) dan panjang dalam 50 cm (20”). Silinder

bertumpu pada dua poros pendek yang tak menerus dan berputar pada

poros mendatar. Silinder berlubang untuk memasukkan benda uji.

penutup berlubang terpasang rapat sehingga permukaan dalam

silinder tidak terganggu. Dibagian dalam silinder terdapat bilah baja

melintang penuh setinggi 8,9 cm (3,56”)

2. Saringan No. 12 dan saringan-saringan lainnya seperti yang

tercantum dalam daftar No.1

3. Timbangan dengan ketelitian 0,5 gram.

4. Bola-bola baja dengan diameter rata-rata 4,68 cm dan berat masing-

masing antara 390 sampai 445 gram

5. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanaskan

sampai (100 ± 5)˚C.


3.7.3 Benda uji

1. Berat dan gradasi benda uji sesuai dengan daftar No.1

2. Bersihkan benda uji dan keringkan dalam oven pada suhu (100 ±

5)˚C. sampai berat tetap.

3.7.4 Langkah Kerja

1. Benda uji dan bola-bola baja dimasukkan ke dalam mesin Los

Angeles.

2. Putar mesin dengan kecepatan 30 sampai 33 rpm, 500 putaran untuk

gradasi A < B < C dan D; 100 putaran untuk gradasi E,Fdan G.

3. Setelah selasai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin, kemudian

saring dengan ukuran No.12.

4. Butiran yang tertahan diatasnya dicuci bersih selanjutnya

dikeringkan dalam oven sampai suhu tetap.

3.7.5 Perhitungan

𝑎−𝑏
Keausan = x 100%
𝑎

Dimana:

a = Berat benda uji semula (gram)

b = Berat beda uji tertahan saringan No.12 (gram)


Tabel 3.3 Berat Dan Gradasi Benda Uji

Ukuran saringan Berat benda uji, gr


Lewat tertahan a b c d e f G
76.2 63,5 2500
63,5 50,8 2500
50,8 37,5 5000 5000
37,5 1 1.250 5000 5000
1 ¾ 1.250 5000
13/4 ½ 1.250 2500
½ 3/8 1.250 2500
3/8 ¼ 2500
2/4 4 2500
4 8 5000
Jumlah berat benda uji 5000 5000 5000 5000 10000 10000 10000
Sumber : Modul Praktikum Beton Universitas Muhammadiyah Metro
3.8. Perancangan Beton Beton ( Mix Design )

3.8.1. Tujuan

Membuat benda uji untuk pemeriksaan kekuatan beton.

3.8.2. Peralatan

1. Cetakan silinder, diameter 15 cm dan tinggi 30 cm.

2. Tongkat pemadat diameter 16 mm, panjang 60 cm dengan ujung

dibulatkan. Sebaliksa dibuat dari baja tahan karat.

3. Bak pengaduk beton kedap air atau mesin pengaduk.

4. Timbangan dengan ketelitian 0.35 dari berat contoh.

5. Mesin tekan yang kapasitas sesuai dengan kebutuhan.

6. Satu set alat pelapis (capping).

7. Peralatan tambahan : ember, skop, sendok perata dan talam.

3.8.3. Langkah Kerja

1. Benda-benda uji (silinder atau kubus) harus dibuat dengan cetakan

yang sesuai dengan bentuk benda uji. Cetakan disapu sebelumnya

dengan vaselin atau lemak agar mudah nanti dilepas dari beton

cetakan.

2. Adukan beton diambil langsung dari wadah adukan beton dengan

mengunakan ember atau alat lainnya yang tidak menyerap air. Bila

dirasakan perlu bagi konsistensi adukan, lakukan pengadukan ulang

sebelum dimasukkan dalam cetakan.


3. Padatkan adukan dalam cetakan, sampai permukaan adukan beton

mengkilap.

4. Isilah cetakan dengan adukan beton dalam tiga lapis, tiap-tiap lapis

dipadatkan dengan 25 kali tusukan secara merata. Pada saat

melakukan pemadatan lapisan kedua dan ketiga tongkat pemadat

tidak boleh masuk antara 25.4 mm kedalam lapisan dibawahnya.

Setelah selesai melakukan pemadatan, ketuklah sisi cetakan

perlahan-lahan sampai rongga bekas tusukan tertutup. Ratakan

permukaan beton dan tutuplah segera dengan bahan yang kedap air

dan tahan karat. Dan kemudian biarkan beton dalam cetakan selama

24 jam dan tempatkan ditempat yang bebas dari getaran.

5. Setelah 24 jam bukalah cetakan dan keluarkan benda uji.

6. Rendamlah benda uji dalam pak perendam berisi air yang telah

memenuhi persyaratan untuk perawatan (curing). Selama waktu

yang dikehendaki.

3.8.4. Persiapan Pengujian

1. Ambillah benda uji yang mau ditentukan kekuatan tekannya dari bak

perendaman. Kemudian bersihkan kotoran yang menempel dengan

kain lembab.

2. Tentukan benda dan ukuran benda uji.


3.9 Pemeriksaan Beton Segar

3.9.1. Cara pengadukan beton

a. Pendahuluan

Pada percobaan ini diuraikan cara-cara mencampur bahan-bahan

dasar pembuat campuran beton dengan masin pengaduk.

b. Pengukuran

Semen Portland dan batuan (pasir dan kerikil) diukur secara teliti

dengan beratnya/ditimbang, adapun air dapat dengan berat maupun

dengan volumenya (gelas ukur).

c. Pencatatan

1. Suatu formulir data yang jelas memuat jumlah bahan yang akan

dicampur harus ditetapkan terlebih dahulu.

2. Penimbngan batuan dimulai dari pasir yang halus kemudian

ditambah dengan batuan yang berdiamater lebih besar. Dengaan

demikian secara keseluruhan berat pasir dn kerikil tidak berbeda

banyak dengan berat rencana, bila dibandingkan dengan apabila

pasir dan kerikil ditimbang sendiri-sendiri.

d. Cara penimbangan

1. Sebelum ditimbang batuan harus kering udara. Timbang batuan

dengan timbangan yang mempunyai ketelitian 0,1 kg. batuan

diisikan ke dalam sebuah bejana atau tempat lain yang volumenya

cukup untuk setengah semua batuan (pasir dan kerikil). Bejan itu

kemudian ditimbang.
2. Berat kumulatif batuan harus dikontrol sebelum bejana diisi

dengan kelompok batuan yang berbutir lebih besar.

3. Timbang semen Portland dengan timbangan yang mempunyai

ketelitian 0,005 kg.

4. Karena sebagai dasar perbandingan campuran dipakai agregat

dalam keadaan jenuh kering muka, maka berat agregat di dalam

adukan harus dikurangi dengan jumlah air yang diserap oleh

agregat selama pengadukan. Jumlah air yang diserap itu umumnya

dianggap sama dengan air yang diserap agregat apabila batuan

yang kering udara direndam dalam air selama 30menit.

e. Cara pengadukan

1. Masukkan air sekitar 0,80 kali yang dibutuhkan kemudian

masukkan agregat campuran (pair dan kerikil) ke dalam mesin

aduk, sambil mesin aduk diputar. Kemudian masukkan semen di

atasnya, kemudian di aduk lagi.

2. Sambil mesin aduk diputar, masukkan air sedikit demi sedikit

sampai semua air yang dibutuhkan masuk adukan semua

3. Waktu pengadukan sebaiknya tidak kurang dari 3 menit

4. Adukan beton segar kemudian dikeluarkan dari mesin aduk dan

ditampung dalam bejana yang cukup besar. Bejana itu harus

sedemikian sehingga tidak menimbulkan pemisahan kerikil bila

nanti dituangkan di dalam cetakan.


5. Bila hasil adukan ini akan digunakan untuk pengujian beton, maka

pencetakan silinder/kubus harys segera dilakukan setelah seleai

pengadukan.
3.10. Percobaan Slump Beton

3.10.1. Tujuan

Penentuan ukuran derajat kemudahan pengecoran adukan beton basah.

3.10.2. Peralatan

1. Cetakan verupa kerucut terpancung depan diameter bagian bawah

20 cm, bagian atas 10 cm dan tinggi 30 cm. bagian bawah dan atas

certakan terbuka.

2. Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm.

Ujungnya dibulatkan dan sebaiknya bahan tongkat terbuat dari

baja tahan karat.

3. Alat logam dengan permukaan rata dan kedap air.

4. Sendok cekung.

3.1.3 Bahan

Contoh beton segar sesuai dengan cetakan.

3.1.4 Langkah Kerja

1. Cetakan dan pelat basahi dengan kain basah.

2. Letakkan cetakan diatas pelat

3. Isilah cetakan sampai penuh dengan beton muda dalam 3 lapis, tiap

lapis berisi kira-kira 1/3 isi cetakan. Setiap lapis dipadatkan dengan

tongkat pemadat sebanyak 25 tusukan secara merata. Pada

pemadatan, tongkat harus tepat masuk sampai lapisan bagian

bawah tiap-tiap lapisan. Pada lapisan pertama penusukan bagian

tepi togkat dimiringkan sesuai dengan kemiringan cetakan.


4. Segera setelah selesai pemadatan, ratakan permukaan benda uji

dengan tongkat, tunggu selama setengah menit dan dalam jangka

waktu ini semua benda uji ynag jatuh disekitra cetakan harus

disingkirkan.

5. Kemudian cetakan diangkat perlahan-lahan tegak lurus keatas

6. Balikkan cetakan dan letakkan perlahan-lahan disamping benda uji

7. Ukurlah SLUMP yang terjadi dengan menentukan perbedaan tinggi

cetakan dengan tinggi rata-rata benda uji.

3.10.4. Perhitungan

Nilai SLUMP = tinggi cetakan – tinggi cetakan rata-rata benda uji


3.11 Pencampuran dan Pemadatan Beton

3.11.1 Tujuan

Membuat benda uji untuk pemeriksaan kekuatan beton

3.11.2 Peralatan

1. Cetakan silinder, diameter 15 cm dan tinggi 30 cm.

2. Tongkat pemadat diameter 16mm panjang 60 cm dengan ujung

dibulatkan.

3. Bak pengaduk beton kedap air atau mesin pengaduk.

4. Timbangan dengan ketelitian 0,35 dari berat contoh.

5. Mesin tekan yang kapasitas sesuai dengan kebutuhan.

6. Satu set alat pelapis (capping).

7. Peralatan tambahan : ember, skop, sendok perata dan talam.

3.11.3 Bahan

a. Agregat kasar

b. Agregat halus

c. Semen

d. air

3.11.4 Langkah Kerja

1. Benda-benda uji (silinder atau kubus) harus dibuat dengan cetakan yang

sesuai dengan bentuk benda uji. Cetakan disapu sebelumnya dengan

vaselin atau lemak agar nanti mudah dilepaskan dari beton cetakan.

2. Adukan beton diambil langsung dari wadah adukan beton dengan

menggunakan ember atau alat lainnya yang tidak meyerap air.


3. Padatkan adukan dalam cetakan, sampai permukaan adukan beton

mengkilap.

4. Isilah cetakan dengan adukan beton dalam tiga lapis, tiap-tiap lapis

dipadatkan dengan 25 kali tusukan secara merata. Pada saat melakukan

pemadatan lapisan kedua dan ketiga tongkat pemadat tidak boleh

masuk antara 25,4 mm kedalam lapisan bawahnya. Setelah selesai

melakukan pemadatan, ketuklah sisi cetakan perlahan-lahan sampai

rongga bekas tusukan tertutup. Ratakan permukaan beton dan tutuplah

segera dengan bahan yang kedap air dan tahan karat. Dan kemudian

biarkan beton dalam cetakan selama 24 jam dan tempatkan ditempat

yang bebas dari getaran.

5. Setelah 24 jam bukalah cetakan dan keluarkan benda uji.

6. Rendamlah benda uji dalam bak perendam berisi air yang telah

memenuhi persyaratan untuk perawatan (curing). Selama aktu yang

dikehendaki.
3.12 Pemeriksaan Beton Keras

3.12.1 Tujuan

Menentukan kekuatan tekan beton berbentuk silinder yang dibuat dan

dirawat di laboratorium. Kekuatan tekan adalah beban terhadap luas

penampang beton.

3.12.2 Peralatan

Mesin Penguji

3.12.3 Bahan

3.12.4 Langkah Kerja

1. Ambillah benda uji dari tempat perawatan.

2. Letakkan benda uji pada mesin tekan secara sentris.

3. Jalan mesin tekan. Tekanan harus dinaikkan berangsur-angsur

dengan kecepatan berkisar antara 6 s/d 4 kg/cm2 per detik.

4. Letakkan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur dan catatlah

beban maksimum hancur yang terjadi selama pemeriksaan benda

uji.

5. Lakukan proses a s/d d sesuai jumlah benda uji yang akan ditetapkan

kakuatan tekan karakteristiknya.

3.12.5 Perhitungan
Kuat Tekan Beton (fc) = P . A (N / mm2, Mpa)

Dimana :

P = beban maksimum (kg)


A = luas penampang benda uji (cm2)

Anda mungkin juga menyukai