FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI S1 GIZI KESEHATAN
Jl. Farmako, Sekip Utara, Yogyakarta 55281, Telp./Fax.: 0274-547775
Modul Tutorial
ANALISIS ZAT GIZI
Semester 2/ 3 SKS /KUG1215
Oleh
Februari 2013
Deskripsi Singkat
Analisis proksimat merupakan analisis kandungan zat gizi menyeluruh yang
meliputi kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lipida, dan kadar karbohidrat.
Pada analisis proksimat, karbohidrat biasanya dianalisis secara by difference.
Analisis ini penting untuk mengetahui komposisi gizi suatu makanan yang nantinya
dapat digunakan untuk menyusun nutrition fact yang dicantumkan dalam label
kemasan makanan. Materi yang dibahas untuk karbohidrat adalah sifat-sifat
karbohidrat secara umum dan teknik analisisnya secara kuantitatif dan kualitatif.
Dalam pokok bahasan analisis protein ini akan dibahas beberapa metode analisis
protein secara kuantitatif seperti metode Kjeldahl, Lowry Follin, dll dan juga analisis
kualitas protein dilihat dari bioavailabilitasnya di dalam tubuh misalnya penentuan
NPU, PER, dll. Dalam pokok bahasan analisis lipida ini akan dibahas beberapa
metode analisis lipida secara kuantitatif misalnya Soxhlet, Mojonier, dll dan kualitas
lipida seperti angka asam, angka peroksida, bilangan iod, dll.
Manfaat
Materi ini bermanfaat bagi mahasiswa untuk mengetahui teknik analisis zat
gizi dalam suatu makanan secara menyeluruh atau komprehensif.
Relevansi
Topik dan sub topik yang dibahas pada pertemuan ini sangat relevan untuk
mendukung kompetensi yang akan dicapai.
Learning Outcome
Menyebutkan dan menjelaskan analisis apa saja yang termasuk dalam analisis
proksimat bahan makanan, analisis kuantitatif dan kualitatif karbohidrat, protein, dan
lipida.
ANALISIS LIPIDA
Trigliserida dan wax disebut lipida netral yg bersifat sangat tidak polar
sehingga sangat sulit larut dalam air namun sebaliknya sangat mudah larut dalam
6) Uji Tauber
Sebanyak dua tetes larutan contoh ditambah 1 ml larutan benzidina dididihkan
- Analisis kuantitatif
Analisis kuantitatif oligo dan polisakarida memerlukan reaksi hidrolisis menjadi
monosakarida (=gula reduksi) dan kemudian ditentukan dengan reagen kupri-
sulfat (CuSO4) alkalis dengan metode :
1. Metode gravimetri
Kupri sulfat alkalis bila direduksi oleh gula reduksi akan menjadi endapan
kupro-oksida (Cu2O), endapan kemudian disaring, dicuci, dikeringkan,
dan ditimbang sampai bobot konstan. Bobot Cu2O ini ekivalen dengan
jumlah gula reduksi.
2. Metode iodometri
Metode ini diterapkan pada metode Luff-Schrool dimana gula reduksi
ditambah reagen kupri-sulfat alkalis berlebihan akan terjadi reaksi reduksi
sebagian kupri, sedangkan sisa kupri akan direaksikan dengan K-iodida
(KI) akan menghasilkan Iodium (I2) yang dapat ditentukan dengan titrasi
dengan larutan K-thiosulfat standar (= B ml). Dilakukan juga titrasi
blanko yaitu reagen kupri-sulfat yang sama jumlahnya langsung
direaksikan dengan KI dan kemudian dititrasi dengan K-thiosulfat (=A
ml), maka (A-B) ml dikalikan dengan Normalitas K-thiosulfat = miligrek
gula reduksi.
3. Metode spektrofotometri
Metode ini diterapkan pada metode Nelson-Somogyi di mana reagen
kupri-sulfat kadar rendah (Nelson A) akan direduksi oleh gula reduksi
menghasilkan kupro-oksida yang selanjutnya direaksikan dengan reagen
arseno-molibdat (Nelson B) membentuk senyawa kompleks warna ungu
yang dapat diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 540 nm. Semakin tinggi kandungan gula reduksi larutan yang
dianalisis, maka semakin kuat warna ungu yang terbentuk semakin
besar nilai absorbansinya.
4. Metode Khromatografi
ANALISIS PROTEIN
Analisis protein dalam makanan berdasarkan metode yang digunakan dibedakan
menjadi dua yaitu :
1. Analisis empiris (tidak langsung) : melalui penentuan N dalam bahan
2. Analisis absolut (langsung) : pemisahan, pemurnian, penimbangan protein
analisis absolut lebih tepat namun lebih sulit, lama, mahal, dan memerlukan
skill tinggi. Biasanya digunakan untuk penelitian mendasar seperti nilai gizi
protein, susunan asam amino, aktivitas enzimatis.
Analisis protein dalam makanan berdasarkan tujuan analisis dibedakan menjadi dua
yaitu :
a. analisis kuantitatif, digunakan untuk mengetahui kadar protein dalam bahan
makanan. Metode yang dapat digunakan untuk analisis kuantitatif yaitu
Kjeldahl, Dumas, Lowry, Bradford Dye-Binding, Bicinchoninic Acid,
Ultraviolet (UV) 280 nm Absorption
b. analisis kualitatif, digunakan untuk mengetahui sifat protein dan kualitas
protein makanan bagi tubuh. Metode yang dapat digunakan untuk analisis
kuantitatif adalah solubilitas, Emulsifikasi, Penyabunan, analisis asam amino,
PDCAAS (Protein Digestibility-Corrected Amino Acid Score), Protein
Efficiency Ratio, EAAI (Essential Amino Acid Index).
Analisis Kualitatif
1. Cara biologis
Cara biologis dilakukan dengan melibatkan penggunaan binatang percobaan (tikus)
dan kadang-kadang menggunakan manusia. Cara terakhir ini penting artinya bila kita
ingin mengetahui lebih dalam mengenai gizi pada manusia. Cara penggunaan
manusia untuk percobaan jarang dilakukan karena faktor biaya yang mahal dan
sulitnya mendapat orang yang secara sukarela bersedia makan tidak secara normal,
dengan jenis makanan yang tidak menarik, baik rupa maupun rasanya pada jangka
waktu yang cukup lama.
2. Protein Efficiency Ratio (PER)
Cara ini masanya melibatkan penggunaan anak tikus jantan yang sudah tidak
menyusu lagi (umur 20-23 hari). Kecepatan pertumbuhan tikus-tikus tersebut dipakai
sebagai ukuran pengujian mutu protein yang dikonsumsi. Tikus percobaan ini diberi
ransum yang mengandung 10% protein dengan masa percobaan selama 28 hari atau
4 minggu. Setiap minggu dievaluasi jumlah tambahan berat dan makanan yang
4. Cara Spektrofotometrik
Kelemahan cara ini adalah di samping tirosin, asam nukleat juga mempunyai
absorpsi yang kuat pada panjang gelombang 280 nm, meskipun asam nukleat
mengabsorbsi lebih kuat pada = 260 nm, bila kandungan asam nukleat dalam
contoh nyata besarnya, maka perlu digunakan rumus baru :
Cp = 1.55 E 280 – 0,76 E 260
Keterangan :
Cp = Konsentrasi dari protein dalam mg setiap ml
E 280 = Ekstingsi larutan pada = 280 nm
E 260 = Ekstingsi larutan pada = 260 nm
Uji Kuantitatif
Firestone dalam Schmidl dan Labuza (2000) dalam Fachri (2008) menyebutkan
Metode Goldfish
Prinsip
1. pelarut dari botol yang dipanaskan secara kontinyu dialirkan pada sampel
yang terdapat pada keramik timbel.
2. Kandungan lemak dihitung dari berat sampel yang hilang atau dari berat
lemak yang disingkirkan.
3. Metode ini lebih cepat, dan ekstraksinya lebih efisien daripada metode semi-
continous, namun hasil ekstraksi kurang sempurna.
Modul Tutorial Analisis Zat Gizi Semester Genap TA 2012/2013 Halaman 29
Metode Soxhlet
1. Prinsip : Pelarut ditambahkan dalam tabung ekstraksi selama 5-10 menit
sampai sampel terekstrak sempurna, kemudian dialirkan kembali ke dalam
botol yang dipanaskan.
2. Kandungan lemak diukur berdasarkan penurunan berat sampel atau berat
lemak yang hilang.
a. Perhitungan
b. % Lemak (db) = gram lemak dalam sampel/gram sampel kering x 100
%
Metode Mojonnier
1. Prinsip : Lemak diekstraksi dengan campuran etil ether dan petroleum ether
di dalam botol atau labu Mojonnier. Lemak terekstraksi dikeringkan hingga
bobot konstan dan dianggap sebagai prosentase lemak (wb).
2. Tidak perlu pengeringan sampel
3. Dapat diaplikasikan pada sampel berbentuk larutan maupun padatan.
4. Sudah diaplikasikan pada dairy food (produk peternakan).
Uji Akrolein
Dalam uji ini terjadi dehidrasi gliserol dalam bentuk bebas atau dalam lemak/minyak
menghasilkan aldehidakrilat atau akrolein. Menurut Scy Tech Encyclopedia (2008),
uji akrolein digunakan untuk menguji keberadaan gliserin atau lemak. Ketika
lemak dipanaskan setelah ditambahkan agen pendehidrasi (KHSO4) yang akan
menarik air, maka bagian gliserol akan terdehidrasi ke dalam bentuk aldehid tidak
jenuh atau dikenal sebagai akrolein (CH2=CHCHO) yang memiliki bau seperti
lemak terbakar dan ditandai dengan asap putih. Berikut reaksi yang terjadi pada uji
akrolein:
Panas +KHSO4 Trigliserida Akrolein