PRAKTIKUM FITOKIMIA
METODE EKSTRAKSI (elmasonic)
OLEH :
Kelompok : 4 / Semester IV C
V. HASIL PENGAMATAN
Bahan / simplisia yang digunakan : Simplisia daun ungu ) (Graptophylum pictum Griff)
Hasil ekstraksi yang diperoleh :
Diketahui : Berat serbuk daun ungu awal = 20 gram
Volume pelarut (etanol 96%) = 100 ml
Berat cawan porselen kosong = 109,0 gram
Berat cawan + ekstrak kental = 108,0 gram
Hasil ekstraksi yang diperoleh = 109 gram – 108 gram = 1 gram
Rendemen = bobot ekstrak yang didapat / bobot simplisia x 100 % = 1/20 x 100 % = 5 %
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, dilakukan praktikum tentang metode ekstraksi yang terdiri dari
beberapa cara, yaitu : maserasi manual, maserasi dengan elmasonic, refluks, dan soxhet. Pada
praktikum ini kelompok kami melakukan maserasi dengan alat elmasonic. Adapun bahan yang
di gunakan dalam praktikum ini adalah simplisia daun ungu (Graptophyllum pictum Griff).
Dalam praktikum ini daun ungu dimaserasi dengan alat elmasonic. Maserasi merupakan
cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia
dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga
sel yang mengandung zat aktif dan zat aktif akan larut. Pada praktikum kali ini maserasi
menggunakan gelombang ultrasonic Proses ini menggunakn elmasonic untuk membantu
mempercepat maserasi yang dilakukan secara berkala sebanyak tiga kali.
Cara ekstraksi sonikasi (ultrasonik) merupakan metoda alternatif , karena adanya
gelombang ultrasonik yang mampu mengeluarkan zat yang diekstrak masuk kedalam pelarut.
Pada reactor ultrasonik / sonicator, gelombang ultrasonik digunakan untuk membuat gelembung
kavitasi (cavitation bubbles) pada material larutan. Ketika gelembung pecah dekat dengan
dinding sel maka akan terbentuk gelombang kejut dan pancaran cairan (liquid jets) yang akan
membuat dinding sel pecah. Pecahnya dinding sel akan membuat komponen di dalam sel keluar
bercampur dengan larutan. Cara ekstraksi ini biasanya lebih cepat dan lebih
efisien dibandingkancara cara ekstraksi yang terdahulu.
Pada penelitian ini digunakan pelarut etanol untuk ekstraksi karena etanol dapat melarutkan
dengan baik senyawa golongan polifenol dan plavonoid yang memiliki kemampuan mengikat
radikal bebas. Etanol juga dapat melarutkan senyawa baik yang bersifat polar, semipolar,
maupun yang nonpolar serta lebih mudah berpenetrasi menembus membran sel untuk menarik
komponen yang terkandung di dalamnya. Pelarut etanol yang digunakan adalah etanol 96%
dengan pertimbangan kandungan air yang ada dapat menarik lebih banyak senyawa-senyawa
yang larut air serta meningkatkan swelling dari dinding sel tanaman sehingga senyawa yang
terekstraksi menjadi lebih banyak. Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dengan
menggunakan bantuan gelombang ultrasonik. Metode tersebut telah terbukti menjadi metode
yang paling efisien berdasarkan hasil, waktu ekstraksi dan selektivitas.
Dari hasil pengamatan diperoleh ekstraksi daun ungu yang dilakukan secara maserasi
dengan bantuan gelombang ultrasonic menggunakan pelarut etanol 96% menghasilkan ekstrak
sebanyak 1 gram dengan hasil rendemen 5 %
Selanjutnya setelah didapatkan ekstrak yang kental dari daun ungu. Tahap selanjutnya
adalah skrining fitokimia. Tujuannya adalah untuk mengetahui berbagai macam zat yang
terkandung dalam daun ungu dengan berbagai macam metode identifikasi.
VII. KESIMPULAN
1. Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari
simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian
semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa
diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah ditentukan.
2. Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian tanaman obat,
hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut. Zat-zat aktif terdapat di dalam sel,
namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula ketebalannya, sehingga diperlukan
metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam mengekstraksinya.
3. Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur
kamar dan terlindung dari cahaya (Ditjen POM : 1986).
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Jakarta. Diktorat Jendral POM-Depkes RI.
Ansel. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi 4. Jakarta : UI-pres.
Depked RI. 1986. Sediaan Galanik. Jakarta : Depkes RI.
Depkes RI.1995. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta : Depkes RI.
Harbone, J.B. 1987. Metode Fitokimia Bandung : Penerbit ITB.
Tim Penyusun. 2011. Penuntun Praktikum Fitokimia I. Manado : F.MIPA Unsrat.
Lampiran