Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN

PRAKTIKUM FITOKIMIA
METODE EKSTRAKSI (elmasonic)

OLEH :
Kelompok : 4 / Semester IV C

Ni Kadek Dewik Satriani (161105)


Triska (161106)
Ni Wayan Sariani (161107)
I Kadek Wirata (161108)
Ni Putu Suri Cahyadi (161109)

AKADEMI FARMASI SARASWATI DENPASAR


TAHUN AKADEMIK 2017/2018
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Memahami dan mampu melakukan berbagai metode ekstraksi dalam analisis bahan alam.
II. DASAR TEORI
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari
simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau
hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian
sehingga memenuhi baku yang telah ditentukan. Sebagian besar ekstrak dibuat dengan
mengekstraksi bahan baku obat secara perkolasi. Seluruh perkolat biasanya dipekatkan secara
destilasi dengan menggunakan tekanan (Ditjen POM, 1995).
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian tanaman obat,
hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut. Zat-zat aktif terdapat di dalam sel, namun sel
tanaman dan hewan berbeda demikian pula ketebalannya, sehingga diperlukan metode ekstraksi
dengan pelarut tertentu dalam mengekstraksinya. Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen
yang berada dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai. Ekstraksi berulang-
ulang dengan volume pelarut terbagi lebih baik daripada satu kali ekstraksi dengan total volme
yang sama. Berdasarkan energi yang digunakan, ekstraksi dapat dibagi menjadi :
1. Ekstraksi cara dingin : Maserasi, perkolasi
2. Ekstraksi cara panas : Soxhlet, refluks, destilasi, infusa, dekok
Proses ektraksi secara dingin pada prinsipnya tidak memerlukan pemanasan. Hal ini
diperuntukkan untuk bahan alam yang mengandung komponen kimia yang tidak tahan
pemanasan dan bahan alam yang mempunyai tekstur yang lunak. Yang termasuk ekstraksi secara
dingin adalah (Ditjen POM, 1986) :
a) Metode maserasi
Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar
dan terlindung dari cahaya (Ditjen POM : 1986). Metode ini digunakan untuk menyari simplisia
yang mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung
zat yang mudah mengembang seperti benzoin, stiraks dan lilin. Penggunaan metode ini misalnya
pada sampel yang berupa daun, contohnya pada penggunaan pelarut eter atau aseton untuk
melarutkan lemak/lipid (Ditjen POM, 1986).
Metode Maserasi umumnya menggunakan pelarut polar atau pelarut non polar. Teorinya,
ketika simplisia yang akan dimaserasi direndam dalam pelarut yang dipilih, maka ketika
direndam, cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam sel yang penuh dengan
zat aktif dan karena ada pertemuan antara zat aktif dan penyari itu terjadi proses pelarutan (zat
aktifnya larut dalam penyari) sehingga penyari yang masuk ke dalam sel tersebut akhirnya akan
mengandung zat aktif (100%), sementara penyari yang berada diluar sel belum terisi zat aktif
(0%) akibat adanya peredaan konsentrasi zat aktif didalam dan di luar sel dan akan muncul gaya
difusi, larutan yang terpekat akan didesak menuju keluar berusaha mencapai keseimbangan
konsentrasi antara zat aktif di dalam dan di luar sel. Proses keseimbangan ini akan berhenti,
setelah terjadi keseimbangan konsentrasi ( jenuh). Dalam kondisi ini proses ekstraksi dinyatakan
selesai, maka zat aktif di dalam dan di luar sel akan memiliki konsentrasi yang sama, yaitu
masing-masing 50%.
Kelebihan dari ekstraksi dengan metode maserasi adalah:
a). Unit alat yang dipakai sederhana, hanya dibutuhkan bejana perendam
b). Biaya operasionalnya relatif rendah
c). Prosesnya relatif hemat penyari dan tanpa pemanasan
Kelemahan dari ekstraksi dengan metode maserasi adalah:
a). Proses penyariannya tidak sempurna, karena zat aktif hanya mamputerekstraksi sebesar
50% saja
b). Prosesnya lama, butuh waktu beberapa hari.

Klasifikasi Handeuleum (Daun ungu) (Graptophylum pictum Griff)


1. Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
2. Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
3. Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
4. Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
5. Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
6. Sub Kelas : Asteridae
7. Ordo : Scrophulariales
8. Famili : Acanthaceae
9. Genus : Graptophylum
10. Spesies : Graptophylum pictum Griff
Daun tumbuahan ini mengandung alkaloid yang tidak beracun, glikosida, steroid, saponin,
tanin, klorofil, dan lendir. Batang daun wungu mengandung kalsium oksalat, asam formik dan
lemak. Bagian yang digunakan antara lain daun, kulit batang dan bunganya.
Daun berkhasiat untuk mengatasi wasir (hemoroid) dan sembelit (konstipasi), bunganya
untuk mengatasi datang haid tidak lancar. Tanaman daun ungu mengandung kandungan kimia
antara lain. Alkaloid non toksik, flavonoid, glikosid, steroid, saponin, tanin, calsium oksalat,
asam format dan lemak. Dengan berbagai kandungan kimiawinya daun ungu mempunyai sifat
sebagai antiinflamasi, antiplak gigi, dan mencegah sakit ketika menopause. peluruh kencing
(diuretik), mempercepat pemasakan bisul, pencahar ringan (laksatif), dan pelembut kulit
(emoliens).

III. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
Adapun alat yang digunakan yaitu :
a. Kain flanel
b. Batang pengaduk
c. Beker glass
d. Alat Maserasi Elmasonic
e. Cawan Porselin
f. Gelas ukur
g. Corong kaca.
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan yaitu :
a. Simplisia daun ungu
b. Aquades
c. Etanol 70%
IV. PROSEDUR KERJA
Maserasi dengan alat Elmasonik
1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan
2. Ditimbang Serbuk Simplisia Daun Ungu sebanyak 20 gram, dan di ukur etanol 100 ml
3. Dimasukkan serbuk simplisia daun ungu kedalam beaker glass dan dituangi etanol
4. Dimasukkan kedalam alat Elmasonik, kemudian di hidupkan dan diatur suhunya 30oC dengan
rentang waktu 3 menit.
5. Diaduk setiap 3 menit sebanyak 3 kali pengulangan
6. Diangkat dan disaring kemudian dimasukkan kedalam lemari asam dalam keadaan cawan
porselen ditutup dengan aluminium oil yang sudah dilubangi pada bagian atasnnya.
7. Setelah kering, dihitung rendemen

V. HASIL PENGAMATAN
Bahan / simplisia yang digunakan : Simplisia daun ungu ) (Graptophylum pictum Griff)
Hasil ekstraksi yang diperoleh :
Diketahui : Berat serbuk daun ungu awal = 20 gram
Volume pelarut (etanol 96%) = 100 ml
Berat cawan porselen kosong = 109,0 gram
Berat cawan + ekstrak kental = 108,0 gram
Hasil ekstraksi yang diperoleh = 109 gram – 108 gram = 1 gram
Rendemen = bobot ekstrak yang didapat / bobot simplisia x 100 % = 1/20 x 100 % = 5 %
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, dilakukan praktikum tentang metode ekstraksi yang terdiri dari
beberapa cara, yaitu : maserasi manual, maserasi dengan elmasonic, refluks, dan soxhet. Pada
praktikum ini kelompok kami melakukan maserasi dengan alat elmasonic. Adapun bahan yang
di gunakan dalam praktikum ini adalah simplisia daun ungu (Graptophyllum pictum Griff).
Dalam praktikum ini daun ungu dimaserasi dengan alat elmasonic. Maserasi merupakan
cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia
dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga
sel yang mengandung zat aktif dan zat aktif akan larut. Pada praktikum kali ini maserasi
menggunakan gelombang ultrasonic Proses ini menggunakn elmasonic untuk membantu
mempercepat maserasi yang dilakukan secara berkala sebanyak tiga kali.
Cara ekstraksi sonikasi (ultrasonik) merupakan metoda alternatif , karena adanya
gelombang ultrasonik yang mampu mengeluarkan zat yang diekstrak masuk kedalam pelarut.
Pada reactor ultrasonik / sonicator, gelombang ultrasonik digunakan untuk membuat gelembung
kavitasi (cavitation bubbles) pada material larutan. Ketika gelembung pecah dekat dengan
dinding sel maka akan terbentuk gelombang kejut dan pancaran cairan (liquid jets) yang akan
membuat dinding sel pecah. Pecahnya dinding sel akan membuat komponen di dalam sel keluar
bercampur dengan larutan. Cara ekstraksi ini biasanya lebih cepat dan lebih
efisien dibandingkancara cara ekstraksi yang terdahulu.
Pada penelitian ini digunakan pelarut etanol untuk ekstraksi karena etanol dapat melarutkan
dengan baik senyawa golongan polifenol dan plavonoid yang memiliki kemampuan mengikat
radikal bebas. Etanol juga dapat melarutkan senyawa baik yang bersifat polar, semipolar,
maupun yang nonpolar serta lebih mudah berpenetrasi menembus membran sel untuk menarik
komponen yang terkandung di dalamnya. Pelarut etanol yang digunakan adalah etanol 96%
dengan pertimbangan kandungan air yang ada dapat menarik lebih banyak senyawa-senyawa
yang larut air serta meningkatkan swelling dari dinding sel tanaman sehingga senyawa yang
terekstraksi menjadi lebih banyak. Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dengan
menggunakan bantuan gelombang ultrasonik. Metode tersebut telah terbukti menjadi metode
yang paling efisien berdasarkan hasil, waktu ekstraksi dan selektivitas.
Dari hasil pengamatan diperoleh ekstraksi daun ungu yang dilakukan secara maserasi
dengan bantuan gelombang ultrasonic menggunakan pelarut etanol 96% menghasilkan ekstrak
sebanyak 1 gram dengan hasil rendemen 5 %
Selanjutnya setelah didapatkan ekstrak yang kental dari daun ungu. Tahap selanjutnya
adalah skrining fitokimia. Tujuannya adalah untuk mengetahui berbagai macam zat yang
terkandung dalam daun ungu dengan berbagai macam metode identifikasi.
VII. KESIMPULAN
1. Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari
simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian
semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa
diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah ditentukan.
2. Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian tanaman obat,
hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut. Zat-zat aktif terdapat di dalam sel,
namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula ketebalannya, sehingga diperlukan
metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam mengekstraksinya.
3. Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur
kamar dan terlindung dari cahaya (Ditjen POM : 1986).
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Jakarta. Diktorat Jendral POM-Depkes RI.
Ansel. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi 4. Jakarta : UI-pres.
Depked RI. 1986. Sediaan Galanik. Jakarta : Depkes RI.
Depkes RI.1995. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta : Depkes RI.
Harbone, J.B. 1987. Metode Fitokimia Bandung : Penerbit ITB.
Tim Penyusun. 2011. Penuntun Praktikum Fitokimia I. Manado : F.MIPA Unsrat.
Lampiran

Alat maserasi Proses maserasi


emlasonic ekstrak daun ungu

Berat cawan porselen Berat ekstrak kental


yaitu : 107 gram yaitu : 108 gram

Anda mungkin juga menyukai